RESTSI
P
Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa
r
i
is
s
a
M (?)
h
e
An
Teras
Virus Fahrinisme:
Dis-orientasi yang Dilematis
Wawancara
Opini
Gandrung Gondrong
Realitas Masisir
Oase
Edisi Interaktif
Oktober 2014
Dari Redaksi
P RESTSI
Dari Redaksi
02
Editorial
03
Teras
04
Opini
06
Timur Tengah
08
Opini
10
Wawancara
12
Resensi
14
Oase
16
Sastra
18
Serba-Serbi
20
Catatan Pojok
23
02
Editorial
Ada Apa Dengan Masisir??
Menjadi mahasiswa Al-Azhar Mesir bisa
dikatakan impian bagi sebagian orang
penimba ilmu agama. Apalagi karena Al-Azhar
dikenal luas sebagai menara pendidikan ilmu
Islam. Bisa dilihat alumninya seper Syeikh
Nawawi al-Bantani, Ahmad Kha b alMinangkabawi dll hingga Dr. Muhammad
Quraish Shihab, tampaknya turut menarik
m i n at o ra n g - o ra n g I n d o n e s i a u nt u k
mengenyam pendidikan di Al-Azhar. Akan
tetapi, menjadi mahasiswa Al-Azhar
statusnya sebanding dengan konsekuensinya.
Yakni, memiliki tanggung jawab terhadap
masa depan, orang tua, bangsa dan
agamanya. Untuk itulah seorang mahasiswa
harus sadar terhadap diri akan statusnya.
Mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir
(baca; Masisir), mereka berasal dari berbagai
daerah di Indonesia, yang mana mereka
mempunyai berbagai watak, bahasa dan
kebiasaan. Jumlah mereka saat ini mencapai
kurang lebih 4000 mahasiswa, jumlah yang
dak bisa dibilang sedikit untuk ukuran
pelajar Indonesia di luar negeri. Ada yang
mengatakan bahwa banyaknya jumlah
Masisir -dengan sistem perkuliahan Al-Azhar
seper saat ini- berpotensi mempengaruhi
keilmuan dan integritas mereka kalah dengan
alumni dari non-Azhar, terutama alumni dari
Universitas Indonesia sendiri. Dilihat dengan
sistem perkuliahan yang longgar, yaitu dak
adanya kewajiban untuk membuat tugas,
makalah, riset, dll, seper sistem perkuliahan
di Indonesia. Hal ini membuat beragam
kecendrungan pikiran dan hobi yang akan
menjadi fokus utama untuk belajar buyar
ada jelas arahnya.
Dan di zaman modern ini, Masisir dengan
ragam ak tasnya dituntut untuk
meningkatkan skill baik pada lingkungan
sosialnya maupun Intelektualnya, agar bisa
selaras antara ilmu agama dan spirit modern.
Sehingga bisa tetap menjaga nilai agama
Islam dan kebutuhan manusia. Akan tetapi
jika kita renungkan, dinamika Masisir akhirakhir ini selain sibuk dalam kegiatan
perkuliahan, juga disibukkan dengan
03
Teras
Virus Fahrinisme:
Dis-orientasi yang Dilema s
04
Teras
akan materi. Jika tak cukup dengan upah kerja
dua atau ga hari dalam seminggu, mereka
menjalin komunikasi dengan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) untuk memasukkan mereka
ke dalam pekerjaan yang menyita waktu dan
tenaga tapi dengan bayaran yang
menggiurkan: bekerja untuk orang mesir.
Bagi mereka yang disilaukan oleh bisnis,
melihat se ap sendi Masisir sebagai ruang
bisnis yang menjanjikan. Mulai dari sektor
math'am, tempe, tahu, sablon, sewa mobil,
travel, ket, dll. Masing-masing sama-sama
memiliki potensi untuk berkembang pesat
terlebih semakin banyaknya nominal Masisir
ap tahunnya. Mesir menjadi semacam
ladang bisnis ala Indonesia. Bedanya, ia
berasa dan berada di negeri orang. Dalam
kemelut semacam ini, geliat bangku kuliah
jadi loyo; pilihan mengharuskan orang
berlaku bijak. Tapi adakah yang lebih bijak dari
tak adanya pilihan?
