Anda di halaman 1dari 25

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan


dan Kesuksesan Dalam Pembangunan dan
Penerapan Sistem Informasi
Di Suatu Perusahaan

OLEH:
Rudi Eko Setyawan
P056132902.49

Dosen :
Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kegagalan dan Kesuksesan Dalam
Pembangunan dan Penerapan Sistem Informasi Di Suatu Perusahaan”.
Dalam menghadapi perkembangan suatu perusahaan, perusahaan harus mampu
mengetahui faktor apa saja yang dapat membuat suatu sistem informasi itu berhasil ataupun
gagal, karena jika suatu sistem informasi gagal, maka akan berdampak langsung pada
kelancaran bisnis di perusahaan itu sendiri. Dalam penulisan makalah ini, penulis merasa masih
banyak kekurangan. Dengan demikian penulis sangat berharap semua pihak dapat memberikan
kritik dan saran, sehingga dapat menyempurnakan pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap orang yang membutuhkan
informasi mengenai bagaimana meminimalisir suatu kegagalan system informasi dalam suatu
perusahaan.

Bogor, November 2013

Rudi Eko Setyawan

i
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Informasi …………………………………................................................ 3
2.2 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis ..................................................................... 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengembangan Software untuk Sistem Informasi .................................................. 6
3.2 Implementasi Sistem Informasi .............................................................................. 6
3.3 Contoh Kasus Implementasi Sistem Informasi ...................................................... 7
3.4 Kegagalan Implementasi Sistem Informasi ............................................................ 9
3.5 Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi ........................................................ 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 19
4.2 Saran ....................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Komponen Sistem Informasi .............................................................................. 4

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi saat ini sangat membantu dunia bisnis khususnya dalam
menambah efisiensi dan keefektifan waktu serta biaya dalam kegiatan operasionalnya.
Persaingan yang sangat ketat dan kompetitif menuntut suatu perusahaan untuk terus
mengembangkan sistem informasinya guna mempertahankan posisi perusahaan dalam peta
persaingan agar tidak terlindas oleh para pesaingnya. Persaingan global yang meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah perusahaan di dunia. Persaingan global saat ini cukup ketat
sehingga perusahaan yang tidak memiliki daya saing, lamban dan menghasilkan produk yang
kurang berkualitas akan tergerus di pasaran, dan pada akhirnya perusahaan tersebut akan
bangkrut. Perusahaan yang mampu bersaing dan selalu meningkatkan kualitas produk dan
internal perusahaannya akan dapat berkembang. Perusahaan yang masuk ke dalam persaingan
global harus dapat mempertahankan competitive advantage yang dimilikinya. Salah satu cara
untuk mewujudkan kesuksesan perusahaan adalah dengan cara menerapkan dan
mengintegrasikan sistem informasi.
Sistem informasi sangat membantu perusahaan dalam mengolah dan menyimpan data.
Serta membantu para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, seperti
mengidentifikasi masalah peramalan bisnis. Sistem informasi Manajemen adalah serangkaian
sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang
mampu mentransformasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna
meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu
yang telah ditetapkan.
Sistem informasi juga diperlukan untuk membantu dan menunjang kinerja perusahaan.
Tujuan sistem informasi yaitu memenuhi kebutuhan informasi umum semua manajer dalam
perusahaan atau dalam sub-unit perusahaan. Sistem informasi menyediakan informasi bagi
pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi model matematika. Sistem
informasi terdiri dari enam komponen yaitu : komponen input, komponen model, output,
teknologi, basis data dan kontrol. Setiap komponen diidentifikasi dan dievaluasi apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, sinergi antar komponen ini diperlukan agar kegagalan
sistem informasi dapat dihindari.
Sistem informasi merupakan suatu sistim yang kompleks dan memerlukan perencanaan
dan pengembangan yang cermat agar sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Abdulkadir
1
menjelaskan bahwa sistem informasi merupakan sebuah sistem yang menyajikan informasi
yang digunakan untuk operasi dan manajemen dalam pengambilan keputusan dalam
organisasi.
Manfaat dari penerapan sistem informasi bukan hanya dirasakan oleh perusahaan,
tetapi juga oleh para pemakai di luar perusahaan. Untuk keberhasilan penerapan sistem
informasi tersebut, dalam perancangan suatu sistem informasi harus melalui perencanaan yang
baik dan melibatkan aspek-aspek yang dianggap dapat mendukung keberhasilan tersebut.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa faktor yang menunjang kesuksesan penerapan
sistem informasi dan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan sistem informasi.

1.2 Perumusan Masalah


1. Faktor-faktor apa saja yang dapat menunjang kesuksesan penerapan sistem informasi
pada suatu perusahaan?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kegagalan penerapan sistem informasi pada
suatu perusahaan?
3. Bagaimanakah penerapan sistem informasi pada suatu perusahaan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui faktor-faktor yang menunjang kesuksesan penerapan sistem informasi
pada suatu perusahaan.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan penerapan sistem informasi
pada suatu perusahaan.
3. Mengetahui penerapan sistem informasi pada suatu perusahaan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi


Sistem Informasi (SI) adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang
yang menggunakan teknologi itu untuk mendukung operasi dan manajemen.Dalam arti yang
sangat luas, istilah sistem informasi yang sering digunakan merujuk kepada interaksi antara
orang, proses algoritmik, data, dan teknologi. Dalam pengertian ini, istilah ini digunakan untuk
merujuk tidak hanya pada penggunaan organisasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK),
tetapi juga untuk cara di mana orang berinteraksi dengan teknologi ini dalam mendukung
proses bisnis (Kroenke, 2008).

