Bismillaahirrahmaanirraahiim
SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
Menyetujui
Pembimbing Utama
Pembimbing Serta I
Pembimbing Serta II
Mahani, SP.,M.Si.
NIK. 197407162008121001
Mengetahui
Dekan FMIPA Unisba
RIWAYAT PENULIS
BIODATA
Nama
: LAKI-LAKI
Agama
: ISLAM
Pekerjaan
: WIRASWATA
Alamat
RT/RW
: 01/002
Desa/Kel.
: CIMEKAR
Kecamatan
: CILEUNYI
Telepon
RT/RW
: 01/002
Desa/Kel.
: CIMEKAR
Kecamatan
: CILEUNYI
Telepon
: 022-7813785 (rumah)
PENDIDIKAN
1.
TK AS Syifa, Bandung
(1994-1995)
2.
(1995-2001)
3.
( 2001-2004)
4.
(2004-2007)
5.
Telah dilakukan penelitian terhadap efek antibakteri dari ekstrak propolis dan sari
jeruk nipis. Ekstrak propolis 0,1% dan sari jeruk nipis 20% diketahui memiliki
efek antibakteri dengan memberikan zona hambatan pada Staphylococcus aureus
sebesar 9,53 mm dan 0,52 mm, serta memiliki efek antibakteri pada
Propionibacterium acnes sebesar 5,53 mm dan 2,51 mm. Namun keduanya tidak
berefek pada Escherichia coli. Pada penelitian ini dibuat krim ekstrak propolis 1%
(F1) dan kombinasi ekstrak propolis 0,1% - sari jeruk nipis 20% (F2). Kedua krim
kemudian dievaluasi organoleptik, pH dan viskositasnya serta diuji hambatannya
terhadap P.acnes, S.aureus dan E.coli. Hasil penelitian menunjukan krim F1 dan
F2 kehilangan aktivitas antibakterinya terhadap P. acnes, namun tetap memiliki
diameter hambat sebesar 4,51 mm terhadap S. aureus.
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
ABSTRACK
KATA PENGANTAR .................................. ..................................
DAFTAR ISI .......................................................... .........................
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................
DAFTAR TABEL .......... .................................................................
DAFTAR GAMBAR ....... ...............................................................
PENDAHULUAN .................................................................. ..........
BAB
I
TINJAUAN PUSTAKA ............................................. ..........
1.1.
Propolis ..............................................................
1.1.1. Pengertian propolis ................................................................
1.1.2. Klasifikasi lebah .....
1.1.3. Jenis-jenis lebah ..
1.1.4. Cara Pengumpulan Propolis.
1.1.5. Karakteristik Fisik Propolis......
1.1.6. Kandungan Propolis ...
1.2.
Jeruk Nipis ...........................................................................
1.2.1. Klasifikasi....
1.2.2. kandungan jeruk nipis ....
1.3.
Kulit ...
1.3.1. Anatomi fisiologi kulit
1.3.2. Absorsi perkutan .
1.4.
Antibakteri
1.5.
Bakteri yang digunakan ..
1.5.1. Staphylococcus aureus ...
1.5.2. Propionibacterium acnes ...
1.5.3. Escherichia coli ..
1.6.
Ekstraksi ....
1.6.1. Jenis-jenis ekstraksi ...
1.7.
Krim ..
1.7.1. Pengolongan krim ..
a. Berdasarkan tipe emulsi .
b. Berdasarkan bentuk
c. Berdadsarkan tipe fungsinya ..
1.7.2. Formula umum krim ..
1.7.3. Formula sediaan .
1.8.
Data Preformulasi
II
METODOLOGI PENELITIAN ........................................
III.
BAHAN, ALAT DAN HEWAN PERCOBAAAN .............
3.1. Bahan......................................................................................
3.2.
Alat ........................................................................................
i
iii
vi
vii
viii
1
4
4
4
4
4
6
8
8
9
10
10
11
11
13
14
16
16
17
18
19
20
21
21
21
21
22
23
24
25
28
29
29
29
IV
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.5.1.
4.5.2.
4.5.3.
4.5.4.
4.6.
30
30
30
30
33
33
33
33
34
35
35
36
36
36
37
38
39
39
39
39
40
40
40
41
41
41
41
43
43
45
47
49
50
50
50
51
54
LAMPIRAN
Lampiran
1 Surat determinasi jeruk nipis ..............................................
2 Surat keterangan bahan .......................................................
3 Tabel V.11 hasil uji viskositas (F1) ...................................
4 Tabel V.12 hasil uji viskositas (F2) ....
5 Gambar 4 hasil uji KHM ekstrak propolis ..
6 Gambar 5 hasil uji KHM sari jeruk nipis
Halaman
54
55
56
56
57
58
DAFTAR TABEL
Tabel
I.1
I.2
IV.3
V.4
V.5
V.6
V.7
V.8
V.9
V.10
L.5.11
L.5.12
Halaman
9
24
39
42
44
45
45
47
49
50
56
56
DAFTAR GAMBAR
Gambar
I.1
I.2
I.3
L.4
L.5
Halaman
7
9
12
57
58
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.
Propolis
Klasifikasi lebah
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Ordo
: Hymenoptera
Famili
: Apidae
Bangsa
: Apini
Genus
: Trigona
Spesies
Aktivitas antibakteri propolis yang berasal dari daerah geografik berbeda dapat
berbeda pula. Penelitian yang dilakukan ilmuan terkenal dari Rusia, V.P.
