oleh:
Chrisnina
Wahyu Elok Pambudi
Dewa Ayu Dwi Chandra Y.S
Akhmat Robi Tricahyono
112310101041
112310101043
112310101046
112310101061
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Era abad dua puluh ini perkembangan pengetahuan dan teknologi maju
begitu pesatnya. Kemajuan ini juga diikuti kebutuhan manusia yang semakin
kompleks. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebugaran dan kesehatan tubuh
manusia. Kebutuhan ini juga yang membuat banyak berdirinya pusat-pusat
kebugaran dengan fasilitas dan sarana yang memadai untuk tercapainya kebugaran
tersebut. Setiap manusia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan tubuhnya.
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan yaitu dengan berolahraga atau ke pusatpusat kebugaran. Salah satu tujuan kegiatan ini untuk menjaga tekanan darah agar
tetap stabil bahkan diharapkan juga dengan mengikuti program latihan yang sudah
ditentukan dapat menurunkan tekanan darah yang mengalami kenaikan di usia tua.
Tekanan darah adalah kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan
luas dinding pembuluh. Kekuatan ini ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi
seperti pompa sehingga darah dapat terus mengalir dalam pembuluh darah dan
melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri (Guyton, 1997). Dinding
aorta dan arteri yang berdiameter besar relatif banyak mengandung jaringan
elastik (Ganong, 2003). Ketika jantung berkontraksi dan tekanan darah
meningkat, arteri meregang dan menyimpan energi potensial; ketika jantung
relaksasi, tekanan darah menurun dan arteri teregang dikendorkan kembali
(Agamemnon, 2000). Tekanan darah merupakan salah satu faktor penting dalam
kesehatan. Pada usia lanjut pembuluh darah cenderung menjadi kaku dan
elastisitasnya berkurang. Yoga merupakan salah satu latihan senam pernafasan
yang cukup terkenal saat ini. Ini dibuktikan dengan berdirinya tempat-tempat
latihan yoga di beberapa kota besar di Indonesia. Salah satu aspek penting dari
yoga adalah meditasi yang menimbulkan beberapa perubahan fisiologis yang
disebut respons relaksasi. Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat di usia yang tidak
muda lagi, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah tekanan darah. Untuk
menjaga tekanan darah ini agar tetap seimbang terutama di usia yang sudah tua,
orang-orang banyak datang ke pusat kebugaran yang salah satunya ke tempat
pelatihan yoga. Dengan latar belakang tersebut maka penulis ingin mengetahui
lebih dalam tentang Terapi Yoga.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulis dalam makalah ini adalah :
1.2.1
1.2.2
1.2.3
bersatu, atau persatuan dari dua benda atau lebih. Arti teknik dari istilah yoga
diperoleh dari Yuj yang artinya bukan persatuan, melainkan keadaan stabil, diam,
dan damai (Savitri, 2009).
Yoga merupakan sistem kesehatan menyeluruh (holistik) yang terbntuk dari
kebudayaan India kuno sejak 3000 SM yang lalu. Yoga atau Yuj dalam bahasa
Sansekerta kuno berarti union (penyatuan). Intinya melalui yoga seseorang akan
lebih baik mengenal tubuhnya, mengenal pikirannya dan mengenal jiwanya.
Semakin ia mengenal seluruh aspek dirinya itulah maka semakin dekat pula ia
dengan Sang Penciptanya. Yoga bisa juga disebut sebagai sebuah alat terapi.
Banyak penyakit dan gangguan tubuh yang dapat dilepaskan melalui berbagai
posisi tubuh tertentu dan latihan pernafasan dibawah bimbingan pelatih yoga
terlatih. Dan setiap orang dapat melakukan yoga tanpa memandang usia, ukuran,
kelenturan, ataupun kesehatan (Lalvani, 2010).
