PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Tujuan dari percobaan karbohidrat ini adalah supaya praktikan dapat melakukan
identifikasi senyawa-senyawa karbohidrat, mengetahui reaksi-reaksi yang terjadi, dan
menentukan senyawa-senyawa karbohidrat secara kualitatif dan kuantitatif.
1.2 Tinjauan Pustaka
Karbohidrat adalah makromolekul yang bisa ditemukan dengan mudah dialam.
Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis dengan bantuan energi matahari. Karena
energi matahari dirubah menjadi energi kimia sehingga dalam biomolekul karbohidrat
sebagai sumber utama energi metabolisme untuk makhluk hidup. Karbohidrat
digolongkan ke dalam monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida(Sunarya dan
Setiabudi, 2007). Kebanyakan karbohidrat yang dikonsumsi adalah tepung / amilum /
pati, yang
terdapat dalam gandum, jagung, beras, kentang dan padi-padian
lainnya(Edahwati, 2010).
Karbohidrat memiliki rumus umum Cn(H2O)n. Akan tetapi, hanya gula sederhana atau
monosakarida yang benar-benar cocok dengan rumus ini. Tipe lain dari karbohidrat,
oligosakarida dan polisakarida didasarkan pada unit monosakarida dan memiliki sedikit
perbedaan rumus umumnya. Oligosakarida terbentuk ketika beberapa monosakarida
berikatan, poligosakarida terbentuk ketika banyak monosakarida yang berikatan bersamasama(Campbell dan Farrel, 2012).
Monosakarida dibagi menjadi tiga jenis yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Glukosa dan fruktosa dapat ditemusi dialam, akan tetapi galaktosa ada di dalam tubuh
dan merupakan hasil hidrolisa dari laktosa(Hutagalung, 2004).
Disakarida (oligosakarida) dibagi menjadi sukrosa, maltose dan laktosa. Sukrosa
mempunyai dua molekul monosakarida yang terdiri dari satu molekul glukosa dan satu
molekul fruktosa. Maltose memiliki dua molekul monosakarida yang terdiri dari dua
molekul glukosa. Dan laktosa memiliki dua molekul monosakarida yang terdiri dari satu
molekul glukosa dan satu molekul galaktosa(Hutagalung, 2004).
Polisakarida dibagi menjadi amilum(zat pati), dekstrin, glikogen, dan selulosa.
Amilum terdapat pada umbi-umbian, sereal dan biji-bijian. Dekstrin merupakan zat
antara dalam pemecahan amilum. Glikogen terdapat pada otot hewan, manusia dan ikan.
Pada tumbuhan glikogen banyak terdapat pada kecambah, sereal, susu, dan sirup jagung.
Selulosa babanyak berasal dari tumbuhan. Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia,
karena tidak ada enzim untuk memecah selulosa(Hutagalung, 2004).
Karbohidrat dengan aldehid sebagai gugus fungsi pengoksidasi terbanyak disebut
aldosa dan karbohidrat dengan keto sebagai gugus fungsi pengoksidasi terbanyak disebut
ketosa. Pada senyawa-senyawa karbohidrat ada yang memiliki isomer, epimer, dan
enansiomer. Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus kimia sama tetapi strukturnya
berbeda, contohnya fruktosa, glukosa, manosa, dan galaktosa. Epimer adalah senyawa
yang memiliki struktur yang berbeda hanya pada posisi gugus OH, contohnya glukosa
dan manosa(Harvey, 2011). Enansiomer adalah isomer optic, contohnya D dan Lglukosa(Chittiprol, 2006).
i) Etil alkohol
Etil alkohol berbentul larutan yang tidak berwarna. Berbau seperti alkoho, dari
biasa ke kuat, seperti anggur atau wiski dan menyenangkan. Memiliki rasa membakar
yang tajam. pH dari larutan ini netral. Titik didih dan titik lelehnya adalah 78,5 oC dan
-114,1oC. Mudah larut dalam air dingin, air panas, methanol, dietil eter. Larut dalam
aseton(Smith, 2013).
j) Fenol
Fenol bisa disebut juga monohidroksi benzene, benzenol, fenil hidroksida atau
asam fenil. Nama kimianya adalah asam karbol. Memiliki rumus kimia C 6H5OH.
