Anda di halaman 1dari 5

Reading Assignment 1: Competing on Analytics

Amir Syafrudin - 1306346771


Ulasan
Competing on Analytics, yang ditulis oleh Thomas H. Davenport, diawali dengan menegaskan
tentang besarnya dampak dari implementasi killer app terhadap meningkatnya penghasilan
dan reputasi sebuah perusahaan. Pada intinya, killer app ini merupakan hasil transformasi
teknologi dari sekedar peralatan pendukung menjadi senjata strategis bagi perusahaan.
Walaupun begitu, tidak semua perusahaan habis-habisan mengejar killer app ini.
Perusahaan-perusahaan ini justru membuat killer app dalam bentuk lain, yaitu dengan
menerapkan analytics di berbagai proses bisnisnya.
Analytics diterapkan bukan hanya karena "bisa", tapi karena "perlu". Analytics perlu
diterapkan agar proses bisnis dalam sebuah perusahaan dapat berjalan dengan optimal
sehingga hasilnya pun maksimal. Analytics harus selaras dengan strategi perusahaan serta
dilakukan dengan SDM (Sumber Daya Manusia) terbaik dan tools terbaik. Dengan begitu,
perusahaan dapat mengambil keputusan bisnis terbaik.
Walaupun analytics sudah diimplementasikan oleh banyak perusahaan, tidak semuanya
memiliki kompetensi yang sama. Tidak semua perusahaan yang merangkul analytics
memiliki keahlian yang memadai untuk mengoptimalkan proses dan hasil analisa data yang
mereka lakukan. Perusahaan-perusahaan ini umumnya memiliki 3 (tiga) faktor yang penting
untuk bersaing dalam analytics. 3 (tiga) faktor tersebut adalah:

Penggunaan model dan optimasi secara merata, misalnya penggunaan predictive


modeling untuk memprediksi potensi pelanggan atau calon pelanggan.

Pendekatan berbasis korporat, yaitu dengan menunjukan urgensi analisa data


terhadap akurasi pengambilan keputusan di tingkat perusahaan sehingga
implementasi analytics menjadi bagian tak terpisahkan dari proses bisnis perusahaan
tersebut.

Dukungan eksekutif senior, misalnya CEO (Chief Executive Officer), terutama yang
memiliki penghargaan dan pemahaman yang cukup terhadap analytics.

Yang perlu diperhatikan adalah pentingnya analytics tidak serta-merta menjadikannya


sebagai satu-satunya dasar dalam pengambilan keputusan. Ada kalanya sebuah keputusan
dapat diambil dengan mengacu kepada insting. Tantangannya adalah memilih momen yang
tepat untuk mengacu kepada data atau mengacu kepada insting saat mengambil keputusan.
Hal lain yang juga ditegaskan dalam Competing on Analytics adalah bahwa perusahaanperusahaan yang bersaing dalam analytics bukanlah sekedar perusahaan-perusahaan yang
ahli dalam hal mengolah data. Ada 4 (empat) hal yang menjadi sumber keunggulan mereka,
yaitu:

Sasaran.
Perusahaan-perusahaan yang unggul dalam analytics memiliki sasaran strategis yang
jelas sehingga keunggulan analytics yang dimiliki perusahaan-perusahaan tersebut
dapat diselaraskan dengan sasaran strategis mereka.

Budaya Kerja.

Perusahaan-perusahaan yang unggul dalam analytics menjadikan data dan fakta


sebagai bagian dari budaya kerja mereka, misalnya dengan membiasakan pegawai
mereka mengambil keputusan berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Sumber Daya Manusia (SDM).


Perusahaan-perusahaan yang unggul dalam analytics memiliki SDM terbaik dengan
keahlian spesifik di bidang analytics yang diimbangi dengan keahlian bisnis dan
komunikasi dalam jumlah yang banyak (di atas rata-rata).

Teknologi.
Perusahaan-perusahaan yang unggul dalam analytics memaksimalkan penggunaan
teknologi informasi (hardware dan software) untuk mengumpulkan data, melakukan
proses ETL (Extract-Transform-Load), dan menganalisa data tersebut.

Satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah semua karakteristik di atas merupakan hasil
pengembangan kompetensi secara berkesinambungan yang dilakukan dalam rentang waktu
yang tidak sebentar. Perusahaan-perusahaan yang ingin ikut kompetisi analytics ini perlu
menyadari bahwa mereka mencurahkan waktu dan tenaganya untuk mengumpulkan data
dalam jumlah yang banyak, menyiapkan teknologi mutakhir untuk mengolah data tersebut,
dan menyiapkan SDM terbaik yang dapat menggunakan teknologi tersebut untuk mengolah
dan menganalisa data yang dimiliki.
Tanya-Jawab
1. Apa yang sebenarnya menjadikan suatu perusahaan unggul?
Pada dasarnya, suatu perusahaan menjadi unggul bila perusahaan tersebut mampu
menawarkan produk, jasa, atau teknologi yang tidak bisa diimbangi oleh perusahaanperusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama. Akan tetapi, arah perkembangan
teknologi justru meningkatkan kemampuan setiap perusahaan untuk bersaing
memberikan produk, jasa, atau teknologi yang sebanding. Pada akhirnya,
mengandalkan produk, jasa, atau teknologi tertentu tidak lagi menjadi strategi yang
jitu untuk menjaga keunggulan perusahaan tersebut.
Yang tersisa untuk dieksploitasi agar suatu perusahaan tetap unggul adalah data dan
proses bisnis. Perusahaan tersebut harus bisa mengolah dan menganalisa data yang
masuk dan memanfaatkan hasil analisa tersebut untuk membuat keputusankeputusan strategis maupun teknis. Hasil analisa tersebut kemudian dimanfaatkan
untuk menyesuaikan strategi bisnis dan mengoptimalkan proses bisnis terkait.
Dengan strategi bisnis yang tepat dan proses bisnis yang optimal, akan lebih mudah
bagi perusahaan tersebut untuk menciptakan keunggulan.
Oleh karena itu, keunggulan suatu perusahaan tidak lagi terbatas pada produk dan
jasa yang ditawarkan atau pada teknologi yang digunakan. Keunggulan suatu
perusahaan justru bergantung kepada kemampuan perusahaan ini untuk
menganalisa data dengan baik. Tanpa didukung dengan proses analisa yang baik,
hasil analisa data tidak akan akurat sehingga perusahaan ini akan kehilangan
kesempatannya untuk meraih keunggulan.
2. Jelaskan perbedaan antara Killer App v.1 dengan Killer App v.2!
Killer app adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan aplikasi komputer

(software) yang dinilai unik dan sangat bermanfaat. Umumnya aplikasi-aplikasi yang
disebut killer app ini umumnya merupakan hasil inovasi yang revolusioner dan
berhasil menarik banyak pengguna (populer) sehingga mampu mengalahkan
pesaing-pesaingnya ("A Brief History"; "Killer App Definition"; "Killer App").
Keunggulan-keunggulan ini akan menghasilkan banyak keuntungan bagi perusahaanperusahaan pemilik killer app.
Menurut Thomas H. Davenport dalam Competing on Analytics, killer app yang
dijelaskan di atas merupakan killer app versi 1. Persaingan mengejar killer app seperti
ini merupakan model bisnis perusahaan secara umum. Akan tetapi, ada perusahaanperusahaan yang mengejar bentuk baru dari killer app. Perusahaan-perusahaan ini
membentuk model bisnis yang fokus kepada proses analisa terhadap data dalam
jumlah besar untuk mendapatkan keunggulan bisnis. Dapat dikatakan bahwa
perusahaan-perusahaan ini merubah keseluruhan bisnisnya menjadi killer app. Killer
app dalam konteks ini yang disebut dengan killer app versi 2.
Perbedaan antara killer app versi 1 dan killer app versi 2 dapat dilihat dengan jelas.
Killer app versi 1 fokus pada pengembangan teknologi untuk menghasilkan aplikasi
komputer yang unik, unggul, dan populer. Sebaliknya killer app versi 2 tidak fokus
pada pengembangan aplikasi komputer. Killer app versi 2 ini justru menggunakan
teknologi yang umumnya sudah ada untuk menghasilkan strategi bisnis yang unik,
unggul, dan sulit ditandingi.
3. Apakah dalam mengambil keputusan bisnis harus secara analytics (based on data)
atau ada cara lain? Kalau memang ada cara lain apakah itu?
Keputusan bisnis yang baik membutuhkan dukungan data yang akurat. Ini alasannya
mengapa analytics memegang peranan penting dalam pengambilan keputusan
bisnis, baik yang bersifat strategis maupun yang bersifat teknis. Akan tetapi, analytics
bukanlah satu-satunya fondasi yang bisa digunakan dalam pengambilan keputusan
bisnis tersebut.
Alternatif selain analytics adalah insting. Justru pengambilan keputusan berbasis
insting ini digunakan jauh sebelum para pengambil keputusan mengenali potensi
yang ada dalam data yang mereka miliki. Contoh yang dikemukan Thomas H.
Davenport dalam Competing on Analytics adalah masalah rekrutmen. Proses
rekrutmen pegawai memang sudah memanfaatkan berbasis data (memanfaatkan
analytics), tapi keputusan dalam merekrut pegawai masih mungkin dilakukan
berdasarkan observasi sederhana terhadap calon pegawai.
Walaupun begitu, analytics dan insting tidak harus dipisahkan secara diskrit.
Tantangan bagi para pengambil keputusan adalah bagaimana mengkombinasikan
analytics dan insting untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan. Para
pengambil keputusan ini perlu tahu kapan harus mengolah data dan kapan harus
mengandalkan insting mereka sendiri.
4. Lakukan pengamatan dan riset secara online contoh-contoh kasus yang dapat
memberi gambaran tentang sejauh mana Competing on Analytics telah dilakukan di
Indonesia!
Tren pemanfaatan big data merupakan tren yang sudah merambah ke berbagai
penjuru dunia. Pemanfaatan big data tidak hanya dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan di negara-negara maju, tapi juga di negara-negara berkembang seperti