Ada yang membuat perbedaan yang jelas antara sistem informasi, dan komputer sistem
TIK, dan proses bisnis. Sistem informasi yang berbeda dari teknologi informasi dalam sistem
informasi biasanya terlihat seperti memiliki komponen TIK. Hal ini terutama berkaitan dengan
tujuan pemanfaatan teknologi informasi. Sistem informasi juga berbeda dari proses bisnis.
Sistem informasi membantu untuk mengontrol kinerja proses bisnis (O’Brien, 2003).

Alter berpendapat untuk sistem informasi sebagai tipe khusus dari sistem kerja. Sistem
kerja adalah suatu sistem di mana manusia dan/atau mesin melakukan pekerjaan dengan
menggunakan sumber daya untuk memproduksi produk tertentu dan/atau jasa bagi pelanggan.
Sistem informasi adalah suatu sistem kerja yang kegiatannya ditujukan untuk pengolahan
(menangkap, transmisi, menyimpan, mengambil, memanipulasi dan menampilkan) informasi
(Alter, 2006).

Sistem informasi merupakan suatu pengumpulan data yang terorganisir berserta tata
cara penggunaannya yang mencakup lebih jau daripada sekedar penyajiaannya. Istilah tersebut
menyiratkan seuatu maksud yang ingin dicapai dengan jalan memilih dan mengatur data serta
menyusun tata cara penggunaannya. Alter berpendapat untuk sistem informasi sebagai tipe
khusus dari sistem kerja. Dengan demikian, sistem informasi saling berhubungan
dengan sistem data di satu sisi dan sistem aktivitas di sisi lain. Sistem informasi adalah suatu
bentuk komunikasi sistem di mana data yang mewakili dan diproses sebagai bentuk dari
memori sosial. Sistem informasi juga dapat dianggap sebagai bahasa semi formal yang
mendukung manusia dalam pengambilan keputusan dan tindakan.

3
Sistem kerja adalah suatu sistem di mana manusia dan atau mesin melakukan pekerjaan
dengan menggunakan sumber daya untuk memproduksi produksi tertentu dan atau jasa bagi
pelanggan. Sistem informasi adalah sistem kerja yang kegiatannya ditunjukkan untuk
pengolahan (menangkap, transmisi, menyimpan, mengambil, memanipulasi dan menampilkan)
informasi (Alter, 2008).
Setiap sistem informasi menyajikan tiga pokok : 1) pengumpulan dan pemasukan data,
2) penyimpanan dan pengambilan kembali (retrieval) data, dan 3) penerapan data, dalam hal
sistem informasi terkomputer termasuk penayangan (display) (Lynch, LG. 1977). Menurut
O’Brien (2000) Sistem Informasi manajemen merupakan kombinasi yang teratur antara people,
hardware, software, network dan data resources (kelima unsur ini disebut komponen sistem
informasi) yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi seperti
pada Gambar 1.

Gambar 1. Komponen Sistem Informasi (Sumber : O’Brien, 2000)

2.2 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis


Sistem informasi mempunyai 3 tugas utama dalam sebuah organisasi, yaitu:
 Mendukung kegiatan-kegiatan usaha/operasional
 Mendukung pengambilan keputusan manajemen
 Mendukung persaingan keuntungan strategis
Beberapa sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau
manajemen, sementara yang lainnya menjalankan berbagai macam fungsi. Peranan sistem
informasi untuk operasi bisnis adalah untuk memproses transaksi bisnis, mengontrol proses
industrial, dan mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara efisien.
a. Transaction Processing Systems (TPS)
TPS berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data dengan
bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). TPS
mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan

4
perubahan persediaan/inventori. TPS menghasilkan berbagai informasi produk untuk
penggunaan internal maupun eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen,
cek gaji karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan rekening
keuangan.
b. Process Control Systems (PCS)
Sistem informasi operasi secara rutin membuat keputusan yang mengendalikan proses
operasional, seperti keputusan pengendalian produksi. Hal ini melibatkan process control
systems (PCS) yang keputusannya mengatur proses produksi fisik yang secara otomatis dibuat
oleh komputer. Kilang minyak petroleum dan assembly lines dari pabrik-pabrik yang otomatis
menggunakan sistem ini.
c. Office Automation Systems (OAS)
OAS mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mengirim data dan informasi
dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office automation (OA) adalah word
processing, surat elektronik. electronic mail, teleconferencing, dan lain-lain (Deny, 2009).

5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengembangan Software untuk Sistem Informasi

Pada tahun 1980-an adalah awal mulainya pembuatan software aplikasi secara factory-
centric. Jadi semakin banyak kode pemrograman yang dibuat maka dibutuhkan juga semakin
banyak programmer. Cara-cara pembuatan program sekarang ini telah mengalami banyak
perubahan. Perubahan tersebut sangat mempengaruhi suplier dan konsumen dari sistem
informasi tersebut. Menurut Aoyama (1998) Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan
pembuatan sistem informasi tersebut antara lain adalah tekanan untuk dapat mencapai pasar
dengan cepat, kebutuhan konsumen yang selalu berubah, internet, dan bahasa pemrograman
yang berkemampuan tinggi.

Salah satu proses pembaharuan dari proses pembuatan software adalah dengan adanya
iterative methods (Royce,1998). Metode ini memperbaiki original waterfall process.
Disamping itu terdapat pula banyak model model lain dalam melakukan pembuatan
software misalnya Spiral model oleh Boehm, yang melihat pembuatan software dari
manajemen risikonya. Model model pembuatan software muncul dari pertengahan 1980, dan
masih berlanjut sampai sekarang.

3.2 Implementasi Sistem Informasi


Setelah sistem telah dianalisis dan didesain secara rinci dan teknologi telah diseleksi
dan dipilih, tiba saatnya sekarang sistem untuk diimplementasikan. Tahap implementasi sistem
sendiri terdiri dari langkah - langkah sebagai berikut ini :

1. Menerapkan rencana implementasi.

2. Melakukan kegiatan implementasi.

3. Tindak lanjut implementasi

Konsep siklus hidup proyek mempunyai implikasi bahwa setiap proyek pengembangan
sistem harus dibagi dalam tahap - tahap berbeda dengan titik pengendalian manajemen yang
formal diletakkan diantara tahap - tahap. Prinsip pengendalian dasar adalah setiap tahap harus
menghasilkan dokumentasi secara formal ditelaah dan disetujui sebelum memulai tahap
berikutnya dari siklus hidup proyek.

