Dakwah Tasawuf Di Dunia Modern
Dakwah Tasawuf Di Dunia Modern
1)
01 Sep 2008
Cetak
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah untuk semua
ummat dan segala zaman, oleh karena itu relevansi agama Islam dengan
perkembangan zaman harus selalu dapat diupayakan melalui amaliah nyata dan
penafsiran yang kontekstual terhadap ajaran tersebut setidaknya hal tersebut
tampil menjadi perhatian semua orang tentang fleksibilitas dan universalitasnya.
Hal ini tanpa terkecuali, termasuk aspek tasawuf yang menjadi bagian dari disiplin
kajian ilmu-ilmu Islam, baik dalam hal teori maupun prakteknya, baik yang
dilaksanakan di dunia muslim ataupun oleh mereka yang berdiam di dunia non
muslim (di dunia Barat misalnya).
Kecenderungan terhadap spiritualitas Islam, baik yang terikat secara formal dalam
konteks tarekat misalnya, maupun yang non-formal, masih akan terus
berlangsung, baik di daerah pedesaan maupun perkotaan, baik oleh rakyat biasa
ataupun oleh pejabat dan petinggi negara. Apalagi ketika masyarakat sudah mulai
merasa jenuh dengan kehidupan hedonistis di satu sisi, ataupun kehampaan dan
kegersangan hati dari ketergantungan kepada yang transenden menjadikan
keperluan terhadap dunia spiritual menjadi semakin kuat.
Tulisan ini akan membatasi pembahasan hanya yang berkaitan dengan
perkembangan dakwah tasawuf melalui amaliah dan penyebaran tarekat di dunia
modern, khususnya di negara maju/Barat yang relatif berkonotasi modern, tanpa
menyertai pembahasan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana modern
yang digunakan dalam tabligh tasawuf.
Di negara berkembang seperti Indonesia, yang di dalamnya bermacam-macam
agama dianut, kehidupan spiritualitas dalam masing-masing agama tersebut
mendapat tempat di masing-masing pemeluknya. Sebagai negara yang
mempunyai bermacam-macam budaya, bahasa dan adat istiadat, keragaman ini
juga hidup dan diakui keberadaannya. Agama (Islam) sebagai suatu pedoman
yang diciptakan Allah, disebut sebagai agama wahyu; sementara yang bukan dari
wahyu dapat disebut sebagai budaya. Budaya adalah sesuatu yang diciptakan akal
budi manusia berdasarkan akal dan fikirannya melalui upaya-upaya yang kreatif
dan imajinatif, kemudian dapat berkembang menjadi peradaban (sivilisasi).
Peradaban dan interpretasi agama selalu berkembang dari waktu ke waktu, dan
manusia pantas menghormati keduanya. Secara normatif agama dan budaya telah
mengawal dan membimbing manusia, walaupun begitu perubahan global di
seluruh negara menjadikan keberadaan dan status mereka bergeser dan mendapat
tantangan baru.
Agama, terutama Islam telah menetapkan ajaran-ajarannya yang universal, hal ini
dikarenakan selain bahwa ia adalah agama wahyu, Islam dibawa oleh Nabi
terakhir yaitu Muhammad SAW. Islam menghargai dan menerima perbedaanperbedaan, dan karena ia sebagai rahmatan lil alamin tentu ajarannya dapat
menawarkan nilai-nilai yang dapat memecahkan masalah-masalah global secara
umum, dan masalah-masalah Muslim pada khususnya. Allah SWT telah
berfirman dalam surat QS. al-Anbiya (21:107) Dan tidaklah Kami utus engkau
(Muhammad) kecuali menjadi rahmat bagi semesta alam.
Tampaknya tiap insan akan menghadapi tantangan global, termasuk insan
beragama. Islam yang mengajarkan persamaan dan kesetaraan, keadilan,
penghargaan dan toleransi mendapat tantangan yang besar karena di lain pihak,
praktek masyarakat Muslim dan tradisi di dunia Islam terkadang tidak sepenuhnya
dilaksanakan sesuai dengan yang dikehendaki Islam.