Bagi mereka yang terjebak gemerlap
o rga n i s a s i , m e n g h a m b u r ka n b a nya k
waktunya untuk organisasi yang diembannya
dengan membabi-buta. Hampir-hampir
mereka tak punya waktu untuk diri sendiri,
memikirkan kelangsungan kuliah. Meski dalih
mereka masuk akal, tapi tak banyak dari
mereka yang sukses di bangku kuliah
sekaligus sukses mengemban amanat di
organisasi. Akhirnya mereka terjebak pada
persoalan yang dilema s; kuliah akademis
dan kuliah kehidupan sama tak terimanya jika
diabaikan. Memeluk satu tak bisa sambil
merangkul yang lainnya. Mereka yang
demikian, masih menemui labirin yang tak
berujung.
Bagi mereka yang 'entah', orientasi sama
sekali tumbang di meja-meja komputer;
menempel di layar-layar laptop; dan bergerak
di s ck game. Mereka yang entah ini alpa
terhadap tujuan, dan terjebak di dunianya
sendiri yang pasif dan tanpa kejutan. Mereka
lebih akrab kepada cursor daripada alamat
orang-orang munak dalam muqorror.
Mereka jarang terlilit pilihan yang dilema s
sebab se ap yang membuat mereka
05
Opini
Gandrung Gondrong
Realitas Masisir
06
Opini
di sini pun berambut gondrong. Sebut saja
Sujiwo Tejo, seorang seniman yang saat ini
terkenal dengan rambut gondrongnya.
Melihat dari perubahan kultur dan zaman,
rambut gondrong seper nya dak hanya
sekedar gaya hidup, ataupun mengiku
kebudayaan sekitar, mugkin baginya
merupakan keunikan sendiri.
Dan pertanyaannya adalah; bagaimana cara
kita melihat lelaki yang berambut gondrong?
ke ka kita melihat mahasiswa berambut
gondrong, sebagian kalangan
masyarakat beranggapan kalau
itu kurang baik. Mengapa?
Bahwasanya apa yang
kita katakan itu belum
t e n t u b e n a r. C o b a
berla h untuk dak
mengklaim semua yang
berambut gondrong
dengan pandangan
buruk. Karena
seseorang itu pas
memiliki alasan
tertentu sehingga ia
b e r a m b u t
gondrong.
K e m u d i a n
bagaimana cara kita
melihat lelaki yang
berambut gondrong?
A n g ga p a n - a n g ga p a n
buruk itu muncul dikarenakan
kita dak pernah berinteraksi
langsung bersama mereka. Pada d a s
arnya mereka juga sama dengan kita. Sam
a-sama memiliki alasan tertentu untuk
meluapkan emosi, hasrat kebahagiaan, dan
demi kepuasan. Bisa jadi mereka meluapkan
emosi dengan; gondrong. Menemukan hasrat
kebahagiaan dengan; gondrong. Dan
mendapatkan kepuasan dengan; gondrong.
Selagi dak meresahkan orang banyak,
bahwa rambut gondrong itu dak perlu
dipersoalkan.
Dan rambut gandrong bukan berar brutal,
selama ini masyarakat menganggap bahwa
07
Timur Tengah
Dauroh Lughoh;
Langkah Jitu menuju Al-Azhar
Proses menuju Universitas Al-Azhar daklah
semudah yang kita bayangkan. Kebanyakan
publik, khususnya Masisir sendiri, mengakui
bahwa untuk masuk menjadi mahasiswa AlAzhar, mau dak mau harus menghadapi
proses panjang. Karena kenyataannya
memang tak semudah membalikkan telapak
tangan. Pas nya kita mendapa berbagai
kesulitan dan kendala, baik itu dimulai dari
pengurusan berkas-berkas atau bahkan
meghadapi syu'un (baca: tata usaha red)
kampus yang notabene agak berbeda dengan
sistem pegawai TU di tanah air. Wajar, kita
bermukim di negeri orang, bukan hal asing
ke ka kita menjumpai hal-hal semacam itu.
