Anda di halaman 1dari 24

* Kairo - Mesir *

RESTSI
P
Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa

r
i
is

s
a
M (?)

h
e
An

Teras

Virus Fahrinisme:
Dis-orientasi yang Dilematis

Wawancara
Opini

dengan Sdr. Ramadien Akbar


Sekjen PPMI periode 2013/2014

Gandrung Gondrong
Realitas Masisir
Oase

Kepasrahan dan pasrah

Edisi Interaktif
Oktober 2014

Dari Redaksi

P RESTSI Daftar Isi


Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa

Alhamdulillah. Segala puji syukur bagi Allah. Salawat


serta salam pun, senantiasa tercurahkan bagi
banginda Nabi. Sesuatu berharga yang tak boleh
lenyap demi dinamika dan progresivitas generasi baru
adalah pilihan dan kesempatan. Senada dengan yang
dikatakan oleh Jor El dalam Man of Steel. Seperti itulah
kiranya, edisi Prestasi kali ini, edisi pilihan dan
kesempatan. Mengingat edisi ini adalah edisi pertama
bagi kru-kru baru Prestasi 2014-2015, yang baru saja
dilantik tepat tanggal 19 september, dan mayoritas
adalah anak daur lugah. Para kru baru diberi
kebebasan untuk memilih buah ide sesuka mereka
dan diberi kesempatan untuk menuangkannya
melalui tulisan. Karenanya, kami menamakan edisi ini
dengan edisi interaktif, dengan tema Masisir Aneh
(?)
Berkaitan dengan tema, Prestasi sengaja memotret
beberapa realitas Masisir yang secara rabaan polos,
tak dianggap mencerminkan seorang pribadi pelajar
dan seorang Azhari. Sebagai ilustrasi, kenapa banyak
Masisir yang justru rajin bekerja dari pada belajar?
kenapa banyak dari Masisir yang gondrong? Dan
kenapa-kenapa lainnya. Sesuai dengan karakternya,
Prestasi tidak hanya akan memotret kemudian
mengkritik, namun juga menganalisa kemudian
menghadirkan hasil se-obyektif mungkin ke
permukaan.
Namun lagi-lagi, kami sangat yakin, pasti akan ditemui
lubang-lubang kesalahan dan kekeliruan di sana-sini
yang perlu ditambal dan dipermak. Karenanya kami
meminta maaf dan senantiasa menunggu kritikan dan
masukan yang konstruktif dari pembaca.
Akhir kata, selamat membaca!

P RESTSI

Dari Redaksi

02

Editorial

03

Teras

04

Opini

06

Timur Tengah

08

Opini

10

Wawancara

12

Resensi

14

Oase

16

Sastra

18

Serba-Serbi

20

Catatan Pojok

23

Redaksi menerima tulisan dan


artikel yang sesuai dengan visimisi buletin.
Saran dan kritik kirim
ke facebook kami: Prestsi KSW.

Pelindung: Ketua KSW | Dewan Redaksi: M. Fardan Satrio Wibowo, Landy T.


Abdurrahman, Muhammad Fadhilah Rizqi, Iis Isti'anah | Pimpinan Umum: Zulfah Nur
Alimah | Pimppinan Redaksi: Wais Al Qorny | Pimppinan Usaha: Mahfud Washim |
Sekretaris Redaksi: Zuhal Qobili | Redaktur Pelaksa: Rizqi Fitrianto, Muhammad Samsul Arifin, Muhammad Al
Chudlori, Fathimatuz Zahro, Lailatuz Zakiyah, Zakiyah Muniarti, Aminatuz Zahroh, Izzatun Nafsiyah |
Reporter: Muhammad Khoirul Anas, Saiful Umam, Indira Rizqi Ardiani, Izzatu Dzhiny, Laila Nur Hidayati |
Distributor: Hisyam Zainul Musthafa,Muhammad Mahfudz | Layouter: Muhammad Amna Mushoffa
Ahmad Muflikhul Muna | Editor: Nanang Fahlevi, Nashifudin Luthfi, Choiriya Dina Safina
Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa

02

Edisi Interaktif, Oktober 2014

Editorial
Ada Apa Dengan Masisir??
Menjadi mahasiswa Al-Azhar Mesir bisa
dikatakan impian bagi sebagian orang
penimba ilmu agama. Apalagi karena Al-Azhar
dikenal luas sebagai menara pendidikan ilmu
Islam. Bisa dilihat alumninya seper Syeikh
Nawawi al-Bantani, Ahmad Kha b alMinangkabawi dll hingga Dr. Muhammad
Quraish Shihab, tampaknya turut menarik
m i n at o ra n g - o ra n g I n d o n e s i a u nt u k
mengenyam pendidikan di Al-Azhar. Akan
tetapi, menjadi mahasiswa Al-Azhar
statusnya sebanding dengan konsekuensinya.
Yakni, memiliki tanggung jawab terhadap
masa depan, orang tua, bangsa dan
agamanya. Untuk itulah seorang mahasiswa
harus sadar terhadap diri akan statusnya.
Mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir
(baca; Masisir), mereka berasal dari berbagai
daerah di Indonesia, yang mana mereka
mempunyai berbagai watak, bahasa dan
kebiasaan. Jumlah mereka saat ini mencapai
kurang lebih 4000 mahasiswa, jumlah yang
dak bisa dibilang sedikit untuk ukuran
pelajar Indonesia di luar negeri. Ada yang
mengatakan bahwa banyaknya jumlah
Masisir -dengan sistem perkuliahan Al-Azhar
seper saat ini- berpotensi mempengaruhi
keilmuan dan integritas mereka kalah dengan
alumni dari non-Azhar, terutama alumni dari
Universitas Indonesia sendiri. Dilihat dengan
sistem perkuliahan yang longgar, yaitu dak
adanya kewajiban untuk membuat tugas,
makalah, riset, dll, seper sistem perkuliahan
di Indonesia. Hal ini membuat beragam
kecendrungan pikiran dan hobi yang akan
menjadi fokus utama untuk belajar buyar
ada jelas arahnya.
Dan di zaman modern ini, Masisir dengan
ragam ak tasnya dituntut untuk
meningkatkan skill baik pada lingkungan
sosialnya maupun Intelektualnya, agar bisa
selaras antara ilmu agama dan spirit modern.
Sehingga bisa tetap menjaga nilai agama
Islam dan kebutuhan manusia. Akan tetapi
jika kita renungkan, dinamika Masisir akhirakhir ini selain sibuk dalam kegiatan
perkuliahan, juga disibukkan dengan

banyaknya kegiatan seper keorganisasian,


travelling, bisnis, dll. Hal ini membuat
pergeseran kesadaran dalam jiwa Masisir
u n t u k m e m a h a m i t u ga s ny a s e b a ga i
mahasiswa. Mungkin benar, disatu sisi,
dinamika tersebut adalah bentuk cerminan
krea vitas Masisir. Disisi lain, dengan
banyaknya jumlah organisasi dan penikmat
tempat wisata yang menarik banyak simpa
untuk didatangi hingga hegemoni dunia bisnis
yang semakin berkembang, menjadikan
Masisir lupa untuk menyeimbangkan
orientasi tujuannya di Mesir. Sehingga
kerapkali terjadi dis-orientasi pendidikan.
Dari dinamika ini, berbagai s gma nega f
tentang masisir pun muncul. Seper tentang
rendahnya kualitas jebolannya Masisir dsb.
Namun jika kita melihat lebih dalam ke realita,
entah itu dilihat dari alumni atau pada Masisir
saat ini. Disadari atau dak, s gma ini
menemukan pembenarannya.
Contoh kecilnya; penggunaan Internet yang
dak produk f. Hampir semua rumah Masisir
yang kita temui merupakan pengguna
internet. Akses internet yang begitu mudah
membuat sebagian Masisir terlena, sehingga
mengesampingkan ak vitas ilmiah yang
seharusnya digelu seper kuliah, membaca,
diskusi dan menulis.
Untuk mengatasi permasalahan realitas yang
buruk di atas, solusinya adalah kemampuan
me-manage diri dan waktu dari se ap
individu Masisir. Hal ini, karena hanya dengan
kemampuan me-manage diri, berfungsi
untuk menghapus semua s gma nega f yang
ada dan membentuk kualitas pribadi yang
kuat. Seper halnya sebagian masisir yang
dapat menyeimbangkan antara kegiatan
organisasi dan akademiknya. ini berar
kegiatan organisasi dak sepenuhnya bisa
disalahkan karena menurunnya sebagian
akademis Masisir. Jika semacam itu, masihkan
kita ingin tetap bertahan pada kebiasaan
buruk atau membuat kebiasaan baru untuk
kehidupan baru?!
Izzah Nafsiyah,
Kru Prestsi

Edisi Interaktif, Oktober 2014

03

Teras

Virus Fahrinisme:
Dis-orientasi yang Dilema s

Novel 'Ayat-ayat Cinta' sedikit banyak


mempengaruhi cara pandang kebanyakan
orang tentang lika-liku kehidupan mahasiswa
Al-Azhar Kairo. Terlebih dengan sosok tokoh
utamanya bernama Fahri yang disajikan oleh
sang penulis seolah-olah tanpa cela dan tanpa
dosa. Damhuri Mohamad menyi r ini dengan
ungkapan yang menghadirkan diskursus:
Idealisme yang utopia dan sukar ditemukan
dalam realitas yang sesungguhnya.
Kiranya benar dan barangkali memang benar.
Utopia idealisme itu menyihir calon-calon
mahasiswa untuk menimba ilmu di belantara
Negeri Musa ini. Mereka berduyun-duyun
menda arkan diri agar masuk ke dalam da ar
list calon mahasiswa AL-Azhar Kairo Mesir.
Membayangkan Kairo, ruas-ruas tulang
mereka seper menggigil. Mereka datang
membawa visi dan rancangan misi yang
matang. Dalam taraf ini, sosok Fahri masih
menyihir sampai pada akhirnya mereka
menginjakkan kaki di tandusnya tanah
Kinanah dan mulai meragukan beberapa hal
dan menyangsikannya.
Beberapa bulan kemudian, duduk perkara
jadi lain. Orientasi awal mereka terbentur
kenyataan-kenyataan yang tak seindah
bayangan semula. Faktor ekonomis, sosial,
dan lingkungan membentur-bentur ideologi
mereka dan menerobos masuk merobekrobek orientasi yang telah ditulis indah jauh di
sanubari. Negeri Musa mulai mengelupas
menampakkan sosok aslinya yang beringas,
buas, dan ri. Mereka dibuat tak berdaya

