TPK2-GUBRI 2003-2008
BAB VI
PENDEKATAN PEMBANGUNAN
DI PROPINSI RIAU
1
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
ini dapat dilihat pada variasi bentuk reformasi administrasi yang ada, khususnya
pada perencanaan administrasinya.
Reformasi administrasi adalah suatu sistem yang didesain untuk
memperkenalkan perubahan-perubahan dasar dalam administrasi negara
melalui transformasi sistem yang luas atau paling tidak melalui perbaikan salah
satu atau lebih elemen-elemen kunci seperti struktur administrasi, organisasi
territorial, manajemen anggaran, proses perencanaan, praktek-praktek
kepegawaian dan proses administrasi lainnya dalam menghadapi perubahan-
perubahan dari lingkungan administrasi negara.
Orientasi reformasi administrasi tersebut tidak lain adalah perubahan-
perubahan elemen-elemen kunci administrasi dan manajemen pembangunan
sebagai usaha menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang berasal
dari lingkungan, seperti lingkungan : alam, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
fisik.
Perlu juga disadari bahwa reformasi administrasi saja, tidak cukup untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional, karena faktor-faktor lain yang
merupakan faktor lingkungan juga turut menentukan pencapaian tujuan
pembangunan nasional. Faktor-faktor lingkungan yang dimaksud adalah :
kemauan politik, sikap dan perilaku birokratis, norma-norma budaya, struktur
ekonomi serta sistem penataan ruang dan fisik.
Meskipun pada tingkat nasional terdapat perubahan paradigma dalam
kebijakan dasar. Manifestasi dari perubahan paradigma pembangunan ini dapat
terlihat dalam penyusunan kembali ranking prioritas Trilogi Pembangunan, dari
stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan, menjadi pemerataan,
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional.
Delapan jalur pemerataan merupakan tindakan operasional dari distribusi
yang lebih merata, yaitu menciptakan akses yang sama dalam bidang
pemenuhan kebutuhan dasar, pelayanan pendidikan, kesehatan, pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi dalam pembangunan oleh
wanita dan kaum muda, distribusi yang merata usaha-usaha pembangunan, dan
akses yang sama dalam bidang keadilan.
2
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
3
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
4
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
5
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
6
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
7
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
Secara umum Provinsi Riau memiliki kekayaan sumber daya alam dan
budaya yang dapat dikembangkan menjadi usaha unggulan daerah dalam
rangka mensejahterakan rakyatnya.
Sejalan dengan misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
pemanfaatan sumber daya alam secara maksimal diperlukan biaya investasi
yang sangat besar, yang tidak mungkin dilakukan Pemerintah Provinsi Riau
sendiri, dalam hal ini Pemerintah Provinsi Riau harus sher dengan pemerintah
Pusat, Kabupaten/Kota dan pihak investor.
Pembentukan sitem unit pelayanan terpadu izin berinvestasi dan kegiatan
promosi potensi daerah yang dilakukan secara terus menerus dalam jangkauan
luas ke seluruh manca negara di era ekonomi pasar dan perdagangan dunia
yang dilakukan dengan konsep E-Government mutlak mesti dilakukan daerah
dalam rangka Provinsi Riau meraih keunggulan kompetitif dalam jangka panjang.
Sistem unit pelayanan terpadu izin berinvestasi dan penerapan konsep E-
Government tentunya didukung oleh adanya sistem pengelolaan data (data
base).
Investasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB daerah,
pembukaan dan perluasan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan
masyarakat. Oleh karena itu segala faktor yang mendorong minat investor ke
suatu daerah Provinsi Riau harus dilakukan deregulasi perizinan sebagai bagian
dari kunci keberhasilan pembangunan.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menarik minat investor antara lain :
apabila daerah dapat memberikan keamanan dan kenyamanan berinvestasi dan
pelayanan yang prima termasuk informasi potensi sumber daya, dan kemudahan
dalam pengurusan izin. Hal itu dapat dilakukan dengan cara : Pertama,
pengumpulan dan pengolahan data base tentang potensi daerah; kedua,
Pembentukan sistem unit pelayanan terpadu izin berinvestasi, disertai
pemangkasan persyaratan yang tidak relevan dan pembebasan pemungutan
biaya; dan ketiga, promosi potensi daerah berkaitan denagan investasi
menggunakan konsep e-Government termasuk website secara on line
8
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
9
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
10
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
11
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
12
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
tugas dan wewenangnya. Aplikasi ini merupakan salah satu modul dari Sistem
Informasi Manajemen Daerah (SIMDA) yang secara data saling berintegrasi dan
dapat di manfaatkan oleh modulmodul lainnya. Data-data dalam aplikasi ini
dapat digunakan misalnya oleh Sistem Informasi Eksekutif, sehingga Pimpinan
Pemerintahan atau yang berwenang dapat melihat kembali atau mencari arsip
atau surat yang diperlukan dengan mudah dan cepat.
