Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS BISNIS

TOPIK 1

1.1 Sejarah Analisis Bisnis


Perkembangan TI mendukung organisasi untuk membangun sistem informasi yang
meningkatkan operasional bisnis dan mengambil keputusan manajemen. Teknologi
memungkinkan model bisnis baru melalui komunikasi fleksibel yang mendukung organisasi
yang lebih menjangkau pelanggannya (pelanggan), sistem yang terhubung mereka dengan
pemasok (pemasok), serta mendukung operasional global.

1.2 Pengertian Analisis Bisnis


Business analysis atau analisis bisnis adalah seperangkat tugas dan teknik yang digunakan untuk
bekerja sebagai penghubung antara para pemangku kepentingan untuk memahami struktur,
kebijakan, dan operasi dari suatu organisasi, dan merekomendasikan solusi yang memungkinkan
organisasi untuk mencapai tujuannya.

1.3 Tujuan Analisis Bisnis


Memberikan panduan tentang analisis bisnis dan menggambarkan luasnya peran dan berbagai
teknik yang digunakan. Karena saat ini, sebagaian besar organisasi menggunkan istilah “Analisis
Bisnis” dan mempekerjakan bisnis analisis namun mengalami ketidakjelasan.

1.4 Permasalahan Analisis Bisnis


1. Organisasi banyak telah mengenalkan analisis bisnis sehingga untuk memastikan bahwa
kebutuhan bisnis adalah hal yang terpenting ketika sistem teknologi informasi (IT) baru
diperkenalkan. Namun, pelaksanaannya sulit dicapai organisasi.

2. Banyak analisis bisnis berasal dari latar belakang bisnis dan memiliki pemahaman terbatas
tentang IT dan kurang nyaman menggunakan IT dalam memenuhi kebutuhan bisnis, namun
solusi potensial pada bisnis saat ini menuntut untuk melibatkan IT dalam bisnis

1.5 Perkembangan Analisis Bisnis

1. Dampak Outsourcing
- Organisasi menyerahkan pekerjaan IT kepada pihak luar dengan pertimbangan efisiensi dan
kepraktisan.

- Perlu komunikasi yang baik antara organisasi (orang bisnis) dan tim outsource (orang teknis).

- Analisis bisnis menjadi penjembatan komunikasi kedua pihak tersebut.

2. Keunggulan Bersaing Dengan IT

- Kebutuhan bisnis harus mendorong pengembangan sistem IT.

- Implementasi sistem IT harus sejalan dengan perubahan bisnis.

- Kebutuhan sistem IT harus ditentukan cermat dan seksama

3. Perubahan Bisnis yang Sukses, Perlu adanya analisis terhadap organisasi dan kebutuhan bisnis
untuk menentukan cara baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

4. Pentingnya Analisis Bisnis.

- Organisasi perlu menerapkan sistem informasi untuk keunggulan bersaing, namun sulit dicapai.

- Organisasi perlu solusi untuk isu dan peluang bisnis, yang belum tentu berupa teknologi
informasi

5. Penggunaan Konsultan, Memberi saran dalam siklus hidup perubahan bisnis secara objektif.

1.6 Lingkup Kerja Analisis Bisnis


Jangkauan aktifitas analisis yang dilakukan oleh seorang Analis Bisnis:

1.7 Analisis Strategi


Analis bisnis harus mengetahui dan memahami strategi bisnis organisasi, karena pekerjaan
mereka harus mendukung pencapaian strategi ini.

1.8 Analisis Sistem IT


1. Analis Sistem (Analis Bisnis IT) adalah disiplin IT yang bertanggung jawab untuk
menganalisis dan menentukan kebutuhan sistem IT sebagai dasar untuk mengevaluasi atau
mengembangkan sebuah sistem IT (input-process-output).
2. Analis Bisnis membutuhkan pemahaman detil akan sistem IT.

1.9 Analisis Bisnis


1. Analis Bisnis menginvestigasi sistem bisnis dimana diperlukan perbaikan/peningkatan yang
jangkauan dan fokusnya sangat bervariasi.

2. Analis Bisnis perlu membuat rekomendasi perubahan bisnis yang didukung oleh kasus bisnis
yang akurat.

3. Analis Bisnis diminta untuk fokus pada perbaikan/pergantian sistem TI yang ada sesuai
dengan kebutuhan bisnis.

1.10 Pendekatan Holistik


Empat pandangan sebuah sistem bisnis yang diperlukan Analis Bisnis.

1. Proses

-  Apakah proses telah didefinisikan dan dikomunikasikan dengan baik?

-  Apakah ada dukungan IT yang baik?

- Apakah proses membutuhkan dokumen untuk dijalankan dalam organisasi?

2. Manusia

- Apakah mereka telah memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk bekerja?

- Seberapa tinggi motivasi kerja mereka?

- Apakah mereka memahami tujuan bisnis yang harus mereka dukung?

3. Organisasi

-  Apakah ada pendekatan manajemen yang mendukung?

-  Apakah tugas dan tanggung jawab telah ditentukan dengan baik?

-  Apakah ada pekerjaan lintas-fungsional yang efektif?

4. Teknologi
- Apakah sistem telah mendukung bisnis sebagaimana yang diperlukan?

- Apakah mereka menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menjalankan organisasi?

1.11 Mendukung Perubahan Bisnis


- Implementasi perubahan bisnis perlu dukungan penuh Analis Bisnis:

- Manual prosedur dan petunjuk pengguna.

- Pelatihan staf bisnis penggunaan proses dan sistem IT yang baru.

- Menentukan peran kerja dan deskripsinya.

- Menyediakan dukungan berkelanjutan selama masa adaptasi dengan sistem baru.

1.12 Peran dan Penanggung Jawab Analisis Bisnis


Peran utama:

Konsultan internal yang bertanggung jawab menginvestigasi situasi bisnis, mengidentifikasi dan
mengevaluasi pilihan untuk peningkatan sistem bisnis, penentuan kebutuhan dan memastikan
penggunaan sistem informasi yang efektif dalam memenuhi kebutuhan bisnis.

Tanggung jawab:

- Menginvestigasi sistem bisnis.

- Mengevaluasi tindakan untuk meningkatkan operasi sistem bisnis.