04

Edisi Interaktif, Oktober 2014

dihadapkan dengan realitas yang tak sesuai


dengan keinginan mereka. Pada taraf ini,
mereka mulai mengamini ke dak-berdayaan
dan mengabungkan beberapa visi.
Inilah Kairo. Kota yang menjadi jantung
sejarah ini bisa jadi mengatur siapa saja.
Musim-musim bergerak dan mengatur jadwal
makan, dur, kuliah, dan bahkan buang nja.
Mereka yang tak siap mengatur Kairo, harus
rela diatur olehnya. Maka orientasi bergerak
dari ranah sta s dan ajeg, ke pusaran pu ngbeliung yang memporak-porandakan.
Bagaimana demikian?
Sebutlah Masisir (Mahasiswa Indonesia
Mesir) yang masih dalam bayang-bayang
kebesaran Fahri pada akhirnya kecewa dan
menyalahkan keadaan. Kehidupan Masisir
bukan hanya berkutat pada 'Kampus' dan
'Rumah'. Bukan hanya soal bagaimana meraih
predikat terbaik dalam bangku kuliah lalu
merayakannya dengan sedikit rihlah. Bukan
hanya soal menghambur dengan masyarakat
Mesir dan mengambil beberapa sikap kasar
mereka untuk menghadapi mereka sendiri.
Masisir lebih dari itu semua, lebih dari
sekedar catatan di luar dugaan; Mesir adalah
ruang kejutan raksasa.
Bagi mereka yang ekonominya rendah, tak
mendapat sokongan uang saku dari rumah,
terpaksa mengabdikan diri untuk bekerja
mencukupi kehidupan sehari-hari yang kian
kesini, kian mencekik. Banyak dari mereka
yang terjebak dalam 'kelainan' bergaul. Dunia
kerja yang keras mencetak jiwa yang haus

Teras
akan materi. Jika tak cukup dengan upah kerja
dua atau ga hari dalam seminggu, mereka
menjalin komunikasi dengan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) untuk memasukkan mereka
ke dalam pekerjaan yang menyita waktu dan
tenaga tapi dengan bayaran yang
menggiurkan: bekerja untuk orang mesir.
Bagi mereka yang disilaukan oleh bisnis,
melihat se ap sendi Masisir sebagai ruang
bisnis yang menjanjikan. Mulai dari sektor
math'am, tempe, tahu, sablon, sewa mobil,
travel, ket, dll. Masing-masing sama-sama
memiliki potensi untuk berkembang pesat
terlebih semakin banyaknya nominal Masisir
ap tahunnya. Mesir menjadi semacam
ladang bisnis ala Indonesia. Bedanya, ia
berasa dan berada di negeri orang. Dalam
kemelut semacam ini, geliat bangku kuliah
jadi loyo; pilihan mengharuskan orang
berlaku bijak. Tapi adakah yang lebih bijak dari
tak adanya pilihan?
Bagi mereka yang terjebak gemerlap
o rga n i s a s i , m e n g h a m b u r ka n b a nya k
waktunya untuk organisasi yang diembannya
dengan membabi-buta. Hampir-hampir
mereka tak punya waktu untuk diri sendiri,
memikirkan kelangsungan kuliah. Meski dalih
mereka masuk akal, tapi tak banyak dari
mereka yang sukses di bangku kuliah
sekaligus sukses mengemban amanat di
organisasi. Akhirnya mereka terjebak pada
persoalan yang dilema s; kuliah akademis
dan kuliah kehidupan sama tak terimanya jika
diabaikan. Memeluk satu tak bisa sambil
merangkul yang lainnya. Mereka yang
demikian, masih menemui labirin yang tak
berujung.
Bagi mereka yang 'entah', orientasi sama
sekali tumbang di meja-meja komputer;
menempel di layar-layar laptop; dan bergerak
di s ck game. Mereka yang entah ini alpa
terhadap tujuan, dan terjebak di dunianya
sendiri yang pasif dan tanpa kejutan. Mereka
lebih akrab kepada cursor daripada alamat
orang-orang munak dalam muqorror.
Mereka jarang terlilit pilihan yang dilema s
sebab se ap yang membuat mereka

dilema s, mereka lemparkan ke dalam


jaringan internet yang menyediakan
kemewahan yang membius. Mereka lalai
(atau barangkali sengaja lalai) akan besarnya
tanggung-jawab memikul predikat
mahasiswa Al-Azhar.
Dalam pada itu, Fahri bukan lagi jadi malaikat.
Ia menjadi kebenaran yang disingkirkan oleh
kenyataan. Memang begitulah realitas
menjawab ap- ap yang idealis; ap- ap
yang bergerak dalam galaksi kesempurnaan.
Kairo, seper kota lain, pada akhirnya akan
jadi kota scene dan ob-scene, kata Goenawan
Mohamad: ada yang dipertontonkan, ada
yang disingkirkan seper najis. Kota ini pandai
sekali menyingkirkan orang. Seper sebuah
ungkapan yang lazim didengar tapi menyiksa
kuping: Qahirah, jika kau tak memaksanya, ia
akan memaksamu. Akan ada yang kalah di
kota ini, seper Fir'aun yang ditenggelamkan
oleh takdir.
Apakah semuapada akhirnyamau
mengakui penyakit yang membelit Masisir
itu?
Tak semuanya. Masisir memang tak dililit
penyakit, atau mungkin mereka lupa apa itu
penyakit, sehingga mereka pun tak tahu apa
yang perlu dioba ? Dilema s. Ke ka kita
hendak mengatakan bahwa kenyataan di
muka adalah sebuah penyakit (atau dalam
kata yang lebih umum, dis-orientasi), atau
jangan-jangan itu bukanlah sebuah penyakit.
Maka akan ada dua jawaban: Pertama, bukan
penyakit, bukan dis-orientasi. Bagaimana kau
akan menyama-ratakan orientasi ap orang
jika ternyata mereka berbeda satu sama lain
dalam hal orientasi? Bisnis, bisa jadi menjadi
orientasi awal mereka. Organisasi, barangkali
jadi tombol utama dalam kehidupan
kemahasiswaan mereka. Dalam hal ini, kau
tak bisa berlaku tak adil dengan meletakkan
standar orientasimu di atas standar orang
lain. Dengan kata lain, kau tak ada bedanya
dengan Fahri yang idealis dan melupakan
realitas.
Selengkapnya... 20

Edisi Interaktif, Oktober 2014

05

Opini

Gandrung Gondrong
Realitas Masisir

anyak hal yang sering dirasakan oleh


mahasiswa di sini. Beragam suku,
bahasa dan budaya, namun bisa
mencerminkan suasana yang harmonis.
Perbedaan dak menghalangi para
mahasiswa Indonesia untuk saling
mempererat tali persaudaraan. Hanya saja
minoritas dari kalangan yang kurang sepaham
dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika,
barangkali mereka belum bisa mengayomi
makna keharmonisan. Polemik sering
bermunculan di bumi Kinanah ini. Bergeming
s at u p e rs at u b e r m u n c u l a n d i ra n a h
Mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir).
Berawal dari serba-serbi kuliah di Al-Azhar,
kemudian organisasi dan kajian para
intelektual muda, kesibukkan dalam
pembuatan makalah, dari aksi perampokan
sampai kejahatan, dan lain sebagainya.
Lantas polemik apa yang akan kita bicarakan
dalam hal ini? Satu ciri kebebasan yang
diyakini oleh Masisir saat ini adalah memiliki
rambut gondrong. Ya, sebagian mahasiswa
yang memiliki rambut gondrong merupakan
cermin akan kebebasan. Mereka mahasiswa
pecinta seni-budaya, mereka yang ingin
bergaya, mereka yang ingin mencari
kepuasan, dan mereka yang ingin meluapkan
emosi. Barangkali gondrong bukan sekedar
'asal coba' namun simbol bagian dari iden tas
kepribadian. Tindakan ini ada yang menilai
kurang baik bagi mahasiswa. Banyak sebagian
orang orang membicarakan bahwa
'gondrong' iden k dengan orang-orang nakal,
dak sopan, salah kaprah, yang kerap
melakukan kekerasan dan lain sebagainya
yang memang dak ada kebaikkan dibalik
kegondrongannya. Tapi seper pepatah
Inggris yang berbunyi don't judge book from

06

Edisi Interaktif, Oktober 2014

the cover, jangan menilai buku dari


sampulnya. Ini menunjukkan bahwa apapun
alasannya kita dak berhak mengklaim
dengan image nega f.
Rambut hanyalah tentang penampilan,
terutama bagi wanita. Namun untuk sebagian
kaum pria, rambut lebih dari sekedar mode.
Apalagi menurut pandangan salah satu tokoh
seni-budaya Masisir; rambut adalah salah
satu bentuk untuk menunjukkan karakter
seseorang dalam penampilan. Contohnya,
pria yang berambut gondrong dipandang
ingin memperlihatkan bahwa mereka bisa
menegakkan hak mereka dalam
berpenampilan, meskipun orang yang berada
di sekeliling mereka kontra terhadap
penampilannya. Di sisi lain, dari kalangan
masyarakat yang kurang memahami alasan
pemaknaan mengenai rambut gondrong,
pas akan beranggapan bahwa mereka
adalah; anak urak-urakan, berandalan, dak
ingin diatur, dan seenaknya sendiri. Tapi
persepsi se ap orang akan suatu hal pas
berbeda. Dan ke ka kita melihat seorang
mahasiswa dengan rambut gondrongnya,
apakah mereka terlihat sadis dan
menakutkan?
image nega f tentang rambut gondrong bagi
kaum pria sudah menyebar luas di kalangan
masyarakat. Entah, dari mana asal-usulnya,
paradigma itu muncul dan berkembang
sampai sekarang. Lelaki yang berambut
gondrong di masa sekarang, dak semarak
seper zaman dulu
Barangkali, merebaknya trend rambut
gondrong di Masisir terjadi akibat pengaruh
dari kebudayaan Indonesia. Bahwa tren
tersebut terjadi karena meniru gaya adaptasi
di Indonesia, di sana berambut gondrong dan