13
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
14
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
15
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
16
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
pemerintahan. Aplikasi ini merupakan salah satu modul dari Sistem Informasi
Manajemen Daerah (SIMDA) yang secara data terintegrasi dengan modul-modul
lainnya . Struktur data yang terintegrasi ini, dapat dimanfaatkan pada modul-
modul yang lain untuk diolah berdasarkan kebutuhan. Tetapi "independancy"
aplikasi ini tetap terjaga sehingga berkemampuan juga untuk berdiri sendiri dan
tidak tergantung dengan modul yang lain. Aplikasi ini, dapat dioperasikan
penggunaannya pada instansi yang berwenang misalnya Biro Perencanaan dan
Pengendalian Proyek Pemerintah Daerah. Dengan sifat "indepedancy" yang
terdapat pada aplikasi ini, memungkinkan penggunaannya pada lembaga-
lembaga pemerintahan lainnya yang membutuhkan suatu sistem pengendalian
proyek.
17
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
18
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
pembangunan akan lebih jelas tujuan dan sasarannya, dan pada akhirnya
pembangunan daerah akan berhasil.
Dalam proses pembangunan daerah selama ini belum optimal memberikan
pembelajaran kepada masyarakat lokal. Proses pembelajaran maksudnya dalam
melaksanakan pembangunan diperlukan adanya interaksi kolaboratif antara
birokrasi dan komunitas, dimulai dari proses perencanaan sampai kepada
evaluasi program dan kegiatan dengan mendasarkan diri pada sikap saling
belajar. Dengan demikian pada suatu saat masyarakat akan lebih diberdayakan
karena lebih mengerti akan tugas dan tanggung jawabnya, sehingga tugas
pemerintah dan ketergantungan masyarakat akan menjadi berkurang.
Dalam tahap pengembangan dan penerapannya, ternyata system terbuka
perencanaan strategis telah memberikan napas baru dan darah segar pada
organisasi publik dan nirlaba (sektor ketiga). Bryson (1991:49) menyatakan
bahwa manakala perencanaan strategis diterapkan secara tepat dalam
lingkungan publik dan nirlaba, perencanaan strategis memberikan sekumpulan
konsep, prosedur, dan alat untuk merumuskan dan mengimplementasikan
strategi. Selanjutnya Bryson (1991:50) menyatakan pula bahwa proses
perencanaan strategis yang responsif terhadap situasi yang berbeda dalam
sektor publik dan nirlaba harus dikembangkan dan diuji.
Beberapa konsep manajemen dan perencanaan strategis yang telah
dikembangkan di organisasi sektor swasta, publik dan nirlaba (sektor ketiga)
sebagaimana yang dikemukakan di atas, ternyata dapat dijadikan landasan
pengembangan pada organisasi sektor publik. Dengan demikian
penggunaannya lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan perencanaan
yang dipraktekkan sekarang yang masih dirasakan terlalu sentralistis (top-
down).
Langkah-langkah sistem terbuka perencanaan strategis dalam konteks di
Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
I. Kegiatan Pra Kondisi Perencanaan Strategis, terdiri dari :
1). Analisis Potensi Alam Daerah
2). Analisis Potensi Masyarakat Daerah
19
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
20
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
5). Komunikasi
6). Hubungan Baik (Human Relations)
C. Evaluasi dan Pengawasan Program dan Proyek Pembangunan, terdiri
dari :
1). Menetapkan Ukuran (Standarisasi)
2). Mengevaluasi dan Penilaian
3). Melakukan Koreksi dan Perbaikan
2. Pencapaian Tingkat Keberhasilan Pembangunan Daerah , yaitu :
1. Kualitas Sumber Daya Manusia Masyarakat
2. Perekonomian Masyarakat
3. Fasilitas Umum
4. Keadaan Lingkungan Hidup
5. Keadilan Sosial Masyarakat
6. Partisipasi Masyarakat, dan
7. Pendapatan Keungan
21
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
22
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
23
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
24
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
25
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
26
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
apatis. Selalu mengikut dan menerima saja tampa ada kritikan dan memberikan
informasi yang berharga kepada tim atau personil pelaksana program. Terkesan
masyarakat sudah muak dengan campur tangan yang berlebihan dari aparatur
(agen) pembangunan sebagai pelaksana program atau proyek.
Dalam pembangunan fisik, selain proses tender kepada kontraktor yang
tidak transparan dan berbau korupsi, kolusi, dan nepotesme. Sebahagian besar
pelaksana program atau proyek tidak membawa serta masyarakat setempat.
Dengan demikian suatu program pembangunan antara yang merencanakan,
melaksanakan dan mengawasinya berbeda-beda, dan tidak jelas prosedur dan
tanggung jawabnya.
Dari berbagai informasi ternyata dalam pelaksanaan program/proyek
pembangunan fisik, sebahagian dananya ternyata telah dipotong oleh pimpro
yang mentenderkan proyek sebesar antara 20 % – 40 %. Dengan demikian
pelaksana proyek terpaksa harus mengurangi bahan-bahan pembangunan
proyek, karena kontraktor juga ingin mendapatkan keuntungan. Pemotongan
dana proyek pembangunan ini mengakibatkan kualitas proyek menjadi rendah.
Program khusus melalui Inpres atau S.K. Bersama Menteri, misalnya
Program Inpres Desa Tertinggal dan Jaring Pengaman Sosial atau Program
Pengembangan Kecamatan (PPK), dalam praktek prosesnya dibuat tidak
transparan sehingga ada Camat, Kepala Desa, Tim Pelaksana, Tim
Pendamping, atau Ketua Kelompok Masyarakat memotong sebahagian dana
program atau proyek untuk biaya resmi (honor, uang jalan, uang sidang, dll) atau
biaya tidak resmi (uang seminar, dll). Sebenarnya dana tersebut harus
disalurkan kepada anggota kelompok secara utuh tanpa pemotongan, karena
dana administrasi telah disediakan dalam program tersebut.
