Anda di halaman 1dari 16

Strategi Sistem Informasi

PT. Lawless Indonesia

Ibnu Fajar Setiawan


065002000006

Dosen Pembimbing
Dr. Laser Narindro S.T.M.Si

Teknik Informatika dan Sistem Informasi


Fakultas Teknologi Industri
Universitas Trisakti
Jakarta
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang di mana telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul “Audit Sistem Informasi Data SOP Crew Glek di PT. Waralaba Anak Bangsa”.
Dengan karya ilmiah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui informasi dan mengerti
tentang materi Audit Sistem Informasi yang penulis rintis yang merupakan sebuah metode
analisis dan identifikasi kekuatan maupun kelemahan yang membentuk pola bisnis dan
kinerja dari perusahaan yang sehat untuk kedepannya melewati metode Audit Sistem
Informasi perusahaan. Metode ini juga biasa digunakan untuk mengidentifikasi bukti-bukti
untuk membuktikan dan menentukan apakah sistem aplikasi komputerisasi yang digunakan
telah menetapkan dan menerapkan sistem pengendalian intern yang memadai, apakah aset
organisasi sudah dilindungi dengan baik dan tidak disalah gunakan.
Harapan penulis dari dibuatnya karya ilmiah ini, dapat memberikan informasi kepada semua
orang tentang hasil Audit yang telah saya lakukan. Audit Sistem Informasi dapat diterapkan
dalam berbagai aspek, pada kali ini contohnya merupakan salah satu cara untuk mempelajari
bagaimana Audit Sistem Informasi biasa dilakukan, didalam perusahaan, baik itu Auditor
Internal maupun Eksternal. Karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca hingga penulis dapat membangun karya ilmiah yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.
Akhir kata terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam penyusunan ini
sampai terselesainya karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT selalu senantiasa meridhoi usaha
kita semua.