Opini
di sini pun berambut gondrong. Sebut saja
Sujiwo Tejo, seorang seniman yang saat ini
terkenal dengan rambut gondrongnya.
Melihat dari perubahan kultur dan zaman,
rambut gondrong seper nya dak hanya
sekedar gaya hidup, ataupun mengiku
kebudayaan sekitar, mugkin baginya
merupakan keunikan sendiri.
Dan pertanyaannya adalah; bagaimana cara
kita melihat lelaki yang berambut gondrong?
ke ka kita melihat mahasiswa berambut
gondrong, sebagian kalangan
masyarakat beranggapan kalau
itu kurang baik. Mengapa?
Bahwasanya apa yang
kita katakan itu belum
t e n t u b e n a r. C o b a
berla h untuk dak
mengklaim semua yang
berambut gondrong
dengan pandangan
buruk. Karena
seseorang itu pas
memiliki alasan
tertentu sehingga ia
b e r a m b u t
gondrong.
K e m u d i a n
bagaimana cara kita
melihat lelaki yang
berambut gondrong?
A n g ga p a n - a n g ga p a n
buruk itu muncul dikarenakan
kita dak pernah berinteraksi
langsung bersama mereka. Pada d a s
arnya mereka juga sama dengan kita. Sam
a-sama memiliki alasan tertentu untuk
meluapkan emosi, hasrat kebahagiaan, dan
demi kepuasan. Bisa jadi mereka meluapkan
emosi dengan; gondrong. Menemukan hasrat
kebahagiaan dengan; gondrong. Dan
mendapatkan kepuasan dengan; gondrong.
Selagi dak meresahkan orang banyak,
bahwa rambut gondrong itu dak perlu
dipersoalkan.
Dan rambut gandrong bukan berar brutal,
selama ini masyarakat menganggap bahwa

mahasiswa yang penampilan rambut


gondrong mereka adalah mahasiswa brutal.
Hal semacam ini perlu diluruskan
kebenarannya. Agar anggapan-anggapan
buruk itu dak menyebar luas di kalangan
masyarakat.
Salah seorang pecinta seni-budaya Masisir;
ke ka ditanya alasan tentang dirinya yang
memiliki rambut gondrong, ia mengatakan
baginya berambut gondrong dak ada
masalah; karena saya memaknai rambut
gondrong itu melambangkan
kebebasan, meluapkan ekspresi
jiwa seni saya, demi
mendapatkan kebebasan dan
kepuasan.
Nah, justru orang
gondrong itu adalah salah
satu orang yang mampu
memperlihatkan ja
diri mereka melalui
penampilannya,
meskipun mereka harus
menerima penilaian
nega f dari kalangan
masyarakat. Terlebih
karakteris k dari
ra m b u t g o n d ro n g
adalah; mempunyai
gay
a hidup jiwa yang
bebas
u n t u k
mengek
spresikan ja
dirinya.
Pemikiran seseorang
y a n g
nega f terhadap
mahasisw
a mengenai rambut
gondrong
baiknya harus
diluruskan
dan diberi
k temu.
Sebelum mereka menilai sesorang harusnya
mengetahui faktanya terlebih dahulu. Apakah
o ra n g ya n g b e ra m b u t g o n d ro n g i t u
menakutkan, sangar, bahkan dak sopan?
Janganlah pernah menilai buku hanya dari
sampulnya saja. Meskipun pada akhirnya
penafsiran itu kembali kepada pribadi
masing-masing dalam memahami
pemaknaan berambut gondrong.
Mahfudz P. At-Tauqi, Kru Prestsi

Edisi Interaktif, Oktober 2014

07

Timur Tengah

Dauroh Lughoh;
Langkah Jitu menuju Al-Azhar
Proses menuju Universitas Al-Azhar daklah
semudah yang kita bayangkan. Kebanyakan
publik, khususnya Masisir sendiri, mengakui
bahwa untuk masuk menjadi mahasiswa AlAzhar, mau dak mau harus menghadapi
proses panjang. Karena kenyataannya
memang tak semudah membalikkan telapak
tangan. Pas nya kita mendapa berbagai
kesulitan dan kendala, baik itu dimulai dari
pengurusan berkas-berkas atau bahkan
meghadapi syu'un (baca: tata usaha red)
kampus yang notabene agak berbeda dengan
sistem pegawai TU di tanah air. Wajar, kita
bermukim di negeri orang, bukan hal asing
ke ka kita menjumpai hal-hal semacam itu.
Tentunya kita harus bisa menyesuaikan dan
adaptasi kebiasaan orang Mesir terlebih
'penduduk asli mur tengah'.
Di tahun ajaran 2014 ini, merupakan tahun
spesial, karena berbeda dengan tahun-tahun
sebelumya. Di tahun ini pula calon
mahasiswa asing yang berasal dari berbagai
negara, seper Indonesia, Thailand, Malaysia,
Kamboja, Turkey, Afghanistan, Nigeria,
Banghlades dan lain-lain. harus menempuh
pendidikannya terlebih dahulu melalui
markaz dauroh lughoh (baca: kelas bahasa
arab red). Tata aturan ini menuai banyak
perha an dari beberapa kalangan. Dauroh
l u g h o h s e n d i r i m e r u p a ka n l e m b a ga
pendidikan formal sekaligus resmi di bawah
naungan Al-Azhar sebagai tahapan atau
jenjang penentuan untuk masuk Universitas
Al-Azhar.
Markaz dauroh lughoh sebelumnya sudah

08

Edisi Interaktif, Oktober 2014

ada pada tahun 2010 silam, tetapi agaknya


dak begitu diperha kan dan belum berjalan
efek f. Kebijakan-kebijakan baru saat ini,
mampu menyulap dauroh lughoh semakin
menonjol. Terbuk ke ka menyelenggarakan
H a a h A k h i r M u s ta w a ( b a c a : a c a ra
penutupan ngkatan kelas red), lembaga ini
berhasil mendatangkan langsung pimpinan
ter nggi Al-Azhar, Prof. Dr. Ahmad Tayyib.
Kehadiran beliau ini, tersiarlah nama dauroh
lughoh di berbagai media Mesir yang meliput
momen langka tersebut. Menjadikan
lembaga yang fokus terhadap pengembangan
bahasa Arab ini semakin masyhur di bawah
lembaga Al-Azhar lainnya.
Di mata Masisir sendiri banyak ragam
anggapan, menganggap nama dauroh lughoh
masih asing di dunia pendidikan Al-Azhar,
n a m u n ta k j a ra n g ya n g m e n ge ta h u i
keberadaannya. Mungkin berbeda dengan
ma'had Al-Azhar yang sudah terkenal sedari
dulu. Memang tahun ini saja, anak baru ak f
menaruh perha an memperkenalkan nama
dauroh lughoh kepada seniornya tentang apa
i t u m a r ka z d a u r o h l u g h o h . Te nta n g
bagaimana sistem pengajarannya, jajaran
pengajarnya atau bahkan budaya komunikasi
dalam berbahasa Arab di kelas. Efek ah?
Seper kuliahkah? Dan masih banyak lagi.
Terlepas dari itu mayoritas anak baru
beruntung dengan program-program yang
baru muncul kali ini. Meskipun ada yang
kurang sepihak dengan kebijakan serta aturan
di dalamnya. Sebagian dari mereka menilai
masih ada kejanggalan-kejanggalan, kurang

Timur Tengah
sepakat dengan kekangan aturannya, atau
bahkan kurang sependapat dengan biaya
administrasi pembayarannya. Toh pada
akhirnya dapat sejalan dengan aturan yang
ada.
Akan tetapi, markaz dauroh lughoh sukses
menyuguhkan pendidikan terbaiknya, di
s a m p i n g i t u i a m e r u p a ka n l e m b a ga
pendidikan yang berbasis pendidikan AlAzhar. Hampir dari semua sektor sistem
pengajarannya berkiblat pada Universitas AlAzhar. Di sisi lain, lembaga ini mempunyai nilai
lebih yang dak dimiliki kampus Al-Azhar.
Terbuk dari pengajaran se ap harinya
menerapkan sistem absensi dan
menempatkan nilai kedisiplinan. Selain itu
kebersihan ruang kelas yang masih sangat
terjaga, mampu menciptakan suasana belajar
terasa nyaman dan kondusif.
Lembaga yang bernaung di bawah Al-Azhar ini
memiliki visi dan misi jelas untuk mendidik
dan mengantarkan semua murid-muridnya
menuju jenjang mahasiswa. Terapan
kurikulum untuk ak f berbahasa Arab seper ;
muhadatsah (percakapan bahasa Arab),
is ma' (mendengar percakapan Arab),
qiro'ah (membaca tulisan Arab), insya'
(menulis kalimat Arab) sangat efek f bagi
pelajar asing. Ditambah tuntunan jajaran
guru yang komunika f dan ak f, mampu
membantu seorang murid untuk turut ak f
dalam proses belajar mengajar.
Markaz dauroh lughoh, secara dak langsung
turut memperkenalkan budaya bahasa Arab
fushah-nya (baca: struktur bahasa sesuai EYD
arab red) untuk dijadikan dasar utama
pengembangan ilmu berbasis bahasa arab.
Saking mengutamakan bahasa Arab fushah,
hampir semua guru menekankan wajib
hukumnya berbahasa arab fushah di lembaga
te rs e b u t . B e g i t u p u l a m e m b i a s a ka n
komunikasi berbahasa Arab fushah antar
murid, guru, bahkan ke syu'un idaroh.
Peran terpen ng lembaga ini, di antaranya
b e r h a s i l m e nt ra n sfe r b e r b a ga i i l m u
pengetahuan kepada para murid, lantaran
ketajaman pengalaman para pengampunya.