Effendi, dkk., (1989:17) menyatakan sudah menjadi rahasia umum bahwa
sejumlah besar dana Inpres program khusus digunakan untuk kepentingan
insentif bagi pelaksana baik yang resmi maupun yang tidak resmi. Dana insentif
pelaksana ini menyerap1/3 dana Inpres, dan justru digunakan bukan untuk
menyerap tenaga kerja lokal.
27
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
28
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
Dari deskripsi di atas, bila kita kembalikan pada kriteria teoritis, maka
secara singkat terlihat bahwa program dan proyek tersebut dilihat dari struktur
dan proses, pelaksanaan dan pengelolaan program dan proyek sangat bersifat
sentralistis (top-down planning), birokrasi sangat tinggi dan penuh regulasi.
Dengan demikian salah satu faktor yang menyebabkan sentralisasi
penyusunan dan pelaksanaan program adalah disebabkan pemerintahan dearah
yang berotonomi belum optimal menggali dan mengelola sumber dana sendiri,
meskipun sumber-sumbernya ada, dalam rangka pembiayaan program
pembangunannnya. Dengan demikian, pemerintahan daerah tidak pernah atau
belum optimal menyusun anggaran pembangunannya dalam APBD.
Persoalan lain yang tidak kalah penting dalam pembangunan daerah
adalah, terutama dalam membangkitkan kesadaran masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan. Dalam hal ini, sangat diperlukan
peranan tokoh pimpinan formal dan informal sebagai figur kepemimpinan.
Kepemimpinan yang baik adalah pemimpin yang memahami situasi dan kondisi
yang dihadapi, sehingga memahami betul kapan saatnya dan dimana tempat
yang tepat untuk melakukan tindakan (action).
Selain kepemimpinan, dalam menggerakkan masyarakat diperlukan pula
kegiatan memotivasi dan komunikasi yang baik. Tentunya kepemimpinan yang
baik adalah kepemimpinan yang tidak memberikan contoh perbuatan yang
tercela, bermoral yang baik, mendahulukan kepentingan orang banyak dari
kepentingan pribadi, mengayomi dan memiliki otos dan semangat kerja yang
tinggi, berkerja keras, jujur dan berlaku adil.
Dalam pembangunan daerah di Provinsi Riau ke depan, figur
kepemimpinan yang bertanggungjawab yang selalu didambakan dan diharapkan
masyarakat daerah. Untuk mendapatkan pemimpin yang demikian, perlu proses
pemilihan kepala daerah yang transparan, demokratis dan tanpa campur tangan
dari Pemerintah Pusat dan kelompok kepentingan serta bebas KKN. Disinilah
letak arti pentingnya pembangunan sosial terutama dalam mengaktualisasi nilai-
nilai demokrasi dan partisipasi dalam pembangunan. Selain itu diperlukan pula
29
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
30
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
31
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
32
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
33
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
34
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
35
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
36
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
37
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
menetapkan bahwa Badan Perwakilan Desa atau yang disebut dengan nama
lain berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat Peraturan Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Pemerintah Desa. Selanjutnya pasal 105 UU No. 22 tahun
1999 mengatur tentang Badan Perwakilan Desa yaitu: Anggota Badan
Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh penduduk Desa yang memenuhi
persyaratan, Pimpinan Badan Perwakilan Desa dipilih dari dan oleh anggota,
Badan Perwakilan Desa bersama dengan Kepala Desa menetapkan Peraturan
Desa, dan Pelaksanaan Peraturan Desa ditetapkan dengan keputusan Kepala
Desa.
Kedudukan politis LMD sebelumnya yang sekarang dengan telah
ditetapkannya UU No. 22 tahun 1999 dirubah namanya menjadi Badan
Perwakilan Desa (BPD) atau disebut dengan nama lain. BPD adalah wadah
permusyawaratan/pemukatan pemuka-pemuka masyarakat desa, bertugas
menyalurkan pendapat masyarakat Desa dan memusyawarahkan setiap rencana
pembangunan sebelum ditetapkan menjadi Keputusan Desa.
Sebenarnya tugas dan fungsi BPD sama DPRD di Provinsi dan
Kabupaten/Kota, namun dalam kenyataanya belum diberdayakan. Selain
anggotanya belum mampu memainkan peran, juga karena kuatnya pengaruh
Kepala Desa. Fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan yang diharapkan
berjalan mencapai keseimbangan antara kekuasaan legislatif dan eksekutif tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Ini merupakan kendala otonomi desa dimasa
yang akan datang.
38
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
Desa, di Desa terdapat juga lembaga lainnya sesuai dengan kebutuhan Desa
dan ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Kepala Desa karena jabatannya merangkap sebagai ketua umum LKMD.
Sesungguhnya LKMD memiliki fungsi yang sangat strategis sebagai perangkat
perencana dan pelaksana pembangunan desa dan membantu kepala desa
dalam mengkoordinasikan pembangunan, menggerakkan partisipasi masyarakat
dan mendorong kegotongroyongan masyarakat, tetapi pada kenyataannya
kurang berfungsi, karena lebih besar pengaruh kepala desa dalam proses
pengambilan keputusan.
