Oleh:
NURYADIN
NIM: 1220410029
TESIS
YOGYAKARTA
2014
MOTTO
ii
iii
iv
vi
vii
ABSTRAK
Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab
Nama
Huruf Latin
Nama
alif
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
ba
be
ta
te
sa
jim
je
ha
kha
kh
ka dan ha
dal
de
zal
ix
2.
ra
er
zai
zet
sin
es
syin
sy
es dan ye
sad
dad
ta
za
ain
........
gain
ge
fa
ef
qaf
qi
kaf
ka
lam
el
mim
em
nun
en
wau
we
ha
ha
hamzah
...' ...
apostrof
ya
ye
Vokal
Vokal
3.
Vokal Tunggal
Vokal Tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
Nama
Huruf Latin
Nama
....... .......
Fathah
....... .......
Kasrah
....... .......
Dammah
Contoh:
4.
No
Transiterasi
1.
Kataba
2.
ukira
3.
Yahabu
Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
Nama
Gabungan Huruf
Nama
Fathah dan ya
ai
a dan i
......
au
a dan u
xi
Contoh:
No
Transliterasi
1.
Kaifa
2.
aula
5.
Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangya berupa harakat dan huruf,
Nama
Nama
. ..
Fathah dan
alif atau ya
..
Kasrah dan
ya
Dammah dan
wau
Contoh:
6.
No
Transliterasi
1.
Qla
2.
Qla
3.
Yaqlu
4.
Ram
Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua:
xii
7.
No
Transliterasi
1.
2.
Talhah
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda, yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh:
No
Transliterasi
1.
Rabban
2,
Nazzala
xiii
8.
Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambankan dengan huruf yaitu .
Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf
Qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf
Syamsiyyah
ditransliterasikan
sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Adapun kata sandang yang
diikuti oleh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan
yang
digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf
Syamsiyyah atau Qomariyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan
dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh:
No
9.
Transliterasi
1.
ar-Rajulu
2.
al-Jalalu
Hamzah
Sebagaimana telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan
dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila
terletak di awal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa
huruf alif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
xiv
No
Transliterasi
1.
Akala
2.
Ta'khuduna
3.
An-Nau'u
disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:
No.
Kalimat Arab
Transliterasi
1.
Wa m Muhammadun ill
rasl
2.
xv
dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkaikan.
Contoh:
No
Transliterasi
1.
2.
xvi
xvii
DAFTAR ISI
xviii
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk terbesar
di dunia. Indonesia juga merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan
tersebut ditandai dengan beragamnya etnis, suku, agama, budaya, dan adat-istiadat
yang terdapat di dalamnya.1 Beragam masyarakat dengan latar belakangnya yang
berbeda dan unik tersebut menjadi sebuah keniscayaan dan realita bangsa
Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke (Barat ke Timur) berbagai kebudayaan
yang
beragam
mengenai
penduduk
Indonesia
melingkupi
kehidupan
kebudayaan
yang
disebutkan
dikenal
dengan
istilah
Ibid.
dan dikembangkan sebagai bekalnya sekarang dan masa yang akan datang,
termasuk dalam memahami, menghadapi, dan mengalami segala perbedaan
(kemajemukan)
yang
ada.
Sehingga
pendidikan
yang
berwawasan
baru,
seperti
pengembangan
kemampuan
berbahasa
asing,
Badrus Sholeh dan Abdul Munim DZ, Perdamaian dari Lokal ke Global: Tantangan
Pesantren, dalam Badrus Sholeh (ed.), Budaya Damai Komunitas Pesantren (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2007), hlm. 133.
6
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
7
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Global: Resistensi Tradisional Islam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005). hlm. 5.
tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam yang
didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen,8 dalam
arti selama santri tersebut belajar di pesantren. Kemudian seiring dengan
perkembangan zaman, pesantren juga melakukan beberapa perubahan dan
perkembangan dalam sistem pendidikannya, disamping tetap mempertahankan
ciri khas kepesantrenannya.