Kivalkina dalam majalah Antibiotics, menjelaskan tentang pengujian khasiat
antibakteri dalam propolis. Penelitian dilakukan terhadap 28 jenis propolis yang
berasal dari Rusia, Bulgaria, dan Cekoslovakia. Kivalkina menyatakan
bagaimanapun cara propolis diambil, tetap memiliki khasiat tersendiri dan
memiliki khasiat antibakteri walaupun telah tersimpan lama. Salah satu jenis
lebah yang mampu menghasilkan propolis dalam jumlah banyak yaitu jenis
Trigona spp (Mahani dkk, 2011:37).
Selain propolis, jeruk nipis juga memiliki aktivitas antibakteri yang
mampu menghambat pertumbuhan bakteri atau bersifat bakteriostatik. Jeruk nipis
(Citrus aurantifolia Swingle) dikenal juga dengan nama latin Citrus limonellus
Mig. Kandungan jeruk nipis diantaranya limonen, karbohidrat, asam sitrat,
vitamin C, dan Vitamin A (Sethpakdee, 1992:126). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jeruk nipis memiliki konsentrasi hambat minimum untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Bacillus spp, Staphylococcus aureus, Eschericha coli dan
Salmonela spp
acne harus dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi hambat
minimum dari jeruk nipis pada bakteri. Selain antibakteri, jeruk nipis juga dapat
mengecilkan pori-pori dan menghaluskan kulit (Rukmana, 1996:18-21).
Propolis memiliki keunggulan apabila digunakan dalam sediaan kosmetik,
karena propolis juga diketahui juga berefek pada regenerasi jaringan serta
memiliki aktivitas antioksidan dan antifungi. Ekstrak propolis dapat dibuat dalam
berbagai bentuk sediaan seperti krim, gel, salep, sampo, dan pasta. Sediaan
kosmetika berbentuk krim memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah
mudah menyebar secara merata pada kulit, lebih nyaman untuk digunakan, dan
mudah dicuci. Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap aktivitas
antibakteri ekstrak propolis lebah lokal (Trigona spp) dan jeruk nipis (Citrus
aurantifolia Swingle), serta formulasinya ke dalam bentuk sediaan krim.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah
dan dapat digunakan untuk menunjang penelitian selanjutnya bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan utama pembuatan formulasi krim antibakteri ekstrak propolis dan
jeruk nipis adalah untuk membuat suatu bentuk sediaan baru dari produk propolis
dan jeruk nipis yang dalam pengunaannya dapat diaplikasikan dengan nyaman,
aman dan berkhasiat sebagai antijerawat.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian terhadap aktivitas antibakteri
ekstrak propolis lebah lokal (Trigona spp) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia
Swingle), serta formulasinya ke dalam bentuk sediaan krim dan akan dilihat
diameter hambatnya pada bakteri E. coli, S. aureus dan P. acnes. asam dan tahan
terhadap fermentasi. Lebah trigona sebelum nya tidak populer karena produksi
madunya sangat rendah. Namun, kini menjadi populer karena ternyata handal
dalam memproduksi propolis.
2) Lebah hutan ( Apis dorsata)
Apis dorsata dapat ditemukan hampir di seluruh kepulauan di Indonesia,
kecuali Maluku dan irian jaya. Dari subspecies A. Dorsata, dua di
Jenis lebah ini biasa ditemukan di sekitar Muaro, Solok, Sumatra Barat,
dan sekitar Barabai Kalimantan Selatan. Lebah merah ini sedikit lebih
besar dari lebah lokal dan memiliki warna bulu kemerahan. Namun,
hingga kini belum diusahakan secara komersial.
7) Lebah gunung (Apis nuluensis)
Apis nuluensis baru ditemukan di Sabah Kalimantan, pada ketinggian di
atas 1,700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Keberadaan lebah gunung
di tempat yang lain merupkan tantangan bagi para peneliti pelebahan di
Indonesia.
8) Lebah lokal Sulawesi (Apis nigrocincta)
Sampai saat ini A. Nigrocincta baru ditemukan di Sulawesi, Sangih. Jenis
lebah ini mirip dengan A. Cerena, hanya warna tubuhnya lebih kuning.
(Mahani dkk, 2011:2-4).
1.1.4. Cara pengumpulan propolis
Biasanya untuk pengupulan propolis Trigona spp dilakukan dengan
mengambil sarangnya. Karena lokasinya menyebar dan menyatu dengan sarang,
hati-hati ketika memotongynya. Setelah dipotong, cungkil mengunakan pisau.
Bagian yang diambil adalah bagian yang banyak mengandung propolis, sarang
pembungkus madu. Bagian yang tersisa tetap dibagian bendala agar mengandung
pakan lebah, seperti madu, royal jelly, dan polen. Bagian yang banyak
mengandung larva/tempayak, jangan diambil karena penting untuk menambah
populasi.
keluar.
Madunya
ditampung,
sementra
sarangnya
(propolis)
ketika dibekukan dan disimpan pada suhu mendekati titik beku, propolis akan
menjadi keras dan rapuh. Propolis biasanya berubah menjadi cair pada suhu 60700C, tetapi terdapat pula propolis yang memiliki titik leleh pada suhu 100 0C
(Krell, 1996). Propolis Trigona spp memiliki karakteristik fisik padatan yaitu
plastis, liat, dan lengket. Namun, jika disimpan dalam suhu rendah berubah sifat
plastis, liat, dan lengket masih agak sedikit bertahan (Mahani dkk, 2011: 21-22).
1.1.6. Kandungan propolis
Propolis memiliki komponen kimia yang kompleks. Berdasarkan
tumbuhan asal resin pembentukan serta pengetahuan tentang senyawa aktif
propolis, maka telah ditentukan komponen yang terkandung di dalam propolis
(misalnya propolis asal Rusia, Brasilia, dan Eropa). Umumnya propolis
mengandung resin (45-55%), lilin dan asam lemak (25-35%), minyak esensial
(10%), pollen (5%), dan komponen organik serta mineral (5%). Ada pun
komponen umum propolis yang berasal dari berbagai daerah tertera pada tabel
berikut (Hasan, 2010:10).
