Anda di halaman 1dari 43

i ' -

" ' "


j *
PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN
NOMOR I4 TAHUN 2006
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVINSI SUMATERA SELATAN
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
2006
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SETATAN
NOMOR 14 TAHUN 2006
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
.
PROVINSI
(RTRWP)SUMATERA SELATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA SELATAT\ J ,
Meni mbang : a.
Mengi ngat : 1.
b.
c,
bahwa upaya untuk memanfaatkan ruang Provinsi Sumatera Selatan
secara optimal, serasi, seimbang dan lestari, maka
perlu
dilakukan
penataan ruang dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasi l a;
bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sumatera
Selatan yang diatur dengan Perda Provinsi Sumatera Selatan No. 5
Tahun 1994 sudah ti dak sesuai dengan kondi si saat i ni ;
bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas dan demi
kepastian hukum, dipandang
perlu
melakukan revisi terhadap
Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
(RTRWP) Sumatera Selatan.
Undang-Undang Rl Nomor 25 Tahun 1959 tentang Pembentukan
Daerah Tingkat I Sumatera Selatan (Lembaran Negara Rl Tahun
1959 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1814);
Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Rl Tahun 1960 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
Undang-Undang Rl Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan (Lembaran Negara Rl Tahun 1967
Nomor 22,Tambahan Lembaran Negara Nomor 2831);
Undang-Undang Rl Nomor 3 Tahun 1972 tentang Transmigrasi
(Lembaran Negara Rl Nomor 4486, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4496);
Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1984 tentang Peri ndustri an
(Lembaran Negara Rl Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3274);
Undang-Undang Rl Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagal i stri kan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1985 Nomar 74, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3317);
2.
3.
4.
5.
6.
7. Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
(Lembaran Negara Rl
Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);
8. Undang-Undang Rl Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3478);
9. Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 23,
.Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3469);
10. Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 2T,Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3470);
11. Undang-Undang Rl Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478):
12. Undang-Undang Rl Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu tintas dan
Angkutan Jalan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3480);
13. Undang-Undang Rl Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3481);
14. Undang-Undang Rl Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 98, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3493);
15. Undang-Undang Rl Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 3501, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3501);
16. Undang-Undang Rl Nomor 5 Tahun 1994 tentang Konvensi PBB
Mengenai Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Rl Tahun
1994 Nomor41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3556);
17. Undang-Undang Rl Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);
18. Undang-Undang Rl Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
(Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3881);
19. Undang-Undang Rl Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3888)
junto
Undang-Undang Rl Nomor 19 Tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
pengganti Undang-
Undang Rl Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Rl Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi
Undang-Undang
(Lembaran Negara Rl Tahun 2AO4 Nomor 86,
Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4412);
20. Undang-Undang
Rl Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Propinsi
Kepulauan
Bangka Belitung
(Lembaran Negara Rl Tahun
2000 Nomor 217);
21. Undang-Undang
Rl Nomor 22 Tahun 2001 tentang Mi nyak dan Gas
Bumi
(Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4152);
22.Undang-Undang
Rl Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara
(Lembaran Negara Rl Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4169);
23. Undang-Undang
Rl Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi
(Lembaran Negara Rl Tahun 2003 Nomor 115, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4327);
24. Undang-Undang
Rl Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4377);
25.Undang-Undang
Rl Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan
(Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 850, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4411);
26. Undang-undang
Rl Nomor 25 Tahun 20a4 tentang sistem
Perencanaan
Pembangunan Nasi onal
(Lembaran Negara Rl Tahun
2004 Nomor l Q4,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
27. Undang-Undang
Rl Nomor 31 Tahun 2OO4 tentang Perikanan
(Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4433);
28. Undang-Undang
Rl Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
(Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);
29. Undang-Undang
Rl Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
30. Undang-Undang
Rl Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
(Lembaran
Negara Rl Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 132);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Rl Tahun 1982 Nomor 37,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3225);
32. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1985 Nomor 37, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3293);
33. Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan
Hutan
(Lembaran Negara
Rl Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3294);
34.Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi
Kegiatan lnstansi Vertikal di Daerah
(Lembaran Negara Rl Tahun
1988 Nomor 10, Tambahan
Lembaran
Negara Nomor 3375);
35. Peraturan Pemeri ntah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
(Lembaran Negara Rl Tahun
1991 Nomor 44,Tambahan Lembaran
.
Negara Nomor 3445);
36. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan
Hak dan Kewajiban, serta Bentuk Tata Cara Peran Serta h4asyarakat
dalam Penataan
Ruang
(Lernbaran Negara Rl Tahun 1996 hlomor
104) ;
37. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor
96, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3721);
38.Peraturan Pemeri ntah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan
Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
(Lennbaran Negara Rl
Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3776);
39. Peraturan Pemeri ntah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendal i an
Pencemaran dan atau Perusakan Laut
(Lembaran Negara Rl Tahun
1999 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3816);
40" Peraturan Pemeri ntah
Nomor 27 Tahun 1999 tentang Anal i sa
Mengenai Dampak Li ngkungan
(Lembaran Negara Rl Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);
41. Peraturan Pemeri ntah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendal i an
Pencemaran Udara
(Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 3853);
42.Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat
Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Rl
Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembara Negara Nomor 393a);
43. Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2000 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang
Pel aksanaan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 1967;
44. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan
yang Berhubungan
Dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan (Lembaran Negara Rl
Tahun 2001 Nomor 10);
45. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2au tentang
Penyelenggaraan
Dekonsentrasi
(Lembaran Negara Rl Tahun 2001
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4095);
46.Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Pelaksanaan
Tugas Pembantuan
(Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 77,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4106);
47. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4145);
48. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang
Kebandarudaraan (Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 127,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4146);
49. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang lrigasi
(Lembaran Negara Rl Tahun 2001 Nomor 143, Tambahan Lembaran
.
Negara Nomor 4156);
50. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Rl
Tahun 2001 Nomor 153);
51. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengel ol aan Hutan, dan Penggunaan
Kawasan Hutan (Lembaran Negara Rl Tahun 2002 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 42AO);
52. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomar 45, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4385);
53. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan
Usaha Hul u Mi nyak dan Gas Burni (Lembaran Negara Rl Tahun 2004
Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4435);
54. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan
Usaha Hi l i r Mi nyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Rl Tahun 2004
Nomor 124,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4436);
55. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Hutan (Lembaran Negara Rl Tahun 2004 Nomor 146 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4452);
56. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan (Lembaran
Negara Rl Tahun 2004 Nomor 147);
57. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4593);
58. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Li ndung;
59.Keputusan Presi den Nomor 33 Tahun 1991 tentang Penggunaan
Tanah Bagi Kawasan l ndustri ;
60. Keputusan Presi den Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pel aksanaan Pembangunan untuk Kepenti ngan Umum;
6l.Keputusan Presiden Nomor 62 Tahun 2000 tentang Koordinasi
Penataan Ruang Nasi onal ;
62. Keputusan
Presiden Nomor
74 Tahun 2001 tentang Tata cara
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah;
63. Keputusan
Presiden Nomor
34 Tahun 2003 tentang Kebijakan
Nasional di Bidang Pertanahan;
64. Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan
Atas
Peraturan
Pemerintah
No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan
dan
Pemanfaatan
Tenaga Listrik
(Lembaran Negara Rl Tahun 2005
Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4469);
65..Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan
Penataan
Ruang di Daerah'
66. Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1998 tentang
Pedoman Penyusunan
Peraturan
Daerah tentang
Rencana Tata
Ruang Propinsi Daerah
Tingkat I dan Rencana Tata Ruang
Kabupaten
Daerah Tingkat ll;
67. Keputusan
Menteri Energi
dan Sumber
Daya Mineral
Nomor
1457]KaOOO
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Lingkungan
Pertambangan
dan Energi;
6S.Keputusan
Menteri Kehutanan
Nomor
76/KPTS-|ll2O01
tentang
Penunjukan
Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Sumatera
Selatan;
69. Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
32T]KPTS]M/2003
tentang Penetapan 6
(enam) Pedoman Bidang
Penataan Ruang;
70. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 147 Tahun 2004 tentang
Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah'
Dengan Persetujuan
Bersama
DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN
dan
GUBERNU R SU MATERA SELATAN
MEMUTUSKAN
:
MENCTAPKAN:
PERATURAN
DAERAH TENTANG RENCANA
TATA RUANG
WILAYAH
PROVINSI
(RTRWP) SUMATERA
SELATAN
6
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah iniyang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Selatan.
2. Pemerintah adalah Perangkat Negara Kesatuan Republik lndonesia
yang terdiri dari
Presiden beserta
pembantu-pembantunya.
3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan;
4. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Selatan.
5. BupatiMalikota adalah BupatiMalikota Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Selatan.
6. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan.
7. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan
yang selanjutnya disingkat
RTRWP adalah arahan kebijaksanaan dan strategi
pemanfaatan dan
pengembangan ruang wilayah Sumatera Selatan
yang menjadi
pedoman bagi
penataan ruang Wilayah Provinsi dan merupakan dasar dalam
penyusunan
prog ram-prog ram pembang unan.
L Ruang adalah wadah
yang meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara
sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan mahkluk lainnya hidup dan
melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
L Tata ruang adalah wujud struktural dan
pola pemanfaatan ruang, baik
yang
di rencanakan maupun ti dak.
10. Penataan ruang adalah
proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Rencana tata ruang adalah hasil
perencanaan tata ruang.
12. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait
padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional.
13. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
14. Kawasan Lindung adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
sumber daya buatan.
15. Kawasan Budidaya adalah kawasan
yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan
potensi sumber daya alam, sumber daya
manusi a, dan sumber daya buatan.
16. Perkebunan adalah segala kegiatan
yang mengusahakan tanaman tertentu
pada
tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem
yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan
jasa
hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta masyarakat untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi
pelaku usaha
perkebunan dan masyarakat.
21.
22.
23.
17.
18.
19.
20.
24.
25.
26.
27.
28.
Kawasan Pertambangan adalah kawasan
tempat kegiatan
pengusahaan bahan
galian/tambang mulai dari
penyelidikan umum, eksplonasi, eksploitasi,
pengolahan/pemurnian dan
pengangkutan'
Kawasan Strategis adalah kawasan
yang mempunyai nilai strategis
yang penataan
ruang nya diprioritaskan.
Kawasan Andalan adalah kawasan
yang memiliki
potensi untuk memberikan
kontribusi terhadap
pertumbuhan dan
pergeseran struktur ekonomi'
Kawasan Pertahanan dan Keamanan adalah kawasan
yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk kepentingan kegiatan
pertahanan dan keamanan,
yang terdiri
dari kawasan latihan militer, kawasan
pangkalan TNI Angkatan Udara, kawasan
pangkalan TNI Angkatan Laut, dan kawasan militer lainnya.
Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu
yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya
alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan l ai nnya ti dak dapat di pi sahkan.
Li ngkungan Hi dup adal ah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan,
dan makhl uk hi dup termasuk manusi a dan peri l akunya, yang mempengaruhi
kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup
l ai nnya.
Daya Dukung Li ngkungan Hi dup adal ah kemampuan l i ngkungan hi dup untuk
mendukung
peri kehi dupan manusi a dan makhl uk hi dup l ai n.
Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat energi dan atau komponen lain
yang masuk atau dimasukkan ke
dalamnya.
Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup
yang merupakan kesatuan utuh
menyel uruh dan sal i ng mempengaruhi dal am membentuk kesei mbangan, stabi l i tas,
dan
produkti vi tas l i ngkungan hi dup.