Berbentuk padatan tidak berwarna sampai pink muda. Fenol memiliki bau harum yang
nyata, terkadang bau manis dan asam yang memualkan. Fenol memiliki rasa seperti
terbakar. Berat molekulnya 94,11 g.mol-1. Titik didih dan titil lelehnya adalah 182 oC
dan 42oC. mudah larut dalam methanol dan dietil eter. Larut dalam air dingin, aseton,
benzene. Sangat larut dalam alkohol, kloroform, gliserol, petroleum, karbon disulfide,
karbon tetraklorida, asam asetat, larutan sulfur dioksida. Hampir tidak larut dalam
petroleum eter. Dapat bercampur dengan aseton(Smith, 2013).
k) Asam Sulfat Pekat
Asam sulfat disebut juga asam sulfur, memiliki rumus kimia H 2SO4. Berbentuk
larutan berminyak yang tidak berwarna. Tidak berbau, tetapi berbau mencekik ketika
panas. Berasa seperti asam kuat. Berat molekulnya 98.08 g.mol-1. Titik didih dan titik
lelehnya 270oC dan -35oC. Mudah larut dalam air dingin. Larut dalam etil
alkohol(Smith, 2013).
l) Akuades
Merupakan senyawa tidak berbau, elektrolit lemah, terionisasi menjadi H 30+ dan
OH-, bersifat polar, memiliki densitas 100, titik beku 0 0C dan titik didih 1000C (Sax
and Lewis, 1987).
m) Sukrosa
C12H22O11 berwarna putih, dapat diperoleh dari tebu dan ubi manis. Jika dihidrolisis
menghasilkan glukosa dan fruktosa dengan reaksi (Deman, 1997).
C12H22O11 + H2O C6H12O6 + C6H12O6
n)
o)
p)
q)
Sukrosa
air
d-glukosa d-fruktosa
Glikogen
Polisakarida yang digunakan sebagai tempat penyimpanan glukosa dalam sistem
hewan. Glikogen memberikan warna coklat merah dengan iodium secara kimia,
serupa dengan pati (Harper, 1980).
Fruktosa
Merupakan suatu heksosa dengan gugus keton pada atom karbon nomor 2 dan
mempunyai sifat memutar cahaya terpolarisasi ke kiri dan ke kanannya disebut juga
levulosa, d-fruktosa atau gula buah (Tewary, 1981).
Laktosa
Jika laktosa dihidrolisis menghasilkan d-galaktosa dan d-glukosa terjadi antara
atom karbon nomor 1 pada galaktosa dan glukosa pada atom nomor 4. Oleh karena itu
molekul laktosa masih mempunyai OH glikosidik (Parker, 1993).
Selulosa
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat
Peralatan yang digunakan pada percobaan karbohidrat adalah tabung reaksi, pipet
tetes, penangas air, rak tabung reaksi, pipet ukur, bola hisap, corong Buchner,
spektrofotometri.
2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah reagen molisch, reagen benedict,
reagen barfoed, reagen saliwanoff, iodin, glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, laktosa,
sukrosa, amilum, selulosa, glikogen, inulin, etanol 95%, fenol 5%, asam sulfat pekat, dan
air.
2.3 Skema Kerja
2.3.1 Analisa Kualitatif Karbohidrat
2.3.1.1 Uji Molisch
a) Pembuatan Reagen Molisch
-naftol
diambil 10 g
dilarutkan dalam 100 mL 95% etil alkohol
Hasil
b) Pengujian dengan Reagen Molisch
Larutan Karbohidrat
diambil dan dimasukkan kedalam tabung reaksi
ditambahkan 2 tetes reagen Molisch
dikocok
ditambah 5mL asam sulfat pekat melalui dinding tabung secara perlahan-lahan
diamati
Hasil
2.3.1.2 Uji Benedict
diambil 173 g
diambil 100 g
dilarutkan dalam 800 ml air hangat
disaring
ditambahkan kupri sulfat yang telah dilarutkan dalam 100 ml air
ditambah air hingga 1 L
Hasil
diambil 13,3 g
diambil 1,8 ml
dimasukkan kedalam 2 mL
ditambahkan 1 mL larutan karbohidrat
dimasukkan dalam penangas air mendidih selama 1 menit
diangkat dan dibiarkan dingin
Hasil
2.3.1.4 Uji Iodin
diambil 0,05 g
dilarutkan kedalam 100 mL asam klorida (1:3)
Hasil
b) Pengujian dengan larutan Saliwanoff
Reagen Saliwanoff
dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 mL
ditambahkan 2 tetes larutan karbohidrat
dimasukkan kedalam penangas air mendidih selama 1 menit
Hasil
2.3.2 Analisa gula total dalam sari buah secara spektofotometri
Sari buah
ditimbang 1 g
dilarutkan dalam labu ukur 100 ml
dipipet sebanyak 5 ml
diencerkan dengan air hingga 100 ml, apabila pada pengenceran 1 masih berwarna maka
perlu ditambahkan 2 g arang aktif kemudian disaring lalu filtratnya diencerkan dengan