Daerah asal
Eropa, Asia ,
Amerika Utara
Tumbuhan sumber
resin
Populus spp
Komponen utama
Pinoserebrin, pinobanksin,
pinobanksin3-O-acetate,
chrysin, galangin,
caffeates(benzly,
phenylethyl,prenyl)
Rusia utara
Betula
verrucosa(birch)
Brazil
Baccahris spp.
Araucaria spp.
Kepulauan Canary
1.2.
(malaysia). Jeruk nipis memiliki habistus perdu, dengan tinggi sekitar 3,5 meter
dan memiliki daun yang manjemuk, elips atau bulat telur, pangkal daun membulat
dan berujung tumpul. Buah jeruk nipis buni, berdiameter 3,5 sampai 5 cm,
memiliki warna hijau ketika masih muda dan menjadi kuning setelah tua. Biji
berbentuk bulat telur, pipih, putih kehijauan (Syamsuhidayat dan Hutape, 1991:
144).
1.2.1. Klasifikasi
Jeruk nipis termasuk divisi magnoliophyta, subdivisi Rosidae, kelas
magnoliopsida, bangsa sapindales, suku rutacea, marga citrus, jenis citrus
auratifolia dan berikut klasifikasi menurut (Cronquist, 1981: Xii-XVi).
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Subdivisio
: Rosidae
Kelas
: Magnoliopsida
Bangsa
: Sapindales
Famili
: Rutaceae
Genus
: Citrus
Species
nipis
mengandung
saponin,
flavonoid
dan
minyak
atsiri
Kulit
Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, di mana pada kulit
orang dewasa beratnya kira-kira delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit
menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-macam
fungsi dan kegunaan. Kulit berfungsi sebagai pembatas terhadap serangan fisika
dan kimia. Kulit berfungsi sebagai thermostat dalam mempertahankan suhu tubuh,
melindungi tubuh dari serangan mikroorganisame, sinar ultraviolet, dan berperan
pula dalam mengatur tekanan darah (Rina, 2011:8).
1.3.1. Anatomi fisiologi kulit
Kulit merupakan jaringan yang lentur dan elastis, menutupi seluruh
permukaan tubuh dan merupakan 5% berat tubuh. Kulit sangat berperan pada
pengaturan suhu tubuh dan mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk
mengeluarkan kotoran.
Kulit terbentuk dari tumpukan 3 (tiga) lapisan berbeda yang berurutan dari
luar kedalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh
darah dan pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan jaringan
dibawah kulit yang berlemak atau yang disebut hipodermis. Kulit mempunyai
aneksa, kelenjar keringat dan kelenjar sebum yang berasal dari lapisan hipodermis
atau dermis dan bermuara pada permukaan dan membentuk daerah yang tidak
berkesinambungan pada epidermis (Rina, 2011:8)
1) Epidermis
Epidermis merupakan lapisan epitel, tebal rata-rata 200 m dengan sel
yang berdiferensiasi bertahap dari bagian yang lebih dalam menuju ke
permukaan dengan proses keratinisasi. Epidermis dibedakan atas 2 bagian
yaitu lapisan malfigi yang hidup, menempel pada dermis, dan lapisan
tanduk yang tersusun atas sekumpulan sel mati yang mengalami
keratinisasi.
2)
3) Anestis Kulit
Anestis kulit terdiri atas sistem pilosebasea dan kelenjar sudoripori. Setiap
bulu membentuk saluran epidermis yang masuk kedalam dermis dan
selanjutnya membentuk selubung luar bulu tersebut. Bagian yang paling
dalam, tertanam oleh akar pada sebuah papilla dari jaringan penyangga
dermik yang mempunyai banyak pembuluh darah. Selubung epitel bagian
dalam mengelilingi rambut melalui dari akarnya sampai ditempat yang
berhubungan dengan kelenjar sebasea (Rina,2011:10).
1.3.2. Absorbsi perkutan
Kulit karena impermeabilitasnya dapat dilewati oleh sejumlah senyawa
kimia dalam jumlah sedikit. Bila suatu sistem obat digunakan secara topikal,
maka obat akan keluar dari pembawanya dan berdifusi ke permukaan jaringan
kulit. Obat dapat berdifusi ke jaringan kulit melalui daerah kantung rambut,
kelenjar keringat atau di antara kelenjar keringat dan kantung rambut. Ada 4 jenis
kulit wajah, yaitu:
1) Kulit kering
Pada jenis kulit kering, kelenjar sebasea dan keringat hanya dalam jumlah
sedikit. Jenis kulit kering mempunyai ciri-ciri penampakan kulit terlihat
kusam.
2) Kulit berminyak
Pada jenis kulit berminyak, kelenjar sebasea dan keringat terdapat dalam
jumlah banyak. Jenis kulit berminyak mempunyai ciri kulit wajah mudah
berjerawat.
3) Kulit normal
Pada jenis kulit normal, jumlah sebasea dan keringat tidak terlalu banyak
karena tersebar secara merata. Ciri jenis kulit normal: kulit tampak lembut,
cerah dan jarang mengalami masalah.
4) Kulit kombinasi
Pada jenis kulit kombinasi, penyebaran kelenjar sebasea dan keringat tidak
merata. Jenis kulit kombinasi mempunyai ciri kulit dahi, hidung dan dagu
tampak mengkilap, berjerawat, tetapi kulit dibagian pipi tampak lembut.
