Anda di halaman 1dari 70

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DI PONDOK PESANTREN KARYA PEMBANGUNAN


PURUK CAHU KABUPATEN MURUNG RAYA

Oleh:
NURYADIN
NIM: 1220410029

TESIS

Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Islam
Program Studi Pendidikan Islam
Konsentrasi Pemikiran Pendidikan Islam

YOGYAKARTA
2014

MOTTO

Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka


bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang
sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu
lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka
di muka bumi. Maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat
menolong mereka. (QS. Al Mumin (40): 82)

Bermimpilah dan gapailah mimpimu.


Taklukkan dunia
(Sang pemimpi)

Tesis ini kupersembahkan untuk:


Keluarga besarku, para pendidik yang berdedikasi dan
ikhlas, dan bangsa Indonesia yang majemuk

ii

iii

iv

vi

vii

ABSTRAK

Penelitian tentang pendidikan multikultural ini berawal dari keinginan


peneliti bagaimana pondok pesantren mengelola keberagaman yang ada sebagai
sarana mengantisipasi konflik skala kecil maupun besar yang rawan muncul jika
tidak dikelola secara bijak. Melalui pendidikan berwawasan multikultural yang
diimpelementasikan sejak dini dapat mengantisipasi munculnya konflik serta
memberikan pemahaman yang bijak tentang perlunya sikap menerima dan
mengelola realitas keberagaman. Penelitian ini bertujuan menjawab permasalahan
yang telah dirumuskan yaitu mencakup implementasi pendidikan multikultural,
peranan pimpinan pesantren dalam implementasi pendidikan multikultual dan
nilai-nilai pendidikan multikultural yang diterapkan.
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif atau penelitian
lapangan (field research). Jenis penelitian ini adalah studi kasus tentang
pendidikan multikultural di PPKP Puruk Cahu. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi
digunakan untuk memahami bagaimana proses pendidikan yang berlangsung di
pesantren tersebut melalui keterlibatan peneliti baik secara langsung maupun tidak
langsung. Instrumen pengumpulan data dilakukan melalui tiga cara yaitu
wawancara, observasi dan mempelajari dokumen terkait.
Hasil penelitian meliputi 1) Pendidikan multikultural telah terimplementasi
dalam kegiatan penyelenggaraan PPKP yang terintegrasi dalam situasi dan
kondisi aktivitas pondok pesantren meliputi a) Desain kurikulum yang melibatkan
yayasan dan pengurus pesantren. Desain kurikulum disusun berdasarkan pada dua
orientasi yakni keadaan santri yang beragam dan kebutuhan perkembangan
zaman. b) Dalam pembelajaran, pendidikan multikultural diimplementasikan
melalui penyisipan materi pembelajaran tentang kesediaan berpikiran luas dan
terbuka serta tidak terjebak pada pemikiran dan perilaku yang radikal.
Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab,
penugasan, hafalan dan praktek langsung disertai dengan strategi tertentu. c)
Kepemimpinan pondok pesantren yang demokratis, terbuka dan mengakomodir
keragaman pengurus maupun pengajar. d) Lingkungan pondok yang terbuka bagi
masyarakat dan penerapan tata tertib pondok yang dilandasi kemanusiaan dan
keadilan.
2) Peranan pimpinan pondok pesantren dalam mengimplementasikan
pendidikan multikultural meliputi peran sebagai mudir (leader), pendidik
(edukator) dan anggota masyarakat. Wewenang yang diembang mudir terkait
perannya adalah melaksanakan proses pembelajaran, menjalankan kurikulum, dan
melaksanakan kepengasuhan santri. Selain itu juga terdapat aktivitas
kemasyarakat yang dilakukan mudir sebagai anggota masyarakat. 3) Sementara
nilai-nilai pendidikan multikultural yang diterapkan di PPKP terlihat dari visi,
misi, dan motto pesantren, kepemimpinan pondok pesantren, pembelajaran,
kegiatan pengembangan diri santri, aturan pondok pesantren, dan simbol sarana
prasana. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai demokrasi, nilai toleransi, nilai
humanisme dan HAM, dan nilai inklusif dengan berbagai sisinya.
viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman translitersi yang dijadikan pedoman bagi penulisan tesis ini


didasarkan pada Keputusan Bersama Menteri Agama serta Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan yang diterbitkan Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan
Departemen Agama Republik Indonesia pada tahu 2003. Pedoman transliterasi
tersebut adalah:
1.

Konsonan
Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab

dilambangkan dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian


dilambangkan dengan tanda dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta
tanda sekaligus. Daftar huruf Arab dan transliterasinya dengan huruf latin adalah
sebagai berikut :
Huruf Arab

Nama

Huruf Latin

Nama

alif

tidak dilambangkan

tidak dilambangkan

ba

be

ta

te

sa

es (dengan titik di atas)

jim

je

ha

ha (dengan titik di bawah)

kha

kh

ka dan ha

dal

de

zal

zet (dengan titik di atas)

ix

2.

ra

er

zai

zet

sin

es

syin

sy

es dan ye

sad

es (dengan titik di bawah)

dad

de (dengan titik di bawah)

ta

te (dengan titik di bawah)

za

zet (dengan titik di


bawah)

ain

........

koma terbalik di atas

gain

ge

fa

ef

qaf

qi

kaf

ka

lam

el

mim

em

nun

en

wau

we

ha

ha

hamzah

...' ...

apostrof

ya

ye

Vokal
Vokal

bahasa Arab seperti vokal bahasa Indonesia terdiri dari vokal

tunggal atau monoftong atau vokal rangkap atau diftong.


x

3.

Vokal Tunggal
Vokal Tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut:


Tanda

Nama

Huruf Latin

Nama

....... .......

Fathah

....... .......

Kasrah

....... .......

Dammah

Contoh:

4.

No

Kata Bahasa Arab

Transiterasi

1.

Kataba

2.

ukira

3.

Yahabu

Vokal Rangkap
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf maka trasliterasinya gabungan huruf, yaitu:


Tanda dan Huruf

Nama

Gabungan Huruf

Nama

Fathah dan ya

ai

a dan i

......

Fathah dan wau

au

a dan u

xi

Contoh:
No

Kata Bahasa Arab

Transliterasi

1.

Kaifa

2.

aula

5.

Maddah
Maddah atau vokal panjang yang lambangya berupa harakat dan huruf,

transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut.


Harakat dan Huruf

Nama

Huruf dan Tanda

Nama

. ..

Fathah dan
alif atau ya

a dan garis di atas

..

Kasrah dan
ya

i dan garis di atas

Dammah dan
wau

u dan garis di atas

Contoh:

6.

No

Kata Bahasa Arab

Transliterasi

1.

Qla

2.

Qla

3.

Yaqlu

4.

Ram

Ta Marbutah
Transliterasi untuk Ta Marbutah ada dua:

xii

a. Ta Marbutah hidup atau yang mendapatkan harakat fathah, kasrah atau


dammah transliterasinya adalah /t/.
b. Ta Marbutah mati atau mendapat harakat sukun transliterasinya adalah /h/.
c. Kalau pada suatu kata yang akhir katanya Ta Marbutah diikuti oleh kata yang
menggunakan kata sandang /al/ serta bacaan kedua kata itu terpisah maka Ta
Marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:

7.

No

Kata Bahasa Arab

Transliterasi

1.

Raudah al-atfl/rau atul a fl

2.

Talhah

Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda, yaitu tanda Syaddah atau Tasydid. Dalam transliterasi ini
tanda Syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama
dengan huruf yang diberi tanda Syaddah itu.
Contoh:
No

Kata Bahasa Arab

Transliterasi

1.

Rabban

2,

Nazzala

xiii

8.

Kata Sandang
Kata sandang dalam bahasa Arab dilambankan dengan huruf yaitu .

Namun, dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang
yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah dengan kata sandang yang diikuti oleh huruf
Qamariyyah.
Kata sandang yang diikuti oleh huruf

Syamsiyyah

ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yaitu huruf /l/ diganti dengan huruf yang sama dengan
huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu. Adapun kata sandang yang
diikuti oleh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan

yang

digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Baik diikuti dengan huruf
Syamsiyyah atau Qomariyah, kata sandang ditulis dari kata yang mengikuti dan
dihubungkan dengan kata sambung.
Contoh:
No

9.

Kata Bahasa Arab

Transliterasi

1.

ar-Rajulu

2.

al-Jalalu

Hamzah
Sebagaimana telah disebutkan di depan bahwa Hamzah ditransliterasikan

dengan apostrof, namun itu hanya terletak di tengah dan di akhir kata. Apabila
terletak di awal kata maka tidak dilambangkan karena dalam tulisan Arab berupa
huruf alif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

xiv

No

Kata Bahasa Arab

Transliterasi

1.

Akala

2.

Ta'khuduna

3.

An-Nau'u

10. Huruf Kapital


Walaupun dalam sistem bahasa Arab tidak mengenal huruf kapital, tetapi
dalam trasliterasinya huruf kapital itu digunakan seperti yang berlaku dalam EYD
yaitu digunakan untuk menuliskan huruf awal, nama diri, dan permulaan kalimat.
Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf
kapital adalah nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya.
Penggunaan huruf awal kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya

memang lengkap demikian

dan kalau penulisan tersebut

disatukan dengan kata lain sehingga ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka huruf kapital tidak digunakan.
Contoh:
No.

Kalimat Arab

Transliterasi

1.

Wa m Muhammadun ill
rasl

2.

Al-hamdu lillhi rabbil


'lamna

11. Penulisan Kata


Pada dasarnya setiap kata, baik fiil, isim, maupun huruf, ditulis terpisah.
Bagi kata-kata tetentu yang penulisannya dengan huruf Arab yang sudah lazim

xv

dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan,
maka penulisan kata tersebut dalam transliterasinya bisa dilakukan dengan dua
cara, yaitu bisa dipisahkan pada setiap kata atau bisa dirangkaikan.
Contoh:
No

Kalimat Bahasa Arab

Transliterasi

1.

Wa innallha lahuwa khair ar-rziqn/ Wa


innallha lahuwa khairur-rziqn

2.

Fa auf al-kaila wa al-mzana/Fa aufulkaila wal mzna

xvi

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i


PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................................................iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .....................................................................iv
PENGESAHAN DIREKTUR .................................................................................v
DEWAN PENGUJI ..................................................................................................vi
NOTA DINAS PEMBIMBING...............................................................................vii
ABSTRAK ...............................................................................................................viii
PEDOMAN TRANSLITERASI .............................................................................ix
KATA PENGANTAR ..............................................................................................xvii
DAFTAR ISI ............................................................................................................xviii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................xx
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xxi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................9
D. Kajian Pustaka ................................................................................................10
E. Metode Penelitian ...........................................................................................22
F. Kerangka Teori ...............................................................................................27
G. Sistematika Pembahasan ................................................................................29
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PONDOK PESANTREN DAN
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ........................................................31
A. Pengertian Pondok Pesantren .........................................................................31
B. Unsur-unsur Pondok Pesantren ......................................................................34
C. Klasifikasi Pondok Pesantren .........................................................................37
D. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren ............................................................40
E. Peran Pondok Pesantren .................................................................................43
F. Pengertian Pendidikan Multikultural .............................................................47

xviii

G. Sejarah Pendidikan Multikultural...................................................................51


H. Paradigma dan Prinsip Pendidikan Multikultural ..........................................55
I. Kurikulum dan Pembelajaran Pendidikan Multikultural................................58
J. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural ..............................................................61
K. Urgensi Pendidikan Multikultural ..................................................................68
L. Aspek-aspek Keragaman dalam Pendidikan Multikultural ............................70
M. Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren ..............................................72
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ....................................75
A. Setting Geografis dan Sosio-Budaya Kota Puruk Cahu .................................75
B. Sejarah Berdiri PPKP .....................................................................................79
C. Visi, Misi dan Motto PPKP............................................................................84
D. Program Pendidikan PPKP ............................................................................87
E. Kurikulum PPKP............................................................................................89
F. Keadaan Pendidik dan Peserta Didik .............................................................95
G. Sarana dan Prasarana......................................................................................99
BAB IV IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PPKP .....104
A. Implementasi Pendidikan Multikultural .........................................................104
B. Peranan Pimpinan Pesantren dalam Implementasi
Pendidikan Multikultural ...............................................................................140
C. Nilai-nilai Pendidikan Multikultural yang Diterapkan ..................................150
BAB V PENUTUP ....................................................................................................163
A. Kesimpulan ....................................................................................................163
B. Saran ...............................................................................................................165
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................166

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Mata Pelajaran Pondok Pesantren Karya Pembangunan, 92.