air sampai 100 ml
Hasil
disaring melalui secarik kain dan filtrat ditampung di gelas kimia 600 ml
ditambahkan 100 ml air dan dikocok
didekantasi
disuspensi dengan 100 ml etanol 95%
disaring melalui corong buchner
dikeringkan dan ditimbang
Hasil
BAB III
HASIL PENGAMATAN
3.1 Tabel Pengamatan
3.1.1 Analisis Kualitatif Karbohidrat
a. Uji Molisch
Jenis
Warna awal
Ditambah reagen
karbohidrat
Molisch
Glukosa
Bening
Gumpalan cokelat
Fruktosa
Bening
Cincin cokelat
Galaktosa
Bening
Cincin cokelat
Maltose
Bening
Gumpalan cokelat
Laktosa
Bening
Gumpalan cokelat
Sukrosa
Bening
Gumpalan cokelat
Amilum
Bening
Cincin cokelat
Ditambah
H2SO4
Cincin cokelat tebal
Cincin cokelat tebal
Cincin cokelat tebal
Tidak ada cincin
Tidak ada cincin
Cincin cokelat tipis
Cincin cokelat tebal
Hasil uji
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
b. Uji Benedict
Karbohidrat
Glukosa
Fruktosa
Galaktosa
Maltose
Laktosa
Sukrosa
Perlakuan
Dipanaskan
Penambahan
Reagen
Biru kehijauan
Biru kehijauan
Biru kehijauan
Biru kehijauan
Biru kehijauan
Biru kehijauan
Orange
Orange
Orange
Orange
Biru kehijauan
Kuning tua keruh
Didinginkan
Hasil uji
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
(-)
c. Uji Barfoed
Karbohidrat
Perubahan
Glukosa
Awal
Tidak berwarna
Fruktosa
Tidak berwarna
Galaktosa
Maltose
Tidak dilakukan
Tidak berwarna
Laktosa
Tidak berwarna
Sukrosa
Tidak berwarna
Akhir
2 lapisan : bening
dan biru tua
2 lapisan : bening
dan biru tua
2 lapisan : bening
dan biru tua
2 lapisan : bening
dan biru tua
Berwarna biru
Amilum
Tidak berwarna
Berwarna biru
d. Uji Iodin
Karbohidrat
Selulosa
Glikogen
Amilum
Inulin
Awal
Bening
Kuning kecokelatan
Bening
Bening
Hasil uji
biru positif, terdapat endapan
merah bata
biru positif, terdapat endapan
merah bata
biru
- (negatif)
biru
Penambahan HCl
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
(negatif)
Penambahan I2
Tetap
Tetap
Biru
Tetap
Hasil uji
(-)
(+)
(+)
(-)
e. Uji Saliwanoff
Karbohidrat
Glukosa
Fruktosa
Galaktosa
Laktosa
Sukrosa
Amilum
Hasil uji
(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
Perubahan warna
Awal
Akhir
Bening
Pink
Bening
Jingga
Bening
Bening
Bening
Jingga
Bening
Merah
Bening
Kekuningan
Pengamatan
Bahan terkupas dan bersih
Bahan menjadi lebih kecil
Didapatkan bahan seberat 50 g
Bahan menjadi halus dan tercampur
dengan air
Endapan terpisah dengan filtrat
Filtrat menjadi encer
Terdapat dua lapisan
Endapan (pati) terpisah dengan filtrat
Pati tercampur dengan etanol
Pati tersaring ke kertas saring
Pati menjadi kering
Massa pati kentang = 0,9 g
Massa pati ubi = 1,0 g
xy
0
0,13
0,38
4,83
11,58
27,86
46,78
46,78
a = 2 = = 8800 = 0,0053 %
y = nilai absorbansi sampel
y = ax
y = 0,0053 x
Sampel pisang
y = A = 0,018
y = 0,0053 x
0,018
% glukosa pisang
.
100
5
1 1000 1000
.
.
100
3,396 .
.100%
= 0,68%
% glukosa melon
100
5
1,3 1000 1000
.
.
100
5,094 .
y = A = 0,027
y = 0,00553 x
= 0,83 %
. 100%
0,027
% glukosa semangka
100
5
1 1000 1000
.
.
100
4,150 .
y = A = 0,022
y = 0,0053 x
= 0,83%
x=
0,022
0,0053
= 4,150 ppm
. 100%
0.4
0.35
Absorbansi
0.3
0.25
0.2
Series1
0.15
Linear (Series1)
0.1
0.05
0
-0.05 0
20
40
60
80
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Kualitatif
4.1.1 Uji Molisch
Prinsip dari percobaan uji Molisch yaitu menentukan gugus-gugus yang ada dalam
senyawa karbohidrat dari hidrolisis ikatan glikosidik yang terdapat pada senyawa
karbohidrat tersebut oleh asam sulfat pekat. Setelah senyawa tersebut terhidratasi
menjadi furfural dan derivatnya maka senyawa tersebut akan terjadi perubahan warna
dan terbentuknya cincin cokelat yang menandakan adanya kondensasi dengan -naftol.
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan penambahan reagen molisch yang
berfungsi untuk menghidrolisis ikatan glikosidik pada senyawa karbohidrat. Lalu
dilakukan pengocokan agar larutan karbohidrat dan reagen molisch menjadi homogen.