Bermacam latar belakang guru pernah belajar


dan ditugaskan ke amerika, bahkan ada
sebagian guru yang menjabat sekaligus
sebagai dosen di kampus Universitas Al-Azhar.
Maklum, mayoritas pengampu lembaga ini
m e r u p a k a n a l u m n i s e k a l i g u s t o ko h
intelektual Al-Azhar. Tak jarang pertanyaan
murid perihal bagaimana nan nya ke ka
sudah masuk berstatus mahasiswa.
Pada babakan selanjutnya, terkait proses
wajib menyelesaikan dauroh lughoh ini,
dikarenakan dak diadakannya tes ujian
masuk kuliah dari Depag RI. Saat itu, tes yang
seharusnya diadakan di tanah air se ap
tahunnya di adakan. Dari situlah, tercetus
gagasan dari pihak PPMI Mesir dengan
mencoba jalur lobi kepada pimpinan ter nggi
Al-Azhar guna memohon per mbangan dan
persetujuan untuk diadakan tes di Mesir.
Langkah PPMI ini terbilang dak sia-sia, calon
mahasiswa baru yang seharusnya dapat
mengenyam kuliah di kampus Al-Azhar pada
tahun itu juga, dialihkan untuk ikut proses
persiapan di dauroh lughoh sebagai modal
awal. Lembaga pendidikan ini tampaknya
akan terus bersinergi secara kon nu,
sehingga tahun depan akan tetap
diberlakukan.
Berbagai perangai yang ada pada tubuh
markaz dauroh lughoh ini se daknya
memberikan gambaran jelas, bahwa proses
belajar di Al-Azhar daklah mudah.
Se daknya ada tujuh ngkatan yang harus
ditamatkan oleh se ap murid. Sehingga
menjadi modal ke ka nan masuk ranah
perkuliahan, diharapkan dak canggung
karena bekal pengetahuan sebelumnya.
Dari situ dapat ditarik benang merah, bahwa
kelas khusus bahasa arab ini adalah mendidik
calon mahasiswa Al-Azhar untuk paham ilmu
struktur bahasa arab yang benar dan ilmu
agama islam secara luas. Serta berperan ak f
dan komunika f berbahasa arab dengan baik
d a n b e n a r. B e r h a r a p m o z a i k i l m u
pengetahuan dari para intelektual Al-Azhar
dapat dipahami secara bijak dan moderat.
Agus Saiful Umam, Kru Prestsi

Edisi Interaktif, Oktober 2014

09

Opini

Komunikasi Masisir
Yang Membudaya

ntah dari mana


dan mulai kapan
mayoritas
Masisir mulai
ga n d r u n g d e n ga n
kata-kata yang menurut
kebanyakan dari kita
adalah kata-kata
umpatan, yang
seharusnya dak
menjadi konsumsi
harian Masisir pada
umumnya. Yaitu kata
j a n c u k . Ya n g
menganehkan juga
adalah hal ini dak hanya menjadi alat
komunikasi masyarakat Jawa Timur ataupun
Jawa Tengah -dari dua daerah inilah kata yang
dianggap sebagai kata persahabatan ini
muncul- akan tetapi banyak juga dari
mahasisiwa yang berasal dari Pulau
Sumatera, Kalimantan, ataupun Sulawesi
menggunakan kata-kata ini dalam komunikasi
sehari-hari mereka.
Apakah sudah terjadi pergeseran bahasa dan
budaya antar daerah pada mayoritas Masisir?
Sehingga dak hanya mahasiswa yang berasal
dari dua daerah itu yang menggunakan katakata umpatan tersebut. Apakah kebanyakan
dari Masisir sudah kehilangan tata krama
dalam bertutur kata dan berucap? Sampai-

10

Edisi Interaktif, Oktober 2014

s a m p a i h a r u s
menggunakan kata
jancuk untuk menjalin
persahabatan dan
enggan mengindahkan
norma dan e ka yang
ada di masyarakat
Indonesia di Mesir ini.
Kata jancuk pada
awalnya sering
diasosiasikan dengan
umpatan-umpatan
jorok, dan dak sopan.
Walaupun sebenarnya
makna dari kalimat ini
dak ada dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Dan pada
perkembangannya kata jancuk bukan lagi
diasosiasikan dengan kata-kata umpatan yang
kasar. Akan tetapi, malah sering digunakan
untuk imbuhan suatu kalimat seper
ungkapan Raimu nandi cuk, gak tau ketok!.
Masisir pada umumnya adalah anak muda
yang selalu haus akan hal baru. Kemudian
menemukan bahasa yang jarang ia temui di
daerahnya, lalu mencoba mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya
dia merasa nyaman dengan bahasa itu.
Walaupun ia dak menguasai dengan baik
secara keseluruhan bahasa itu. Di dalam
masyarakat Masisir sendiri kata ini telah

Opini
mengalami perluasan makna. Yang pada
awalnya sangat dianggap tabu oleh beberapa
kalangan tertentu dan pas nya dianggap
sangat dak sopan digunakan dalam
percakapan sehari-hari, kemudian meluas
maknanya menjadi kata sapaan yang
digunakan untuk menyapa kawan akrab.
Selain itu, kata jancuk yang meluas maknanya
ini dalam beberapa periode akhir ini- telah
cukup diterima dalam beberapa
kalangan/komunitas di Maisisir.
Sudah menjadi kebiasaan beberapa orang
Masisir ke ka bertemu dengan kawankawannya akan mengatakan Cok, gimana
kabarnya?. Untuk masyarakat Jawa memang
kedengarannya kurang pas, yaitu ke ka kata
umpatan ini dicampur dengan bahasa
Indonesia. Tetapi itulah yang terjadi di
tengah-tengah kehidupan kemahasiswaan
Indonesia di Mesir ini. Tidak hanya mahasiswa
Jawa, bahkan mahasiswa yang berasal dari
luar Jawa. Boso Suroboyoan, begitulah
bahasa itu sering disebut, yang memang dari
daerah Surabaya dan sekitarnya, seper
Malang, bahasa itu berasal. Dan pada awal
penyebarannya di kalangan Masisir, memang
dimulai oleh orang-orang yang berasal dari
daerah Jawa Timur, hingga diiku oleh hampir
seluruh mahasiswa dari Indonesia.
Mengu p perkataan Sujiwo Tedjo, seorang
budayawan yang juga telah menjuluki dirinya
dengan sebutan Presiden Jancukers:
Jancuk merupakan simbol keakraban.
Simbol kehangatan. Simbol kesantaian.
Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang
kian munak, keakraban dan kehangatan
serta santainya jancuk kian diperlukan
untuk menggeledah sekaligus membongkar
kemunakan itu. (Sujiwo Tejo, 2012 : 397)
Jancuk itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau
sangat tergantung dari user-nya dan suasana
psikologis si user. Kalau digunakan oleh
penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau
digunakan oleh seorang istri yang berbak

pada keluarganya, bisa jadi alat memasak.


Kalau dipegang oleh orang yang sedang
dipenuhi dendam, bisa jadi alat penghilang
nyawa manusia. Kalau dipegang orang yang
dipenuhi rasa cinta pada keluarganya bisa
dipakai menjadi perkakas untuk
menghasilkan penghilang lapar manusia.
Begitupun jancuk, bila diucapkan dengan
niat tak tulus, penuh amarah, dan penuh
dendam maka akan dapat menyaki . Tetapi
bila diucapkan dengan kehendak untuk akrab,
kehendak untuk hangat sekaligus cair dalam
menggalang pergaulan, jancuk laksana
pisau bagi orang yang sedang memasak.
Jancuk dapat mengolah bahan-bahan
menjadi jamuan pengantar perbincangan
dan tawa- wi di meja makan. (Sujiwo Tedjo,
2012, halaman x)
Dan itulah yang sedang terjadi di tengahtengah kita saat ini. Kata yang menjadi
iden tas pertemanan antara satu dengan
yang lain. Entah mereka mengiku pemikiran
Sujiwo Tedjo di atas ataupun dak, kita dak
bisa memungkiri bahwa memang, mereka
yang sering menyapa teman-teman mereka
dengan kata-kata umpatan tersebut malah
sering terlihat sangat akrab, daripada mereka
yang dak terbiasa dengan kata-kata
tersebut. Terlepas bahwa kata-kata tersebut
adalah kata-kata umpatan yang sebenarnya
dak pantas untuk diucapkan di tengahtengah khalayak umum. Nilai nyaman,
mungkin telah menjadi ukuran pantas atau
daknya kata itu diucapkan.
Yang menjadi catatan di sini adalah mereka
para pengguna kata persahabatan ini,
hanya menggunakan kata ini di dalam
kalangan mereka sendiri. Sedangkan mereka
dak pernah menggunakan kata-kata ini
kepada orang yang lebih tua usianya ataupun
orang yang lebih nggi statusnya dalam suatu
lembaga.
Selengkapnya... 21

Edisi Interaktif, Oktober 2014

11

Wawancara

Wawancara

dengan

Mantan Sekjen PPMI Mesir 2013-2014,

Sdr. Ramadien Akbar


Realita kehidupan mahasiswa Indonesia di
Mesir (Masisir) harus diakui terasa sangat
beragam dan majemuk. Sehingga dilihat dari
arah tanggung jawab sebagai seorang
mahasiswa pun terdapat berwarna-warni
orientasi atau tujuanya hidup di Mesir ini.
Seper ada yang memen ngkan
akademiknya, ada juga yang mengedepankan
organisasinya dan tak jarang pula yang
mencurahkan sebagian besar waktunya
untuk bisnis. Kerap kali kita menemui banyak
mahasiswa yang dak lulus-lulus bertahuntahun, dengan berbagai variasi alasanya.
Apabila kita menengok ke belakang, ke ka
awal kita menjadi mahasiswa yang baru
menginjakkan kaki di negeri kinanah ini
membuncah semangat untuk belajar, belajar
dan belajar. Akan tetapi semakin lama di sini
sebagian dari mahasiswa mengalami apa
yang itu disebut disorientasi. Disorientasi
sendiri secara garis besarnya yaitu kehilangan
tujuan, yang dapat di mbulkan oleh berbagai
aspek di antaranya adalah lingkungan yang
tak dapat dipungkiri secara halus membentuk
karakter dan cara pikir kita. Selanjutnya jika
berpikir lebih jauh tentang hal itu, kita akan
bertanya-tanya tentang apakah lingkungan
Masisir ini memang dak sehat? Apakah
ada kesalahan pada pergaulan Masisir?
Bagaimana langah yang ditempuh untuk
menanggulangi fenomena seper ini? Berikut
adalah wawancara oleh kru magang prestsi

