BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mahasiswi mampu menjelaskan dan menerangkan mengenai sifilis , antara lain :
Pengertian sifilis
Epidemiologi
Komplikasi
Pencegahan
BAB II
ISI
2.1 PENGERTIAN
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum ,
yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . selama perjalanan penyalit
ini dapat menyerang seluruh organ tubuh.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab sifilis adalah treponema pallidium, yang ditularkan ketika
hubungan seksual dengan cara kontak langsung dari luka yang mengandung
treponema.
Treponema dapat melewati selaput lendir yang normal atau luka pada
kulit. 10-90 hari sesudah treponema memasuki tubuh, terjadilah luka pada
kulitprimer (chancre atau ulkus durum).
Chancre ini kelihatan selama 1-5 minggu dan kemudian sembuh secara
spontan. Tes serologik untuk sifilis biasanya nonreaktif pada waktu mulai
timbulnya chancre, tetapi kemudian menjadi reaktif sesudah 1-4 minggu. 2-6
minggu sesudah tampak luka primer, maka dengan penyebaran treponema
pallidium diseluruh badan melalui jalan darah, timbulah erupsi kulit sebagai
gejala sifilis sekunder.
Erupsi pada kulit dapat terjadi spontandalam waktu 2-6 minggu. Pada
daerah anogenital ditemukan kondilomata lata. Tes serologik hampir seluruh
positif selama fase sekunder ini, sesudah fase sekunder, dapat terjadi sifilis laten
yang dapat berlangsung seumur hidup, atau dapat menjadi sifilis tersier. Pada
sepertiga kasus yang tidak diobati, tampak manifestasi yang nyata dari sifilis
tersier.
2. 3 GAMBARAN KLINIK
1.
Sifilis primer
Chancre atau ulkus durum kelihatan pada temmpat masuknya kuman, 10-
90 hari setelah terjadinya infeksi. Chancre berupa papula atau ulkus dengan
pinggir-pinggri yang meninggi, padat, dan tidak sakit. Luka tersebut paa alat
genital biasanya terdapat vulva dan terutama pada labia, tetapi bisa juga pada
serviks. Luka primer kadang-kadang terjadi pada selaput lendir atau kulit ditempat
lain (hidung, dada, perineum, dan lain-lain), dan pemeriksaan medan gelap (darkfield) perlu dilakukan usaha untuk menemukan treponema pallidium disemua luka
yang dicurigai. Tes serologik harus dibuat setiap minggu selama enam minggu.
2.
Sifilis sekunder
Gejala pada kulit timbul kira-kira 2 minggu 6 bulan (rata-rata 6 minggu)
setelah hilangnya luka primer. Kelainan yang khas pada kulit bersifat
makulopapiler, folikuler, atau postuler. Karakteristik adalah alopesia rambut
kepala yang tidak rata (month eaten) pada daerah oksipital. Alis mata dapat
menghilang pada sepertiga bagian lateral. Papula yang basah dapat dilihat pada
daerah anogenital dan pada mulut. Papula ini dekenal dengan nama kondilomata
lata, dan mempunyai arti diagnostik untuk penyakit ini. Kondilomata lata agak
meninggi, berbentuk budar, pinggirnya basah dan ditutup oleh eksudat yang
berwarna kelabu. Treponema pallidium dapat dijumpai pada luka ini dan tes
srologik biasanya positif. Limfadeno patia adalah tanda penting, kadang-kadang
splenomegali dijumpai juga. Aspirasi dengan jarum dari kelenjer limfe yang
bengkak pada biasanya menemukan cairan yang mengandung treponema
pallidium yang dapat dilihat pada pemeriksaan lapangan gelap.
3.
Sifilis laten
Tidak mempunyai tanda-tanda atau gejala klinis. Tanda positif hanya serum yang
reaktif, dan kadang-kadang cairan spinal juga reaktif. Jika fase laten berlangsung
sampai 4 tahun, maka penyakit ini tidak menular lagi, kecuali pada janin yang
dikandung wanita yang berpenyakit sifilis.
4.