Dilakukan penambahan asam sulfat pekat secara perlahan-lahan melalui dinding tabung
reaksi agar tidak terjadi panas berlebih yang ditimbulkan dari penambahan asam sulfat
pekat tersebut.
Dari percobaan uji molisch didapatkan hasil positif untuk larutan glukosa, sukrosa,
fruktosa, amilum, dan galaktosa. Sedangkan hasil uji untuk larutan laktosa dan maltosa
adalah negatif. Hasil uji positif ditunjukkan dari terbentuknya cincin cokelat pada
larutan karbohidrat yang diuji karena telah berkondensasi dengan -naftol.
4.1.2 Uji Benedict
Prinsip dari percobaan uji benedict yaitu untuk mengidentifikasi gula-gula pereduksi
yang terdapat pada senyawa karbohidrat dengan penambahan reagen benedict yang akan
mengoksidasi larutan karbohidrat tersebut dalam suasana basa yang sangat kompleks.
Reagen benedict adalah reagen yang bertujuan untuk mengidentifikasi gula-gula
pereduksi pada larutan karbohidrat dengan proses oksidasi karbohidrat dalam suasana
basa yang sangat kompleks. Senyawa yang dapat diidentifikasi dengan reagen ini hanya
senyawa yang memiliki gugus aldehid atau gugus keton bebas saja.
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan penambahan larutan karbohidrat
kedalam tabung reaksi yang sudah berisi reagen benedict yang akan mengoksidasi
larutan karbohidrat tersebut dan mengidentifikasi gula-gula pereduksi yang ada
didalamnya. Setelah itu dilakukan pemanasan dalam penangas air selama 1 menit yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi. Lalu diangkat dan didinginkan untuk mengetahui
terbentuk atau tidaknya endapan merah bata pada larutan tersebut.
Dari percobaan uji benedict didapatkan hasil positif untuk larutan fruktosa, glukosa,
galaktosa, dan maltose. Sedangkan hasil uji untuk larutan laktosa dan sukrosa adalah
negatif. Hasil uji positif tersebut terjadi karena adanya gugus aldehid atau gugus keto
beebas pada larutan karbohidrat yang diuji dan diketahui dari terbentuknya endapan
merah bata pada saat larutan didinginkan.
Larutan yang menghasilkan hasil uji negatif adalah laktosa dan sukrosa. Pada
sukrosa didapatkan hasil negatif karena tidak adanya gugus aldehid atau gugus keto
bebas pada larutan sukrosa. Sedangkan pada larutan laktosa seharusnya didapatkan hasil
positif, hal ini dimungkinkan dari kurangnya proses pemanasan pada uji ini.
4.1.3 Uji Barfoed
Prinsip dari uji barfoed ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya monosakarida
dalam suatu karbohidrat yang diuji dengan menghidrolisis monosakarida dan akan
menghasilkan kupro oksida yang mudah sekali mengendap. Endapan yang dihasilkan
akan berwarna merah bata.
Pada percobaan ini pertama-tama dilakukan penambahan larutan karbohidrat
kedalam reagen barfoed dalam tabung reaksi yang berfungsi untuk mereduksi
monosakarida dalam karbohidrat. Lalu dilakukan pemanasan selama 1 menit yang
berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi, pada proses pemanasan hanya boleh
dilakukan sebentar. Apabila proses pendidihan terlalu lama akan menimbulkan hasil
positif yang salah karena reduksi disakarida. Lalu larutan tersebut diangkat dan
didinginkan untuk memberikan waktu supaya kupro oksida dalam larutan mengendap.
Dari percobaan uji barfoed didapatkan hasil positif untuk glukosa, sukrosa, dan
fruktosa. Sedangkat hasil uji untuk maltose, laktosa, dan amilum adalah negatif. Hal ini
karena glukosa dan fruktosa termasuk monosakarida dan reagen barfoed hanya dapat
mereduksi monosakarida saja. Tetapi pada sukrosa didapatkan hasil positif yang salah
karena sukrosa termasuk oligosakarida atau bukan golongan monosakarida, hal ini
mungkin terjadi karena proses pendidihan yang terlalu lama sehingga senyawa
disakarida ikut tereduksi dan menghasilkan endapan merah bata.
4.1.4 Uji Iodin
Prinsip dari uji iodin yaitu untuk mengetahui ada tidaknya polisakarida dari suatu
karbohidrat dengan proses adsorbs larutan iodin oleh polisakarida yang akan
menghasilkan warna tertentu untuk setiap golongan polisakarida. Akan tetapi uji ini
hanya dapat dilakukan untuk polisakarida amilum dan glikogen saja.
Pada percobaan ini dilakukan pengasaman larutan karbohidrat yang akan diuji
dengan larutan HCl encer untuk memberikan suasana asam. Lalu ditambahan larutan
iodin yang akan diadsorpsi oleh polisakarida dan menghasilkan warna yang dapat
diamati untuk menentukan larutan karbohidrat yang termasuk golongan polisakarida.