- Mendokumentasi kebutuhan bisnis untuk dukungan sistem IT.

1.13 Prinsip Dasar Analisis


-  Akar masalah, bukan gejala

- Peningkatan bisnis, bukan perubahan IT

- Pilihan, bukan solusi

- Kebutuhan yang layak dan relevan, bukan semua Permintaan

- Keseluruhan siklus hidup perubahan bisnis, bukan definisi kebutuhan

- Negosiasi, bukan menghindari

- Kegesitan bisnis, bukan kesempurnaan bisnis.


1.14 Model BAM (Business Analysis Maturity Model)

1.15 Masa Depan Analisis Bisnis


- Analisis bisnis telah menjadi disiplin khusus (spesialis) yang memberi manfaat bagi organisasi.

- Analisis bisnis menawarkan peluang bagi organisasi untuk memastikan teknologi dimanfaatkan
secara efektif.

- Tantangannya bagi Analis Bisnis adalah memastikan mereka mengembangkan perangkat


keahlian teknis dan perilaku untuk mengatasi isu dan masalah yang dihadapi organisasi.

TOPIK 2

2.1 Pengantar Analisis Kelayakan dan Menyusun Rencana


Bisnis yang Unggul
Bagi kebanyakan wirausaha, mendapatkan ide untuk membuka suatu bisnis tidaklah sulit. Akan
tetapi, keberhasilan usaha membutuhkan lebih dari sekedar gagasan  bisnis yang bagus. Suatu ide
bisnis haruslah diikuti dengan melakukan analisis kelayakan untuk menetukan apakah ide
tersebut dapat diubah menjadi suatu usaha yang realistis dan berkelanjutan.

            Analisis kelayakan adalah proses menentukan apakah suatu ide bisnis yang baru dapat
bertahan menjadi sebuah usaha yang sukses. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah ide
bisnis tersebut layak diwujudkan atau tidak. Jika ide bisnis tersebut tergolong layak, maka
langkah berikutnya adalah menyusun rencana yang solid (unggul) untuk mengeksploitasinide
tersebut.
2.2 Pengertian Analisis Kelayakan dan Menyusun Rencana
Bisnis yang Unggul

Analisis kelayakan (feasibility analysis) adalah proses menentukan apakah suatu


ide bisnis yang baru dapat bertahan menjadi sebuah usaha yang sukses. Jika ide bisnis tersebut
tergolong layak, maka langkah berikutnya adalah menyusun rencana bisnis yang solid (unggul)
untuk mengeksploitasi ide tersebut.

2.3 Analisis Kelayakan Industri dan Pasar


Ketika mengevaluasi kelayakan suatu ide bisnis, langkah awal yang perlu dilakukan para
wirausaha adalah melakukan analisis dasar terhadap industry maupun segmen pasar sasarannya.
Fokus dari langkah awal ini adalah untuk menentukan seberapa menarik industry yang akan
dimasukinya dan mengidentifikasi berbagai potensi yang dapat dimasukinya secara
menguntungkan.

            Langkah pertama dalam menilai seberapa menarik suatu industry adalah dengan
mengidentifikasi industry tersebut dalam tingkat makro.

            Dengan mengidentifikasi hal-hal diatas, akan membantu para wirausahawan untuk
menetukan apakah masih terdapat potensi yang memadai dalam industry yang baru akan
dimasukinya tersebut.

            Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis daya tarik suatu industry adalah
model lima kekuatan yang dikembangkang oleh Michael Porter Harvard Business School.

            Lima kekuatan atau tekanan ini akan saling berinteraksi satu sama lain untuk menentukan
posisi dimana beberapa perusahaan bersaing dan karenanya menentukan daya tarik industry
tersebut. Lima kekuatan atau tekanan yang dimaskud adalah:

1. Persaingan antara perusahaan yang bersaing dalam industry yang sama.

2. Daya tawar pemasok industry.

3. Daya tawar pembeli.

4. Ancaman masuknya pemain baru kedalam industry yang sama.

5. Ancaman substitusi produk.

2.4 Persaingan Antar Perusahaan yang Bersaing Dalam


Industri yang Sama
Tekanan yang paling besar dari kelima tekanan tersebut dikebanyakan industry adalah
persaingan yang ada diantara perusahaan yang bersaing dalam sebuah pasar tetentu (industry
yang sama). Perusahaan –perusahaan akan saling berlomba untuk mendapatkan posisi tertentu
melalui keunggulan bersaingnya.

            Ketika suatu perusahaan menciptakan sebuah inovasi dan mengembangkan suatu strategi
yang unik, serta mempengaruhi tren pasar, maka perusahaan pesaingnya mau tidak mau harus
beradaptasi untuk menghindari risiko tersingkirnya (keluar) dari bisnisnya.

            Tekanan ini akan membuat pasar sebagai tempat yang dinamis dan penuh kompetitif.
Pada umumnya, suatu industry akan menjadi lebih menarik atau menantang apabila terdapat
kondisi-kondisi sebagai berikut:

1. Jumlah pesaing besar, atau sebaliknya sangat sedikit sekali.

2. Para pesaing memiliki ukuran dan kemampuan yang berbeda.

3. Industry bersangkutan tumbuh dengan sangat cepat.

4. Masiih terdapat peluang untuk menjual produk yang terdiferensias

2.5 Daya Tawar Pemasok Industri


Semakin besar daya tawar pemasok atas bahan baku penting dalam sebuah industry, maka akan
semakin rendah daya tarik industry tersebut.

Contoh : “memasok berbagai chip yang berfungsi sebagai “otak” computer dank arena chip
seperti Intel memiliki kekuasaan besar atas para produsen computer seperti Dell, Hewlett-
Packard, dan Gateway”.

            Pada intinya, sebuah industry akan dianggap menarik jika:

1. Terdapat banyak pemasok yang menjual suku cadang atau bahan baku penting ke berbagai
perusahaan yang ada didalam industry tersebut.

2. Tersedia suku cadang atau bahan baku penting substitusi (pengganti).

3. Biaya peralihan rendah, dimana perusahaan-perusahaan yang ada dalam industry tersebut
dapat dengan mudah berpindah dari suatu pemasok kepemasok lainnya dalam mendapatkan
bahan baku.