Sifilis tersier
Kadang pada vulva ditemukan gumma. Disini ada kecendrungan bagi gumma
untuk menjadi ulkus nekrosis dan indurasi pada pinggirnya.
5.
Paling sedikit dua sepertiga dari wanita hamil dengan sifilis berumur 20-30 tahun.
Efek sifilis pada kehamilan dan janin terutama tergantung pada lamanya infeksi
terjadi, dan pada pengobatannya. Jika penderita diobati dengan baik, ia akan
melahirkan bayi yang sehat. Jika ia tidak diobati, ia akan mengalami abortus, atau
aborataus prematurus dengan meninggal atau dengan tanda-tanda kongenital.
Apabila infeksi dengan sifilis terjadi pada hamil tua, maka plasenta memberikan
perlindungan terhadap janin dan bayi dapat dilahirkan sehat. Apabila infeksi
terjadi sebelum plasenta terbentuk dan dilakukan pengobatan segera, infeksi pada
janin mungkin dapat dicegah. Pada tiap pemeriksaan antenatal perlu dilakukan tes
serologik terhadap sifilis.
Terhadap kehamilan
1.
3.
Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues kongenital.
Dahulu, sifilis merupakan penyebab dari 1/3 kasus lahir mati. Sifilis sekarang
memiliki peran yang kecil tetapi presisten dalam kematian janin. Spiroketa mudah
menembus placenta dan dapat menyebabkan infeksi congenital karna adanya
imuno- inkompetensi relative sebelum 18 minggu, janin biasanya tidak
memperlihatklan gejala kllinis jika terinfeksi sebelum kurun ini. frekunsi sifilis
congenital bervariasi sesuai stadim damn durasi infeksi pada ibu.. insidensi
tertinggi adalah pada neonatus yang lahir dari ibu dengan sifilis dini ( primer,
sekunder, atau laten dini insidensi terendak pada penyakit laten lanjut ) penting di
ketahui bahwa stadim sifilis pada ibu dapat menyebabkan infeksi pada janin.
Infeksi sifilis congenital di bagi menjadi stadium dini yang bermanisvestasi pada
masa neonatus, dan penyakit stadim lanjut yang bermanivestasi pada remaja.
Anjuran terapi untuk wanita hamil dengan sifilis
kategori
Terapi
sifilis dini
sifilis
dengan
neoroafilis
Penicillin G kristal cair, 3-4 juta unit intravena setipa 4 jam selama
10-14 hari.
Penicillin prokain cair, 2,4 juta unit intramuskulus setiap hari, plus
setiap hari, plus probenerid 500 mg peroral 4kali sehari, keduanya
selama 10-14 hari.
Tindak lanjut
Kontrak sesual dalam 3 bulan terakhir perlu di evaluasi untuk sifilis dan terapi
secara presumtif. Meskipun seronegative. Titer serologis ibu perlu di periksa
setiap bulan dan saat persalinan untuk memastikan respons serologis terhadap
terapi atau mengetahui reinfeksi pada kelompok beresiko tinggi ini. peningkatan
titer 4 kali lipat atau lebih mengisyaratkan reinfeksi atau kegagalan pengobatan
sebagai contoh, titer VDRL yang semula 1: 4 dan kemudian meningkat menjadi 1:
16 mengisyaratkan reinfeksi.
Siklus pada Kehamilan Dan Sifilis Kongenital
Pada masa belum dikenal antibiotika,seorang ibu dari bayi yang menderita sifilis
kongenital akan memberi keterangan bahwa telah menjadi keguguran yang
kemudian diikuti lahirnya bayi prematur meningggal waktu lahir dan selanjutnya
lahir cukup umur meninggal waktu lahir dan kemudian lahir bayi yang sehat.
Hal tersebut dapat dijelaskan adanya kemungkinan ternonema keluar
secara berkala dari jaringan limfoid kedalam peredaran darah pada sifilis lanjut.