Tentunya kita harus bisa menyesuaikan dan
adaptasi kebiasaan orang Mesir terlebih
'penduduk asli mur tengah'.
Di tahun ajaran 2014 ini, merupakan tahun
spesial, karena berbeda dengan tahun-tahun
sebelumya. Di tahun ini pula calon
mahasiswa asing yang berasal dari berbagai
negara, seper Indonesia, Thailand, Malaysia,
Kamboja, Turkey, Afghanistan, Nigeria,
Banghlades dan lain-lain. harus menempuh
pendidikannya terlebih dahulu melalui
markaz dauroh lughoh (baca: kelas bahasa
arab red). Tata aturan ini menuai banyak
perha an dari beberapa kalangan. Dauroh
l u g h o h s e n d i r i m e r u p a ka n l e m b a ga
pendidikan formal sekaligus resmi di bawah
naungan Al-Azhar sebagai tahapan atau
jenjang penentuan untuk masuk Universitas
Al-Azhar.
Markaz dauroh lughoh sebelumnya sudah
08
Timur Tengah
sepakat dengan kekangan aturannya, atau
bahkan kurang sependapat dengan biaya
administrasi pembayarannya. Toh pada
akhirnya dapat sejalan dengan aturan yang
ada.
Akan tetapi, markaz dauroh lughoh sukses
menyuguhkan pendidikan terbaiknya, di
s a m p i n g i t u i a m e r u p a ka n l e m b a ga
pendidikan yang berbasis pendidikan AlAzhar. Hampir dari semua sektor sistem
pengajarannya berkiblat pada Universitas AlAzhar. Di sisi lain, lembaga ini mempunyai nilai
lebih yang dak dimiliki kampus Al-Azhar.
Terbuk dari pengajaran se ap harinya
menerapkan sistem absensi dan
menempatkan nilai kedisiplinan. Selain itu
kebersihan ruang kelas yang masih sangat
terjaga, mampu menciptakan suasana belajar
terasa nyaman dan kondusif.
Lembaga yang bernaung di bawah Al-Azhar ini
memiliki visi dan misi jelas untuk mendidik
dan mengantarkan semua murid-muridnya
menuju jenjang mahasiswa. Terapan
kurikulum untuk ak f berbahasa Arab seper ;
muhadatsah (percakapan bahasa Arab),
is ma' (mendengar percakapan Arab),
qiro'ah (membaca tulisan Arab), insya'
(menulis kalimat Arab) sangat efek f bagi
pelajar asing. Ditambah tuntunan jajaran
guru yang komunika f dan ak f, mampu
membantu seorang murid untuk turut ak f
dalam proses belajar mengajar.
Markaz dauroh lughoh, secara dak langsung
turut memperkenalkan budaya bahasa Arab
fushah-nya (baca: struktur bahasa sesuai EYD
arab red) untuk dijadikan dasar utama
pengembangan ilmu berbasis bahasa arab.
Saking mengutamakan bahasa Arab fushah,
hampir semua guru menekankan wajib
hukumnya berbahasa arab fushah di lembaga
te rs e b u t . B e g i t u p u l a m e m b i a s a ka n
komunikasi berbahasa Arab fushah antar
murid, guru, bahkan ke syu'un idaroh.
Peran terpen ng lembaga ini, di antaranya
b e r h a s i l m e nt ra n sfe r b e r b a ga i i l m u
pengetahuan kepada para murid, lantaran
ketajaman pengalaman para pengampunya.
09
Opini
Komunikasi Masisir
Yang Membudaya
10
s a m p a i h a r u s
menggunakan kata
jancuk untuk menjalin
persahabatan dan
enggan mengindahkan
norma dan e ka yang
ada di masyarakat
Indonesia di Mesir ini.
Kata jancuk pada
awalnya sering
diasosiasikan dengan
umpatan-umpatan
jorok, dan dak sopan.
Walaupun sebenarnya
makna dari kalimat ini
dak ada dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI). Dan pada
perkembangannya kata jancuk bukan lagi
diasosiasikan dengan kata-kata umpatan yang
kasar. Akan tetapi, malah sering digunakan
untuk imbuhan suatu kalimat seper
ungkapan Raimu nandi cuk, gak tau ketok!.