4. Suku cadang atau bahan baku yang ditawarkan oleh pemasok menyerap porsi biaya barang
jadi yang diperlukan.

2.6 Daya Tawar Pembeli


Sama halnya dengan para pemasok dalam suatu industry yang dapat menjadi sumber tekanan,
para pembeli juga memiliki potensi menggunakan daya atau kekuatan sehingga membuat suatu
industry menjadi kurang menarik. Jika jumlah konsumen sedikit dan biaya peralihan ke produk
pesaing rendah, maka pengaruhnya terhadap kelesuhan bisnis akan besar.

            Pada intinya, sebuah idnustri akan dianggap menarik jika:

1. Biaya peralihan para pelanggan industry tersebut ke produk pesaing atau produk subsitusi
relatife tinggi.

2. Jumlah pembeli dalam industry cukup besar.

3. Para pelanggan menginginkan berbagai produk diferensiasi, bukan membeli produk komoditas
yang bisa mereka dapatkan dari pemasok manapun.

4. Para pelanggan sulit mengumpulkan informasi mengenai biaya, harga, dan berbagai fitur
produk pemasok.

5. Suku cadang atau bahan baku yang dijual oleh perusahaan dalam industry tersebut merupakan
bagian yang relative besar dari total biaya barang jadi para pelanggan mereka.

 TOPIK 3

3.1 Diagram Analisis SWOT

Dari diagram Cartesius tersebut, dapat diketahui hasil analisis SWOT, sesuai dengan posisi dari
hasil perhitungannya, yaitu:
·         Sebelah kiri atas -> Startegi Rasionalisasi (Turne around).
·         Sebelah kanan atas -> Strategi Agresif (Growth).
·         Sebelah kiri bawah -> Strategi Defensif
·         Sebelah Kanan bawah -> Strategi Diversifikasi.

3.2 Pengertian Analisis SWOT


SWOT adalah singkatan dari strengths (kekuatan), weknesses (kelemahan), opportunities
(peluang), dan threats (ancaman), dimana SWOT ini sebagai suatu model dalam menganalisis
suatu organisasi yang berorientasi profit dan non profit dengan tujuan utama untuk mengetahui
keadaan organisasi tersebut secara lebih komprehensif. Maksud dari analisis SWOT yaitu:

 Strenght

Atribut dari orang atau perusahaan yang sangat membantu untuk mencapai tujuan

 Weaknesses

Atribut dari orang atau perusahaan yang berbahaya untuk mencapai tujuan

 Opportunities

Kondisi eksternal yang membantu untuk mencapai tujuan

 Threats

kondisi Eksternal yang dapat merusak tujuan

SWOT ini biasa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuat sebuah rencana
untuk melakukan sesuatu atau memutuskan sebuah strategi,sebagai contoh, program kerja
strategi. Analisis ini digunakan untuk:

1. Memasuki sebuah industri baru


2. Memutuskan meluncurkan produk baru
3. Menganalisis posisi perusahaan pada peta persaingan usaha dalam kurun waktu tertentu
4. Melihat sejauh mana kekuatan dan kelemahan perusahaan
5. Membuat keputusan ketika memecahkan masalah yang akan terjadi berkaitan dengan
ancaman dan peluang yang muncul

3.3 Ruang Lingkup dan Tujuan Analisis SWOT

Lingkungan organisasi pendidikan selalu berubah dari tahun ke tahun. Yang dimaksud dengan
lingkungan adalah alam fisik, tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia dengan kebudayaannya.
Di antara jenis lingkungan yang paling pesat berkembang adalah manusia dengan
kebudayaannya. Perkembangan jenis lingkungan inilah terutama yang memberi tantangan bagi
para manajer lembaga pendidikan dalam mengubah struktur organisasi. Perubahan lingkungan
pendidikan indonesia yang menonjol ialah :

1. Perubahan ilmu dan teknologi dunia, 

2. Perkembangan kehidupan dan cara hidup masyarakat, 

3. Penyempurnaan pelaksanaan pendidika

4. Peningkatan pendidikan afeksi untuk mengimbangi perkembangan kognisi dan, 

5. Pembinaan generasi penerus agar mampu meneruskan pembangunan. 

Para manajer pendidikan harus responsif terhadap perubahan-perubahan itu dan berusaha
menjawab tantangan-tantangan itu dengan cara mengubah atau menyesuaikan struktur
organisasinya, membentuk struktur baru yang cocok untuk peningkatan pendidikan yang lebih
tepat dengan tuntutan zaman.

Demikian tak terkecuali bagi pondok pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam
tertua di Indonesia juga mempunyai tanggung jawab terhadap perubahan dan rekayasa sosial.
Karena memiliki model pendidikan dan cara belajar santri, pesantren selayaknya menjadi
lembaga tafaqquh fiddin dalam arti luas bukan hanya dimaknai menjadi lembaga pendidikan
fiqih. Dalam kaitannya dengan respon keilmuan pesantren terhadap dinamika modernitas,
terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan. Dimana keduanya merupakan upaya kultural
keilmuan pesantren, sehingga keilmuan pesantren tetap menemukan relevansinya dengan
perkembangan kontemporer. Penentuan arah pengembangan suatu lembaga sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Lingkungan internal adalah suatu
kekuatan yang berada di luar lembaga dimana lembaga tidak mempunyai pengaruh sama sekali
terhadapnya sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan
mempengaruhi kinerja lembaga. 

Sedangkan lingkungan eksternal adalah lebih pada analisa intern lembaga dalam rangka menilai
atau mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-tiap unit kerja.Ada dua faktor yang
membuat analisa lingkungan menjadi suatu analisa penting dalam pengembangan sebuah
lembaga terutama lembaga pendidikan. Yang pertama organisasi atau lembaga tidak berdiri
sendiri tetapi berinteraksi dengan bagian-bagian dari lingkungannya dan lingkungan itu sendiri
selalu berubah setiap saat dan yang kedua pengaruh lingkungan yang sangat rumit dan komplek
dapat mempengaruhi kinerja banyak bagian yang berbeda dari sebuah lembaga.