Tabel 2

Struktur Kurikulum Pondok Pesantren Karya Pembangunan, 111.

Tabel 3

Materi dalam Pelajaran Tauhid, 112.

Tabel 4

Materi dalam Pelajaran Hadis, 112.

Tabel 5

Materi dalam Pelajaran Fiqih, 113.

Tabel 6

Materi dalam Pelajaran Tauhid, 113.

Tabel 7

Aspek Multikultural dalam materi pelajaran PPKP, 114.

Tabel 8

Implementasi Pendidikan Multikultural di PPKP, 138.

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Identitas PPKP Puruk Cahu, 171.

Lampiran 2

Sususan Organ Yayasan Pendidikan Islam Karya Pembangunan


Puruk Cahu Periode 2009-2014, 173.

Lampiran 3

Sususan Pengurus PPKP Puruk Cahu, 174.

Lampiran 4

Struktur Kepengurusan PPKP Puruk Cahu, 175.

Lampiran 5

Data Ustaz/Ustazah dan Karyawan PPKP Puruk Cahu, 176.

Lampiran 6

Jadwal Kegiatan Sehari-hari Santri, 177.

Lampiran 7

Kegiatan Mingguan (Wajib Bagi Santri), 178.

Lampiran 8

Kitab-kitab Rujukan Pembelajaran PPKP Puruk Cahu, 179.

Lampiran 9

Daftar Riwayat Hidup, 180.

xxi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk terbesar
di dunia. Indonesia juga merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan
tersebut ditandai dengan beragamnya etnis, suku, agama, budaya, dan adat-istiadat
yang terdapat di dalamnya.1 Beragam masyarakat dengan latar belakangnya yang
berbeda dan unik tersebut menjadi sebuah keniscayaan dan realita bangsa
Indonesia. Dari Sabang hingga Merauke (Barat ke Timur) berbagai kebudayaan
yang

beragam

mengenai

penduduk

Indonesia

melingkupi

kehidupan

masyarakatnya. Kebudayaan bangsa Indonesia yang beragam dan unik tersebut, di


satu sisi, berpotensi menjadi kekuatan yang bisa menyatukan dan memperkaya
bangsa Indonesia itu sendiri. Sebaliknya kemajemukan dan kebudayaan yang
beragam tersebut berpotensi pula menjadi bahaya laten yang dapat mengancam
integrasi bangsa Indonesia apabila tidak dikelola dengan baik. Beberapa contoh
konflik sosial yang terjadi di masyarakat merupakan bentuk nyata dari
distintegrasi bangsa. Konflik sosial di Ambon,2 Sampit,3 dan sebagainya adalah
contoh konkrit dari bentuk disintegrasi. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan
1

Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme: Paradigma Baru PAI di Indonesia


(Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2011), hlm. 13.
2
Salah satu konflik yang terjadi di Ambon, Maluku terjadi pada tahun 2011. Lihat
Kerusuhan Ambon 2011, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Ambon_2011, diakses pada
tanggal 29 Oktober 2014.
3
Konflik
Sampit
terjadi
pada
tahun
2001.
Lihat
Konflik
Sampit,
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit, diakses pada tanggal 29 Oktober 2014.

untuk menjembatani, meminimalisir, dan mengelola berbagai perbedaan budaya


yang ada di masyarakat.
Perbedaan

kebudayaan

yang

disebutkan

dikenal

dengan

istilah

multikultural. Multikultural secara sederhana berarti kebudayaan yang beragam.


Multikultural tidak hanya menyangkut masalah SARA (suku, agama, ras, dan
antar golongan), melainkan keragaman yang lebih luas seperti kemampuan fisik
maupun nonfisik, umur, status sosial, dan sebagainya. Kehidupan masyarakat
yang multikultur perlu dipupuk agar muncul kesadaran pentingnya semangat
multikulturalisme dalam kehidupan setiap individu dan masyarakat dalam melihat
dan memaknai segala perbedaan. Multikulturalisme merupakan sebuah konsep
atau ide yang menekankan pada adanya keanekaragaman kebudayaan dalam
kesedarajatan atau kesetaraan.4 Kesetaraan inilah yang menjadi titik tekan dari
multikulturalisme. Setiap individu maupun masyarakat diperlakukan sama, tidak
ada diskriminasi dan pengebirian hak-hak. Oleh karena itu, penting kiranya
dikemukakan sebuah kesadaran dalam melihat dan memaknai perbedaan sebagai
sesuatu yang lumrah dan manusiawi dalam kehidupan. Persepsi yang dibangun
bukanlah berdasarkan kepentingan kelompok, golongan atau pandangan dari satu
sisi, melainkan atas dasar semangat kemanusiaan dan kesetaraan.
Pendidikan sebagai salah satu wadah pembinaan dan pengembangan diri
generasi muda merupakan aspek yang perlu diperhatikan. Melalui dunia
pendidikan segala potensi, minat, bakat, dan kemampuan generasi muda dipupuk

Ibid.

dan dikembangkan sebagai bekalnya sekarang dan masa yang akan datang,
termasuk dalam memahami, menghadapi, dan mengalami segala perbedaan
(kemajemukan)

yang

ada.

Sehingga

pendidikan

yang

berwawasan

keanekaragaman atau pendidikan multikultural dapat menjadi sebuah paradigma


yang dapat meminimalisir bahkan mengurangi ketegangan yang timbul karena
tidak adanya saling pengertian, toleransi, dan kesediaan menerima perbedaan.
Pendidikan multikultural walaupun merupakan wacana baru dalam konteks
pendidikan Indonesia, namun pelaksanaannya telah lama ada dalam sejarah
kehidupan bangsa Indonesia, seperti semangat persatuan dalam merebut
kemerdekaan, gotong royong, dan sebagainya. Oleh karena itu, pendidikan
multikultural seharusnya menjadi alternatif paradigma pendidikan nasional
termasuk dalam pendidikan Islam (lembaga pendidikan Islam). Paradigma
pendidikan multikultural yang menjunjung kesamaan dan kesetaraan dalam
kehidupan merupakan salah satu upaya dalam menjembatani dan meminimalisir
berbagai ketegangan maupun gesekan yang dapat menimbulkan konflik di tengah
masyarakat yang berbeda.
Dalam dunia pendidikan nasional, pesantren atau pondok pesantren
merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Eksistensi
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam turut memberikan kontribusi yang
signifikan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Daya tahan pesantren dalam
menghadapi gelombang perubahan telah diakui. Respon pesantren terhadap
perubahan tidak berlangsung dengan cara yang spontan melainkan melalui

penyaringan-penyaringan. Pesantren di Indonesia berhasil melakukan adaptasi


dengan perubahan lingkungannya. Dinamika pesantren ditopang dengan
dukungan masyarakat dan pemerintah yang peduli terhadap perkembangan
pesantren,5 selain karena adanya faktor lain. Pemerintah pun telah mengakui
pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan keagamaan, seperti dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30 ayat 1 sampai 4. 6 Selain
pemerintah, beberapa kalangan perguruan tinggi Islam pun menerapkan beberapa
elemen pesantren, misalnya sistem asrama, sebagai wadah pembinaan bagi
mahasiswa

baru,

seperti

pengembangan

kemampuan

berbahasa

asing,

kebersamaan, dan sebagainya.


Dalam menghadapi perubahan yang semakin cepat berkembang, respon
pesantren terhadap perubahan diwujudkan dengan melakukan antisipasi dan
pembaharuan, seperti memasukkan ilmu-ilmu umum dan keterampilanketerampilan dalam kurikulumnya, membuka madrasah dan sekolah, mendirikan
koperasi, dan sebagainya.
Pondok pesantren sebenarnya tidak hanya identik dengan makna keislaman,
tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab
keberadaannya mulai dikenal di nusantara pada periode abad ke 13-17 M, dan di
Jawa dikenal pada abad ke 15-16 M.7 Pada dasarnya pesantren merupakan suatu

Badrus Sholeh dan Abdul Munim DZ, Perdamaian dari Lokal ke Global: Tantangan
Pesantren, dalam Badrus Sholeh (ed.), Budaya Damai Komunitas Pesantren (Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2007), hlm. 133.
6
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
7
Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Global: Resistensi Tradisional Islam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005). hlm. 5.

tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam yang
didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen,8 dalam
arti selama santri tersebut belajar di pesantren. Kemudian seiring dengan
perkembangan zaman, pesantren juga melakukan beberapa perubahan dan
perkembangan dalam sistem pendidikannya, disamping tetap mempertahankan
ciri khas kepesantrenannya.
Jika melihat sistem pendidikan yang diterapkan, pendidikan di pesantren
lebih berorientasi teosentris, sementara sistem pendidikan nasional berorientasi
pada antroposentris.9 Umumnya aktivitas atau pelajaran yang ada di pesantren
berorientasi pada kepentingan ibadah teosentris. Kegiatan pesantren yang
berlangsung selama 24 jam tidak hanya terjadi di dalam kelas namun juga di luar
kelas atau di lingkungan komplek pesantren. Interaksi antar masyarakat pesantren
(kyai/pengasuh/mudir, pengurus-usta-ustaah, dan santri) berlangsung selama
sehari semalam.
Jika dilihat tipologinya, maka pesantren mempunyai karakter yang plural,
tidak seragam, dan tidak memiliki wajah tunggal (uniform). Hal ini ditunjukkan
dengan tiadanya sebuah aturan yang menyangkut manajerial, administrasi,
birokrasi, struktur, budaya, kurikulum sampai pemihakan politik.10 Komunitas
pesantren, menurut Abdurrahman Masud, adalah bagian dari masyarakat Sunni
atau ahlu as-sunnah wa-l-jamaa (aswaja) yang didefinisikan sebagai mayoritas

Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi


Institusi (Jakarta: Erlangga, 2004), hlm. 2.
9
Ibid., hlm. 66.
10
Ibid., hlm. 67.