12

Edisi Interaktif, Oktober 2014

dengan salah seorang akademisi dan


organisatoris yang bisa dianggap sukses yaitu
Sdr. Ramadien Akbar, mantan SekJen PPMI
2013/2014.
Apa penger an disorientasi terhadap
Masisir menurut pandangan anda?
Secara harah disorientasi sendiri dapat
diar kan hilangnya tujuan utama, samarnya
tujuan dan lain halnya. Dalam lingkup Masisir
bisa diibaratkan seorang mahasiswa yang dari
rumah pergi ke Mesir dengan niat ingin
belajar sungguh-sungguh. Tetapi dalam
prosesnya mengalami berbagai tantangan
yang bisa menggugurkan niat awalnya tadi.
Ke ka dia dak kuat dengan tantangan
belajar itu, ia akan berbelok atau berpaling
dari niatan awal. Pada keadaan inilah mbul
apa yang disebut fenomena hilangnya atau
terkikisnya tujuan utama yang sering kita
sebut disorientasi. Adapun faktor dominan
penyebabnya adalah lingkungan sekitarnya
seper lingkungan almamater, kekeluargaan,
alia f atau lingkungan yang lain.
Dari pandangan kacamata anda, yang
hampir 4 tahun belajar di Mesir, hal apa yang
melatar belakangi fenomena disorientasi itu
sendiri?
Pertama, seper halnya yang sudah saya
sedikit singgung tadi yaitu lingkungan, dan
dari lingkungan ini menimbulkan ga jenis

Wawancara
orang di Masisir yaitu:
1. Akademisi, yaitu sebagian besar waktunya
digunakan untuk belajar, talaqi, kajian dan
hal-hal lain yang menunjang
akademiknya. Kalau mahasiswa di jenis ini
saya rasa dak akan mendeka
disorientasi itu sendiri, akan tetapi
menurut saya alangkah baiknya mereka
dak menutup diri dari aspek yang lainya
yaitu organisasi dan entrepreneurship.
2. Organisatoris, yaitu mahasiswa yang
sebagian besar waktunya dicurahkan
untuk organisasi, is lah saya adalah di
mana ada kepani aan pas ada dia. Jujur,
di organisasi sendiri ada celah disorientasi
ke ka mahasiswa yang ak f di organisasi
dak bisa memanajemen waktunya
dengan baik atau dak dapat
memposisikan keadaan atau kemampuan
dirinya dengan tepat, maka yang terjadi
adalah terkikisnya orientasi mahasiswa itu
sendiri, misalnya : menanggung rosib.
3. Entrepreunership, yaitu mahasiswa yang
sebagian besar waktunya digunakan
untuk berbisnis. Saya rasa faktor ini mbul
di antaranya mungkin karena hobi atau
memang adanya sebagian dari Masisir
yang sudah dituntut untuk mandiri karena
keterbatasan biaya. Sehingga orientasi
yang awalnya untuk belajar tersamarkan
dengan bisnis.
Kedua, adanya kenyataan lingkup Masisir
ya n g m a j e m u k . S e h i n g ga m e n u n t u t
mbulnya keadaan saling membutuhkan
antar mahasiswa Indonesia yang berada di
Mesir. Tanpa dibarengi esiensi penggunaan
waktu, dan pada saat seper ini tak terasa
membuka pintu disorientasi bagi mereka.
Ke ga, kejenuhan psikis Masisir yang
menimbulkan hal-hal yang kurang
bermanfaat bagi kehidupanya. Semisal
dengan nonton lm berhari-hari, dan lainlain.
Walaupun banyak latar belakang atas
terjadinya disorientasi tapi saya yakin jika

mereka faham atas dasar berharganya


pendidikan dan betapa berar nya waktu,
mereka akan menjadi orang-orang sukses
yang seja .
Bagaimana gambaran idealnya mahasiswa
yang sukses itu sendiri?
Mahasiswa yang idealnya sukses menurut
saya pribadi dan mungkin semua orang
sepakat untuk sependapat, yaitu mahasiswa
yang banyak belajar dari ulama dan kitab
sehingga akademiknya pun lancar. Tapi dak
itu saja ditambah mahasiswa tersebut dak
menutup mata dengan apa yang ada di
sekitarnya. Terlebih aspek organisasi dan
bisnis karena dua hal tersebut juga mengasah
kepribadian dirinya untuk nan terjun di
masyarakat saat kita kembali ke Indonesia.
Sebagai mahasiswa yang bisa dikatakan
sukses atau lebih tepatnya lancar organisasi
dan akademiknya, bagaimana usaha yang
anda lakukan untuk menjauhkan diri dari
disorientasi?
Dari pengalaman pribadi, saya membuat
acuan ada beberapa hal yang harus
diperha kan :
Pertama manajemen waktu :
Sangat pen ng bagi seorang mahasiswa bisa
membagi waktu dan menggunakanya
seefek f dan semaksimal mungkin. Misalnya;
ke ka berorganisasi maka semua tenaga dan
pikiran dicurahkan semaksimal mungkin
untuk itu dan ke ka saatnya waktu belajar
sudah ba, maka saya pun juga begitu,
is lahnya jungkir-balik untuk belajar.
Kedua aspek rohani :
Aspek ini melipu ibadah dan doa, saya rasa
ke ka kita beribadah dan berdoa sesulit
apapun tantangan atau masalah yang kita
hadapi sebagai seorang mahasiswa akan
ditunjukkan jalan keluar oleh Allah SWT.
Pokok dari segala sesuatu dalam hidup ini
adalah ibadah, saya mempunyai prinsip
hablumminalloh ahammu min
hablumminannas, ...
Selengkapnya ... 21

Edisi Interaktif, Oktober 2014

13

Resensi

Pergeseran Ilmu Medis


Timur ke Barat
Judul Film : The Physician
Sutradara : Philipp Stolzl
Pemain : Tom Payne, Emma Rigby, Ben Kingsley, Stellan
Skarsgard, Olivier Mar nez, Elyas M'Barek, Fahri Yardim.
Tahun Rilis : 2013
Durasi
: 150 Menit
The Physician, lm yang baru setahun rilis ini
agaknya patut ditonton oleh para pemudapemudi sekarang. Agak jarang, karena
sekarang ini banyak lm yang menyajikan aksi
hiburan semata. Sehingga cocok jika pemudapemudi sesekali menikma lm yang bisa
memberi dampak selain hiburan bagi mereka.
Salah satu yang cocok seper lm yang
disutradarai oleh Philipp Stolzl. Film yang
mengisahkan tentang perjuangan seorang
pemuda Inggris bernama Robert Cole selanjutnya akan disebut Rob- dalam mencari
ilmu kedokteran ke Timur, tepatnya di Isfahan,
Iran (Persia kala itu). Film yang diaplikasikan
dari novel yang berjudul Der Medicus karya
Noah Gordon ini menjadi sangat menarik,
karena se ng lm yang diambil dari abad 11.
Dimana pada saat itu Eropa masih dalam
masa kegelapan, sementara dunia Timur
sudah menjadi sebuah peradaban keilmuan,
khususnya kedokteran. Terlebih lm ini juga
menyorot salah satu ulama Islam, ahli
kodekteran, dan losof Ibnu Sina.
Kisah ini bermula ke ka suatu malam ibu Rob
menderita penyakit misterius di bagian perut,
penyakit yang belum diketahui oleh orang
barat ke ka itu. Seke ka itu juga Rob meminta
bantuan kepada Barber, seorang seper
tukang cukur (belum mengenal is lah dokter)
dengan peda kuda. Namun ibu Rob dak
mendapatkan pengobatan yang layak,
sehingga meninggal. Sebelum meninggal Rob
m e n d a p a t p e n g a l a m a n a n e h ke k a

14

Edisi Interaktif, Oktober 2014

tangannya menyentuh dada ibunya, dia


merasakan hal aneh, seakan waktu berhen
dua de k. Setelah merasakan hal aneh itu
ibunya meninggal. Pengalaman aneh inilah
yang selalu dilakukan ke ka dia menemui
orang yang sakit, jika hal aneh itu terjadi,
orang yang sakit meninggal atau sebaliknya.
Pasca meninggalnya sang ibu, Rob hidup
sebatang kara setelah adiknya diambil oleh
orang untuk dijadikan budak. Kemudian Rob
mencari Barber agar bisa hidup bersamanya.
Dalam asuhan Barber dia membantu
menjajakan obat-obat milik Barber. Dari satu
daerah ke daerah lain Rob yang mulai
menginjak dewasa malah menjadi asisten
bahkan sudah dianggap seper anak Barber
sendiri. Rob juga sudah berani melakukan
ndakan pengobatan di dalam kamar peda .
Sehingga lama-kelamaan minatnya dalam
bidang pengobatan bertambah.
Suatu saat dalam perjalanan Rob menemukan
patung yang disalib, dia bertanya kepada
Barber apa sebenarnya yang ada di dalam
dada manusia?, Barber mengabaikan
pertanyaan itu. Karena waktu itu tak pernah
terpikirkan oleh orang Barat apa yang ada di
dalam dada manusia, menandakan betapa
ter nggalnya hal-hal yang berbau kedokteran
kala itu. Bahkan kepercayaan mereka dak
membolehkan untuk membedah mayat.
Keter ng galan Barat di dunia medis
digambarkan juga ke ka Barber
mengamputasi pasien, tanpa peralatan medis