Diibaratkan tubuh adalah sebuah kesadaran
dan
pikiran
sebagai
Tindakan
dalam
karma
yoga
dilakukan
dengan
tanpa
dan kuat
Meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernapas
Membuang racun dari dalam tubuh (detoksifikasi)
Meremajakan sel-sel tubuh dan memperlambat penuaan
Memurnikan saraf pusat yang terdapat di tulang punggung
Mengurangi ketegangan tubuh, pikiran, mental, serta membuatnya lebih
Pembaruan Energi
a. Mengurangi penuaan
Berbagai posisi yoga dapat mengakibatkan anti penuaan dan anti gravitasi.
Berbagai proses tersebut dapat mengurangi pengeriputan organ atau otot
yang ditimbulkan oleh proses penuaan dan pengaruh proses gravitasi yang
terus-menerus. Latihan yoga yang teratur dapat meningkatkan kelenturan
dan mempertahankan kelenturan dan meremajakan tulang punggung.
Perbaikan Sirkulasi
Posi-posi yoga akan membawa perbaikan sirkulasi darah dan kelenjar getah
bening diseluruh tubuh. Tekanan dari ruang abdomen terdapat diafragma yang
dapat melatih otot-otot diafragma dan jantung. Posisi-posisi terbalik dapat
meningkatkan kualitas tidur karena posisi tersebut membantu proses relaksasi
sistem syaraf simpatik, memampukan respon relaksasi untuk masuk.
3.
4.
5.
6.
Keseimbangan Emosi
Yoga berdampak bagi kehidupan sseseorang. Gerakan menekuk tubuh ke
depan adalah posisi tubuh yang berpusat pada diri sendiri, dan karena itu
memiliki dampak menenangkan dan kegelisahan. Menekuk punggung ke
belakang adalah gerakan yang berorientasi pada keadaan di luar tubuh yang
membawa kegembiraan, membantu membuka tubuh dan melepas emosiemosi yang tertahan seperti kesedihan dan rapatan. Latihan pernafasan
tertentu dapat dapat dilakukan untuk menggerakkan atau memberikan
memberika energi pada individu.
7.
e.
hipertensi.
2.4.2 Kontraindikasi
a. sakit dada persisten;
b. gejala/tanda syok kardiogenik;
c. suhu di atas 38 derajat celcius;
d. gagal jantung belum stabil;
e. kehamilan dengan penyakit jantung;
f. riwayat persalinan kurang 2 bulan;
g. plasenta previa;
h. kecederaan pada lutut, bahu, dan leher.
2.5 Implikasi Dalam Bidang Keperawatan
Perawat adalah salah satu profesi yang berperan
penting dalam
BAB 3. PEMBAHASAN
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Masalah yang terjadi pada klien
dengan kanker setelah kemoterapi adalah kelelahan atau fatigue. Kelelahan atau
fatique adalah keluhan subyektif yang lazim dialami penderita kanker yang
semakin bertambah kualitas kelelahannya ketika menjalani program kemoterapi.
Fatique mempengaruhi bagaimana perasaan individu, bentuk aktivitas harian,
hubungan sosial dan keberlanjutan terapi kanker. Rasa lelah dapat diakibatkan
oleh penyakit kanker itu sendiri atau oleh karena dampak intervensi medis seperti
pembedahan dan kemoterapi. Perubahan fisik akibat kemoterapi menyebabkan
penderita merasa lelah sehingga berhenti bekerja, menghindari sahabat, lebih
banyak tidur dan pada banyak kasus tidak mampu melakukan aktivitas fisik.
Berdasarkan jurnal Danismaya (2009), kemoterapi secara teori disebutkan
akan menyebabkan timbulnya fatique terkait terjadinya myelosupressi. Richardson
dalam Otto (2001) melaporkan bahwa keluhan fatique. dapat terjadi dalam 48 jam
pertama pasca kemoterapi. Pada kelompok intervensi ada sebanyak 13 orang
(65%) yang menjalani kemoterapi kurang dari 5 kali, sedangkan pada kelompok
kontrol ada 6 orang (30%). Sementara responden yang menjalani kemoterapi lebih
dari 5 kali pada kelompok intervensi sebanyak 7 orang (35%) dan pada kelompok
kontrol sebanyak 14 orang (70%). Kelelahan dalam istilah kesehatan disebut
fatique untuk menggambarkan keadaan penderita yang mengalami intoleransi
aktivitas, kehilangan energi atau kelemahan. Kelelahan merupakan keluhan umum
dan pengalaman tersering yang dialami penderita dengan kanker. Ironisnya
seringkali penderita tidak menyampaikan kelelahannya tersebut karena mereka
menyakini bahwa hal ini merupakan efek dari penyakit yang tidak dapat
diintervensi. Petugas kesehatan juga cenderung menganggapnya biasa bahwa
kelelahan pada penderita kanker memang lazim terjadi.