muslim yang menerima otoritas sunnah rasul atau seluruh generasi pertama
(sahabat) serta keabsahan sejarah komunitas muslim.11
Pondok Pesantren Karya Pembangunan12 yang berada di Puruk Cahu,
Kabupaten Murung Raya (Kalimantan Tengah) merupakan salah satu pesantren
yang berada di tengah masyarakat yang beragam secara suku, agama, dan
sebagainya. Secara etnik, masyarakat yang mendiami kota Puruk Cahu beretnis
suku Dayak (Siang, Ot Danum, Maanyan), Bakumpai, Banjar, dan sebagainya,
dengan kata lain terjadi interaksi dan pembauran antara warga asli dan warga
perantauan. Kehadiran PPKP di wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang
memiliki perbedaan keyakinan, suku, dan tradisi tersebut merupakan upaya dalam
mempertahankan dan menghidupkan suasana islami yang berwajah damai dan
toleran terhadap perbedaan.
PPKP didirikan oleh tokoh-tokoh dari dua organisasi keagamaan Islam
yakni Muhammadiyah dan NU yang ada di Puruk Cahu dan daerah sekitarnya
pada tahun 1970. Saat ini PPKP berusia sekitar 44 tahun. Dari segi kepemimpinan
(leadership) PPKP memiliki dua unsur kepemimpinan yakni yayasan dan pondok
pesantren. Yayasan merupakan pemimpin tertinggi dalam struktur kelembagaan
pondok pesantren tersebut, sementara pimpinan pondok pesantren atau mudir almahad berada di bawah kepemimpinan yayasan. Meskipun demikian, mudir almahad memiliki kewajiban, hak, dan peran yang besar terhadap penyelenggaraan

11

Abdurrahman Masud,Memahami Agama Damai Dunia Pesantren, dalam Badrus


Sholeh (ed.), Budaya Damai Komunitas Pesantren..., hlm. xvii-xviii.
12
Selanjutnya disingkat PPKP.

pondok pesantren tersebut. Ada beberapa keunikan dari PPKP yakni dari sejarah
pendirian, unsur kepemimpinan, pengajar, dan santri yang belajar.
Para pengajar (usta-ustaah) yang di PPKP memiliki latar belakang yang
beragam menyangkut daerah, etnis, bahasa, pendidikan, dan sebagainya. Santri
yang belajar tidak hanya dari santri muslim yang beretnis muslim Bakumpai,
namun juga etnis keturunan Banjar, dan Jawa. Dalam pembelajaran setiap santri
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam berpartisipasi. Aspek keteladan
(role model) yang diperankan oleh pengasuh (mudir al-mahad) dan para guru
(usta-ustaah) merupakan hal yang sangat penting di pesantren tersebut. Mudir
al-Mahad yang merupakan pimpinan dan pengasuh pesantren tidak hanya terlibat
dalam lingkungan pesantren namun juga aktif dalam kegiatan kemasyarakatan
seperti mengajar, berdakwah dan kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan uraian latar
belakang dan informasi awal tentang pondok pesantren dimaksud, maka penelitian
ini berupaya mengangkat suatu topik tentang pendidikan multikultural. Minimnya
penelitian lapangan tentang implementasi pendidikan multikultural juga
mendorong peneliti untuk mengkajinya lebih lanjut. Hal lain yang mendorong
adalah minimnya lembaga pendidikan yang menyelenggarakan atau mendasarkan
pendidikannya pada perspektif multikultural.
PPKP menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai ciri khasnya namun
tetap berupaya mengakomodir perbedaan yang ada di pesantren. Pendidikan
multikultural yang diterapkan bertujuan memberikan pemahaman yang terbuka
akan perbedaan seraya menanamkan pemikiran dan sikap yang toleran. Selain itu

juga sebagai sarana mengantisipasi konflik skala kecil maupun besar yang rawan
muncul jika tidak dikelola secara bijak. Melalui pendidikan berwawasan
multikultural

yang diimpelementasikan

sejak

dini

dapat

mengantisipasi

munculnya konflik serta memberikan pemahaman yang bijak tentang perlunya


sikap menerima dan mengelola realitas keberagaman.
Dalam pengamatan penulis selain memiliki nilai-nilai keragaman, di PPKP
terdapat pula hal-hal yang menjadi tantangan pendidikan multikultural yakni
adanya hambatan para santri dalam mengekspresikan potensinya, seperti
terbatasnya waktu bagi santri untuk bermain di sore hari. Para santri hanya
memiliki waktu bermain yang singkat guna melepas rasa jenuh belajar yang
menyelimuti mereka sehari-hari. Pembatasan tersebut menurut pihak pesantren
dimaksudkan sebagai persiapan dalam belajar atau melakukan aktivitas di malam
hari.
Hal tersebut merupakan salah satu tantangan yang dihadapi pesantren ini.
Namun terlepas dari semua itu PPKP mampu mengakomodir perbedaan dengan
mengemasnya dalam penyelenggaraan pendidikan di tengah perbedaan yang ada,
baik menyangkut kepemimpinan, pembelajaran dan lain sebagainya. Apa yang
mendorong pesantren ini mampu mengakomodir segala perbedaan yang ada
dalam lembaga pendidikan maupun penyelenggaraan pendidikannya? Dari
gambaran singkat mengenai pondok pesantren tersebut dapat dipahami bahwa
pondok pesantren tersebut memiliki wawasan multikultural yang perlu digali bagi
pengembangan pendidikan Islam.

B. Rumusan Masalah
Masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi
pendidikan multikultural di PPKP. Pertanyaan tersebut akan dirumuskan dalam
beberapa pertanyaan berikut yang sekaligus menjadi arah dalam penelitian ini.
1. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural yang berlangsung di
Pondok Pesantren Karya Pembangunan?
2. Bagaimana peranan pimpinan pondok pesantren dalam implementasi
pendidikan multikultural di Pondok Pesantren Karya Pembangunan?
3. Apa saja nilai-nilai multikultural yang diterapkan dalam pendidikan di Pondok
Pesantren Karya Pembangunan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami tentang
pendidikan multikultural yang ada di PPKP yaitu
1. Mengetahui dan memahami implementasi pendidikan multikultural yang
berlangsung di Pondok Pesantren Karya Pembangunan.
2. Mengetahui dan memahami peranan pimpinan pondok pesantren dalam
implementasi

pendidikan

multikultural

di

Pondok

Pesantren

Karya

Pembangunan.
3. Mengetahui dan memahami nilai-nilai multikultural yang diterapkan dalam
pendidikan di Pondok Pesantren Karya Pembangunan.

Sementara manfaat atau kegunaan dari penelitian ini baik dari aspek teoritis
maupun praktis adalah
1. Memperluas dan memperkaya khazanah kajian pemikiran pendidikan nasional
dalam konteks pendidikan Islam.
2. Mengembangkan rumusan kajian pendidikan Islam yang berwawasan
multikultural.
3. Sebagai informasi bahwa pondok pesantren merupakan salah satu kelompok
civil society yang mengembangkan budaya damai dan toleran terhadap
perbedaan, khususnya ponpes yang berada di daerah heterogen.
4. Referensi bagi pemerintah, peneliti dan akademisi dalam upaya pengembangan
penelitian dan keilmuan tentang pendidikan Islam berbasis multikultural.
5. Menjadi bahan kajian dan referensi bagi pemerintah daerah (provinsi dan
kabupaten/kota) pada khususnya dan pemerintah pusat pada umumnya dalam
merencanakan,

menentukan,

dan

mengevaluasi

kebijakan-kebijakan

pendidikan.

D. Kajian Pustaka
Literatur-literatur yang mengkaji tentang topik multikulturalisme banyak
dijumpai

di

lingkungan

masyarakat

akademik,

walaupun

wacana

multikulturalisme dan pendidikan multikultural di Indonesia masih baru.


Berkaitan dengan topik multikulturalisme peneliti menemukan sejumlah
penelitian menganai pendidikan multikultural dan multikulturalisme yang ditulis

10

oleh tokoh pendidikan maupun akademisi. Topik multikulturalisme yang ditulis


oleh tokoh dan akademisi mengungkapkan bahwa pendidikan multikultural
merupakan suatu studi dan atau strategi pendidikan mengenai keragaman dan
perbedaan kultur yang dimiliki oleh setiap manusia (peserta didik). Dari berbagai
literatur yang membahas dan mengkaji topik multikulturalisme baik dalam bentuk
buku maupun jurnal, pada umumnya berisi konsep, sejarah, kaitan antara
multikulturalisme dan pendidikan. Antara multikulturalisme dan pendidikan
kemudian diwujudkan melalui kajian pendidikan multkltural yang mencakup
konsep dasar, tujuan, dan desain pembelajaran. Sedangkan yang berbentuk
penelitian mengkaji multikulturalisme dengan memfokuskannya pada pendidikan
multikultural.
Literatur-literatur

berupa

penelitian

yang

berkaitan

dengan

multikulturalisme dapat dipetakan dalam dua kelompok. Pertama, penelitian


dengan jenis kualitatif. Jenis penelitian ini dilakukan oleh Muh. Syamsuddin13 dan
Agus Moh. Najib dan kawan-kawan.14 Penelitian yang dilakukan oleh Muh.
Syamsuddin memfokuskan pada nilai-nilai multikultural dalam kehidupan
mahasiswa. Berdasarkan penelitian Muh. Syamsuddin terhadap mahasiswa
penghuni indekos di sekitar kampus UIN Sunan Kalijaga terdapat nilai-nilai
13

Muh. Syamsuddin, Nilai-nilai Multikultural dalam Kehidupan Mahasiswa, Jurnal


PMI: Media Pemikiran & Pengembangan Masyarakat, Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Dakwah., Vol V Nomor 1 Sept 2007.
14
Agus Moh. Najib, dkk, Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam (Studi terhadap UIN
Yogyakarta,
IAIN
Antasari
Banjarmasin,
dan
STAIN
Surakarta)
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CF8QF
A
J&url=http%3A%2F%2Fidb3.wikispaces.com%2Ffile%2Fview%2FUR3001.pdf&ei=AGN_UyfI
Cs w rQexnYGACA&usg=AFQjCNEVRV6iKzk-_opf8mpfUL6OGlNN3A, diakses pada hari
Selasa, 23 April 2013.

11

kebersamaan mahasiswa di indekos yaitu saling percaya, saling pengertian,


menjunjung sikap saling menghargai, belajar hidup dalam perbedaan, saling
mengingatkan, dan terbuka dalam berpikir.
Penelitian tersebut menghasilkan temuan bahwa komunitas yang terbentuk
bukan berbentuk komunitas intelektual, tetapi hanya untuk ngobrol atau curhat.
Sementara komunitas intelektual lebih terbangun di lingkungan kampus. Bentuk
interaksi sosial yang dibangun antarsesama penghuni indekosan dengan pluralitas
yang tinggi bersifat interaksi sosial intraetnis dan interaksi sosial antaretnis.
Interaksi sosial intraetnis lebih cepat terbangun dari interaksi sosial antaretnis.
Streotipe etnis masih menjadi penghalang integrasi sosial dalam membentuk
harmoni sosial di lingkungan indekosan. Potensi edukatif yang terdapat dalam
lingkungan indekosan dengan penghuni yang plural tidak mampu terbaca dan
dijadikan sebagai strategi untuk saling belajar dan memahami pluralitas budaya
yang ada. Mahasiswa memahami budaya orang lain hanya sebatas permukaan saja
(surface structure) dengan argumentasi yang sangat pragmatis. Misalnya, belajar
bahasa Jawa ketika hendak melaksanakan KKN di lingkungan masyarakat yang
berbahasa Jawa.
Penelitian Muhtarom tentang pesantren.15 Riset ini mengkaji dua pesantren
tradisional di Pati Jawa Tengah yaitu Raudlatul Ulum dan Bustanuth Tholibin
dengan

metode

historis-deskriptif

dengan

pendekatan

normatif-religius,

sosiologis-antropologis, dan interaksi simbolik. Masalah yang dikaji dalam riset


15

Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Global: Resistensi Tradisional Islam (Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2005).