Jika melihat sistem pendidikan yang diterapkan, pendidikan di pesantren
lebih berorientasi teosentris, sementara sistem pendidikan nasional berorientasi
pada antroposentris.9 Umumnya aktivitas atau pelajaran yang ada di pesantren
berorientasi pada kepentingan ibadah teosentris. Kegiatan pesantren yang
berlangsung selama 24 jam tidak hanya terjadi di dalam kelas namun juga di luar
kelas atau di lingkungan komplek pesantren. Interaksi antar masyarakat pesantren
(kyai/pengasuh/mudir, pengurus-usta-ustaah, dan santri) berlangsung selama
sehari semalam.
Jika dilihat tipologinya, maka pesantren mempunyai karakter yang plural,
tidak seragam, dan tidak memiliki wajah tunggal (uniform). Hal ini ditunjukkan
dengan tiadanya sebuah aturan yang menyangkut manajerial, administrasi,
birokrasi, struktur, budaya, kurikulum sampai pemihakan politik.10 Komunitas
pesantren, menurut Abdurrahman Masud, adalah bagian dari masyarakat Sunni
atau ahlu as-sunnah wa-l-jamaa (aswaja) yang didefinisikan sebagai mayoritas
muslim yang menerima otoritas sunnah rasul atau seluruh generasi pertama
(sahabat) serta keabsahan sejarah komunitas muslim.11
Pondok Pesantren Karya Pembangunan12 yang berada di Puruk Cahu,
Kabupaten Murung Raya (Kalimantan Tengah) merupakan salah satu pesantren
yang berada di tengah masyarakat yang beragam secara suku, agama, dan
sebagainya. Secara etnik, masyarakat yang mendiami kota Puruk Cahu beretnis
suku Dayak (Siang, Ot Danum, Maanyan), Bakumpai, Banjar, dan sebagainya,
dengan kata lain terjadi interaksi dan pembauran antara warga asli dan warga
perantauan. Kehadiran PPKP di wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang
memiliki perbedaan keyakinan, suku, dan tradisi tersebut merupakan upaya dalam
mempertahankan dan menghidupkan suasana islami yang berwajah damai dan
toleran terhadap perbedaan.
PPKP didirikan oleh tokoh-tokoh dari dua organisasi keagamaan Islam
yakni Muhammadiyah dan NU yang ada di Puruk Cahu dan daerah sekitarnya
pada tahun 1970. Saat ini PPKP berusia sekitar 44 tahun. Dari segi kepemimpinan
(leadership) PPKP memiliki dua unsur kepemimpinan yakni yayasan dan pondok
pesantren. Yayasan merupakan pemimpin tertinggi dalam struktur kelembagaan
pondok pesantren tersebut, sementara pimpinan pondok pesantren atau mudir almahad berada di bawah kepemimpinan yayasan. Meskipun demikian, mudir almahad memiliki kewajiban, hak, dan peran yang besar terhadap penyelenggaraan
11
pondok pesantren tersebut. Ada beberapa keunikan dari PPKP yakni dari sejarah
pendirian, unsur kepemimpinan, pengajar, dan santri yang belajar.
Para pengajar (usta-ustaah) yang di PPKP memiliki latar belakang yang
beragam menyangkut daerah, etnis, bahasa, pendidikan, dan sebagainya. Santri
yang belajar tidak hanya dari santri muslim yang beretnis muslim Bakumpai,
namun juga etnis keturunan Banjar, dan Jawa. Dalam pembelajaran setiap santri
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam berpartisipasi. Aspek keteladan
(role model) yang diperankan oleh pengasuh (mudir al-mahad) dan para guru
(usta-ustaah) merupakan hal yang sangat penting di pesantren tersebut. Mudir
al-Mahad yang merupakan pimpinan dan pengasuh pesantren tidak hanya terlibat
dalam lingkungan pesantren namun juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
seperti mengajar, berdakwah dan kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan uraian latar
belakang dan informasi awal tentang pondok pesantren dimaksud, maka penelitian
ini berupaya mengangkat suatu topik tentang pendidikan multikultural. Minimnya
penelitian lapangan tentang implementasi pendidikan multikultural juga
mendorong peneliti untuk mengkajinya lebih lanjut. Hal lain yang mendorong
adalah minimnya lembaga pendidikan yang menyelenggarakan atau mendasarkan
pendidikannya pada perspektif multikultural.