Pusat Kegiatan Nasional
yang selanjutnya disingkat PKN adalah pusat kegiatan
yang mempunyai
potensi sebagai
pintu gerbang ke kawasan-kawasan internasional
dan mempunyai
potensi sebagai
pusat
jasa, pusat pengolahan, simpul transportasi
dengan skala pelayanan nasional atau regional.
Pusat Kegiatan Witayah
yang selanjutnya disingkat PKW adalah pusat kegiatan
yang mempunyai
potensi sebagai
pusat
jasa, pusat pengolahan, dan simpul
transportasi
yang melayani lintas/antar kabupatenlkota.
Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah
pusat kegiatan yang
mempunyai
potensi sebagai
pusat
jasa, pusat pengolahan, dan simpul transportasi
yang mempunyai
pelayanan satu kabupaten/kota atau lintas/antar kecamatan.
Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama
pertanian
termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat
permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegi atan ekonomi .
29.
8
30.
31.
32.
33.
Kawasan Perkotaan
adalah kawasan
yang mempunyai
kegiatan utama
bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai
tempat
permukiman
perkotaan'
pemusatan dan distribusi
pelayanan
jasa pemerintahan,
pelayanan sosial' dan
kegiatan ekonomi.
Kawasan tertentu adalah kawasan
yang ditetapkan
secara nasional mempunyai
nilai
strategis
yang penataan ruangnya
diprioritaskan'
Pembangunan
Berkel anj utan
yang berurawasan
l i ngkungan hi dup adal ah upaya
sadar dan terencana
yang memadukan
l i ngkungan
hi dup, termasuk sumber daya'
ke dalam
proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan,
kesejahteraan
dan
mutu hi dup
generasi masa ki ni dan
generasi masa depan'
BAB II
ASAS. TUJUAN,
SASARAN
DAN FUNGSI
Baqian Pertama
Asas
Pasal2
RTRWP didasarkan
atas asas :
a. Asas Keterpaduan,
yakni memperhatikan
kesatuan kegiatan
pemanfaatan ruang
yang di l akukan
ol eh
pemeri ntah (pusat,
provi nsi , dan kabupaten/kota)'
sektor
swasta/dunia
usaha, dan masyarakat berdasarkan
perti mbangan menyoh;ruh ;
b. Asas Daya Guna dan Hasi l Guna,
yakni memperhati kan
segenap
potensi dan
pemanfaatan Sumber Daya Al am
(SDA), Sumber Daya Buatan
(SDB), dan Sumber
Daya Manusi a
(SDM) yang ada, agar dapat menghasi l kan
manfaat dan kual i tas
ruang
yang oPti mal bagi wi l ayah;
c. Asas Keserasian,
Keseimbangan
dan Keselarasan,
yakni memperhatikan
persebaran
penduduk, pertumbuhan serta keterkaitan antar sektor dan antar
kawasan, agar tercapai keselarasan
dan keseimbangan struktur dan
pola
pemanfaatan ruang wilaYah;
d. Asas Berkel anj utan,
yakni memperhati kan
kemampuan daya dukung sumber daya
alam, lingkungan dan kepentingan
generasi berikut agar tercapai kelestarian claya
dukung secara berkelanjutan;
e. Asas Keterbukaan,
yakni memperhatikan
hak
yang ada
pada setiap rnasyarakat
untuk mengetahui
rencana-rencana
tata ruang wilayah
yang disusun secara terbuka;
f. Asas Persamaan dan Keadilan,
yakni memperhatikan
adanya hak yang sama
pada
setiap masyarakat
untuk menikmati manfaat dan atau nilai tarnbah ruang, serta hak
untuk mendapatkan
penggantian yang layak atas kondisi
yang dialarninya akibat
kegiatan
pembangunan yang sesuai rencana tata ruang wilayah;
g. Asas
perl i ndungan
Hukum,
yakni memperhati kan
perl unya
j ami nan perl i ndungan
hukum untuk memberi kan kepasti an dan rasa aman dal am berusaha terhadap seti ap
hak atas
pemanfaatan ruang
yang di beri kan
kepada masyarakat.
9
Bagian Kedua
Tujuan
Pasal 3
RTRWP bertujuan
:
a. mencapai optimasi dan sinergi
pemanfaatan sumberdaya
seeara berkelanjutan
bagi
peningkatan kesejahteraan
masyarakat dan ketahanan nasional;
b. menciptakan
keserasian dan keseimbangan
antara lingkunEan dan sebaran kegiatan;
c. meningkatk an .daya guna dan hasil
guna pelayanan atas
pengembangan dan
pengelolaan ruang;
d. mewujudkan
keseimbangan dan keserasian
perkembangan daerah kabupaten/kota
serta antar sektor dalam rangka mendorong
pelaksanaan otonomi daerah.
Bagian Ketiga
Sasaran
Pasal 4
Sasaran RTRWP adalah untuk :
a. tersusunnya rencana
pembangunan wilayah
jangka panjang yang dapat berfungsi
sebagai wadah keterpaduan bagi kepentingan dan aspirasi Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
(Provinsi dan kabupaten/kota),
swasta serta masyarakat;
b. terwujudnya
pemanfaatan ruang
yang serasi dan seimbang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan daya dukung
pertumbuhan dan
perkembangan Provinsi
Sumatera selatan, tanpa mengabaikan aspek lingkungan hidup;
c. terciptanya
pola tata ruang
yang serasi dan optimal, serta
penyebaran fasilitas dan
utilitas secara tepat dan merata sesuai
peningkatan kualitas lingkungan dengan
norma-norma
Yang
berlaku;
d. terumuskannya
prioritas pengembangan
pembangunan di Provinsi Sumatera
Selatan.
Bagian KeemPat
Fungsi
Pasal 5
Fungsi RTRWP adalah :
a. sebagai arahan bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan untuk menetapkan
lokasi
dalam menyusun
program-program dan
proyek-proyek pembangunan yang berkaitan
dengan
pemanfaatan ruang di daerah;
b. sebagai dasar dalam
pemberian rekomendasi
pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
yang sudah
ditetapkan;
r0
c. sebagai
perumusan kebijaksanaan
pokok
pemanfaatan ruang dan
pengendalian
pemanfaatan ruang diwilayah
Provinsi sumatera
selatan;
d. sebagai
perwujudan keterpaduan,
keterkaitan
dan keseimbangan
perkembangan
antar kawasan di wilayah
provinsi
sumatera
Selatan serta keserasian
pembangunan
antar sektor.
BAB IIl
KEDUDUKAN, W| LAYAHDANJANGKAWAKTURENCANA
Pasal 6
Kedudukan
RTRWP adalah :
a. sebagai
penjabaran strategi dan arahan kebijaksanaan
Pemanfaatan
Ruang wilayah
Nasional dan Pulau Sumatera;
b. acuan bagi
penyusunan RTRW
Kabupaten/Kota
dan Rencana Detail Tata Ruang
Kawasan.
Pasal 7
wilayah Perencanaan
dalam RTRWP adalah
Daerah dalam
pengertian wilayah
administrasi
yang meliputi daratan seluas 8.701.742
Ha, wilayah
pesisir dan laut serta
wilayah udara.
Pasal 8
Jangka waktu RTRWP adalah 15 (lima belas) tahun'
BAB IV
STRATEGI
PENGEMBANGAN
TATA RUANG
Pasal 9
Strategi Pengembangan
Tata Ruang mencakup :
a. Strategi Pengembangan
Kawasan Lindung;
b. Strategi Pengembangan
Kawasan Budidaya;
c. Strategi Pengembangan
Sistem Kota-Kota;
d. Strategi Penataan Pusat Pertumbuhan;
e' st r at egi PengembanganSi st emsar anadanPr asar ana;
f. Strategi Pengembangan
Wilayah Prioritas;
g. Strategi Pengembangan
Sektor Pertanian,
Perkebunan
dan Kehutanan untuk
Mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung
Pangan'
Pasal 10
Untuk menjamin kelestarian
lingkungan dan kesinambungan
pemanfaatan sumber daya
alam sesuai dengan
prinsip pembangunan berkelanjutan,
maka strategi
pengembangan
kawasan lindung adalah sebagai berikut:
a. mempertahankan
kawasan lindung
yang telah ditunjuk dan atau ditetapkan
dan
mengembangkan
kawasan lindung berdasarkan
Keputusan
Presiden Rl Nomor 32
Tahun 1990 dan atau
pertimbangan mendasar sesuai dengan kebutuhan wilayah;
b. menetapkan
kawasan lindung dengan fungsi habitat, fungsi konservasi
plasma nutfah,
fungsi
pengaturan tata air, fungsi
pendidikan dan kebudayaan,
fungsi rekreasi'
l l
c.
penyangga efek
pemanasan global serta
perlindungan terhadap kawasan rawan
bencana;
mencegah
perambahan kawasan lindung melalui
pengembangan daerah
penyangga
di sekitar kawasan lindung dan
peningkatan
perekonomian masyarakat
yang tinggal di
seki tar kawasan l i ndung;
mempertahankan
kondisi kawasan hutan tetap seluas 37
o/o
dari luas daerah;
memantapkan
pengawasan dan
penegakan hukum.
d.
e.
Pasal 1 1
Untuk meningkatkan
keterkaitan
potensi, daya dukung wilayah, dan keselarasan serta
keterpaduan
pengembangan kawasan budidaya, maka strategi
pengembangan kawasan
budidaya adalah sebagai berikut :
a.
pengembangan sektor
pertanian dalam arti luas diarahkan untuk mewujudkan Provinsi
Sumatera Selatan sebagai Lumbung Pangan, mencakup :
1.
pengembangan pertanian secara ekstensifikasi
diarahkan
pada wilayah-wilayah
yang memi l i ki
potensi berdasarkan
kesesuai an l ahan dan keunggul an komparati f
serta dukungan
prasarana sumber daya air dengan memperhatikan
pembangunan
yang berkelanjutan.
Pengembangan
kegiatan ini diarahkan
pada Areal
Penggunaan Lai n
(APL);
2.
pengembangan tanaman
perkebunan/tahunan dan
padang penggembal aan
di arahkan
pada l ahan
yang ti dak sesuai untuk
pengembangan tanaman
pangan;
3. rehabilitasi kawasan Hutan Produksi Tetap dan Hutan Produksi Terbatas
yang
kondi si nya secara ekol ogi s dapat di pertahankan dan di bi na sebagai hutan al am
dengan sistem Silvikultur Hutan Alam dan kawasan hutan alam
yang kondisinya
berupa al ang-al ang, bel ukar dan hutan rawa, di l akukan dengan
pol a Hutan
Tanaman;
b.
pengembangan potensi pertambangan dan energi diarahkan
pada optimalisasi
pemanfaatan sumber daya
pertambangan dan energi untuk mewujudkan
Sumatera
Sel atan sebagai Lumbung Energi Nasi onal ;
c.
pengembangan kawasan industri di Provinsi dan Kabupaten/Kota dilakukan dengan
mempertimbangkan ketersediaan bahan baku, sumber energi dan daya dukung
l i ngkungan hi dup;
d.
pengembangan kawasan
pariwisata diarahkan
pada objek-objek wisata alam dan
budaya dengan mengembangkan sarana dan
prasarana pendukung;
e.
pengembangan kawasan
permuki man di arahkan mel al ui
pengembangan permuki man
skala besar untuk mendukung
perkembangan kawasan
yang tumbuh cepat.
f.
pengembangan
Kawasan Hankam dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat berdasarkan
prinsip-prinsip penataan ruang kawasan
pertahanan.