12

ini adalah pengaruh globalisasi terhadap sistem reproduksi ulama pondok


pesantren tradisional dan respon dan antisipasi pondok pesantren tradisional
terhadap arus globalisasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Hasil riset ini, bahwa
globalisasi tidak berpengaruh terhadap aqidah, namun berpengaruh pada wilayah
kehidupan kyai, ustadz, santri, dan media pendidikan, baik sikap kritis,
kedisiplinan beragama, dan meningkatnya cakrawala pikir dan keinginan
mengkonsumsi produk global.
Selain Muhtarom, Hermansyah Putra,16 M. Yusuf Hamdani,17 dan Iyus
Herdiana Putra18 juga mengkaji tentang pesantren namun dengan topik dan kajian
yang berbeda. Hermansyah mengkaji mengenai pengaruh globalisasi terhadap
sistem pendidikan yang bernuansa tradisional dan upaya antisipasi pondok
pesantren Musthafawiyah Purba Baru terhadap arus globalisasi tersebut. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa globalisasi tidak berpengaruh terhadap akidah
komunitas pesantren, namun memiliki pengaruh terhadap kehidupan santri,
pendidik, lembaga, pendidik, metode, dan evaluasi. Adapun upaya antisipatif yang
dilakukan adalah meneguhkan tradisi Islam dan nilai-nilai substantif Islam
melalui

pembelajaran

kitab

kuning,

pelestarian

tempat

tinggal

santri,

mengembangkan paradigma tidak mendikotomikan ilmu, memberikan fasilitas-

16

Hermansyah Putra, Pondok Pesantren dan Tantangan Globalisasi (Upaya Pondok


Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Sumatera Utara) Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga, 2009, tidak diterbitkan).
17
M. Yusuf Hamdani, Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Kasus pada
Pondok Pesantren Aji Al-Muhsin di Krapyak Wetan Yogyakarta) Tesis (Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2009, tidak diterbitkan).
18
Iyus Herdiana Saputra, Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah Kutoarjo Jawa
Tengah Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2009, tidak diterbitkan).

13

fasilitas pendidikan modern, dan keterampilan pertanian. Sementara Hamdani dan


Herdiana mengkaji tentang manajemen pendidikan pondok pesantren yang
meliputi penerapan manajemen, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan
manajemen pendidikan. Di pondok pesantren Darul Hikmah yang menjadi tempat
penelitian Herdiana manajemen yang diterapkan adalah Manajemen Berbasis
Sasaran (MBS) atau Managemen by Objective (MBO) yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan.
Selain penelitian di atas terdapat pula penelitian seperti di bawah ini.
Zulqarnain19 meneliti tentang penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural.
Kajiannya berkaitan dengan proses penanaman nilai-nilai pendidikan dan
hambatan serta tantangan yang dihadapi dalam penanaman nilai-nilai tersebut.
Nilai-nilai yang ditanamkan adalah nilai demokrasi, toleransi, keadilan sosial dan
kebersamaan melalui kegiatan pembelajaran formal, pengembangan diri dan
pembiasaan diri. Hambatannya adalah sarana prasana yang kurang memadai dan
kompetensi guru yang kurang berkenaan dengan wawasannya. Tantangan yang
dimaksud adalah belum adanya mata pelajaran pendidikan multikultural yang
berdiri sendiri.

19

Zulqarnain, Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Madrasah Berbasis


Pondok Pesantren DDI-AD Mangkoso Barru Sulawesi Selatan Tesis (Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014, tidak diterbitkan).

14

Milda Amalia20 mengkaji konsep penanaman nilai-nilai multikultur dalam


pembelajaran PAI dengan model experiental learning tingkat SMA. Hasil
kajiannya adalah materi PAI tingkat SMA memuat nilai-nilai multikultural seperti
demokrasi, toleransi dan sebagainya. Aplikasi pembelajaran model experiental
learning melalui proses perencanaan yang memuat nilai-nilai multikultural,
pelaksanaan pembelajaran berdasar siklus model experiental learning berupa
concrete experience, reflective observation, abstract conceptualisation dan active
experimental, dan menggunakan evaluasi yang beragam.
M. Machfud Arif21 meneliti pembelajaran PAI di SMAN 6 Yogyakarta.
Fokus penelitian adalah pola pembelajaran dan cara pengaplikasian wawasan
multikultural dalam pembelajaran PAI. Pembelajaran yang dilakukan sesuai
dengan pola pembelajaran berwawasan multikultural yang berdampak pada
lingkungan belajar yang harmonis dengan penggunaan metode maupun strategi
pembelajaran yang bervariasi disertai improvisasi, pemanfaatan kegiatan
keagamaan dan ektrakulikuler sebagai penunjang yang berimplikasi positif dalam
mengembangkan pembelajaran PAI berwawasan multikultural.

20

Milda Amalia, Konsep Penanaman Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran PAI


Melalui Model Experiental Learning Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2013, tidak diterbitkan).
21
M. Machfud Arif, Pembelajaran PAI Berwawasan Multikultural di SMAN 6
Yogyakarta) Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2013, tidak
diterbitkan).

15

Ifa Afida22 meneliti tentang strategi guru dalam menerapkan nilai-nilai


pendidikan multikultural di SMAN Yosowilangun. Penelitian berkaitan dengan
strategi guru dan dampak penerapan nilai-nilai pendidikan multikultural. Hasilnya
adalah pendekatan orientasi kurikulum, active learning dan belajar kelompok
digunakan sebagai strategi guru, sementara dampak yang ditimbulkan adalah
terbentuknya anak menjadi pribadi yang toleran, memahami dan mengerti
keragaman di antara siswa. Penelitian lain mengenai pendidikan multikultural
juga dilakukan oleh Hariyanto.23 Penelitiannya mengkaji tentang penyelenggaraan
pendidikan multikultural pada anak usia dini dan dampak penyelenggaraan
pendidikan multikultural di TK tersebut. Temuannya adalah penyelenggaraan
pendidikan multikultural pada anak usia dini menggunakan pendekatan orientasi
kurikulum, pendekatan sistem pembelajaran, pembelajaran berbasis sentra-sentra
kegiatan

dan

penanaman

nilai-nilai

perilaku

positif.

Adapun

dampak

penyelenggaraan pendidikan multikultural pada anak usia dini tercermin pada


terbentuknya anak menjadi pribadi yang toleran, belajar memahami dan mengerti
bagaimana seharusnya berperilaku dan memperlakukan teman-temannya yang
beragam dan mampu mengendalikan diri.

22

Ifa Afida, Strategi Guru dalam Menerapkan Nilai-nilai Multikultural di SMAN


Yosowilangun Kabupaten Lumajang Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan).
23
Hariyanto, Pendidikan Multikultural pada Anak Usia Dini di TK Harapan Bangsa
Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2011, tidak diterbitkan).

16

Kedua, penelitian dengan jenis studi pustaka yang dilakukan oleh Ainun
Hakiemah.24 Ia menemukan bahwa terdapat keselarasan antara nilai-nilai
pendidikan multikultural dengan nilai-nilai yang teradapat dalam ajaran Islam
seperti HAM, demokrasi yang berkaitan musyawarah, keadilan, dan nilai-nilai
kemanusiaan. Selain itu, konsep pendidikan multikultural dalam pendidikan Islam
di Indonesia terdiri dari aspek kurikulum yaitu (a) tujuannya ditekankan pada
berbuat baik terhadap sesama manusia dan menciptakan kehidupan yang baik, (b)
materi yang diajarkan yakni mengenai nilai-nilai multikultural yang selaras
dengan ajaran Islam, (c) metode pembelajaran yang lebih ditekankan pada metode
dialog, diskusi, dan problem solving, (d) evaluasi ditekankan pada kesadaran
peserta didik terhadap keragaman budaya dan berbagai bias yang terdapat di
masyarakat. Sementara faktor yang menghambat pelaksanaan pendidikan
multikultural adalah aspek perubahan dan perbaikan kurikulum, kemiskinan dan
kesenjangan ekonomi, perbedaan pola pikir, dan kultur politik di Indonesia yang
tidak berpihak pada kepentingan rakyat.
Penelitian Dafri Harweli25 yang mengkaji mengenai nilai-nilai multikultural
dalam materi PAI yang memfokuskan kajiannya pada muatan nilai-nilai
multikultural, urgensi nilai-nilai multikultural dan kelebihan maupun kekurangan
nilai-nilai multikultural dalam buku teks Akhlak SMA Muhammadiyah

24

Ainun Hakiemah, Nilai-nilai dan Konsep Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan


Islam Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2007, tidak diterbitkan).
25
Dafri Harweli, Nilai-nilai Multikultural dalam Materi PAI (Studi Analisis terhadap
Buku Teks Akhlak SMA Muhammadiyah Yogyakarta) Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan).

17

Yogyakarta.

Dengan

menggunakan

pendekatan

rasionalistik

kajiannya

menghasilkan temuan, dalam buku teks tersebut terdapat ruang keragaman yang
berkaitan dengan nilai-nilai multikultural yaitu nilai demokrasi, nilai toleransi,
nilai HAM, nilai keadilan sosial, nilai kesetaraan dan nilai kebersamaan. Namun
demikian tidak seluruhnya terakomodasi. Nilai multikultural dalam fitur dan
rubrikasi belum proporsional, merata dan seimbang. Sementara urgensi nilai-nilai
multikultural dalam buku teks tersebut adalah sebagai sarana alternatif
pencegahan terjadinya konflik, mewujudkan generasi muda yang berjiwa inklusif,
toleran dan terbuka, tidak tercabutnya siswa dari akar budayanya, sebagai
landasan pengembangan kurikulum berwawasan multikultural dan sebagai
langkah awal menuju masyarakat Indonesia yang multikultural.
Muhamad Ali Lintuhaseng26 juga mengkaji nilai-nilai multikultural dalam
buku-buku SKI. Kajian maupun fokus penelitiannya hampir sama dengan
penelitian Dafri Harweli walaupun berbeda objeknya. Arum Ramadhani
Fatimah27 juga mengkaji nilai-nilai multikultural dalam materi PAI. Kajiannya
berkaitan dengan nilai-nilai multikultural dalam materi PAI yaitu nilai demokrasi,
nilai toleransi dan sebagainya. Terdapat enam bias multikultural dalam materi
tersebut seperti bias yang tak tampak (invisibility), pemberian label (sterotyping)
dan sebagainya. Kelebihan maupun kekurangan buku-buku PAI juga menjadi
26

Muhamad Ali Lintuhaseng, Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Buku-buku Ajar


SKI (Telaah Atas Buku Pelajaran SKI Kelas XII Madrasah Aliyah) Tesis (Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011, tidak diterbitkan).
27
Arum Ramadhani Fatimah, Nilai-nilai Multikultural dalam Materi PAI (Studi Analisis
terhadap Buku Teks Tarikh SMA/SMK/MA Muhammadiyah Kelas X, XI dan XII Yogyakarta)
Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014, tidak diterbitkan).