PPKP menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai ciri khasnya namun
tetap berupaya mengakomodir perbedaan yang ada di pesantren. Pendidikan
multikultural yang diterapkan bertujuan memberikan pemahaman yang terbuka
akan perbedaan seraya menanamkan pemikiran dan sikap yang toleran. Selain itu
juga sebagai sarana mengantisipasi konflik skala kecil maupun besar yang rawan
muncul jika tidak dikelola secara bijak. Melalui pendidikan berwawasan
multikultural
yang diimpelementasikan
sejak
dini
dapat
mengantisipasi
B. Rumusan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi
pendidikan multikultural di PPKP. Pertanyaan tersebut akan dirumuskan dalam
beberapa pertanyaan berikut yang sekaligus menjadi arah dalam penelitian ini.
1. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural yang berlangsung di
Pondok Pesantren Karya Pembangunan?
2. Bagaimana peranan pimpinan pondok pesantren dalam implementasi
pendidikan multikultural di Pondok Pesantren Karya Pembangunan?
3. Apa saja nilai-nilai multikultural yang diterapkan dalam pendidikan di Pondok
Pesantren Karya Pembangunan?
pendidikan
multikultural
di
Pondok
Pesantren
Karya
Pembangunan.
3. Mengetahui dan memahami nilai-nilai multikultural yang diterapkan dalam
pendidikan di Pondok Pesantren Karya Pembangunan.
Sementara manfaat atau kegunaan dari penelitian ini baik dari aspek teoritis
maupun praktis adalah
1. Memperluas dan memperkaya khazanah kajian pemikiran pendidikan nasional
dalam konteks pendidikan Islam.
2. Mengembangkan rumusan kajian pendidikan Islam yang berwawasan
multikultural.
3. Sebagai informasi bahwa pondok pesantren merupakan salah satu kelompok
civil society yang mengembangkan budaya damai dan toleran terhadap
perbedaan, khususnya ponpes yang berada di daerah heterogen.
4. Referensi bagi pemerintah, peneliti dan akademisi dalam upaya pengembangan
penelitian dan keilmuan tentang pendidikan Islam berbasis multikultural.
5. Menjadi bahan kajian dan referensi bagi pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) pada khususnya dan pemerintah pusat pada umumnya dalam
merencanakan,
menentukan,
dan
mengevaluasi
kebijakan-kebijakan
pendidikan.
D. Kajian Pustaka
Literatur-literatur yang mengkaji tentang topik multikulturalisme banyak
dijumpai
di
lingkungan
masyarakat
akademik,
walaupun
wacana
10
berupa
penelitian
yang
berkaitan
dengan
11
metode
historis-deskriptif
dengan
pendekatan
normatif-religius,
12
pembelajaran
kitab
kuning,
pelestarian
tempat
tinggal
santri,
16
13
19
14
20
15
dan
penanaman
nilai-nilai
perilaku
positif.