6
Pada literatur yang ada banyak contoh dari kegagalan dalam pengimplementasian
sistem informasi. Menurut (Bowtell et all, 1999) yang mencoba menjelaskan mengapa sering
terjadi kegagalan pada proyek sistem informasi dan bagaimana menjamin kesuksesan proyek.
Sampai sekarang belum ada suatu kesepakatan tentang bagaimana mengukur kesuksesan suatu
proyek sistem informasi. Faktor faktor yang menyebabkan kesuksesan suatu proyek
implementasi sistem informasi tersebut sangat bervariasi, tergantung dari sudut pandang
stakeholders, karakteristik proyek yang berbeda beda dan beberapa sudut pandang lain.

Markus and Tanis (2000) menulis bahwa kesuksesan tersebut tergantung pada beberapa
hal tergantung siapa yang mendefinisikannya. Dari sudut pandang manajer proyek dan
konsultan implementasi sistem informasi tersebut, mereka sering kali mendefinisikan
implementasi tersebut sukses jika telah menyelesaikan proyek tersebut tepat waktu dan biaya.
Tapi dari sudut pandang organisasi pengguna sistem informasi, kesuksesan didefinisikan
sebagai kegunaan sistem tersebut untuk bisa mencapai hasil yang maksimal bagi bisnis
mereka, dan biasanya mereka mengharapkan transisi yang mulus dari sistem lama ke sistem
baru, mendapatkan peningkatan dari bisnis mereka seperti pengurangan inventori, atau dapat
memperbaiki ketepatan dalam pengambilan keputusan.

Pada waktu suatu sistem informasi selesai dibuat, dan akan diimplementasikan ke suatu
organisasi, maka akan mempengaruhi proses yang sudah ada dalam organisasi tersebut.
Disinilah biasanya pandangan antara stakeholder dengan konsultan pembuat sistem informasi
saling bertemu. Keluhan yang sering dikeluarkan adalah : “you built what I told you, but not
what I actually wanted“.

3.3 Contoh Kasus Implementasi Sistem Informasi

Contoh implementasi sistem informasi yang gagal :

 Kodak, industri foto.

Mengimplementasikan SAP senilai US$ 500 juta

Penyebab kegagalan : belum diketahui

 Dell, industri komputer

Penyebab kegagalan : perubahan tidak bisa dilakukan secara cepat untuk


melakukan ordering, manufacturing dan pada sistem sistem yang lain.

 Boeing, industri manufaktur pesawat terbang.


Mengimplementasi beberapa modul dari Baan
7
Penyebab kegagalan : tidak melakukan perencanaan sumber daya dengan baik
 The Kellog’s Company, industri makanan
Mengimplementasi Oracle.
Penyebab kegagalan : keadaan ekonomi yang tidak berkembang, dan tidak ada
pengurangan dalam biaya operasional bisnis (tapi berhasil melangsingkan bisnisnya
senilai US$ 70 juta)
 Nash Finch Co. industri supermarket
Menginvestasikan SAP US$70 juta, dan proyek dibatalkan
 Siemens Power Transmission , industri telekomunikasi.
Menginvestasikan Baan senilai US$ 12 juta, tapi proyek tidak bisa dilanjutkan lagi,
karena kekurangan dana.
 A-Dec Inc. pabrik pembuatan peralatan yang berhubungan dengan gigi
Penyebab kegagalan : karena biaya training yang terlalu mahal.
 Reebok , industri peralatan olahraga
Mengimplementasi SAP, tetapi sistem yang dibuat tidak sesuai dengan bisnis proses
yang ada dalam organisasi
 Nike, industri peralatan olahraga
Mengimplementasikan teknologi i2, dengan module demand and supply planning
senilai US$ 400 juta.
Penyebab kegagalan : software sistem yang kurang memenuhi kebutuhan Nike

Contoh implementasi sistem informasi yang sukses :

 Earth Grains, industri : roti dan kue


Mengimplementasi R/3.
Penyebab sukses : strategi implementasi yang jelas, setiap departemen menganalisis
isu isu yang ada dan melaporkan ke pihak manajemen, adanya sistem penghargaan
untuk menyukseskan sistem tersebut, pengetahuan yang mendalam tentang industri
mereka sehingga mengetahui bisnis proses yang penting/tidak penting.
 Compaq Computers.
Penyebab sukses : karena compaq mengimplementasi sistem ERP diluar bisnis inti
mereka, sehingga tidak mengganggu jalannya bisnis, contoh nya untuk product
forecasting.
 US Mint, industri pencetak logam koin
Mengimplementasikan People Soft senilai US$ 40 juta

8
Penyebab sukses : semua kebutuhan bisnis dapat di penuhi oleh sistem, karyawan
mendapatkan training penggunaan sistem, senior manajemen dari vendor ikut terlibat,
organisasi mengetahui bahwa perubahan tersebut mahal dan menyakitkan. US Mint
dapat menghemat US$ 80 juta selama 7 tahun setelah sukses mengimplementasi
system
 Mc Donalds, industri makanan cepat saji
Mengimplementasi Lawson Software
Penyebab sukses : software yang diimplementasi sudah stabil dan methodologi dari
implementasi sudah jelas.
 Dirona SA, produksi persediaan truk
Mengimplementasi Thru-Put Tech.
Berhasil mengurangi inventori, dan meningkatkan kecepatan pelayanan pemesanan
sampai 85% dari waktu sebelum implementasi sistem tersebut.
 Moore Corp, industri manufaktur
Mengimplementasi SyncQuest Inc. Berhasil memperbaiki proses manufaktur,
meningkatkan skedul produksi sampai ke beberapa menit saja.