Dalam melakukan analisa eksternal, perusahaan menggali dan mengidentifikasikan semua


opportunity (peluang) yang berkembang dan menjadi trend pada saat itu serta treath (ancaman)
dari para pesaing. Sedangkan analisa internal lebih menfokuskan pada identifikasi strength
(kekuatan) dan weakness (kelemahan) dari perusahaan. Telaah lingkungan internal (PLI) adalah
mencermati (scanning) kekuatan dan kelemahan di lingkungan internal organisasi sendiri yang
dapat dikelola manajemen meliputi antara lain: 

a. Struktur organisasi termasuk susunan dan penempatan personelnya.

b. Sistem organisasi dalam mencapai efektifitas organisasi termasuk efektivitas komunikasi


internal.
c. Sumber daya manusia, Sumber daya alam, tenaga terampil dalam tingkat pemberdayaan
sumber daya, termasuk komposisi dan kualitas sumber daya manusianya.

d. Biaya operasional berikut sumber dananya.

e. Faktor-faktor lain yang menggambarkan dukungan terhadap proses kinerja/misi organisasi


yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal organisasi
seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini.

Telaah Lingkungan Eksternal (PLE) adalah mencermati (scanning) peluang dan tantangan yang
ada di lingkungan eksternal organisasi sendiri (yang tidak dapat dikelola manajemen) yang
meliputi berbagai faktor yang dapat dikelompokkan dalam bidang/aspek.

a. Task Environment, secara langsung berinteraksi dan mempengaruhi organisasi seperti: Klien,
Konsumen, Stakeholder, pesan Pelanggan.

b. Societal Envirnment, pada umumnya terdiri dari beberapa elemen penting seperti Ekonomi,
Teknologi, Sosial Budaya, Politik.

1. Economic Environment, merupakan suatu kerawanan bagi kebanyakan organisasi, dan


analisisnya paling sulit dilakukan, karena menyangkut ekonomi tingkat nasional. Misalnya,
masalah keuangan negara, tingkat inflasi, suku bunga, dan sebagainya.

2. Technological Environment, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan
economic environment. Kemajuan teknologi yang dapat sangat pesat pada saat ini menuntut
organisasi untuk selalu mengikuti perubahan teknologi ini agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien.

3. Social Environment, menjadi yang paling penting dalam kehidupan organisasi karena
menyangkut perilaku sosial dan nilai-nilai budaya (social attitude and values).
Transparasi/keterbukaan merupakan suatu tuntutan baru, terutama terhadap pemerintahan,
sementara kritik masyarakat harus diperhatikan, dan adanya tuntutan akan peningkatan ”quality
of life”yang semakin gencar.

4. Political Environment, merupakan kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan


bidang kegiatan organisasi, misalnya kebijakan perpajakan moneter, perizinan, yang mempunyai
dampak jangka panjang pada efektivitas organisasi. Hal ini akan terasa pada organisasi yang
bidang kegiatannya telah diatur oleh pemerintah (termasuk administrasi dan organisasi publik
sebagai aparat pemerintah), karena organissasi organisasi ini akan tergantung pada kehidupan
politik pemerintah. Dari analisa lingkungan internal dan eksternal inilah akan menghasilkan isu-
isu strategik dalam suatu organisasi atau lembaga.

3.4 Faktor Eksternal dan Internal dalam Perspektif SWOT


a) Faktor Eksternal

Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya Opportunities and Threats (O and T). Dimana
faktor ini menyangkut dengan kondisi-kondisi yang terjadi diluar perusahaan yang
mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan
industri (industry environment) dan lingkungan bisnis makro (macro environment), ekonomi,
politik, hukum, tekonologi, kependudukan, dan sosial budaya.

b) Faktor Internal

Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya Strengths and Weaknesses (S and W). Dimana
faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan, yang mana ini turut
mempengaruhi terbentuknya pembuatan keputusan (decision making) perusahaan. Faktor
Internal ini mencakup meliputi semua macam manajemen fungsional: pemasaran, keuangan,
operasi, sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen, dan
budaya perusahaan (corporate culture).

3.5 Faktor Lingkungan dalam Analisis SWOT


Walaupun terdapat beberapa metode penentuan faktor SWOT, secara umum
terdapat keseragaman bahwa penentuan tersebut akan tergantung dari faktor lingkungan
yang berada di luar institusi. Faktor lingkungan eksternal mendapatkan prioritas lebih
dalam penentuan strategi karena pada umumnya faktor-faktor ini berada di luar kendali institusi
(exogen) sementara faktor internal merupakan faktor-faktor yang lebih bisa dikendalikan.

Faktor-faktor yang menjadi kekuatan-kelemahan peluang dan ancaman :

- Kekuatan dan Kelemahan. Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang
bisa digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan. Suatu kekuatan / strenghth (distinctive
competence) hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu institusi apabila kekuatan
tersebut terkait dengan lingkungan sekitarnya, misalnya apakah kekuatan itu dibutuhkan
atau bisa mempengaruhi lingkungan di sekitarnya. Jika pada instutusi lain juga terdapat kekuatan
yang dan institusi tersebut memiliki core competence yang sama, maka kekuatan harus diukur
dari bagaimana kekuatan relatif suatu institusi dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus dipaksa
untuk dikembangkan karena adakalanya kekuatan itu tidak terlalu penting jika dilihat dari
lingkungan yang lebih luas. Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatan adalah kelemahan.
Sehingga sama dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk
diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidak berpengaruh pada lingkungan sekitar.

- Peluang dan Ancaman. Peluang adalah faktor yang di dapatkan denganmembandingkan analisa
internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth danweakness) dengan analisa internal dari
kompetitor lain. Sebagaimana kekuatanpeluang juga harus diranking berdasarkan success
probbility, sehingga tidak semua peluang harus dicapai dalam target dan strategi institusi.
Peluang dapatdikatagorikan dalam tiga tingkatan :

a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluangpencapaiannya juga kecil.

b. Moderate : jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namunpeluang pencapaian kecil
atau sebaliknya.

c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluangtercapaianya besar.

- Ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend perkembangan (persaingan) dan tidak
bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat dari tingkat keparahan pengaruhnya (serousness) dan
kemungkinan terjadinya (probability of occurance). Sehingga dapat dikatagorikan :

a. Ancaman utama (major threats), adalah ancaman yang kemungkinanterjadinya tinggi dan
dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini,diperlukan beberapa contingency planning yang
harus dilakukan institusiuntuk mengantisipasi.

b. Ancaman tidak utama (minor threats), adalah ancaman yang dampaknyakecil dan
kemungkinan terjadinya kecil.

c. Ancaman moderate, berupa kombinasi tingkat keparahan yang tingginamun kemungkinan


terjadinya rendah dan sebaliknya.

Sehingga dari kacamata analisa lingkungan eksternal dapat dijelaskan bahwa :

a. Suatu institusi dikatakan memiliki keunggulan jika memiliki majoropportunity yang besar dan
major threats yang kecil.

b. Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity danthreats pada saat yang
sama.

c. Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan threat.

d. Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan highthreats.

Tujuan penetapan visi antara lain adalah :

1. Mencerminkan apa yang akan dicapai

2. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas

3. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategik


4. Memiliki orientasi terhadap masa depan.

Meskipun sifatnya adalah impian, visi harus memenuhi kriteria di antaranya adalah :

a) Dapat dibayangkan oleh seluruh anggota organisasi

b) Mengandung nilai yang diinginkan oleh anggota organisasi

c) Memungkinkan untuk dicapai

d) Terfokus pada efisiensi, efektivitas dan ekonomis

e) Berwawasan jangka panjang tetapi tidak mengabaikan perkembangan zaman

f) Dapat dikomunikasikan dan dimengerti oleh seluruh anggota organisasi.

Dari visi akan dituangkan cara yang digunakan institusi dalam mencapai visi. Secara konseptual
cara tersebut akan tertuang dalam misi dan secara aplikatif akan terlihat dalam strategi.

3.6 Contoh Kasus Analisis Swot dalam Prespektif


Manajemen Pengambilan Keputusan
Analisis SWOT ini merupakan sebuah “penyelidikan” tentang situasi dan kondisi dalam suatu
lingkungan. Contohnya adalah:

“Ada sebuah organisasi yang akan membuat program kerja, untuk itu mereka harus tahu tentang
kondisi organisasi mereka dan lingkungan dimana organisasi itu berada. Untuk itu mereka
melakukan analisis SWOT,

1. Pertama S, yaitu dengan mengetahui kekuatan organisasi. Kekuatan bisa diartikan sebagai
kondisi yang menguntungkan untuk organisasi tersebut. Misalnya, pengurus yang setia terhadap
organisasi, atau kas organisasi yang banyak, dll.

2. Kedua W, yaitu dengan mengetahui kelemahan organisasi. Kelemahan bisa diartikan sebagai
suatu kondisi yang merugikan untuk organisasi tersebut. Misalnya, kondisi anggota yang tidak
aktif, dana yang tak ada, dll.

3. Ketiga O, yaitu dengan mengetahui kesempatan organisasi. Dalam hal ini bisa diartikan
sebagai suatu hal yang bisa menguntungkan jika dilakukan namun jika tidak diambil bisa
merugikan, atau sebaliknya. Misalnya, sumber dana ada bila diminta.

4. Keempat T, yaitu dengan mengetahui ancaman organisasi. Ancaman bisa diartikan sebagai
suatu hal yang akan menghambat atau mengancam selama perjalanan kepengurusan. Misalnya,
banyak pengurus dan anggota yang tidak aktif.

Setelah dilakukan analisis SWOT maka jadi mengetahui kondisi nyata apa yang terjadi di
lingkungan internal dan external organisas, maka dapat mulai membuat rencana program kerja
yang sesuai dengan kondisi yang dibutuhkan dan mampu untuk dilaksanakan oleh pengurus
tersebut.”

Ketika anda membuat analisis SWOT ketika memasuki sebuah industri,harus diingat bahwa
dalam sebuah industri ada dua faktor penting yang harus anda pertimbangkan,yaitu:

1. Faktor internal perusahaan,yaitu:

a. Pemasok (supplier),dan

b. Konsumen (pasarnya).

2. Faktor eksternal perusahaan,yaitu:

a. Masuknya produk pesaing baru sebagai ancaman bisnis anda,

b. Munculnya produk pengganti (substitutive product) yang bisa menggantikan prouk anda

TOPIK 4

4.1. Pendekatan Model Proses Bisnis


Pendekatan Model Proses analisis bisnis

PENGANTAR

Ada banyak alat dan teknik yang tersedia untuk digunakan analis bisnis, tetapi karena sifat kerja
analisis bisnis, kerangka ikhtisar berguna untuk menempatkannya dalam konteks dan membantu
Anda menentukan teknik yang paling tepat untuk setiap situasi individu. Dalam bab ini saya
menetapkan model proses analisis bisnis sebagai kerangka kerja di mana teknik pemodelan
standar dan template organisasi dapat digunakan. Pendekatan ini juga memasukkan prinsip-
prinsip teknik persyaratan untuk menyoroti praktik terbaik saat menentukan persyaratan sistem.

PENDEKATAN UNTUK PENYELESAIAN MASALAH

Salah satu persyaratan manajer bisnis adalah bahwa analis bisnis memeriksa seluruh area bisnis
dan mengambil pendekatan yang bijaksana atau bahkan kreatif untuk mengembangkan ide untuk
solusi. Pemecahan masalah secara kreatif sangat penting dalam dunia bisnis saat ini karena,
semakin banyak organisasi yang perlu mengembangkan ide-ide inovatif untuk menanggapi
perubahan dalam lingkungan bisnis, termasuk tindakan dari pesaing. Namun, banyak orang
merasa ini sulit; seringkali karena mereka merasa tertekan untuk menghasilkan ide dengan sangat
cepat. Dalam konteks ini, model pemecahan masalah kreatif Isaksen dan Treffinger (1985), yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1, memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami
masalah dan mengembangkan solusi kreatif, terutama karena model tersebut menekankan
kebutuhan untuk menyelidiki dan menganalisis