Adapun
dampak
22
16
Kedua, penelitian dengan jenis studi pustaka yang dilakukan oleh Ainun
Hakiemah.24 Ia menemukan bahwa terdapat keselarasan antara nilai-nilai
pendidikan multikultural dengan nilai-nilai yang teradapat dalam ajaran Islam
seperti HAM, demokrasi yang berkaitan musyawarah, keadilan, dan nilai-nilai
kemanusiaan. Selain itu, konsep pendidikan multikultural dalam pendidikan Islam
di Indonesia terdiri dari aspek kurikulum yaitu (a) tujuannya ditekankan pada
berbuat baik terhadap sesama manusia dan menciptakan kehidupan yang baik, (b)
materi yang diajarkan yakni mengenai nilai-nilai multikultural yang selaras
dengan ajaran Islam, (c) metode pembelajaran yang lebih ditekankan pada metode
dialog, diskusi, dan problem solving, (d) evaluasi ditekankan pada kesadaran
peserta didik terhadap keragaman budaya dan berbagai bias yang terdapat di
masyarakat. Sementara faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan
multikultural adalah aspek perubahan dan perbaikan kurikulum, kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi, perbedaan pola pikir, dan kultur politik di Indonesia yang
tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
Penelitian Dafri Harweli25 yang mengkaji mengenai nilai-nilai multikultural
dalam materi PAI yang memfokuskan kajiannya pada muatan nilai-nilai
multikultural, urgensi nilai-nilai multikultural dan kelebihan maupun kekurangan
nilai-nilai multikultural dalam buku teks Akhlak SMA Muhammadiyah
24
17
Yogyakarta.
Dengan
menggunakan
pendekatan
rasionalistik
kajiannya
menghasilkan temuan, dalam buku teks tersebut terdapat ruang keragaman yang
berkaitan dengan nilai-nilai multikultural yaitu nilai demokrasi, nilai toleransi,
nilai HAM, nilai keadilan sosial, nilai kesetaraan dan nilai kebersamaan. Namun
demikian tidak seluruhnya terakomodasi. Nilai multikultural dalam fitur dan
rubrikasi belum proporsional, merata dan seimbang. Sementara urgensi nilai-nilai
multikultural dalam buku teks tersebut adalah sebagai sarana alternatif
pencegahan terjadinya konflik, mewujudkan generasi muda yang berjiwa inklusif,
toleran dan terbuka, tidak tercabutnya siswa dari akar budayanya, sebagai
landasan pengembangan kurikulum berwawasan multikultural dan sebagai
langkah awal menuju masyarakat Indonesia yang multikultural.
Muhamad Ali Lintuhaseng26 juga mengkaji nilai-nilai multikultural dalam
buku-buku SKI. Kajian maupun fokus penelitiannya hampir sama dengan
penelitian Dafri Harweli walaupun berbeda objeknya. Arum Ramadhani
Fatimah27 juga mengkaji nilai-nilai multikultural dalam materi PAI. Kajiannya
berkaitan dengan nilai-nilai multikultural dalam materi PAI yaitu nilai demokrasi,
nilai toleransi dan sebagainya. Terdapat enam bias multikultural dalam materi
tersebut seperti bias yang tak tampak (invisibility), pemberian label (sterotyping)
dan sebagainya. Kelebihan maupun kekurangan buku-buku PAI juga menjadi
26
18
19
20
sosial budaya yang mengitari dan sebagainya. Penelitian M. Machfud Arif dan Ifa
Afida misalnya meneliti tentang pembelajaran PAI berwawasan multikultural dan
memfokuskan penelitiannya pada strategi guru dalam pendidikan multikultural,
sementara peneliti mengkaji sistem pendidikan lebih luas termasuk pembelajaran.
Literatur-literatur tersebut secara konseptual dan operasional telah
membahas mengenai multikulturalisme dan pendidikan multikultural dalam
konteks pendidikan Indonesia. Beberapa penelitian di atas selain termasuk
penelitian studi pustaka, juga terdapat penelitian kualitatif (lapangan) di lembagalembaga pendidikan yang beragam, misalnya sekolah, madrasah dan TK.
Untuk melihat atau mengkaji multikulturalisme dari perspektif penelitian
yang lain diperlukan penelitian yang berbeda. Penelitian kualitatif yang sifatnya
mendalam dapat dijadikan alternatif dalam meneliti tentang multikulturalisme,
dalam hal ini adalah implementasi pendidikan multikultural di pondok pesantren.
Penelitian-penelitian di atas memiliki perbedaan dengan yang peneliti kaji.