Masisir pada umumnya adalah anak muda
yang selalu haus akan hal baru. Kemudian
menemukan bahasa yang jarang ia temui di
daerahnya, lalu mencoba mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya
dia merasa nyaman dengan bahasa itu.
Walaupun ia dak menguasai dengan baik
secara keseluruhan bahasa itu. Di dalam
masyarakat Masisir sendiri kata ini telah
Opini
mengalami perluasan makna. Yang pada
awalnya sangat dianggap tabu oleh beberapa
kalangan tertentu dan pas nya dianggap
sangat dak sopan digunakan dalam
percakapan sehari-hari, kemudian meluas
maknanya menjadi kata sapaan yang
digunakan untuk menyapa kawan akrab.
Selain itu, kata jancuk yang meluas maknanya
ini dalam beberapa periode akhir ini- telah
cukup diterima dalam beberapa
kalangan/komunitas di Maisisir.
Sudah menjadi kebiasaan beberapa orang
Masisir ke ka bertemu dengan kawankawannya akan mengatakan Cok, gimana
kabarnya?. Untuk masyarakat Jawa memang
kedengarannya kurang pas, yaitu ke ka kata
umpatan ini dicampur dengan bahasa
Indonesia. Tetapi itulah yang terjadi di
tengah-tengah kehidupan kemahasiswaan
Indonesia di Mesir ini. Tidak hanya mahasiswa
Jawa, bahkan mahasiswa yang berasal dari
luar Jawa. Boso Suroboyoan, begitulah
bahasa itu sering disebut, yang memang dari
daerah Surabaya dan sekitarnya, seper
Malang, bahasa itu berasal. Dan pada awal
penyebarannya di kalangan Masisir, memang
dimulai oleh orang-orang yang berasal dari
daerah Jawa Timur, hingga diiku oleh hampir
seluruh mahasiswa dari Indonesia.
Mengu p perkataan Sujiwo Tedjo, seorang
budayawan yang juga telah menjuluki dirinya
dengan sebutan Presiden Jancukers:
Jancuk merupakan simbol keakraban.
Simbol kehangatan. Simbol kesantaian.
Lebih-lebih di tengah khalayak ramai yang
kian munak, keakraban dan kehangatan
serta santainya jancuk kian diperlukan
untuk menggeledah sekaligus membongkar
kemunakan itu. (Sujiwo Tejo, 2012 : 397)
Jancuk itu ibarat sebilah pisau. Fungsi pisau
sangat tergantung dari user-nya dan suasana
psikologis si user. Kalau digunakan oleh
penjahat, bisa jadi senjata pembunuh. Kalau
digunakan oleh seorang istri yang berbak
11
Wawancara
Wawancara
dengan
12
Wawancara
orang di Masisir yaitu:
1. Akademisi, yaitu sebagian besar waktunya
digunakan untuk belajar, talaqi, kajian dan
hal-hal lain yang menunjang
akademiknya. Kalau mahasiswa di jenis ini
saya rasa dak akan mendeka
disorientasi itu sendiri, akan tetapi
menurut saya alangkah baiknya mereka
dak menutup diri dari aspek yang lainya
yaitu organisasi dan entrepreneurship.
2. Organisatoris, yaitu mahasiswa yang
sebagian besar waktunya dicurahkan
untuk organisasi, is lah saya adalah di
mana ada kepani aan pas ada dia. Jujur,
di organisasi sendiri ada celah disorientasi
ke ka mahasiswa yang ak f di organisasi
dak bisa memanajemen waktunya
dengan baik atau dak dapat
memposisikan keadaan atau kemampuan
dirinya dengan tepat, maka yang terjadi
adalah terkikisnya orientasi mahasiswa itu
sendiri, misalnya : menanggung rosib.
3. Entrepreunership, yaitu mahasiswa yang
sebagian besar waktunya digunakan
untuk berbisnis. Saya rasa faktor ini mbul
di antaranya mungkin karena hobi atau
memang adanya sebagian dari Masisir
yang sudah dituntut untuk mandiri karena
keterbatasan biaya. Sehingga orientasi
yang awalnya untuk belajar tersamarkan
dengan bisnis.