Keterbelakangan di negara Muslim termasuk di Indonesia, (misalnya dalam hal
pendidikan, tindak kriminal dan kasus maraknya korupsi) sering berhubungan
dengan tradisi tertentu atau budaya yang tidak selaras bahkan dapat pula
bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri, situasi seperti ini tentu tak dapat
diatribusikan kepada ajaran Islam. Walaupun demikian umat Islam tak perlu
merasa takut untuk memberi jawaban terhadap tantangan global dengan formulasi
interpretasi ajaran agama yang lebih dapat menjawab tantangan zaman, lebih
terbuka menerima kritik dan yang penting adalah tetap dalam koridor al-Quran
dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
Bagi kaum muslimin tak ada jalan lain kecuali memperkuat keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, pada saat godaan begitu besar dalam hal
mempertahankan nilai-nilai dengan tidak menghalalkan segala cara sekalipun
dalam keadaan krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis spiritual. Bukan
hanya itu, di negara maju dan modern sekalipun yang situasi ekonomi, pendidikan
dan kesejahteraannya dalam keadaan sebaliknya dibanding dengan dunia Muslim,
justru kecendrungan terhadap spiritual terutama spiritual Islam/sufistik nampak
menguat dari waktu ke waktu.
Pada awalnya pengenalan diskursus tasawuf di Barat, sebagian terselenggara
melalui informasi akademis, melalui buku-buku yang ditulis, hasil penelitian
lapangan, ataupun terjemahan karya-karya para sufi dari bahasa-bahasa Muslim
(yakni bahasa Arab, Persia, Turki, Urdu dsb), kedalam bahasa Barat (yaitu bahasa
Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, dsb).
Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syaikh Abd al-Qadil al-Jilani (w.
561/1166), hingga saat ini riwayat hidup dan karamahnya terutama yang dimuat
dalam manqabah masih dibaca orang untuk mendapatkan barakahnya. Kekhasan
tarekat ini masih survive sebagai tarekat pelopor, yaitu pengucapan dzikir jahar
bahkan menjadi dasar dari sebagian tarekat yang lahir kemudian, misalnya bagian
dari dzikir Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN), selain dzikir khafi. Tarekat
Qadiriyah telah masuk ke Indonesia pada masa Hamzah Fansuri pada pertengahan
abad ke-16 Masehi. Tarekat Qadiriyah menurut Trimingham masih menjadi salah
tulisan Muhammad Haqqi al-Nazili (w. 1301/1884 di Makkah), dan Kayfiyyat alDhikr al al-Tharqa al-Naqshbandiyya karya Muhammad Salih al-Zawawi.
Tarekat Naqsyabandiyah Mazhariyah di sisi lain disebarkan di Indonesia oleh dua
khalifah dari Muhammad Salih al-Zawawi, yang beliau sendiri adalah seorang
khalifah dari Muhammad Mazhar al-Ahmadi (w. 1301/1884 di Madinah): Abd
al-Azhim al-Manduri dari Madura, Jawa Timur, dan Ismail Jabal dari Pontianak,
Kalimantan Barat.
Tarekat Naqsyabandiyah (Haqqaniyah) yang berpusat di Cyprus, tempat
kelahiran Syaikh Muhammad Nazim al-Haqqani dan khalifah beliau Syaikh
Muhammad Hisyam Kabbani dengan gigih telah berhasil mempunyai banyak
cabang di Syria, Amerika Serikat (Michigan, Chicago dan California dan terdapat
di 18 tempat lainnya), serta cabang-cabangnya di Kanada (Montreal, Toronto,
Vancouver, dsb), Inggris (London dan Birmingham), Perancis, Spanyol (3
tempat), Swedia, Switzerland, Mesir, Jerusalem, Lebanon, Kenya, Jerman,
Belanda, Italia, Argentina (4 tempat), Guadeloup, Australia, Pakistan, Sri Lanka,
Mauritius dan Afrika Selatan, juga di Indonesia, Malaysia, Jepang (4 tempat),
serta Brunei Darussalam. Karya-karya Syaikh Nazim, baik yang berbahasa Turki,
Arab atau berbahasa Inggris, sebagian sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia.
Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah (TQN) Suryalaya, di seluruh Indonesia
telah terdapat cabang-cabangnya, juga telah merambah ke manca negara termasuk
Malaysia, Singapura and Brunei Darussalam. Ciri utama tarekat ini dzikir jahar
dan dzikir khafi sebagaimana yang menjadi ciri utama kedua tarekat asalnya, telah
menjadikan tarekat ini dinamis, lebih-lebih lagi TQN Suryalaya melalui Syaikh
Mursyid K.H.A. Shohibulwafa Tajul Arifin (Abah Anom) telah mendisain secara
khusus kurikulum bagi rehabilitasi anak penyalahguna obat, bahan narkotika dan
kenakalan remaja lainnya. Banyak pengunjung, mulai rakyat biasa hingga pejabat
tinggi negara dan sarjana dari dalam negeri dan dari manca negara datang ke
Suryalaya, untuk bertemu dengan Pangersa Abah Anom dan juga ada yang
melakukan penelitian. TQN Suryalaya juga mempunyai pengikut di Amerika
Serikat (Washington D.C.) dan di Inggris (London).
Cabang lainnya dari TQN di Jawa Tengah yaitu di Pondok Pesantren alFutuhiyyah Mranggen, asuhan K.H. Lutfil Hakim bin Muslih bin Abdurrahman
dan di Jawa Timur, Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang yang sekarang diasuh
oleh K.H. Dimyati Romly, anak cabangnya yang lain terdapat di Pondok
Pesantren al-Fithrah, asuhan K.H. Asrori Usman.
Bersambung ...
Sumber : DR. Sri Mulyati (Dosen Pasca Sarjana UIN Jakarta)
Disampaikan pada Pelatihan Muballigh Tasawuf V di Jakarta 17 - 19 Agustus
2007
ke Aceh dan belajar di bawah bimbingan Syaikh Abd al-Rauf Singkel selama
delapan tahun (1669-1677).
Tarekat Sammaniyah yang didirikan oleh Syaikh Abd al-Karim al-Sammani
(1719-1775) dengan ratibnya yang terkenal ratib Samman, dibaca banyak orang di
Indonesia. Baik kitab Manaqib Syaikh al-Waliy al-Syahir Muhammad Samman
maupun Hikayat Syekh Muhammad Samman, keduanya mengungkap siapa sosok
Syaikh Samman, terutama karamah beliau. Syaikh Abd Samad al-Palimbani (w.
1800) dikenal sebagai penyebar tarekat ini di Indonesia, dan khususnya di daerah
Sumatra Selatan. Daerah Palembang terkenal selama abad ke delapan belas
masehi sebagai tempat berkumpulnya para sarjana dan penulis.
Tarekat Tijaniyah yang didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani
(w.1815), walaupun sebagian orang menganggap tarekat ini eksklusif namun
dewasa ini masih banyak pengikutnya. Tarekat ini diperkenalkan ke Cirebon pada
tahun 1928, dan cepat berkembang ke Tasikmalaya, Brebes dan Banyumas. Pada
mulanya di bawah asuhan Kiyai Buntet dan Kiyai Madrais, tetapi setelah PD II
atas pengaruh Kyai Madrais dinamai Agama Sunda, dan tidak lagi sebagai tarekat
dan masuk kategori Kebatinan atau Kejawen. Namun begitu Tijaniyah yang benar
berkembang terus sampai ke Pulau Madura bersama-sama dengan berkembangnya
Naqsyabandiyah dan TQN. Sebagai tambahan selain Tijaniyah, Tarekat
Syaththariyah juga berkembang di Pesantren Buntet, dan disebarkan oleh Kiyai
Abbas, seorang saudara laki-laki dari Kiyai Anas. Beliau berdua setuju bahwa
kedua tarekat membentuk bagiannya dalam Pondok Pesantren Buntet, Cirebon.