Kesuksesan dan kegagalan proyek - proyek sistem informasi diatas adalah sedikit dari
beberapa contoh kasus yang ada. Contoh diatas hanya menunjukkan kepada kita bahwa
implikasi negatif yang akan terjadi bila terjadi kegagalan dalam implementasi proyek sistem
informasi yang kompleks.

Banyak paper, jurnal dan buku yang mengatakan bahwa investasi yang mahal di bidang
sistem informasi tidak selalu menggaransi akan mendatangkan keuntungan bisnis atau
pembayaran kembali yang positif seperti yang dijanjikan (Wheatley, 2000). Tetapi
kenyataannya ditemukan bahwa hanya sepuluh sampai limabelas persen saja yang
mendatangkan keuntungan yang diharapkan.

3.4 Kegagalan Implementasi Sistem Informasi

Kegagalan sistem infomasi perusahaan mencakup proyek yang ditinggalkan sebelum


penerapan atau diterapkan begitu gagal sehingga organisasi kembali ke sistem infomasi yang
dahulu . Ini merupakan biaya yang buruk karena organisasi umumnya telah menginvestasikan
jutaan dolar dan banyak jam kerja dalam proyek system informasi manajemen perusahaan.

9
Faktor-faktor serta indikator yang menunjukkan kegagalan sistem informasi dalam perusahaan
:
1. Kurangnya dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen
Persetujuan dari semua level manajemen terhadap suatu proyek sistem
informasi membuat proyek tersebut akan dipersepsikan positif oleh pengguna dan staf
pelayanan teknis informasi. Dukungan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk
penghargaan terhadap waktu dan tenaga yang telah dicurahkan pada proyek tersebut,
dukungan bahwa proyek akan menerima cukup dana, serta berbagai perubahan
organisasi yang diperlukan. Dengan demikian, kurangnya komitmen eksekutif puncak
untuk terlibat lebih jauh dalam proyek mengakibatkan penerapan sistem informasi
perusahaan menjadi sia-sia.
Pihak manajemen perusahaan yang menyerahkan seluruh penerapan sistem
informasi pada bagian TI, dan enggan untuk mempelajari sistem informasi yang baru
atau tidak mereka mengerti sama sekali, menjadi faktor penghambat atau kegagalan
dalam penerapan SI yang besar dalam suatu perusahaan. Hal ini diakibatkan karena rasa
kurang memilki terhadap sistem informasi yang diterapkan oleh perusahaan dan akan
menyebabkan banyak satuan kerja dalam perusahaan yang belum dapat
mengoptimalkan fungsi dan petensi dari sistem informasi untuk mempermudah
komunikasi antar satuan kerja. Transfer informasi dan data perusahaan, serta sharing
pengetahuan dan teknologi bertujuan untuk kemajuan perusahaan.
Kurangnya komitmen dari pihak top manajemen untuk lebih terlibat dan
menunjang lancarnya implementasi sistem informasi dalam perusahaannya serta
prosedur yang jelas dalam penerapan sistem informasi, akan menyebabkan penerapan
sistem informasi menjadi sia-sia.
Keterlibatan manajemen dalam pengembangan sistem informasi di perusahaan
juga menentukan kesuksesan proses sosialisasi sistem informasi. Proses sosialisasi
sistem informasi yang baru merupakan proses perubahan organisasional. Kebanyakan
orang dalam organisasi akan bertahan, karena perubahan mengandung ketidakpastian
dan ancaman bagi posisi dan peran mereka. Akan tetapi, proses perubahan
organisasional ini diperlukan untuk manajemen perubahan selama proses sosialisasi
sistem informasi baru. Beberapa resiko dan konsekuensi manajemen yang tidak tepat
dalam pengembangan sistem informasi adalah sebagai berikut.
 Biaya yang berlebihan sehingga melampaui anggaran.
 Melampaui batas waktu yang telah diperkirakan.
10
 Kelemahan teknis yang berakibat pada kinerja yang berada dibawah tingkat dari
yang diperkirakan.
 Kegagalan dalam memperoleh manfaat yang diperkirakan.
2. Kurangnya keterlibatan atau input dari end user (pemakai akhir)
Sikap positif dari pengguna terhadap sistem informasi akan sangat mendukung
berhasil atau tidaknya penerapan sistem informasi. Sikap positif dalam bentuk
dukungan dan kompetensi dari user, serta hubungan yang baik antara user dengan
teknisi merupakan faktor sikap yang menguntungkan (favorable attitudes) dan sangat
penting bagi berhasilnya penerapan sistem informasi. Sikap positif menentukan
tindakan, dan akan berkaitan dengan tingkat penggunaan yang tinggi (high levels of
use) serta kepuasan (satisfaction) terhadap sistem tersebut.
Disamping itu, keterlibatan pengguna dalam desain dan operasi sistem
informasi memiliki beberapa hasil yang positif. Pertama, jika pengguna terlibat secara
mendalam dalam desain sistem, ia akan memiliki kesempatan untuk mengadopsi sistem
menurut prioritas dan kebutuhan bisnis, dan lebih banyak kesempatan untuk
mengontrol hasil. Kedua, pengguna cenderung untuk lebih bereaksi positif terhadap
sistem karena mereka merupakan partisipan aktif dalam proses perubahan itu sendiri.
Kesenjangan komunikasi antara pengguna dan perancang sistem informasi
terjadi karena pengguna dan spesialis sistem informasi cenderung memiliki perbedaan
dalam latar belakang, kepentingan dan prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai
kesenjangan komunikasi antara pengguna dan desainer (user-designer communication
gap).
3. Tidak memiliki perencanaan yang matang mengenai tahapan dan arahan yang harus
dilakukan.
Dalam hal ini penerapkan sistem informasi dalam perusahan tidak didukung
dengan perencanaan yang matang dan tidak dapat menjembatani keinginan dan
kepentingan orang-orang dalam perusahaan dengan pihak yang mengerti dan membuat
sistem informasi tersebut. Hal ini menyebabkan sistem yang akan dijalankan menjadi
tidak terarah sesuai dengan tujuan perusahaan. Karyawan akan kehilangan tanggung
jawab dalam penerapan SI yang bertujuan untuk meningkatkan keuntungan perusahaan
dalam jangka panjang. Kemauan perusahaan dalam merancang penerapan SI dalam
perusahaan dan prosedur yang jelas tentang penerapan sistem berdasarkan sumberdaya
yang dimiliki perusahaan dapat meningkatkan kompetitif perusahaan dalam
persaingan bisnis yang semakin ketat.
11
4. Tidak jelasnya kebutuhan terhadap sistem adalah salah satu penyebab gagalnya
implementasi sistem informasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Mengidentifikasi kebutuhan terhadap sistem dalam suatu perusahaan
merupakan bagian dari perencanaan sistem informasi yang merupakan komponen