Dari uji iodin ini diketahui bahwa glikogen dan amilum menunjukkan hasil positif,
sedangkan selulosa dan inulin menunjukkan hasil negative. Hal ini karena tidak semua
larutan polisakarida bisa mengadsorpsi iodin dan memberikan warna pada larutan.
Polisakarida yang bisa mengadsorpsi iodin hanya amilum dan glikogen.
4.1.5 Uji Saliwanoff
Pada uji saliwanoff dilakukan penambahan larutan karbohidrat kedalam tabung
reaksi yang telah berisi reagen saliwanoff yang berfungsi untuk menghidrasi gugus
ketosa dalam larutan karbohidrat. Lalu dilakukan pemanasan selama 1 menit yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi.
Reagen saliwanoff terdiri dari senyawa resorcinol dan asam klorida yang dapat
menghidrasi gugus ketosa dalam larutan karbohidrat tertentu, contohnya seperti sukrosa
yang mudah terhidrolisa menjadi fruktosa dan glukosa sehingga memberikan reaksi
positif yang dapat diamati dari perubahan warna larutan yang menjadi berwarna merah.
Pada uji pembakaran dengan Bunsen akan lebih mempercepat proses reaksi dari pada
dengan penangas air, karena pada Bunsen disertai dengan proses pengadukan dan
pemanasan sedangkan pada penangas air hanya memanfaatkan pemanasan saja.
Pembakaran dengan Bunsen akan lebih beresiko terjadinya hasil positif salah yang
disebabkan oleh cepatnya proses terjadinya reaksi sehingga aldosa-aldosa akan diubah
oleh HCl menjadi ketosa dan memberikan warna merah karena bereaksi dengan reagen
saliwanoff.
Larutan glukosa dan sukrosa dengan mudah terhidrolisa sehingga pada uji saliwanoff
larutan ini memberikan perubahan warna dari bening ke merah. Sedangkan untuk
larutan karbohidrat yang lain tidak terjadi perubahan warna karena tidak memiliki gugus
ketosa.
4.2 Analisa gula total dalam sari buah secara spektrofotometri
Pada analisa gula total dalam sari buah secara spektrometri digunakan sampel berupa
buah pisang. Pada percobaan ini, mula-mula pisang ditimbang sebanyak 1 gram lalu
dihaluskan. Kemudian ditambahkan akuades untuk melarutkan sari buah pisang.
Larutan sari buah disaring dengan menggunakan kertas saring untuk menghilangkan
residu. Kemudian filtrat sari buah dipipet sebanyak 5 mL dengan pipet ukur dan
diletakkan dalam labu ukur kemudian ditambahkan akuades hingga volumenya 100 mL.
Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk memudahkan pembacaan serapan dari sari
buah. Larutan sari buah encer ini lalu dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan dalam
tabung reaksi yang telah berisi 1 mL fenol 5%. Kemudian ditambahkan asam sulfat
pekat sebanyak 5 mL ke dalam tabung reaksi secara perlahan-lahan melalui dinding
tabung reaksi. Fungsi dari penambahan fenol dan asam sulfat pekat ini adalah untuk
menghasilkan kompleks berwarna jingga. Oleh karena reaksi bersifat eksotermis dan
dihasilkan panas, larutan didinginkan terlebih dahulu. Selanjutnya diukur serapan
larutan pada panjang gelombang 490 nm karena glukosa memiliki serapan maksimum
pada 490nm. Kemudian dibuat larutan standar pada konsentrasi 0;10;20;30;50;70 ppm
dan dikur serapannya, untuk menentukan kadar glukosa dalam sari buah.
Dari hasil percobaan, diperoleh nilai absorbansi sari buah (y) 0,018, sedangkan nilai
absorbansi dari larutan standar 0;10;20;30;50;70 ppm berturut-turut
adalah
0;0,013;0,119;0,161;0,237;0,398. Selanjutnya diperoleh konsentrasi glukosa (x) sebesar
3,396 ppm dan % glukosa sebesar 0,68 %. Jadi, pada konsentrasi glukosa sebesar 3,396
ppm absorbansi glukosa adalah 0,0053. Dari kurva kalibrasi y=ax semakin tinggi
konsentrasi glukosa, maka nilai absorbansinya juga semakin meningkat.
Dari hasil percobaan tiga jenis sari buah didapatkan nilai absorbansinya yaitu sari
pisang = 0,018 A; sari melon = 0,027 A; sari semangka = 0,022 A. Pada data ini
diketahui bahwa sari melon memiliki nilai absorbansi paling besar dan sari pisang
memiliki nilai absorbansi paling kecil.
4.3 Isolasi karbohidrat
Prinsip percobaan isolasi karbohidrat yaitu untuk mengetahui massa pati dalam
bahan tertentu yang mengandung karbohidrat sehingga dapat dihitung rendemen pati
dalam bahan tersebut yang sudah dihaluskan dan dikeringkan dalam oven.