Resensi
yang mendukung, pasien diikat seluruh
tubuhnya atau dipegang tangan dan kakinya,
lalu Barber memberikan kayu untuk digigit
pasien sebagai obat biusnya, kemudian
memotong jempol pasien lalu diamputasi.
Waktu terus berjalan, Barber yang sudah tua
terkena katarak yang membuatnya dak bisa
melihat. Rob mencoba mencari bantuan agar
Barber dioba , dia mendapat saran dari
seseorang tak dikenal untuk pergi ke suatu
tempat orang Yahudi yang di sana terdapat
seorang tabib yang bisa menyembuhkan
katarak. Sesampainya di tempat tujuan, Rob
begitu terpukau dengan cara pengobatan
orang Yahudi, cara yang sangat jauh berbeda
ke ka dia dan Barber menyembuhkan
pasiennya sendiri. Selang beberapa hari pun
Barber sembuh. Rob kemudian bertanya ke
salah satu tabib, bagaimana anda bisa
mengoba penyakit seper itu dan dari mana
anda belajar?. Tabib menjawab kita belajar
jauh di negeri Timur sana, di sana peradaban
keilmuan sangat maju, orang muslim sangat
hebat di sana, datangilah sang maha guru
Ibnu Sina, dialah yang mengajari kita ilmu
medis. Setelah mendengar hal itu, dak lama
kemudian Rob membulatkan tekad untuk
pergi ke mur demi mencari pengetahuan
ilmu tentang kedokteran.
Setelah setahun lebih mengarungi samudera,
Rob akhirnya sampai di Mesir, perjalananpun
masih panjang. Berbagai macam persyaratan
harus dipenuhinya termasuk melakukan
khitan dan menggan nama. Kaum Yahudi
kala itu memang selek f ke ka harus
menerima pendatang baru dari belahan lain.
Di tengah perjalanan Rob melakukan khitan
(sunat) agar bisa diterima oleh kelompok
Yahudi, dia juga berpura-pura menggan
namanya dengan Jesse Benjamin. Nama dari
dua kata yang didapat saat bertemu dua anak
kecil di kampung Yahudi eropa. Setelah
bergabung dengan kelompok Yahudi dia
melanjutkkan perjalannya ke Isfahan lewat
gurun pasir. Dalam perjalannya dia bertemu
Rebecca, seorang wanita can k yang nan nya
mau dinikahkan dengan saudagar kaya Yahudi

di Isfahan. Namun hal itu belum diketahui


Rob, justru sejak bertemu, Rob sudah mulai
merasakan ada benih-benih cinta padanya. Di
perjalanan gurun pasir, sekelompok Yahudi
dan Muslim mendapatkan cobaan badai pasir,
banyak yang terpisah, hilang dan ma karena
badai itu. Tapi Rob bisa selamat dan beberapa
hari setelah kejadian itu Rob sampai di
Isfahan. Dia bersyukur, terkejut, dan terpukau
melihat sebuah kota yang sangat maju waktu
itu.
Saat sampai di Isfahan, Rob melihat
perbedaan sangat jauh dengan daerahnya
yang masih ter nggal. Terdapat khalifah Shah
yang terkenal dengan kegagahannya,
keberaniannya, dan toleransinya yang nggi
terhadap perbedaan agama serta
menjunjung nggi keilmuan. Digambarkan
juga nan Rob berteman dengan khalifah
Shah bahkan nan nya dia dan Ibnu Sina
mengoperasinya saat terkena penyakit.
Pertemuan Rob dengan Ibnu Sina juga di luar
dugaan. Saat Rob bertanya kepada petugas
madrasah Ibnu Sina tentang bagaimana agar
dia bisa bertemu dan menjadi murid Ibnu
Sina, dia malah dibalik tanya oleh petugas,
kamu punya harta dan modal apa untuk
belajar kepada Ibnu Sina?, saya datang jauh
dari Barat hanya untuk belajar kepada Ibnu
Sina dan saya dak mempunyai modal apaapa. Jawab Rob kepada petugas. Sesaat
setelah itu Rob dipukuli dan diusir dari
madrasah. Namun setelah itu dia malah
ditolong dan dioba bekas lukanya oleh
s e s e o ra n g p r i a s e te n ga h b aya , p r i a
berwibawa yang tak lain ternyata Ibnu Sina
sendiri. Rob sempat kaget saat sadar, ba- ba
lukanya sudah ada yang mengoba dan dia
dak merasakan kesakitan saat dioba , dia
bertanya pada seseorang tadi, bagaimana
hal ini bisa terjadi, aku dak merasakan sakit
saat kamu mengoba nya? Ibnu Sina
menjawab ini efek salep getah poppy, hal ini
sudah digunakan berabad-abad di dunia
medis Timur....
Selengkapnya... 22

Edisi Interaktif, Oktober 2014

15

Oase

Kepasrahan
dan Pasrah!

alam pertama di bulan Oktober,


langit tampak begitu polos.
Mungkin Sang pencipta dak
menenun gemintang malam ini. Hanya
membubuhi bercak biru gelap di sudut mata
memandang. Dan beberapa pesawat yang
melangkahi ramainya kota. Gerak pandangku
menurun, terlihat kerlip bangunan di
kejauhan yang membuatku iri pada lentera.
Indah! Terang dan dibutukan oleh semua
orang. Begitulah cahaya. Seper para
malaikat yang sengaja diciptakanNya dari
cahaya. Bagiku, negeri ini sungguh menggoda
jiwa, menggoda jiwaku bahkan sejak pertama
kali mengenalnya lewat karya fenomenal
H a b i b u r r a h m a n e l S h i r a z y. D i a
menggambarkan betapa eloknya liku sungai
Nil, roman snya kota Alexandria yang tak
kalah saing dengan kota Venesia, dan
berbagai penggoda lainya. Ah! Membahas
keindahan memang akan sulit menemui k
jemunya, tapi sungguh, keindahan tak akan
sempurna jika dak diberi sedikit campuran
kecarut-marutan. Baik dari segi lokal maupun
nasional, masyarakat ataupun kolongmerat,
yang berharta atau yang tak punya apa-apa,
yang bertahta atau bukan siapa-siapa.
Semuanya akan diuji dengan sedikit
kekacauan. Ah! Jadi teringat negriku sendiri.
Sang zamrud khatulis wa itu pun kini sedang
diuji dengan sedikit kekacauan.

16

Edisi Interaktif, Oktober 2014

Senja tadi, aku sempatkan diri menjelajahi


negriku lewat jejaring sosial facebook. Tak
sengaja ada sebuah komentar yang menarik
pikiranku untuk membacanya. Sebuah
komentar dari salah satu karibku asal blora
yang tak perlu ku sebut namanya- ia
mengomentari sebuah pos ngan yang
membahas tentang isu hangat pemilihan
kepala daerah oleh DPRD. Kurang lebih
tulisannya seper ini, Hak asasi kita sudah
dikebiri. Itu adalah sebuah kejahatan karena
sudah menyangkut kemanusian!.
Memang benar, kejahatan bisa dilakukan oleh
siapa pun, tak pandang yang berdasi ataupun
yang bertopi. Sedangkan ha tersembunyi,
siapa bisa menerka sang penjahat asli yang itu
atau yang ini? Sungguh hebat peranan
kejahatan di muka bumi, karena apa? Karena
mereka punya banyak opsi. Salah satu yang
menarik dari opsi tersebut adalah kata
pencuri atau biasa disapa akrab maling.
Lalu siapa maling itu? Adalah orang yang
mengambil hak orang lain tanpa seizin.
Semisal, orang yang mengambil sandal jepit
teman sekamar, merenggut istri tetangga,
bahkan menghilangkan hak suara masyrakat.
Tapi tunggu dulu kawan! Di sini saya dak
akan mengkri si maling-maling yang kencing
di toilet beraroma terapi di senayan sana, saya
hanya akan bercerita perihal maling yang
kencing di toilet apek beraroma pesing di sini,

Oase
di Mesir.
Seper yang sudah tertulis di atas, bahwa
Mesir tak akan sempurna bila hanya memiliki
keindahan. Maka, marilah kita buka sedikit
rai kecarut marutan tentangnya. Dimulai
dari cerita tentang pencurian di rumah
temanku.







***
Beberapa waktu silam, rumah karibku
mengalami pencurian. Sungguh malang
nasibnya, karena mereka harus kehilangan
barang- barang kesayanganya. Pun dengan
uang saku mereka yang habis tak tersisa
dibawa lari para
maling. Padahal pintu
rumah telah dijaga
keamanannya
dengan sebuah kunci
meyakinkan. Namun
si maling juga pandai
mengintai. Hingga
akhirnya mereka
berhasil menurunkan
nilai sang kunci dari
meyakinkan menjadi
tak bisa diandalkan.
Dan dengan sigap,
tanggap dan cekatan
mereka mengambil
benda-benda sesuai
target rencana.
seper kilat yang
menyambar batang
pohon renta tanpa ampun.
Kejadian tersebut terjadi tepat pada siang
jumat. Di saat para penghuni rumah sedang
khusyuk melaksanakan kewajiban sholat
jumat atas komando Tuhan-nya. Namun sang
maling, mereka rela menunggu atas sebuah
tujuan, bersabar agar bisa mencuri. Seper
seorang gadis yang menunggu pinangan sang
pujaan, bersabar untuk dicuri ha nya dengan
pinangan. Hal ini dilakukan, demi untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Akan tetapi, membahas ngkah dan polah
para maling pun susah menemukan habisnya.

Oleh karena itu, saya jadi teringat kisah


sulthon al-auliya' syeikh 'Abdul Qodir alJailani yang terpapar pada manaqibnya
beliau. Diceritakan, bahwa kala itu syeikh
Abdul Qodir menaklukan kebiadaban sang
maling karena kejujurannya. Kejujuran yang
diamana oleh ibunya, kejujuran yang
mampu
menyentuh
kalbu sang pencuri,


kejujuran yang menjadi benteng
penyelamatnya dari bala. Kejujuran yang
membuatnya menjawab, aku membawa
empat puluh dinar di kantung baju di ke akku
yang di jahit oleh ibuku sendiri. Kejujuran
yang meluluhlantakan gertakan kasar apa
yang kau punya?
Kejujuran yang
menyiram gersang
m e n j a d i s u b u r.
Hingga pencuri itu
takluk dan menjadi
muridnya.
Kembali lagi kepada
m a l i n g ya n g
mengerogo harta
temanku. Sungguh
tak akan ada perlunya
saling menyalahkan
dalam problema ini.
Apalagi sampai
berbunga dilema, dan
nahasnya, jika
berbuah putus asa.
'Mengun t' sedikit
betapa lapangnya
syeikh 'Abdul Qodir atas hartanya yang ingin
di rampas. Betapa murninya sebuah
kepasrahan. Kepasrahan seorang hamba yang
dak memiliki apa-apa. Justru akan sangat
seronok jika kita manjadikan qudroh-Nya
sebagai tersangka. Kita manusia, diciptakan
untuk memiliki aspek basyariyyah. Maka dari
itu, marilah bersama kita tajamkan mata,
runcingkan semangat di dada, kolaborasikan
antara akal dan ha , mencari hakikat
sempurna, yang tak lain adalah untuk
menggapai ridha-Nya.
Amna Musthafa, Kru Prestsi