Indonesia. Dengan terus meningkatnya penggunaan Internet dan smartphone di
Indonesia (Mary, Meeker, dan Liang Wu), big data adalah sebuah fenomena yang
harus dieksploitasi oleh setiap perusahaan untuk mendapatkan keunggulan
kompetitif. Di sinilah analytics berperan.
Salah satu perusahaan yang menyediakan software untuk melakukan analytics
adalah SAS (www.sas.com). Ada beberapa organisasi (bukan hanya perusahaan) yang
sudah bekerja sama dengan SAS, antara lain:
a. UII (Universitas Islam Indonesia).
Fakultas Ekonomi UII menjalin kerja sama dengan SAS dalam bidang akademi agar
dapat menghasilkan lulusan dengan kompetensi statistik dan analytics yang baik
serta didukung dengan keahlian teknis yang relevan ("Providing").
b. IPB (Institut Pertanian Bogor).
IPB menggunakan SAS untuk mengajarkan statistik dan analytics, misalnya untuk
data mining atau forecasting, kepada mahasiswanya ("Preparing").
c. Universitas Bakrie.
Universitas Bakrie bekerja sama dengan SAS untuk mendirikan SAS Center dalam
rangka menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan menganalisa dan
memahami data sesuai kebutuhan bisnis ("Universitas Bakrie").
d. Cigna Indonesia.
Cigna, sebuah perusahaan penyedia jasa asuransi, memiliki unit/bagian Customer
Value Management (CVM) yang menggunakan SAS untuk menawarkan produk
yang sesuai dengan profil calon pengguna jasa ("Cigna Indonesia").
SAS Indonesia sendiri sudah memiliki 56 pelanggan dari berbagai jenis industri.
"Mereka terdiri atas 24 bank, 5 perusahaan pembiayaan, 4 perusahaan asuransi, 3
institusi pemerintah, 12 universitas, dan lainnya adalah perusahaan manufaktur,
tambang, telekomunikasi dan pertanian" ("Universitas Bakrie"). Bila kita melihat pola
ledakan data di era Internet ini, kemungkinannya sangat besar bagi SAS untuk terus
menambah pelanggan. Hal ini menunjukan bahwa analytics sudah menjadi bagian
penting dalam bisnis sehingga persiapan untuk membentuk keahlian yang
dibutuhkan bahkan sudah dimulai dari dalam dunia akademis.

Referensi
"A Brief History of Killer Apps." PCMech Report. Web. 22 Februari 2014.
<http://www.pcmech.com/article/a-brief-history-of-killer-apps/>.
"Cigna Indonesia: Analyzing Big Data to Support Sales." SAS. Web. 22 Februari 2014.
<http://www.sas.com/en_us/customers/cigna-indonesia.html>.
Davenport, Thomas H. Competing on Analytics. Harvard Business Review, Januari 2004.
PDF.
"Killer App Definition." PC Magazine Encyclopedia. Web. 22 Februari 2014.
<http://www.pcmag.com/encyclopedia/term/45817/killer-app>.
"Killer App." The Free Dictionary. Web. 22 Februari 2014.
<http://www.thefreedictionary.com/killer%2Bapp>.
Meeker, Mary, dan Liang Wu. Internet Trends. KPCB, 29 Mei 2013. PDF.
"Preparing Students with Statistics and Analysis for the Global Future." SAS. Web. 22
Februari 2014. <http://www.sas.com/en_us/customers/institut-pertanianbogor.html>.
"Providing Economics Students with Unique Skills." SAS. Web. 22 Februari 2014.
<http://www.sas.com/en_us/customers/uii.html>.
"Universitas Bakrie Meluncurkan SAS Center Untuk Menjawab Tantangan Big Data Pada
Industri/Perusahaan." SAS. 19 November 2013. Web. 22 Februari 2014.
<https://www.sas.com/offices/asiapacific/indonesia/news/Universitas_Bakrie_melunc
urkan_SAS_Center_untuk_menjawab_tantangan_big_data_pada_Industri/Perusahaan
_IDN.html>.

Anda mungkin juga menyukai