Pada isolasi karbohidrat dilakukan pengupasan, pencucian, dan pemotongan bahan
yang mengandung karbohidrat agar bahan yang akan digunakan dalam keadaan bersih
dan memudahkan proses penghalusan. Lalu bahan itu dihomogenkan dengan 150 ml air
dalam blender yang berfungsi untuk menghaluskan bahan. Setelah itu campuran
disaring melalui secarik kain supaya filtrat yang akan digunakan tidak tercampur
dengan endapan. Lalu filtrat tersebut ditambah dengan 100 ml air dan didekantasi
kembali supaya filtrat yang didapatkan lebih encer dan agar pati yang akan berpisah
dengan filtrat. Selanjutnya endapan ditambah 100 ml etanol 95% untuk membersihkan
pati dari kotoran yang akan mengganggu hasil percobaan. Setelah itu dilakukang
penyaringan untuk memisahkan pati dengan filtratnya. Dan yang terakhir pati
dikeringkan dalam oven dan ditimbang supaya didapatkan massa pati murni tanpa
senyawa lain dan untuk mengetahui massa pati yang dihasilkan dari isolasi karbohidrat
tersebut.
Dari percobaan ini didapatkan hasil untuk urutan bahan yang memiliki massa pati
dari yang terbanyak ke yang paling rendah yaitu singkong yaitu 9,8 % ; ubi yaitu 2% ;
kentang yaitu 1,8 % ; dan yang terakhir adalah jagung yaitu 0,4 %. Dari hasil itu dapat
ditarik kesimpulan bahwa singkong mengandung lebih banyak karbohidrat dibanding
bahan lainnya. Sedangkan jagung ternyata memiliki karbohidrat yang lebih sedikit
dibanding bahan-bahan lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Percobaan karbohidrat dibagi menjadi dua cara yaitu uji kualitatif dan uji kuantitatif.
Uji kualitatif dibagi lagi dalam 5 uji(uji molisch, uji benedict, uji barfoed, uji iodin, uji
saliwanoff), sedangkan uji kuantitatif dibagi menjadi 2 uji(analisa gula total dalam sari
buah secara spektrofotometri). Hasil positif untuk uji kualitatif dapat diamati dari
perubahan warna, seperti untuk uji molisch akan terbentuk cincin coklat pada sampel.
Pada uji benedict dapat diidentifikasi gula-gula pereduksi dalam sampel ditandai dengan
perubahan warna menjadi orange. Pada uji barfoed dapat mengidentifikasi golongan
monosakarida, uji positif ditandai dengan warna endapan merah bata sedangkan yang
negatif berwarna biru Pada uji iodin untuk identifiksai golongan polisakarida, uji positif
ditandai dengan adanya warna biru yang ditunjukkan oleh amilum dan warna coklat
kemerahan oleh glikogen. Pada uji saliwanoff menujukkan adanya gugus ketosa dalam
sampel, uji positif ditandai dengan warna merah oleh sukrosa.
Pada analisa kuantitatif dengan analisa gula total dari sari buah pisang dengan
spektronik 20 diperoleh kurva y = 0,0053x dan % glukosa pada sari buah pisang sebesar
0,68%. Pada percobaan isolasi karbohidrat didapatkan rendemen glukosa singkong
sebesar 9,8%, rendemen ubi sebesar 2%, rendemen kentang sebesar 1,8%, rendemen
jagung sebesar 0,4%.