Jakarta, Tanggal Bulan Tahun

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi informasi dan sistem informasi memiliki peranan penting pada era industri 4.0
ini. Bahkan era industri itu sendiri sudah hampir mendekati era industri 5.0 dimana
pemanfaatan dari teknologi informasi dan sistem informasi sendiri hampir mencapai pada
masa puncak kejayaannya. Hal ini perlu didukung oleh pihak industri dalam pembuatan
rancangan strategi bisnis yang wajib dan harus diikuti serta dibuat lebih modern mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Karena jika strategi bisnisnya masih menggunakan strategi
bisnis era industri lama, berkemungkinan besar industri tersebut tidak akan bertahan lama
ataupun akan cepat tersingkir dan tergantikan oleh industri-industri baru yang lebih modern.
Strategi bisnis merupakan sebuah rancangan perencanaan perusahaan dalam mengambil
kebijakan dan pedoman yang memiliki komitmen dan tindakan yang terintegrasi serta
dirancang untuk membangun keunggulan dalam persaingan bisnis untuk memenuhi dan
mencapai tujuan bisnis. Strategi bisnis biasanya digunakan untuk meningkatkan kapabilitas
perusahaan serta meningkatkan nilai profit(keuntungan) perusahaan agar mencapai target dan
mencapai tujuan perusahaan tersebut. Strategi bisnis diperlukan karena itu akan membentuk
sebuah pola dari bisnis yang dijalankan. Selain itu Strategi bisnis juga akan meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan. Oleh sebab itu diperlukan strategi bisnis yang baik
mengikuti perkembangan zaman yang ada demi memenuhi tujuan bisnis yang efektif dan
efisien.
SWOT merupakan sebuah metode analisis perencanaan strategis yang digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi lingkungan perusahaan baik lingkungan eksternal dan internal
untuk suatu tujuan bisnis tertentu. SWOT sendiri merupakan kepanjangan dari
Strength,Weakness, Opportunities, dan Threats. Strength sendiri berarti kekuatan dari sebuah
bisnis tersebut seperti apakah kelebihan dan kekuatan utama bisnis tersebut yang dapat
ditonjolkan dalam pengenalan perusahaan secara publik. Weakness sendiri berarti kelemahan
dari sebuah bisnis tersebut yang dapat dijadikan sebagai salah satu hal yang kedepannya
dapat diperbaiki. Opportunities merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan oleh bisnis
tersebut untuk meningkatkan kapabilitas serta meningkatkan profit perusahaan tersebut.
Threats merupakan ancaman dari bisnis tersebut yang kedepannya dapat diantisipasi dan juga
menciptakan peluang dari kelemahan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Setelah membuat latar belakang laporan, maka bisa didapatkan Rumusan Masalah sebagai
berikut:
1. Apa saja Analisa yang dibutuhkan untuk membuat strategi bisnis dalam merumuskan
strategi sistem informasi dan teknologi informasi yang baik dan benar?
2. Apa saja strategi bisnis yang dapat digunakan dalam membuat, menyusun serta
merumuskan dokumen strategi sistem informasi yang baik?
3. Apa sajakah masalah yang dihadapi pada suatu usaha dalam menyusun dan merumuskan
dokumen strategi sistem informasi?
4. Mengapa diperlukannya perencanaan strategi sistem informasi dalam melakukan strategi
bisnis pada sebuah usaha
5. Bagaimanakah cara menganalisa strategi bisnis yang baik pada sebuah usaha?
6. Bagaimanakah cara membuat struktur penulisan dokumen strategi sistem informasi dan
teknologi informasi yang baik dan benar?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui analisa yang dibutuhkan untuk menyusun strategi bisnis yang tepat dalam
merumuskan dokumen strategi sistem informasi.
2. Mengetahui startegi bisnis apa saja yang dapat digunakan berdasarkan dari hasil analisa
usaha yang dimiliki.
3. Mengetahui masalah yang dihadapi sebuah usaha dalam membuat sebuah rumusan serta
dokumen strategi sistem informasi
4. Mengetahui alasan diperlukannya perencanaan strategi sistem informasi dalam melakukan
strategi bisnis dalam sebuah usaha.
5. Mengetahui analisa yang baik dalam menganalisa strategi bisnis pada sebuah usaha. 6.
Mengetahui tata cara penulisan dokumen strategi sistem informasi dan teknologi informasi
yang baik dan benar.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dengan strategi sistem informasi ini dapat meningkatkan pengetahuan penulis
dan pembaca terhadap bagaimana membuat dan mengembangkan suatu proses bisnis.
2. Mengidentifikasi masalah pada perusahaan saat ini,sehingga dapat melakukan perbaikan
pada perusahaan sesuai dengan yang dibutuhkan dan diharapkan.
3. Menjadikan hasil strategi sistem informasi sebagai saran peningkatan dan pengembangan
perusahaan yang baik dan berkelanjutan.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1: PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat, metodologi penulisan,
serta sistematika penulisan.
BAB 2: PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang awal mula perusahaan berdiri, gambaran umum perusahan, visi misi
perusahaan, dan structural organisasi pada perusahaan.