Model ini mengusulkan pendekatan yang dapat diterapkan secara berguna untuk analisis bisnis.
Pada bagian ini saya menjelaskan implikasi dan saran yang dimiliki model tersebut bagi
mahasiswa sekalian sebagai analis bisnis. Tahap pertama, menemukan masalah, adalah di mana
kita sering memulai saat melakukan penyelidikan masalah. Dalam analisis bisnis tahap ini
berkaitan dengan mencari tahu tentang kompleksitas situasi masalah. Banyak masalah yang tidak
didefinisikan dengan baik, dan cenderung setiap situasi masalah kompleks dan berisi berbagai
masalah dan perhatian. Dengan kata lain, kemungkinan akan ada 'kekacauan', dan situasi yang
berbeda akan memiliki komponen yang berbeda untuk kekacauan itu. Mengidentifikasi ini
sebagai titik awal dalam model ini membantu untuk menekankan bahwa perlu mendapatkan
pemahaman tentang situasi lengkap sebelum menyelami opsi dan solusi. Pendekatan rich picture,
, sangat berguna untuk membantu mendokumentasikan dan menganalisis 'kekacauan' dalam
situasi bisnis yang bermasalah. Peta pikiran, yang juga dijelaskan dalam bab juga bermanfaat.

Gambar 4.1. Model Pemecahan masalah

Penemuan data, tahap kedua model, berkaitan dengan menganalisis pendapat, perhatian,
pengetahuan dan ide-ide yang ditemukan pada tahap sebelumnya, untuk mengidentifikasi di
mana informasi ini dapat dikuantifikasi dan data pendukung diperoleh. Seringkali berguna untuk
memeriksa gambaran yang kaya atau peta pikiran untuk memperjelas pemikiran tentang situasi
tersebut. Sangat penting untuk mempertimbangkan informasi mana yang faktual dan mana yang
didasarkan pada opini. Hal ini dapat membantu mengarahkan kita pada aspek-aspek yang dapat,
dan harus, diverifikasi; ini juga menekankan perlunya memisahkan opini dari fakta. Bab
Selanjutnya menjelaskan beberapa teknik yang akan membantu Anda memperoleh data
kuantitatif, seperti kuesioner dan pengambilan sampel aktivitas.

Penemuan masalah-- kemudian menggunakan pekerjaan dari dua tahap sebelumnya untuk
membantu mengungkap inti masalah. kita sekarang tahu kompleksitas situasi yang kita hadapi
dan telah mampu mengukur beberapa elemen, sambil menghargai bahwa elemen lain adalah
pandangan atau pendapat pribadi. Kita mungkin telah diberikan pernyataan masalah di awal,
tetapi pada poin ini, setelah melakukan dua tahap sebelumnya, penting untuk meninjau kembali
ini untuk benar-benar memahami di mana letak masalahnya. Menemukan masalah yang tepat
untuk dipecahkan merupakan bagian penting dari analisis bisnis, karena analis sering kali
menunjuk pada gejala dan mereka harus menggali lebih dalam untuk menemukan di mana letak
masalah sebenarnya.

Tiga tahap pertama ini berkaitan dengan pemahaman masalah, dan memberikan struktur untuk
melakukannya. Dua tahap berikutnya fokus pada pengembangan solusi.

Pertama adalah penemuan ide, di mana para analis bisnis mencoba menghasilkan berbagai
macam ide. Analis sering menggunakan pendekatan curah pendapat untuk mengungkap ide,
tetapi ini bisa jadi sulit karena memerlukan kelompok untuk menghasilkan ide yang 'brilian'.
Kadang-kadang ini berhasil, tetapi seringkali pendekatan yang berbeda perlu digunakan bersama
dengan curah pendapat untuk merangsang ide, jadi selama tahap ini mungkin berguna untuk
menggunakan beberapa teknik berpikir kreatif. Dua contoh teknik yang bisa memberikan
rangsangan untuk ide-ide kreatif adalah pembalikan asumsi, di mana asumsi tentang suatu situasi
dicantumkan dan dibalik, dan kata-kata atau gambar acak, di mana kata-kata atau gambar yang
tidak berhubungan digunakan untuk menghasilkan ide-ide yang berbeda tentang suatu situasi.
Informasi lebih lanjut tentang teknik ini dapat ditemukan dalam teks berpikir kreatif yang
disebutkan di bagian 'Bacaan lebih lanjut' pada bab ini.

Setelah beberapa ide telah diidentifikasi, mereka dapat dievaluasi. kemudian dapat fokus pada
ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk masalah tersebut. Ini adalah tahap pencarian solusi,
dan penting bahwa tahap ini muncul sangat terlambat dalam model. Analis bisnis sering kali
diharapkan untuk memberikan solusi dengan cepat, namun di sini kita dapat melihat bahwa
penting untuk menahan tekanan untuk melakukannya pada tahap yang terlalu dini; ada aspek lain
yang perlu diperhatikan terlebih dahulu. Juga, Isaksen dan Treffinger (1985) menekankan
pentingnya mengidentifikasi kriteria untuk membantu mengevaluasi solusi, dan ini tidak akan
mungkin tanpa pekerjaan sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk menyelesaikan tahap-tahap
awal, karena tahap-tahap itu akan membantu kita mengembangkan solusi yang lebih baik dan
lebih tepat yang akan lebih bermanfaat bagi situasi bisnis.

Tahap terakhir dalam model ini adalah penemuan penerimaan, yang berkaitan dengan
pengelolaan implementasi solusi, sebuah aspek yang sangat penting untuk keberhasilan setiap
proyek perubahan tetapi seringkali penuh dengan kesulitan.

 4.2. Model Proses Analisis Bisnis


sebelumnya kita ketahui bahwa analisis bisnis merupakan  seperangkat tugas dan teknik yang
digunakan sebagai penghubung antara para pemangku kepentingan untuk memahami struktur,
kebijakan, dan operasi dari suatu organisasi, serta merekomendasikan solusi yang
memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuannya. 