Kedua, adanya kenyataan lingkup Masisir
ya n g m a j e m u k . S e h i n g ga m e n u n t u t
mbulnya keadaan saling membutuhkan
antar mahasiswa Indonesia yang berada di
Mesir. Tanpa dibarengi esiensi penggunaan
waktu, dan pada saat seper ini tak terasa
membuka pintu disorientasi bagi mereka.
Ke ga, kejenuhan psikis Masisir yang
menimbulkan hal-hal yang kurang
bermanfaat bagi kehidupanya. Semisal
dengan nonton lm berhari-hari, dan lainlain.
Walaupun banyak latar belakang atas
terjadinya disorientasi tapi saya yakin jika
13
Resensi
14
Resensi
yang mendukung, pasien diikat seluruh
tubuhnya atau dipegang tangan dan kakinya,
lalu Barber memberikan kayu untuk digigit
pasien sebagai obat biusnya, kemudian
memotong jempol pasien lalu diamputasi.
Waktu terus berjalan, Barber yang sudah tua
terkena katarak yang membuatnya dak bisa
melihat. Rob mencoba mencari bantuan agar
Barber dioba , dia mendapat saran dari
seseorang tak dikenal untuk pergi ke suatu
tempat orang Yahudi yang di sana terdapat
seorang tabib yang bisa menyembuhkan
katarak. Sesampainya di tempat tujuan, Rob
begitu terpukau dengan cara pengobatan
orang Yahudi, cara yang sangat jauh berbeda
ke ka dia dan Barber menyembuhkan
pasiennya sendiri. Selang beberapa hari pun
Barber sembuh. Rob kemudian bertanya ke
salah satu tabib, bagaimana anda bisa
mengoba penyakit seper itu dan dari mana
anda belajar?. Tabib menjawab kita belajar
jauh di negeri Timur sana, di sana peradaban
keilmuan sangat maju, orang muslim sangat
hebat di sana, datangilah sang maha guru
Ibnu Sina, dialah yang mengajari kita ilmu
medis. Setelah mendengar hal itu, dak lama
kemudian Rob membulatkan tekad untuk
pergi ke mur demi mencari pengetahuan
ilmu tentang kedokteran.
Setelah setahun lebih mengarungi samudera,
Rob akhirnya sampai di Mesir, perjalananpun
masih panjang. Berbagai macam persyaratan
harus dipenuhinya termasuk melakukan
khitan dan menggan nama. Kaum Yahudi
kala itu memang selek f ke ka harus
menerima pendatang baru dari belahan lain.
Di tengah perjalanan Rob melakukan khitan
(sunat) agar bisa diterima oleh kelompok
Yahudi, dia juga berpura-pura menggan
namanya dengan Jesse Benjamin. Nama dari
dua kata yang didapat saat bertemu dua anak
kecil di kampung Yahudi eropa. Setelah
bergabung dengan kelompok Yahudi dia
melanjutkkan perjalannya ke Isfahan lewat
gurun pasir. Dalam perjalannya dia bertemu
Rebecca, seorang wanita can k yang nan nya
mau dinikahkan dengan saudagar kaya Yahudi
15
Oase
Kepasrahan
dan Pasrah!
16
Oase
di Mesir.
Seper yang sudah tertulis di atas, bahwa
Mesir tak akan sempurna bila hanya memiliki
keindahan. Maka, marilah kita buka sedikit
rai kecarut marutan tentangnya. Dimulai
dari cerita tentang pencurian di rumah
temanku.
***
Beberapa waktu silam, rumah karibku
mengalami pencurian. Sungguh malang
nasibnya, karena mereka harus kehilangan
barang- barang kesayanganya. Pun dengan
uang saku mereka yang habis tak tersisa
dibawa lari para
maling. Padahal pintu
rumah telah dijaga
keamanannya
dengan sebuah kunci
meyakinkan. Namun
si maling juga pandai
mengintai. Hingga
akhirnya mereka
berhasil menurunkan
nilai sang kunci dari
meyakinkan menjadi
tak bisa diandalkan.
