j * PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR I4 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN 2006 PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SETATAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH . PROVINSI (RTRWP)SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAT\ J , Meni mbang : a. Mengi ngat : 1. b. c, bahwa upaya untuk memanfaatkan ruang Provinsi Sumatera Selatan secara optimal, serasi, seimbang dan lestari, maka perlu dilakukan penataan ruang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasi l a; bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Selatan yang diatur dengan Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 5 Tahun 1994 sudah ti dak sesuai dengan kondi si saat i ni ; bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan demi kepastian hukum, dipandang perlu melakukan revisi terhadap Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera Selatan. Undang-Undang Rl Nomor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan (Lembaran Negara Rl Tahun 1959 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1814); Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Rl Tahun 1960 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); Undang-Undang Rl Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Rl Tahun 1967 Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831); Undang-Undang Rl Nomor 3 Tahun 1972 tentang Transmigrasi (Lembaran Negara Rl Nomor 4486, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496); Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1984 tentang Peri ndustri an (Lembaran Negara Rl Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274); Undang-Undang Rl Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagal i stri kan (Lembaran Negara Rl Tahun 1985 Nomar 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317); 2. 3. 4. 5. 6. 7. Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Rl Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 8. Undang-Undang Rl Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Rl Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 9. Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 23, .Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 10. Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 2T,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3470); 11. Undang-Undang Rl Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478): 12. Undang-Undang Rl Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu tintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480); 13. Undang-Undang Rl Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3481); 14. Undang-Undang Rl Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3493); 15. Undang-Undang Rl Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 3501, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501); 16. Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1994 tentang Konvensi PBB Mengenai Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Rl Tahun 1994 Nomor41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3556); 17. Undang-Undang Rl Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 18. Undang-Undang Rl Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3881); 19. Undang-Undang Rl Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) junto Undang-Undang Rl Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang- Undang Rl Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Rl Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Rl Tahun 2AO4 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 20. Undang-Undang Rl Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor 217); 21. Undang-Undang Rl Nomor 22 Tahun 2001 tentang Mi nyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152); 22.Undang-Undang Rl Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Rl Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169); 23. Undang-Undang Rl Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Rl Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4327); 24. Undang-Undang Rl Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 25.Undang-Undang Rl Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 850, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4411); 26. Undang-undang Rl Nomor 25 Tahun 20a4 tentang sistem Perencanaan Pembangunan Nasi onal (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor l Q4,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 27. Undang-Undang Rl Nomor 31 Tahun 2OO4 tentang Perikanan (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4433); 28. Undang-Undang Rl Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 29. Undang-Undang Rl Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 30. Undang-Undang Rl Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 132); 31. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air (Lembaran Negara Rl Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225); 32. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan (Lembaran Negara Rl Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3293); 33. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Rl Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3294); 34.Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan lnstansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3375); 35. Peraturan Pemeri ntah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Rl Tahun 1991 Nomor 44,Tambahan Lembaran . Negara Nomor 3445); 36. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk Tata Cara Peran Serta h4asyarakat dalam Penataan Ruang (Lernbaran Negara Rl Tahun 1996 hlomor 104) ; 37. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721); 38.Peraturan Pemeri ntah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lennbaran Negara Rl Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776); 39. Peraturan Pemeri ntah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendal i an Pencemaran dan atau Perusakan Laut (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3816); 40" Peraturan Pemeri ntah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Anal i sa Mengenai Dampak Li ngkungan (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838); 41. Peraturan Pemeri ntah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendal i an Pencemaran Udara (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 3853); 42.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembara Negara Nomor 393a); 43. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Pel aksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967; 44. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan yang Berhubungan Dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 10); 45. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2au tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095); 46.Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 77, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4106); 47. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145); 48. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146); 49. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang lrigasi (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembaran . Negara Nomor 4156); 50. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 153); 51. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengel ol aan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan (Lembaran Negara Rl Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 42AO); 52. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomar 45, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4385); 53. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hul u Mi nyak dan Gas Burni (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4435); 54. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hi l i r Mi nyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 124,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4436); 55. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Hutan (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 146 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4452); 56. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 147); 57. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 58. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Li ndung; 59.Keputusan Presi den Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan Tanah Bagi Kawasan l ndustri ; 60. Keputusan Presi den Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi Pel aksanaan Pembangunan untuk Kepenti ngan Umum; 6l.Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi Penataan Ruang Nasi onal ; 62. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 63. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan; 64. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Rl Tahun 2005 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4469); 65..Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah' 66. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1998 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Propinsi Daerah Tingkat I dan Rencana Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat ll; 67. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1457]KaOOO tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan Pertambangan dan Energi; 6S.Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 76/KPTS-|ll2O01 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera Selatan; 69. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 32T]KPTS]M/2003 tentang Penetapan 6 (enam) Pedoman Bidang Penataan Ruang; 70. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah' Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN dan GUBERNU R SU MATERA SELATAN MEMUTUSKAN : MENCTAPKAN: PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI (RTRWP) SUMATERA SELATAN 6 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah iniyang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Selatan. 2. Pemerintah adalah Perangkat Negara Kesatuan Republik lndonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu-pembantunya. 3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan; 4. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Selatan. 5. BupatiMalikota adalah BupatiMalikota Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. 6. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan. 7. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang selanjutnya disingkat RTRWP adalah arahan kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan dan pengembangan ruang wilayah Sumatera Selatan yang menjadi pedoman bagi penataan ruang Wilayah Provinsi dan merupakan dasar dalam penyusunan prog ram-prog ram pembang unan. L Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahkluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya. L Tata ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik yang di rencanakan maupun ti dak. 10. Penataan ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang. 11. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. 13. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. 14. Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. 15. Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusi a, dan sumber daya buatan. 16. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta masyarakat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. 21. 22. 23. 17. 18. 19. 20. 24. 25. 26. 27. 28. Kawasan Pertambangan adalah kawasan tempat kegiatan pengusahaan bahan galian/tambang mulai dari penyelidikan umum, eksplonasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian dan pengangkutan' Kawasan Strategis adalah kawasan yang mempunyai nilai strategis yang penataan ruang nya diprioritaskan. Kawasan Andalan adalah kawasan yang memiliki potensi untuk memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pergeseran struktur ekonomi' Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk kepentingan kegiatan pertahanan dan keamanan, yang terdiri dari kawasan latihan militer, kawasan pangkalan TNI Angkatan Udara, kawasan pangkalan TNI Angkatan Laut, dan kawasan militer lainnya. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan l ai nnya ti dak dapat di pi sahkan. Li ngkungan Hi dup adal ah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhl uk hi dup termasuk manusi a dan peri l akunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup l ai nnya. Daya Dukung Li ngkungan Hi dup adal ah kemampuan l i ngkungan hi dup untuk mendukung peri kehi dupan manusi a dan makhl uk hi dup l ai n. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat energi dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukkan ke dalamnya. Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyel uruh dan sal i ng mempengaruhi dal am membentuk kesei mbangan, stabi l i tas, dan produkti vi tas l i ngkungan hi dup. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah pusat kegiatan yang mempunyai potensi sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional dan mempunyai potensi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi dengan skala pelayanan nasional atau regional. Pusat Kegiatan Witayah yang selanjutnya disingkat PKW adalah pusat kegiatan yang mempunyai potensi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang melayani lintas/antar kabupatenlkota. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah pusat kegiatan yang mempunyai potensi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten/kota atau lintas/antar kecamatan. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegi atan ekonomi . 29. 8 30. 31. 32. 33. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan' pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial' dan kegiatan ekonomi. Kawasan tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan' Pembangunan Berkel anj utan yang berurawasan l i ngkungan hi dup adal ah upaya sadar dan terencana yang memadukan l i ngkungan hi dup, termasuk sumber daya' ke dalam proses pembangunan untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan dan mutu hi dup generasi masa ki ni dan generasi masa depan' BAB II ASAS. TUJUAN, SASARAN DAN FUNGSI Baqian Pertama Asas Pasal2 RTRWP didasarkan atas asas : a. Asas Keterpaduan, yakni memperhatikan kesatuan kegiatan pemanfaatan ruang yang di l akukan ol eh pemeri ntah (pusat, provi nsi , dan kabupaten/kota)' sektor swasta/dunia usaha, dan masyarakat berdasarkan perti mbangan menyoh;ruh ; b. Asas Daya Guna dan Hasi l Guna, yakni memperhati kan segenap potensi dan pemanfaatan Sumber Daya Al am (SDA), Sumber Daya Buatan (SDB), dan Sumber Daya Manusi a (SDM) yang ada, agar dapat menghasi l kan manfaat dan kual i tas ruang yang oPti mal bagi wi l ayah; c. Asas Keserasian, Keseimbangan dan Keselarasan, yakni memperhatikan persebaran penduduk, pertumbuhan serta keterkaitan antar sektor dan antar kawasan, agar tercapai keselarasan dan keseimbangan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilaYah; d. Asas Berkel anj utan, yakni memperhati kan kemampuan daya dukung sumber daya alam, lingkungan dan kepentingan generasi berikut agar tercapai kelestarian claya dukung secara berkelanjutan; e. Asas Keterbukaan, yakni memperhatikan hak yang ada pada setiap rnasyarakat untuk mengetahui rencana-rencana tata ruang wilayah yang disusun secara terbuka; f. Asas Persamaan dan Keadilan, yakni memperhatikan adanya hak yang sama pada setiap masyarakat untuk menikmati manfaat dan atau nilai tarnbah ruang, serta hak untuk mendapatkan penggantian yang layak atas kondisi yang dialarninya akibat kegiatan pembangunan yang sesuai rencana tata ruang wilayah; g. Asas perl i ndungan Hukum, yakni memperhati kan perl unya j ami nan perl i ndungan hukum untuk memberi kan kepasti an dan rasa aman dal am berusaha terhadap seti ap hak atas pemanfaatan ruang yang di beri kan kepada masyarakat. 9 Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 RTRWP bertujuan : a. mencapai optimasi dan sinergi pemanfaatan sumberdaya seeara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan nasional; b. menciptakan keserasian dan keseimbangan antara lingkunEan dan sebaran kegiatan; c. meningkatk an .daya guna dan hasil guna pelayanan atas pengembangan dan pengelolaan ruang; d. mewujudkan keseimbangan dan keserasian perkembangan daerah kabupaten/kota serta antar sektor dalam rangka mendorong pelaksanaan otonomi daerah. Bagian Ketiga Sasaran Pasal 4 Sasaran RTRWP adalah untuk : a. tersusunnya rencana pembangunan wilayah jangka panjang yang dapat berfungsi sebagai wadah keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi Pemerintah, Pemerintah Daerah (Provinsi dan kabupaten/kota), swasta serta masyarakat; b. terwujudnya pemanfaatan ruang yang serasi dan seimbang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung pertumbuhan dan perkembangan Provinsi Sumatera selatan, tanpa mengabaikan aspek lingkungan hidup; c. terciptanya pola tata ruang yang serasi dan optimal, serta penyebaran fasilitas dan utilitas secara tepat dan merata sesuai peningkatan kualitas lingkungan dengan norma-norma Yang berlaku; d. terumuskannya prioritas pengembangan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan. Bagian KeemPat Fungsi Pasal 5 Fungsi RTRWP adalah : a. sebagai arahan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk menetapkan lokasi dalam menyusun program-program dan proyek-proyek pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di daerah; b. sebagai dasar dalam pemberian rekomendasi pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang sudah ditetapkan; r0 c. sebagai perumusan kebijaksanaan pokok pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang diwilayah Provinsi sumatera selatan; d. sebagai perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar kawasan di wilayah provinsi sumatera Selatan serta keserasian pembangunan antar sektor. BAB IIl KEDUDUKAN, W| LAYAHDANJANGKAWAKTURENCANA Pasal 6 Kedudukan RTRWP adalah : a. sebagai penjabaran strategi dan arahan kebijaksanaan Pemanfaatan Ruang wilayah Nasional dan Pulau Sumatera; b. acuan bagi penyusunan RTRW Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan. Pasal 7 wilayah Perencanaan dalam RTRWP adalah Daerah dalam pengertian wilayah administrasi yang meliputi daratan seluas 8.701.742 Ha, wilayah pesisir dan laut serta wilayah udara. Pasal 8 Jangka waktu RTRWP adalah 15 (lima belas) tahun' BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG Pasal 9 Strategi Pengembangan Tata Ruang mencakup : a. Strategi Pengembangan Kawasan Lindung; b. Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya; c. Strategi Pengembangan Sistem Kota-Kota; d. Strategi Penataan Pusat Pertumbuhan; e' st r at egi PengembanganSi st emsar anadanPr asar ana; f. Strategi Pengembangan Wilayah Prioritas; g. Strategi Pengembangan Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan untuk Mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan' Pasal 10 Untuk menjamin kelestarian lingkungan dan kesinambungan pemanfaatan sumber daya alam sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan, maka strategi pengembangan kawasan lindung adalah sebagai berikut: a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditunjuk dan atau ditetapkan dan mengembangkan kawasan lindung berdasarkan Keputusan Presiden Rl Nomor 32 Tahun 1990 dan atau pertimbangan mendasar sesuai dengan kebutuhan wilayah; b. menetapkan kawasan lindung dengan fungsi habitat, fungsi konservasi plasma nutfah, fungsi pengaturan tata air, fungsi pendidikan dan kebudayaan, fungsi rekreasi' l l c. penyangga efek pemanasan global serta perlindungan terhadap kawasan rawan bencana; mencegah perambahan kawasan lindung melalui pengembangan daerah penyangga di sekitar kawasan lindung dan peningkatan perekonomian masyarakat yang tinggal di seki tar kawasan l i ndung; mempertahankan kondisi kawasan hutan tetap seluas 37 o/o dari luas daerah; memantapkan pengawasan dan penegakan hukum. d. e. Pasal 1 1 Untuk meningkatkan keterkaitan potensi, daya dukung wilayah, dan keselarasan serta keterpaduan pengembangan kawasan budidaya, maka strategi pengembangan kawasan budidaya adalah sebagai berikut : a. pengembangan sektor pertanian dalam arti luas diarahkan untuk mewujudkan Provinsi Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan, mencakup : 1. pengembangan pertanian secara ekstensifikasi diarahkan pada wilayah-wilayah yang memi l i ki potensi berdasarkan kesesuai an l ahan dan keunggul an komparati f serta dukungan prasarana sumber daya air dengan memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan. Pengembangan kegiatan ini diarahkan pada Areal Penggunaan Lai n (APL); 2. pengembangan tanaman perkebunan/tahunan dan padang penggembal aan di arahkan pada l ahan yang ti dak sesuai untuk pengembangan tanaman pangan; 3. rehabilitasi kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas yang kondi si nya secara ekol ogi s dapat di pertahankan dan di bi na sebagai hutan al am dengan sistem Silvikultur Hutan Alam dan kawasan hutan alam yang kondisinya berupa al ang-al ang, bel ukar dan hutan rawa, di l akukan dengan pol a Hutan Tanaman; b. pengembangan potensi pertambangan dan energi diarahkan pada optimalisasi pemanfaatan sumber daya pertambangan dan energi untuk mewujudkan Sumatera Sel atan sebagai Lumbung Energi Nasi onal ; c. pengembangan kawasan industri di Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, sumber energi dan daya dukung l i ngkungan hi dup; d. pengembangan kawasan pariwisata diarahkan pada objek-objek wisata alam dan budaya dengan mengembangkan sarana dan prasarana pendukung; e. pengembangan kawasan permuki man di arahkan mel al ui pengembangan permuki man skala besar untuk mendukung perkembangan kawasan yang tumbuh cepat. f. pengembangan Kawasan Hankam dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat berdasarkan prinsip-prinsip penataan ruang kawasan pertahanan. Pasal 12 Untuk mengembangkan kota-kota dalam satu kesatuan hirarki kota dan agar berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan, maka strategi pengembangan kota-kota adalah sebagai beri kut : 12 a. strategi pengembangan struktur wilayah dilakukan dengan membentuk keterkaitan antar pusat-pusat pertumbuhan sebagai kesatuan sistem wilayah' mengarahkan orientasi pergerakan serta penyebaran pelayanan yang proporsional dan terstruktur; b. strategi pengembangan sistem kota-kota dilakukan dengan meningkatkan dan mengembangkan kota-kota menjadi satu kesatuan hirarki kota agar berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan sesuai dengan struktur wilayah' Pasal 13 untuk meminimalisasi kesenjangan pertumbuhan wilayah, maka strategi penataan pusat pertumbuhan dilakukan dengan membentuk keterkaitan antara sektor, wilayah, dan kota dengan wilayah belakangnya serta keterkaitan kota dengan kota lainnya' Pasal 14 Untuk meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana pelayanan kepada masyarakat, maka strategi pengembangan sistem prasarana dan sarana sebagai berikut: a. pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana secara terpadu untuk membuka isolasidaerah-daerah terpencil dan tertinggal serta mengembangkan pusat- pusat pertumbuhan dan PelaYanan; b. pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana transportasi darat meliputi angkutan jalan, sungai, penyeberangan dan kereta api untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian Daerah; c. pembangunan dan pengembangan pelabuhan laut serta moda angkutan laut untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian Daerah; d. pembangunan dan pengembangan pelabuhan udara serta moda angkutan udara diarahkan untuk mengantisipasi perkembangan perekonomian Daerah; e. pengembangan sistem pelayanan pos dan telekomunikasi untuk meningkatkan pelayanan sampai menjangkau daerah-daerah terpencil; t. pengembangan potensi energi primer dan energi baru/terbarukah dan sistem interkoneksi pulau Sumatera dan Sumatera - Pulau Jawa untuk meningkatkan ketersediaan sumber daya energi listrik; g. pengembangan sistem sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan non pertanian; h. peningkatan sistem pengawasan dan pengelolaan lingkungan' Pasal 15 strategi pengembangan wilayah prioritas adalah sebagai berikut : a. membangun daerah tertinggal untuk memperluas kesempatan kerja serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. memperbaiki kawasan kritis yang mempunyai fungsi lindung terhadap daerah bawahannya dan perlindungan setempat; c. penataan kawasan yang tumbuh cepat untuk mengantisipasi pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan sarana dan prasarana, serta peningkatan aktivitas perekonomi an; l 3 d. pengembangan kawasan andalan untuk mendukung kegiatan sektor strategis; e. mengaranran pertumbuhan kawasan yang mempunyai prospek pengembangan dan pengaruh kuat terhadap daerah di sekitarnya' Pasal 16 Strategi pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan untuk mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan : a. penetapan sentra hutan di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering llir dan Kabupaten.Musi Banyuasi n dengan basi s l ndustri Pul p; b. pengembangan industri hilir yang memanfaatkan produk - produk unggul dari sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan; c. intensifikasi pertanian dalam rangka peningkatan kualitas dan kuantitas produksi pangan. BAB V RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA SELATAN Bagian Pertama Kawasan Lindung Pasal 17 Kawasan Lindung yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari : a. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya; b. Kawasan Perlindungan SetemPat; c. Kawasan Suaka Alam, Cagar Alam dan Cagar Budaya; d. Kawasan Rawan Bencana' Pasal 18 Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya sebagaimana tercantum pada pasal 17 butir a mencakup : a. Hutan Lindung yang tersebar di Kabupaten Lahat, Kabupaten Ogan Komering Ilir' Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kota Pagar Alam dan Kabupaten Musi Banyuasi n. b. Kawasan Bergambut, yaitu kawasan yang mempunyai ketebalan gambut 3 meter atau lebih yang terdapat di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupat enBanyuasi ndanKabupat enoganKomer i ngl | i r . Pasal 19 Kawasan Perlindungan Setempat sebagaimana tercantum pada Pasal 17 butir b mencakup: a. kawasan sempadan pantai yang meliputi daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari 14 b. f. titik pasang tertinggi ke arah darat, dan terletak di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering llir; kawasan sempadan sungai yang meliputi kawasan minimal 100 meter di kiri kanan sungai besar yang terletak di sepanjang sungai Musi, sungai Ogan, sungai Komering, sungai Mesuj i , sungai Lematang, sungai Sembi l ang, sungai Laki tan, sungai Banyuasi n dan sungai Lal an. Untuk anak sungai di l uar kawasan permuki man, mel i puti rentang 50 meter di ki ri kanan sungai seperti sungai Semangus, sungai Rawas, sungai Lempui ng, sungai Batanghari l eko, sungai Jeri ng dan l ai n-l ai n; sedangkan di kawasan permukiman, sempadan sungai ditetapkan pada rentang 15 meter dari kiri-kanan sungai ; kawasan sempadan danau/waduk meliputi daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pinggiran danau/waduk, pada rentang 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, terletak di Danau Ranau (Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan), Danau Rakihan (Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u), Danau Tel uk Rasau dan Danau Tel uk Gel am (Kabupaten ogan Komering llir), Danau Ulak Lia (Kabupaten Musi Banyuasin), dan Danau lainnya yang tersebar di Provinsi Sumatera Selatan; kawasan sekitar mata air meliputi kawasan dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata air tersebar di Provinsi Sumatera Selatan; kawasan pantai berhutan Mangrove, meliputi kawasan sepanjang pantai yang ditumbuhi oleh tanaman mangrove, terletak di pantai timur Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r; kawasan hutan kota dan ruang terbuka hijau tersebar di seluruh kabupaten/kota. Pasal 20 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Alam serta Kawasan Cagar Budaya sebagaimana tercantum pada Pasal 17 butir c terdiri dari: a. Kawasan Suaka Alam, yaitu Suaka Margasatwa Gunung Raya di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Kabupaten Ogan Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin, Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah di Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah di Kabupaten Lahat, Suaka Margasatwa Dangku dan Bentayan di Kabupaten Musi Banyuasin b. Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau, dan Taman Nasi onal Sembi l ang di Kabupaten Banyuasi n; c. Taman Hutan Raya kelompok Hutan Kemampo di Kabupaten Banyuasin; d. Taman Wisata Alam Punti Kayu di Kota Palembang; e. Cagar Budaya Bukit Siguntang dan Taman Purbakala Sriwijaya di Kota Palembang, Megalit di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat dan Situs Candi Bumiayu di Kabupaten Muara Eni m. d. e. r5 Pasal21 Kawasan Rawan Bencana sebagaimana tercantum pada Pasal 17 butir d terdiri dari : a. Kawasan Rawan Bencana Longsor terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kota Pagaralam dan Kota Lubuklinggau ; b. Kawasan Rawan Bencana Banjir terletak di Kota Palembang, Kabupaten Ogan Komering Ulu Tmur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Musi Banyuasin; c. Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Dempo yang mencakup Kota Pagar Alam dan Kabupaten Lahat. Bagi an Kedua Kawasan Budidava Pasal 22 Kawasan budidaya di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari : a. Kawasan Hutan Produksi; b. Kawasan Pertani an; c. KawasanPertambangan; d. Kawasan Peri ndustri an; e. Kawasan Pariwisata; f. Kawasan Permukiman; g. Kawasan Tertentu. Pasal 23 Kawasan Hutan Produksi sebagaimana tercantum pada Pasal 22butir a terdiri dari : a. kawasan Hutan Produksi Tetap seluas + 1.810.023 Ha yang terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; b. kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas L 2L4.679 Ha yang terletak di Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Laha! Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Musi Banyuasin; Pasal 24 Perubahan peruntukan dan status kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) : a. Kawasan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas 600.323 ha diubah peruntukan dan status menj adi Areal Penggunaan Lai n (ApL); b. proses perubahan peruntukan sesuai dengan buti r a di l aksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. r6 Pasal 25 Kawasan Pertanian sebagaimana tercantum pada Pasal 22butir b terdiri dari : a. kawasan pertanian tanaman pangan : 1. tanaman pangan lahan basah terutama dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; 2. tanaman pangan lahan kering, tersebar di seluruh Provinsi Sumatera Selatan; b. kawasan perkebunan tanaman tahunan : 1. wilayah pengembangan komoditi karet meliputi Kabupaten Ogan Komering Ulu, ' Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enirn, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; 2. wilayah pengembangan komoditi kelapa sawit terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; 3. wilayah pengembangan kopi terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam; 4. wilayah pengembangan kelapa dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering lfir, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; c. kawasan peternakan : kawasan peternakan dikembangkan di semua wilayah Provinsi Sumatera Selatan terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; d. kawasan peri kanan: 1. perikanan darat terutama dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin dan Kota Pagar Alam; 2. perikanan laut dan pertambakan dikembangkan di Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering llir. l 7 Pasal 26 Kawasan Pertambangan sebagaimana tercantum pada Pasal 22 btltir c terdiri dari: a. gas al am dan mi nyak bumi di kembangkan di Kabupaten F/uara Eni m, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kota Prabumul i h,Kabupaten Banyuasi n, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r, Kabupaten Ogan l l i r, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u; b. batubara di kembangkan di Kabupaten Muara Eni m, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kabupaten Eanyuasi n, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Sel atan, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, Kota Prabumul i h dan Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r; c. pasir kuarsa terdapat di Kabupaten Ogan Komering llir; d. granit terdapat di Kabupaten Ogan Komering llir; e. batu kapur terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Musi Rawas; f . tanah l i at terdapat di Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Sel atan, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r, Kabupaten Ogan l l i r, Kabupaten Muara Eni m, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kota Prabunnul i h, Kota Pagar Al am dan Kota Lubuk Li nggau; g. pasi r dan koral terdapat di Ogan Komeri ng Ul u, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Sel atan, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten lVlusi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kabupaten Banyuasi n, Kota Pal embang, Kota Prabumul i h, Kota Pagar Al am dan Kota Lubuk Li nggau, h. marmer terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Lahat; i. batu apung dikembangkan di Kabupaten Ogan Konnering Ulu Selatan, Kabupaten Lahat dan Kota Pagar Alam; j. gas metan (coal bed methane) terdapat di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u, Kabupaten Banyuasin dan Kota Prabumulih; k. panas bumi (geothermal) terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Muara Eni m dan Kota Pagar Al am. Pasal 27 Kawasan Perindustrian sebagaimana tercantum pada Pasal 22 butir d terdiri dari : a. Kawasan industri yang berskala besar akan dikernbangkan di Kawasan Tanjung Api - Api ; b. Kawasan i ndust ri sedang dan i ndust ri keci l t ersebar di semua Kabupat en/ Kot a. 18 Pasal 28 Kawasan Pariwisata sebagaimana tercantum pada Pasal 22 butir e akan dikembangkan di Kabupaten/Kota. Pasal 29 Kawasan Permukiman sebagaimana tercantum pada Pasal 22butir f diarahkan : a. Kawasan Permukiman padat : di kota-kota Palembang, Baturaja, Lubuk Linggau, Prabumulih, Muara Enim, Lahat, Tanjung Enim dan Pagar Alam; b. Kawasan Permukiman sedang : di kota-kota Kayu Agung, Inderalaya, Sekayu, Pangkalan Balai, Muara Dua, Martapura, Tanjung Raja dan Gumawang (Belitang). Pasal 30 Kawasan Tertentu sebagaimana tercantum pada Pasal 22butir g terdiri dari : a. Kawasan Hankam: 1. Kawasan Pangkal an TNI AL di Kota Pal embang; 2. Kawasan Pangkalan TNI AU di Palembang menjadi satu dengan Kawasan Bandara SMB l l di Kota Pal embang; 3. Kawasan Objek Militer Baturaja (OMIBA) di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, dan Ogan Komeri ng Ul u Sel atan; 4. Kawasan Pangkal an dan Instal asi Mi l i ter yang tel ah ada di Provi nsi Sumatera Selatan. 5. Kawasan Hankam yang baru di proses mel al ui kaj i an ol eh Pemda dan atau TNl . b. Kawasan Bersejarah (situs) dan peninggalan perang di Kota Palembang, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Eni m; c. Kawasan Strategis, yaitu : Kawasan Tanjung Api-Api. Kawasan Metropolitan Palembang - lnderalaya - Pangkalan Balai - Sungsang, dan Kawasan Palembang - Betung - fnderalaya (Patungraya). Bagian Ketiga Pola Pengembangan Sistem Pusat-pusat Permukiman, Kawasan Perkotaan dan Perdesaan Pasal 31 Sistim pusat-pusat permukiman dilihat dalam konteks wilayah provinsi serta keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional terdiri dari : a. Kota Palembang, Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berfungsi sebagai kota pemerintahan skala Provinsi dan Kota, perdagangan, industri, jasa, pariwisata dan pendidikan serta pelayanan sosial; b. Kota Lubuk Linggau, Pusat Kegiatan Wilayah (Plff) berfungsi sebagai kota transit, pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan pendidikan; c. Kota Muara Enim, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berfungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, jasa dan industri; r9 d. Kota Baturaja, Pusat Kegiatan Wilayah (Plffi) berfungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, jasa, industri, pendidikan' dan pariwisata; e. Kota Kayu Agung, Pusat Kegiatan Wilayah (Plff) berfungsi sebagai kota pemerintahan, jasa dan perdagangan; f. Kota Inderalaya, Pusat Kegiatan Wilayah (Pl(ff) berfungsi sebagai kota pemerintahan, pendidikan, jasa dan perdagangan; g. Kota Lahat, Pusat Kegiatan Wilayah (Pl(W) berfungsi sebagai kota pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan pendidikan; h. Kota Sekayu,.Pusat Kegiatan Wilayah (Ptff) berfungsi sebagai kota pemerintahan, jasa dan perdagangan; i. Kota Prabumulih, Pusat Kegiatan Wilayah (Plffi) berfungsi sebagai kota pertambangan, industri, jasa dan perdagangan; j. Kota Sungsang, Pusat Kegiatan Wilayah (Plffi) berfungsi sebagai kota jasa, perdagangan, industri dan pariwisata; k. Kota Pangkalan Balai, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan, jasa dan perdagangan; l. Kota Muara Beliti, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan, j asa dan perdagangan; m. Kota Pagar Alam. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan, jasa, perdagangan, pertanian, dan pariwisata; n. Kota Martapura, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan, jasa dan perdagangan; o. Kota Muara Dua, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan, j asa dan perdagangan; PaSal 32 pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan dilakukan untuk mengurangi masalah kesenjangan wilayah dengan melihat keterkaitan antara Kawasan Perkotaan dengan Kawasan Perdesaan sebagai suatu sistem pembangunan. Bagian Keempat Pengembangan Wilayah Prioritas Pasal 33 Pengembangan Wilayah Prioritas bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekonomi wilayah atau penanganan permasalahan yang bersifat mendesak. Pasal 34 Wilayah prioritas di Daerah yang perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan terdiri dari : a. Kawasan Tertinggal karena keterbatasan sumberdaya dan aksesibilitas, terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, 2A Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi banyuasin dan Kabupaten Banyuasin; b. Kawasan Kritis, yang perlu dioptimalkan fungsi lindungnya untuk menghindari kerusakan lingkungan terletak di : 1. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten OEan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r, Kabupaten Ogan l l i r, Kabupaten Muara Eni m, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Banyuasi n dan Kabupaten Banyuasi n; 2. Daerah Al i ran Sungai (DAS) Musi dan DAS Sugi han - Lal an; c. Kawasan Andalan, terletak di Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kota Muara Enim, dan Kawasan Tanjung Api-Api; d. Kawasan Metropolitan Palembang - Inderalaya - Pangkalan Balai- Sungsang; e. Kawasan Tanjung Api-Api yang akan dikembangkan sebagai Kawasan Industri dan Pel abuhan Laut; f. kawasan segitiga pertumbuhan Palembang - Betung - Inderalaya (Patungraya). Kawasan ini merupakan kawasan yang mempunyai lokasi strategis untuk mendukung pertumbuhan Sumatera Selatan pada masa yang akan datang. BAB VI POLA PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH Bagian Pertama Sistem Prasarana Transportasi Pasal 35 Sistem prasarana transportasi diarahkan untuk menunjang perkembangan Daerah di bi dang sosi al , ekonomi , dan pertahanan keamanan nasi onal . Pasal 36 Sistem prasarana transportasi di Daerah meliputi : a. jaringan perhubungan darat terdiri dari : 1. Jal an Arteri Pri mer, yang menghubungkan : a) perbatasan Jambi dengan Kota Bumi (Lampung) mel al ui Lubuk l -i nggau, Lahat, Muara Enim, Tanjung Enim, Baturaja dan Martapura, disebut Lintbs Tengah Sumatera; b) perbatasan Jambi dengan Perbatasan Lampung melalui Bayung Lincir, Pangkal an Bal ai , Pal embang, Inderal aya, Kayu Agung, Penyandi ngan dan Pematang Panggang disebut Lintas Timur Sumatera; c) Pal embang dengan Muara Eni m mel al ui Prabumul i h di sebut Li ntas Penghubung; d) Betung dengan Lubuk Li nggau mel al ui Sekayu, Mangun Jaya, Muara Bel i ti di sebut Li ntas Penghubung; 2. Jal an Kol ektor Pri mer, yang menghubungkan : a) Prabumul i h dengan Baturaj a mel al ui Beri ngi n; 21 b) Sekayu dengan Muara Rupit melalui Babat Toman dan Bingin Teluk; c) Sekayu dengan Cinta Kasih melalui Pendopo; d) Kayu Agung dengan Muara Dua melalui cempaka dan Martapura; e) Lahat dengan KepahyanE (Bengkulu) melalui Pagaralam; f) Lahat dengan Kepahyang (Bengkulu) melalui Tebing Tinggi dan Tanjung Raya; 3. Jalan Kereta Api, yang menghubungkan : a) Kertapati (Palembang) ke Panjang (Lampung); b) Kertapati (Palembang) ke Lubuk Linggau; c) Stasiun Simpang (Kabupaten Ogan llir) ke Tanjung Api-Api (Kabupaten Banyuasin); d) stasiun simpang (Kabupaten ogan llir) ke Inderalaya (UNSRI); 4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan, yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan ke semua kecamatan dan desa-desa yang terletak dipinggir sungai; b. j ari ngan perhubungan l aut: j. pelabuhan Boom Baru di Kota Palembang difungsikan sebagai pelabuhan ekspor- impor, penyeberangan ferry dan angkutan antar pulau; 2. dalam jangka menengah/jangka panjang fungsi pelabuhan laut dan penyeberangan ini akan dialihkan ke Kawasan Tanjung Api - Api; c. j ari ngan perhubungan udara: 1. Sultan Mahmud Badaruddin ll di Kota Palembang berfungsi untuk angkutan penumpang, kargo, embarkasi haji dan bandara internasional; 2. Silampari di Kota Lubuk Linggau berfungsi sebagai lapangan terbang perintis untuk selanjutnya menjadi lapangan terbang komersial; 3. Sekayu di Kabupaten Musi Banyuasin sebagai lapangan terbang kedirgantaraan (olah raga) untuk selanjutnya menjadi lapangan terbang komersial; 4. Banding Agung di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebagai lapangan terbang perintis untuk selanjutnya menjadi lapangan terbang komersial; 5. Pagar Alam diarahkan sebagai lapangan terbang penumpang dan kargo. Pasal 37 Untuk meningkatkan dan mempertahankan tingkat pelayanan infrastruktur transportasi guna mendukung tumbuhnya pusat-pusat pertumbuhan, program pengembangan infrastruktur transportasi darat, laut dan udara adalah : a. peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan arteri primer; b. peningkatan kapasitas pelayanan sistem jaringan jalan kolektor primer; c. pembangunan jalan tol; d. peningkatan kapasitas dan pelayanan pelabuhan dan bandar udara; e. peningkatan kapasitas sistem jaringan jalan kereta api; f. pembangunan jaringan jalan kereta api; g. peningkatan kapasitas pelayanan angkutan sungai dan penyeberangan; h. pengembangan termi nal terpadu Karya Jaya di Pal embang. 22 1 Bagian Kedua Sistem Prasarana Lainnya Pasal 38 (1) Pengembangan serta penyediaan prasarana dan sarana lainnya untuk mempertahankan fungsi serta mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian daerah dan pemerataan pembangunan. (2) Pengembangan sebagai mana tersebut pada ayat (1) Pasal i ni adal ah : a. pengembangan l i stri k : 1. pengembangan jaringan transmisi sistem interkoneksi Sumatera (Sumbagsel- Sumbar-Riau, dengan Sumbagut-Sumut), dan Jaringan Transmisi Interkoneksi Pulau Sumatera dan Pulau Jawa (melalui kabel bawah laut 500 KVA); 2. pengembangan Pembangkit Listrik Mulut Tambang yang dekat dengan lokasi kawasan tambang dan pembangunan gardu i nduk baru; 3. peningkatan jaringan distribusi listrik ke daerah perdesaan; 4. peningkatan pasokan daya listrik yang bersumber dari energi baru dan terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik perdesaan, diantaranya mikrohidro, surya, biomassa, biodiesel dan bioethanol; b. pengembangan gas bumi : 1. peni ngkatan pengembangan j ari ngan pi pa gas kota, i ndustri dan rumah tangga; 2. pengembangan di stri busi gas untuk transportasi ; 3. peningkatan pasokan gas bumi dari sumber-sumber produksi; d. pengembangan i ri gasi : 1. peningkatan jaringan irigasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas,Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kota Pagar Alam dan Kota Lubuk Linggau; 2. melanjutkan pembangunan jaringan irigasi Komering dan irigasi Lakitan; 3. pengembangan irigasi rawa pasang surut dan irigasi non pasang surut di Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasi n; d. pengembangan pos dan tel ekomuni kasi : 1. peningkatan jangkauan pelayanan Pos pada seluruh wilayah kecamatan dan kecamatan pembantu; 2. peningkatan otomatisasi sentral telepon di seluruh wilayah kabupaten/kota; 3. peningkatan sistem jaringan (network) antara provinsi dengan kabupaten/kota dan antar kabupaten/kota; 4. menciptakan keanekaragaman model telekomunikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. 23 BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 39 (1) Setiap orang berhak menikmati manfaat ruang termasuk pertambahan nilai ruang sebagai akibat Penataan ruang. (2) Setiap orang berhak untuk : a. mengetahui rencana tata ruang secara mudah; b. berperan serta dalam penyusunan rencana tata ruang, pemanfaatan ruang' dan pengendalian Pemanfaatan ruang; c memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang' Pasal 40 (1) Setiap orang berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang' (2) Setiap orang berkewajiban menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan' BAB VI I I PELAKSANAAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVI NSI SUMATERA SELATAN Pasal 41 peraturan Daerah ini menjadi pedoman bagi pengaturan lebih lanjut rencana tata ruang serta penyusunan dan pelaksanaan program-program serta proyek-proyek pernbangunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, swasta dan masyarakat. Pasal 42 Naskah RTRWP dan peta-peta rencana alokasi pemanfaatan ruang dengan skala 1 : 250.000 sebagaimana tercantum dalam lampiran peraturan daerah ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan (satu kesatuan)' Pasal 43 RTRWP bensifat terbuka untuk umum dan ditempatkan di kantor Pemerintah Daerah dan tempat-tempat umum yang mudah dilihat oleh rnasyarakat' 24 BAB IX PENGENDALIAN Pasal 44 (1) Pengendalian RTRWP diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap pemanfaatan ruang' (Z) pengawasan terhadap pemanfaatan ruang diselenggarakan dalam bentuk pel aporan, pemantauan dan eval uasi ' (3) Penertiban terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang diselenggarakan dalam bentuk pemberian sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berl aku. Pasal 45 (1) Pengendalian pemanfaatan ruang Provinsi guna menjamin pencapaian tujuan dan sasaran rencpna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan Daerah i ni pel aksanaannya di l akukan ol eh Gubernur' (2) Gubernur menyelenggarakan koordinasi secara terpadu atas penataan ruang Provi nsi . (3) Pemantauan dan atau pencegahan segala kegiatan pembangunan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Gubernur atau pejabat yang di tunj uk. Pasal 46 (1) Pengendal i an pembangunan di kawasan budi daya di l akukan mel al ui kewenangan perijinan yang ada pada instansi pemerintah baik di tingkat Provinsi maupun di Kabupaten/Kota, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Pelaksanaan tindakan penertiban terhadap pelanggaran pemanfaatan ruang dilakukan Pemerintah Provinsi berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. BAB X PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVI NSI SUMATERA SELATAN Pasal 47 (1) RTRWP Sumatera Selatan dapat ditinjau atau disempurnakan kembali sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan penataan ruang. (2) Peni nj auan atau penyempurnaan kembal i sebagai mana di maksud pada ayat (1) pasal i ni dapat di l akukan pal i ng ti dak 5 (l i ma) tahun sekal i dan di tetapkan dengan Peraturan Daerah. 