Melalui kedudukannya sebagai Ketua Umum LKMD, Kepala Desa
berfungsi merencanakan dan mengendalikan pelaksanaan pembangunan Desa.
Jika dihubungkan dengan Bab IV Bagian D Umum angka 2 huruf f GBHN 1978
maka kemampuan pemerintah Desa untuk melaksanakan tugasnya langsung
bertalian dengan usaha menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan dan penyelenggaraan administrasi desa yang semakin meluas
dan efektif.
Selanjutnya pada tahap perencanaan pembangunan di tingkat
Kecamatan juga tidak memperkokoh sistem perencanaan bottom up planning.
Hanafiah (1982:56) menyatakan bahwa :
pembentukan sistem UDKP diharapkan dapat berfungsi sebagai sistem
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi pelaksanaan
pembangunan wilayah yang menyeluruh dan terpadu di tingkat
Kecamatan, namun karena pembangunan perdesaan hendak dipadukan
dalam jangkauan kewenangan Camat selaku kepala Wilayah, hal ini
justru semakin memperkokoh sistem “top down planning” dalam
pembangunan perdesaan.
39
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
40
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
41
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
42
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
6. Lembaga Adat
Seperti telah dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa pemerintahan
Desa memerlukan dukungan keuangan dan dukungan struktur organisasi
43
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
44
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
45
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
Peran serta masyarakat tidak hanya terbatas pada bidang tertentu saja,
melainkan termasuk kepada semua bidang pembangunan : ekonomi, politik,
sosial budaya dan hankam. Singkatnya, kemajuan ekonomi suatu masyarakat
tidak akan mampu bertahan, tanpa adanya pembangunan demokrasi politik
dalam masyarakat tersebut.
Pembangunan sosial (social building) dalam rangka pengembangan
sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana menciptakan sistem sosial
yang dapat mendorong lahirnya manusia kreatif atau manusia berprestasi,
termasuk pula sikap mental masyarakat dan aparatur Pemerintah.
Selama ini pembangunan hanya difokuskan pada pembangunan fisik dan
mengabaikan faktor-faktor non fisik yang justru memiliki potensi yang cukup
besar untuk keberhasilan pembangunan. Smith dan Mill (Todaro, 1995:391)
menyatakan dalam pembangunan ekonomi perlu pula memperhitungkan faktor
non ekonomi yaitu kepercayaan masyarakat, kebiasaan berpikir, adat istiadat,
budaya usaha dan corak kelembagaan masyarakat.
Pada periode pembangunan selama pemerintahan orde lama berkuasa
yang mengutamakan pembangunan politik sampai kepada lapisan terbawah di
perdesaan, pada kenyataannya telah gagal menciptakan kemakmuran dan
keadilan bagi rakyatnya. Demikian pula dengan pengalaman selama
pemerintahan orde baru berkuasa, juga dianggap telah gagal karena terlalu
memfokuskan pada pembangunan ekonomi masyarakat semata dalam rangka
mengejar pertumbuhan. Oleh karena itu sungguh sangat tepat di era reformasi
yang juga dalam waktu yang bersamaan sedang mengalami krisis ekonomi,
Pemerintah Daerah Provinsi Riau melakukan perubahan strategi pembangunan
daerah dari strategi mengabaikan aspek pembangunan demokrasi politik menuju
kepada strategi pembangunan demokrasi ekonomi bergandengan dengan
pembangunan demokrasi politik.
Pembangunan demokrasi politik terutama dalam hal prakarsa, daya kreasi
dan hak-hak politik masyarakat Daerah belum dapat terekspresikan dengan baik.
Demikian pula dalam hal partisipasi individu dan masyarakat daerah dalam
proses pengambilan keputusan.
46
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
47
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
48
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
49
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
50
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
51
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
52
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
53
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
54
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
55
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
56
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
57
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
58
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
tanah sebagai lahan pertanian, disediakan pula fasilitas kredit untuk permodalan
dan teknologi tepat guna dalam rangka efektivitas berusaha.
Dalam rangka meningkatkan perekonomian masyarakat dapat dilakukan
dengan menghidupkan dan memfungsikan kembali lembaga-lembaga dalam
masyarakat yang mendukung perekonomian masyarakat. Misalanya KUD, Bank
Daerah, Pasar dan pengadaan sarana produksi dan distribusi. Apabila semua
masyarakat usahanya sudah diwadahi oleh KUD yang didukung pula oleh
pengadaan sarana produksi dan distribusi, sementara Bank Daerah atau
lembaga keuangan lainnya menyediakan fasilitas kredit untuk modal usaha dan
modal kerja maka diharapkan masyarakat lebih akses dan berdaya dalam
berusaha.
Penumpukan produksi dapat pula diatasi apabila KUD benar-benar
berfungsi tidak saja sebagai wadah produksi, melainkan juga sebagai penyalur
(distribusi) produk daerah ke pasar lokal, regional bahkan ke pasar Internasional.
Dalam perkembangannya, keberadaan investor di daerah sering
menimbulkan konflik antara pemilik modal dengan petani sebagai pemilik lahan.