(Dwikarya, 2003:121-123).
1.4.
Antibakteri
Antibakteri adalah zat yang digunakan untuk membasmi bakteri
sedangkan
bakteriostatik
memiliki
kemampuan
menghambat
1.5.
: Monera
Divisio
: Firmicutes
Class
: Bacilli
Order
: Bacillales
Family
: Staphylococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Species
Pengamatan secara mikroskopis, sel bakteri tampak berwarna biru ungu atau
violet, berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 1 m, tidak bergerak aktif dan
tidak membentuk spora, pada biakan cair dapat terlihat berbentuk tunggal,
berpasangan, berempat atau membentuk rantai. Susunan bergerombol adalah
susunan yang paling khas. Koloni pada biakan padat berbentuk bulat, halus
menonjol dan berkilau, membentuk berbagai pigmen (Jawetz dkk., 2008:225).
: Bacteria
Phylum
: Actinobacteria
Family
: Propionibacteriaceae
Genus
: Propionibacterium
Species
Pada pewarnaan Gram, kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk panjang, dengan
ujung yang melengkung, berbentuk gada atau lancip, dengan pewarnaan yang
tidak rata dan bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau bulat
(Rina,2011:16).
P. acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase,
yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat
menimbulkan radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P. acnes kadangkadang menyebabkan infeksi katup jantung prostetik dan pintas cairan
serebrospinal (Bojar,2004:22)
P. acnes merupakan suatu bakteri gram positif, anaerob fakultatif, tumbuh
dipori yang kecil, dan kembangbiak relatif lambat (inkubasi 18-24 jam).
Pertumbuhan optimum terjadi pada suhu 30-37C. Koloni bakteri ini pada media
agar berwarna kuning muda sampai merah muda dan memiliki bentuk yang khas
(Rina,2011:16).
1.5.3. Escherichia coli
: Protophyta
Kelas
: Schizomycetes
Bangsa
: Eubacteriales
Suku
: Enterobacteriaceae
Marga
: Escherichia
Jenis
1.6.
Ekstraksi
Ekstraksi adala jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan
pelarut kemudian terjadi kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang
datar antarmuka bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengan
cara difusi. Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah
menembus kapiler-kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak
larutan dengan konsentrasi lebih tinggi di bagian dalam bahan ekstraksi dan
terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi larutan dengan larutan di
luar bahan (Wientarsih, I dan Prasetyo B, 2006:9).
Cara Dingin
Cara Panas
1.7.
Krim
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih
bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah krim
secera tradisional telah digunakan untuk sediaan padat yang mempunyai
konsistensi relatif cair, diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau
minyak dalam air (Depkes RI, 1995:6).
1.7.1. Penggolongan Krim
a.
1) Krim minyak dalam air, lebih disukai karena mudah tercampur dalam air
sehiga mudah menyebar dengan rata pada permukaan kulit, mudah dicuci
dengan air, tidak mengganggu fungsi kulit, kontak dengan kulit baik dan
mempunyai penampilan yang menarik.
2) Krim air dalam minyak, mengandung sejumlah besar komponen lemak
sehingga sulit dicuci oleh air, terasa berlemak jika digunakan dan
terkadang setelah disimpan selama beberapa waktu menunjukan adanya
pemisahan fase minyak pada permukaannya (Agistri,2007:21).
b. Berdasarkan bentuk
Krim yang mengandung satu atau lebih bahan terlarut atau terdispersi
dalam bahan dasar yang sesuai, sehingga berdasarkan bentuknya, krim
dapat dibagi menjadi :
perwarna
rambut
(hair
dye
cream),
dipergunakan
untuk
8) Krim
serbaguna
melembabkan,
(all
purpose
melembutkan
cream),
dan
dapat
memberi
digunakan
nutrisi
pada
untuk
kulit
(Agistri, 2007:22).
1.7.2. Formula Umum Krim
Krim yang diformulasikan sebagai emulsi ari dalam minyak atau minyak
dalam air memiliki formula umum sebagai berikut:
1) Zat aktif
Zat aktif yang umum dalam sediaan krim adalah zat yang larut dalam air
atau larut dalam minyak dan zat tersebut memberikan efek lokal atau
sistemik pada kulit.
2) Bahan dasar
Karena krim merupakan suatu emulsi minyak dalam air atau air dalam
minyak, maka bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan krim adalah
campuran minyak atau lemak dalam air.
3) Bahan tambahan
Bahan tambahan biasanya digunakan untuk memberikan keadaan yang
lebih baik dari suatu krim, bahan tambahan yang digunakan adalah
pengawet, zat pengemulsi emulgator, antioksidan, peningkat penetrasi,
pendapar, humektan, dan peningkat viskositas (Agistri, 2007:23-24).
1.7.3
Formulasi Sediaan
Tabel I.2 formulasi sediaan
Konsentrasi dalam persen %
Bahan
F1
F1.1
F1.2
Propolis
(zat aktif)
F1.3
F2
F1.4
F1.5
1%
Jeruk nipis
F2.1
F2.2
F2.3
F2.4
F2.5
gliserin (basis)
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Propilen glikol
(humektan )
10
10
10
10
10
10
10
10
10
10
Glyserin
monostearat
(emulgator )
Na laurly sulfat
(emulgator)
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Metil paraben
(pengawet)
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
Propil paraben
(pengwet )
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
Setil alkohol
(pengental)
tokoferol
(antioksidan)
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Aquadest ad
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
Keterangan :
X = Konsentrasi propolis yang diambil dari uji orientasi KHM yang terbaik.