5.2 Saran
Dalam melakukan percobaan ini sebaiknya perlu diperhatikan ketelitian dalam
mengamati perubahan yang ditunjukkan oleh sampel ketika ditambahkan reagen. Selain
itu, perlu diperhatikan ketelitian dalam menyaring filtrat agar pati yang didapatkan bebas
dari pengotor.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, M. K., dan S. O. Farrell, 2012, Biochemistry 7th Edition, Nelson Education, Ltd,
Canada
Chittiprol, S., 2006, Biochemistry : Instant Notes for Medical Students, Jaypee Brothers
Medical Publishers (P) Ltd, New Delhi
Deman, M, John, 1997, Kimia Makanan, edisi ke-2, ITB-Bandung
Edahwati, L., 2010, Perpindahan Massa Karbohidrat Menjadi Glukosa dari Buah Kersen
dengan Proses Hidrolisis, Jurnal Penelitian Ilmu Teknik Vol. 10, No.1 page : 1-5
Harper, 1980, Elements of Foods Energinering, Rivew of Phycology Losailos
Harvey, R. A., 2011, Biochemistry Fifth Edition, Lippincott Wiliam & Wilkins, Baltimore
Hutagalung, H., 2004, Karbohidrat, Digitized by USU Digital Library
Parker, S.P, 1993, Encyclopedia of Chemistry, 2nd Edition, Mc Graw Hill Inc, New York
Sax and Lewis, 1987, Condensed Chemical Dictionary, Van Nonstrand Co., New York
Smith, 2013, MSDS Acetic Acid, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27 September
2014
Smith, 2013, MSDS Cupric Acetate Monohydrate, http://www.sciencelab.com, diakses
tanggal 27 September 2014
Smith, 2013, MSDS Cupric Sulfate, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27
September 2014
Smith, 2013, MSDS Ethyl Alcohol, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27 September
2014
Smith, 2013, MSDS Hydrochloric Acid, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27
September 2014
Smith, 2013, MSDS Iodine, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27 September 2014
Smith, 2013, MSDS Naphthol-1, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27 September
2014
Smith, 2013, MSDS Phenol, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27 September 2014
Smith, 2013, MSDS Sodium Carbonate Anhydrous, http://www.sciencelab.com, diakses
tanggal 28 September 2014
Smith, 2013, MSDS Sodium Citrate Dihydrate, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal
27 September 2014
Smith, 2013, MSDS Sulfuric Acid, http://www.sciencelab.com, diakses tanggal 27 September
2014
Sunarya, Y., A. Setiabudi, 2007, Mudah dan Aktif Belajar Kimia, Setia Purna Inves, Bandung
Tewary, KS, Mehrotra, 1981, A Text Book of Organic Chemistry, Vikas Publishing House
Ltd, India
LAMPIRAN I
REAKSI KIMIA
1. Uji Molisch
a. Glukosa
O
H
OH
C
H
OH
HO
OH
OH
+ H2SO4
OH
O
HOH2C
HOH2C
CH2OH
asam-2-ketoaldol
(cincin ungu)
hidroksimetil furfural
glukosa
b. Fruktosa
H
H
OH
OH
HO
H
OH
+ H2SO4
HOH2C
OH
HOH2C
H
H
OH
asam-2-ketoaldol
(cincin ungu)
hidroksimetil furfural
CH2OH
fruktosa
c. Galaktosa
H
O
C
OH
HO
HO
OH
OH
OH
+ H2SO4
HOH2C
HOH2C
hidroksimetil furfural
asam 2-ketoaldol
(cincin ungu)
CH2OH
galaktosa
d. Laktosa
CH2OH
OH
O H
H
H
H
OH
OH
CH2OH
O H
H
H
HO
HO
OH
OH
+ H2SO4
OH
HOH2C
OH
H
O
H
OH
sukrosa
C O
OH
OH
asam-2-ketoaldehid
hidroksimetil furfural
e. Sukrosa
CH2OH
OH
O H
H
C
H
laktosa
H
H
O
HOH2C
HO
OH
+ H2SO4
CH2OH HOH2C
H
H
hidroksimetil furfural
O
HOH2C
C O
H
asam-2-ketoaldehid
f. Amilum
H
O
CH2OH
O H
H
H
OH
OH
H2SO4
HO
O
HO
OH
CH2OH
O H
OH
HOH2C
hidroksimetil furfural
2. Uji Benedict
a. Glukosa
H
OH
OH
HO
OH
HO
OH
OH
OH
OH
2Cu2+ 2Cu+
CH2OH
glukosa
CH2OH
glukonat
b. Fruktosa
H
H
OH
HO
O
C
2Cu2+ 2Cu+
HC
OH
HO
OH
OH
OH
OH
CH2OH
glukonat
CH2OH
fruktosa
c. Galaktosa
H
HO
O
C
HO
HO
HO
HO
OH
OH
OH
OH
CH2OH
galaktosa
