Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN DENGAN PASIEN OMFALOKEL


Dosen Pembimbing :
Yeni Setyo Prastiwi, SST

Oleh : BINTI MUNAWAROH

A2R13012

STIKes HUTAMA ABDI HUSADA


Jalan RAYA WAHIDIN SUDIRO HUSODO
TULUNGAGUNG

TAHUN AJARAN 2015/2016

A. PENGERTIAN
1. Omfalokel adalah suatu hernia pada pusat, sehingga sebagian isi perut keluar
dan di bungkus suatu kantong peritoneum. (Rustam Mochtar,1998).
2. Omfalokel adalah adanya protusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu
lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di
umbilikus dan usus yang menonjol hanya di tutupi oleh membrane tipis
transparan yang terdiri dari amnion dan peritoneum. (W. A. Newman Dorland,
2002).
3. Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat dalam kembali
kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebabkan
timbulnya omfalokel. (Ngastiyah, 2005).
4. Omfalokel (eksomfotos) merupakan suatu cacat umbilicus, tempat usus besar
dan organ abdomen lain dapat menonjol keluar. Ia bisa disertai dengan kelainan
kromosom, yang harus disingkirkan. Cacat dapat bervariasi dan diameter
beberapa centimeter sampai keterlibatan dinding abdomen yang luas. Organ
yang menonjol keluar ditutupi oleh lapisan tipis peritoneum yang mudah
terinfeksi. (Pincus Eatzel dan Len Roberts. 1995).
B.

C.

ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui secara pasti (ideopatik). Namun ada beberapa
faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya
omphalokel diantaranya adalah :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok
c. Kelainan genetik
d. Defisiensi asam folat
e. Penggunaan salisilat
f. Hypoxia ( penurunan suplay oksigen ke jaringan)
g. Kandungan lemah

PATOFISIOLOGI
Kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga abdomen pada waktu janin
berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel. Kelainan ini
dapat segera dilihat yaitu berupa protusi dari kantong yang berisi usus dan visera
abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilikus. Angka kematian tinggi
apabila omfalokel besar karena kantong pecah dan terjadi infeksi ( Iskandar
Wahidiyat, 1985).
Suatu protusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat selama 6-10 minggu
kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen pada tali
pusat, karena abdomen berisi terlalu sedikit seqitar 10-11 minggu, normalnya
usus akan berpindah kedalam abdomen. Ketidakmampuan usus untuk bermigrasi
secara normal akan menyebabkan omfalokel. Omfalokel biasanya ditutupi oleh
membrane yang dilindungu oleh visera. Bayi dengan omfalokel mempunyai

insiden yang tinggi terhadap abnormalitas yang lain, seperti inferforasi, agenesis
colon dan defek diafragma atau jantung ( Jackson D. B. & Sounders, 1993).
D.

MANIFESTASI KLINIS
Menurut A.H. Markum (1991), manifestasi dari omphalokel adalah :
a. Organ visera / internal abdomen keluar
b. Penonjolan pada isi usus
c. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedangkan tanda-tanda yang lain :
a. Apabila omfalokel berukuran kecil hanya usus yang qeluar atau menonjol
b. Apabila omfalokel berukuran besar usus, hati atau limfa yang keluar atau
menonjol
c.
Sering ditemukan pada bayi premature

E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut A.H. Markum (1991) :
a)
Pemeriksaan Fisik
Pada omfalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati di
garis tengah pada bayi yang baru lahir.
b)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotein (MSAFP). Diagnosis prenatal
defek pada dinding abdomen dapat dideteksi dengan peningkatan MSAFP.
MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang disertai dengan
peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
c)
Prenatal, ultrasound: menunjukkan adanya defek ompalokel
d)
Pemeriksaan radiology: Fetal sonography dapat menggambarkan
kelainan genetik dengan memperlihatkan marker structural dari kelainan
kariotipik.
e)
Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung.
Untuk mendukung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan
amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang terisi usus dengan
atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.

F.

KOMPLIKASI

Infeksi

Ruptur kantong omfalokel

Hernia ventralis

G.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :

a) Perawatan pra-bedah
Terpeliharanya suhu tubuh
Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami prolaps sangat
meningkatkan area permukaan.
Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah distensi usususus yang mempersulit pembedahan.
Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak melengket
seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus Saran untuk menutup
usus atau menutup dengan kasa steril lembab dengan cairan NaCl steril untuk
mencegah kontaminasi
Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada
mesenterium.