Y = Konsentrasi sari jeruk nipis yang diambil dari uji orientasi KHM yang terbaik.
1.9.
Data Preformulasi
1) Gliserin
Gliserin (Gliserol), CH2OH.CHOH.CH2OH. Gliserin adalah cairan seperti
sirup jernih dengan rasa manis, dapat bercampur dengan air dan alkohol,
gliserin lebih kental dibandingkan alkohol. Gliserin bersifat sebagai
bahan pengawet dan sering digunakan sebagai stabilisator dan sebagai
suatu pelarut pembantu bersama-sama air atau alkohol. Banyak
digunakan untuk preparat obat dalam. Konsentrasi gliserin maksimal
yang diperbolehkan untuk sediaan tropical kurang dari 30% (Rowe &
Weller, 1994:257).
2) Tokoferol
Tokoferol berbentuk cairan berminyak yang bersifat transparan, kental,
sedikit berbau, dan mempunyai warna berkisar dari kuning muda sampai
coklat kemerahan. Tokoferol bersifat tidak larut dalam air tetapi larut
dalam
pelarut
organik
seperti
etanol,
kloroform,
dan
heksana
3) Setil Alkohol
Pemerian berwarna putih, rasa lemah, memiliki bau khas, berbentuk granul
dan kubus. Kelarutan bahan ini larut dengan adanya peningkatan
temperatur, praktis tidak larut air, praktis tidak larut dalam etanol 95%.
Stabil dengan adanya asam, alkali, cahaya, dan air tidak dapat tengik.
Ketidakcampuran dengan bahan pengoksida yang kuat. Digunakan pada
sediaan
topikal
sebagai
pelunak
dengan
konsentrasi
2-5%
mudah
larut
dalam
etanol
dan
dalam
eter
pada
topikal
dengan
konsentrasi
0,01-0,6
Gliserin monostearat
untuk senyawa polar dan nonpolar yang dapat membentuk emulsi air
dalam dan minyak dalam air. Gliserin monostearat juga dapat digunakan
sebagai dispending agent untuk pigmen dalam minyak, atau sebagai
pelarut untuk fosfolipid seperti lesitin (Rowe & Weller, 1994:264)
8) Natrium lauril sulfat
Natrium lauril sulfat adalah campuran dari natrium alkil sulfat, sebagian
besar mengandung natrium lauril sulfat, CH3 (CH2)
10CH2
OSO3 Na.
kandungan campuran natrium klorida dan natrium sulfat tidak lebih dari
8,0 % Pemerian hablur, kecil, berwarna putih atau kuning muda agak
berbau khas. Kelarutan mudah larut dalam air, membentuk larutan
opalesen. Penggunaan Natrium sulfat pada sediaan topikal dengan
konsentrasi 0,5-2,5 (Depkes RI, 1979:713).
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
BAB III
BAHAN DAN ALAT
3.1.
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak propolis, sari
jeruk nipis, glisein, natrium lauril sulfat, metil pareben, propil paraben, setil
alkohol, propilenglikol, gliserin monostearat, tokoferol, alkohol, aquadest,
nutrient agar, Propionibacterium acnes, Escherichia coli, dan Staphylococcus
aureus dan nutrien Broth.
3.2.
Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah mortar, stamper, corong, cawan
porselen, tabung reaksi, penangas air, gelas ukur, labu Erlenmeyer, pipet tetes,
kapas,
penguap, cawan petri, tabung maserator, plat platina, pH meter Beckham, Rion
viskometer, inkubator Memmert.
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1.
4.2.
4.4.
Ekstraksi Propolis
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi. Sejumlah 1 kg propolis di
4.5.
hingga sebagian besar air tersuling. Kemudian kecepatan dinaikan menjadi 4 tetes
per detik sehingga air tersuling seluruhnya. Bagian dalam kondensor dibilas
dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama kurang lebih 5 menit kemudian
pemanasan dihentikan dan tabung penerima didinginkan pada suhu kamar. Air
yang masuk menempel pada dinding tabung penerima dilepaskan dengan
mengetuk-ngetuk tabung. Lapisan air dan toluena dibiarkan memisah dan volume
terbaca disebut volume destilasi ke dua (Depkes RI, 2000:14).
4.6.
dalam lubang dimasukan ekstrak propolis atau sari jeruk nipis. Sampel ekstrak
propolis maupun jeruk nipis lalu dibiarkan meresap ke dalam lapisan agar dan
diberi kode sesuai dengan konsentrasi ekstrak propolis dan sari jeruk nipis
tersebut, kemudian diinkubasikan selama 18 - 24 jam pada suhu kamar. Dalam uji
ini hasil positif ditandai dengan terbentuknya daerah bening pada daerah lubang.
Besar kecilnya zona bening yang terbentuk menunjukkan adanya penghambatan
bakteri.
4.7.
Formulasi Krim
Secara umum formulasi krim dibagi menjadi dua kelompok, kelompok
pertama dibuat lima formula tanpa penambahan sari jeruk nipis dan penggunaan
ekstrak propolis 1% dengan konsentrasi basis yang bervariasi. Kelompok kedua
dibuat lima formula dengan ekstrak propolis serta sari jeruk nipis yang digunakan
berdasarkan penentuan KHM.
4.7.1
kombinasi metil paraben dan propil paraben. Fasa minyak yang digunakan adalah
gliserin ditambahkan antioksidan tokoferol, dan setil alkohol yang juga larut
dalam fasa minyak. Natrium lauril sulfat dan propilenglikol merupakan fase air
selanjutnya kedua fase tersebut dipanaskan hingga suhu 65C diatas penangas air.
selanjutnya kedua fasa tersebut kemudian dimasukkan dalam stirer, diaduk
hingga membentuk massa krim. Selanjutnya propil dan metil paraben
ditambahkan kedalam sediaan setelah terlebih dahulu dilarutkan dalam 1 ml air
hangat. Setelah basis dingin, kemudian zat aktif ekstrak propolis dan sari jeruk
nipis dimasukkan dalam stirer secara geometris dan diaduk hingga homogen dan
pengadukan dilanjutkan sampai 15 menit hingga krim benar-benar homogen.