Pasal 12
Untuk mengembangkan kota-kota dalam satu kesatuan hirarki kota dan agar berfungsi
sebagai
pusat-pusat pertumbuhan, maka strategi
pengembangan kota-kota adalah
sebagai beri kut :
12
a. strategi
pengembangan struktur wilayah
dilakukan
dengan
membentuk
keterkaitan
antar
pusat-pusat
pertumbuhan sebagai
kesatuan
sistem wilayah' mengarahkan
orientasi
pergerakan serta
penyebaran
pelayanan
yang proporsional dan terstruktur;
b. strategi
pengembangan sistem kota-kota
dilakukan
dengan meningkatkan
dan
mengembangkan
kota-kota menjadi satu kesatuan
hirarki kota agar berfungsi sebagai
pusat-pusat
pertumbuhan sesuai dengan struktur
wilayah'
Pasal 13
untuk meminimalisasi
kesenjangan
pertumbuhan wilayah, maka strategi
penataan pusat
pertumbuhan dilakukan
dengan membentuk
keterkaitan antara sektor, wilayah, dan kota
dengan wilayah belakangnya
serta keterkaitan
kota dengan kota lainnya'
Pasal 14
Untuk meningkatkan
pembangunan
prasarana dan sarana
pelayanan kepada
masyarakat,
maka strategi
pengembangan sistem
prasarana dan sarana sebagai berikut:
a.
pembangunan dan
pengembangan sarana dan
prasarana secara terpadu untuk
membuka isolasidaerah-daerah
terpencil dan tertinggal serta mengembangkan
pusat-
pusat pertumbuhan dan
PelaYanan;
b.
pembangunan dan
pengembangan sarana dan
prasarana transportasi darat meliputi
angkutan
jalan,
sungai,
penyeberangan dan kereta api untuk mengantisipasi
perkembangan
perekonomian Daerah;
c.
pembangunan dan
pengembangan
pelabuhan laut serta moda angkutan laut untuk
mengantisipasi
perkembangan
perekonomian Daerah;
d.
pembangunan dan
pengembangan
pelabuhan udara serta moda angkutan udara
diarahkan
untuk mengantisipasi
perkembangan
perekonomian Daerah;
e.
pengembangan sistem
pelayanan
pos dan telekomunikasi
untuk meningkatkan
pelayanan sampai menjangkau daerah-daerah
terpencil;
t.
pengembangan
potensi energi
primer dan energi baru/terbarukah
dan sistem
interkoneksi
pulau
Sumatera
dan Sumatera
-
Pulau Jawa untuk meningkatkan
ketersediaan
sumber daya energi listrik;
g. pengembangan sistem sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan
pertanian dan
non
pertanian;
h.
peningkatan sistem
pengawasan dan
pengelolaan lingkungan'
Pasal 15
strategi
pengembangan wilayah
prioritas adalah sebagai berikut :
a. membangun
daerah
tertinggal untuk memperluas
kesempatan
kerja serta
meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat;
b. memperbaiki
kawasan kritis
yang mempunyai
fungsi lindung terhadap daerah
bawahannya
dan
perlindungan setempat;
c.
penataan kawasan
yang tumbuh cepat untuk mengantisipasi
pertambahan
jumlah
penduduk, kebutuhan
sarana dan
prasarana, serta
peningkatan aktivitas
perekonomi an;
l 3
d.
pengembangan kawasan
andalan untuk mendukung
kegiatan
sektor strategis;
e. mengaranran
pertumbuhan kawasan
yang mempunyai
prospek pengembangan dan
pengaruh kuat terhadap
daerah di sekitarnya'
Pasal 16
Strategi
pengembangan sektor
pertanian,
perkebunan,
peternakan dan kehutanan
untuk
mewujudkan
Sumatera
Selatan sebagai
Lumbung
Pangan :
a.
penetapan sentra hutan di Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten Ogan Komering
llir
dan Kabupaten.Musi
Banyuasi n
dengan basi s l ndustri Pul p;
b.
pengembangan industri hilir
yang memanfaatkan
produk
-
produk unggul
dari sektor
pertanian, perkebunan dan kehutanan;
c. intensifikasi
pertanian dalam
rangka
peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi
pangan.
BAB V
RENCANA
TATA RUANG
WILAYAH PROVINSI
SUMATERA
SELATAN
Bagian Pertama
Kawasan Lindung
Pasal 17
Kawasan
Lindung
yang terdapat di Provinsi Sumatera Selatan
terdiri dari :
a. Kawasan
yang Memberikan
Perlindungan
terhadap Kawasan Bawahannya;
b. Kawasan Perlindungan
SetemPat;
c. Kawasan Suaka Alam, Cagar Alam dan Cagar Budaya;
d. Kawasan Rawan Bencana'
Pasal 18
Kawasan
yang Memberikan
Perlindungan
terhadap Kawasan
Bawahannya
sebagaimana
tercantum
pada pasal 17 butir a mencakup
:
a. Hutan Lindung
yang tersebar
di Kabupaten
Lahat, Kabupaten
Ogan Komering Ilir'
Kabupaten
Ogan Komering
Ulu Selatan,
Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten
Banyuasin, Kabupaten
Ogan Komering Ulu, Kota Pagar Alam dan Kabupaten
Musi
Banyuasi n.
b. Kawasan Bergambut,
yaitu kawasan
yang mempunyai
ketebalan
gambut 3 meter atau
lebih
yang terdapat di Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten
Musi Banyuasin,
Kabupat enBanyuasi ndanKabupat enoganKomer i ngl | i r .
Pasal 19
Kawasan Perlindungan
Setempat
sebagaimana
tercantum
pada Pasal 17 butir b
mencakup:
a. kawasan sempadan
pantai yang meliputi daratan sepanjang
tepian
pantai yang
lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pantai minimal 100 meter dari
14
b.
f.
titik
pasang tertinggi ke arah darat, dan terletak di Kabupaten Banyuasin dan
Kabupaten Ogan Komering llir;
kawasan sempadan
sungai
yang meliputi kawasan minimal 100 meter di kiri kanan
sungai besar
yang terletak di sepanjang sungai Musi, sungai Ogan, sungai Komering,
sungai Mesuj i , sungai Lematang, sungai Sembi l ang, sungai Laki tan, sungai Banyuasi n
dan sungai Lal an. Untuk anak sungai di l uar kawasan
permuki man, mel i puti rentang
50 meter di ki ri kanan sungai seperti sungai Semangus,
sungai Rawas, sungai
Lempui ng, sungai Batanghari l eko,
sungai Jeri ng dan l ai n-l ai n; sedangkan di kawasan
permukiman, sempadan sungai ditetapkan
pada rentang
15 meter dari kiri-kanan
sungai ;
kawasan sempadan
danau/waduk meliputi daratan sepanjang
tepian danau/waduk
yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik
pinggiran danau/waduk,
pada rentang 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat, terletak di Danau
Ranau (Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan), Danau Rakihan
(Kabupaten Ogan
Komeri ng Ul u), Danau Tel uk Rasau dan Danau Tel uk Gel am
(Kabupaten ogan
Komering llir), Danau Ulak Lia (Kabupaten Musi Banyuasin), dan Danau lainnya
yang
tersebar di Provinsi Sumatera
Selatan;
kawasan sekitar mata air meliputi kawasan dengan
jari-jari
200 meter di sekitar mata
air tersebar di Provinsi Sumatera Selatan;
kawasan
pantai berhutan
Mangrove, meliputi kawasan sepanjang
pantai yang
ditumbuhi oleh tanaman mangrove, terletak di
pantai timur Kabupaten Banyuasin dan
Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r;
kawasan hutan kota dan ruang terbuka hijau tersebar di seluruh kabupaten/kota.
Pasal 20
Kawasan Suaka Alam dan Cagar Alam serta Kawasan Cagar Budaya sebagaimana
tercantum
pada Pasal 17 butir c terdiri dari:
a. Kawasan Suaka Alam,
yaitu Suaka Margasatwa Gunung Raya di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Selatan, Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Kabupaten Ogan
Komering Ilir dan Kabupaten Banyuasin, Suaka Margasatwa Isau-isau Pasemah di
Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, Suaka Margasatwa Gumai Pasemah di
Kabupaten Lahat, Suaka Margasatwa Dangku dan Bentayan di Kabupaten Musi
Banyuasin
b. Taman Nasional Kerinci Seblat di Kabupaten Musi Rawas dan Kota Lubuk Linggau,
dan Taman Nasi onal Sembi l ang di Kabupaten Banyuasi n;
c. Taman Hutan Raya kelompok Hutan Kemampo di Kabupaten Banyuasin;
d. Taman Wisata Alam Punti Kayu di Kota Palembang;
e. Cagar Budaya Bukit Siguntang dan Taman Purbakala Sriwijaya di Kota Palembang,
Megalit di Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat dan Situs Candi Bumiayu di
Kabupaten Muara Eni m.
d.
e.
r5
Pasal21
Kawasan Rawan Bencana sebagaimana tercantum pada
Pasal 17 butir d terdiri dari :
a. Kawasan Rawan Bencana Longsor terletak di Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat,
Kabupaten Musi Rawas, Kota Pagaralam dan Kota Lubuklinggau
;
b. Kawasan Rawan Bencana Banjir terletak di Kota Palembang, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Tmur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Musi Banyuasin;
c. Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Dempo yang
mencakup Kota Pagar Alam dan
Kabupaten Lahat.
Bagi an Kedua
Kawasan Budidava
Pasal 22
Kawasan budidaya di Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari :
a. Kawasan Hutan Produksi;
b. Kawasan Pertani an;
c. KawasanPertambangan;
d. Kawasan Peri ndustri an;
e. Kawasan Pariwisata;
f. Kawasan Permukiman;
g. Kawasan Tertentu.