BAB 3: RENCANA STRATEGI BISNIS
Bab ini berisi tentang rencana strategi bisnis yang diterapkan pada perusahaan untuk
kedepannya, dan faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi bisnis tersebut, serta adakah
peran Sistem Informasi/Teknologi Informasi dalam rencana bisnis tersebut.
BAB 4: HASIL ANALISIS
Hasil Analisis SWOT, TOWS, Five Forces Model, Value Chain, Critical Success Factors,
dan Business Score Card.
BAB 5: PEMANFAATAN SI/TI
Bab ini berisi tentang pemanfaatan perangkat lunak, kondisi infrastruktur teknologi
informasi, kondisi manajemen Sistem Informasi/Teknologi Informasi, kondisi tenaga ahli di
bidang Sistem Informasi/Teknologi Informasi, kebijakan dan prosedur Sistem
Informasi/Teknologi Informasi, Application Portofolio saat ini dan investasi Sistem
Informasi/Teknologi Informasi pada Mineversal.
BAB 6: STRATEGI PENGEMBANGAN SI/TI
Pada bab ini berisi tentang visi dan misi SI/TI perusahaan, deskripsi SI/TI, Application
Portofolio, Strategi pengembangan dan pengadaan, IT Roadmap pengembangan dan
pengadaan, serta Isu yang nantinya akan timbul.
BAB 7: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang didapat oleh penulis dari hasil penelitian serta hasil
rancangan dokumen strategi sistem informasi yang dibuat berdasarkan rancangan strategi
bisnis pada perusahaan yang di tuju.
BAB 2
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada tahun 2011 lalu, Gofar Hilman, Sammy Bramantyo, Arian Arifin akhirnya
memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang clothing. Berdiri
dengan nama Lawless Jakarta, perusahaan tersebut adalah gabungan dari toko miliknya yang
bernama Pistone dan toko milik personel band Seringai yang bernama Howling Wolf.
Lawless Jakarta: Sepeda Motor, Musik, Tato dan Makanan! Berawal dari inisiatif membuat
rumah atau tempat pertemuan yang menggabungkan budaya motor individu, musik keras dan
tato, Lawless Jakarta kini telah menjadi ikon penting bagi kehidupan di kota metropolitan ibu
kota.
Lawless Jakarta merupakan perusahaan yang bergerak di beberapa bidang. Mulai dari bisnis
merchandise, bengkel sepeda motor, studio tatto hingga ke kuliner. Perusahaan tersebut
didirikan pada 2011 lalu. Barang dan aksesoris yang tersedia di Lawless Jakarta tersedia
dalam berbagai bentuk antara lain pakaian, topi, kacamata, jaket, tas dan banyak lagi lainnya.
Lawless Jakarta tidak hanya meningkatkan produksi barang-barang rumahan, tetapi juga
memberikan kesempatan kepada merek lokal untuk menampilkan karya terbaiknya.
2.2 VISI DAN MISI PERUSAHAAN
Visi:
1. Perusahaan yang mengakomodir Passion dari karyawan-karyawan nya.
2. Mewujudkan masa depan dengan cara yang disenangi.
3. Disinilah mimpi dibuat dan direalisasikan.
Misi:
1. Melayani dan memaksimalkan seluruh aspek yang ada didalam sistem/roda
perusahaan kami.
2. Menyediakan pelayanan yang pastinya akan selalu menjadi kesan istimewa bagi
seluruh aspek perusahaan.
3. Selalu membawa kesenangan dan kebahagiaan di lingkungan pekerjaan.
2.3 STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN
1. Direktur Utama
Orang yang berwenang merumuskan dan menetapkan suatu kebijaksanaan dan program
umum perusahaan, atau organisasi sesuai dengan batas wewenang yang diberikan oleh suatu
badan pengurus atau badan pimpinan yang serupa seperti dewan komisaris.
2. Komisaris
Mengawasi Direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan serta memberikan nasihat
kepada Direksi. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Rencana Jangka Panjang
Perusahaan (RJPP) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Mengawasi dan
mengevaluasi kinerja Direksi.
3. Divisi Produksi
Bertanggung jawab dan mengawasi pelaksanaan proses produksi, mulai dari bahan baku
awal sampai menjadi barang jadi. Menjaga dan mengawasi agar mutu bahan baku dalam
proses dan mutu barang jadi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan.
4. Divisi Operasional
Menanggungi Seluruh Operasional Perusahaan.
5. Divisi Pemasaran
Bertugas menjadi orang yang menjualkan produk perusahaan kepada konsumen sehingga
perusahaan mendapatkan keuntungan dari setiap produk yang terjual. Bertugas untuk mencari
informasi dan menyampaikannya kepada perusahaan mengenai kelebihan dan kekurangan
dari sebuah produk yang dijual.
6. Divisi Penjualan
Melakukan penjualan dengan mencari klien atau pelanggan dengan aktif untuk mendapatkan
pendapatan perusahaan. Melakukan analisa pelanggan untuk mencari tahu apa yang
dibutuhkan mereka. Menjalin komunikasi kepada pelanggan untuk menjaga hubungan baik.
7. Divisi IT
Merencanakan dan mengkoordinasikan implementasi, pemeliharaan, pengendalian, dan
pengembangan sistem informasi yang diterapkan.
8. Divisi SDM
Mengatur dan juga menghubungkan setiap sumber daya manusia yang ada di dalam sebuah
perusahaan secara efektif dan efisien.
9. Divisi Accounting
Bertugas menyusun, membimbing, mengawasi, menginspeksi, dan memperbaiki tata buku
serta administrasi perusahaan.
BAB 3
RENCANA STRATEGI BISNIS
3.1 STRATEGI YANG DILAKUKAN