4.8.
Evaluasi
Evaluasi krim meliputi organoleptis, viskositas, homogenitas dan pH
sediaan.
4.8.1. Evaluasi organoleptis
Pengamatan organoleptis yang dilakukan terhadap krim yang dibuat
mencakup perubahan bau, terjadinya pertumbuhan jamur dan terbentuknya lapisan
dipermukaan sediaan krim selama penyimpanan satu bulan.
4.8.2. Evaluasi viskositas
Krim yang telah dibuat dimasukkan didalam gelas piala 100 ml, diukur
viskositasnya dengan viskometer Rion. Viskositas krim diamati pada tiap minggu
selama satu bulan dan diamati kerusakan sediaan selama penyimpanan.
4.8.3. Evaluasi homogenitas
Sejumlah krim yang di buat dioleskan tipis pada kaca obyek kemudian
diamati homogenitas sediaan.
4.8.4. Pengukuran pH sediaan
Sediaan diukur pHnya menggunakan pH meter Beckman. Sebelum
digunakan pH meter dikalibari dengan larutan dapar dengan pH 4 dan pH 7
kemudian ditimbang seksama sejumlah tertentu krim dimasukkan dalam gelas
beker ditambahkan 30ml akuades sedikit demi sedikit, diaduk sampai larut, diukur
pH-nya dengan pH meter yaitu dengan mencelupkan anoda dan katoda kedalam
larutan tersebut kemudian dilihat pada LCD display sampai tanda drift pada
layar hilang dan dicatat hasilnya.
4.9.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1.
Determinasi Bahan
Hasil determinasi Citrus aurantifolia Swingle fruktus menunjukan bahwa
buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,
jenis Citrus aurantifolia Swingle. Hasil determinasi terdapat pada Lampiran 1,
serta surat keterangan barang yang menyatakan bahwa Propolis yang digunakan
adalah propolis mentah lebah Trigona spp yang berasal dari Sulawesi Selatan,
terdapat pada Lampiran 2.
5.2.
Penapisan Fitokimia
Penelitian ini diawali dengan skrining fitokimia Propolis dan Jeruk nipis.
Golongan senyawa
Propolis
Alkaloid
Senyawa pilipenolat
Flavonoid
+
Tanin
Monoterpenoid dan sesquiterpenoid
+
Streroid dan triterpenoid
Kuinon
+
Saponin
+
Jeruk nipis
+
+
-
metabolit
sekunder
berupa
flavonoid,
monoterpen
dan
5.3.
Ekstraksi Propolis
Hasil dari ekstraksi propolis yang dilakukan dengan cara dingin
ditibambang berat labu yang didapat adalah 360 g, jadi berat labu isi labu kosng
dan berat ekstrak tersebut adalah 30 g. Hasil dari ekstrak propolis yang sudah
dipekatkan berwarna coklat kehitaman berbau khas propolis. Ekstrak propolis
yang didapat harus disalut dengan propilenglikol (b/v) berarti 30g dalam 30 ml
propilenglikol
adanya cahaya.
5.4.
larut air, kadar abu tidak larut asam. dilakukan di labolatorium kimia organik
Universitas Padjajaran Bandung. Hasil dari uji parameter ekstrak dapat dilihat
pada Tabel V.5.
Tabel V.5 Hasil pengujian parameter ekstrak
Ekstrak propolis
Kadar Air ekstrak
6,064 %
1,8959 %
98,4146%
1,5845 %
jumlah logam alkali dan logam tanah serta silikat yang terkandung pada ekstrak.
Pada uji kadar abu larut air sangat besar dikarenakan ekstrak propolis menjadi abu
sehingga kadar abu nya sangat tinggi.
5.5.
propolis dan sari jeruk nipis, hasil pengujian KHM dapat dilihat pada Tabel V.6
dan 7.
Konsentrasi
(%)
P. acnes (mm)
S. aureus (mm)
E. coli (mm)
0,1
5,58
9,53
0,25
4,56
0,5
0,75
1,1
1,25
1,5
1,75
oleh jeruk nipis dapat dikarenakan oleh pH yang sangat asam, yaitu 2,66 yang
diperoleh dari hasil penentuan pH dari jeruk nipis tersebut. pH yang sangat rendah
ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri bahkan menyebabkan bakteri tidak
dapat bertahan hidup di lingkungan pH yang sangat asam tersebut.
5.6.
menggunakan Na lauril sulfat namun zat aktif bersifat asam maka ditambahkan
gliserin monostearat guna menstabilkan formula sediaan. Formula krim akhir
terdapat pada tabel V. 8.
Bahan
F1
F2
Propolis
1%
0,1
Jeruk nipis
20
gliserin
10
10
Propilen glikol
10
10
Gliserin monostearat
8
9
Natrium Lauril sulfat
0,5
0,5
Metil paraben
0,2
0,2
Propil paraben
0,2
0,2
Setil alkohol
3
3
tokoferol
0,01
0,01
Aquadest ad
100
100
Tabel V. 8 Formula akhir krim antibakteri
Emulgator yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium lauril sulfat yang
merupakan salah satu surfaktan anionik sehingga akan membentuk monolayer
pada permukaan air minyak. Selain itu digunakan juga gliserin monostearat
sebagai emulgator yang larut dalam fasa minyak. Pada formulasi krim juga perlu
5.7.
uji organoleptik, viskositas, homogenitas, pH, dan KHM. Secara fisik, sediaan
krim memberikan penampilan yang baik dan mempunyai aroma jeruk nipis. Pada
uji organoleptis setelah empat minggu tidak terjadi pertumbuhan mikroba baik
pada F1 maupun F2.