Edisi Interaktif, Oktober 2014

17

Sastra

Lukisan Ibu

idup adalah kertas


kosong yang masih
polos tanpa tinta, awal
kehidupan adalah ibarat telur di ujung
tanduk, dan kehidupan adalah lukisan di
atas kanvas yang hanya imaji seorang
pelukis, yang menjadi sempurna dengan
ilusi mimpi.
Aku terhanyut dalam lukisan di
de panku, lukisan dalam kanvas
berukuran 40 X 50 lukisan yang menjadi
sempurna saat aku memahami loso
dari setiap detail apa yang ada dalam
lukisanku.
Ya, lukisan yang berlatarkan hutan,
dengan pohon serta selak belukar, juga
kehidupan binatang.
Aku memandang ke ujung atas lukisan,
langit biru yang indah, dengan burung
rajawali mengepakkan sayap, terbang
melawan arah angin.
Semakin besar angin akan membuat
mereka terbang semakin tinggi, mereka
sung guh paham cara merubah
tantangan menjadi berkat. Luar biasa!!
Aku tersenyum puas, mengambil nafas
dalam-dalam dan pelan-pelan
,tanamkan

18

Edisi Interaktif, Oktober 2014

Aku gambarkan singa yang mengaung,


sejenak terdiam, melihat singa itu aku
merasa geram, apakah mereka hanya
menginginkan kekuasaan yang abadi?.
Ta n y a k u d e n g a n a m a r a h y a n g
mendalam. Akulah Raja dari segala
Raja, barangsiapa yang ingin bersaing
denganku maka bersiap untuk
merasakan kepahitan, aku
membayangkan kata Raja Singa itu
mengaum keras seperti halilintar yang
menyambar. Dia pikir tahta Raja yang
dia miliki adalah surganya yang abadi,
aku tersenyum kecut.
Aku terkejut melihat angka yang
ditunjukkan oleh jarum jam di dinding
kamarku, aku berdamai deng an
keadaan. Waktu menunjukkan pukul 8
malam, tak terasa sudah hampir 6 jam
aku terhanyut dalam dunia yang
dipenuhi warna, kanvas dan imajinasi.
Hari ini aku harus mengantarkan
lukisanku ke rumah seorang nenek tua
di kota sebelah, aku menjanjikan
padanya untuk sampai di rumahnya
pukul 7 petang, seorang nenek tua yang
tengah mengarungi bahtera warna
ketika pertama kali kujumpa di pameran

Sastra
lukisanku. Dia memintaku melukiskan
hutan dan kehidupannya, entah apa
yang dia inginkan dengan lukisan itu.
Aku bergegas dan menuju ke alamat
yang pernah nenek tua itu berikan.
Sesampainya di alamat yang ia tulis di
secarik kertas, aku dipersilahkan masuk
oleh pembantu rumah itu. Aku terhenti
sejenak, saat retinaku menangkap hal
yang mungkin cukup menarik. Sebuah
lukisan cantik di ujung koridor.
Selembar gambar seorang ibu tengah
memapah anak mungilnya, wajahnya
kusut namun tidak pada senyumnya
yang penuh harap. Tangannya menadah
mengharap berkah, telapak yang lemas
mencoba merayu pada sesosok tubuh
bertopi koboy.
Pengemis, jantungku berdesir ketika aku
tahu makna dari lukisan itu. Tak seburuk
Tom Isaac dalam Pirates of Caribean.
Namun ukuran sebenarnya dari wujud
orang tua dimanapun dan bentuk apa
pun tidak pernah jelek. Sejelek-jelek
penilaian adalah orang yang berhenti
belajar.
Dalam hitungan detik, khayalku berada
pada hamparan taman nirwana. Mataku
sayu dan dadaku sesak saat kuingat
sosok ibu yang jauh di seberang
samudra. Angin tak mampu membawa
kerinduan ini, bahkan daun hanya akan
melukiskan betapa rapuh dan rindunya
diri.
Pada malam-malam yang panjang, pada
secarik doa yang disaksikan Jibril di ufuk
barat. Laungan fajar memanggil pada
bilik-bilik jendela. Laut, udara, pohon,
dan nyanyian sepoi fajar menghidup.
Dalam desingannya, kudenga rselirih
doa ibu mengalir dari dentuman ombak
yang dihempaskan ke atas 'Arsy.
Entah sampai di mana muara kerinduan,

batas hanya antara aku dan nafasnya.


Suaranya hidup di nadiku, doanya hidup
dalam helaku, serta senyumnya abadi
selamanya. Dalam malam-malam yang
panjang aku tetap menanti, pada
seonggok kertas bertulis puisi. Cinta,
rindu dan asmara adalah nyata, bukan
laungan dongeng dari ujung istana
d o n g e n g. A b a d i b e r a r t i a k u
menganggapnya pernah ada, yang akan
ada hanyalah harapan.
Pergilah, temukan siapa dirimu!,
kalimat itu adalah ucapan yang tak
pernah sekalipun aku lupa. Lebih indah
dari pelangi, lebih tegas dari ombak, dan
lebih dalam dari palung. Aku percaya
hidup adalah pilihan, tapi aku lebih
percaya bahwa hidupku adalah untuk
mengenang. Mengenang ibu.
Nak, duduklah aku terperanjat
mendengar suara nenek tua itu.
Terima kasih nek, maaf saya terlambat
mengantarkan lukisan ini, balasku
dengan kepala menunduk.
Oh tak apa yang terpenting kau
sudah kemari.
Aku hanya membalasnya dengan
senyuman, nenek suka melukis?.
Tanyaku.
Tidak nak, tapi, jawab dia sayu.
Aku menatapnya curiga, kenapa dia
rutin mengunjungi pameran lukisan,
bahkan membeli lukisan dengan setia,
tapi dia sendiri tak suka melukis? Sudah
lupakan, aku membatasi khayalku. Ah,
hidup ini seperti lukisan yang membuat
cerita pada setiap yang digambarkan.
Bahkan seperti teka teki, jika aku salah
menebak, aku mendapati jalan fatal.
Seperti jalan fatal kutuk menemukan
jalan kebenaran, iya, jalan kebenaran
bersama kehangatan ibu.
Indira Rizqi Ardiani, Kru Prestsi
Edisi Interaktif, Oktober 2014

19

Serba-Serbi
Virus Fahrinisme: Dis-orientasi... 05
Kedua, sebuah penyakit, sebuah disorientasi yang tak disadari. Ini adalah jawaban segelin r
orang yang mau mengembalikan tujuan kepada khi ah awal. Tidak hanya itu, mereka
berkeyakinan bahwa tak hanya tujuan yang harus direkonstruksi, tapi juga proses. Proses yang
baik menentukan sebuah hasil. Memang terkesan idealis, tapi idealis yang dikembalikan kepada
redamnya realitas akan menghasilkan kelindan orientasi yang lebih nggi tujuannya. Atau
mereka ingin mewartakan bahwa: Boleh lupa, asalkan jangan alpa.
Masisir dipertemukan dengan pilihan. Tak punya pilihan bukanlah sebuah pilihan, atau mungkin
juga sebuah pilihan tapi mandul. Hanya yang berani memilih yang tahu rasanya menjadi terpilih.
Dengan melihat disorientasi dari kacamata yang lebih bening, kita jadi mempunyai dua pilihan
(yang berlaku berdasarkan baik-sangkanya kita): antara menjadi sosok Fahri yang hanya idealis
atau menjadi sosok Fahri yang idealis sekaligus realis s. []
M.S. Arin, kru Bule n Prestasi

Komunikasi Masisir Yang Membudaya... 11


Mereka hanya akan menggunakan kata ini pada orang yang mereka anggap pantas dan hanya
digunakan untuk menambah keakraban diantara mereka.
Apakah penggunaan kata-kata ini salah? Itu kembali kepada diri kita masing-masing. Dan yang
menjadi k permasalahannya adalah penempatan dimana seharusnya kata ini diucapkan dan
siapakah pendengar yang pantas untuk diperdengarkan dengan kata ini. Apabila kita ucapkan di
tempat kita sering nongkrong, kita ucapkan kepada teman yang sudah sangat akrab, diucapkan
dengan maksud mempererat hubungan persahabatan dan dak akan menyaki ha orang lain,
maka silahkan ucapkan kata tersebut.

Muikhul Muna, Kru Prestsi

Wawancara dengan Mantan Sekjen PPMI... 13


...dari ibadah ini kita dapat ingat tujuan kita sebagai manusia, tanggung jawab kita dan
seterusnya. Selain itu, dalam doa hendaknya jangan lupa memanjatkanya untuk orang tua kita.
Sehingga memori otak kita me-refresh bagaimana jerih-payah perjuangan orang tua untuk
membiayai sekolah kita.
Ke ga aspek mo vasi diri:
Memo vasi diri sendiri sangat pen ng agar kita tetap semangat dalam menjalankan ak vitas kita
sehari-hari dan menjauhkan diri dari sikap malas. Selain itu juga untuk mo vasi belajar lebih giat
agar terhindar dari hal-hal yang dak berguna yang malah mengarah kepada disorientasi.
Bagaimana pandangan anda untuk KBRI dan instansi di bawahnya agar bisa menanggulangi
fenomena disorientasi yang terjadi pada sebagian mahasiswanya?
Saya rasa progam-progam yang dilakukan KBRI selama ini sudah bagus seper mengadakan
acara-acara yang bersifat keilmuan, kebudayaan dan lain sebagainya. Tapi mungkin baru
sebagian mahasiswa yang merespon atau mengiku nya. Kendalanya di sini adalah kemajemukan
Masisir dan juga tempat nggal yang saling berjauhan sehingga menyulitkan sosialisasi. Selain itu
kita juga tak sepenuhnya menyerahkan masalah ini pada KBRI, karena hal ini juga menuntut