Tarekat Tijaniyah tersebar luas di seluruh Indonesia. Menurut sebagian peneliti,
daerah Cirebon dan Garut sebagi basis wilayah Jawa Barat; Brebes dan
Pekalongan sebagai basis wilayah Jawa Tengah sementara Surabaya, Probolinggo
dan Madura sebagai basis wilayah Jawa Timur.
Tarekat Chisytiyah sebuah tarekat kelahiran India yang di dirikan oleh Syaikh
Muin al-Din Chisyti (w.1236) telah berhasil mempopulerkan tarekat ini ke luar
India. Di awal pendiriannya tarekat ini berideologi Sunni. Hal ini terbukti bahwa
para sufi awal Chisyti di India menjadikan Awrif al-Marif karya Syaikh
Syihab al-Din Abu Hafs Umar Suhrawardi (539-632 H/1145-1234 M) sebagai
pegangan mereka. Kitab ini juga menjadi dasar bagi mereka para guru Chisytiyah
dalam mengajar murid-muridnya. Selain Awrif, Kasyf al-Mahjb karya alHujwiri juga sangat populer di gunakan kaum Chisyti. Selain kedua kitab itu,
Malfuzhat Syaikh Nizam al-Din Auliya, Syaikh Nashir al-Din Chiragi Dihli,
Syaikh Burhan al-Din Gharib, Khwajah Bandah Nawaz Gizu Daraz, juga menjadi
gagasan-gagasan yang kuat dan akurat bagi pembentukan ajaran Tarekat
Chisytiyah. Hingga sekarang ini cabang Tarekat Chisytiyah juga terdapat di
Amerika Serikat misalnya di Philadelphia, dibawa dan dikembangkan oleh
seorang Syaikh Chisytiyah dari Sri Lanka, bernama Bawa Muhayiddin.
Seorang orientalis yang telah sangat berjasa dalam memperkenalkan pendiri
Tarekat Mawlawiyah misalnya, yaitu Mawlana Jalaludin Rumi ke dunia Barat
adalah Reynold A. Nicholson yang telah bukan hanya mengedit secara kritis
semua naskah matsnawi, tetapi juga menterjemahkan dengan baik seluruh naskah
tersebut (sebanyak 6 buku) ke dalam bahasa Inggris. Demikian juga ia telah
menerjemahkan dan menseleksi dari Divan-i Syams-i Tabriz. Sedangkan karya
Rumi yang lain Fihi Ma Fihi telah diterjemahkan oleh Arberry dengan judul
Discourse of Rumi.
Tokoh lain yang sangat berjasa dalam memperkenalkan Rumi ke dunia Barat
adalah Prof. Annemarie Schimmel (w. 2003), yang telah menulis dengan penuh
penghargaan dan kebanggaan tentang karya-karya Rumi, seperti I am Wind
You Are Fire: The Life and Work of Rumi, dan The Triumphal Sun: A Study of
the Works of Jalaludin Rumi.
Meskipun begitu, tokoh Barat yang pada saat ini yang rajin mengembangkan dan
mempromosikan Rumi dan tarekatnya adalah Syaikh Kabir Edmund
Helminski (dan istrinya Cemille Helminski). Saya pernah dua kali bertemu beliau
ketika ke Indonesia pada tahun 2003. Berbeda dengan sarjana-sarjana
sebelumnya, Kabir Helminski menulis dan memperkenalkan Rumi dan tarekatnya
dari dalam tradisi Mawlawi sendiri, kepada audiens internasional, karena ia
sendiri adalah anggota Tarekat Mawlawiyah. Lebih dari itu, ia kini telah menjadi
salah seorang spiritual guide terkemuka dari tarekat tersebut, setelah berpindah
agama dan bahkan dianggap sebagai wakil (representative) dari Tarekat
Mawlawiyah. Pada saat ini, Syaikh Kabir Edmund Helminski, dan istrinya
Cemille Helminski, adalah co-direktur dari masyarakat Threshold sebuah
organisasi non-profit yang dipersembahkan untuk berbagi pengetahuan dan
praktek tasawwuf.