Dan dengan sigap,
tanggap dan cekatan
mereka mengambil
benda-benda sesuai
target rencana.
seper kilat yang
menyambar batang
pohon renta tanpa ampun.
Kejadian tersebut terjadi tepat pada siang
jumat. Di saat para penghuni rumah sedang
khusyuk melaksanakan kewajiban sholat
jumat atas komando Tuhan-nya. Namun sang
maling, mereka rela menunggu atas sebuah
tujuan, bersabar agar bisa mencuri. Seper
seorang gadis yang menunggu pinangan sang
pujaan, bersabar untuk dicuri ha nya dengan
pinangan. Hal ini dilakukan, demi untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Akan tetapi, membahas ngkah dan polah
para maling pun susah menemukan habisnya.
17
Sastra
Lukisan Ibu
18
Sastra
lukisanku. Dia memintaku melukiskan
hutan dan kehidupannya, entah apa
yang dia inginkan dengan lukisan itu.
Aku bergegas dan menuju ke alamat
yang pernah nenek tua itu berikan.
Sesampainya di alamat yang ia tulis di
secarik kertas, aku dipersilahkan masuk
oleh pembantu rumah itu. Aku terhenti
sejenak, saat retinaku menangkap hal
yang mungkin cukup menarik. Sebuah
lukisan cantik di ujung koridor.
Selembar gambar seorang ibu tengah
memapah anak mungilnya, wajahnya
kusut namun tidak pada senyumnya
yang penuh harap. Tangannya menadah
mengharap berkah, telapak yang lemas
mencoba merayu pada sesosok tubuh
bertopi koboy.
Pengemis, jantungku berdesir ketika aku
tahu makna dari lukisan itu. Tak seburuk
Tom Isaac dalam Pirates of Caribean.
Namun ukuran sebenarnya dari wujud
orang tua dimanapun dan bentuk apa
pun tidak pernah jelek. Sejelek-jelek
penilaian adalah orang yang berhenti
belajar.
Dalam hitungan detik, khayalku berada
pada hamparan taman nirwana. Mataku
sayu dan dadaku sesak saat kuingat
sosok ibu yang jauh di seberang
samudra. Angin tak mampu membawa
kerinduan ini, bahkan daun hanya akan
melukiskan betapa rapuh dan rindunya
diri.
Pada malam-malam yang panjang, pada
secarik doa yang disaksikan Jibril di ufuk
barat. Laungan fajar memanggil pada
bilik-bilik jendela. Laut, udara, pohon,
dan nyanyian sepoi fajar menghidup.
Dalam desingannya, kudenga rselirih
doa ibu mengalir dari dentuman ombak
yang dihempaskan ke atas 'Arsy.
Entah sampai di mana muara kerinduan,
19
Serba-Serbi
Virus Fahrinisme: Dis-orientasi... 05
Kedua, sebuah penyakit, sebuah disorientasi yang tak disadari. Ini adalah jawaban segelin r
orang yang mau mengembalikan tujuan kepada khi ah awal. Tidak hanya itu, mereka
berkeyakinan bahwa tak hanya tujuan yang harus direkonstruksi, tapi juga proses. Proses yang
baik menentukan sebuah hasil. Memang terkesan idealis, tapi idealis yang dikembalikan kepada
redamnya realitas akan menghasilkan kelindan orientasi yang lebih nggi tujuannya. Atau
mereka ingin mewartakan bahwa: Boleh lupa, asalkan jangan alpa.
Masisir dipertemukan dengan pilihan. Tak punya pilihan bukanlah sebuah pilihan, atau mungkin
juga sebuah pilihan tapi mandul. Hanya yang berani memilih yang tahu rasanya menjadi terpilih.