Awal lawless berdiri adalah berusaha untuk membuat suatu clothing brand yang mempunyai
taste kekinian dan selalu relevan sesuai dengan zamannya, kemudian ketika pandemi lawless
melakukan lintas bisnis dengan cara membuka cabang di bisnis kuliner yaitu burger dan
hotdog. Digital marketing, franchise, dan reseller adalah beberapa cara yang dilakukan oleh
lawless ini untuk menarik bangsa pasar/ segmentasi yang lebih besar untuk kedepannya.

3.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES BISNIS

Faktor awal yang dilakukan adalah karena pakaian adalah salah satu kebutuhan primer dari
kehidupan manusia saat ini, kemudian ketika pandemi dimulai dan pakaian sempat tidak jadi
factor primer dari kehidupan manusia, lawless membuka cabang di bisnis kuliner, karena
lawless melihat peluang bisnis yang besar pada saat itu. Makanan selalu menjadi faktor
primer di kehidupan manusia, maka dari itu lawless tidak berhenti untuk berkembang.

3.3 PERAN SI/TI

SI/TI sangat berpengaruh pada seluruh bisnis di era digital 4.0, seluruh transaksi dan
pemasaran sangat bisa dilakukan di dunia ini, contohnya di bidang ini adalah mudah nya
perbelanjaan yang bisa dilakukan secara online dan langsung melakukan pengiriman pula
dengan metode online, membuat kinerja dari suatu perusahaan menjadi sangat taktis dan bisa
lebih menguntungkan karena mendapatkan bangsa pasar yang lebih besar, bisa keseluruh
Indonesia, bahkan luar negeri. Dengan adanya Ecommerce marketplace yang bisa menitipkan
barang nya di dunia digital sangat membantu untuk memperluas segmentasi, dan juga
Lawless sendiri mempunyai website nya sendiri untuk melakukan penjualan dan pemasaran.
BAB 4
HASIL ANALISIS
4.1 ANALISIS SWOT
Analisis SWOT merupakan suatu metode analisis untuk menilai kondisi internal dan
eksternal. Sesuai namanya, ada empat aspek yang dianalisis yaitu:
o Strength (Kekuatan)
o Weakness (Kelemahan)
o Opportunity (Peluang)
o Threat (Ancaman)
Menurut Fred R. David (2013), SWOT mampu menjadi alat untuk menyusun strategi yang
cocok antara faktor internal perusahaan dengan faktor eksternal. SWOT digunakan dalam
bentuk matriks dan menghasilkan empat kemungkinan strategi. Bentuk Matriks TOWS
beserta keempat strategi yang mungkin adalah sebagai berikut:
o Strategi SO: menggunakan keunggulan perusahaan untuk mengambil
peluang dari luar.
o Strategi WO: menutup kelemahan perusahaan dengan mengambil
peluang dari luar.
o Strategi ST: menggunakan keunggulan perusahaan untuk menghindari
resiko atau mengurangi dampaknya.
o Strategi WT: strategi bertahan dengan mengurangi kelemahan dan
menghindari resiko.
Berikut ini adalah hasil dari Analisis model SWOT serta Matriks
TOWS pada Lawless Indonesia yang disusun berdasarkan teori diatas:
Analisis SWOT:
Strength -Harga Terjangkau
-Sosial Media yang kuat
-Lokasi Strategis
-Desain Pribadi dan Unik
Weakness -Website yang kurang menarik dan
interaktif
-Tidak mempunyai lahan yang terlalu besar
untuk melakukan pembelian secara offline
Opportunity -Sosial Media
-Bangsa Pasar yang Besar
-Endorsement
-Pekerja yang terampil
Threat -Bootleg