25 BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 48 (1) Seti ap orang yang mel anggar ketentuan Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 danPasal 21 Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda pal i ng banyak Rp. 50.000.000,- (l i ma pul uh j uta rupi ah). (2) Tindak pidana sebagaimana tersebut ayat (1) yang mengakibatkan perusakan dan pencemaran lingkungan hidup diancam pidana sesuaidengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. (3) Ti ndak pi dana sebagai mana yang di maksud ayat (1) adal ah pel anggaran. BAB XII PENYIDIKAN Pasal 49 (1) Sel ai n Pej abat Penyi di k Kepol i si an Republ i k Indonesi a, Pej abat Penyi di k Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara pi dana. (2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana pada ayat (1) Pasal ini adal ah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Penataan Ruang agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadiatau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan ti ndak pi dana yang di l akukan; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana yag dilaporkan; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut: 26 t. memi nta bantuan tenaga ahl i dal am rangka pel aksanaan tugas penyi di kan; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlanEsung dan memeriksa identitas orang <Jan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. mengambi l si di k j ari dan memotret seseorang; i , memanggi l orang untuk di dengan keterangannya dan di peri ksa sebagai tersangka atau saksi; j . menghenti kan penyi di kan setel ah mendapat petunj uk dari penyi di k umum; k. mel akukan ti ndakan l ai n yag perl u untuk kel ancaran penyi di kan ti ndak pi dana di bi dang retri busi menurut hukum yang dapat di pertanggungj awabkan. BAB XI I I KETENTUAN PERALI HAN Pasal 50 Dengan berl akunya Perat uran Daerah i ni maka : a. kegi at an budi daya yang t el ah di t et apkan dan berada di kawasan l i ndung dapat di t eruskan sej auh t i dak mengganggu f ungsi l i ndunE; b. kegi at an budi daya yang t el ah ada dan di ni l ai mengganggu f ungsi l i ndung dan at au t erpaksa mengkonversi kawasan berf ungsi l i ndung, di at ur sesuai dengan ket ent uan yang berl aku dal am Perat uran Pemeri nt ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Anal i sa Mengenai Dampak Li ngkungan Hi dup dan perat uran perundangan l ai nnya; c. kegi at an budi daya yang sudah ada di kawasan l i ndung dan di ni l ai mengganggu f ungsi l i ndung, harus segera di cegah perkembangannya dan di upayakan di kembal i kan f ungsi l i ndungnYa. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 51 (1) Ketentuan mengenai arahan pemanfaatan ruang l autan dan ruang udara akan di atur l ebi h l anj ut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berl aku. (2) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini semua peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan penataan ruang yang telah ada tetap berlaku sepanj ang ti dak bertentangan dan bel um di ganti dengan yang baru. (3) Hal -hal yang bel um di atur dal am Peraturan Daerah i ni sepanj ang mengenai tekni s pel aksanaannya akan di atur l ebi h l anj ut ol eh Gubernur. ?7 Pada saat mul ai Daerah Tingkat I Sumatera Selatan Pasal 52 berlakunya Peraturan Daerah ini maka Feraturan Daerah Propinsi Nomor 5 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Rr-lang Wilayah Provinsi dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 53 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar supaya seti ap orang dapat mengetahui nya, memeri ntahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lenrbaran Daerah Provinsi Sumatera Selatan. Di tetapkan di Pal embang pada tanggal 2006 GUBERNUR SUMATERA SELATAN SYAHRI AL ESMAN Di undangkan di Pal embang pada tanggal 2006 PIt. SEKRETARIS DAERAH LEMBARAN DAERAH PROVI NSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2006 NOMOR 14 28 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI SUMATERA SELATAN A. UMUM Disadari bahwa ruang sebagai sumber daya pembangunan ketersediaanya sangat terbatas sementara disisi lain kebutuhan terhadap ruang tersebut sangat tidak terbatas. Ruang tersebut meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara beserta sumber daya alam yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan penghidupan' Kegiatan manusia dan mahluk hidup lainnya membutuhkan ruang sebagaimana lokasi berbagai pemanfaatan ruang atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan, sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan' Ruang provinsi Sumatera Selatan dalam rangka pelaksanaan pembangunan perlu ditata dikelola, dimanfaatkan dan dilindungi untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan masYarakat. Bila pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terdapat pemborosan pemanfaatan ruang dan penurunan kualitas ruang yang akan menyebabkan rusaknya lingkungan hidup itu sendiri, yang ada pada akhirnya berakibat malapetaka bagi mahkluk penghuninya. Oleh karena itu diperlukan penataan ruang di Provinsi Sumatera Selatan untuk mengatur pemanfaatan ruang berdasarkan besaran kegiatan, jenis kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan' Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan mengatur semua rencana dan kegiatan pemanfaatan ruang agar dapat dilakukan secara optimal dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, keterpaduan, ketertiban, kelestarian dan dapat dipertahankan secara terus menerus dan berkelanjutan. Pelaksanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan selama ini diarahkan pada pemecahan masalah pokok yang dihadapi melalui penciptaan keterpaduan dengan pembangunan antar regional. Dalam menyongsong tahapan pembangunan lima belas tahun selanjutnya diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Fropinsi Sumatera Selatan dapat mengantisipasi kebutuhan pembangunan dalam upaya menunjang, menerapkan dan melengkapi pembangunan Nasional di Daerah. Selain itu Rencana Tata Ruang Wilayah propinsi Sumatera Selatan dapat memberikan arahan dan pengendalian pembangulnan dalam perubahan-perubahan tata ruang akibat semakin dipacunya pembangunan yang 29 mengarah pada industrialisasi untuk mempercepat laju pertumbuhan Daerah dengan memperhatikan konsep pertumbuhan, pemerataan dan keseimbangan lingkungan. Dengan demikian Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Surnatera Selatan dapat dirumuskan kedalam berbagai hasil dari proses perencanaan tata guna tanah, tata guna ai r, tata guna udara, dan tata guna sumber daya al am l ai nnya. Di sampi ng i tu, rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan berfungsi sebagai jembatan penghubung antara rencana tata ruang wi l ayah nasi onal (RTRWN) dengan rencana spasi al j enj ang dibawahnya, misalnya RTRW Kabupaten/Kota. Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan didasarkan pada 2 (dua) pendekatan pokok, yaitu : fungsional dan konsepsional Didasarkan pada pendekatan fungsional, rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan merupakan : a. Matra ruang dari rencana pembangunan daerah Provinsi Sumatera Selatan; b. Al at koordi nasi pembangunan pada ti ngkat provi nsi dengan tuj uan untuk menghi ndari benturan kepentingan antar sektor; c. Pedoman penyusunan rencana tata ruang jenjang di bawahnya. Didasarkan pada pendekatan konsepsional, rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Sel atan merupakan usaha untuk : a. Menjabarkan rencana tata ruang wilayah nasional didalam ruang Provinsi Sumatera Sel atan, yang merupakan sumbang peran daerah terhadap pembangunan nasi onal sekal i gus memadukan pembangunan antar Kabupaten/Kota; b. Mempertahankan l aj u dan ti ngkat pertumbuhan pada wi l ayah yang mempunyai sumber daya alam dan lokasi yang strategis maupun yang secara historis menguntungkan, agar terj adi nya kegi atan pembanEunan mampu memacu tumbuh dan berkembangnya wilayah lainnya; c. Mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar KabupateniKota dengan cara meni ngkatkan pemerataan dan kesei mbangan pertumbuhan wi l ayah, dengan memacu pertumbuhan daerah dan berkembangnya wi l ayah l ai nnya; d. Meningkatkan interaksi antar pusat-pusat pertumbuhan yang ada; e. Meni ngkatkan i nteraksi posi ti f antar pusat pertumbuhan dengan daerah bel akangnya, dengan demikian diharapkan akan terjadi tetesan ke bawah dan bukan polarisasi kemakmuran yang hanya terjadi di pusat pertumbuhan; f. Mencari alternatif serta mengembangkan pusat pertumbuhan baru untuk dapat merangsang pertumbuhan wilayah di sekitarnya perutama pada kota-kota yang berfungsi sebagai PKL, dengan tuj uan untuk mengurangi urbani sasi yang ti nggi pada kota- kota PKN dan PKW; g. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru mel al ui peni ngkatan kual i tas dan kuanti tas prasarana dan sarana untuk merangsang berkembangnya kegiatan sosial dan ekonomi ; h. Mengopti mal kan daya guna wi l ayah tanpa mengorbankan kesei mbangan l i ngkungan dan kel estari an al am, sehi ngga penetapan kawasan l i ndung dan kawasan budi daya tidak diterapkan secara kaku; 30 i . Mencapai tuj uan pembangunan. Untuk menjamin tercapainya tujuan penataan ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan, diperlukan peraturan yang jelas tegas dan menyeluruh serta memberikan kepastian hukum bagi upaya pengelolaan dan pemanfaatannya. Oleh karena itu maka pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan memandang perlu menetapkan rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang dituangkan dalam peraturan daerah. B. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : lstilah yang dirumuskan dalam pasal ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman pengertian atas peraturan daerah ini. Pasal 2: CukupJel as. Pasal 3: CukupJel as. Pasal 4: CukupJel as. Pasal 5: CukupJel as. Pasal 6: CukupJel as. Pasal 7 : Wilayah administrasi Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 14 (empat belas) Kabupaten/Kota yaitu : 1. Kota Pal embang i bukotanya Pal embang; 2. Kota Pagaralam ibukotanya Pagar Alam; 3. Kota Prabumul i h i bukotanya Prabumul i h; 4. Kota Lubuk Linggau ibukotanya Lubuk Linggau; 5. Kabupaten Muara Enim ibukotanya Muara Enim; 6. Kabupaten Musi Banyuasin ibukotanya Sekayu; 7. Kabupaten Musi Rawas ibukotanya Muara Beliti; L Kabupaten Banyuasin ibukotanya Pangkalan Balai; 9. Kabupaten Lahat ibukotanya Lahat; 10. Kabupaten Ogan Komering llir ibukotanya Kayu Agung; 11. Kabupaten Ogan Komering Ulu ibukotanya Baturaja; 12. Kabupaten Ogan l l i r i bukotanya Inderal aya; 13. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ibukotanya Martapura; 14. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan ibukotanya Muara Dua' Pasal 8: CukupJel as. Pasal 9: CukupJel as. Pasal 10: Huruf a : Hutan tetap terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap pada dasarnya sama-sama memiliki fungsi lindung. Hur uf b: CukupJel as. Hur uf c: CukupJel as. 3l Hur uf d: CukuPJel as. Hur uf e: CukuPJel as. Pasal 11 : Huruf a.1 : Ekstensifikasi pertanian diarahkan pada kawasan Hutan Produksi Konversi di luar pembangunan kehutanan adal ah pada hutan yang kosong atau padang al ang-al ang' semak belukar dan kawasan hutan yang tidak produktif yang potensinya dibawah 20 m3lha untuk diameter 30 cm keatas' Huruf a.2 : CukuP j el as. Huruf a.3 : CukuP Jel as. Hur uf b : CukuPJel as Hur uf c : CukuPJel as. Hur uf d : CukuPJel as. Hur uf e : CukuPJel as. Hur uf f : CukuPJel as. Pasal 12 Huruf a : Huruf b : Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Cukup Jel as. Cukup Jel as, Pasal 13 : Cukup Jel as. Pasal 14 : Hur uf a: CukupJel as. Hur uf b: CukuPJel as. Hur uf c: CukuPJel as. Hur uf d: CukuPJel as. Hur uf e: CukuPJel as. Huruf f : Energi primer dan energi baru/terbarukan tenaga angi n, si nar matahari dan bi omasa. Hur uf g: CukupJel as. Hur uf h: CukuPJel as. Pasal 15: Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Pasal 16 : Hur uf a: CukupJel as. Hur uf b: CukupJel as. Hur uf c: CukupJel as antara lain batubara/briket, tenaga air, 32 / ) Pasal 17: Hur uf a: CukupJel as. Hur uf b: CukupJel as. Hur uf c: CukupJel as. Hur uf d: CukupJel as. Pasal 18; a. Yang di maksud dengan Kawasan Hutan Li ndung, adal ah kawasan htl tan yang karena keadaan dan sifat fisik wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan hiclrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memeiihara keawetan dan kesuburan tanah, baik dalam kawasan yang bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya. Kriteria dari kawasan Hutan Lindung adalah : - Kawasan Hutan dengan faktor-faktor jenis tanah, intensitas hujan dan kelerenEan l apangan yang mel ebi hi ni l ai skor 175, ni l ai skor i ni di dasarkan pada kondi si l i ngkungan Sumatera Sel atan; - Kawasan hutan yang mempunyai l ereng l apangan 40% atau l ebi h; - Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 1.000 meter atau lebih diatas permukaan laut; - Tanah sangat peka terhadap erosi yaitu jenis tanah regosol, litosol, organosol, dan renzi na dengan l ereng l apangan l ebi h dari 15 %; - Merupakan j al ur pengamanan al i ran sungai /ai r, sekurang-kurangnya 100 meter di ki ri kanan sungai / al i ran ai r tersebut; - Merupakan selubung mata air, sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 meter disekeliling mata air tersebut. b. Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur pembentukan tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organis yang tertimbun dalam waktu lama Pasal 19: Huruf a : Yang dimaksud dengan kawasan sempadan pantai, adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria dari kawasan sempadan pantai adalah dataran sepanjang tepian pantai yang lebarnya proposional dengan bentuk dan sisi pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Huruf b : Yang di maksud dengan kawasan sempadan sungai adal ah kawasan sepanj ang ki ri kanan sungai / sungai buatan I sal uran yang mempunyai manfaat penti ng untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. 33 ) >] perl i ndungan terhadap sempadan sungai di l akukan untuk mel i ndungi fungsi sungai dari kegiatan budidaya yang dapat menEganggu dan merusak kondlsi surlgai dan mengamankan al i ran sungai . Kriteria dari kawesan sempadan sungai adalah : - di l uar permuki man, sekurang-kurangnya 100 meter di ki ri kanan sungai besar dan 50 meter di kiri kanan anak sungai / sungai kecil yang tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan; - di daerah permuki man, di perki rakan cukup untuk di bangun j al an i nspeksi rentang 15 meter ki ri kanan sungai ; - sekuranE-kurangya 10 meter di tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedalaman ti dak l ebi h dari 3 meter; - sekurang-kurangnya 15 meter di tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kbdal aman ti dak l ebi h dari 3 meter sampai dengan 20 meter; - sekurang-kurangnya 30 meter di tepi sungai untuk sungai yang mempunyai kedal aman ti dak l ebi h dari 20 meter; - sekurang-kurangnya 100 meter di tepi sungai untuk sungai yang terpengaruh pasang surut ai r l aut, dan berfungsi sebagai j al ur hi j au; Hur uf c: CukupJel as. Hur uf d: CukupJel as. Huruf e : Yang dimaksud dengan kawasan pantai berhutan mangrove, adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan Mangrove, yang berfungsi memberi perl i ndungan kepada peri kehi dupan pantai dan l autan. perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan mangrove dilakukan untuk melestarikan hutan mangrove sebagai pembentuk ekosistem hutan rnangrove dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai pelindung pantai dan pengi ki san ai r l aut serta pel i ndung usaha budi daya di bel akangnya. Hur uf f : CukupJel as. Pasal 20 : Huruf a : Yang dimaksud dengan suaka alam, adalah kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alami yang memberi perlirldungan bagi penkembanEan flora fauna yang khas dan beraneka ragam. Huruf b : Yang dimaksucJ dengan taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pembangunan nasional, i l mu pengetahuan, pari wi sata, rekreasi , dan pendi di kan. Perl i ndungan terhadap taman nasi onal di l akukan untuk mel i ndungi keasl i an zonasi dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahr.bn, pendidikan, rekreasi, dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. 34 Kriteria taman nasional adalah : a. Kawasan darat dan atau perairan yang ditunjuk nelatif luas, tumbuhan dan atau satwanya memiliki sifat spesifik dan endemik serta berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnYa. b. Dikelola dengan sistem zonasi yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan dan zona l ai n sesuai dengan keperl uan. Huruf c : Yang dimaksud dengan taman hutan raya adalah kawasan pelestarian alam terutama untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa alami atau buatan, jenris asli dan atau bukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan kebudayaan pariwisata dan rekreasi. Huruf d : Yang dimaksud dengan taman wisata alam adalah kawasan hutan yang diperuntukkan secara khusus untuk dibina guna kepentingan pariwisata dan rekreasi' Huruf e : Yang dimaksud dengan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentuk geologi alami yang khas. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi, bangunan monumental dan adat i sti adat yang berguna untuk pengembangan i l mu pengetahuan dari ancaman-ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusi a. Kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah : a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang benunnur sekurang- kurangnya 50 tahun atau mewakili masa gaya yang khas dan sekurang-kurangya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilrnu pengetahuan dan kebudayaan. b. Lokasi yang mengandung atau diduga mengandung benda eagar budaya' Pasal 21 : yang dimaksud dengan kawasan rawan bencana adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam' Huruf a : Kriteria dari kawasan rawan bencana adalah daerah yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti tanah longsor, banjir, letusan gunung berapi , gempa bumi dan l ai n-l ai n' 35 Huruf b: Perlindungan terhadap kawasan kegiatan manusia pada kawasan aki bat perbuatan manusi a. Huruf c: Cukup Jel as rawan beneana (banjir) dilakukan untuk mengatur rawan banjlr untuk menghindari terjadinya bencana Pasal 22: Huruf a : Huruf b : Huruf c : Huruf d : Huruf e : Huruf f : Huruf g : Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Pasal 23 : Yang riimaksud dengan kawasan hutan produksi adalah kawasan yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi hasi l hui an. Huruf a : Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan hutan produksi, di mana ekspl oi t asi nya hanya dapat di l aksanakan dengan t ebang pi l i h. Huruf b: Kawasan Hutan Produksi Tetap adalah kawasan hutan produksi di mana ekspl oi t asi nya dapat di l aksanakan dengan t ebang pi l i h at au t ebang habi s dengan penanaman kembal i at au permudaan buat an. Pasal 24: Hur uf a: CukupJel as Hur uf b: CukupJel as Pasal 25 : Huruf a : Yang dimaksud dengan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan, adalah kawasan yang di perunt ukkan bagi t anaman pangan sesuai dengan pol a t anamnya. Kriteria dari Kawasan Pertanian Tanaman Pangan adalah daerah yang memiliki ketinggian kurang dari 1.000 meter, kemiringan lereng kurang dari 40 7o, dan kedalaman efektif lapisan tanah atas lebih besar dari 30 crn. Huruf b : Yang di maksud dengan Kawasan Perkebunan Tanaman Tahunan, adal ah kawasan yang di perunt ukkan bagi t anaman t ahunan/ p*rkebunan yanE meri ghasi l kan bahan pangan dan bahan baku i ndust ri . Kri t eri a dari Kawasan Tanaman Tahunan/ Perkebunan adal ah kawasan yang sesuai unt uk tanaman tahunan/perkebunan dengan n' rempertimbangkan fakton-fa$<tor ketinggian kurang 36 dari 2.000 meter, kemiringan lereng kurang dari 40 %, dan kedalaman efektif lapisan tanah atas lebih besar dari 30 cm. Huruf c : yang dimaksud dengan Kawasan Peternakan, adalah kawasan yang diperuntukkan bagi ternak besar, ternak kecil dan unggas. Kriteria dari Kawasan Peternakan, adalah kawasan yang sesuai untuk peternakan ternak besar, ternak