Pada sisi yang lain, keberadaan investor untuk menanamkan modalnya dalam
rangka pemanfaatan potensi alam dan tenaga kerja sangat diharapkan
masyarakat. Jalan tengah yang terbaik sebagai solusinya adalah perencanaan
pembangunan harus pula menciptakan kerjasama dan saling ketergantungan
(komensalisma) anatara investor dan petani.
Efektivitas penerapan teknologi daerah dapat dicapai dengan cara
memadukan teknologi sendiri dengan teknologi dari luar, karena dianggap lehih
cepat tingkat pemahaman dan diharapkan lebih efektif dan efisien. Upaya
penerapan inovasi dan teknologi di daerah, membutuhkan suatu strategi
adaptasi antara modernisasi dengan tradisi.
Pendekatan pembangunan dalam rangka peningkatan sumber daya
manusia daerah, dapat dilakukan yaitu melalui penyuluhan, pelatihan, swadaya
terpadu dan pembangunan terpadu. Meningkatkan mutu sumber daya manusia
dipandang sebagai bagian pembangunan yang dapat menjamin kemajuan
59
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
ekonomi dan kestabilan sosial, karena itu investasi harus diarahkan bukan saja
untuk meningkatkan mutu pendidikan, melainkan juga kesehatan dan gizi.
Salah satu kegagalan dalam perencanaan pembangunan daerah adalah
karena ketidakmampuan Kepala Daerah bersama DPRD dalam menyusun
APPD. Dimasa yang akan datang salah satu faktor terpenting yang perlu
direformasi dalam rangka proses pembelajaran menuju pemberdayaan
masyarakat, sudah sangat mendesak pemerintahan Daerah perlu menata
kembali sistem anggaran pendapatan dan belanja pembangunannya supaya
lebih berkualitas, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan kepada
masyarakat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada kebijakan
pembangunan daerah di Provinsi Riau yang berakar kepada kerakyatan, ada
beberapa faktor penting yang harus dikembangkan di masa yang akan datang,
antara lain :
Pertama, faktor sumber daya manusia. Sebagaimana telah diketahui
ada dua kelompok pelaku dalam pembangunan yaitu Pemerintah dan
masyarakat. Kedua pelaku pembangunan ini adalah sama-sama penting dan
memberikan akses bagi pembangunan. Kedua pelaku pembangunan ini sama-
sama perlu ditingkatkan kemampuan sumber daya manusianya. Walaupun
dipihak Pemerintah telah cukup memadai kekampuan daya pikir dan nalarnya
dalam berkreativitas, namun dipihak masyarakat dirasakan masih banyak
kelemahan, jika dilihat dari sisi sumber daya manusianya. Oleh karena itu dalam
pengembangan ekonomi kerakyatan di daerah Provinsi Riau, perlu diberikan
pendidikan dan pelatihan kepada petani dan nelayan, dalam rangka efektivitas
dan efisiensi dalam berusaha. Selain itu instansi yang terkait menyangkut
masalah kegiatan pertanian harus pula rutin dan lebih serius lagi dalam
memberikan bimbingan dan penyuluhan.
Kedua, faktor lahan pertanian. Dalam pengembangan ekonomi
kerakyatan di daerah Provinsi Riau, faktor pemilikan lahan oleh petani sangat
penting, dan justru perlu pengaturan, pembagian, dan penataan kembali
kepemilikan hak-hak atas tanah. Selain perusahaan-perusahaan besar
60
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
61
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
unggul, pupuk, racun hama, dan perlatan mekanik yang mudah didapat dan
dengan harga yang relatif terjangkau oleh petani. Semua teknologi tersebut
seharusnya tetap selalu tersedia, namun dalam kenyataannya di daerah Provinsi
Riau teknologi tersebut sangat sulit didapat dan harganyapun relatif cukup tinggi,
terutama peralatan mekanik untuk kegiatan pengolahan lahan dan untuk
kegiatan pasca panen. Karena itu kebijakan pengembangan dan penemuan baru
di bidang teknologi pertanian harus tetap selalu ditingkatkan, dalam rangka
produktivitas, efektivitas dan efisiensi kegiatan usaha tani. Upaya tersebut dapat
dilakukan apabila Pemerintah Daerah Provinsi Riau mau bekerjasama dengan
lembaga riset dan teknologi melalui berbagai perguruan tinggi yang ada di
Daerah, misalnya dengan Fakultas Teknik dan Fakultas pertanian UNRI, UIR
atau UNILAK.
Kelima, faktor distribusi dan pemasaran. Setelah kegiatan produksi
yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memasarkan produk yang dihasilkan.
Dalam pengembangan ekonomi kerakyatan distribusi dan pemasaran hasil
produksi harus ditata sedemikian rupa sehingga ada jaminan bahwa setiap hasil
pertanian tetap terjual di pasaran lokal, regional dan internasional. Untuk itu
Pemerintah Daerah Provinsi Riau harus menciptakan pengaturan dalam rangka
memasarkan produk pertanian di daerah. Pemasaran lokal diserahkan kepada
Koprasi Unit Desa dan pemasaran regional dan internasional harus ada
koordinasi antara instansi terkait, misalnya: Dinas Koperasi dan UKM, Dinas
Industri dan Perdagangan, Dinas Perhubungan, Badan Gugus Kendali Mutu,
termasuk pula Badan yang mengatur kegiatan Ekspor-Inpor.