Pasal 23
Kawasan Hutan Produksi sebagaimana tercantum pada
Pasal 22butir a terdiri dari :
a. kawasan Hutan Produksi Tetap seluas
+
1.810.023 Ha yang terletak di Kabupaten
Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Muara Enim,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten
Banyuasin;
b. kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas
L
2L4.679 Ha yang
terletak di Kabupaten
Ogan Komering llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Laha! Kabupaten Musi Rawas
dan Kabupaten Musi Banyuasin;
Pasal 24
Perubahan peruntukan
dan status kawasan hutan produksi yang
dapat dikonversi (HPK) :
a. Kawasan Hutan Produksi yang
dapat dikonversi (HPK)
seluas 600.323 ha diubah
peruntukan
dan status menj adi Areal Penggunaan Lai n (ApL);
b. proses perubahan peruntukan
sesuai dengan buti r a di l aksanakan sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
r6
Pasal 25
Kawasan Pertanian sebagaimana tercantum pada
Pasal 22butir b terdiri dari :
a. kawasan
pertanian
tanaman pangan :
1. tanaman pangan
lahan basah terutama dikembangkan di Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan llir,
Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan
Kabupaten Banyuasin;
2. tanaman pangan
lahan kering, tersebar di seluruh Provinsi Sumatera Selatan;
b. kawasan
perkebunan
tanaman tahunan :
1. wilayah pengembangan
komoditi karet meliputi Kabupaten Ogan Komering Ulu,
' Kabupaten
Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,
Kabupaten Ogan Komering Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enirn,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan
Kabupaten Banyuasin;
2. wilayah pengembangan
komoditi kelapa sawit terutama di Kabupaten Ogan
Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering
Ilir, Kabupaten Ogan Ilir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten
Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin;
3. wilayah pengembangan
kopi terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat
dan Kota Pagar Alam;
4. wilayah pengembangan
kelapa dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering lfir,
Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin;
c. kawasan
peternakan
:
kawasan peternakan
dikembangkan di semua wilayah Provinsi Sumatera Selatan
terutama di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten
Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas,
Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten Banyuasin;
d. kawasan
peri kanan:
1. perikanan
darat terutama dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten
Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi
Banyuasin, Kabupaten Banyuasin dan Kota Pagar Alam;
2. perikanan
laut dan
pertambakan
dikembangkan di Kabupaten Banyuasin dan
Kabupaten Ogan Komering llir.
l 7
Pasal 26
Kawasan Pertambangan sebagaimana tercantum
pada Pasal 22 btltir c terdiri dari:
a. gas al am dan mi nyak bumi di kembangkan di Kabupaten F/uara Eni m, Kabupaten Musi
Banyuasi n, Kota Prabumul i h,Kabupaten Banyuasi n, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r,
Kabupaten Ogan l l i r, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Ogan
Komeri ng Ul u;
b. batubara di kembangkan di Kabupaten Muara Eni m, Kabupaten Lahat, Kabupaten
Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kabupaten Eanyuasi n, Kabupaten Ogan
Komeri ng Ul u, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Sel atan, Kabupaten Ogan Komeri ng
Ul u Ti mur, Kota Prabumul i h dan Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r;
c.
pasir kuarsa terdapat di Kabupaten Ogan Komering llir;
d. granit terdapat di Kabupaten Ogan Komering llir;
e. batu kapur terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Kabupaten Ogan Komering Ulu
Selatan, Kabupaten Lahat dan Kabupaten Musi Rawas;
f . tanah l i at terdapat di Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u
Sel atan, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r,
Kabupaten Ogan l l i r, Kabupaten Muara Eni m, Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi
Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kota Prabunnul i h, Kota Pagar Al am dan Kota
Lubuk Li nggau;
g. pasi r dan koral terdapat di Ogan Komeri ng Ul u, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u
Sel atan, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r,
Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten lVlusi
Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kabupaten Banyuasi n, Kota Pal embang, Kota
Prabumul i h, Kota Pagar Al am dan Kota Lubuk Li nggau,
h. marmer terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dan Kabupaten Lahat;
i. batu apung dikembangkan di Kabupaten Ogan Konnering Ulu Selatan, Kabupaten
Lahat dan Kota Pagar Alam;
j.
gas metan (coal bed methane) terdapat di Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat,
Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasi n, Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u,
Kabupaten Banyuasin dan Kota Prabumulih;
k. panas bumi (geothermal) terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan,
Kabupaten Muara Eni m dan Kota Pagar Al am.
Pasal 27
Kawasan Perindustrian sebagaimana tercantum
pada Pasal 22 butir d terdiri dari :
a. Kawasan industri yang berskala besar akan dikernbangkan di Kawasan Tanjung Api
-
Api ;
b. Kawasan i ndust ri sedang dan i ndust ri keci l t ersebar di semua Kabupat en/ Kot a.
18
Pasal 28
Kawasan Pariwisata sebagaimana tercantum
pada Pasal 22 butir e akan dikembangkan
di Kabupaten/Kota.
Pasal 29
Kawasan Permukiman sebagaimana tercantum pada Pasal 22butir f diarahkan :
a. Kawasan Permukiman padat
: di kota-kota Palembang, Baturaja, Lubuk Linggau,
Prabumulih, Muara Enim, Lahat, Tanjung Enim dan Pagar Alam;
b. Kawasan Permukiman sedang : di kota-kota Kayu Agung, Inderalaya, Sekayu,
Pangkalan Balai, Muara Dua, Martapura, Tanjung Raja dan Gumawang (Belitang).
Pasal 30
Kawasan Tertentu sebagaimana tercantum pada Pasal 22butir g terdiri dari :
a. Kawasan Hankam:
1. Kawasan Pangkal an TNI AL di Kota Pal embang;
2. Kawasan Pangkalan TNI AU di Palembang menjadi satu dengan Kawasan
Bandara SMB l l di Kota Pal embang;
3. Kawasan Objek Militer Baturaja (OMIBA) di Kabupaten Ogan Komering Ulu,
Kabupaten Ogan Komeri ng Ul u Ti mur, dan Ogan Komeri ng Ul u Sel atan;
4. Kawasan Pangkal an dan Instal asi Mi l i ter yang
tel ah ada di Provi nsi Sumatera
Selatan.
5. Kawasan Hankam yang baru di proses mel al ui kaj i an ol eh Pemda dan atau TNl .
b. Kawasan Bersejarah (situs) dan peninggalan perang
di Kota Palembang, Kabupaten
Lahat dan Kabupaten Muara Eni m;
c. Kawasan Strategis, yaitu : Kawasan Tanjung Api-Api. Kawasan Metropolitan
Palembang
-
lnderalaya
-
Pangkalan Balai
-
Sungsang, dan Kawasan Palembang
-
Betung
-
fnderalaya (Patungraya).
Bagian Ketiga
Pola Pengembangan Sistem Pusat-pusat Permukiman,
Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
Pasal 31
Sistim pusat-pusat permukiman
dilihat dalam konteks wilayah provinsi
serta
keterkaitannya satu sama lain, baik secara spasial maupun fungsional terdiri dari :
a. Kota Palembang, Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berfungsi sebagai kota
pemerintahan
skala Provinsi dan Kota, perdagangan,
industri,
jasa,
pariwisata
dan
pendidikan
serta pelayanan
sosial;
b. Kota Lubuk Linggau, Pusat Kegiatan Wilayah (Plff)
berfungsi sebagai kota transit,
pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata
dan
pendidikan;
c. Kota Muara Enim, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
berfungsi sebagai kota
pemerintahan, perdagangan, jasa
dan industri;
r9
d. Kota Baturaja, Pusat Kegiatan Wilayah
(Plffi) berfungsi sebagai kota
pemerintahan,
perdagangan, jasa,
industri,
pendidikan' dan
pariwisata;
e. Kota Kayu Agung, Pusat Kegiatan Wilayah
(Plff) berfungsi sebagai kota
pemerintahan,
jasa
dan
perdagangan;
f. Kota Inderalaya, Pusat Kegiatan Wilayah
(Pl(ff) berfungsi sebagai kota
pemerintahan, pendidikan,
jasa
dan
perdagangan;
g. Kota Lahat, Pusat Kegiatan Wilayah
(Pl(W) berfungsi sebagai kota pemerintahan,
perdagangan,
jasa, pariwisata dan
pendidikan;
h. Kota Sekayu,.Pusat Kegiatan Wilayah
(Ptff) berfungsi sebagai kota
pemerintahan,
jasa
dan
perdagangan;
i. Kota Prabumulih, Pusat Kegiatan Wilayah
(Plffi) berfungsi sebagai kota
pertambangan, industri,
jasa
dan
perdagangan;
j.
Kota Sungsang, Pusat Kegiatan Wilayah
(Plffi) berfungsi sebagai kota
jasa,
perdagangan, industri dan
pariwisata;
k. Kota Pangkalan Balai, Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan,
jasa
dan perdagangan;
l. Kota Muara Beliti, Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) berfungsi sebagai kota
pemerintahan,
j asa
dan
perdagangan;
m. Kota Pagar Alam. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan,
jasa, perdagangan, pertanian, dan
pariwisata;
n. Kota Martapura, Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan,
jasa
dan
perdagangan;
o. Kota Muara Dua, Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berfungsi sebagai kota pemerintahan,
j asa
dan
perdagangan;
PaSal 32
pengembangan
Kawasan Perkotaan dan Perdesaan dilakukan untuk mengurangi
masalah kesenjangan wilayah dengan melihat keterkaitan antara Kawasan Perkotaan
dengan Kawasan Perdesaan sebagai suatu sistem
pembangunan.
Bagian Keempat
Pengembangan Wilayah Prioritas
Pasal 33
Pengembangan Wilayah Prioritas bertujuan untuk mengoptimalkan
pemanfaatan potensi
ekonomi wilayah atau
penanganan permasalahan yang bersifat mendesak.
Pasal 34
Wilayah
prioritas di Daerah yang perlu mendapat
perhatian untuk dikembangkan terdiri
dari :
a. Kawasan Tertinggal karena keterbatasan sumberdaya dan aksesibilitas, terletak di
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,
2A
Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Lahat, Kabupaten
Musi Rawas, Kabupaten Musi banyuasin dan Kabupaten Banyuasin;
b. Kawasan Kritis, yang perlu
dioptimalkan fungsi lindungnya untuk menghindari
kerusakan lingkungan terletak di :
1. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten OEan Komering Ulu Timur,
Kabupaten Ogan Komeri ng l l i r, Kabupaten Ogan l l i r, Kabupaten Muara Eni m,
Kabupaten Lahat, Kabupaten Musi Banyuasi n dan Kabupaten Banyuasi n;
2. Daerah Al i ran Sungai
(DAS) Musi dan DAS Sugi han
-
Lal an;
c. Kawasan Andalan, terletak di Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kota Muara
Enim, dan Kawasan Tanjung Api-Api;
d. Kawasan Metropolitan Palembang
-
Inderalaya
-
Pangkalan Balai- Sungsang;
e. Kawasan Tanjung Api-Api yang akan dikembangkan sebagai Kawasan Industri dan
Pel abuhan Laut;
f. kawasan segitiga pertumbuhan Palembang
-
Betung
-
Inderalaya (Patungraya).
Kawasan ini merupakan kawasan yang mempunyai lokasi strategis untuk mendukung
pertumbuhan Sumatera Selatan pada masa yang
akan datang.
BAB VI
POLA PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH
Bagian Pertama
Sistem Prasarana Transportasi
Pasal 35
Sistem
prasarana transportasi diarahkan untuk menunjang perkembangan
Daerah di
bi dang sosi al , ekonomi , dan
pertahanan keamanan nasi onal .