kecil dan unggas dengan mempertimbangkan fa9<tor-faktor ketinggian kurang da1 1.000 meter, kemi ri ngan l ereng kurang dari 15 o/o,dan terl etakdi l ahan keri ng serta jauh dari permukiman penduduk' Huruf d : yang dimaksud dengan Kawasan Perikanan, adalah kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, berupa penangkapan di laut, penangkapan di perairan Llmum budidaya laut, budidaya air tawar, dan air payau' Kriteria dari Kawasan Perikanan adalah, adalah kawasan yang sesuai untuk perikanan dengan mempertimbangkan faktor-faktor kemiringan lereng kurang dari I To, dan mempunyai persediaan air yang cukup. Pasal 26 : Yang dimaksud dengan Kawasan Pertambangan, adalah kawasan diperuntukkan bagi pertambangan, baik wilayah yang sedang rnaupun yang dilakukan kegiatan pertambangan. Pasal 2T: Huruf a : Kawasan lndustri (lndustrial Estate) yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi industri yang berupa tempat pemusatan kegiatan industri yang dikelola oleh satu nnanajemen perusahaan i ndustri . Hur uf b: CukupJel as. Kriteria dari Kawasan Industri adalah : Kawasan yang memenuhi persyaratan lokasi industri; Tersedia sumber air baku yang cukup; Adanya sistem pembuangan limbah; Tidak menimbulkan dampak sosial negatif yang berat; Tidak terletak di kawasan tanaman pangan lahan basah yang beririgasi dan yang berpotensi untuk pengembangan irigasi. Pasal 28 : Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang diperunttlkkan bagikegiatan pariwlsata' Kriteria dari Kawasan Pariwisata adalah kawasan yang mernpunyai : a. Kei ndahan al am dan kei ndahan panorama; b. Masyarakat dengan kebudayaan yang khas dan diminatiwisatawan; c. Bangunan peni nggal an budaya dan at au mempunyai ni l ai sej arah t i nggi . yang akan a. b. c. d. e. 37 Pasal 29: Kawasan Permukiman di Daerah mempunyai kriteria permukiman padat adalah lebih da1 50 rumah/ha dan permukiman sedanE adalah 20 runnah sampai dengan 50 rumah/ha. Hur uf a: CukupJel as. Hur uf b: CukuPJel as. Pasal 30: Kawasan Tertentu adalah kawasan budidaya yang diperuntukkan secara khusus untuk kepentingan pertahanan keamanan nasional atau mempunyai aspek penting bagi pertahanan keamanan. Pembangunan dan pengembangan industri, pariwisata dan permukiman yang berlokasi di sekitar atau di dalam kawasan khusus harus dikoordinasikan dengan aparat hankam yang berwenang. Hur uf a: CukupJel as. Hur uf b: CukupJel as. Hur uf c: CukupJel as. Pasal 31 : Cukup Jel as. Pasal 32 : Cukup Jel as. Pasal 33 : Pengembangan Wilayah Prioritas ditetapkan berdasarkan indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari potensi, identifikasi dan pemecahan masalah serta strategi dan kebi j aksanaan bai k Pusat maupun Daerah. Indikator-indikator dimaksud meliputi : a. Arah kebijaksanaan pembangunan Provinsi Sumatera Selatan; b, Ti ngkat kepenti ngan yang mendesak atau di mensi waktu; c. Intensitas benturan yang terjadi; d. Skal a pengaruh; e. Sumbangan terhadap PDRB; f. Potensi penyerapan tenaga kerja; g. Hubungan i ntra wi l ayah. Pasal 34 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f : Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. 38 Pasal 35 Pasal 36 Huruf a Huruf b Huruf c Pasal 37 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Pasal 38 Ayat ( 1) : Cukup Jel as. Ayat (2): Hur uf a : CukupJel as. Hur uf b : CukupJel as. Hur uf c : CukupJel as. Hur uf d : CukupJel as. Pasal 39 : Ayat ( 1) : Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan orang adalah orang seorang, kelompok orang atau badan hukum. Pemerintah berkewajiban melindungi hak setiap orang untuk menikmati manfaat ruang. Ayat (2) : Hak setiap orang dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk bahwa setiap orang dapat mengajukan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan ruang. Penggantian yang layak diberikan kepada orang yang dirugikan selaku pemegang hak at as t anah, hak pengel ol a sumber daya sepert i hut an, t ambang, bahan gal i an, i kan dan atau ruang, yang dapat membuktikan bahwa secara langsung dirugikan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan oleh perubahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang. Hak tersebut didasarkan atas ket ent uan perundang-undangan at aupun at as hukum adat dan kebi asaan yang berl aku. Yang di maksud dengan hak at as ruang adal ah hak-hak yang di beri kan at as pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara. Hak atas pemanfaatan ruang daratan dapat berupa hak untuk memiliki dan menempati satuan ruang di dalam bangunan sebagai tempat tinggal, hak untuk melakukan kegiatan usaha seperti perkantoran, perdagangan, tempat peristirahatan, dan atau melakukan kegiatan sosial seperti tempat peristirahatan, dan atau melakukan Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. 39 kegiatan sosial seperti tempat pertemuan didalam satuan ruang bangunan bertingkat, hak untuk membangun dan mengelola prasarana transportasi seperti jalan layang dan sebagai nya. Hak atas pemanfaatan ruang lautan dapat berupa hak untuk memiliki dan menempati satuan ruang di dal am rumah terapung, hak untuk mel akukan kegi atan di dal am satuan ruang di dal am kota terapung dan atau di dal am l aut, hak untuk mengel ol a pari wi sata bahari , hak pemel i haraan taman l aut, hak untuk mel akukan angkutan l aut, hak untuk mengekspl oi tasi sumber al am di l aut seperti penangkapan i kan, penambangan l epas pantai dan sebagai nya. Hak atas pemanfaatan ruang udara dapat berupa hak untuk menggunakan jalur udara bagi lalu lintas pesawat terbang, hak untuk menggunakan media udara bagi lalu l i ntas pesawat terbang, hak untuk menggunakan medi a udara bagi tel ekomuni kasi , dan sebagai nya. yang dimaksud dengan pergantian yang layak adalah bahwa nilai atau besar pergantian itu tidak mengurangi tingkat kesejahteraan orang yang bersangkutan. Pasal 40 : Ayat ( 1) : Kewajiban dalam memelihara kualitas ruang merupakan pencerminan rasa tanggung jawab sosial setiap orang terhadap pemanfaatan ruang. Kualitas ruang ditentukan oleh terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan ruang yang mengindahkan faktor-faktor daya lingkungan seperti struktur tanah, si kl us hi drol ogi , si kl us udara, fungsi l i ngkungan seperti wi l ayah resapan ai r, konservasi flora dan fauna, estetika lingkungan seperti bentang alam, pertamanan arsitektur bangunan, lokasi seperti jarak antara perumahan dengan tempat kerja, jarak antara perumahan dengan fasilitas umum dan struktur seperti pusat perurnahan dengan fasilitas umum dan struktur seperti pusat lingkungan dalam perumahan, pusat kegiatan dalam kawasan perkotaan. Pengertian memelihara kualitas ruang mencakup pula memelihara kualitas tata ruang yang di rencanakan. Ayat ( 2) : Penyesuaian pemanfaatan ruang, baik yang telah mempunyai ijin rnaupun tidak, wajib dilakukan sewaktu-waktu oleh yang bersangkutan bila terjadi ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan RTRWP. Pelaksanaan kewajiban menaati RTRWP dilakukan sesuai dengan kemampuan setiap orang yang terkena langsung akibat pemanfaatan RTRWP. Bagi orang yang tidak mampu, maka sesuai haknya untuk mendapatkan pergantian yang layak, kompensasi diatur melalui pengaturan nilai tambah yang timbul sebagai aki bat adanya perubahan ni l ai ruang. Pasal 41 : Yang di maksud dengan rencana tata ruang dal am pasal i ni mel i puti : 40 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota yaitu reneana peruntukan, penggunaan persedi aan, dan pemel i haraan l ahan, ai r dan udana di Kabupaten/Kota agar pemanfaatannya optimal, lestari, seimbang dan serasi bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Rencana tata ruang jenjang dibawahnya yaitu rencana tata ruang yang sifatnya lebih detail atau rinci yang merupakan penjabaran RTRWP atau RTRW Kabupaten lKota, baik berupa kawasan maupun kota yang disusun untuk menjaga keserasian dan keterpaduan antar sektor dalam pelaksanaan program-program pembangunan kota dan daerah" Pasal 42: Yang dimaksud dengan peta-peta rencana alokasi pemanfaatan ruaRE dalam perda i ni adal ah sebagai beri kut : 1. Peta Admi ni strasi Provi nsi Sumatera Sel atan; 2. Peta Penggunaan Lahan Eksi sti ng Provi nsi Sumatera Sel atan Tahun 2003; 3. Peta Rencana Struktur Tata Ruang Provi nsi Sumatera Sel atan Tahun 2019; 4. Peta Rencana Jaringan Jalan dan Kereta Api Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005-2019; 5. Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Provi nsi Sumatera Sel atan Tahun 2005-2019; Pasal 43 : Cukup Jel as. Pasal 44 Ayat ( 1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 45 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Pasal 46 Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Ayat (1) Semua perijinan yang telah diterbitkan sebelum berlakunya peraturan daerah ini ternyata tidak sesuai dengan peraturan daerah ini, maka selambat-larnbatnya 3 (tiga) tahun sej ak pengundangan peraturan i ni harus di ti nj au kembal i . Ayat (2) : Cukup Jel as. 41 Pasal 47 : Ayat (1) : Evaluasi RTRWP meliputi peninjauan terhadap perumusan rencana, sesuai dengan kebutuhan perkembangan dengan tetap memperhatikan asas, maksud, tuiuan sasaran dan fungsi sebagai mana di maksud pada pasal 2,3,4,5 dan 6 dari peraturan daerah i ni . Ayat (2): Cukup Jel as. Pasal 48 : Ayat (1) : Cukup Jelas. Ayat (2) : Cukup Jelas. Ayat (3) : Cukup Jelas. Pasal 49 : Ayat (1) : Cukup Jel as. Ayat (2) : Cukup Jelas. Pasal 50: Huruf a : Huruf b : Huruf c : Cukup Jel as. Cukup Jel as. Cukup Jel as. Pasal 51 : Ayat (1) : Cukup Jel as. Ayat (2): Cukup Jel as. Ayat (3) : Cukup Jelas. Pasal 52 : Cukup Jel as. Pasal 53 : Cukup Jel as. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVI NSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2006 NOMOR 14 42