18

fokus kajiannya, seperti pendekatan religius, psikologis, sosiologis dan memuat


nilai-nilai multikultural di semua materi. Hal-hal tersebut sebagai kelebihan bukubuku kajiannya, sementara kekurangannya meliputi kurang mengembangkan
nilai-nilai multikultural dalam penjabaran materi, belum dikembangkan ke arah
rekonstruksi sosial, dari segi bahasa terdapat kalimat yang mengarah pada
diskriminasi ras, kultur maupun agama tertentu.
Mukhtaris28 meneliti mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural dalam
program pengembangan silabus dan satuan penilaian pelajaran Al-Quran Hadis
MA PP Krapyak Yogyakarta tahun 2009-2010. Temuannya berupa kesesuaian
nilai-nilai pendidikan multikultural dalam program pengembangan silabus dan
sistem penilaian dengan persentase 33 persen. Nilai-nilai yang dimaksud meliputi
belajar hidup dalam perbedaan terkandung nilai toleransi yang termuat dalam
kompetensi toleransi dan etika pergaulan maupun nilai lainnya. Nilai-nilai
tersebut juga selaras dengan tujuan lembaga pendidikan MA Ali Maksum PP
Krapyak yakni manusia yang bertakwa, berkepribadian, terampil, menguasai
iptek.
Soir juga meneliti pendidikan multikultural.29 Penelitiannya memfokuskan
pada kualitas hadis-hadis tentang multikulturalisme dan pemahaman maupun
kontekstualisasi hadis-hadis tersebut serta implikasinya dalam pendidikan.
28

Muchtaris, Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Program Pengembangan Silabus


dan Satuan Penilaian Pelajaran Al-Quran Hadis MA PP Krapyak Yogyakarta TA 2009-2010
Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011, tidak diterbitkan).
29
Soir, Multikulturalisme dalam Perspektif Hadis dan Implikasinya dalam pendidikan
Tesis (Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2009, tidak diterbitkan).

19

Temuannya tentang hadis-hadis multikulturalisme yang berjumlah delapan hadis


dengan kualitas sanad dan matan yang beragam. Namun hadis-hadis tersebut dari
sisi matan tidak ada yang bertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih atau
mutawatit, al-Quran dan akal sehat. Temuan lainnya adalah masih terdapat
pemahaman yang tekstual yang mesti dilakukan pemahaman yang konstekstual
terhadap hadis-hadis terkait.
Riyanti30 meneliti tentang nilai-nilai pendidikan multikultural yang terdapat
dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam serta relevansinya dengan pendidikan
sekarang. Temuannya berupa nilai-nilai multikultural yaitu demokrasi, toleransi,
HAM, keadilan sosial, dan kebersamaan. Relevansinya adalah pembelajaran
pendidikan agama yang inklusif, merealisasikan nilai-nilai inklusif dalam proses
pembelajaran dan pembelajaran inklusif menjunjung tinggi nilai demokrasi,
toleransi dan sebagainya.
Penelitian-penelitian di atas berbeda dengan penelitian yang peneliti
lakukan, misalnya penelitian Muhtarom tentang pesantren mengkaji tentang
pengaruh globalisasi terhadap sistem reproduksi ulama pondok pesantren
tradisional dan respon dan antisipasi pondok pesantren tradisional terhadap arus
globalisasi.
Penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan beberapa penelitian yang
dilakukan baik menyangkut jenis, tempat, ruang lingkup penelitian, konsteks
30

Riyanti, Nilai-nilai Multikultural dalam Syirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Tesis


(Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014, tidak diterbitkan).

20

sosial budaya yang mengitari dan sebagainya. Penelitian M. Machfud Arif dan Ifa
Afida misalnya meneliti tentang pembelajaran PAI berwawasan multikultural dan
memfokuskan penelitiannya pada strategi guru dalam pendidikan multikultural,
sementara peneliti mengkaji sistem pendidikan lebih luas termasuk pembelajaran.
Literatur-literatur tersebut secara konseptual dan operasional telah
membahas mengenai multikulturalisme dan pendidikan multikultural dalam
konteks pendidikan Indonesia. Beberapa penelitian di atas selain termasuk
penelitian studi pustaka, juga terdapat penelitian kualitatif (lapangan) di lembagalembaga pendidikan yang beragam, misalnya sekolah, madrasah dan TK.
Untuk melihat atau mengkaji multikulturalisme dari perspektif penelitian
yang lain diperlukan penelitian yang berbeda. Penelitian kualitatif yang sifatnya
mendalam dapat dijadikan alternatif dalam meneliti tentang multikulturalisme,
dalam hal ini adalah implementasi pendidikan multikultural di pondok pesantren.
Penelitian-penelitian di atas memiliki perbedaan dengan yang peneliti kaji.
Peneliti mengkaji pendidikan multikultural di pondok pesantren yakni
Pondok Pesantren Karya Pembangunan yang secara geografis berada di daerah
yang dihuni oleh masyarakat yang memiliki perbedaan agama (pemahaman
agama) dan keyakinan yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Hindu
Kaharingan. Selain berbeda secara agama dan keyakinan juga berbeda dari sisi
etnik dan bahasa yaitu masyarakat Dayak, Bakumpai, Banjar, Jawa, dan
sebagainya.

21

Secara internal, pesantren yang memiliki tipologi sebagai pesantren


kombinasi antara sistem salafiyah dan khalafiyah tersebut juga memiliki
keragaman baik dari unsur kepemimpinan, pengajar, peserta didik, dan
sebagainya. Penelitian ini tergolong jenis penelitian studi kasus yakni dalam
lingkungan pondok pesantren yang unik di daerah sub urban yang heterogen
masyarakat sekitar dan penghuni pesantrennya. Penelitian ini juga berbeda secara
metodologis. Penelitian ini lebih lanjut ingin mengembangkan kajian tentang
multikulturalisme dalam ranah praktis. Penelitian ini tentu bukan penelitian yang
baru sama sekali. Penelitian ini berupaya memperkaya kajian mengenai
pendidikan multikultural baik dalam memperkaya kajian-kajian yang sudah
dilakukan guna semakin memperkuat basis teorinya maupun praktisnya sesuai
dengan konteks sosial budaya maupun pandangan yang melingkupinya.

E. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kualitatif atau penelitian
lapangan (field research). Jenis penelitian ini adalah studi kasus31 tentang
pendidikan multikultural di PPKP Puruk Cahu. Penelitian ini bersifat dinamis,
dalam arti terbuka kemungkinan untuk dimodifikasi dan dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan lapangan di mana penelitian dilakukan.
Pendekatan

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

pendekatan

31

Studi kasus merupakan jenis penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan eksplorasi
secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktifitas, terhadap satu atau lebih orang.
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 39.

22

fenomenologi.32

Pendekatan

fenomenologi

digunakan

untuk

memahami

bagaimana proses pendidikan yang berlangsung di pesantren tersebut melalui


keterlibatan peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Lokasi, Obyek, dan Subyek Penelitian


Lokasi penelitian ini adalah di PPKP Puruk Cahu yang berada di jalan KH.
Ahmad Dahlan No. 02 Puruk Cahu, Kelurahan Beriwit, Kecamatan Murung,
Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah. Ada beberapa alasan
yang menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian. Pertama, PPKP
Puruk Cahu merupakan salah satu pondok pesantren yang memiliki beberapa
keunikan yaitu memiliki sistem kepemimpinan demokratis yaitu yayasan dan
pondok pesantren, dimana kepemimpinan yayasan berada lebih tinggi daripada
kepemimpinan pondok pesantren. Selain dari aspek kepemimpinan, para pengajar
dan santri yang terdapat di dalam pondok pesantren tersebut juga beragam etnis,
bahasa, status sosial, dan sebagainya.
Kedua, PPKP menerapkan sistem pendidikan kombinasi antara tradisional
(salaf) dan modern (khalaf). Ketiga, PPKP berada di tengah kota yang beragam
secara agama, suku, bahasa, golongan, dan lain sebagainya. Keempat, PPKP
merupakan pesantren tertua dan pertama di wilayah Kabupaten Murung Raya.

32

Pendekatan ini bertujuan untuk mendeskripsikan dengan sebaik-baiknya gejala sosial


budaya menurut sudut pandang subjek yang diteliti. Heddy Shri Ahimsa Putra, Fenomenologi
Agama, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Walisongo, Lemlit IAIN Walisongo., Volume 20
No 2 November 2012, hlm. 301.

23

Obyek

penelitian

ini

adalah

pendidikan

multikulutural

yang

diimplementasikan di PPKP yang meliputi implementasi, peranan pimpinan


pondok pesantren, dan nilai-nilai multikultural yang diterapkan. Sedangkan
subyek penelitian terdiri dari pengurus Yayasan Pendidikan Islam Karya
Pembangunan (YPIKP) yaitu H. Marzuki Rahman (Ketua Pengurus YPIKP),
usta Ismail Suni (Mudir al-Mahad), usta Abdullah, usta Muhammad Nasir,
usta Muhammad Mukhyar, usta Taufik Rahman, S.Sos, ustaah Hatmiyati,
S.Ag, dan para guru (dewan usta-ustaah) serta santri (Muhammad Bahrul Huda,
ketua OSPP dan sebagainya). Para subjek tersebut dipilih berdasarkan
pengetahuan narasumber tentang objek yang dikaji dengan teknik purposive
sampling dan snowball sampling.

3.

Data dan Sumber Data


Data di sini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer adalah

yang berkaitan langsung dengan topik penelitian dan digali langsung dari
sumbernya. Data yang diperoleh berupa implementasi, peranan pimpinan pondok
pesantren, dan nilai-nilai multikultural yang diterapkan. Data tersebut merupakan
data primer. Sementara data sekunder merupakan data pendukung meliputi sejarah
pondok

pesantren,

pimpinan

dan

para

personalia

(mudir

al-mahad,

ustadz/ustadzah, dan karyawan), santri, sarana prasarana, dan sebagainya.


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Pondok Pesantren Karya
Pembangunan Puruk Cahu. Sementara sampel adalah orang-orang atau individu-

24

individu yang dianggap mengetahui dan memahami apa yang menjadi masalah
dalam penelitian ini. Sampel bersifat sampel bertujuan (purposive sampling) dan
snowball sampling.

4.