penting dalam perencanaan perusahaan. Implementasi sistem tertentu harus dapat
membantu perusahaan mencapai tujuannya yaitu memperkuat bisnis, memberikan
keunggulan kompetitif, mempermudah pengelolaan sumber daya perusahaan dan
penerapan teknologi dalam perusahaan. Ketidaktahuan saat berinvestasi menyebabkan
perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih besar. Kondisi ini tidak disadari
perusahaan bahwa pihak manajemen harus dapat mengidentifikasi bagian mana dari
perusahaan yang butuh penguatan oleh teknologi informasi sehingga kemudian saat
akan mengimplementasikannya sudah dapat diketahui sistem bagaimana yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Permasalahan yang muncul adalah ketika perusahaan
membeli peralatan teknologi informasi melebihi kebutuhan bisnis sehingga dana yang
tidak seharusnya keluar malah terbuang sia-sia. Perusahaan dapat mengalami kerugian
karena tidak dapat mempertimbangkan kemampuan perusahaan menggunakan capital
dan operating expenditure dalam hal pengadaan peralatan (Pambudi, 2003).
5. Inkompetensi teknologi
Kurangnya keterampilan dari tenaga-tenaga yang digunakan oleh perusahaan
untuk menjalankan TI dan kurangnya inisiatif dan keaktifan SDM dalam
mensosialisasikan keuntungan dan kemudahan dari sistem informasi yang ada, tentu
akan menyebabkan sistem yang diterapkan tidak akan berjalan seperti yang diinginkan.
Hal ini sering terjadi terutama pada perusahaan yang pengetahuan di bidang TI-nya
yang masih rendah. Kesalahannya adalah perusahaan sering memaksakan SDM yang
ada untuk menjalankan investasi TI, padahal SDM tersebut belum mampu. Penyerahan
pengerjaan sistem informasi kepada orang-orang TI yang tidak mengerti dan ahli
terhadap fungsi bisnis yang dijalankan perusahaan, akibatnya akan muncul
permasalahan ketika implementasi sistem telah berjalan.
Sistem yang ada tidak sesuai dengan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh
perusahaan, bahkan mungkin tidak memadai untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang
dijalankan perusahaan dapat menjadi pemicu kegagalan penerapan SI. Minimnya peran
pengguna dalam dalam perencanaan sistem informasi akan berakibat pada
terhambatnya proses identifikasi input data yang diperlukan sehingga ini berakibat pada
tidak cocoknya setting software yang akan digunakan. Bahkan bisa menyebabkan
12
kesalahan dalam pemilihan software sehingga tidak kompatibel dengan kebutuhan
sebenarnya. Untuk menghindari kegagalan dalam investasi SI perusahaan dapat
melakukan investasi untuk SDM nya dengan cara melakukan pelatihan tertentu agar
mereka dapat mengelola TI yang akan mereka terapkan.
6. Strategi dan tujuan yang tidak jelas ketika akan menerapkan sistem informasi
Kebanyakan pimpinan perusahaan tidak mengetahui apa visi, misi, strategi
ataupun rencana bisnis yang berkenaan dengan implementasi sistem informasi pada
perusahaannya. Strategi dan tujuan merupakan faktor penting yang menjadi penentu
seberapa besar pencapaian yang diinginkan ketika perusahaan akan melakukan sesuatu.
Tanpa strategi dan tujuan yang jelas maka apapun yang dilakukan menjadi tidak terarah
karena tidak ada batasan dimana sistem yang digunakan dapat dianggap berhasil
ataupun tidak. Dengan tidak jelasnya strategi dan tujuan penerapan sistem informasi,
perusahaan tidak akan dapat menentukan tool apa yang mesti mereka gunakan untuk
mengukur tingkat pengembalian dari investasi (return on investment) yang sudah dan
akan dijalankan.
Pengembangan dan penerapan sistem informasi yang tidak didukung dengan
perencanaan yang matang tidak akan mampu menjembatani keinginan dan kepentingan
berbagai pihak di perusahaan. Hal ini dikarenakan sistem yang dijalankan tidak sesuai dengan
arah dan tujuan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang tidak memiliki kompetensi inti
dalam bidang teknologi informasi sebaiknya menjadi tidak memaksakan untuk menjadi leader
dalam investasi teknologi informasi.
Sebagian besar penyedia jasa teknologi informasi kurang sensitif terhadap manajemen
perusahaan, tetapi hanya fokus pada tools yang akan dikembangkan. Kelemahan inilah yang
mengharuskan perusahaan untuk mengidentifikasi secara jelas kebutuhan dan spesifikasi
sistem informasi yang akan diterapkan berikut manfaatnya terhadap perusahaan. Kemauan
perusahaan dalam merancang penerapan sistem informasi berdasarkan sumberdaya yang
dimiliki diyakini dapat meningkatkan keunggulan kompetitif perusahaan.
Kegagalan dalam penerapan sistem informasi di perusahaan bukan merupakan hal yang
baru lagi, bahkan proyek sistem informasi yang gagal memiliki presentase lebih tinggi
dibanding penerapan sistem informasi yang sukses. Mawrey dalam
www.computerweekly.com (2004) menyebutkan bahwa penyebab terbesar kegagalan
penerapan sistem informasi adalah tidak adanya pembicaraan antara berbagai divisi yang ada
dalam perusahaan selama proses pembuatan sistem informasi. Direktur IT dan manajer dan
pengacara perusahaan tidak memiliki kesepakatan mengenai apa yang mereka inginkan dari
13
sistem informasi tersebut. Orang-orang TI dengan sederhana memandang proyek secara
fungsional, orang-orang bisnis memandang proyek dari segi bisnis dan para pengacara ada
untuk memastikan proyek tersebut beroperasi secara pantas dalam kerangka kerja, namun
mereka tidak menyatukan ketiga hal tersebut. Dengan begitu produk informasi yang dihasilkan
akan memenuhi semua kebutuhan secara teknis namun pengoperasiannya tidak cocok dengan
cara kerja orang-orang di perusahaan.
Sugiarsono (2003) menyebutkan bahwa kegagalan proyek sistem informasi dapat
disebabkan karena ketidakpahaman top executive perusahaan tentang manfaat penerapan
sistem informasi di perusahaannya. Mereka tidak memahami sistem informasi tersebut dapat
membantu untuk proses bisnis apa saja. Hal tersebut dialami oleh salah satu stasiun televisi
lokal yang telah membeli software aplikasi canggih dan hardware pendukungnya namun
terpaksa menunda pengimplementasiannya lantaran tidak memahami pemanfaatannya.
Permasalahan dalam sistem informasi adalah keterlibatan pengguna (user) yang
terbatas, dukungan manajemen yang rendah, persyaratan fungsional yang tidak lengkap,