Hasil pengukuran viskositas terhadap sediaan krim selama empat minggu
menunjukkan adanya perubahan viskositas, baik terhadap krim yang hanya
mengandung propolis maupun mengandung kombinasi propolis dan jeruk nipis.
Hasil dari pengukuran viskositas menunjukan bahwa dari formula F1 pada
konsentrasi gliserin monosetarat 8% menunjukan nilai viskositas yang lebih baik
dibandingkan formula yang lain. Pada formula F2 viskositas yang lebih baik
bandingkan formula yang lain adalah pada konsentrasi gliserin monostearat 9 %
Krim
Propolis
Krim
proplis
duplo
Krim
propolis+jeruk
nipis
Krim
propolis
+jeruk
nipis duplo
4,27
4,99
2,13
2,20
4,33
5,55
2,16
2,03
3,71
5,39
2,02
2,04
3,84
4,93
2,01
2,08
3,85
4,97
2,07
2,04
5.8.
difusi agar hasil yang didapat dari Uji KHM sediaan ada dalam Tabel V. 10.
S. aureus (mm)
E. coli (mm)
4,51
5,03
8,06
1,5
8,04
Krim propolis 1%
2,50
Ekstrak Propolis 1%
Dapat dilihat pada tabel V.10 hasil dari pengujian KHM sediaan, bahwa
krim F1 maupun F2 hanya menghambat S. aureus. Sementara ekstrak propolis
0,1% maupun jeruk nipis 20% dapat menghambat P. acnes. Setelah
diformulasikan dalam bentuk krim propolis dan jeruk nipis ternyata efek hilang,
hal tersebut kemungkinan dikarenakan konsistensi krim yang tinggi menyebabkan
yang ekstrak propolis dan jeruk nipis sulit berdifusi keluar dan memberikan efek.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak propolis dan sari jeruk nipis
efek
antibakteri
dengan
memberikan
zona
hambatan
pada
Staphylococcus aureus sebesar 9,53 mm dan 0,52 mm, serta memiliki efek
antibakteri pada Propionibacterium acnes sebesar 5,53 mm dan 2,51 mm. Hasil
dari pengujian aktivitas antibakteri dengan melihat KHM sediaan diketahui bahwa
krim F1 maupun F2 hanya menghambat pertumbuhan S. aureus.
6.2.
Saran
Perlunya dilakukan uji stabilitas krim dan uji iritasi secara in vivo, serta
DAFTAR PUSTAKA
A.E. Zainal Hasan. (2010). Sehat dan Cantik dengan Propolis. IPB Press : Bogor.
Agistri A. (2007). Formulasi krim Antioksidan dengan Ekstrak Propolis lebah
(Apis cerana Linn), skripsi, Universitas Padjajaran.
Agus Syahrurachman, dkk. (1994). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi.
Revisi. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Aiache, J.M. and J. Devissaguet. (1993). Farmasetika2: Biofarmasi, terjemahan
Soeratri W., ed.ke-2, Airlangga University Press, Surabaya.
Anief. Moh.(1999). Ilmu Meracik Obat, Cetakan ke-7, Gajah Masha University
Press, Yogyakarta, 28.
Ardo Sabir.(2005). Aktifitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona Spp terhadap
Bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Majalah kedokteran Gigi (Dent.J.),
Vol. 38. No.3 Juli-September.
Aulia, I.A. (2008). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanolik
Daun Arbenan (Duchesnea indica(Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus
aureus Dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta
Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Balsam, M.S., Sagarin, E. (1972). Cosmetic Science and Technology. Second
edition. New york. eCAM. 2005.
Bankova V. (2005). Chemical composition of European propolis: expected and
unexpected results Z Naturforsch.
Bonang, G. dan Koeswardono, E.S. (1981). Mikrobiologi Kedokteran untuk Lab
dan Klinik. Gramedia, Jakarta.
Jhon G. Holt, dkk.(1994). Bergeys Manual of Determinative Bacteriology. 9 th
edition.Williams & Wilkins Company.
Bojar, R.A and keith T. Holland. (2004). Acne and Propionibacterium acnes, clin,
Dermatol.
Capuccino, James G., Natalie Sherman. (2001). Microbiology : A Laboratory
Manual, Sixth Edition, Benjamin Cummings, San Fransisico.
Caroline.S. (2006). Formulasi Gel ekstrak The daun Hijau dan Penentuan
Aktivitas Antibakterinya Terhadap Propionibacteria acnes, Skripsi, Sekolah
Farmasi ITB.
Cronquist,A. 1981. An Integrated System of classification of Flowering Plants.
Columbia University press, New York.
Dalimartha, Setiawan. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Trubus
Agriwidya, Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia edisi
III, Departemen Kesehatan: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi
IV, Departemen Kesehatan: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2000).Parameter Standar Umum
Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan: Jakarta.
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. (1997). Materia Medika jilid
II. Depkes RI. Jakarta.
Dwikarya, Maria. (2003). Cara Tuntas Membasmi Jerawat. Kawan Pustaka:
Jakarta.
Ganiswarna, S, G. (1995). Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian
Farmakologi-Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta.
