100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
544 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus tipe 2 yang merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin dan resistensi insulin. Faktor risikonya antara lain genetik, usia, gaya hidup buruk, obesitas, dan hipertensi. Komplikasinya dapat berupa neuropati, gangguan pencernaan, dan gangguan lainnya.
Deskripsi Asli:
Diabetes Melitus merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah meningkat melebihi normal. DM dapat dibedakan menjadi tipe 1 dan 2, tergantung penyebab dan sifat prognosis penyakit.
Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus tipe 2 yang merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin dan resistensi insulin. Faktor risikonya antara lain genetik, usia, gaya hidup buruk, obesitas, dan hipertensi. Komplikasinya dapat berupa neuropati, gangguan pencernaan, dan gangguan lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang diabetes melitus tipe 2 yang merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh gangguan produksi insulin dan resistensi insulin. Faktor risikonya antara lain genetik, usia, gaya hidup buruk, obesitas, dan hipertensi. Komplikasinya dapat berupa neuropati, gangguan pencernaan, dan gangguan lainnya.
A. Definisi Diabetes merupakan gangguan metabolisme yang ditandai oleh hiperglikemia sebagai akibat dari insulin tidak adekuat, kurangnya kerja insulin, atau keduanya. Diabetes melitus dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain. DM tipe 2 adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh terganggunya produksi insulin, produksi glukosa hati yang tidak sesuai, atau insensitivitas reseptor insulin di perifer. Tidak seperti DM tipe 1 dimana tidak ada insulin sama sekali, DM tipe 2 dapat terjadi pada produksi insulin tinggi, normal, atau rendah. Namun karena adanya resistensi terhadap insulin, insulin tidak berfungsi seperti seharusnya sehingga menyebabkan hiperglikemia. Dengan demikian, DM tipe 2 merupakan gangguan produksi insulin (disfungsi sel beta) dan kerja insulin (resistensi insulin). Umumnya prevalensi DM tipe 2 lebih tinggi pada lansia dan obesitas, namun juga dapat terjadi pada adolescent yang obesitas.
B. Etiologi Etiologi atau faktor risiko DM tipe 2 antara lain: 1. Unchangeable risk factor a. Kelainan genetik Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes mellitus, karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik. b. Usia Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin. 2. Changeable risk factor a. Stress Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek penenang sementara untuk meredakan stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang beresiko terkena diabetes mellitus. b. Pola makan yang salah Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko terkena diabetes mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan berat badan lebih (obesitas) mengakibatkan gangguan kerja insulin ( resistensi insulin). c. Kurang aktivitas fisik Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi, yang biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko penderita DM adalah mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan energi hanya sedikit. d. Obesitas 80% dari penderita NIDDM mengalami obesitas. Obesitas pada tubuh bagian atas (upper body obesity) atau obesitas abdomen memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes. e. Merokok Berdasarkan penelitian sebuah universitas di Swiss, mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin. Kekebalan tubuh terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2. f. Hipertensi Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan resistensi insulin dan abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi metabolik yang meningkatkan morbiditas. Abnormalitas metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substansi bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah.