perencanaan yang tidak memadai, harapan yang tidak realistis, kurangnya keterampilan,
ketiadaan kepemilikan, strategi dan tujuan yang tidak jelas, kurangnya komitmen dan
keterlibatan, sumberdaya yang tidak cukup, tidak jelasnya kebutuhan terhadap sistem dan
kurangnya kendali terhadap teknologi informasi.
Kegagalan implementasi sistem informasi disebabkan karena keterlibatan pengguna
yang terbatas. Misalnya dalam penerapan sistem informasi, perusahaan hanya berfokus pada
level manajer sehingga dalam implementasinya sistem informasi kurang dapat digunakan oleh
seluruh karyawan dalam perusahaan tersebut. Selain itu, kegagalan implementasi juga dapat
dikarenakan para petinggi perusahaan enggan mempelajari mengenai sistem informasi yang
diterapkan, sehingga hal ini dapat menjadi penghambat misalnya dalam proses pengambilan
keputusan. Manajemen memiliki pengaruh terhadap kegagalan dari penerapan sistem
informasi. Hal ini dapat ditunjukan dari penerapan sistem yang tidak sesuai dengan kebutuhan
user.
Penyebab lain dari kegagalan penerapan sistem informasi dalam perusahaan adalah
kurangnya perencanaan. Tahapan pengimplementasian sistem informasi adalah : evaluasi
bisnis, penentuan tujuan bisnis yang ingin dicapai dengan implementasi sistem informasi,
pembuatan strategi bisnis, pendefinisian kebutuhan sistem informasi untuk menunjang strategi
bisnis dan inisiatif yang sudah dimiliki, pembuatan desain sistem informasi yang disesuaikan
dengan kebutuhan, dan evaluasi. Tahapan ini merupakan tahap yang penting dan sebaiknya
dilalui terutama untuk menilai tingkat kepentingan perusahaan terhadap implementasi sistem
14
informasi. Dengan melalui tahap-tahapan ini, perusahaan dapat mengenali permasalahan yang
dihadapi sehingga kemudian memungkinkan pihak manajemen dapat lebih objektif
menentukan tujuan bisnis yang ingin dicapai melalui sistem informasi.
Salah satu penyebab kegagalan sistem informasi adalah tidak jelasnya kebutuhan
terhadap sistem. Perlunya identifikasi kebutuhan terhadap sistem dalam suatu perusahaan
merupakan bagian dari perencanaan sistem informasi yang merupakan komponen penting
dalam perencanaan perusahaan. Implementasi sistem sebaiknya dapat membantu perusahaan
mencapai tujuannya yaitu memperkuat bisnis, memberikan keunggulan kompetitif,
mempermudah pengelolaan sumber daya perusahaan dan penerapan teknologi dalam
perusahaan. Ketidaktahuan atau ketimpangan antara biaya dan sistem informasi yang
diberikan/dibuat menyebabkan perusahaan harus mengeluarkan biaya lebih besar.
Permasalahan yang mungkin timbul adalah ketika perusahaan menerapkan sistem informasi,
namun pembelian tersebut melebihi kebutuhan bisnis sehingga alokasi biaya menjadi bengkak.
Perusahaan juga dapat mengalami kerugian jika tidak dapat mempertimbangkan kemampuan
perusahaan menggunakan capital dan operating expenditure dalam hal pengadaan peralatan.
Pengalihan system informasi lama dapat berakibat kegagalan dalam
pengimplementasian sistem informasi baru. Hal ini dapat terjadi karena sumber daya belum
siap dalam implementasi, adanya kesalahan prosedur pelaksanaan, dan kurangnya komunikasi.
Contoh kegagalan sistem informasi adalah yang terjadi pada Hershey Food Corporation tahun
1996. Saat itu, sistem informasi mereka diperbaharui baik dari software maupun hardware.
Namun, karena sumberdaya manusia belum siap menghadapi perubahan sistem informasi yang
baru, maka implementasi ini mengalami kegagalan dan diperbaiki selama bertahun-tahun.
Contoh lain adalah sistem infomasi yang diterapkan di New Zealand. SI ini berisi mengenai
metode penggajian para guru. Pada 6 bulan pertama, sistem ini berjalan dengan baik dan
mampu menghemat dana anggaran. Namun kemudian diprotes oleh beberapa guru sehingga
pemerintah New Zealand memutuskan menarik kembali sistem ini.
Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan banyak organisasi dalam membangun
sistem informasi adalah : (1) Pengorganisasian perusahaan yang kurang wajar; (2) Kurangnya
perencanaan yang memadai; (3) Kurang personil yang handal; (4) Kurangnya partisipasi
manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan
upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat
Kegagalan implementasi sistem informasi disebabkan karena keterlibatan pengguna yang
terbatas. Misalnya dalam penerapan sistem informasi, perusahaan hanya berfokus pada level
manajer sehingga dalam implementasinya sistem informasi kurang dapat digunakan oleh
15
seluruh karyawan dalam perusahaan tersebut. Selain itu, penyebab lain dari kegagalan
penerapan sistem informasi dalam perusahaan adalah kurangnya perencanaan, tidak jelasnya
kebutuhan terhadap sistem. Pengalihan sistem informasi lama ke sistem informasi baru .
Dari pemaparan diatas diketahui bahwa penerapan sistem informasi dalam suatu
perusahaan merupakan salah satu cara dalam memenangkan persaiangan yang semakin ketat
dan menjadikan informasi sebagai salah satu sumberdaya yang harus dikelola secara tepat guna
sehingga tercipta suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung kegiatan
operasional, manajemen dan fungsi penentu pengambilan keputusan bisnis yang tepat. Akan
tetapi dalam kenyataannya sistem informasi masih menemui beberapa kegagalan dalam
penerapannya. Oleh karena itu, menurut saya faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan
dalam penerapan sistem informasi antara lain :
Sebuah informasi dapat menjadi tidak sempurna karena beberapa hal seperti:
1. Tidak praktis dan terlalu mahal.
2. Ketidak tersedianya informasi secara lengkap.
3. Tidak mampu meramalkan dan mengontrol masa depan
4. Tidak diketahuinya keberadaan informasi. Misalnya informasi dalam format yang
salah.
3.5 Keberhasilan Implementasi Sistem Informasi
Critical Success Factors di bawah ini dapat membantu kinerja organisasi dalam proses
mengimplementasikan sebuah system informasi. Faktor faktor yang mungkin dapat
mempengaruhi proses implementasi suatu sistem informasi adalah (Applegate,1999) :
Bantuan dan keterlibatan dari top manajemen, Kebutuhan akan project champion, user
training, kemampuan organisasi menyerap teknologi, kemampuan untuk mengerti proses
bisnis, project planning, change management, dan manajemen proyek.