Pasal 36
Sistem
prasarana transportasi di Daerah meliputi :
a.
jaringan perhubungan
darat terdiri dari :
1. Jal an Arteri Pri mer, yang menghubungkan :
a)
perbatasan
Jambi dengan Kota Bumi (Lampung) mel al ui Lubuk l -i nggau,
Lahat, Muara Enim, Tanjung Enim, Baturaja dan Martapura, disebut Lintbs
Tengah Sumatera;
b)
perbatasan
Jambi dengan Perbatasan Lampung melalui Bayung Lincir,
Pangkal an Bal ai , Pal embang, Inderal aya, Kayu Agung, Penyandi ngan dan
Pematang Panggang disebut Lintas Timur Sumatera;
c) Pal embang dengan Muara Eni m mel al ui Prabumul i h di sebut Li ntas
Penghubung;
d) Betung dengan Lubuk Li nggau mel al ui Sekayu, Mangun Jaya, Muara Bel i ti
di sebut Li ntas Penghubung;
2. Jal an Kol ektor Pri mer, yang menghubungkan :
a) Prabumul i h dengan Baturaj a mel al ui Beri ngi n;
21
b) Sekayu dengan Muara Rupit melalui Babat Toman dan Bingin Teluk;
c) Sekayu dengan Cinta Kasih melalui Pendopo;
d) Kayu Agung dengan Muara Dua melalui cempaka dan Martapura;
e) Lahat dengan KepahyanE
(Bengkulu) melalui Pagaralam;
f) Lahat dengan Kepahyang
(Bengkulu) melalui Tebing Tinggi dan Tanjung
Raya;
3. Jalan Kereta Api, yang menghubungkan
:
a) Kertapati (Palembang) ke Panjang
(Lampung);
b) Kertapati (Palembang) ke Lubuk Linggau;
c) Stasiun Simpang
(Kabupaten Ogan llir) ke Tanjung Api-Api (Kabupaten
Banyuasin);
d) stasiun simpang
(Kabupaten ogan llir) ke Inderalaya
(UNSRI);
4. Angkutan Sungai dan Penyeberangan,
yang menghubungkan
pusat-pusat
kegiatan ke semua kecamatan dan desa-desa
yang terletak dipinggir sungai;
b.
j ari ngan perhubungan l aut:
j.
pelabuhan Boom Baru di Kota Palembang difungsikan sebagai
pelabuhan ekspor-
impor,
penyeberangan ferry dan angkutan antar
pulau;
2. dalam
jangka
menengah/jangka
panjang fungsi
pelabuhan laut dan
penyeberangan ini akan dialihkan ke Kawasan Tanjung Api
-
Api;
c.
j ari ngan perhubungan udara:
1. Sultan Mahmud Badaruddin ll di Kota Palembang berfungsi untuk angkutan
penumpang, kargo, embarkasi haji dan bandara internasional;
2. Silampari di Kota Lubuk Linggau berfungsi sebagai lapangan terbang
perintis
untuk selanjutnya menjadi lapangan terbang komersial;
3. Sekayu di Kabupaten Musi Banyuasin sebagai lapangan terbang kedirgantaraan
(olah raga) untuk selanjutnya menjadi lapangan terbang komersial;
4. Banding Agung di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan sebagai lapangan
terbang
perintis untuk selanjutnya menjadi lapangan terbang komersial;
5. Pagar Alam diarahkan sebagai lapangan terbang
penumpang dan kargo.
Pasal 37
Untuk meningkatkan dan mempertahankan
tingkat
pelayanan infrastruktur transportasi
guna mendukung tumbuhnya
pusat-pusat pertumbuhan, program pengembangan
infrastruktur transportasi darat, laut dan udara adalah :
a. peningkatan kapasitas
pelayanan sistem
jaringan jalan
arteri
primer;
b.
peningkatan kapasitas
pelayanan sistem
jaringan jalan
kolektor
primer;
c.
pembangunan
jalan
tol;
d.
peningkatan kapasitas dan
pelayanan pelabuhan dan bandar udara;
e.
peningkatan kapasitas sistem
jaringan jalan
kereta api;
f.
pembangunan
jaringan jalan
kereta api;
g. peningkatan kapasitas
pelayanan angkutan sungai dan
penyeberangan;
h. pengembangan termi nal terpadu Karya Jaya di Pal embang.
22
1
Bagian Kedua
Sistem Prasarana Lainnya
Pasal 38
(1) Pengembangan serta penyediaan prasarana
dan sarana lainnya untuk
mempertahankan fungsi serta mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian
daerah dan
pemerataan pembangunan.
(2) Pengembangan sebagai mana tersebut pada
ayat (1) Pasal i ni adal ah :
a. pengembangan
l i stri k :
1. pengembangan jaringan
transmisi sistem interkoneksi Sumatera (Sumbagsel-
Sumbar-Riau, dengan Sumbagut-Sumut), dan Jaringan Transmisi Interkoneksi
Pulau Sumatera dan Pulau Jawa
(melalui
kabel bawah laut 500 KVA);
2. pengembangan
Pembangkit Listrik Mulut Tambang yang dekat dengan lokasi
kawasan tambang dan pembangunan gardu i nduk baru;
3.
peningkatan jaringan
distribusi listrik ke daerah
perdesaan;
4. peningkatan pasokan
daya listrik yang
bersumber dari energi baru dan
terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik perdesaan,
diantaranya
mikrohidro, surya, biomassa, biodiesel dan bioethanol;
b. pengembangan gas bumi :
1. peni ngkatan pengembangan j ari ngan
pi pa gas kota, i ndustri dan rumah
tangga;
2. pengembangan
di stri busi gas untuk transportasi ;
3. peningkatan pasokan gas bumi dari sumber-sumber produksi;
d. pengembangan
i ri gasi :
1. peningkatan jaringan
irigasi di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur,
Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Kabupaten Ogan Komering llir,
Kabupaten Ogan llir, Kabupaten Muara Enim, Kabupaten Lahat, Kabupaten
Musi Rawas,Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Banyuasin, Kota Pagar
Alam dan Kota Lubuk Linggau;
2. melanjutkan pembangunan jaringan
irigasi Komering dan irigasi Lakitan;
3. pengembangan
irigasi rawa pasang
surut dan irigasi non pasang
surut di
Kabupaten Ogan Komering llir, Kabupaten Musi Banyuasin dan Kabupaten
Banyuasi n;
d. pengembangan pos
dan tel ekomuni kasi :
1. peningkatan jangkauan
pelayanan
Pos pada
seluruh wilayah kecamatan dan
kecamatan pembantu;
2. peningkatan
otomatisasi sentral telepon di seluruh wilayah kabupaten/kota;
3. peningkatan
sistem
jaringan
(network) antara provinsi
dengan kabupaten/kota
dan antar kabupaten/kota;
4. menciptakan keanekaragaman model telekomunikasi sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan.
23
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 39
(1) Setiap orang berhak menikmati manfaat
ruang termasuk
pertambahan nilai ruang
sebagai akibat
Penataan
ruang.
(2) Setiap orang berhak untuk :
a. mengetahui
rencana tata ruang secara mudah;
b. berperan serta dalam
penyusunan rencana tata ruang,
pemanfaatan ruang' dan
pengendalian
Pemanfaatan
ruang;
c memperoleh
penggantian
yang layak atas kondisi
yang dialaminya sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan
pembangunan
yang sesuai dengan rencana tata ruang'
Pasal 40
(1) Setiap orang berkewajiban
berperan
serta dalam memelihara
kualitas ruang'
(2) Setiap orang berkewajiban
menaati rencana tata ruang
yang telah ditetapkan'
BAB VI I I
PELAKSANAAN
RENCANA
TATA RUANG WILAYAH
PROVI NSI SUMATERA
SELATAN
Pasal 41
peraturan
Daerah ini menjadi
pedoman bagi
pengaturan lebih lanjut rencana tata ruang
serta
penyusunan dan
pelaksanaan
program-program serta
proyek-proyek pernbangunan
yang diselenggarakan
oleh Pemerintah
Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota,
swasta dan
masyarakat.
Pasal 42
Naskah RTRWP dan
peta-peta rencana alokasi
pemanfaatan ruang dengan skala 1 :
250.000 sebagaimana
tercantum
dalam lampiran
peraturan daerah ini merupakan
bagian
yang tidak terpisahkan
(satu kesatuan)'
Pasal 43
RTRWP bensifat terbuka untuk umum dan ditempatkan
di kantor Pemerintah Daerah dan
tempat-tempat umum
yang mudah dilihat oleh rnasyarakat'
24
BAB IX
PENGENDALIAN
Pasal 44
(1) Pengendalian RTRWP diselenggarakan
melalui kegiatan
pengawasan dan
penertiban terhadap pemanfaatan ruang'
(Z)
pengawasan
terhadap
pemanfaatan ruang diselenggarakan
dalam bentuk
pel aporan, pemantauan dan eval uasi '
(3) Penertiban terhadap
pemanfaatan ruang
yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang diselenggarakan dalam bentuk
pemberian sanksi sesuai dengan
peraturan
perundang-undangan
yang berl aku.
Pasal 45
(1) Pengendalian
pemanfaatan ruang Provinsi
guna menjamin
pencapaian tujuan dan
sasaran rencpna sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Peraturan
Daerah i ni
pel aksanaannya di l akukan ol eh Gubernur'
(2) Gubernur menyelenggarakan koordinasi secara terpadu atas
penataan ruang
Provi nsi .
(3) Pemantauan dan atau
pencegahan segala kegiatan
pembangunan yang
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Gubernur atau
pejabat
yang di tunj uk.
Pasal 46
(1) Pengendal i an
pembangunan di kawasan budi daya di l akukan mel al ui kewenangan
perijinan yang ada
pada instansi
pemerintah baik di tingkat Provinsi maupun di
Kabupaten/Kota, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pelaksanaan tindakan
penertiban terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang
dilakukan Pemerintah Provinsi berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku.
BAB X
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG WILAYAH
PROVI NSI SUMATERA SELATAN
Pasal 47
(1) RTRWP Sumatera Selatan dapat ditinjau atau disempurnakan kembali sesuai
dengan
perkembangan dan kebutuhan
penataan ruang.
(2) Peni nj auan atau
penyempurnaan kembal i sebagai mana di maksud
pada ayat
(1)
pasal i ni dapat di l akukan
pal i ng ti dak 5 (l i ma) tahun sekal i dan di tetapkan dengan
Peraturan Daerah.
25
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 48
(1) Seti ap orang yang mel anggar ketentuan Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20 danPasal 21
Peraturan Daerah ini diancam pidana
kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau
denda pal i ng banyak Rp. 50.000.000,- (l i ma pul uh j uta
rupi ah).
(2) Tindak pidana sebagaimana tersebut ayat (1) yang mengakibatkan perusakan
dan
pencemaran
lingkungan hidup diancam pidana
sesuaidengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(3) Ti ndak pi dana
sebagai mana yang di maksud ayat (1) adal ah pel anggaran.
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 49
(1) Sel ai n Pej abat Penyi di k Kepol i si an Republ i k Indonesi a, Pej abat Penyi di k Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
pi dana.
(2) Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana pada
ayat (1)
Pasal ini
adal ah :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana
di bidang Penataan Ruang agar keterangan
atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadiatau
badan tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi
atau badan
sehubungan dengan ti ndak pi dana yang
di l akukan;
d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana yag dilaporkan;
e. melakukan penggeledahan
untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan,
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap
bahan bukti tersebut:
26
t. memi nta bantuan tenaga ahl i dal am rangka
pel aksanaan tugas
penyi di kan;
g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat
pada
saat
pemeriksaan sedang berlanEsung dan memeriksa identitas
orang <Jan atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud
pada huruf e;
h. mengambi l si di k
j ari
dan memotret seseorang;
i , memanggi l orang untuk di dengan
keterangannya
dan di peri ksa sebagai
tersangka atau saksi;
j .
menghenti kan
penyi di kan setel ah mendapat
petunj uk dari penyi di k umum;
k. mel akukan ti ndakan l ai n yag perl u untuk kel ancaran
penyi di kan ti ndak
pi dana
di bi dang retri busi menurut hukum
yang dapat di pertanggungj awabkan.