Peneliti mengkaji pendidikan multikultural di pondok pesantren yakni
Pondok Pesantren Karya Pembangunan yang secara geografis berada di daerah
yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki perbedaan agama (pemahaman
agama) dan keyakinan yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu
Kaharingan. Selain berbeda secara agama dan keyakinan juga berbeda dari sisi
etnik dan bahasa yaitu masyarakat Dayak, Bakumpai, Banjar, Jawa, dan
sebagainya.
21
E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif atau penelitian
lapangan (field research). Jenis penelitian ini adalah studi kasus31 tentang
pendidikan multikultural di PPKP Puruk Cahu. Penelitian ini bersifat dinamis,
dalam arti terbuka kemungkinan untuk dimodifikasi dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan lapangan di mana penelitian dilakukan.
Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan
31
Studi kasus merupakan jenis penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan eksplorasi
secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktifitas, terhadap satu atau lebih orang.
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 39.
22
fenomenologi.32
Pendekatan
fenomenologi
digunakan
untuk
memahami
32
23
Obyek
penelitian
ini
adalah
pendidikan
multikulutural
yang
3.
yang berkaitan langsung dengan topik penelitian dan digali langsung dari
sumbernya. Data yang diperoleh berupa implementasi, peranan pimpinan pondok
pesantren, dan nilai-nilai multikultural yang diterapkan. Data tersebut merupakan
data primer. Sementara data sekunder merupakan data pendukung meliputi sejarah
pondok
pesantren,
pimpinan
dan
para
personalia
(mudir
al-mahad,
24
individu yang dianggap mengetahui dan memahami apa yang menjadi masalah
dalam penelitian ini. Sampel bersifat sampel bertujuan (purposive sampling) dan
snowball sampling.
4.
25
26
5.
Analisis Data
Data yang didapat tersebut akan diolah dan dianalisis dengan analisis
33
27
F. Kerangka Teoritik
Dalam penelitian ini digunakan teori Teaching Force E. Stoner. Teori ini
mencakup tiga unsur.34 Pertama, conditioning force (kekuatan prasarana sarana).
Dengan mengacu pada prasarana sarana yang dimiliki kekuatan lembaga
pendidikan Islam cukup mendukung penerapan pendidikan multikultural di
lembaga pendidikan Islam. Kedua, cognitive force (kekuatan kognitif). Ketiga,
modelling force (kekuatan teladan). Kekuatan unsur ini dalam lembaga
pendidikan Islam perlu didukung dengan keberadaan pimpinan lembaga
pendidikan Islam sebagai motor penggerak perubahan. Hal tersebut lebih banyak
didukung oleh faktor yang bersifat internal yaitu unsur manusia sebagai pelaku
perubahan. Unsur aktor sangat dibutuhkan dalam aspek ini.
Kekuatan yang dimiliki lembaga pendidikan keagamaan, yakni pesantren,
dalam melaksanakan pendidikan multikultural adalah terletak pada kekuatan
pemberian contoh (modelling force) yang senantiasa dilakukan oleh para elit
dalam mewujudkan kondisi yang kondusif sebagai lingkungan multikultural.35
Kesiapan
pendidikan
lembaga
pendidikan
multikultural
keagamaan
membutuhkan
dalam
beberapa
mengimplementasikan
unsur
kekuatan
yaitu
34
28
G. Sistematika Pembahasan
Peneliti menguraikan bagian-bagian laporan ini dalam beberapa bab. Bab I
berisi Pendahuluan yang berupa latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, kerangka teoritik, dan
sistematika pembahasan.
Bab II merupakan Tinjauan Umum tentang Pondok Pesantren dan
Pendidikan Multikultral yang berisi pengertian pondok pesantren, unsur-unsur
pondok pesantren, klasifikasi pondok pesantren, sistem pendidikan pondok
37
38
29
urgensi
pendidikan
multikultural,
aspek-aspek
pendidikan
pimpinan
pondok
pesantren
dalam
implementasi
pendidikan
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari gambaran penelitian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sesuai
dengan rumusan masalah penelitian yaitu
1. Implementasikan pendidikan multikultural di PPKP telah berjalan dengan baik,
yang terintegrasi dalam situasi dan kondisi aktivitas keseharian pondok
pesantren.