Pada saat ini Threshold Society, beralamat di RD 4 Box 400, Putrey, Vermont
USA, 05346, atau 139 Main Street, Brattleboro, Vermont 05301. Ini merupakan
pusat kajian Rumi internasional, dan yang bertanggung jawab secara luas untuk
membuat Rumi menjadi salah satu penyair masa kini yang paling luas dibaca
orang.
Kabir Helmiski menulis banyak buku dalam literatur sufisme, terutama tasawuf
Jalaluddin Rumi, dengan cara menerjemahkan berbagai buku-buku tersebut. Ia
adalah pengarang dari Living Presence: A Sufi Way to Mindfulness and Essential
Self, yang dikomentari oleh Jack Kornfield sebagai iluminasi modern yang
menaruh perasaan terhadap jalan sufi yang sarat dengan aroma kuno. Bukunya
yang lain adalah The Knowing heart: A Sufi Path of Transformation, karya ini
dipandang sebagai sebuah pengantar yang jelas dan baik bagi tasawuf, yang
dengan kreatif dibumbui oleh wawasan-wawasan batin dari al-Quran dan
tulisan-tulisan Rumi.
Bukunya yang juga sangat populer dan bahkan telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia oleh H. B. Yasin adalah Rumi Day Light: A Daybook of
Spiritual Guidance. Buku ini dinilai oleh Camille Adams Helminski, istri Syaikh
Kabir Helminski, sebagai sebuah sumber wawasan dan penyegaran, yang dapat
mendukung dan memberikan semangat. Dia juga beserta istrinya telah menulis
sebuah buku kecil dan sangat cantik, yang didisain sebagai hadiah" (gift), dengan
dilengkapi beberapa kartu indah dengan lukisan-lukisan kuno Persia, sebagai
tafsir bagi syair-syair Rumi, yang berjudul Rumi: The Path of Love. Buku kecil ini
meliputi sejarah kehidupan Rumi, penjelasan tentang jalan sufi dari cinta dan 50
puisi pilihan dan penafsirannya dalam kartu-kartu yang indah terhadap semua
puisi yang terkandung di dalamnya. Tetapi ada satu buku lagi yang sangat dekat
dengan Tarekat Mawlawiyah, yaitu berupa wirid-wirid Mawlawi, yang disajikan
secara lengkap dengan terjemahannya oleh Cemille dan Kabir Helminski sendiri,
sebagai seorang Syaikh dan wakil Tarekat Mawlawiyah saat ini.
Syaikh Kabir Helminski juga adalah guru dari beberapa penulis dan sarjana yang
terkemuka, termasuk di dalamnya adalah Brian Hines, seorang ahli fisika baru,
dan pengarang buku God, Whisper, Creations Thunder, yang telah menjadikan
Rumi sebagai pembimbing dan inspirator utama dalam menafsirkan fenomenafenomena fisik yang ditemukan di laboratorium fisika modern. Dalam buku ini,
Brian Hines tidak dapat menyembunyikan hutang budinya yang besar dalam
pengenalannnya terhadap Rumi kepada Syaikh Kabir Helminski ini.
Tentang Tarekat Nimatullahi yang dikenal di kalangan Muslim Syiah
misalnya, tokoh kontemporernya sesudah Mnis Al Syh (w. 1373 H/ 1953 M)
adalah Javad Nurbakhsy, seorang psikiatris. Beliau berhasil merekrut banyak
anggota kelas atas di Teheran, ketika profesi suatu jenis tertentu dari sufisme
menjadi model modern; beliau juga membangun serangkaian khnqh (zawiyah,
rumah suluk) baru diseluruh negeri; dan menerbitkan dalam jumlah besar literatur
tentang Nimatullh, termasuk karya-karya pribadinya. Ketika revolusi Islam Iran
pada tahun 1978-1979 hampir memperoleh kemenangan, Nurbakhsy
meninggalkan negeri itu, dan dia sekarang mengurus para pengikut campuran dari
orang-orang imigran dari Iran dan orang-orang Barat yang memeluk agama Islam
yang hidup di kota-kota besar di Eropa dan Amerika Utara.
