Anda di halaman 1dari 7

DIABETES MELITUS TIPE 28

Sri Darmayanti, 1106089022




A. Definisi
Diabetes merupakan gangguan metabolisme yang ditandai oleh
hiperglikemia sebagai akibat dari insulin tidak adekuat, kurangnya kerja insulin,
atau keduanya. Diabetes melitus dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM
gestasional dan DM tipe lain. DM tipe 2 adalah penyakit kronik yang
disebabkan oleh terganggunya produksi insulin, produksi glukosa hati yang
tidak sesuai, atau insensitivitas reseptor insulin di perifer. Tidak seperti DM
tipe 1 dimana tidak ada insulin sama sekali, DM tipe 2 dapat terjadi pada
produksi insulin tinggi, normal, atau rendah. Namun karena adanya resistensi
terhadap insulin, insulin tidak berfungsi seperti seharusnya sehingga
menyebabkan hiperglikemia. Dengan demikian, DM tipe 2 merupakan
gangguan produksi insulin (disfungsi sel beta) dan kerja insulin (resistensi
insulin). Umumnya prevalensi DM tipe 2 lebih tinggi pada lansia dan obesitas,
namun juga dapat terjadi pada adolescent yang obesitas.

B. Etiologi
Etiologi atau faktor risiko DM tipe 2 antara lain:
1. Unchangeable risk factor
a. Kelainan genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap
diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak
dapat menghasilkan insulin dengan baik.
b. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis
menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul
setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45
tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya
tidak peka lagi terhadap insulin.
2. Changeable risk factor
a. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang
manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin
otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan
stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang
beresiko terkena diabetes mellitus.
b. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko
terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak
pankreas, sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan
gangguan kerja insulin ( resistensi insulin).
c. Kurang aktivitas fisik
Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan
tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai
profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah
mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan
energi hanya sedikit.
d. Obesitas
80% dari penderita NIDDM mengalami obesitas. Obesitas pada tubuh
bagian atas (upper body obesity) atau obesitas abdomen memiliki risiko
lebih tinggi terkena diabetes.
e. Merokok
Berdasarkan penelitian sebuah universitas di Swiss, mereka yang
menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko
terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan
terhadap insulin. Kekebalan tubuh terhadap insulin biasanya mengawali
terbentuknya Diabetes tipe 2.
f. Hipertensi
Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan
resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan
konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas
metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada
kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis
beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh
darah.

C. Patofisiologi dan manifestasi klinis
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi
dalam 3-10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi pada fase ini
disimpan dalam sel beta (siap pakai) namun tidak dapat menurunkan glukosa
darah sehingga merangsang fase 2, yaitu sekresi insulin yang dimulai 20 menit
setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi
sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang
normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1
tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh
hati meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara
berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan
menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan gangguan
fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di
mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta.
Kelainan metabolis yang terjadi pada DM tipe 2 meliputi: disfungsi sel
beta dan sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan peningkatan produksi
glukosa hepar. Resistensi insulin awalnya menyebabkan peningkatan sekresi
insulin oleh sel beta (menjadi hiperinsulinemia) sedangkan tubuh berusaha
untuk mempertahankan keadaan normal. Namun, respon insulin menurun
karena meningkatnya disfungsi sel beta. Hal ini akan menghasilkan
meningkatnya level glukosa darah postprandial. Akhirnya, tingkat glukosa
darah puasa juga meningkat sehingga terjadi DM tipe 2. Klien dengan DM tipe
2 mungkin dapat mengalami defisiensi insulin absolut dimana tidak ada
produksi insulin dikarenakan kerusakan/disfungsi sel beta yang progresif.
Penyebab disfungsi sel beta pada prediabetes dan DM tipe 2 antara lain:
1. Menurunnya massa sel beta yang mungkin terjadi karena faktor genetik
yang berperan dalam diferensiasi dan mengatur fungsi sel beta, dan juga
faktor lingkungn seperti adanya diabetes maternal/gestasional atau adanya
gangguan pertumbuhan intrauterin.
2. Meningkatnya apoptosis/degenerasi sel beta
3. Resistensi insulin dalam waktu yang lama mengakibatkan kelelahan sel beta
yang kemudian menyebabkan kerusakan sel beta
4. Hiperglikemia kronik yang dapat menyebabkan desensitisasi sel beta
(glucotoxicity)
5. Elevasi kronik pada asam lemak bebas yang bersifat toksik disebut
lipotoxicity
6. Deposisi amyloid pada sel beta dapat menyebabkan disfungsi
Manifetasi klinis yang timbul pada DM tipe 2 antara lain:
1. Keluhan umum
a. Penurunan berat badan
Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk
kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain
yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak
dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Polyuria
Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak miksi. Miksi
yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita,
terutama pada waktu malam hari.
c. Polydipsia
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang
keluar melalui miksi. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira
sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat.
d. Polyphagia
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
2. Keluhan lain:
a. Gangguan saraf perifer/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan pada
fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai.
b. Gatal/bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini
dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau
tertusuk peniti.
c. Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks,
apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
d. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.