Aspek-aspek
yang
mengandung
implementasi
pendidikan
pembelajaran,
pendidikan
multikultural
dilakukan
melalui
163
pondok
pesantren
yang
demokratis,
terbuka
dan
164
B. Saran
Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan yang berlangsung, maka
beberapa sebagai saran maupun rekomendasi perlu dilakukan
1. Pondok pesantren perlu mengembangkan pemikiran keagamaan yang inklusif,
moderat, dan bersikap toleran terhadap perbedaan.
2. Perlu dikembangkan pembelajaran yang mampu mengakomodasi potensi dan
kemampuan santri yang beragam dan unik.
3. Pondok pesantren perlu melakukan peningkatan kualitas SDM para personalia
secara berkala yang berkaitan dengan pemebelajaran, manajemen dan
administrasi, pengelolaan aset pondok pesantren, dan sebagainya.
4. Menjalin kerja sama dengan pemerintah dan lembaga pendidikan dalam
mengembangkan profesionalitas penyelenggaraan pondok pesantren baik
menyangkut administrasi manajemen, pembelajaran, peningkatan fasilitas, dan
sebagainya.
5. Memelihara kehidupan dan lingkungan pondok pesantren yang berwawasan
multikultural dengan tetap mempertimbangkan semangat persatuan.
6. Dukungan pemerintah, Kementrian Agama, sangatlah diperlukan dalam
mendorong pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang terbuka,
toleran dan inklusif, namun tetap memelihara tradisi keislaman yang menjadi
ciri khasnya.
165
DAFTAR PUSTAKA
166
167
168
Universalitas
169
Akses
2011,
pada
170
LAMPIRAN
1.
Nama yayasan
2.
Legalitas
3.
4.
Alamat
Kelurahan
: Beriwit
Kecamatan
: Murung
Kabupaten
: Murung Raya
Provinsi
: Kalimantan Tengah
5.
Tahun berdiri
: 1970
6.
Nama pendiri
7.
Klasifikasi
8.
: 5100.62.120001
9.
Kode pos
: 73911
: 32 ha
: Wakaf (bersertifikat)
12. Sarana
sarana/lapangan
olahraga,
171
Keterangan: hasil dari tambak ikan, peternakan sapi, perkebunan karet dan
gaharu, mebel, dan penyewaan toko setelah diuangkan, digunakan untuk
kepentingan pondok pesantren dan MIS Karya Pembangunan sesuai dengan
ketentuan yang ditentukan pihak yayasan.
172
1. Pembina
a. Ketua
b. Anggota
: HM. Yusra. HB
H. Gusti Parminansyah
H. A. Pardinan
2. Pengurus
a. Ketua
b. Sekretaris
Kusuma)
c. Bendahara
: H. A. Rujani. T
d. Anggota
: H. Lukdiansyah
H. Maslan S. Sadul
3. Pengawas
a. Ketua
: H. Suryadi. M
b. Anggota
: Mislan Abrory
H. Fitriady. M
173
1.
Mudir al-Mahad
2.
3.
4.
Bendahara
5.
Tata Usaha
6.
Pembina Muhadharah
7.
8.
9.
Kepala Perpustakaan
:-
: Ibu Mudah
11. Seksi-seksi
a. Organisasi Intra Santri
174
Mudir Al-Mahad
Ust. H. Ismail Suni, S.Pd.I
Bendahara
Edi Catur, S.Pd
Tata Usaha
Ust. Taufik Rahman, S.Sos
Pembina Muhadharah
Ust.Taufik Rahman, S.Sos
Dewan Asatidz
Santri
175
Nama
Kelahiran
Jabatan
Mata Pelajaran
Mudir al-Mahad
Hadis
dan Tafsir
Pasuruan,
17-04-1975
Ust. M. Nasir
Pasuruan,
10-06-1986
Ust. A. Syahroni, Puruk Cahu,
S.Ag
Ust.