Instrumen Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan dengan menelusuri berbagai literatur yang berkaitan

dengan topik penelitian, kemudian peneliti menelusuri kembali keadaan di lokasi


penelitian untuk mengkonfirmasi apa yang peneliti temukan dalam literatur dan
peneliti amati di tempat penelitian. Studi pendahuluan di tempat penelitian tidak
hanya mengamati, tetapi juga memperoleh gambaran awal masalah yang berkaitan
dengan topik penelitian melalui pihak yang berkompeten yakni pengurus yayasan,
pimpinan pondok pesantren, staf TU, dan sebagainya serta mempelajari dokumen
yang memiliki signifikansi dengan penelitian. Setelah memperoleh gambaran data
yang memadai mengenai masalah penelitian, peneliti menyusun proposal
penelitian sebagai pedoman dalam melakukan penelitian. Penyusunan proposal
dilakukan dengan merujuk pada referensi yang memiliki relevansi dengan
penelitian. Proposal yang disusun kemudian diseminarkan di hadapan dosen
(promotor) dan rekan-rekan mahasiswa dalam mata kuliah Seminar Proposal
Penelitian untuk memperoleh masukan yang dapat memperkaya dan lebih
menspesifikasikan penelitian ini. Tahapan yang ditempuh selanjutnya, melakukan
konsultasi lanjutan kepada promotor untuk memperoleh pengesahan (legitimasi)
dari promotor agar dapat melanjutkan proses penelitian. Setelah semua prosedur

25

prapenelitian tersebut dilakukan, peneliti melakukan proses penelitian untuk


memperoleh data. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen pengumpulan
data yang relevan dengan penelitian. Data tersebut diperoleh melalui:
a. Wawancara, teknik ini digunakan untuk menggali lebih dalam sumber dan
informasi mengenai pendidikan multikultural yaitu implementasi pendidikan
multikultural, peranan pimpinan pondok pesantren, dan nilai-nilai multikultural
yang diterapkan. Wawancara bersifat tak terstruktur dan berlangsung dalam
suasana yang alamiah. Sering kali peneliti menggunakan bahasa daerah yang
sudah dimengerti dan menjadi bahasa sehari-hari narasumber. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan keakraban dan memperoleh hasil wawancara yang lebih
spesifik. Wawancara yang berlangsung akan direkam menggunakan alat
perekam. Hasil wawancara akan dibuat dalam bentuk transkip wawancara
(catatan wawancara).
b. Observasi, digunakan untuk mengamati kondisi fisik (bangunan pondok
pesantren) dan lingkungan sekitar pesantren, interaksi pimpinan, pengurus,
pengajar, dan santri pondok pesantren, serta proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas dan luar kelas. Hal tersebut dilakukan untuk mencari data
yang bersifat mendukung, melengkapi, dan memperkuat.
c. Dokumentasi, digunakan untuk menggali dan memahami informasi tentang
sejarah dan keadaan pondok pesantren, pimpinan dan para personalia (asatidz
dan karyawan), santri, sarana prasarana, dan sebagainya.

26

5.

Analisis Data
Data yang didapat tersebut akan diolah dan dianalisis dengan analisis

kualitatif deskriptif, kemudian seluruh data yang didapat dicek keabsahannya


dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, dan triangulasi. Hasil
yang diperoleh di lapangan tersebut akan diolah dan dianalisis guna mendapat
hasil penelitian yang refresentatif tentang pendidikan multikultural. Analisis data
dalam penelitian kualitatif dilakukan selama penelitian dan analisis data yang
berlangsung dapat mengarahkan data apa saja yang mesti didapatkan dari
lapangan. Pengumpulan dan analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan
proses induktif.33
Analisis data meliputi proses reduksi, display, dan verifikasi data. Reduksi
data merupakan analisis yang mengkategorikan atau mengelompokkan penelitian
ke dalam bagian-bagian tertentu agar diketahui jenis pengelompokkannya.
Display data adalah penyajian data ke dalam tema, tabel dan sebagainya setelah
dilakukan kategorisasi. Sementara verifikasi data merupakan proses pengujian
data dengan melakukan pengecakan silang (cross check), pemeriksaan dan
sebagainya. Ketiga proses ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan hasil
penelitian yang akurat.

33

Marguerite G. Lodico, dkk, Methods in Educational Research: From Theory to Practice,


(San Francisco: John Wiley & Sons, Inc, 2006), hlm. 302-303.

27

F. Kerangka Teoritik
Dalam penelitian ini digunakan teori Teaching Force E. Stoner. Teori ini
mencakup tiga unsur.34 Pertama, conditioning force (kekuatan prasarana sarana).
Dengan mengacu pada prasarana sarana yang dimiliki kekuatan lembaga
pendidikan Islam cukup mendukung penerapan pendidikan multikultural di
lembaga pendidikan Islam. Kedua, cognitive force (kekuatan kognitif). Ketiga,
modelling force (kekuatan teladan). Kekuatan unsur ini dalam lembaga
pendidikan Islam perlu didukung dengan keberadaan pimpinan lembaga
pendidikan Islam sebagai motor penggerak perubahan. Hal tersebut lebih banyak
didukung oleh faktor yang bersifat internal yaitu unsur manusia sebagai pelaku
perubahan. Unsur aktor sangat dibutuhkan dalam aspek ini.
Kekuatan yang dimiliki lembaga pendidikan keagamaan, yakni pesantren,
dalam melaksanakan pendidikan multikultural adalah terletak pada kekuatan
pemberian contoh (modelling force) yang senantiasa dilakukan oleh para elit
dalam mewujudkan kondisi yang kondusif sebagai lingkungan multikultural.35
Kesiapan
pendidikan

lembaga

pendidikan

multikultural

keagamaan

membutuhkan

dalam

beberapa

mengimplementasikan
unsur

kekuatan

yaitu

conditioning force (prasarana-sarana yang mendukung), cognitive force (kekuatan


aspek pengajaran), dan modelling force (pemberian teladan).36

34

Sulalah, Pendidikan Multikultural: Didaktika Nilai-nilai Universalitas Kebangsaan.


(Malang: UIN-Maliki Press, 2012)., hlm. 141-144.
35
Ibid., hlm. 95.
36
Ibid., hlm. 141-144.

28

Adapun strategi yang diterapkan dalam merealisasikan pendidikan


multikultural di lembaga pendidikan keagamaan adalah berorientasi pada dua hal
yaitu pertama, berorientasi atau berpusat pada peserta didik (student centered
approach) dan kedua, berorientasi atau berpusat pada pendidik (teacher centered
approach).37
Dalam pembelajaran pendidikan multikultural di lembaga pendidikan
keagamaan, perilaku yang dicontohkan (modelling force) oleh para pimpinan
lembaga pendidikan memiliki nilai yang sangat penting, karena di dalamnya
terkandung muatan nilai, moral, dan norma yang diaplikasikan oleh para pimpinan
dalam memerankan fungsi sosial.38 Implementasinya dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk kegiatan pesantren, tata aturan, proses pembelajaran, dan
sebagainya.

G. Sistematika Pembahasan
Peneliti menguraikan bagian-bagian laporan ini dalam beberapa bab. Bab I
berisi Pendahuluan yang berupa latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, kerangka teoritik, dan
sistematika pembahasan.
Bab II merupakan Tinjauan Umum tentang Pondok Pesantren dan
Pendidikan Multikultral yang berisi pengertian pondok pesantren, unsur-unsur
pondok pesantren, klasifikasi pondok pesantren, sistem pendidikan pondok
37
38

Ibid., hlm. 145.


Ibid., hlm. 125.

29

pesantren, peran pondok pesantren, pengertian pendidikan multikultural, sejarah


pendidikan multikultural, paradigma dan prinsip pendidikan multikultural,
kurikulum dan pembelajaran pendidikan multikultural, nilai-nilai pendidikan
multikultural,

urgensi

pendidikan

multikultural,

aspek-aspek

pendidikan

multikultural, dan pendidikan multikultural di pondok pesantren.


Uraian berikutnya adalah Bab III yang berisi Gambaran Umum Lokasi
Penelitian seperti setting geografis dan sosio-budaya kota Puruk Cahu, sejarah
berdirinya Pondok Pesantren Karya Pembangunan, visi, misi, dan motto Pondok
Pesantren Karya Pembangunan, program pendidikan Pondok Pesantren Karya
Pembangunan, kurikulum Pondok Pesantren Karya Pembangunan, keadaan
pendidik dan peserta didik, sarana dan prasarana.
Bab IV memuat hasil penelitian tentang Pendidikan Multikultural di Pondok
Pesantren Karya Pembangunan yaitu implementasi pendidikan multikultural,
peranan

pimpinan

pondok

pesantren

dalam

implementasi

pendidikan

multikultural, dan nilai-nilai pendidikan multikultural yang diterapkan.


Uraian terakhir berisi kesimpulan dan saran dibahas pada Bab V Penutup.
Laporan penelitian ini juga memuat lampiran dan referensi yang menjadi rujukan
peneliti yang dapat dilihat pada bagian daftar pustaka.

30

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari gambaran penelitian di atas dapat disimpulkan beberapa hal sesuai
dengan rumusan masalah penelitian yaitu
1. Implementasikan pendidikan multikultural di PPKP telah berjalan dengan baik,
yang terintegrasi dalam situasi dan kondisi aktivitas keseharian pondok
pesantren.

Aspek-aspek

yang

mengandung

implementasi

pendidikan

multikultural meliputi kurikulum, pembelajaran, kepemimpinan pesantren,


kegiatan pengembangan diri dan penerapan tata tertib pondok. Dalam
penyelenggaraan pendidikan (pendidikan multikultural) terdapat beberapa
hambatan yang bersifat internal. Berikut beberapa segi dalam implementasi
pendidikan multikultural.
a. Desain kurikulum yang melibatkan yayasan dan pengurus pesantren.
Desain kurikulum berdasarkan pada penyusunan kurikulum yang
mengkombinasikan dua orientasi yakni berdasar pada keadaan santri yang
beragam dan berdasar pada kebutuhan perkembangan zaman yang berubah
dan pesat.
b. Dalam

pembelajaran,

pendidikan

multikultural

dilakukan

melalui

penyisipan materi pembelajaran yang menekankan pentingnya kesadaran


dan kesediaan untuk berpikiran luas dan terbuka serta tidak terjebak pada
pemikiran dan perilaku yang bersifat radikal. Pembelajaran yang dilakukan

163

dengan menggunakan metode yang umum digunakan seperti ceramah,


tanya jawab, penugasan, hafalan dan praktek langsung disertai dengan
strategi tertentu seperti menyanyi. Namun hanya beberapa pengajar yang
menerapkan strategi demikian.
c. Kepemimpinan

pondok

pesantren

yang

demokratis,

terbuka

dan

mengakomodir keragaman pengurus maupun pengajar.


d. Lingkungan pondok yang terbuka bagi masyarakat dan penerapan tata
tertib pondok yang dilandasi prinsip kemanusiaan dan keadilan.
2. Peranan pimpinan pondok pesantren dalam mengimplementasikan pendidikan
multikultural meliputi peran sebagai mudir (leader), pendidik (edukator) dan
peran sebagai anggota masyarakat. Wewenang yang diembang mudir terkait
perannya adalah melaksanakan proses pembelajaran, menjalankan kurikulum,
dan melaksanakan kepengasuhan santri. Selain itu juga terdapat aktivitas
kemasyarakat yang dilakukan mudir sebagai anggota masyarakat.
3. Nilai-nilai pendidikan multikultural yang diterapkan di PPKP terlihat dari visi,
misi, dan motto pesantren, kepemimpinan pondok pesantren, pembelajaran,
kegiatan pengembangan diri santri, aturan pondok pesantren, dan simbol sarana
prasana pondok pesantren. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai demokrasi, nilai
toleransi, nilai humanisme dan HAM, dan nilai inklusif dengan berbagai
sisinya seperti keadilan, toleransi, musyawarah, kerja sama, penghargaan,
gotong royong, persaudaraan (ukhuwah), kebebasan berkreasi santri,
perdamaian, dan sebagainya.

164

B. Saran
Untuk mendukung pelaksanaan pendidikan yang berlangsung, maka
beberapa sebagai saran maupun rekomendasi perlu dilakukan
1. Pondok pesantren perlu mengembangkan pemikiran keagamaan yang inklusif,
moderat, dan bersikap toleran terhadap perbedaan.
2. Perlu dikembangkan pembelajaran yang mampu mengakomodasi potensi dan
kemampuan santri yang beragam dan unik.
3. Pondok pesantren perlu melakukan peningkatan kualitas SDM para personalia
secara berkala yang berkaitan dengan pemebelajaran, manajemen dan
administrasi, pengelolaan aset pondok pesantren, dan sebagainya.
4. Menjalin kerja sama dengan pemerintah dan lembaga pendidikan dalam
mengembangkan profesionalitas penyelenggaraan pondok pesantren baik
menyangkut administrasi manajemen, pembelajaran, peningkatan fasilitas, dan
sebagainya.
5. Memelihara kehidupan dan lingkungan pondok pesantren yang berwawasan
multikultural dengan tetap mempertimbangkan semangat persatuan.
6. Dukungan pemerintah, Kementrian Agama, sangatlah diperlukan dalam
mendorong pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang terbuka,
toleran dan inklusif, namun tetap memelihara tradisi keislaman yang menjadi
ciri khasnya.