2Cu2+ 2Cu+
C
H
amilum
O
HOH2C
CH2OH
galaktonat
C O
H
asam-2-ketoaldehid
d. Laktosa
CH2OH
OH
O H
H
H
OH
H
O
H
H
OH
laktosa
e. Sukrosa
CH2OH
OH
O H
H
OH
H
CH2OH
H
H
CH2OH
2Cu OH
HO
OH
H
O H
H
H
OH
OH
OH
H
O
2+
2Cu
HO
H
OH
2Cu
OH
H
H
H
H
OH
O
O
OH
3. Uji Barfoed
a. Glukosa
H
OH
C
OH
HO
OH
HO
OH
OH
OH
OH
2Cu2+ 2Cu+
CH2OH
glukosa
CH2OH
glukonat
b. Fruktosa
H
H
OH
HO
O
C
2Cu2+ 2Cu+
HC
OH
HO
OH
OH
OH
OH
CH2OH
fruktosa
O H
HO
amilum
OH OH
O
OH
CH2OH
O
OH
OH
CH2OH
OH
H
CH2OH
CH2OH
OH OH
f. Amilum
H
H
OH
H
sukrosa
CH2OH
laktonat
OH
2+
O H 2Cu
CH2OH
glukonat
2Cu2+ 2Cu+
c. Galaktosa
H
HO
C
HO
O
C
2Cu2+
HO
HO
2Cu
HO
OH
OH
OH
OH
CH2OH
galaktosa
CH2OH
galaktonat
d. Laktosa
CH2OH
OH
CH2OH
O
H
H
OH
H
H
H
HO
OH
OH
2Cu2+ 2Cu+
OH
laktosa
e. Sukrosa
CH2OH
OH
O H
H
OH
H
H
H
OH
O
H
H
HO
2Cu2+ 2Cu+
CH2OH
OH
f. Amilum
CH2OH
H
O
CH2OH
O H
H
H
OH
OH
H
H
H
2Cu2+ 2Cu+
O H
HO
O
OH
amilum
4. Uji Iodin
a. Glikogen
CH2OH
H
H
H
O
OH
CH2OH
O H
O H
OH
O
H
H
H
O
OH
glikogen
+ I2
OH
H
b. Inulin
O
H
+ I2
OH
CH2OH
OH
H
inulin
c. Amilum
CH2OH
H
CH2OH
O H
H
H
OH
OH
O H
H
H
H
O
OH
amilum-I2
+ I2
HO
H
amilum
d. Selulosa
H
OH
CH2OH
H
O
H
OH
OH
H
H
OH
OH
O
+ I2
H
n
selulosa
5. Uji Saliwanoff
a. Glukosa
O
H
C
OH
HO
OH
OH
HO
HCl panas
HOH2C
OH
+
O
H
CH2OH
glukosa
hidroksimetil furfural
b. Fruktosa
H
H
OH
HO
OH
OH
CH2OH
fruktosa
HO
HCl panas
HOH2C
+
O
C
H
hidroksimetil furfural
OH
c. Galaktosa
H
O
C
HO
HO
HO
OH HOH C
2
OH
HCl panas
OH
+
O
CH2OH
galaktosa
hidroksimetil furfural
d. Sukrosa
CH2OH
O
OH
H
HCl panas
O H
H
H
OH
H
HO
O H
H
CH2OH HOH2C
OH H
OH
H
HO
OH
+
O
C O
H
hidroksimetil furfural
sukrosa
e. Laktosa
CH2OH
OH
O H
H
H
OH
H
O
H
H
OH
CH2OH
H
H
OH
O H
HCl panas
HO
OH HOH C
2
H
laktosa
HO
OH
+
O
C O
H
hidroksimetil furfural
f. Amilum
H
O
CH2OH
H
H
OH
O H
HO
H
O
CH2OH
O H
H
HO
H
O
OH
H
HO
HCl panas
HOH2C
+
O
C O
H
amilum
hidroksimetil furfural
OH
LAMPIRAN II
JAWABAN PERTANYAAN
1) Uji Molisch
1. Cincin yang terbentuk berwarna cokelat (+).
2. Karbohidrat yang memiliki gugus glikosidik.
3. Hal ini disebabkan karena pada protein juga terdapat gugus glikosidik.
2) Uji Benedict
1. Endapan berwarna merah bata.
2. Untuk memberikan suasana basa pada proses reduksi ion kupri dan untuk mencegah
terjadinya pengendapan CuCO3.
3. Pada uji benedict menunjukkan adanya gula-gula pereduksi pada larutan karbohidrat,
sedangkan pada uji fehling akan menunjukkan adanya glukosa dan monosakarida dalam
sampel.
4. Senyawa yang mengganggu uji
5. fehling adalah pigmen empedu dalam urine.
3) Uji Barfoed
1. Hasil positif dengan reagen barfoed adalah warna merah bata, sedangkan dengan reagen
benedict adalah warna jingga kecokelatan.
2. Tidak ada, karena reagen barfoed hanya dapat mereduksi monosakarida bukan
mengoksidasinya.
3. Bila dilakukan pemanasan atau pendidihan yang terlalu lama maka disakarida akan ikut
terhidrolisis dan menghasilkan hasil uji positif yang salah.
4. Tidak bisa, karena reagen barfoed hanya dapat mereduksi monosakarida saja.
4) Uji Saliwanoff
1. Larutan Fruktosa memberikan hasil tercepat karena akan diubah menjadi asam levulinat
dan hidroksi-metil furfural, kemudian kondensasi antara hidroksi-metil furfural dengan
resorcinol.
2. Dapat, karena pada uji ini sukrosa akan harus dipanaskan sedangkan fruktosa tidak.
Selain itu fruktosa lebih cepat bereaksi dari pada sukrosa.
5) Isolasi karbohidrat
1. Rendemen pati singkong
Rendemen =
=
4,9
50
100%
100%
= 9,8%
2. Rendemen pati ubi
Rendemen =
100%
= 50 100%
=2%
3. Rendemen pati kentang
Rendemen =
=
0,9
50
100%
100%
= 1,8 %
4. Rendemen pati jagung
Rendemen =
=
0,2
50
100%
= 0,4 %
100%