Keenam, pemberdayaan koperasi. Perubahan mendasar pada fungsi
koperasi sebagai tulang punggung ekonomi kerakyatan adalah dengan telah
dikeluarkannya UU. No. 25 Tahun 1992, bahwa koperasi tidak lagi semata-mata
sebagai organisasi ekonomi bertujuan sosial melainkan sebagai organisasi
ekonomi yang mencari keuntungan untuk kesejahteraan anggota dan
masyarakat luas. Dalam pengembangan ekonomi kerakyatan yang dimaksud,
struktur koperasi termasuk KUD di Provinsi Riau yang selama ini kurang efektif
perlu dilakukan perubahan-perubahan yang sangat mendasar. Tidak saja
62
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
perluasan usaha, manajemen yang baik, struktur modal yang kuat sampai
kepada peningkatan sumber daya manusia pengurus dan keanggotaannya.
Dengan demikian, strategi pemberdayaan koperasi, seharusnya diarahkan
kepada : Pertama, posisi, peran dan fungsi Pemerintah Daerah haruslah
mendorong peran serta, efisiensi, dan produktivitas masyarakat melalui koperasi;
Kedua, meningkatkan kegairahan, kesadaran, dan kemampuan berkoperasi di
seluruh lapisan masyarakat; Ketiga, meningkatkan kemitraan usaha diantara
sesama lembaga koperasi, dan antara koperasi dengan usaha swasta dan
BUMN lainnya; dan Keempat, menciptakan iklim berusaha yang mendukung
tumbuhnya koperasi secara sehat dan mandiri.
Ketujuh, kemitraan berusaha. Dalam perkembangan perekonomian
masyarakat daerah di Provinsi Riau, sangat dirasakan adanya kepincangan
struktural, antara usaha besar dengan usaha kecil dan menengah. Kesenjangan
itu merupakan akibat dari tidak meratanya pemilikan sumber daya produksi dan
produktivitas usaha, serta sistem distribusi dan pemasaran diantara pelaku
ekonomi. Untuk memecahkan masalah ini menuntut perlu dilakukannya
kemitraan berusaha, dan bukan ketergantungan dan persaingan yang tidak
sehat. Kemitraan berusaha yang dimkasud adalah dalam rangka penciptaan
hubungan kerja antara pelaku ekonomi yang didasarkan kepada ikatan yang
saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang sejajar, dilandasi oleh prinsip
saling menunjang, dan saling menghidupi berdasarkan asas kekeluargaan dan
kebersamaan. Pengalaman telah membuktikan bahwa dalam berusaha masing-
masing pihak tetap saja memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh sebab itu,
atas dasar kelebihan dan kelemahan ini setiap usaha dituntut untuk selalu
berkerjasma dan bermitra. Justru disinilah arti penting ekonomi kerakyatan.
Usaha yang besar dan usaha kecil saling membutuhkan dan saling
berkerjasama dalam rangka mencapai produktivitas dan efisiensi dalam
persaingan yang sehat. Dalam sistem perekonomian yang kita anut sebenarnya
tidak ada persaingan bebas yang tidak seimbang, yang ada hanyalah persaingan
sehat berupa perlombaan untuk mencari yang terbaik dan bermanfaat bagi
semua pihak. Usaha yang satu harus dapat menunjang usaha yang lain, dan
63
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
tentunya merupakan bahagian dari yang lain. Perusahaan yang besar menopang
dan mendorong yang kecil agar tumbuh besar, dan yang kecil membantu yang
besar dalam penyediaan berbagai kebutuhan bahan mentah dan lain
sebagainya. Pada akhirnya menciptakan suatu totalitas sistem usaha bersama
untuk kesejahteraan bersama. Pengalaman telah membuktikan bahwa
sebenarnya tidak ada perusahaan yang maju dan menjadi besar sendiri
meninggalkan usaha-usaha lain yang kecil. Semua berhubungan, terkait dan
interdependensi. Model kemitraan berusaha yang dimaksud dapat berupa
hubungan yang saling menguntungkan (komensalisma), misalnya petani
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau menyediakan bahan mentah,
sedangkan pabrik selain menyediakan kebutuhan petani sekaligus mengolah
bahan mentah menjadi bahan jadi atau menghasilkan minyak goreng untuk
dipasarkan pada pasar lokal, regional dan internasional. Bentuk hubungan
kerjasama ini dapat saja diterapkan pada hubungan antara petani dengan KUD
yang memiliki pabrik pengolahan barang-barang produksi. Dengan demikian,
kemitraaan usaha ini diharapkan pula dapat memberantas atau mengurangi
kegiatan monopoli dan oligopoli dari sekelompok orang yang perekonomiannya
yang sudah sangat kuat dalam masyarakat. Selanjutnya dalam kemitraan usaha,
selain saling menguntungkan, juga harus adil dan dinamis. Adil, dalam arti
kemitraannya tidak memberatkan kepada salah satu pihak. Dinamis, dalam arti
tidak terpaku pada suatu keadaan, tetapi senantiasa disesuaikan dengan
tuntutan keadaan situasi dan kondisi setempat, sehingga efektivitas,
produktivitas, dan kualitas usaha kemitraan senantiasa tetap terjaga. Sampai
saat ini, berdasarkan pengamatan langsung di lapangan ternyata konsep
kemitraan berusaha di Provinsi Riau belum terlaksana dengan baik, karena itu
diperlukan peranan Pemerintah Daerah dalam upaya mempercepat proses
sosialisasi kemitraan berusaha. Peranan Pemerintah Daerah Provinsi Riau
dalam hal ini adalah membuat kebijakan, menfasilitasi pertemuan dan dialog
antara perusahaan-perusahaan besar Pemerintah (BUMN) dan swasta dengan
petani sebagai pemilik lahan, tentang kemitraan berusaha.