D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada DM tipe 2 meliputi
1. Neuropati
Neuropati ditandai berkurang atau hilangnya sensasi sensori (meliputi
tekanan, rasa sakit, sensasi sentuhan, panas maupun dingin) di bagian tubuh
perifer, terutama kaki. Jika klien mengalami luka di telapak kaki (biasanya
jempol kaki), luka tersebut dapat terlambat diketahui dan ditangani karena
klien tidak merasakan sakit sampai pada tahap tertentu (jaringan yang lebih
dalam). Buruknya sirkulasi di perifer juga menyebabkan anggota tubuh
seperti tangan dan kaki klien terasa kesemutan atau kebas.
2. Gastroparesis
Gastroparesis merupakan lambatnya pengosongan lambung, disebabkan
oleh neuropati pada vagus. Hal ini dapat memperparah kondisi klien.
Apabila makanan telah dicerna, kadar gula darah akan meningkat. Jika
makanan lama dicerna, dapat menimbulkan pertumbuhan bakteri di saluran
GI. Gejala gastroparesis dapat berupa heartburn (sakit ulu hati), mual,
muntah, merasa kenyang lebih awal, berat badan turun, abdominal bloating,
level gula darah tidak teratur, kurang nafsu makan, gastroesofageal refluks,
dan spasme dinding lambung, dapat menyebabkan kolik abdomen. Parah
atau tidaknya gejala tersebut tergantung dari prognosis penyakit dan klien
itu sendiri.
3. Nefropati (gangguan ginjal)
Kadar gula darah yang tinggi membuat kerja ginjal untuk menyaring darah
menjadi semakin berat. Jika hal ini berlangsung dalam waktu lama
(bertahun-tahun) dalam keadaan kronis, filter oleh ginjal dapat mengalami
gangguan dan akhirnya protein dapat ikut masuk dalam urin, yang disebut
albuminuria. Mikroalbuminuria yang tidak segera mendapat tindakan atau
makroalbuminuria lama kelamaan dapat menyebabkan gagal ginjal.
4. KAD
Jika terjadi kondisi KAD dimana level keton dalam darah tinggi, hal ini
berarti DM sudah menjadi parah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar
glukosa dalam sel tubuh yang membuat tubuh mendapatkan energi dari
pembakaran lemak yang menghasilkan keton. KAD dapat menyebabkan
koma diabetik atau bahkan kematian. Gejalanya meliputi kehausan (mukosa
mulut sangat kering), miksi sering, hiperglikemia, kadar keton di urine
tinggi, sering merasa lelah, kulit kering atau memerah, mual, muntah, nyeri
abdomen, sesak napas, bau napas seperti buah, tidak fokus (konfusi,
delirium).

Referensi:
Conroy, M.L., et al. (2010). Atlas of Pathophysiology. 3rd ed. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.
Porth, M.C., et al. (2004). Pathophysiology: Concepts of altered health states. 7th
ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins.
American Diabetes Association. (2014). http://www.diabetes.org/living-with-
diabetes/complications/ (diakses pada 17 April 2014)
Jafar, N. (2009). Penanggulangan diabetes mellitus tipe 2.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2683/B26%20PE
NANGGULANGAN%20DM%20TIPE%202.doc?sequence=1 (diakses
pada 17April 2014)

Anda mungkin juga menyukai