Maka bila hal tersebut terjadi bayi dalam kandungan akan terinfeksi. Seorang
wanita yang menderita sifilis dini, tidak nmendapat pengobatan 30% bayi akan
meninggal dalam kandungan, 30% meninggal setalah lahir, terinfeksi tetapi masih
hidup sekitar 40% yang disertai gejala-gejala sifilis lanjut.
Pada sifilis kongenital dini tanda dan gejala yang khas muncul sebelum
umur 2 tahun. Lebih awal munculnya manifestasi klinis,akan lebih jelek
prognosisnya.
Tanda-tanda tersebut adalah
1.
Lesi kulit terjadi segera setalah lahir, berupa lesi vesikobulosa yang akan
berlanjut menjadi erosi yang tertutup kusta. Lesi kulit yang terjadi pada beberapa
minggu kemudian berupa populoskuamosa dengan distribusa simetris.
2.
Lesi pada selaput lendir. Selaput lendir hidung, faring dapat terkena serta
mengeluarkan sekresi. Sekresi hidung disertai darah pada bayi baru lahir
merupakan tanda khas sifilis kulit dan selaput lendir dipenuhi T.Pallidum.
3.
Anemia hemolitik
5.
Hepatosplenomegali
6.
Keratitis interstitialis
Biasanya terjadi pada umur pubertas dan bilateral.Pada kornea timbul pengaburan
menyerupai gelas disertai vaskularisasi sklera.
2.
Gigi hutchinson
Gigi mulberry
4.
Neurofilis
Tulang
Kulit
Timbul fisira disekitar rongga mulut dan hidung disertai ragado yang disebut
sifilis rinitis infantil.
8.
Lesi kardiovaskuler
9.
Cluttons joint
1.
Ragades
retina
2.
Ketulian syaraf.
2.5 DIAGNOSIS
Ruam sifilis primer, dibersihkan dengan larutan Nacl fisiologis, serum diperoleh
dari bagian dasar lesi dengan cara menekan lesi dan serum akan keluar. Diperiksa
dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi T. Pallidum
berbentuk ramping, gerakan lambat dan angulasi
b.
Mikroskop fluoresensi
Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton.
Sediaan diberi antibiotic spesifik yang dilabel fluoresensi, kemudian diperiksa
dengan mikroskop fluoresensi. Peneliti lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini
dapat member hasil non spesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan
pemeriksaan lapangan gelap.
2.
Pada waktu terjadi infeksi treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusio
atau pinta akan dihasilkan berbagai variasi antibody. Beberapa tes yang dikenal
sehari-hari yang mendeteksi antibody non spesifik, akan tetapi dapat
menunjukkan reaksi dengan IgM dan IgG adalah :
a.
Tes wasserman
Tes khan
b.
c.
2.6 PENGOBATAN
1.
sebelum hamil atau pada trimester I untuk mencegah penularan terhadap janin.
2.
Terapi:
Suntikan Penisilin 6 secara intramuskular sebanyak 1 juta satuan perhari
badn sekaligus.
o a.tanda-tanda dan gejala klinis menunjukkan sifilis aktif yang perdsisten atau
berulang
o b.terjadi kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua kalipengenceran ganda
o c.pada mulanya tes neotreponemal dengan titer tinggi (>1/8) persisten bertahan
Penderita harus diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2
Reaksi penisilin
Dapat terjadi alergi atupun syok anapilatik sebagai reaksi terhadap
penisilin.Dapat terjadi reaksi psudo.Alergi pada kulit yaitu reaksi jarish-herx
heimier dan hoigine (gejala psikotit akut akibat prokain dalam penisilin).
Tanda-tanda JH (reaksi jerisch herxheimier) ialah:
1.Terjadi kenaikan suhu tubuh yang disertai menngigil dan berkeringat
2.Lesi bertambah jelas,misalnya lesi sifilis lebih merah
3.perubahan fisiologis yang khas termasuk fisiokonttriksi dan hiperventilasi dan
kenaikan tekanan darah dan output jantung
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. EGC: Jakarta
Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta
Fahmi, Sjaiful D. 2003. Penyakit Menular Seksual. FK UI: Jakarta
Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC: Jakarta
Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: Jakarta