Mean
SD
6.4773
6.6705
0.1932
0.38442
0.34582
0.11562
6.4818
6.6159
0.1341
0.36939
0.35408
0.11442
6.0273
6.4477
0.4205
0.35498
0.36610
0.11403
p Value
0.103
0.249
0.001
0.000
5.3364
6.2205
0.8841
0.30274
0.31536
0.09775
4.5932
6.0682
1.4750
0.32225
0.28615
0.09637
0.000
berikut.
1. Tingkat fatique di hari kesatu sebelum teknik relaksasi Yoga dilakukan pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol menurut skala fatique dari Piper
termasuk dalam kategori tingkat fatique berat.
2. Tingkat fatique tertinggi berdasarkan dimensi fatique dari Piper adalah
4. Nilai mean tingkat fatique pada kelompok kontrol menurun secara bermakna
sebelum latihan relaksasi Yoga dan pada hari kedua sesudah latihan relaksasi
Yoga, baik pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
6. Ada perbedaan yang bermakna perubahan tingkat fatique sesudah melakukan
teknik relaksasi Yoga pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol pada hari
ketiga, hari keempat dan kelima.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Yoga adalah salah satu sistem perawatan kesehatan yang
menyeluruh yang berfokus pada pikiran dan tubuh (Lalvani, 2010). Jenis-jenis
yoga diantaranya yaitu hatha yoga, karma yoga, mantra yoga, bakti yoga, jnana
yoga dan raja yoga. Yoga memiliki tujuan dan manfaat dimana pada intinya
memberikan kesehatan jiwa dan fisik bagi pelakunya. Yoga dalam manfaat
praktisnya juga bermanfaat dalam beberapa penyakit. Seperti yang telah
dijelaskan pada jurnal Danismaya (2009), bahwa yoga berpengaruh signifikan
terhadap penurunan fatique pada pasien kanker. Oleh karena itu perawat perlu
mengenal dan mendalami terapi komplementer yoga untuk meningkatkan
profesionalisme perawat.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan mahasiswa dapat terus mengaplikasikan dan mengembangkan
konsep yoga pada kehidupan.
4.2.2 Bagi Masyarakat
Adanya terapi komplementer yoga diharapkan masyarakat dapat lebih
berperan aktif dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal utamanya untuk
meningkatkan status kesehatan dengan aplikasi yoga.
4.2.3 Bagi keperawatan
Diharapkan keperawatan terus mengembangkan konsep ilmu terapi
komplementer khususnya yoga demi meningkatkan profesionalisme perawat.
TERAPI YOGA
PSIK
UNIVERSITAS JEMBER
PROSEDUR TETAP
NO. DOKUMEN:
TANGGAL
TERBIT:
1.
PENGERTIAN
2.
TUJUAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
meningkatkan stamina
memperkuat tubuh
mengencangkan otot
memberikan efek perasaan yang tenang dan rileks
meningkatkan daya ingat
meningkatkan kapasitas paru-paru saat bernapas
membuang racun yang ada di dalam tubuh
INDIKASI
4.
KONTRAINDIKASI
5.
6.
PERSIAPAN KLIEN
PERSIAPAN ALAT
7.