Analisis TOWS:

4.2 ANALISIS FIVE FORCES MODEL


Pada 1979, Michael E. Porter mempublikasikan artikel di Harvard Business Review dengan
judul “The Competitive Forces That Shape Strategy”. Dalam artikel itu ia menyatakan bahwa
kondisi persaingan dalam suatu bidang industri dipengaruhi oleh 5 faktor besar. Faktor –
faktor tersebut dikenal sebagai Porter’s Five Forces. Pada tahun 2008, Michael Porter
menegaskan dan memberi tambahan pada konsep tersebut dalam artikel yang juga terbit di
Harvar Business Review berjudul “The Five Competitive Forces That Shape Strategy”.
Menurut Porter, pengaruh kelima faktor tersebut terhadap iklim persaingan adalah sebagai
berikut:
o Threat of Entry (Ancaman Pendatang Baru): Masuknya pendatang baru dapat
mempengaruhi harga jual, biaya serta tingkat investasi yang diperlukan untuk
menghadapinya. Perusahaan perlu menilai seberapa besar halangan yang harus dihadapi
pesaing untuk masuk ke pasar.
o Bargaining Power of Supplier (Daya Tawar Pemasok): Semakin besar daya tawar dari
pemasok, semakin besar nilai yang dapat mereka ambil sendiri dengan menaikkan biaya. Bila
biaya tidak bisa dialihkan ke konsumen, maka laba perusahaan dapat berkurang. Pemasok di
sini juga termasuk pemasok tenaga kerja.
o Bargaining Power of Buyers (Daya Tawar Pembeli): Sebagaimana dengan pemasok,
semakin besar daya tawar pembeli, semakin besar pula nilai yang bisa dituntut oleh pembeli.
Bila daya tawar mereka kuat, mereka bisa saja menuntut harga yang lebih murah, atau
kualitas dan 29 pelayanan yang lebih baik tanpa menaikkan harga. Tuntutan – tuntutan ini
dapat mengurangi laba perusahaan.
o Threat of Substitute Products or Services (Ancaman Produk/Layanan Substitus): Dalam
pasar, mungkin terdapat produk atau layanan yang bersifat substitusi, yaitu produk atau
layanan yang sama sekali berbeda dengan produk yang ditawarkan pelanggan tetapi mampu
memenuhi kebutuhan calon pelanggan. Sebagai contoh, calon pembeli mobil bisa saja
memutuskan untuk menggunakan kendaraan umum daripada membeli mobil. Produk atau
layanan subsitusi perlu diperhitungkan oleh perusahaan.
o Rivalry Among Existing Competitors (Persaingan Antara Kompetitor Yang Sudah Ada):
Bila sudah ada kompetitor di dalam pasar, tentu perusahaan bersaing dengannya. Semakin
ketat persaingan, semakin kecil pula laba yang dapat diperoleh.
Berikut ini adalah hasil analisis Five Forces Model pada Lawless yang telah sesuai dengan
teori diatas berdasarkan alur bisnis pada Lawless:
o Threat of Entry
Banyak competitor yang sudah merambah bidang clothing dengan pangsa pasar yang sama
yaitu clothing baju kaos sehari-hari yang casual, kaos-kaos band seperti Rock Nation, Erigo,
Moxie.Inc, dsb.
o Bargaining Power of Supplier
Lawless sudah mempunyai tempat supplier bahan-bahan yang sudah biasa langganan,
tempat-tempat ini mungkin juga sudah dipakai oleh produk-produk kompetitor dari Lawless
itu sendiri, tetapi karena Lawless sudah menjadi salah satu yang berkecimpung dengan
supplier tersebut dan bisnis sudah berjalan lancer, maka Bargaining Power of Supplier
Lawless dibilang tinggi
o Bargaining Power of Buyer
Lawless sudah banyak dikenal oleh banyak kalangan, Lawless sendiri pun sudah bisa