Dengan melihat disorientasi dari kacamata yang lebih bening, kita jadi mempunyai dua pilihan
(yang berlaku berdasarkan baik-sangkanya kita): antara menjadi sosok Fahri yang hanya idealis
atau menjadi sosok Fahri yang idealis sekaligus realis s. []
M.S. Arin, kru Bule n Prestasi
20
Serba-Serbi
kesadaran yang nggi dari Masisir itu sendiri. Is lahnya adalah KBRI sebagai orang tua kita di sini
yang mengingatkan, membantu, memfasilitasi dan sebagainya. Akan tetapi keputusan mutlak itu
dari kita sendiri berdasarkan apa yang kita inginkan. Saran saya, agar KBRI dalam konteks ini
dapat memanfaatkan maksimal asrama Indonesia yang akan jadi di Hay Sadis untuk lebih
mengembangkan intelektualitas Masisir dan memudahkan sosialisasi penyuluhannya. Berharap
nan nya akan mengurangi ngkat disorientasi Masisir. Contohnya dalam implementasi; dalam
asrama itu nan nya 70% penghuninya orang Indonesia dan 30% dari luar negeri dan sebagainya.
Apa pesan anda untuk mahasiswa Indonesia yang berada di Mesir saat ini?
Tidak salah seseorang berorganisasi, dak salah pula orang yang berbisnis, dak ada salahnya
orang akademisi. Yang salah adalah mereka yang dak bisa membagi waktu sebaik-baiknya,
uusiikum wanafsii bi aqalloh.
Keluarlah dari sarang kenikmatan! Apa itu sarang kenikmatan? Misalnya; nonton lm di depan
komputer berhari-hari, keluarlah dari rumah dan bergaulah dengan orang-orang entah itu
talaqqi, berorganisai, bisnis dan lain sebagainya. Temukanlah hal-hal yang baru, tapi tetap ingat
satu, belajar!.
M. Khoirul Anas, Kru Prestsi
21
Serba-Serbi
hal menarik yang dak bisa ditulis di sini, sehingga patut bagi kita semuanya untuk
menyempurnakan dengan menontonnya. Film yang bagus ini juga memberikan kita pelajaran
serta cambukan kepada kita yang selalu membanggakan pendahulu kita, mengapa dulu
pendahulu kita sangat-sangat begitu hebat, tapi hal itu malah jarang memberikan dampak yang
posi f bagi kita sendiri? Justru dunia Barat yang dulu sangat suram sekarang menjadi dunia yang
sangat maju, semua itu karena kerja keras dan ketekunan dari mereka yang mau merubah masa
lalu mereka. Seakan kita sekarang bertukar tempat dengan peradaban mereka terdahulu
menjadi sebaliknya.
Mahfud Washim, Kru Prestsi
Hilang... 23
Dua kemungkinan ini menempatkan pada posisi yang membingungkan dan menghadirkan
dilema tersendiri yang pen ng untuk dipahami. Satu sisi memberikan potret penegasan atas
pen ngnya mendalami 'bahasa agama'; dengan kata lain ia harus mengasingkan diri dari hirukpikuk 'dunia luar'. Karena bagaimanapun, 'dunia luar' tetap akan bergerak dan mengarah pada
sesuatu yang melenakannya, sehingga besar kemungkinan akan terjadi 'kehilangan arah', di sisi
lain, memberikan pembenaran terhadap kegiatan yang bersifat non-kampus (berorganisasi).
Namun demikian, walaupun yang terjadi seper itu -sambil menghela nafas setelah berbicara
panjang lebar, beliaupun melanjutkan- Masisir dak ada yang 'kehilangan arah' ataupun
'kehilangan ja diri', seseorang yang kehilangan arah dan ja diri seja nya, adalah ia yang dak
pernah bertalaqi atau pun berorganisasi. Dan setelah itu kami pun 'menghilang' dari dunia nyata
menuju dunia lain.
Wais Al-Qorni, Kru Prestsi
For Reservation
+201158890081
e-Mail: griyajateng@gmail.com
22
Catatan Pojok
Hilang
23
#masisir_aneh
#pejabat_selfi
ATDIK
KBRI
gitu ya bro ??
biasanya yang
disono-sono sih gitu
Kru Prestsi
P RESTSI
Media Silaturahmi, Informasi dan Analisa
buletinprestasi(at)yahoo(dot)com
kswmesir(dot)org