C. Patofisiologi dan manifestasi klinis Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan. Insulin yang disekresi pada fase ini disimpan dalam sel beta (siap pakai) namun tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2, yaitu sekresi insulin yang dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di mana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Kelainan metabolis yang terjadi pada DM tipe 2 meliputi: disfungsi sel beta dan sekresi insulin, resistensi insulin perifer, dan peningkatan produksi glukosa hepar. Resistensi insulin awalnya menyebabkan peningkatan sekresi insulin oleh sel beta (menjadi hiperinsulinemia) sedangkan tubuh berusaha untuk mempertahankan keadaan normal. Namun, respon insulin menurun karena meningkatnya disfungsi sel beta. Hal ini akan menghasilkan meningkatnya level glukosa darah postprandial. Akhirnya, tingkat glukosa darah puasa juga meningkat sehingga terjadi DM tipe 2. Klien dengan DM tipe 2 mungkin dapat mengalami defisiensi insulin absolut dimana tidak ada produksi insulin dikarenakan kerusakan/disfungsi sel beta yang progresif. Penyebab disfungsi sel beta pada prediabetes dan DM tipe 2 antara lain: 1. Menurunnya massa sel beta yang mungkin terjadi karena faktor genetik yang berperan dalam diferensiasi dan mengatur fungsi sel beta, dan juga faktor lingkungn seperti adanya diabetes maternal/gestasional atau adanya gangguan pertumbuhan intrauterin. 2. Meningkatnya apoptosis/degenerasi sel beta 3. Resistensi insulin dalam waktu yang lama mengakibatkan kelelahan sel beta yang kemudian menyebabkan kerusakan sel beta 4. Hiperglikemia kronik yang dapat menyebabkan desensitisasi sel beta (glucotoxicity) 5. Elevasi kronik pada asam lemak bebas yang bersifat toksik disebut lipotoxicity 6. Deposisi amyloid pada sel beta dapat menyebabkan disfungsi Manifetasi klinis yang timbul pada DM tipe 2 antara lain: 1. Keluhan umum a. Penurunan berat badan Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus. b. Polyuria Kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak miksi. Miksi yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada waktu malam hari. c. Polydipsia Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui miksi. Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. d. Polyphagia Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar. 2. Keluhan lain: a. Gangguan saraf perifer/kesemutan Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga mengganggu tidur. Gangguan penglihatan pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai. b. Gatal/bisul Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti. c. Gangguan ereksi Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan masalah seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang. d. Keputihan Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
D. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada DM tipe 2 meliputi 1. Neuropati Neuropati ditandai berkurang atau hilangnya sensasi sensori (meliputi tekanan, rasa sakit, sensasi sentuhan, panas maupun dingin) di bagian tubuh perifer, terutama kaki. Jika klien mengalami luka di telapak kaki (biasanya jempol kaki), luka tersebut dapat terlambat diketahui dan ditangani karena klien tidak merasakan sakit sampai pada tahap tertentu (jaringan yang lebih dalam). Buruknya sirkulasi di perifer juga menyebabkan anggota tubuh seperti tangan dan kaki klien terasa kesemutan atau kebas. 2. Gastroparesis Gastroparesis merupakan lambatnya pengosongan lambung, disebabkan oleh neuropati pada vagus. Hal ini dapat memperparah kondisi klien. Apabila makanan telah dicerna, kadar gula darah akan meningkat. Jika makanan lama dicerna, dapat menimbulkan pertumbuhan bakteri di saluran GI. Gejala gastroparesis dapat berupa heartburn (sakit ulu hati), mual, muntah, merasa kenyang lebih awal, berat badan turun, abdominal bloating, level gula darah tidak teratur, kurang nafsu makan, gastroesofageal refluks, dan spasme dinding lambung, dapat menyebabkan kolik abdomen. Parah atau tidaknya gejala tersebut tergantung dari prognosis penyakit dan klien itu sendiri. 3. Nefropati (gangguan ginjal) Kadar gula darah yang tinggi membuat kerja ginjal untuk menyaring darah menjadi semakin berat. Jika hal ini berlangsung dalam waktu lama (bertahun-tahun) dalam keadaan kronis, filter oleh ginjal dapat mengalami gangguan dan akhirnya protein dapat ikut masuk dalam urin, yang disebut albuminuria. Mikroalbuminuria yang tidak segera mendapat tindakan atau makroalbuminuria lama kelamaan dapat menyebabkan gagal ginjal. 4. KAD Jika terjadi kondisi KAD dimana level keton dalam darah tinggi, hal ini berarti DM sudah menjadi parah. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar glukosa dalam sel tubuh yang membuat tubuh mendapatkan energi dari pembakaran lemak yang menghasilkan keton. KAD dapat menyebabkan koma diabetik atau bahkan kematian. Gejalanya meliputi kehausan (mukosa mulut sangat kering), miksi sering, hiperglikemia, kadar keton di urine tinggi, sering merasa lelah, kulit kering atau memerah, mual, muntah, nyeri abdomen, sesak napas, bau napas seperti buah, tidak fokus (konfusi, delirium).
Referensi: Conroy, M.L., et al. (2010). Atlas of Pathophysiology. 3rd ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins. Porth, M.C., et al. (2004). Pathophysiology: Concepts of altered health states. 7th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health Lippincott Williams & Wilkins. American Diabetes Association. (2014). http://www.diabetes.org/living-with- diabetes/complications/ (diakses pada 17 April 2014) Jafar, N. (2009). Penanggulangan diabetes mellitus tipe 2. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2683/B26%20PE NANGGULANGAN%20DM%20TIPE%202.doc?sequence=1 (diakses pada 17April 2014)