dibilang mempunyai banyak pelanggan yang setia, jadi dengan adanya kompetitor-kompetitor
baru yang masuk di bidang bisnis ini, Lawless pun tidak akan goyah. Maka dapat dikatakan
Lawless memiki Bargaining Power of Buyer yang tinggi.
o Threat of Substitute Products or Services
Apakah kompetitor-kompetitor sejenis membuat ancaman yang besar untuk bisnis Lawless?
Tentu saja, lawless selalu berinovasi untuk tetap stay pada posisi nya yang sudah lumayan
berada diatas, karena kompetitor seperti Rock Nation, Tigrehood, dsb pun juga selalu
berinovasi untuk lebih baik daripada kompetitornya masing-masing. Apalagi dengan desain-
desain dan model pakaian yang selalu bisa di inovasikan untuk menjadi lebih baik daripada
kompetitor masing-masing.
o Rivalry Among Existing Competitors
Tingkat persaingan bisnis clothing brand sudah mulai marak dimana-mana, mungkin pada
saat awal tahun 2011-2012 bisa dibilang bisnis ini masih termasuk Blue Ocean Strategy di
Jakarta, karena masih sedikit clothing brand yang berbau band rock dan anak motor, tetapi
seiring berjalannya waktu, bisnis ini lama lama menjadi bisnis yang bisa dibilang jika ada
yang baru masuk akan menjadi strategi Red Ocean Strategy. Lawless selalu berinovasi
sampai bisa tetap mempertahankan bahkan memperluas pelanggan setia nya.
4.3 ANALISIS CRITICAL SUCCESS FACTORS
Analisis Critical Success Factor (CSF/Faktor Sukses Kritis), menurut Ward dan Peppard
(2002), adalah perangkat yang sangat berguna baik dalam pengembangan strategi perusahaan,
maupun perencanaan strategis SI/TI. Keunggulan teknik ini, menurut mereka antara lain
sebagai berikut:
o Merupakan teknik yang paling efektif untuk melibatkan manajemen senior dalam
penyusunan strategi SI.
o Memungkinkan untuk mengaitkan kandidat proyek SI dengan tujuan bisnis, sehingga
menunjukkan keselarasan dengan strategi SI.
o Merupakan katalis bagi manajemen senior dalam menemukan kebutuhan informasi
individual mereka.
o Dengan mengaitkan tujuan dan kebutuhan informasi, analisis CSF berperan penting dalam
menentukan investasi potensial yang akan diprioritaskan
o Memfokuskan pada aspek – aspek paling kritis dari suatu bisnis yang memerlukan tindakan
untuk meningkatkan kinerjanya.
o Bila digunakan bersama analisis value chain, menjadi perangkat yang kuat dalam
mengidentifikasi proses – proses paling kritis, membantu menentukan kepemilikan CSF dan
menunjukkan aksi – aksi yang terkait.
John F. Rockart (1979) mendefinisikan CSF sebagai area – area tertentu, dalam bisnis
apapun, yang bila hasilnya memuaskan, akan memastikan kesuksesan kinerja kompetitif bagi
organisasi. Karenanya CSF merupakan area kegiatan yang memerlukan perhatian konstan
dan teliti dari pihak manajemen.
Ward dan Peppard (2002) menjelaskan bahwa CSF hanya dapat ditentukan bila tujuan bisnis
telah jelas. Menurut mereka tahapan pertama adalah mengidentifikasi CSF pada tiap tujuan
bisnis. Kemudian dilakukan konsolidasi pada seluruh CSF, sebab beberapa CSF dapat
muncul berulang kali. Ini bisa dilakukan dengan memberi ranking dari tujuan – tujuan bisnis
yang memiliki CSF yang sama. Ini juga dapat membantu penentuan prioritas.
Berikut Contoh Critical Success Factors dari Lawless Indonesia:

4.4 ANALISIS VALUE CHAIN


4.5 ANALISIS BALANCE SCORECARD
Balanced Scoredcard (BSC) adalah alat untuk mengevaluasi kinerja manajemen. BSC
diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton dari Harvard Business School
sejak 1993. Lalu pada 1996, mereka menjabarkan konsep tersebut dalam buku “The Balanced
Scorecard: Translating Strategy Into Action” yang diterbtikan oleh Harvard Printing 38 Press.
Sistem ini disebut sebagai Balanced Scorecard karena menyertakan beberapa ukuran selain
finansial sebagai penyeimbang bagi perspektif manajemen. BSC mampu membantu
menerjemahkan visi dan strategi menjadi tindakan - tindakan.
Pada metode Ward dan Peppard, BSC meruapakan suatu perangkat yang berguna dalam
menganalisis kondisi perusahaan, terutama terkait dengan kinerja perusahaan. Ward dan
Peppard secara spesifik merujuk pada artikel dari Robert S. Kaplan dan David P. Norton
berjudul “Using The Balanced Scorecard As A Strategic Management System” yang
diterbtikan pada Harvard Business Review pada 1996. Dalam artikel itu, menurut Kaplan dan
Norton, kinerja perusahaan dilihat dan dianalisis dalam empat perspektif yaitu:
o Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: Perspektif ini menyangkut kemampuan
perusahaan untuk berubah dan membenahi diri dalam mencapai visi.
o Perspektif Proses Bisnis: Perspektif ini menyangkut keunggulan proses – proses bisnis apa
saja yang harus dicapai untuk memuaskan pelanggan dan pemegang saham
o Perspektif Pelanggan: Perspektif ini menyangkut pandangan pelanggan terhadap
perusahaan.
o Perspektif Finansial: Perspektif ini menyangkut kebutuhan para pemegang saham dan
pemegang kepentingan finansial lainnya.
Dalam model BSC Kaplan dan Norton, visi dan strategi diterjemahkan ke dalam kinerja dari
empat perspektif tersebut. Tiap – tiap perspektif memiliki sasaran kinerja dan indikator untuk
menilai pencapaiannya. Kinerja dari suatu perspektif juga dapat menjadi informasi bagi
perspektif lain.
Perspektif Keuangan Pelanggan Internal Pertumbuhan dan
Pembelajaran
Objektif Mendapatkan Mendapat Mempunyai mempunyai tenaga
keuntungan dan Pangsa Pasar Service pelanggan kerja seminimal
pendapatan sebesar- terbaik mungkin dengan
besarnya hasil semaksimal
mungkin, se efisien
mungkin(otomatiasi)
Tujuan Memperbesar Meningkatkan Mendapatkan Melatih tenaga kerja
dan Minat pujian/compliment sebaik mungkin agar
meningkatkan pelanggan se dari pelanggan menjadi tenaga kerja
keuntungan dan minimal dan mengurangi yang professional
pendapatan se mungkin 10% complain/kritik dan menyenangkan
minimal pertahun. buruk dari untuk pelanggan
mungkin 10% pelanggan.
pertahun.
Indikator laporan Laporan KPI, Survei Mendapat kontrak
keuangan Penjualan, Pelanggan kerja sama
Survei perusahaan lain,
Pelanggan softskill yang
dimiliki karyawan
semakin banyak dan
membaik, kinerja
perusahaan semakin
efisien.
Inisiatif selalu up to date selalu Selalu kedepannya
dengan metode melakukan mengupgrade mendapat calon
pembayaran survey service sebaik tenaga kerja yang
yang selalu lapangan agar mungkin, terima sudah sesuai dengan
berkembang selalu up to kritik dan saran standard minimum
dengan zaman date dengan dari pelanggan perusahaan.
keinginan
pelanggan dan
mempunyai
desain yang
tidak
membosankan.

Anda mungkin juga menyukai