165

DAFTAR PUSTAKA

Afida, Ifa, Strategi Guru dalam Menerapkan Nilai-nilai Multikultural di SMAN


Yosowilangun Kabupaten Lumajang Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak diterbitkan.
Ahmad An-Nahidl, Nunu, dkk, Otoritas Pesantren dan Perubahan Sosial,
Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Balitbang dan
Diklat Kementrian Agama RI, 2010.
Ala, Abd, Pembaruan Pesantren, Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2006.
Al-Fandi, Haryanto, Desain Pembelajaran yang Demokratis dan Humanis.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Ali Lintuhaseng, Muhamad, Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Bukubuku Ajar SKI (Telaah Atas Buku Pelajaran SKI Kelas XII Madrasah
Aliyah) Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,
2011, tidak diterbitkan.
Aly, Abdullah, Pendidikan Islam Multikultural di Pesantren: Telaah Terhadap
Kurikulum Pondok Pesantren Modern Islam Assalam Surakarta,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Amalia, Milda, Konsep Penanaman Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran
PAI Melalui Model Experiental Learning Tesis. Yogyakarta: Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2013, tidak diterbitkan.
Arif, M. Machfud, Pembelajaran PAI Berwawasan Multikultural di SMAN 6
Yogyakarta) Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2013, tidak diterbitkan.
Arif, Mahmud, Pendidikan Islam Transformatif. Yogyakarta: LKiS, 2008.
Assegaf, Abd. Rachman, Filsafat Pendidikan Islam: Paradigma Baru Pendidikan
Hadhari Berbasis Integratif-Interkonektif, Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
-------, Pendidikan Tanpa Kekerasan: Tipologi Kondisi, Kasus dan Konsep,
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 2004.
Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi di Tengah
Tantangan Milenium III, Jakarta: Kencana, 2012.
Baidhawy, Zakiyuddin, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta:
Erlangga, 2005.

166

Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai,


Jakarta: LP3ES, 1994.
Dian, M., dkk, Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta, ITD, Forum
Pesantren dan Yayasan Selasih, 2007.
Haedari, Amin, dkk., Masa Depan Pesantren: Dalam Tantangan Modernitas dan
Tantangan Kompleksitas Bangsa, Jakarta: IRD Press, 2004.
Hakiemah, Ainun, Nilai-nilai dan Konsep Pendidikan Multikultural dalam
Pendidikan Islam Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga, 2007, tidak diterbitkan.
Farchan, Hamdan dan Syarifuddin, Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik
Masyarakat Pesantren, Yogyakarta: Pilar Religia, 2005.
Hamdani, M. Yusuf, Manajemen Pendidikan Pondok Pesantren (Studi Kasus
pada Pondok Pesantren Aji Al-Muhsin di Krapyak Wetan Yogyakarta)
Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2009, tidak
diterbitkan.
Hariyanto, Pendidikan Multikultural pada Anak Usia Dini di TK Harapan
Bangsa Condongcatur, Depok Sleman Yogyakarta Tesis. Yogyakarta:
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2011, tidak diterbitkan.
Harweli, Dafri, Nilai-nilai Multikultural dalam Materi PAI (Studi Analisis
terhadap Buku Teks Akhlak SMA Muhammadiyah Yogyakarta) Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2012, tidak
diterbitkan.
Kartanegara, Mulyadhi, Mengislamkan Nalar: Sebuah Respons terhadap
Modernitas. Jakarta: Erlangga, 2007.
Lodico, Marguerite G., dkk, Methods in Educational Research: From Theory to
Practice, San Francisco: John Wiley & Sons, Inc, 2006.
Mahfud, Choirul, Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Maksum, Ali, Pluralisme dan Multikulturalisme: Paradigma Baru PAI di
Indonesia, Yogyakarta: Aditya Media Publishing, 2011.
Mansur, Moralitas Pesantren Meneguk Kearifan dari Telaga Kehidupan,
Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2004.
Marzuki, H. Rahman, Implementasi Manajemen Humas pada Pondok Pesantren
Karya Pembangunan Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya Kalimantan
Tengah, Tesis. Banjarmasin: PPs IAIN Antasari Banjarmasin, 2012, tidak
diterbitkan.

167

Muhtarom, Reproduksi Ulama di Era Global: Resistensi Tradisional Islam,


Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Muchtaris, Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Program Pengembangan
Silabus dan Satuan Penilaian Pelajaran Al-Quran Hadis MA PP Krapyak
Yogyakarta TA 2009-2010 Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga, 2011, tidak diterbitkan.
Mulyana, Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta,
2004.
Muarif, Liberalisasi Pendidikan,Yogyakarta: Pinus, 2008.
Muarif, Syamsul, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Mustanadi, M., dkk (ed.), Multikulturalisme dalam Islam: Memahami Prinsip,
Nilai, dan Tujuan Multikulturalisme dalam Islam untuk Mencapai Kualitas
Keterpilihan, Yogyakarta: Idea Press, 2009.
Naim, Ngainun, dan Ahmad Sauqi, Pendidikan Multilkultural: Konsep dan
Aplikasi, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Najib, Agus Moh. dan Ahmad Baidowi, Merajut Perbedaan Membangun
Kebersamaan, Yogyakarta: Diaologue Centre Press, 2011.
Putra, Hermansyah, Pondok Pesantren dan Tantangan Globalisasi (Upaya
Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru Sumatera Utara) Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2009, tidak
diterbitkan.
Qomar, Mujamil, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi,. Jakarta: Erlangga, 2004.
Ramadhani Fatimah, Arum, Nilai-nilai Multikultural dalam Materi PAI (Studi
Analisis terhadap Buku Teks Tarikh SMA/SMK/MA Muhammadiyah
Kelas X, XI dan XII Yogyakarta) Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga, 2014, tidak diterbitkan.
Riyanti, Nilai-nilai Multikultural dalam Syirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Tesis.
Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014, tidak
diterbitkan.
Saputra, Iyus Herdiana, Manajemen Pendidikan Pesantren Darul Hikmah
Kutoarjo Jawa Tengah Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga, 2009, tidak diterbitkan.
Sholeh, Badrus, (ed.), Budaya Damai Komunitas Pesantren, Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia, 2007.
Sidded, Khairul Anam, dkk, Multikulturalisme dalam Islam. Yogyakarta: Idea
Press, 2009.

168

Soir, Multikulturalisme dalam Perspektif Hadis dan Implikasinya dalam


pendidikan Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga,
2009, tidak diterbitkan.
Subhan, Arief, Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia Abad ke-20: Pergumulan
antara Modernisasi dan Identitas, Jakarta: Kencana, 2012.
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta, 2013.
Sulalah, Pendidikan Multikultural: Didaktika Nilai-nilai
Kebangsaan, Malang: UIN-Maliki Press, 2012.

Universalitas

Sutrisno dan Muhyidin Albarobis, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial,


Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Tang, Muhammad, dkk, Pendidikan Multikultural: Telaah Pemikiran dan
Implementasinya dalam Pembelajaran PAI. Yogyakarta, Idea Press, 2009.
Tilaar, H.A.R., Kekuasaan dan Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Tim Penyusun, Selayang Pandang Kabupaten Murung Raya, Puruk Cahu: Bagian
Humas Sekda Kab. Murung Raya, 2013.
Tim

Perumus, Pedoman Penyelenggaraan Pondok Pesantren Karya


Pembangunan Puruk Cahu, Puruk Cahu: PPKP, tidak diterbitkan, 2005.

Ujan, Andre Ata, dkk, Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam


Perbedaan, Jakarta: Indeks, 2011.
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi: Esai-esai Pesantren, Yogyakarta:
LKiS, 2010.
Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa Depan,
Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Yaqin, M. Ainul, Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding,
Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta:
Gavin Kalam Utama, 2011.
Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat: Upaya Menawarkan Solusi Terhadap
Berbagai Problem Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Zulqarnain, Penanaman Nilai-nilai Pendidikan Multikultural di Madrasah
Berbasis Pondok Pesantren DDI-AD Mangkoso Barru Sulawesi Selatan

169

Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014, tidak


diterbitkan.
JURNAL
Ahimsa Putra, Heddy Shri, Fenomenologi Agama, Jurnal Penelitian Sosial
Keagamaan Walisongo, Lemlit IAIN Walisongo., Volume 20 No 2
November 2012.
Syamsuddin, Muh., Nilai-nilai Multikultural dalam Kehidupan Mahasiswa,
Jurnal PMI: Media Pemikiran & Pengembangan Masyarakat. Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah, Vol V Nomor 1 Sept
2007.
WEB
Hanum,
Farida,
Multikulturalisme
dan
Pendidikan,
http://scholar.google.com/scholar?q=Hanum%2C+Farida%2C%22MULTIK
ULTURALISME+DAN
PENDIDIKAN.%22&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5. Akses tanggal 23
April 2013.
Kerusuhan
Ambon
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Ambon_2011.
tanggal 29 Oktober 2014.

Akses

2011,
pada

Konflik Sampit, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Konflik_Sampit. Akses pada


tanggal 29 Oktober 2014.
Najib, Agus Moh., dkk, Multikulturalisme dalam Pendidikan Islam (Studi
terhadap UIN Yogyakarta, IAIN Antasari Banjarmasin, dan STAIN
Surakarta),
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10
&ved=0CF8QF
A
J&url=http%3A%2F%2Fidb3.wikispaces.com%2Ffile%2Fview%2FUR300
1.pdf&ei=AGN_UyfICs w rQexnYGACA&usg=AFQjCNEVRV6iKzk_opf8mpfUL6OGlNN3A. Akses tanggal 23 April 2013.
Pemerintah
Kabupaten
Murung
Raya,
Kondisi
Sosial
Budaya,
http://www.kabmurungraya.go.id/murungrayakab/page/169/lambang.htm.
Akses tanggal 10 Maret 2014.

170

LAMPIRAN

IDENTITAS PPKP PURUK CAHU

1.

Nama yayasan

: Yayasan Pendidikan Islam Karya Pembangunan


(YPIKP)

2.

Legalitas

: Akta Notaris Rudy Birowo, SH, S.Pd, M.Kn,


Nomor 12 tanggal 03 Maret 2010

3.

Nama pondok pesantren

: Karya Pembangunan Puruk Cahu

4.

Alamat

: Jalan KH. Ahmad Dahlan No. 02 Puruk Cahu

Kelurahan

: Beriwit

Kecamatan

: Murung

Kabupaten

: Murung Raya

Provinsi

: Kalimantan Tengah

5.

Tahun berdiri

: 1970

6.

Nama pendiri

: H. Ali Umar (atas nama kolektif)

7.

Klasifikasi

: Salafiyah dan khalafiyah

8.

Nomor statistik pondok

: 5100.62.120001

9.