Tabel 1. Berbagai CSF Berdasarkan Beberapa Penulis.


CSF Critical Success Factors Penulis
No.
1 Framework pengambilan keputusan (McCredie and Updegrove 1999)
yang tepat
2 Struktur manajemen (Sumner 1999) (Nelson and Somers 2001)

3 Bantuan dari Top manajemen (Holland and Light 1999; Sumner 1999;
Kuang et al. 2001; Nelson and Somers 2001)
4 Keahlian pihak luar (penggunaan (McCredie and Updegrove 1999; Sumner
konsultan) 1999; Nelson and Somers 2001)

16
5 Team proyek yang seimbang (Wee 1999; Kuang et al. 2001)

6 Riset (McCredie and Updegrove 1999)

7 Tujuan, fokus dan batasan proyek yang (Holland and Light 1999; Kuang et al. 2001)
jelas
8 Manajemen proyek (Holland and Light 1999; McCredie and
Updegrove 1999; Kuang et al. 2001; Nelson
and Somers 2001)
9 Manajemen yang mau berubah (Holland and Light 1999; McCredie and
Updegrove 1999; Kuang et al. 2001; Nelson
and Somers 2001)
10 Keikutsertaan user (McCredie and Updegrove 1999)

11 Training dan pendidikan tentang proyek (McCredie and Updegrove 1999; Sumner
terkait 1999; Nelson and Somers 2001)
12 Kehadiran champion (Sumner 1999; Kuang et al. 2001; Nelson and
Somers 2001)
13 Customisasi software yang minimal (Kuang et al. 2001; Nelson and Somers 2001)
14 BPR (Business process reengineering) (Kuang et al. 2001; Nelson and Somers 2001)
15 Disiplin dan standarisasi (Sumner 1999)
16 Komunikasi yang efektif (Sumner 1999; Kuang et al. 2001)
17 Menugaskan orang untuk full time (McCredie and Updegrove 1999)
mengawasi implementasi sistem
18 Pengetahuan yang cukup tentang teknik (Sumner 1999)
dan bisnis proses
19 Kultur (Kuang et al. 2001)

20 Memonitor dan mengevaluasi (Kuang et al. 2001)


performance
21 Testing and troubleshooting pada (Kuang et al. 2001)
software
22 Ekspektasi manajemen (Nelson and Somers 2001)
23 Hubungan kerja dengan vendor / (Nelson and Somers 2001)
pelanggan
24 Penggunaan alat alat development dari (Nelson and Somers 2001)
vendor
25 Pemilihan paket yang tepat dari vendor (Nelson and Somers 2001)
26 Kooperasi dan komunikasi antar (McCredie and Updegrove 1999; Nelson and
departemen Somers 2001)