20

Edisi Interaktif, Oktober 2014

Serba-Serbi
kesadaran yang nggi dari Masisir itu sendiri. Is lahnya adalah KBRI sebagai orang tua kita di sini
yang mengingatkan, membantu, memfasilitasi dan sebagainya. Akan tetapi keputusan mutlak itu
dari kita sendiri berdasarkan apa yang kita inginkan. Saran saya, agar KBRI dalam konteks ini
dapat memanfaatkan maksimal asrama Indonesia yang akan jadi di Hay Sadis untuk lebih
mengembangkan intelektualitas Masisir dan memudahkan sosialisasi penyuluhannya. Berharap
nan nya akan mengurangi ngkat disorientasi Masisir. Contohnya dalam implementasi; dalam
asrama itu nan nya 70% penghuninya orang Indonesia dan 30% dari luar negeri dan sebagainya.
Apa pesan anda untuk mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir saat ini?
Tidak salah seseorang berorganisasi, dak salah pula orang yang berbisnis, dak ada salahnya
orang akademisi. Yang salah adalah mereka yang dak bisa membagi waktu sebaik-baiknya,
uusiikum wanafsii bi aqalloh.
Keluarlah dari sarang kenikmatan! Apa itu sarang kenikmatan? Misalnya; nonton lm di depan
komputer berhari-hari, keluarlah dari rumah dan bergaulah dengan orang-orang entah itu
talaqqi, berorganisai, bisnis dan lain sebagainya. Temukanlah hal-hal yang baru, tapi tetap ingat
satu, belajar!.
M. Khoirul Anas, Kru Prestsi

Pergeseran Ilmu Medis Timur ke Barat... 15


Tak lama setelah itu, Ibnu Sina mengaku bahwa dirinyalah yang selama ini dicari Rob. Rob juga
diterima menjadi muridnya. Betapa gembiranya Rob saat itu, dia pun mempersiapkan dirinya
untuk belajar dengan giat dan serius kepada sang maha guru Ibnu Sina.
Siklus selalu berjalan, di madrasah Rob mempunyai banyak teman dari mancanegara. Madrasah
yang layaknya sebuah universitas ini mempunyai sederet fasilitas yang lengkap, mulai dari
perpustakaan, ruang perawatan, tempat obat-obatan dan alat-alat medis serta pendingin untuk
membuat es. Hari demi hari Rob menggunakan waktunya sebaik mungkin untuk belajar ilmu
medis dengan gurunya. Rob dan teman-temannya juga diajari cara pengobatan ilmiah, seper
mendiagnosa nadi, pemeriksaan penyakit, cara membius bahkan sampai diajari juga ilmu
Astronomi dan Filsafat.
Suatu saat konik menyerang Isfahan dan khalifah Shah, penguasa Seljuk dan sekutunya para
Mullah melakukan penyerangan ke kota Isfahan, mulai dari menyerang dengan memasukkan
seorang penderita Black Death. Namun hal ini bisa teratasi oleh Ibnu Sina dan murid-muridnya.
Setelah itu baru bangsa Seljuk dan sekutunya melancarkan aksi perang sampai memasuki kota
Isfahan. Di situ, madrasah Ibnu Sina dibakar kemudian digambarkan Ibnu Sina sedih dan merapa
akhir dari madrasahnya. Ke ka itu pula Rob mengajak gurunya untuk keluar dari Isfahan, namun
sang guru menolak bahkan memberikan sebuah kitab besar miliknya agar dikoreksi dan
mengumumkan kepada seluruh dunia tentang perkembangan terbaru dunia medis terutama
ilmu Anatomi yang ia dapatkan saat membedah salah satu mayat saat terjadi Black Death. Di saat
itu mulailah dunia Barat mulai berkembang pesat dalam dunia keilmuan terutama bidang medis.
Namun dibalik suksesnya lm ini juga mempunyai beberapa kekurangan, di antaranya adanya
sedikit perbedaan dengan sejarah Ibnu Sina yang asli, contoh saat meninggalnya Ibnu Sina yang
berbeda dengan sejarah aslinya. Juga sedikit dominasi karakter kebaratan, adegan roman s yang
selalu menjadi bumbu pelengkap lm Barat. Dari sedikit pemaparan di atas masih banyak lagi hal-

Edisi Interaktif, Oktober 2014

21

Serba-Serbi
hal menarik yang dak bisa ditulis di sini, sehingga patut bagi kita semuanya untuk
menyempurnakan dengan menontonnya. Film yang bagus ini juga memberikan kita pelajaran
serta cambukan kepada kita yang selalu membanggakan pendahulu kita, mengapa dulu
pendahulu kita sangat-sangat begitu hebat, tapi hal itu malah jarang memberikan dampak yang
posi f bagi kita sendiri? Justru dunia Barat yang dulu sangat suram sekarang menjadi dunia yang
sangat maju, semua itu karena kerja keras dan ketekunan dari mereka yang mau merubah masa
lalu mereka. Seakan kita sekarang bertukar tempat dengan peradaban mereka terdahulu
menjadi sebaliknya.
Mahfud Washim, Kru Prestsi

Hilang... 23
Dua kemungkinan ini menempatkan pada posisi yang membingungkan dan menghadirkan
dilema tersendiri yang pen ng untuk dipahami. Satu sisi memberikan potret penegasan atas
pen ngnya mendalami 'bahasa agama'; dengan kata lain ia harus mengasingkan diri dari hirukpikuk 'dunia luar'. Karena bagaimanapun, 'dunia luar' tetap akan bergerak dan mengarah pada
sesuatu yang melenakannya, sehingga besar kemungkinan akan terjadi 'kehilangan arah', di sisi
lain, memberikan pembenaran terhadap kegiatan yang bersifat non-kampus (berorganisasi).
Namun demikian, walaupun yang terjadi seper itu -sambil menghela nafas setelah berbicara
panjang lebar, beliaupun melanjutkan- Masisir dak ada yang 'kehilangan arah' ataupun
'kehilangan ja diri', seseorang yang kehilangan arah dan ja diri seja nya, adalah ia yang dak
pernah bertalaqi atau pun berorganisasi. Dan setelah itu kami pun 'menghilang' dari dunia nyata
menuju dunia lain.
Wais Al-Qorni, Kru Prestsi

For Reservation
+201158890081
e-Mail: griyajateng@gmail.com

22

Edisi Interaktif, Oktober 2014

Catatan Pojok

Hilang

eberapa hari yang lalu, setelah


memenuhi hajat undangan PCINU
M e s i r, y a n g b e r i n i s i a f
menyelenggarakan acara bedah riset yang
tergolong unik sesuatu yang menarik dan
(mungkin) baru pertama kalinya diangkat
dalam realitas Masisir- tentunya dengan para
pembicara yang unik pula pemikiran yang
n o n - m a i n st r e a m - , s a l a h s at u s e n i o r
mengajak-ku untuk membincang ulang
tentang hasil riset tersebut. Entalah,
menurutnya ada semacam konsekuensi
prak s yang perlahan namun pas , dalam
jagad Masisir. Pembacaan ulang atas riset
d u n i a m a h a s i swa te rs e b u t s e a ka n
menjadikan malam hanya milik kita berdua.
Obrolan panjang yang disajikan beliau secara
runtut, tajam dan sedikit elusif disampaikan
dengan nyaris tanpa ekspresi itu, serentak
membuatku kebingungan dalam membaca
dan mendialek kakan realitas yang terjadi di
Masisir; sebuah konsekuensi yang dalam
penuturannya merupakan bentuk
kemewaktuan dari kedewasaan zaman.
Peralihan budaya dari masa ke masa adalah
sebuah keniscayaan yang pas akan terjadi
dan itu yang nampak pada Masisir sekarang,
khususnya dalam bidang akademis. Dari luar,
dak sedikit suara-suara yang
mendengungkan kalau Masisir kehilangan ja
dirinya dan melupakan ru nitas wajibnya;
pergi kuliah dan mangkat ngaji (talaqi), atau
sebagian dari mereka yang mengeluhkan
sepinya pergerakan mahasiswa dari berbagai
organisasi, karena terpesona dengan dunia
bisnis.
Memahami kondisi Masisir yang sebutlahheterogen memang dak mudah dan selalu
membingungkan, kala dilihat dalam satu
wujud tanpa melihat wujudnya yang lain.
Dalam hal ini se daknya ada beberapa

kemungkinan jika memandang Masisir dalam


bentuk akademisnya. Pertama, ia akan
menjalani kegiatan kuliah dan mengiku
ru nitas mengaji di masjid-masjid, sebagai
suatu bentuk perwujudan tanggung jawab
ya n g m e s d i l a k u ka n nya d i m a n a i a
menyandang predikat mahasiswa sekaligus
sebagai santri Al-Azhar. Dengan mekanisme,
ia harus meninggalkan segala bentuk kegiatan
yang menghambat ak vitas pokoknya. Ini
berar secara otoma s ia sudah siap untuk
mengeluarkan dirinya, secara perlahan
namun pas , dari ru nitas kebanyakan orang
dengan prinsip dak berorganisasi atau
berbisnis.
Atau bisa dengan kemungkinan kedua, ia
dapat mendamaikan keduanya, dengan
mengiku kegiatan kuliah dan non-kuliah
(berorganisasi) sebagai mahasiswa serta
menjalani ru nitasnya sebagai seorang santri
dengan mengiku dauroh atau kegiatankegiatan yang bernuansa keagamaan. Ia akan
menganggap bahwa keduanya sangatlah
berperan, dan mempunyai posisi yang sangat
pen ng dalam menunjang sisi akademisnya.
Ke ka dalam wilayah keagamaan, dipilihnya
sebagai jalan untuk lebih memahami agama
yang ia yakini dengan berusaha menumbuhmekarkan pemahamannya agar lebih
berkembang, dimana saat ini Islam hadir
dengan bentuknya yang sangat beragam.
Sedang dunia kampus, lebih diterimanya
sebagai suatu proses pencapaian kogni f
terkait bidang yang ia tekuni, bersamaan
dengan upaya mematangankan pemahaman
atas apa yang ia pelajari dari segi
keagamaannya, dalam mencari solusi atas
problem-problem yang bersifat sosial
maupun kultural di negerinya.
Selengkapnya... 22

Edisi Interaktif, Oktober 2014

23

#masisir_aneh

#pejabat_selfi

ATDIK

KBRI

mas bro, Aneh itu apa sih ???

Aneh itu, bicara memajukan pendidikan


tapi update fbnya cuma foto selfi . :D

gitu ya bro ??
biasanya yang
disono-sono sih gitu
Kru Prestsi

P RESTSI
Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa

7/1 Ahmed El Zumr St. Block 21 tenth District


Nasr City Cairo Egypt

buletinprestasi(at)yahoo(dot)com
kswmesir(dot)org

Anda mungkin juga menyukai