Kode pos

: 73911

10. Luas tanah

: 32 ha

11. Status tanah

: Wakaf (bersertifikat)

12. Sarana

: mesjid, asrama putera dan asrama puteri, ruang


belajar, kantor, perpustakaan, perumahan guru
(ustadz-ustadzah),

sarana/lapangan

olahraga,

peralatan/instrumen musik, dapur umum/ruang


makan dan lain-lain
13. Lembaga yang dikelola
yayasan

: a. Pondok Pesantren Karya Pembangunan


b. MIS Karya Pembangunan
c. MTsN 1 Murung (koordinatif)
d. MAN Puruk Cahu (koordinatif)

171

14. Pengembangan usaha


produktif

: 1. Koperasi pondok pesantren


2. Kolam/tambak ikan
3. Peternakan sapi
4. Perkebunan karet
5. Perkebunan gaharu
6. Mebel
7. Penyewaan toko/warung

Keterangan: hasil dari tambak ikan, peternakan sapi, perkebunan karet dan
gaharu, mebel, dan penyewaan toko setelah diuangkan, digunakan untuk
kepentingan pondok pesantren dan MIS Karya Pembangunan sesuai dengan
ketentuan yang ditentukan pihak yayasan.

172

SUSUNAN ORGAN YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


KARYA PEMBANGUNAN PURUK CAHU PERIODE 2009-2014

1. Pembina
a. Ketua

: Drs. H. Abdul Thalib

b. Anggota

: HM. Yusra. HB
H. Gusti Parminansyah
H. A. Pardinan

2. Pengurus
a. Ketua

: H. Marzuki Rahman, S.Ag, M.Pd.I

b. Sekretaris

: Nina Narly, S.Ag (digantikan oleh Drs. H. E.

Kusuma)
c. Bendahara

: H. A. Rujani. T

d. Anggota

: H. Lukdiansyah
H. Maslan S. Sadul

3. Pengawas
a. Ketua

: H. Suryadi. M

b. Anggota

: Mislan Abrory
H. Fitriady. M

173

SUSUNAN PENGURUS PPKP PURUK CAHU

1.

Mudir al-Mahad

2.

Wakil/Rais Bidang Kepengasuhan : Ust. Abdullah

3.

Wakil/Rais Bidang Kurikulum

: Ust. Muhammad Nasir

4.

Bendahara

: Edy Catur Kurniawan, S.Pd

5.

Tata Usaha

: Ust. Taufik Rahman, S.Sos

6.

Pembina Muhadharah

: Ust. Taufik Rahman, S.Sos

7.

Pembina Asrama Putera

: Ust. Muhammad Mukhyar

8.

Pembina Asrama Puteri

: Usth. Hatmiyati, S.Ag

9.

Kepala Perpustakaan

:-

10. Dapur Umum Santri

: Ust. Ismail Suni, S.Pd.I

: Ibu Mudah

11. Seksi-seksi
a. Organisasi Intra Santri

: Muhammad Bahrul Huda

b. Bank Simpanan Santri

: Ust. Muhammad Laihim

174

STRUKTUR KEPENGURUSAN PPKP PURUK CAHU


Pelindung
Yayasan Pendidikan Islam
Karya Pembangunan
H. Marzuki Rahman, S.Ag., M.Pd.I

Mudir Al-Mahad
Ust. H. Ismail Suni, S.Pd.I

Bendahara
Edi Catur, S.Pd

Tata Usaha
Ust. Taufik Rahman, S.Sos

Wakil Mudir Bid. Kurikulum


Ust. M. Nasir

Pembina Muhadharah
Ust.Taufik Rahman, S.Sos

Wakil Mudir Bid. Kepengasuhan


Ust. Abdullah

Pembina Asrama Puteri


Usth. Hatmiyati, S.Ag

Pembina Asrama Putera


Ust. Mukhyar

Dewan Asatidz

Santri

175

DATA USTADZ/USTADZAH DAN KARYAWAN PPKP PURUK CAHU


No
1

Nama

Kelahiran

Ust. Ismail Suni, Pekalongan,


S.Pd.I
15-05-1965

Jabatan

Mata Pelajaran

Mudir al-Mahad

Ushul Fiqih, Fiqih,


Mustholah

Hadis

dan Tafsir
Pasuruan,
17-04-1975
Ust. M. Nasir
Pasuruan,
10-06-1986
Ust. A. Syahroni, Puruk Cahu,
S.Ag
Ust.
Taufik Puruk Cahu,
Rahman, S.Sos
27-07-1987

Wakil Mudir
Kepengasuhan
Wakil Mudir
Kurikulum
Ustadz

TU dan Pembina Nahwu,


Muhadharah
Hadis

Sharaf,

Ust. Mukhyar

Pembina
putera

asrama Tajwid,

Tauhid,

Ustadzah

Tajwid

12

Muara
Bakanon,
06-06-1992
Usth. Nur
Indramayu,
Hasanah
20-08-1989
Usth. Hatmiyati, Puruk Cahu,
S.Ag
04-04-1977
Ust. Ali Muttaqin, Batu Putih,
S.Pd.I
03-7-1990
Ust. M. Laihim
Muara Untu,
17-09-1990
Usth.
Anisah Pasuruan,
Karimah
06-02-1979
Ust. Zainul

13

Abrori

Petugas
pesantren

14

Mudah

2
3
4
5

7
8
9
10
11

Ust. Abdullah

Muara
Sumpui,
27-01-1990

Pembina
puteri
Ustadz

Bid. Tauhid dan Fiqih


Bid. Nahwu dan Sharaf
Sharaf

Nahwu dan Fiqih,

asrama

---Tajwid

Ustadz

Tajwid

Ustadzah

Fiqih dan Tauhid

Ustadz

Sharaf dan Nahwu


koperasi

Juru masak/konsumsi

----

----

176

JADWAL KEGIATAN SEHARI-HARI SANTRI


No.

Kegiatan

Waktu

Bangun dan salat Subuh berjamaah di mesjid

04.00-05.00

Halaqah al-Quran

05.00-05.30

Mandi, sarapan, dan persiapan sekolah formal

05.30-07.00

Sekolah formal MTs dan MAN

07.00-13.00

Salat Zuhur berjamaah

Makan siang dan istirahat/tidur siang

Salat Ashar berjamaah

Pelajaran diniyah pesantren

15.10-16.30

Olahraga, mandi dan persiapan menjelang

16.30-17.00

11.30
13.00-14.30
15.00

magrib
10

Majelis taklim atau mengaji al-Quran di mesjid

17.00-17.30

11

Salat Magrib berjamaah

17.30-18.00

12

Pelajaran diniyah pesantren

18.00-19.30

13

Salat Isya berjamaah

14

Makan malam

19.30-20.00

15

Aktivitas individu

20.00-22.00

16

Tidur/istirahat (tidak boleh ada aktivitas lagi)

22.00-04.00

19.30

Keterangan: waktu bersifat fleksibel dan kondisional

177

KEGIATAN MINGGUAN (WAJIB BAGI SANTRI)


No.
1

Kegiatan
Palang

Merah

Remaja

Waktu

Aliyah/pengembangan

diri Minggu,

15.00-

Tsanawiyah

16.30 WIB

Ekstrakulikuler

Rabu, 15.00-16.30
WIB

Amaliyah malam Jumat

Kamis,

18.00-

19.30 WIB
4

Palang Merah Remaja Tsanawiyah/pengembangan diri Jumat, 15.00-16.30


Aliyah

WIB

Pramuka/pengembangan diri

Sabtu, 15.00-16.30
WIB

Muhadharah

Sabtu, 18.00-19.30
WIB

Kerja bakti kebersihan

Minggu,

06.00-

07.00 WIB

HUBUNGAN PPKP PURUK CAHU DENGAN MASYARAKAT

No

Kegiatan

Penyedia petugas khatib dan muaadzin setiap Jumat di mesjid-mesjid


Puruk Cahu dan sekitarnya

Pengisi ceramah majelis taklim warga oleh ustadz pondok pesantren

Pengisi ceramah majelis taklim ramadhan oleh ustadz pondok pesantren

Masyarakat berpartisipasi dalam pembangunan dan mengelola aset pondok

178

KITAB-KITAB RUJUKAN PEMBELAJARAN PPKP PURUK CAHU


1.

Tafsir al-Quran al-Jalalain

2.

Hadis Arbain an-Nawawi

3.

Al-Jurumiyah

4.

Nahwu al-Wadhih

5.

Talim al-Mutaallim

6.

Kitab al-Tashrif

7.

Akhlaq li al-Banin

8.

Akhlaq li al-Banaat

9.

Al-Washaya

10. Mabadi al-Fiqhiyyah


11. Aqidah al-Awwam
12. Tajwid
13. Taisir Mushthalah al-Hadits
14. Mabadi Awwaliyah
15. Kifayah al-Akhyar
16. Takhihul Qaul digunakan oleh ustadz Muhammad Nasir dalam kegiatan
majelis taklim.

179

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama

: Nuryadin

Tempat/tanggal lahir

: Puruk Cahu, 10 Agustus 1986

NIM

: 1220410029

Alamat Rumah

: Jl. Merdeka No. 33 RT. I RW. I Puruk Cahu Kode


Pos 73911 , Kabupaten Murung Raya, Kalimantan
Tengah

Nama Ayah

: Suriansyah (alm.)

Nama Ibu

: Mahwiyah

B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SDN BERIWIT 2 Murung Puruk Cahu, tahun 1998
a. SLTPN 1 Murung Puruk Cahu, tahun 2001
b. SMAN 1 Murung Puruk Cahu, tahun 2004
c. Program Strata Satu (S1) IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 2010
d. PPs UIN Sunan Kalijaga (S2), 2012-2014.
2. Pendidikan Non-Formal
a. TPA Al-Maarif, tahun 1993.
b. Kursus bahasa Inggris ELFAST dan KRESNA Pare, tahun 2011.
c. Kursus bahasa Esperanto, tahun 2014 sd sekarang
d. Kursus bahasa Persia UIN Yogyakarta, tahun 2012.

C. Riwayat Pekerjaan
1. Wiraswasta, tahun 2004-sekarang

180

2. Pengajar TPA Mesjid Nurul Jannah Banjarmasin, tahun 2009.


3. Tutor Kresna English Language Institute, tahun 2011.

D. Pengalaman Organisasi
1. Pramuka, tahun 2001
2. LDK AMAL IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 2005- 2008
3. HMJ PAI Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin, tahun 2007
4. Hipma Mura Yogyakarta, tahun 2012-sekarang
5. Komunitas bahasa Polyglot Yogyakarta, tahun 2014-sekarang

E. Minat Keilmuan: Pendidikan Islam, Jurnalistik dan sebagainya.


F. Karya Ilmiah
1. Buku
a. Salah satu kontributor buku Pendidikan Posmodernisme, tahun 2014
b. Editor dan salah satu kontributor buku Murung Raya dalam Perspektif
Mahasiswa, 2014
2. Artikel
a. Pendidikan pada Masa Rasulullah (Suara Muhammadiyah Edisi No.
05, tahun 2014).
3. Penelitian
a. Pesan-pesan Pendidikan Islam dalam Novel Laskar Pelangi Karya
Andrea Hirata (Skripsi), tahun 2010.
b. Pendidikan Multikultural di Pondok Pesantren Karya Pembangunan
Puruk Cahu-Kabupaten Murung Raya (Tesis), tahun 2014

Yogyakarta, 20 Oktober 2014

Nuryadin

181

Anda mungkin juga menyukai