Model Proses

Salah satu aspek yang membuat analisis bisnis bekerja sangat menarik adalah jangkauan dan
sifat tugas analisis bisnis. Sistem bisnis yang sedang dipertimbangkan bisa sangat bervariasi, dan
untuk tugas tertentu analis bisnis mungkin perlu menerapkan beberapa teknik dan menganalisis
sejumlah pandangan yang berbeda. Kadang-kadang tugas untuk menyelidiki bagian bermasalah
dari organisasi dan menghasilkan rekomendasi garis besar untuk jalan ke depan. tugas lain
mungkin memerlukan analisis bisnis untuk menganalisis dan mendokumentasikan persyaratan
sistem tertentu. Jadi tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan model proses adalah
menawarkan sesuatu yang cukup fleksibel sambil memberikan kerangka kerja yang akan
membantu orang untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Model proses ini, yang ditunjukkan
dimaksudkan untuk memberikan bantuan.

Model proses menetapkan tahapan kunci untuk tugas analisis bisnis, dengan setiap tahap
mewakili area yang perlu dipertimbangkan. Namun, perlu dicatat bahwa meskipun beberapa
tugas mungkin memerlukan eksplorasi terperinci dari semua tahapan, tugas lain mungkin
berfokus pada subset model, mungkin hanya satu tahap.

Salah satu aspek terpenting dari tugas analisis bisnis adalah memutuskan apa fokusnya dan area
mana yang perlu diselidiki. Misalnya, pada beberapa tugas. fokusnya mungkin untuk
mengeksplorasi kemungkinan perbaikan bagaimana bagian dari organisasi bekerja. Dalam hal ini
kita mungkin mulai dengan memeriksa semua praktik kerja saat ini, termasuk peran kepegawaian
dan pekerjaan, dan pekerjaan mungkin fokus pada analisis dan evaluasi opsi untuk sistem bisnis
masa depan.

fokus pada kebutuhan sistem IT. Dalam hal ini, meskipun memahami situasi dan semua
perspektif pemangku kepentingan (stakeholder) akan menjadi penting, potensi penggunaan IT
untuk meningkatkan sistem bisnis akan mendominasi analisis. Bagian selanjutnya dari bab ini
menjelaskan tahapan model proses ini

4.3. Investigasi Situasi


Investigasi  situasi

Tahap ini berkaitan dengan mengungkap masalah. Istilah referensi untuk proyek, atau mungkin
dokumen permulaan proyek yang lebih rinci, diperlukan untuk menetapkan konteks di mana
pekerjaan analisis bisnis akan berlangsung. Area kunci bagi analis adalah untuk memperjelas
tujuan studi dan menyesuaikan pendekatan yang sesuai - seringkali merupakan tugas yang
membutuhkan banyak keterampilan.

Selama periode awal pekerjaan analisis bisnis, analis mungkin disajikan dengan pernyataan
'masalah'; penting untuk menyelidiki lebih lanjut untuk menentukan dengan tepat di mana letak
masalahnya, dan tidak mengacaukan gejala masalah dengan masalah yang sebenarnya. Penting
juga bahwa analis tidak membuat asumsi yang salah atau menerima semua informasi yang
diberikan tanpa pertanyaan. Seperti yang ditunjukkan di bagian atas model, analisis bisnis juga
membutuhkan apresiasi konteks bisnis, khususnya tujuan dan strategi bisnis secara keseluruhan
untuk organisasi atau unit bisnis. Penting bahwa ini harus tersedia selama tahap investigasi
sehingga analis dapat memahami konteks bisnis untuk pekerjaan yang diminta untuk mereka
lakukan. Setelah analis mulai memahami situasinya, beberapa bentuk deskripsi akan diperlukan:
pertama agar ada catatan hasil investigasi sejauh ini, dan kedua untuk membantu anggota tim
yang lain memahami situasinya.

Teknik investigasi

Ada banyak pendekatan investigasi yang dapat digunakan analis bisnis, dan ini dieksplorasi
secara rinci. Penting bagi kita untuk mempertimbangkan berbagai pendekatan investigasi yang
mungkin dan memilih yang paling sesuai dengan pekerjaan yang ada.

Tingkat detail yang diperlukan selama tahap ini dapat sangat bervariasi tergantung pada fokus
pekerjaan analisis bisnis. Jika analis mencoba untuk mendapatkan keseluruhan apresiasi bidang
bisnis, misalnya untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan utama dan memperoleh
pemahaman tentang pandangan dan pendapat mereka untuk menghargai sifat pekerjaan dan
jangkauan orang dan keterampilan, maka seringkali teknik yang digunakan adalah yang
memberikan perspektif keseluruhan dan pandangan umum: wawancara, observasi dan lokakarya
akan sangat berguna. Namun, jika pekerjaan berkaitan dengan perolehan informasi yang lebih
detail seperti persyaratan data atau aliran proses bisnis, maka teknik pencarian fakta yang paling
tepat adalah teknik yang berfokus pada detail, seperti analisis skenario atau pembuatan prototipe.
Banyak informasi yang diperoleh di sini mungkin subjektif dan mungkin memerlukan analisis
yang lebih rinci; dalam hal ini, teknik seperti pencarian catatan atau kuesioner mungkin sangat
berguna untuk mengukur beberapa informasi yang dikemukakan.

4.4. Pertimbangan Perspektif


Pertimbangan Perspektif

Tahap ini berkaitan dengan analisis pemangku kepentingan dan perspektif mereka tentang
situasi. Banyak pemangku kepentingan memegang pandangan yang sangat kuat tentang mengapa
ada masalah, apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki situasi dan di mana fokus sistem
bisnis harus berada. Jika beberapa masalah muncul dari perbedaan dalam pandangan pemangku
kepentingan, maka hal itu penting untuk dieksplorasi dan, jika memungkinkan, dipertimbangkan
saat membuat rekomendasi untuk langkah ke depan.
Identifikasi dan analisis pemangku kepentingan

Setiap situasi bisnis akan memengaruhi berbagai individu dan organisasi. Di antara kelompok ini
akan ada orang atau kelompok dengan tingkat kepentingan dan kekuasaan yang berbeda-beda.
Beberapa pemangku kepentingan mungkin secara langsung terpengaruh oleh rekomendasi apa
pun dan mungkin memiliki pandangan yang kuat tentang bagaimana sistem dan praktik kerja
harus diubah. Orang lain mungkin terpengaruh  secara tidak langsung, dan, pendapat,. Berbagai
kemungkinan pemangku kepentingan dan mekanisme untuk analisis dan pengelolaan pemangku
kepentingan.