Terapi intravena untuk hidrasi

Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya kantong, luasnya


cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong, akan menentukan cara
pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil, dapat dilakukan operasi satu tahap.
Dinding kantong dibuang, isi kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian
lubang ditutup dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele
terlalu besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat
dimasukkan ke dalam perut.
Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma akan terdorong
ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi vena cava inferior dapat juga
terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocele dengan cairan
antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan kain dakron agar tidak tercemar.
Dengan demikian, ada kesempatan untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga
seluruh kantong tertutup epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi
ini membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia ventralis
tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.

Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan

b) Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang pada
dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan visera kedalam
kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja, namun jika
lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil kulit dari bokong atau paha
bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan usus ke dalam rongga perut dan
menutup lubang. Harus dikerjakan secepat mungkin sebab tidak ada perlindungan
infeksi. Tambahan lagi makin ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem.
c) Paska Bedah
Perawatan paska bedah neonatus rutin
Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik

Pemberian antibiotika
Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi mengalami
pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini tergantung dari kondisi
si bayi (lemah atau tidak).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
- Nama pasien
- tanggal lahir, Alamat
- Tanggal masuk RS,
- Jenis kelamin,
- Agama,
- Pekerjaan,
- No. Register,
- dan lain-lain.
b. Data fokus Pengkajian
1. Mengkaji kondisi abdomen
Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
Kaji letak defek, umun nya berada disebelah kanan umbilicus
Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar, akut/kronis sering
disebabkan oleh inflamasi dan obstruksi.
.
2. Mengukur temperature tubuh
Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI,
biasanya berhubungan dengan dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
Lakukan pengukuran suhu secara kontinyu tiap 2 jam
Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak

3. Kaji sirkulasi
Kaji adanya sianosis perifer
4. Kaji distress pernapasan
Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru
Frekuensi : Cepat (Takipneu), Normal atau lambat
Kedalaman : Normal. Dangkal (Hipopnea), terlali dalam (Hipernea)
Kemudahan : Sulit (Dispneu), Otophnea
Irama : Fariasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan
Opservasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, sputum,dan nyeri dada

Kaji adanya suara nafas tambahan (Mengi/wheezing)


Perhatikan bila pasien tampak pucat/ sianosis

2. DIAGNOSA
Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

Defisiensi pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan


keterbatasan kognitif

`3. INTERVENSI
Dx 1 : Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat
NOC :
Risk Control : Infectious Process
Self-care: Hygiene
Infection severity: Newborn
KH :
- Mengetahui faktor resiko
- Bersihkan daerah perineal
- Infeksi pada umbilikus dapat dicegah
NIC :
Perineal Care
1) Bantu pasien untu membersihkan
2) Jaga perineum agar tidak kering
3) Proteksi Infeksi
4) Monitor tanda-tanda gejala infeksi sitemik dan local
5) Pelihara teknik isolasi
6) Monitor Elektrolit
7) Monitor cairan yang hilang
DX 2 : Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi
NOC :
Thermogulation : Newborn
Vital signs
KH :
Tidak ada tanda-tanda hipertermi
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
NIC :

Fever treatment

1) Monitor warna kulit dan temperature


2) Monitor intake dan output cairan
Vital sign monitoring
3) Monitor nadi, suhu, dan pernapasan
4) Monitor pada nafas abnormal

Environmental management
5) Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien
6) Batasi pengunjung

DX 3 : Defisiensi pengetahuan orang tua tentang penyakit berhubungan dengan


keterbatasan kognitif
NOC :

Knowledge : Disease Process


KH :
Orang tua memahami proses penyakit secara spesifik
Orang tua mengenali tanda dan gejala penyakit
Orang tua mengetahui komplikasi yang berpotensi akibat penyakit
NIC :

Teaching : Disease process


1) Nilai tingkat pengetahuan orang tua berhubungan dengan proses penyakit
2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal tersebut berhubungan
dengan anatomi fisiologi
3) Gambarkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan penyakit
4) Diskusikan pilihan terapi/perawatan

DAFTAR PUSTAKA
A.H. Markum. 1991. Buku Ajar Kesehatan Anak. Jilid I. FKUI : Jakarta
Dongoes, M.F. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Dorland, W.A. Newman.2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta : EGC.
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. EGC : Jakarta
Ngastiyah.2005. Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
Pincus Eatzel & Len Roberts. 1995. Kapita Selekta Pediatri. EGC : Jakarta.
Suriadi & Yuliani R. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 1. Penerbit FKUI :

Jakarta
http://downloads.ziddu.com/downloadfile/14870049/omfalokel.docx.html

Anda mungkin juga menyukai