CARA KERJA
a. Semua orang
b. Atau individu yang terindikasi:
low back pain
cemas
stres
nyeri haid
hipertensi
a. sakit dada persisten
b. gejala/tanda syok kardiogenik
c. suhu di atas 38 C
d. gagal jantung belum stabil
e. kehamilan dengan penyakit jantung
f. riwayat persalinan kurang 2 bulan
g. plasenta previa
h. kecederaan pada lutut, bahu, dan leher
Pastikan kondisi klien siap untuk melakukan senam
a.
matras
b.
tempat yang tenang
Orientasi
a. SIKAP TUBUH:
Berdiri setegak mungkin dengan kedua kaki
rapat. Pastikan bahu tetap turun dan perut
serta tulang ekor ditarik masuk.
b. BERNAFAS:
Letakkan kedua tangan pada perut. Lalu
tarik nafas perlahan dan teratur. Rasakan
perut
yang
mengembung
membesarnya diafragma.
seiring
tangan.
INTI YOGA
1. Upward Hand Pose
Cara : berdiri tegak, tarik napas dalam-dalam lalu
ayunkan kedua tangan ke atas. Tarik punggung
kearah dalam hingga membusung saat kedua
tangan mengatup di atas kepala. Gerakan ini
membantu peregangan di tubuh bagian depan
seperti bahu, perut, dada, pinggul
3. Child pose
Berfungsi untuk peregangan pinggul, paha depan,
punggung. Pada posisi seperti hendak tidur ini,
akan membuka pinggul dan membantu
mengurangi sesak
5. Tree pose
Pada tree pose akan dilakukan peregangan
pinggul, paha bagian dalam, memperkuat kaki,
dan tulang belakang. Gerakan ini sangat baik pada
saat hari-hari ketika pikiran sedang kacau, yang
bertujuan untuk memusatkan pikiran
6. Fierce pose
Pose ini sangat baik untuk antisipasi terhadap
cidera, karena fierce pose akan memberikan
dukungan kuat di sekitar lutut , sehingga membuat
lutut tahan terhadap akibat dari cedera. Fierce
PENDINGINAN
1. Duduk bersila dan lakukan tarik nafas dengan
frekuensi 3 kali sambil mengangkat tangan dari
bawah ke atas.
2. Lakukan hingga merasa rileks.
Catatan:
1. Durasi tiap gerakan yoga bervariasi, kita akan
mencoba dengan durasi 2x10 detik.
Tahap Terminasi
Evaluasi
1. Setelah selesai klien ditanya bagaimana hasilnya,
apakah kondisi klien merasa lebih baik dan
nyaman?
2. Memberi pujian atas keberhasilan tindakan yang
dilakukan klien
Rencana Tindak Lanjut
10. EVALUASI
11.
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA
Agamemnon, D. 2000. Atlas Berwarna dan Teks Fisiologi. Jakarta: Hipokrates.
Dalimartha, S. 2008. Care Your Self: Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus.
Danismaya, I. 2009. Pengaruh Teknik Relaksasi Yoga Terhadap Fatique
Penderita Kanker Pasca Kemoterapi Di RS Hasan Sadikin Bandung.
[serialonline].https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0
CCoQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.jurnal.stikesaisyiyah.ac.id
%2Findex.php%2Fgaster%2Farticle%2Fdownload
%2F10%2F7&ei=DnMtVKGtF4GjugSs2YD4Cw&usg=AFQjCNG4hD
DtHZSVqQL7qeVAi7edbu0mBQ&bvm=bv.76477589,d.c2E.
[02
Oktober 2014].
Ganong, W. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Guyton, H. 1997. Buku ajar fisiologi. Jakarta: EGC.
Lalvani, V. 2010. Dasar-dasar Yoga. Jakarta: Erlangga.
Lewis, S. 2006. Ramping Kembali:Program 10 Minggu Perampingan Setelah
Melahirkan. Jakarta:Erlangga
Rohimawati, R. 2009. Sehat dan Bahagia dengan Yoga. Jakarta: Kawan Pustaka.
Savitri, R. 2009. Asma Mengetahui Penyebab Gejala dan Cara Penanggulangan.
Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Sindhu, P. 2006. Hidup Sehat dan Seimbang Dengan Yoga. Bandung: Qanita.