64
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
65
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
66
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
67
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
68
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
69
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
70
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
tinggi, namun mengandung resiko kegagalan yang besar juga. Menurut Todaro (
1995 : 370 ) mengatakan bahwa ada beberapa faktor mengapa petani kecil
kurang responsif terhadap peluang ekonomi yang jelas, diantaranya karena :
pemerintah memberikan jaminan harga yang tidak pernah dibayar, memasukan
pelengkap ( pupuk, obat-obatan, anti hama, pengairan, kredit-kredit yang tidak
bisa dimanfaatkan dan sebagainya ), semuanya itu di tidak tertenggulangi petani
kecil.
Dengan demikian usaha-usaha untuk memperkecil resiko dan
melenyapkan hambatan-hambatan komersial dan kelembagaan terhadap inovasi
baru termasuk teknologi, merupakan persyaratan pokok (esensial) bagi
pembangunan pertanian di perdesaan.
Selanjutnya diversifikasi tanaman atau pertanian campuran merupakan
langkah pertama yang dapat dianggap masuk akal untuk beralih dari subsisten
ke spesialisasi produksi. Dalam tahap ini panen pokok tidak lagi di dominasi
keluaran pertanian, karena hasil bumi baru untuk perdagangan seperti buah-
buahan, sayuran, kopi, the, sawit, kelapa, nenas, pisang, jeruk, mangga,
rambutan dan sebagainya dapat dipungut bersama-sama dengan hasil kolam
dan ternak peliharaan.
Aktivitas baru ini dapat dilakukan lebih santai, dimana banyak tenaga
kerja petani diluar masa panen dalam keadan setengah menganggur,
memanfaatkan sisa lahan. Akhirnya dengan menggunakan traktor kecil, mesin
penyebar benih, bajak-bajak yang dijalankan hewan, penggunaan bibit unggul,
pupuk, irigasi, racun hama, dan irigasi akan meningkatkan hasil panen pokok
seperti, beras, dan jagung serta dapat menghemat tanah untuk digunakan
menahan tanaman perdagangan, tampa menggangu sediaan panen pokok. Para
penggarap lahan yang demikian dapat memiliki surplus panen yang dapat dijual
ke pasar yang hasilnya dapat meningkatkan standar hidup keluarganya atau
digunakan untuk investasi, divertifikasi tanaman dapat juga memperkecil
pengaruh gagalnya panen, disamping memberikan jaminan tambahan
pendapatan. Sukses atau gagaglnya petani di perdesaan, akan tergantung tidak
hanya pada kemampuan petani dan keterampilannya dalam meningkatkan
71
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
72
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
73
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
74
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
75
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
76
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
2. Jenis usaha apa saja yang perlu dikembangkan dikaitkan dengan potensi
alam dan sosial pada suatu komonitas setempat atau pada suatu desa
yang dikaitkan dengan peluang pasar;
3. Bagaimana pembinaan yang harus dilakukan terhadap petani atau
masyarakat miskin dalam berusaha;
4. Bagaimana mengoptimalkan dukungan finansial dari pemerintah Daerah
Kabupaten, Provinsi dan Pusat sehingga penggunaan dana tidak
konsumtif, tetapi memilki nilai ganda dalam rangka penyediaan modal
kerja, pembinaan SDM petani dan penerapan teknologi pertanian.
Dari potensi, kelemahan , peluang dan tantangan pengembangan usaha
masyarakat di desa tersebut di atas, apabila dikaji karakteristik pengembangan
usaha di Provinsi Riau dapat saja berupa pembukaan perkebunan dalam sekala
luas dengan kebijakan redistribusi asset kepada petani dan nelayan atas dasar
dukungan kerjasama Pemerintah, suasta dan masyarakat dan pertimbangan
karakteristik potensi alam dan berorientasi kepada pasar (market).
Salah satu strategi yang diterapkan adalah seluruh kegiatan perkebunan
dan pertanian dipusatkan pada suatu KUD sebagai pusat lembaga perekonomian
dan seluruh peserta program wajib menjadi anggotanya. Ini adalah merupakan
proses pemberdayaan masyarakat. Dimana pada suatu ketika masyarakat sudah
mampu mengrus usahanya maka KUD beserta assetnya akan diserahkan. Hal ini
atas dasar konsep, bahwa pemberdayaan masyarakat akan terjadi apabila :
1. Dalam jangka waktu tertentu masyarakat harus mampu berusaha sendiri;
2. Pada tahap awal diberikan modal dan pembinaan;
3. Pemerintah, Lembaga perguruan Tinggi, Pengusaha (investor) dan LSM,
bertindak sebagai agen perubahan (pembangunan) dengan menyediakan
kebutuhan usaha masyarakat, berupa:
a. investasi dan modal kerja dengan cuma-cuma atau kredit lunak
tanpa bunga;
b. Bantuan dan Penyediaan mekanisasi pertanian, teknologi (bibit
unggul, pupuk dan racun hama penyakit);
c. Tenaga ahli sebagai pembina/pendamping;
77
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
78
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
79
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
sudah menetap minimal 5 tahun, selain tidak memiliki usaha yang tetap,
pendapatan rendah, tempat tinggal yang kurang memadai, juga dipertimbangkan
mereka yang memiliki semangat kerja cukup tinggi. Atas dasar kriteria tersebut
disusun daftar nama yang menerima program.