Giamalva, H. D., Church, D. F. and Pryor, W. A. (1985). A Comparison of
TheRates of Ozonation of Biological Antioxidant and Oleate and
LinoleateEster. Biochems.Biophys. Res. Commun.
Glucin, I, beydemir, S. dan Hisar, O. (2005). Effect of -tocopherol on
Antioksidant Enzymes Aktivities and Lipid Peroxidatioin in Rainbow Trout
(Oncorhynchus Mykiss). Acta Veterinaria Hungarica 53 (4).
Gordon, A. J. and Ford, R. A. (1972). The Chemists Companion. John Willey
&Sons, New YorkGulcin, I., Beydemir, S. dan Hisar, O. 2005.
Gupte S. 1990. Mikrobiologi Dasar. Binarupa Aksara. Jakarta.
Harry, R.G. (1975). Harrys Cosmetology. Volume 1. Sixth edition. London :
Chemical Publishing Company Inc.
Harborne, JB (1987). Metode Fitokimia. Penerbit ITB, Bandung.
Indra Saputra.(2009). Aktivitas Antibakteri Mikrokapsulasi Propolis Trigona spp.
Pandeglang setelah terpapar cairan Rumen Sapi. Skripsi, Institut Pertanian
Bogor. IPB.
Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Books, J. S. Butel, L.N Ornston,
1996, Mikrobiologi kedokteran, Terjemahan E. Nugroho, dan R. F. Mau
lany, ed ke-20, EGC,: Jakarta.
Jawetz, E., J. L. Melnick, E. A. Adelberg, G. F. Books, J. S. Butel, L.N Ornston,
2008, Mikrobiologi kedokteran, Terjemahan E. Nugroho, dan R. F. Mau
lany, ed ke-23, EGC,: Jakarta.
Karsinah, L.,H.M. Suharto dan H.W.Mardiastuti. (1994). Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. Jakarta.
Krell R. (1996). and 2005. Value-added products form beekeeping. FAO services
Bulletin 124. Roma.
Lachman L. (1999). Teori Dan praktek Farmasi Industri, Terjemahan Siti
Suyatmi Edisi II. Universitas Indonesia:Jakarta.
Mahani, Rokim A. Karim & Nunung Nurjanah, 2011, Keajaiban Propolis
Trigona. Pustaka Bunda : Jakarta.
Michael J. Pelczar, Jr., dan E.C.S. chan. (1988). Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2,
Universitas Indonesia : Jakarta.
Musalmah M, Then SM, Mat TG, Wan NWZ. (2006). Comparative effects of tocopherol and -tocotrienol against hydrogen peroxide induced apoptosis
on primary-cultured astrocytes. Journal Neurological Sciences.
Onyeagba R.A, Ugbogu O.C, Okeke C.U. and Irokasi.O. (2004). Studies on the
antimicrobial effects of garlic (Allium Sativum, Linn) ginger (Zingiber
officinale Roscoes) and lime(Citrus aurantifolia Linn). Afarican journal of
Biotechnology vol.3.
Rina S. (2011). Formulasi Krim ekstrak Daun papaya (Carica papaya Linn) dan
Madu sebagai Antijerawat (Antiacne) yang diuji pada Bakteri, Skripsi,
Universitas Islam Bandung.
Rowe, Sheskey and Weller. (1994). Handbooks of Pharmaceutical Exipients,
Pharmaceutical press : London.
Rukmana, R. (1996) Jeruk Nipis, Penerbit Kanisius Yogyakarta.
Sawaya, A.C.H.F., Souza, K.S., Marcucci, M.C., Cunha, I.B.S. &
Shimizu,M.T.(2004) Analysis of Composition of Brazilian Propolis Extracts
by Chromatography and Evaluation of Their In Vitro Activity Against Gram
positive bacteria. Brazilian Journal of Microbiology.
Sethpakdee, S. (1992). Citrus aurantifolia, in: Edible Fruit and Nut: Prosea Plant
Resources of South East Asia 2, Verheji. E.W.M and Conorel. R.E (Eds.),
126-128.
Shiombing. (1997). Ilmu Ternak Lebah Madu. Gadjah Mada University press.
Yogyakarta.
Syamsuhidayat, S., dan J.R. Hutape. (1991). Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
Badan Penelitan dan Pengembangan Kesehatan, Depkes RI, Jakarta, 144.
Wibowo. S. Daniel. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. PT. Gramedia : Jakarta, 29.
Winarno, F. G. (2002). Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Wientarsih, I dan Prasetyo B. 2006. Diktat Farmasi dan Ilmu Reseptier.
Bogor:PPDH FKH IPB.
LAMPIRAN
Lampiran 1
SURAT DETERMINASI
Lampiran 2
SURAT KETERANGAN BARANG
Lampiran 3
TABEL HASIL PENGUJIAN VISKOSITAS KRIM ANTIBAKTERI
konsentrasi
5%
6%
7%
8%
9%
Minggu
1(cp)
2400
2800
3300
2300
3100
2(cp)
2400
2800
2900
2250
3050
3(cp)
2600
2950
2900
2300
2700
4(cp)
2300
2600
2500
2200
2900
Tabel V.12 Hasil pengujian viskositas Krim propolis + jeruk nipis (F2)
Konsentrasi
5%
6%
7%
8%
9%
Minggu
1(cp)
1400
1900
1500
1850
3000
2(cp)
1950
2250
1800
1900
2900
3(cp)
1300
1750
1800
1900
2950
4(cp)
1300
1800
1950
1850
2950
Lampiran 4
GAMBAR HASIL UJI KHM EKSTRAK PROPOLIS DAN SARI JERUK
NIPIS
Jeruk nipis
Lampiran 5
GAMBAR HASIL UJI KHM EKSTRAK PROPOLIS
Propolis