17
27 Isu hardware (McCredie and Updegrove 1999)
28 Informasi dan akses sekuriti (McCredie and Updegrove 1999)
29 Pendekatan implementasi (McCredie and Updegrove 1999)
Sumber : Dzaky, Alfian Surury (2010)
Secara garis besar keberhasilan penerapan sebuah sistem informasi sangat bergantung
pada sistem apakah yang dibangun oleh perusahaan, apakah sistem ini mampu mengadaptasi
kebutuhan perusahaan, mudah digunakan dan mampu menyajikan segala jenis informasi yang
diperlukan. Dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang dapat digunakan untuk mengukur
keberhasilan sistem informasi adalah :
a. Penggunaan sistem tingkat tinggi (High Levels of System Use)
Dengan penggunaan yang tinggi, artinya sistem informasi yang dibangun memiliki
manfaat yang sesuai dengan kebutuhan para user (dalam hal ini pegawai
perusahaan) sehingga mereka menggunakan sistem ini secara sering.
b. Kepuasan pengguna terhadap sistem (Users Satisfaction With The Systems)
Dengan semakin meningkatnya kepuasan para user terhadap sistem yang dibangun,
maka hal itu mengindikasikan bahwa sistem tersebut telah sesuai dengan kebutuhan
pengguna dan merupakan indikasi keberhasilan dari sistem. Karena tidak mungkin
sistem yang ada dianggap berhasil jika dalam implementasinya banyak terjadi
keluhan dari para penggunanya.
c. Sikap yang menguntungkan (Favourabel Attitude) para pengguna terhadap
sistem informasi dan staf dari sistem informasi
Jika para pengguna memiliki sikap yang positif terhadap sistem yang ada, maka hal
tersebut merupakan indikasi keberhasilan yang kuat. Karena tidak mungkin para
pengguna memiliki sifat yang positif jika sistem yang ada tidak memberi dampak
yang positif serta sesuai dengan yang dibutuhkan.

18
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa mengenai faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan dalam
implementasi sebuah system informasi dapat disimpulkan bahwa implementasi dan
pengembangan sistem informasi di perusahaan dapat membawa perusahaan kepada
kesuksesan, namun bisa juga membuat perusahaan menjadi rugi. Bahkan saat ini, lebih banyak
perusahaan yang gagal daripada yang berhasil menerapkan teknologi informasi. Pernyataan ini
ditunjukkan oleh hasil dari beberapa riset, yang membuktikan bahwa sebagian besar
perusahaan di dunia, termasuk di Indonesia, gagal menerapkan sistem informasi. Pada
umumnya, kegagalan tersebut diakibatkan oleh perencanaan perusahaan yang kurang matang
dan perusahaan tersebut belum siap dalam menerima teknologi baru. Ketidaksiapan ini dapat
berasal dari jumlah dana maupun dari sikap, budaya dan pengetahuan SDM yang telah dimiliki.
Dalam mengembangkan sebuah sistem informasi, perusahaan harus memperhatikan beberapa
hal :
a. Desain
b. Dana
c. Data
d. Operasi
Keempat hal tersebut harus mampu disinkronkan secara tepat oleh perusahaan agar tujuan dari
pengembangan sistem informasi tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Adapun
beberapa manfaat yang dapat diterima dari pengembangan sistem informasi ini meliputi :
1. Sebagai salah satu sumberdaya organisasi yang menunjang kegiatan operasional dan
manajerial.
2. Memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu, dan tersaji dalam bentuk yang
sesuai.
3. Menunjang keunggulan kompetitif perusahaan
4.2 Saran
Jika sebuah perusahaan ingin terus bisa berkompetisi dan menjadi “champion” dari
suatu segmen bisnis yang dijalaninya, maka dia harus mampu memanfaatkan sistem informasi
tersebut secara optimal. Apalagi dengan teknologi yang semakin maju dan modern dimana
penggunaan sistem informasi telah menjadi suatu keharusan agar bisnis yang dilakukan tidak
lagi terbentur oleh jarak, waktu dan biaya. Sistem informasi pun akan sangat membantu
19
perusahaan dalam melakukan ekpansi bisnisnya, mencari kekuatan dan kelemahan pesaing
serta untuk mengetahui kebutuhan konsumen.
Agar tidak terjadi kegagalan sistem informasi maka diperlukan :
a. Pelatihan dan penginformasian kepada pengguna.
b. Perencanaan sistem informasi yang tepat dengan kebutuhan.
c. Menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan sistem informasi yang akan digunakan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Babu, A. Ramesh., Y. P. Singh, R.K. Sachdeva. 2000. Establishing a Management Information


System.
Bowtell DDL. Options available from start to finish for obtaining expression data by
microarray.Nat Genet. 1999 21:25–32
Dzaky, Alfian Surury. 2010. Rancang Bangun Sistem Informasi Manajemen Berbasis Web
Pada Penerimaan dan Pengeluaran Zakat Infaq dan Sadaqah. [Skripsi]. Jakarta :
Program Studi Sisitem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Markus, M.L. and Tanis, C. (2000) The enterprise systems experience – from adoption to
success. In Framing the Domains of IT Research: Glimpsing the Future Through the
Past, Zmud, R.W. (ed.) (Pinnaflex Educational Resources, Cincinnati, OH), 173–207.
McLeod, Raymond Jr,. 1995. Management Information System, sixth edition. Prentice-Hall
Inc, New Jersey.
O’Brien, James., George M. Marakas. 2004. Management Information System, Seventh
Edition. Mc Graw-Hill Irwin Publisher, New York.
Peranan Sistem Informasi Dalam Bisnis http://denyoklex.blogspot.com/ Rabu, 23 Desember
2009
Sugiarsono, Joko. 2003. Sajian Utama, Potret Kebingungan Investasi TI. SWA Edisi
02/XIX/23 Januari – 5 Februari 2003. P. 24 – 31.
[http://www.computerweekly.com/] Diakses Tanggal 21 November 2013.

21

Anda mungkin juga menyukai