Perspektif pemangku kepentingan

Pemangku kepentingan sering memiliki pandangan berbeda tentang apa yang penting tentang
sistem bisnis dan perbaikan yang diperlukan. Pandangan ini seringkali kontradiktif dan dapat
menyebabkan agenda tersembunyi, konflik dan prioritas yang tidak konsisten. Sebagai analis
bisnis, penting bagi kita untuk menyadari potensi konflik tersebut dan waspada terhadap situasi
di mana hal ini dapat muncul. Kita sering dapat mendeteksi dari mana asalnya dengan
mempertimbangkan kumpulan nilai dan keyakinan yang dipegang oleh pemangku kepentingan
yang berbeda. Misalnya, kita mungkin merefleksikan apa yang dianggap oleh pemangku
kepentingan individu sebagai fokus utama sistem bisnis dan, secara kritis, mengapa ini terjadi.
Memahami nilai dan keyakinan ini memungkinkan analis untuk mendekati isu dan masalah dari
posisi yang terinformasi dan, karenanya, memiliki kesempatan yang lebih baik untuk
menyelesaikan situasi. Bab ini membahas pentingnya menganalisis pemangku kepentingan dan
perspektif mereka, dan menjelaskan bagaimana hal ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan pandangan dunia dari setiap pemangku kepentingan. Ini dapat diperluas
dengan menggunakan pendekatan CATWOE (pelanggan, aktor, transformasi, Weltanschauung,
pemilik, lingkungan), yang awalnya dikembangkan oleh Checkland (1981),.

Pemodelan aktivitas bisnis

Perspektif pemangku kepentingan dapat dianalisis lebih lanjut dengan mempertimbangkan


kegiatan bisnis yang diperlukan untuk memenuhi perspektif tertentu. Pendekatan ini, yang
dikembangkan dari karya Checkland (1981) dan diperluas oleh Wilson (1992), memungkinkan
analis untuk membangun model konseptual dari sistem bisnis yang dibayangkan oleh pemangku
kepentingan tertentu. Misalnya, jika seorang manajer percaya bahwa organisasi pelatihan harus
fokus pada kualitas, akan ada penekanan pada aktivitas seperti:

1.pengembangan staf yang sangat terampil;

2. pengenalan proses yang berfokus pada pelanggan; pemantauan tingkat kepuasan pelanggan.

Pandangan alternatif bisa jadi bahwa fokusnya harus pada pelatihan 'tanpa embel-embel'. Dalam
sistem ini penekanannya adalah pada kegiatan-kegiatan berikut:

1.      menjaga biaya tetap rendah;

2.      memantau jumlah peserta di acara.

Pendekatan ini memungkinkan analis bisnis untuk mempertimbangkan di mana letak prioritasnya
dan apa fokus dari sistem bisnis yang baru dan lebih baik yang seharusnya. Pandangan satu
pemangku kepentingan mungkin lebih diutamakan daripada yang lain, atau beberapa model
dapat disintesis untuk memberikan model aktivitas bisnis yang disepakati.

4.5. Analisis Kebutuhan dan Kesimpulan


ANALISIS KEBUTUHAN

Fokus dari tahapan ini adalah untuk mengidentifikasi dimana perbaikan dapat dilakukan pada
sistem bisnis.. Metode ini kontras dengan pendekatan tradisional yang lebih sistematis untuk
peningkatan bisnis atau sistem, di mana fitur-fitur baru ditambahkan ke serangkaian prosedur
atau sistem TI yang sudah ada. Dengan analisis kesenjangan, penekanannya adalah pada
pemahaman di mana kita ingin berada dan, dengan melihat di mana kita sekarang,
mengidentifikasi apa yang perlu diubah untuk membawa kita ke sana.

DEFINISI PERSYARATAN

Tahap ini berkaitan dengan mengumpulkan dan mendokumentasikan persyaratan rinci untuk
perubahan sistem bisnis. Perubahan ini mungkin pada salah satu (atau semua) dari empat aspek
sistem bisnis yang dijelaskan dalam Bab 1: proses bisnis, sistem pendukung IT, orang yang
melaksanakan pekerjaan atau struktur organisasi. Jika ada perubahan pada proses bisnis, teknik
pemodelan yang dijelaskan  harus digunakan untuk menentukan bagaimana proses baru
seharusnya terlihat. Jika rekomendasinya mencakup pelaksanaan proses yang didesain ulang,
kemungkinan besar diperlukan perubahan pada struktur organisasi dan peran pekerjaan,
ditambah pengembangan keterampilan staf. Terkadang perbaikan sistem bisnis dapat dilakukan
begitu saja

perubahan seperti definisi pekerjaan yang lebih baik atau pelatihan tambahan untuk staf. Namun,
perubahan yang lebih luas biasanya diperlukan, misalnya pada proses bisnis, dan kemungkinan
besar ini akan memerlukan peningkatan pada sistem IT yang ada atau bahkan pengenalan sistem
IT baru. Analis bisnis memiliki tanggung jawab untuk mendefinisikan persyaratan secara
komprehensif dan akurat, karena dokumentasi mereka akan menjadi dasar pengembangan sistem.
Jika persyaratan tidak didokumentasikan dengan jelas, maka hal ini kemungkinan besar akan
menimbulkan masalah tidak hanya selama pengembangan sistem tetapi juga setelah diterapkan.
Oleh karena itu, sangat penting bahwa persyaratan dapat dikaitkan langsung dengan kebutuhan
bisnis dan karenanya akan mendukung tujuan bisnis.

Keseimpulan

Ada banyak alat dan teknik yang tersedia untuk digunakan analis bisnis, tetapi karena sifat kerja
analisis bisnis, kerangka ikhtisar berguna untuk menempatkannya dalam konteks dan membantu
Anda menentukan teknik yang paling tepat untuk setiap situasi individu. Dalam bab ini saya
menetapkan model proses analisis bisnis sebagai kerangka kerja di mana teknik pemodelan
standar dan template organisasi dapat digunakan. Pendekatan ini juga memasukkan prinsip-
prinsip teknik persyaratan untuk menyoroti praktik terbaik saat menentukan persyaratan sistem.

Anda mungkin juga menyukai