2. Etiologi
Obat-obatan tertentu (tranquilizer, antikolinergis, antihipersensitif, opioid, antasida dengan
aluminium)
Kondisi endokrin
Keracunan timah
3. Manifestasi Klinis
Distensi abdomen
Borborigimus
Sakit kepala
Kelelahan
5. Komplikasi
Hipertensi arterial
Imfaksi fekal
Megakolon
6. Penatalaksanaan
a. Pengobatan non-farmakologis
1. Latihan usus besar : melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku
yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya.
Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk
memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit
setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB.
Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap
tanda-tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda
dorongan untuk BAB ini.
2. Diet : peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan
usia lanjut. Data epidemiologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung
banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit
gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat
meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di usus.
untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar 6-8
gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.
3. Olahraga : cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi
konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan
kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat
otot-otot dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut
b. Pengobatan farmakologis
Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasanya
dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :
1. Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl
selulose, Psilium.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang awitan dan durasi konstipasi,
pola emliminasi saat ini dan masa lalu, serta harapan pasien tentang elininasi defekasi. Informasi
gaya hidup harus dikaji, termasuk latihan dan tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan
cairan, serta stress. Riwayat medis dan bedah masa lalu, terapi obat-obatan saat ini, dan
penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan
rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi, flatulens, atau diare
encer.
Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi, ukuran, bentuk,
dan komponen. Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya. Distensi
abdomen diperhatikan. Area peritonial diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi
kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
1.
Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
3.
Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen
3. Intervensi Keperawatan
1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur
Tujuan : pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)
Kriteria hasil :
Intervensi
Mandiri
Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya
Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan
Kolaborasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
Tujuan : menunjukkan status gizi baik
Kriteria Hasil :
Intervensi
Mandiri
Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.
Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.
Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.
Kolaborasi
Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah
Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan
tepat.
Intervensi
Mandiri
Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas dari nyeri dengan melakukan
penggalihan melalui televisi atau radio
Perhatikan kemungkinan interaksi obat obat dan obat penyakit pada lansia
Penutup
1. Kesimpulan
Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3
kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan
sampai rasa sakit saat buang air besar. Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan
oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas, penurunan kekuatan dan tonus otot.
Manifestasi klinis yang sering muncul adalah distensi abdomen, borborigimus, Rasa nyeri dan
tekanan, penurunan nafsu makan, sakit kepala, kelelahan, tidak dapat makan, sensasi
pengosongan tidak lengkap, mengejan saat defekasi, eliminasi volume feses sedikit, keras, dan
kering. Komplikasi yang bisa terjadi jika konstipasi tidak diatasi adalah hipertensi arterial, imfaksi
fekal, hemoroid dan fisura anal, megakolon
Penatalaksanaan konstipasi pada lansia dengan tatalaksana non farmakologik : cairan, serat,
bowel training, latihan jasmani, evaluasi panggunaan obat. Tatalaksana farmakologik : pencahar
pembentuk tinja, pelembut tinja, pencahar stimulant, pencahar hiperosmolar dan enema.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC
http://erni-jasmita.blogspot.com/2012/04/askep-konstipasi.html