Daftar nama tersebut akan di cek lagi secara faktual di lapangan
apakah benar-benar masyarakat miskin, jika masih ada masyarakat yang lebih
berhak menerima bantuan program ini maka namanya akan diganti pada calon
peserta yang lebih berhak menerimanya.
80
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
kacangan, sayuran, dan bumbu masak. Sedikit perikanan darat dengan jenis
ikan nila dan mas. Petrnakan yang menjadi prioritas adalah ayam kampung,
sapi, kerbau dan kambing.
Jika dilihat dari peluang pasar lokal di suatu daerah dan sekitarnya, maka
jenis produksi pertanian dan perkebunan yang diminati pasar dan memiliki
potensi dapat dikembangkan, misalnya adalah jenis usaha yang menghasilkan :
I. Kebutuhan Pokok adalah:
1. Beras;
2. Gula Pasir;
3. Minyak Goreng
4. Daging Sapi
5. Daging Ayam Broiler
6. Daging Ayam Ras
7. Daging Ayam Kampung
8. Telur Ayam Ras
9. Telur Ayam Kampung
10. Jagung Pipilan
11. Ketela Pohon Umbi Basah
12. Ketela Rambat Umbi Basah
13. Tepung Gaplek
14. Kacang Tanah (Wose)
15. Kedelai (Lokal)
16. Kacang Hijau
17. Sagu
18. Berbagai Jenis Ikan Sungai dan Kolam, dsbnya
II. Jenis Sayuran :
1. Bayam
2. Bawang Prey
3. Bawang Merah
4. Bawang Putih Lokal
81
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
5. Buncis
6. Cabe Merah Besar
7. Cabea Merah Keriting
8. Cabe Rawit
9. Kangkung
10. Ketimun
11. Petsai/ Sawi Panjang
12. Kentang Mutu Sedang
13. Tomat Mutu Sedang
14. Wortel
15. Terong
16. Kacang Panjang
17. Labu Siam
18. Paria
19. Gambas, dsbnya
III. Buah-buahan adalah :
1. Alpokat
2. Jeruk Manis
3. Jeruk Nipis
4. Mangga
5. Nenas
6. Rambutan
7. Pisang Ambon
8. Pisang Tanduk
9. Pisang Raja Serai
10. Pisang Barangan
11. Semangka
12. Manggis
13. Pepaya
14. Sawo
15. Duku
82
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
16. Durian
17. Kedondong
18. Jambu Biji, dsbnya
Dengan demikian apabila dilihat dari potensi geografis, topografi, budaya
usaha, modal, teknologi dan pelung pasar maka usaha yang menjadi prioritas
untuk dikembangkan di suatu Desa yang menjadi contoh dalam model analisis
pendekatan potensi alam, budaya usaha dan pertimbangan permintaan pasar
adalah sebagai berikut :
1. Tanaman Pokok adalah Perkebunan Kelapa Sawit, masing-masing petani
6 ha; dengan pertimbangan untuk penghasilan jangka panjang dan
memiliki nilai ekonomis tinggi, selain mudah memasarkan produknya.
2. Ternak ayam potong adalah selain memberikan penghasilan utama
menjelang panen kelapa sawit, juga diharapkan dapat menghasilkan
pupuk kandang. Pupuk kandang ini dibutuhkan untuk pupuk kelapa sawit,
pupuk tanaman plawija, umbi-umbian, buah-buahan dan sayuran.
3. Tanaman tumpang sari di areal sawit 2 ha, jenis tanaman untuk setiap
petani berbeda atau tidak boleh seragam, antara lain :
1. Jenis Tanaman Pangan :
a. Jagung Pipilan
b. Ketela Pohon Umbi Basah
c. Ketela Rambat Umbi Basah
d. Kacang Tanah
e. Kcang Kedelai
f. Kacang Hijau, dsbnya
2. Peikanan Darat :
a. Ikan Nila
b. Lele Jumbo, dsb
3. Jenis Buah-buahan :
a. Alpokat
b. Jeruk Nipis
c. Nenas
83
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
d. Pisang Ambon
e. Pisang Tanduk
f. Pisang Raja Serai
g. Pisang Barangan
h. Semangka
i. Pepaya
j. Sawo, dsbnya
4. Jenis Sayuran :
a. Bayam
b. Bawang Prey
c. Bawang Merah
d. Bawang Putih Lokal
e. Buncis
f. Cabe Merah Besar
g. Cabe Merah Keriting
h. Cabe Rawit
i. Kangkung
j. Ketimun
k. Petsai/ Sawi Panjang
l. Kentang Mutu Sedang
m. Tomat Mutu Sedang
n. Terong
o. Kacang Panjang
p. Labu Siam
q. Paria, dsbnya
84
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
85
K2i DI PROVINSI RIAU
TPK2-GUBRI 2003-2008
86