Javad Nurbakhsy dilahirkan di Kirman, Iran. Dia menyelesaikan sekolah dasarnya
di kota itu, sering mengalami loncat-loncat dan selalu menjadi murid paling top di
kelasnya. Pada umur enam belas tahun, dia dibaiat sebagai anggota Tarekat
Nimatullh oleh Aq Mursyidi, salah seorang syaikh dari Mnis Al Syh.
Setelah menyelesaikan sekolah lanjutan, dia pindah ke Teheran untuk
menyelesaikan studinya di Universitas Teheran, menyertai gurunya, Mnish Al
Syh, selama waktu senggangnya. Pada usia dua puluh tahun dia ditunjuk oleh
Mnish untuk menempati posisi syaikh dan dua tahun berikutnya menyusun tiga
jilid buku tipis untuk menghormati gurunya dengan judul Gulzr-i Mnis,
mengenai pelbagai aspek teoritis dan praktik tasawuf. Jilid terakhir dari karyanya
ini diterbitkan pada tahun 1949 M.
Pada 1952 M, dia meraih gelar dokter (kesehatan) dan pindah ke Bam, sebelah
barat Kirman, tempat dia ditunjuk sebagai kepala balai pengobatan tersebut. Di
sana, pada 15 Juni 1953, ketika Mnish Al Syh wafat di Teheran, Javad
Nurbakhsy menerima berita tentang pelantikan anumerta beliau sebagai quthb
dalam Tarekat Nimatullh. Selama 34 tahun terakhir, Javad Nurbakhsy (Nr Al
Syh II) telah memimpin dan mengelola Tarekat Nimatullh, yang selama
rentang waktu ini dia telah mengawasi pembangunan lebih dari seratus pondok
sufi atau khnqh di kota metropolitan dan kota madya utama di seluruh Persia.
Javad Nurbakhsy adalah penulis atau penyunting lebih dari sembilan puluh karya
terbitan Persia, yang dicetak di Teheran oleh penerbit Khaniqahi Nimatullahi
(Intisyrt-i Khnqh-i Nematullh). Publikasi-publikasi ini pada dasarnya
dibagi dalam dua kategori: (1) Karya asli Javad Nurbakhsy; dan (2) Edisi kritis
atas karya prosa dan puisi yang ditulis oleh para penulis sufi klasik. Namun Javad
Nurbakhsy juga telah menerbitkan banyak artikel tentang psikologi. Mesti juga
disebutkan bahwa Perpustakaan Nurbakhsy di Teheran menyimpan salah satu
koleksi terbesar pelbagai manuskrip dan buku kuno tentang mistisisme Islam di
Iran, yang indeks lengkapnya telah diterbitkan pada 1973 M oleh Ibrhm Dibj.
Sejak 1962 M hingga 1977 M Javad Nurbakhsy mempraktikkan ilmu psikiatrinya
sebagai profesor di Universitas Teheran dan kepala salah satu rumah sakit
psikiatri terkemuka di kota itu. Dia juga menghabiskan waktunya mempelajari dan
melakukan penelitian di bidang ini di Sorbornne (Paris). Dia adalah salah seorang
tokoh sufi pertama yang menguasai ilmu jiwa tradisional sekaligus psikiatri
modern.
Javad Nurbakhsy pertama kali berkunjung ke Amerika Serikat pada 1974 M, dan
menanggapi banyaknya permintaan dari para pengikutnya di Amerika yang
jumlahnya semakin meningkat, pada 1975 M dia mendirikan pondok sufi
(khnqh) pertama di Amerika Serikat di kota New York. Tindakan ini diikuti
oleh pelbagai pusat [tarekat itu] di kota-kota Amerika lainnya. Selama dasawarsa
terakhir, jumlah khnqh terus meningkat dan bertambah banyak di Amerika, dan
sebuah khnqh penting di London telah menjadi pusat tarekat ini di Barat.