BAB XI I I
KETENTUAN PERALI HAN
Pasal 50
Dengan berl akunya Perat uran Daerah i ni maka :
a. kegi at an budi daya
yang t el ah di t et apkan dan berada di kawasan l i ndung dapat
di t eruskan sej auh t i dak mengganggu f ungsi l i ndunE;
b. kegi at an budi daya
yang t el ah ada dan di ni l ai mengganggu f ungsi l i ndung dan at au
t erpaksa mengkonversi kawasan berf ungsi l i ndung, di at ur sesuai dengan ket ent uan
yang berl aku dal am Perat uran Pemeri nt ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Anal i sa
Mengenai Dampak Li ngkungan Hi dup dan
perat uran perundangan l ai nnya;
c. kegi at an budi daya
yang sudah ada di kawasan l i ndung dan di ni l ai mengganggu
f ungsi l i ndung, harus segera di cegah
perkembangannya dan di upayakan
di kembal i kan f ungsi l i ndungnYa.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 51
(1) Ketentuan mengenai arahan
pemanfaatan ruang l autan dan ruang udara akan di atur
l ebi h l anj ut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan
yang berl aku.
(2) Pada saat mulai berlakunya Peraturan Daerah ini semua
peraturan perundang-
undangan
yang berkaitan dengan
penataan ruang
yang telah ada tetap berlaku
sepanj ang ti dak bertentangan dan bel um di ganti dengan
yang baru.
(3) Hal -hal
yang bel um di atur dal am Peraturan Daerah i ni sepanj ang mengenai tekni s
pel aksanaannya akan di atur l ebi h l anj ut ol eh Gubernur.
?7
Pada saat mul ai
Daerah Tingkat I
Sumatera Selatan
Pasal 52
berlakunya Peraturan
Daerah ini maka Feraturan
Daerah Propinsi
Nomor 5 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Rr-lang Wilayah
Provinsi
dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
Pasal 53
Peraturan Daerah ini mulai berlaku
pada tanggal diundangkan.
Agar supaya seti ap orang dapat
mengetahui nya,
memeri ntahkan
pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lenrbaran
Daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
Di tetapkan di Pal embang
pada tanggal
2006
GUBERNUR
SUMATERA SELATAN
SYAHRI AL
ESMAN
Di undangkan di Pal embang
pada tanggal
2006
PIt. SEKRETARIS
DAERAH
LEMBARAN DAERAH PROVI NSI SUMATERA
SELATAN
TAHUN 2006 NOMOR 14
28
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH
PROVINSI SUMATERA
SELATAN
NOMOR 14 TAHUN 2006
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI
SUMATERA SELATAN
A. UMUM
Disadari bahwa ruang sebagai sumber daya
pembangunan ketersediaanya sangat
terbatas sementara disisi lain kebutuhan
terhadap ruang tersebut sangat tidak terbatas.
Ruang tersebut meliputi ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara beserta sumber
daya alam
yang terkandung di dalamnya bagi kehidupan dan
penghidupan' Kegiatan
manusia dan mahluk hidup lainnya membutuhkan
ruang sebagaimana
lokasi berbagai
pemanfaatan ruang atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan,
sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi
yang diterapkan'
Ruang
provinsi
Sumatera Selatan dalam rangka
pelaksanaan
pembangunan
perlu
ditata dikelola, dimanfaatkan dan dilindungi untuk sebesar-besarnya
bagi kemakmuran
dan kesejahteraan
masYarakat.
Bila
pemanfaatan ruang tidak diatur dengan baik, kemungkinan besar terdapat
pemborosan pemanfaatan ruang dan
penurunan kualitas ruang
yang akan menyebabkan
rusaknya lingkungan hidup itu sendiri,
yang ada
pada akhirnya berakibat malapetaka bagi
mahkluk
penghuninya. Oleh karena itu diperlukan
penataan ruang di Provinsi Sumatera
Selatan untuk mengatur
pemanfaatan ruang berdasarkan besaran kegiatan,
jenis
kegiatan, fungsi lokasi, kualitas ruang, dan estetika lingkungan'
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan mengatur semua rencana
dan kegiatan
pemanfaatan ruang agar dapat dilakukan secara optimal dengan
memperhatikan keserasian, keseimbangan,
keterpaduan,
ketertiban, kelestarian dan
dapat dipertahankan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Pelaksanaan
pembangunan di Provinsi Sumatera Selatan selama ini diarahkan
pada pemecahan
masalah
pokok yang dihadapi
melalui
penciptaan keterpaduan dengan
pembangunan
antar regional.
Dalam menyongsong tahapan
pembangunan lima belas tahun selanjutnya
diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Fropinsi Sumatera Selatan dapat
mengantisipasi
kebutuhan
pembangunan dalam upaya menunjang, menerapkan dan
melengkapi
pembangunan Nasional di Daerah. Selain itu Rencana Tata Ruang Wilayah
propinsi
Sumatera Selatan dapat memberikan arahan dan
pengendalian pembangulnan
dalam
perubahan-perubahan tata ruang akibat semakin dipacunya
pembangunan yang
29
mengarah
pada industrialisasi untuk mempercepat laju
pertumbuhan Daerah dengan
memperhatikan konsep pertumbuhan, pemerataan dan keseimbangan lingkungan.
Dengan demikian Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Surnatera Selatan dapat
dirumuskan kedalam berbagai hasil dari proses perencanaan tata guna tanah, tata guna
ai r, tata guna udara, dan tata guna sumber daya al am l ai nnya. Di sampi ng i tu, rencana
tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan berfungsi sebagai
jembatan penghubung
antara rencana tata ruang wi l ayah nasi onal (RTRWN) dengan rencana spasi al
j enj ang
dibawahnya, misalnya RTRW Kabupaten/Kota.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, maka rencana tata ruang wilayah
Provinsi Sumatera Selatan didasarkan
pada 2 (dua) pendekatan pokok, yaitu : fungsional
dan konsepsional
Didasarkan pada pendekatan fungsional, rencana tata ruang wilayah Provinsi Sumatera
Selatan merupakan :
a. Matra ruang dari rencana
pembangunan daerah Provinsi Sumatera Selatan;
b. Al at koordi nasi pembangunan pada ti ngkat
provi nsi
dengan tuj uan untuk menghi ndari
benturan kepentingan antar sektor;
c. Pedoman penyusunan rencana tata ruang
jenjang
di bawahnya.
Didasarkan
pada pendekatan konsepsional, rencana tata ruang wilayah Provinsi
Sumatera Sel atan merupakan usaha untuk :
a. Menjabarkan rencana tata ruang wilayah nasional didalam ruang Provinsi Sumatera
Sel atan, yang merupakan sumbang
peran daerah terhadap pembangunan nasi onal
sekal i gus memadukan pembangunan antar Kabupaten/Kota;
b. Mempertahankan l aj u dan ti ngkat pertumbuhan pada wi l ayah yang mempunyai
sumber daya alam dan lokasi yang strategis maupun yang
secara historis
menguntungkan, agar terj adi nya kegi atan pembanEunan mampu memacu tumbuh
dan berkembangnya wilayah lainnya;
c. Mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar KabupateniKota dengan cara
meni ngkatkan pemerataan dan kesei mbangan pertumbuhan wi l ayah, dengan
memacu pertumbuhan daerah dan berkembangnya wi l ayah l ai nnya;
d. Meningkatkan interaksi antar
pusat-pusat pertumbuhan yang ada;
e. Meni ngkatkan i nteraksi posi ti f antar pusat pertumbuhan dengan daerah bel akangnya,
dengan demikian diharapkan akan terjadi tetesan ke bawah dan bukan
polarisasi
kemakmuran yang hanya terjadi di pusat pertumbuhan;
f. Mencari alternatif serta mengembangkan
pusat pertumbuhan baru untuk dapat
merangsang pertumbuhan wilayah di sekitarnya
perutama pada kota-kota yang
berfungsi sebagai PKL, dengan tuj uan untuk mengurangi urbani sasi yang ti nggi pada
kota- kota PKN dan PKW;
g. Mengembangkan
pusat pertumbuhan
baru mel al ui peni ngkatan kual i tas dan kuanti tas
prasarana
dan sarana untuk merangsang berkembangnya kegiatan sosial dan
ekonomi ;
h. Mengopti mal kan daya guna wi l ayah tanpa mengorbankan kesei mbangan l i ngkungan
dan kel estari an al am, sehi ngga penetapan kawasan l i ndung dan kawasan budi daya
tidak diterapkan secara kaku;
30
i . Mencapai tuj uan
pembangunan.
Untuk menjamin tercapainya tujuan
penataan ruang wilayah Provinsi Sumatera
Selatan, diperlukan
peraturan yang
jelas
tegas dan menyeluruh serta memberikan
kepastian hukum bagi upaya
pengelolaan dan
pemanfaatannya. Oleh karena itu maka
pemerintah daerah Provinsi Sumatera Selatan memandang
perlu menetapkan rencana
tata ruang wilayah Provinsi Sumatera Selatan
yang dituangkan dalam
peraturan daerah.
B. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 :
lstilah
yang dirumuskan dalam
pasal ini dimaksudkan agar terdapat keseragaman
pengertian atas
peraturan daerah ini.
Pasal 2: CukupJel as.
Pasal 3: CukupJel as.
Pasal 4: CukupJel as.
Pasal 5: CukupJel as.
Pasal 6: CukupJel as.
Pasal 7 :
Wilayah administrasi Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 14
(empat belas)
Kabupaten/Kota
yaitu :
1. Kota Pal embang i bukotanya Pal embang;
2. Kota Pagaralam ibukotanya Pagar Alam;
3. Kota Prabumul i h i bukotanya Prabumul i h;
4. Kota Lubuk Linggau ibukotanya Lubuk Linggau;
5. Kabupaten Muara Enim ibukotanya Muara Enim;
6. Kabupaten Musi Banyuasin ibukotanya Sekayu;
7. Kabupaten Musi Rawas ibukotanya Muara Beliti;
L Kabupaten Banyuasin ibukotanya Pangkalan Balai;
9. Kabupaten Lahat ibukotanya Lahat;
10. Kabupaten Ogan Komering llir ibukotanya Kayu Agung;
11. Kabupaten Ogan Komering Ulu ibukotanya Baturaja;
12. Kabupaten Ogan l l i r i bukotanya Inderal aya;
13. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ibukotanya Martapura;
14. Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan ibukotanya Muara Dua'
Pasal 8: CukupJel as.
Pasal 9: CukupJel as.
Pasal 10:
Huruf a :
Hutan tetap terdiri dari Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam, Hutan Produksi Terbatas dan
Hutan Produksi Tetap pada dasarnya sama-sama memiliki fungsi lindung.
Hur uf b: CukupJel as.
Hur uf c: CukupJel as.
3l
Hur uf d: CukuPJel as.
Hur uf e: CukuPJel as.
Pasal 11 :
Huruf a.1 :
Ekstensifikasi
pertanian diarahkan
pada kawasan Hutan Produksi Konversi di luar
pembangunan kehutanan adal ah
pada hutan
yang kosong atau
padang al ang-al ang'
semak belukar dan kawasan
hutan
yang tidak
produktif
yang potensinya dibawah
20
m3lha untuk diameter 30 cm keatas'
Huruf a.2 : CukuP
j el as.
Huruf a.3 : CukuP Jel as.
Hur uf b : CukuPJel as
Hur uf c : CukuPJel as.
Hur uf d : CukuPJel as.
Hur uf e : CukuPJel as.
Hur uf f : CukuPJel as.
Pasal 12
Huruf a :
Huruf b :
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Huruf e
Cukup Jel as.
Cukup Jel as,
Pasal 13 : Cukup Jel as.
Pasal 14 :
Hur uf a: CukupJel as.
Hur uf b: CukuPJel as.
Hur uf c: CukuPJel as.