Taufik Puruk Cahu,
Rahman, S.Sos
27-07-1987
Wakil Mudir
Kepengasuhan
Wakil Mudir
Kurikulum
Ustadz
Sharaf,
Ust. Mukhyar
Pembina
putera
asrama Tajwid,
Tauhid,
Ustadzah
Tajwid
12
Muara
Bakanon,
06-06-1992
Usth. Nur
Indramayu,
Hasanah
20-08-1989
Usth. Hatmiyati, Puruk Cahu,
S.Ag
04-04-1977
Ust. Ali Muttaqin, Batu Putih,
S.Pd.I
03-7-1990
Ust. M. Laihim
Muara Untu,
17-09-1990
Usth.
Anisah Pasuruan,
Karimah
06-02-1979
Ust. Zainul
13
Abrori
Petugas
pesantren
14
Mudah
2
3
4
5
7
8
9
10
11
Ust. Abdullah
Muara
Sumpui,
27-01-1990
Pembina
puteri
Ustadz
asrama
---Tajwid
Ustadz
Tajwid
Ustadzah
Ustadz
Juru masak/konsumsi
----
----
176
Kegiatan
Waktu
04.00-05.00
Halaqah al-Quran
05.00-05.30
05.30-07.00
07.00-13.00
15.10-16.30
16.30-17.00
11.30
13.00-14.30
15.00
magrib
10
17.00-17.30
11
17.30-18.00
12
18.00-19.30
13
14
Makan malam
19.30-20.00
15
Aktivitas individu
20.00-22.00
16
22.00-04.00
19.30
177
Kegiatan
Palang
Merah
Remaja
Waktu
Aliyah/pengembangan
diri Minggu,
15.00-
Tsanawiyah
16.30 WIB
Ekstrakulikuler
Rabu, 15.00-16.30
WIB
Kamis,
18.00-
19.30 WIB
4
WIB
Pramuka/pengembangan diri
Sabtu, 15.00-16.30
WIB
Muhadharah
Sabtu, 18.00-19.30
WIB
Minggu,
06.00-
07.00 WIB
No
Kegiatan
178
2.
3.
Al-Jurumiyah
4.
Nahwu al-Wadhih
5.
Talim al-Mutaallim
6.
Kitab al-Tashrif
7.
Akhlaq li al-Banin
8.
Akhlaq li al-Banaat
9.
Al-Washaya
179
A. Identitas Diri
Nama
: Nuryadin
Tempat/tanggal lahir
NIM
: 1220410029
Alamat Rumah
Nama Ayah
: Suriansyah (alm.)
Nama Ibu
: Mahwiyah
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN BERIWIT 2 Murung Puruk Cahu, tahun 1998
a. SLTPN 1 Murung Puruk Cahu, tahun 2001
b. SMAN 1 Murung Puruk Cahu, tahun 2004
c. Program Strata Satu (S1) IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 2010
d. PPs UIN Sunan Kalijaga (S2), 2012-2014.
2. Pendidikan Non-Formal
a. TPA Al-Maarif, tahun 1993.
b. Kursus bahasa Inggris ELFAST dan KRESNA Pare, tahun 2011.
c. Kursus bahasa Esperanto, tahun 2014 sd sekarang
d. Kursus bahasa Persia UIN Yogyakarta, tahun 2012.
C. Riwayat Pekerjaan
1. Wiraswasta, tahun 2004-sekarang
180
D. Pengalaman Organisasi
1. Pramuka, tahun 2001
2. LDK AMAL IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 2005- 2008
3. HMJ PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 2007
4. Hipma Mura Yogyakarta, tahun 2012-sekarang
5. Komunitas bahasa Polyglot Yogyakarta, tahun 2014-sekarang
Nuryadin
181