Javad Nurbakhsy telah bermukim di London sejak 1983 M dan memprakarsai
serangkaian penerbitan dalam bahasa Persia. Dua seri dari karya-karya ini pantas
disebutkan secara khusus, karena menjadi bagian kontemporer penting dalam
tradisi literatur sufi kuno: (1) Marif-i Shfiyyah, sebuah uraian ringkas tentang
konsep-konsep teosofis dasar dari para penulis sufi klasik dalam tujuh jilid (empat
jilid di antaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris); dan (2) Farhang-e
Nrbakhsy, lima belas jilid ensiklopedi tentang terminologi sufi yang membahas
secara detail makna esoteris simbolisme puisi dalam leksikon sufi (tiga jilid telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Sufi Symbolism).
Selanjutnya, sebuah jurnal ilmiah, Sufi, yang dikhususkan untuk mengkaji sastra,
filsafat, dan praktik tasawuf, baru-baru ini mulai diterbitkan di London dalam
bahasa Persia dan Inggris, yang menegaskan kembali ajaran-ajaran dasar dan
abadi, landasan metafisika, dan kebenaran-kebenaran puitis spiritualitas Islam.
Geertz, Clifford. The Religion of Java. Glencoe, III: Free Press, 1960.
. Islam Observed. Chicago: University of Chicago Press, 1968.
Hasyimi,Ibrahim. A Bibliography of Persian Books in Psychology and Education.
Tehran: Intisyarat-i Khaniqah-i Nimat Allahi, 1971, jilid 2 dan 1973, jilid 1.
Hines, Brian. Gods Whispher, Creations Thunder: Echoes of Ultimate Reality In
the New Physics. Brattleboro, Vermont: Threshold Books, 1996.
Helminski, Kabir Edmund. Living Presence: A sufi Way to Mindfullness & the
Essential Self. New York: The Putnam Publishing Group, 1992.
. The Knowing Heart: A Sufi Path of Transformation. Boston & London,
Shambala, 2000.
. Terang benderang: Renungan Spiritual Harian kutipan dari Matsnawi,
diterjemahkan dari Rumi Daylight: A Daybook of Spiritual Guidance oleh H.B.
Yasin. Bandung: Mizan, 2000.
Howell, Julia Day, M.A. Subardi, dan Peter L. Nelson, New Faces of Indonesian
Sufism: A Demographic Profile of Tarekat Qodiriyyah-NaqsyabandiyyahPesantren Suryalaya, in the 1990s,dalam Review of Indonesian and Malaysian
Affairs 35, 2 March 2002
Johns, A.H. Islam in Southeast Asia: Reflections and New Directions dalam
Indonesia. Cornell Modern Indonesia Project, no.19 April 1975.
Khaerussalam, A.A. Sejarah Perjuangan Syekh Haji Abdul Muhyi Waliyullah
Pamijahan. Pamijahan, 1997.
Kraus, Werner. Some Notes on the Introduction of the NaqshbandiyyaKhalidiyya into Indonesia, dalam Naqshbandis Cheminements et situation
actuelle dun ordre mystique musulman, ed. Marc Gaborieau, Alexandre Popovic
and Thierry Zarcone. Istanbul: Isis, 1990.
Kaptein ,N. Tarika. 8 di Indonesia, dalam The Encyclopaedia of Islam vol.X.,
257.
Lombard, Denys. Les tarkat en Insulinde, dalam Les Ordres Mystique dans
lIslam, ed. Popovic dan G.Veinstein (Paris, 1986).
Mulyati, Sri. The Educational Role of the Tariqa Qadiriyya wa Naqshbandiyya
with Special Reference to Suryalaya, McGill University, Montreal, Canada,
2002.
Mutasim, Radjasa. dan Abdul Munir Mulkhan. Baca Bisnis Kaum Sufi Studi
Tarekat dalam Masyarakat Industri. Yogyakarata: Pustaka Pelajar, 1998.
Trimingham, J.S. The Sufi Orders in Islam. London: Oxford University Press,
1973.
Tudjimah, Asrar al-Insan fi Marifa al-Ruh wa al-Rahman Thesis., Universitas
Indonesia, 1961.