Hur uf d: CukuPJel as.
Hur uf e: CukuPJel as.
Huruf f :
Energi
primer dan energi
baru/terbarukan
tenaga angi n, si nar matahari dan bi omasa.
Hur uf g: CukupJel as.
Hur uf h: CukuPJel as.
Pasal 15:
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Pasal 16 :
Hur uf a: CukupJel as.
Hur uf b: CukupJel as.
Hur uf c: CukupJel as
antara lain batubara/briket,
tenaga air,
32
/
)
Pasal 17:
Hur uf a: CukupJel as.
Hur uf b: CukupJel as.
Hur uf c: CukupJel as.
Hur uf d: CukupJel as.
Pasal 18;
a. Yang di maksud dengan Kawasan Hutan Li ndung, adal ah kawasan htl tan yang karena
keadaan dan sifat fisik wilayahnya
perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan
dengan
penutupan vegetasi secara tetap guna kepentingan hiclrologi, yaitu mengatur
tata air, mencegah banjir dan erosi serta memeiihara keawetan dan kesuburan tanah,
baik dalam kawasan
yang bersangkutan maupun kawasan
yang dipengaruhi di
sekitarnya.
Kriteria dari kawasan Hutan Lindung adalah :
-
Kawasan Hutan dengan faktor-faktor
jenis
tanah, intensitas hujan dan kelerenEan
l apangan
yang mel ebi hi ni l ai skor 175, ni l ai skor i ni di dasarkan
pada kondi si
l i ngkungan Sumatera Sel atan;
-
Kawasan hutan yang mempunyai l ereng l apangan 40% atau l ebi h;
-
Kawasan hutan
yang mempunyai ketinggian 1.000 meter atau lebih diatas
permukaan laut;
-
Tanah sangat
peka terhadap erosi
yaitu
jenis
tanah regosol, litosol, organosol, dan
renzi na dengan l ereng l apangan l ebi h dari 15 %;
-
Merupakan
j al ur pengamanan al i ran sungai /ai r, sekurang-kurangnya
100 meter di ki ri
kanan sungai / al i ran ai r tersebut;
-
Merupakan selubung mata air, sekurang-kurangnya dengan
jari-jari
200 meter
disekeliling mata air tersebut.
b. Kawasan bergambut adalah kawasan yang unsur
pembentukan tanahnya sebagian
besar berupa sisa-sisa bahan organis yang tertimbun dalam waktu lama
Pasal 19:
Huruf a :
Yang dimaksud dengan kawasan sempadan
pantai, adalah kawasan tertentu
sepanjang
pantai yang mempunyai manfaat
penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi pantai.
Kriteria dari kawasan sempadan
pantai adalah dataran sepanjang tepian
pantai
yang lebarnya
proposional dengan bentuk dan sisi pantai minimal 100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat.
Huruf b :
Yang di maksud dengan kawasan sempadan sungai adal ah kawasan sepanj ang ki ri
kanan sungai / sungai buatan I sal uran
yang mempunyai manfaat penti ng untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
33
)
>]
perl i ndungan
terhadap sempadan sungai di l akukan untuk mel i ndungi fungsi sungai
dari kegiatan budidaya
yang dapat menEganggu
dan merusak kondlsi surlgai dan
mengamankan al i ran sungai .
Kriteria dari kawesan sempadan sungai adalah :
-
di l uar
permuki man, sekurang-kurangnya
100 meter di ki ri kanan sungai besar dan 50
meter di kiri kanan anak sungai / sungai kecil
yang tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan;
-
di daerah
permuki man, di perki rakan
cukup untuk di bangun
j al an
i nspeksi rentang 15
meter ki ri kanan sungai ;
-
sekuranE-kurangya
10 meter di tepi sungai untuk sungai
yang mempunyai
kedalaman
ti dak l ebi h dari 3 meter;
-
sekurang-kurangnya
15 meter di tepi sungai untuk sungai
yang mempunyai
kbdal aman ti dak l ebi h dari 3 meter sampai dengan 20 meter;
-
sekurang-kurangnya
30 meter di tepi sungai untuk sungai
yang mempunyai
kedal aman ti dak l ebi h dari 20 meter;
-
sekurang-kurangnya
100 meter di tepi sungai untuk sungai
yang terpengaruh
pasang
surut ai r l aut, dan berfungsi sebagai j al ur hi j au;
Hur uf c: CukupJel as.
Hur uf d: CukupJel as.
Huruf e :
Yang dimaksud dengan kawasan
pantai berhutan mangrove, adalah kawasan
pesisir laut
yang merupakan habitat alami hutan Mangrove,
yang berfungsi memberi
perl i ndungan kepada
peri kehi dupan
pantai dan l autan.
perlindungan
terhadap kawasan
pantai berhutan mangrove dilakukan untuk
melestarikan hutan mangrove sebagai
pembentuk ekosistem hutan rnangrove dan tempat
berkembangbiaknya berbagai biota laut disamping sebagai
pelindung pantai dan
pengi ki san ai r l aut serta
pel i ndung usaha budi daya di bel akangnya.
Hur uf f : CukupJel as.
Pasal 20 :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan suaka alam, adalah kawasan
yang memiliki ekosistem khas
yang merupakan habitat alami
yang memberi
perlirldungan bagi
penkembanEan flora
fauna yang khas dan beraneka ragam.
Huruf b :
Yang dimaksucJ dengan taman nasional adalah kawasan
pelestarian alam
yang
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
pembangunan nasional,
i l mu pengetahuan, pari wi sata, rekreasi , dan
pendi di kan.
Perl i ndungan terhadap taman nasi onal di l akukan untuk mel i ndungi keasl i an zonasi
dan dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahr.bn, pendidikan, rekreasi, dan
pariwisata serta
peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan
perlindungan dari
pencemaran.
34
Kriteria taman nasional adalah :
a. Kawasan darat dan atau
perairan
yang ditunjuk
nelatif luas, tumbuhan
dan atau
satwanya
memiliki sifat spesifik
dan endemik serta berfungsi sebagai
perlindungan
sistem
penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragaman
hayati dan
ekosistemnYa.
b. Dikelola dengan sistem zonasi
yang terdiri dari zona inti, zona
pemanfaatan dan
zona l ai n sesuai dengan keperl uan.
Huruf c :
Yang dimaksud
dengan taman
hutan raya adalah
kawasan
pelestarian alam
terutama untuk tujuan koleksi tumbuhan
dan atau satwa alami atau buatan,
jenris
asli dan
atau bukan asli,
pengembangan ilmu
pengetahuan,
pendidikan kebudayaan
pariwisata
dan rekreasi.
Huruf d :
Yang dimaksud
dengan taman wisata alam
adalah kawasan
hutan
yang
diperuntukkan
secara
khusus untuk dibina
guna kepentingan
pariwisata dan rekreasi'
Huruf e :
Yang dimaksud
dengan cagar budaya adalah kawasan
yang merupakan
lokasi
bangunan hasil budaya manusia
yang bernilai tinggi maupun bentuk
geologi alami
yang
khas.
Perlindungan
terhadap kawasan cagar budaya dilakukan untuk melindungi
kekayaan budaya bangsa berupa
peninggalan-peninggalan
sejarah, bangunan
arkeologi,
bangunan monumental
dan adat i sti adat
yang berguna
untuk
pengembangan i l mu
pengetahuan dari ancaman-ancaman
kepunahan
yang disebabkan
oleh kegiatan alam
maupun manusi a.
Kriteria kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan adalah
:
a. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak
yang berupa kesatuan atau
kelompok, atau bagian-bagiannya
atau sisa-sisanya,
yang benunnur
sekurang-
kurangnya
50 tahun atau mewakili masa
gaya yang khas dan sekurang-kurangya
50
tahun serta dianggap mempunyai
nilai
penting bagi sejarah, ilrnu
pengetahuan dan
kebudayaan.
b. Lokasi
yang mengandung atau diduga mengandung
benda eagar budaya'
Pasal 21 :
yang
dimaksud dengan kawasan rawan bencana adalah kawasan
yang sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam'
Huruf a :
Kriteria dari kawasan rawan bencana adalah daerah
yang diidentifikasikan
sering
dan berpotensi
tinggi mengalami bencana
alam seperti
tanah longsor, banjir,
letusan
gunung berapi ,
gempa bumi dan l ai n-l ai n'
35
Huruf b:
Perlindungan terhadap kawasan
kegiatan manusia pada kawasan
aki bat
perbuatan manusi a.
Huruf c: Cukup Jel as
rawan beneana
(banjir) dilakukan untuk mengatur
rawan banjlr untuk menghindari terjadinya bencana
Pasal 22:
Huruf a :
Huruf b :
Huruf c :
Huruf d :
Huruf e :
Huruf f :
Huruf g :
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Pasal 23 :
Yang riimaksud dengan kawasan hutan produksi adalah kawasan yang mempunyai
f ungsi
pokok
memproduksi hasi l hui an.
Huruf a :
Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan hutan
produksi,
di mana
ekspl oi t asi nya hanya dapat di l aksanakan dengan t ebang pi l i h.
Huruf b:
Kawasan Hutan Produksi Tetap adalah kawasan hutan produksi
di mana
ekspl oi t asi nya dapat di l aksanakan dengan t ebang pi l i h at au t ebang habi s dengan
penanaman
kembal i at au permudaan buat an.
Pasal 24:
Hur uf a: CukupJel as
Hur uf b: CukupJel as
Pasal 25 :
Huruf a :
Yang dimaksud dengan Kawasan Pertanian Tanaman Pangan, adalah kawasan
yang di perunt ukkan bagi t anaman pangan sesuai dengan pol a t anamnya.
Kriteria dari Kawasan Pertanian Tanaman Pangan adalah daerah
yang
memiliki
ketinggian kurang dari 1.000 meter, kemiringan lereng kurang dari 40 7o, dan kedalaman
efektif lapisan tanah atas lebih besar dari 30 crn.
Huruf b :
Yang di maksud dengan Kawasan Perkebunan Tanaman Tahunan, adal ah kawasan
yang di perunt ukkan bagi t anaman t ahunan/ p*rkebunan yanE meri ghasi l kan bahan
pangan
dan bahan baku i ndust ri .
Kri t eri a dari Kawasan Tanaman Tahunan/ Perkebunan adal ah kawasan yang
sesuai unt uk
tanaman tahunan/perkebunan dengan n' rempertimbangkan fakton-fa$<tor ketinggian kurang
36
dari 2.000 meter, kemiringan lereng kurang dari 40 %, dan kedalaman efektif lapisan
tanah atas lebih besar dari 30 cm.
Huruf c :
yang
dimaksud dengan Kawasan Peternakan, adalah kawasan
yang diperuntukkan
bagi ternak besar, ternak kecil dan unggas.
Kriteria dari Kawasan Peternakan, adalah kawasan
yang sesuai untuk
peternakan ternak
besar, ternak kecil dan unggas dengan mempertimbangkan
fa9<tor-faktor ketinggian
kurang da1 1.000 meter, kemi ri ngan l ereng kurang dari 15
o/o,dan
terl etakdi l ahan keri ng
serta
jauh
dari
permukiman penduduk'
Huruf d :
yang
dimaksud dengan Kawasan Perikanan, adalah kawasan
yang diperuntukkan
bagi
perikanan, berupa
penangkapan di laut,
penangkapan di
perairan Llmum budidaya
laut, budidaya air tawar, dan air
payau'
Kriteria dari Kawasan Perikanan adalah, adalah kawasan
yang sesuai untuk
perikanan
dengan mempertimbangkan
faktor-faktor
kemiringan lereng kurang dari I To, dan
mempunyai
persediaan air
yang cukup.
Pasal 26 :
Yang dimaksud dengan Kawasan Pertambangan, adalah kawasan
diperuntukkan bagi
pertambangan, baik wilayah
yang sedang rnaupun
yang
dilakukan kegiatan
pertambangan.
Pasal 2T:
Huruf a :
Kawasan lndustri
(lndustrial Estate)
yaitu kawasan
yang diperuntukkan bagi industri
yang berupa tempat
pemusatan kegiatan industri
yang dikelola oleh satu nnanajemen
perusahaan i ndustri .
Hur uf b: CukupJel as.
Kriteria dari Kawasan Industri adalah :
Kawasan
yang memenuhi
persyaratan lokasi industri;
Tersedia sumber air baku
yang cukup;
Adanya sistem
pembuangan limbah;
Tidak menimbulkan dampak sosial negatif
yang berat;
Tidak terletak di kawasan tanaman
pangan lahan basah
yang beririgasi dan
yang
berpotensi untuk
pengembangan irigasi.
Pasal 28 :
Kawasan Pariwisata adalah kawasan
yang diperunttlkkan bagikegiatan
pariwlsata'
Kriteria dari Kawasan Pariwisata adalah kawasan
yang mernpunyai :
a. Kei ndahan al am dan kei ndahan
panorama;
b. Masyarakat dengan kebudayaan
yang khas dan diminatiwisatawan;
c. Bangunan
peni nggal an budaya dan at au mempunyai ni l ai sej arah t i nggi .
yang
akan
a.
b.
c.
d.
e.
37
Pasal 29:
Kawasan Permukiman di Daerah mempunyai kriteria permukiman padat adalah
lebih da1 50 rumah/ha dan
permukiman sedanE adalah 20 runnah sampai dengan 50
rumah/ha.
Hur uf a: CukupJel as.
Hur uf b: CukuPJel as.
Pasal 30:
Kawasan Tertentu adalah kawasan budidaya
yang diperuntukkan secara khusus
untuk kepentingan
pertahanan keamanan nasional atau mempunyai aspek
penting bagi
pertahanan keamanan.
Pembangunan dan
pengembangan industri, pariwisata dan
permukiman yang berlokasi di
sekitar atau di dalam kawasan khusus harus dikoordinasikan dengan aparat hankam
yang
berwenang.
Hur uf a: CukupJel as.
Hur uf b: CukupJel as.
Hur uf c: CukupJel as.
Pasal 31 : Cukup Jel as.
Pasal 32 : Cukup Jel as.
Pasal 33 :
Pengembangan Wilayah Prioritas ditetapkan berdasarkan indikator-indikator
yang
merupakan
penjabaran dari
potensi, identifikasi dan
pemecahan masalah serta strategi
dan kebi j aksanaan bai k Pusat maupun Daerah.
Indikator-indikator dimaksud meliputi :
a. Arah kebijaksanaan
pembangunan Provinsi Sumatera Selatan;
b, Ti ngkat kepenti ngan
yang mendesak atau di mensi waktu;
c. Intensitas benturan
yang terjadi;
d. Skal a
pengaruh;
e. Sumbangan terhadap PDRB;
f. Potensi
penyerapan tenaga kerja;
g. Hubungan i ntra wi l ayah.
Pasal 34
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Huruf e
Huruf f
: Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
38
Pasal 35
Pasal 36
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Pasal 37
Huruf a
Huruf b
Huruf c
Huruf d
Huruf e
Huruf f
Huruf
g
Huruf h
Pasal 38
Ayat ( 1) : Cukup Jel as.
Ayat (2):
Hur uf a : CukupJel as.
Hur uf b : CukupJel as.
Hur uf c : CukupJel as.
Hur uf d : CukupJel as.
Pasal 39 :
Ayat ( 1) :
Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan orang adalah orang seorang,
kelompok orang atau badan hukum. Pemerintah berkewajiban melindungi hak setiap
orang untuk menikmati manfaat ruang.
Ayat (2) :
Hak setiap orang dalam
penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk bahwa
setiap orang dapat mengajukan usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada
pemerintah dalam rangka
penataan ruang.
Penggantian yang layak diberikan kepada orang
yang dirugikan selaku
pemegang
hak at as t anah, hak
pengel ol a
sumber daya sepert i hut an, t ambang, bahan
gal i an, i kan
dan atau ruang, yang dapat membuktikan bahwa secara langsung dirugikan sebagai
akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dengan rencana tata ruang dan oleh
perubahan nilai ruang sebagai akibat
penataan ruang. Hak tersebut didasarkan atas
ket ent uan perundang-undangan at aupun at as hukum adat dan kebi asaan
yang
berl aku.
Yang di maksud dengan hak at as ruang adal ah hak-hak yang di beri kan at as
pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.
Hak atas
pemanfaatan ruang daratan dapat berupa hak untuk memiliki dan
menempati satuan ruang di dalam bangunan sebagai tempat tinggal, hak untuk
melakukan kegiatan usaha seperti
perkantoran, perdagangan, tempat
peristirahatan,
dan
atau melakukan kegiatan sosial seperti tempat peristirahatan, dan atau melakukan
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
39
kegiatan sosial seperti tempat
pertemuan didalam satuan ruang bangunan bertingkat, hak
untuk membangun dan mengelola
prasarana transportasi seperti
jalan
layang dan
sebagai nya.
Hak atas
pemanfaatan ruang lautan dapat berupa hak untuk memiliki dan
menempati satuan ruang di dal am rumah terapung, hak untuk mel akukan kegi atan
di dal am satuan ruang di dal am kota terapung dan atau di dal am l aut, hak untuk
mengel ol a
pari wi sata bahari , hak
pemel i haraan taman l aut, hak untuk mel akukan
angkutan l aut, hak untuk mengekspl oi tasi sumber al am di l aut seperti
penangkapan i kan,
penambangan l epas pantai dan sebagai nya.
Hak atas
pemanfaatan ruang udara dapat berupa hak untuk menggunakan
jalur
udara bagi lalu lintas pesawat terbang, hak untuk menggunakan
media udara bagi lalu
l i ntas
pesawat terbang, hak untuk menggunakan medi a udara bagi tel ekomuni kasi , dan
sebagai nya.
yang
dimaksud dengan
pergantian yang layak adalah bahwa nilai atau besar
pergantian itu tidak mengurangi tingkat kesejahteraan orang
yang bersangkutan.
Pasal 40 :
Ayat ( 1) :
Kewajiban dalam memelihara kualitas ruang merupakan
pencerminan rasa
tanggung
jawab
sosial setiap orang terhadap
pemanfaatan ruang.
Kualitas ruang ditentukan oleh terwujudnya keserasian, keselarasan dan
keseimbangan ruang yang mengindahkan faktor-faktor daya lingkungan seperti struktur
tanah, si kl us hi drol ogi , si kl us udara, fungsi l i ngkungan seperti wi l ayah resapan ai r,
konservasi flora dan fauna, estetika lingkungan seperti bentang alam,
pertamanan
arsitektur bangunan, lokasi seperti
jarak
antara
perumahan dengan tempat kerja,
jarak
antara
perumahan dengan fasilitas umum dan struktur seperti
pusat perurnahan dengan
fasilitas umum dan struktur seperti
pusat lingkungan dalam
perumahan, pusat kegiatan
dalam kawasan
perkotaan.
Pengertian memelihara kualitas ruang mencakup
pula memelihara kualitas tata
ruang yang di rencanakan.
Ayat ( 2) :
Penyesuaian
pemanfaatan ruang, baik yang telah mempunyai ijin rnaupun tidak,
wajib dilakukan sewaktu-waktu oleh
yang bersangkutan bila terjadi ketidaksesuaian
pemanfaatan ruang dengan RTRWP.
Pelaksanaan kewajiban menaati RTRWP dilakukan sesuai dengan kemampuan
setiap orang
yang terkena langsung akibat
pemanfaatan RTRWP.
Bagi orang
yang tidak mampu, maka sesuai haknya untuk mendapatkan
pergantian
yang layak, kompensasi diatur melalui pengaturan nilai tambah
yang timbul sebagai
aki bat adanya
perubahan ni l ai ruang.
Pasal 41 :
Yang di maksud dengan rencana tata ruang dal am
pasal i ni mel i puti :
40
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota
yaitu reneana peruntukan,
penggunaan persedi aan, dan
pemel i haraan l ahan, ai r dan udana di Kabupaten/Kota
agar
pemanfaatannya optimal, lestari, seimbang dan serasi bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Rencana tata ruang
jenjang
dibawahnya
yaitu rencana tata ruang yang sifatnya
lebih detail atau rinci yang merupakan
penjabaran RTRWP atau RTRW
Kabupaten lKota, baik berupa kawasan maupun kota yang disusun untuk menjaga
keserasian dan keterpaduan antar sektor dalam
pelaksanaan program-program
pembangunan kota dan daerah"
Pasal 42:
Yang dimaksud dengan
peta-peta rencana alokasi
pemanfaatan ruaRE dalam
perda
i ni adal ah sebagai beri kut :
1. Peta Admi ni strasi Provi nsi Sumatera Sel atan;
2. Peta Penggunaan Lahan Eksi sti ng Provi nsi Sumatera Sel atan Tahun 2003;
3. Peta Rencana Struktur Tata Ruang Provi nsi Sumatera Sel atan Tahun 2019;
4. Peta Rencana Jaringan Jalan dan Kereta Api Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2005-2019;
5. Peta Rencana Pemanfaatan Ruang Provi nsi Sumatera Sel atan Tahun 2005-2019;
Pasal 43 : Cukup Jel as.
Pasal 44
Ayat ( 1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Pasal 45
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Pasal 46
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Ayat (1)
Semua
perijinan yang telah diterbitkan sebelum berlakunya
peraturan
daerah ini
ternyata tidak sesuai dengan
peraturan daerah ini, maka selambat-larnbatnya 3 (tiga)
tahun sej ak
pengundangan peraturan i ni harus di ti nj au kembal i .
Ayat (2) : Cukup Jel as.
41
Pasal 47 :
Ayat
(1) :
Evaluasi RTRWP meliputi
peninjauan terhadap
perumusan rencana, sesuai dengan
kebutuhan
perkembangan dengan tetap memperhatikan asas, maksud, tuiuan sasaran
dan fungsi sebagai mana di maksud
pada pasal 2,3,4,5 dan 6 dari
peraturan daerah i ni .
Ayat
(2): Cukup Jel as.
Pasal 48 :
Ayat
(1) : Cukup Jelas.
Ayat
(2) : Cukup Jelas.
Ayat
(3) : Cukup Jelas.
Pasal 49 :
Ayat
(1) : Cukup Jel as.
Ayat
(2) : Cukup Jelas.
Pasal 50:
Huruf a :
Huruf b :
Huruf c :
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Cukup Jel as.
Pasal 51 :
Ayat (1) : Cukup Jel as.
Ayat (2): Cukup Jel as.
Ayat
(3) : Cukup Jelas.
Pasal 52 : Cukup Jel as.
Pasal 53 : Cukup Jel as.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH
PROVI NSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2006 NOMOR 14
42

Anda mungkin juga menyukai