Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Batu saluran kemih (BSK) merupakan masalah yang semakin besar, sesuai
dengan perkembangan zaman. Rifki Muslim (1984) pada penelitian tahun 1983 di
RSDK menemukan 156 penderita batu saluran kemih, yang terbanyak adalah batu
kandung kemih 58,97% diikuti oleh batu ginjal 27,72 % , batu ureter 8,97 % , batu
urethra 8,33 %. Pembentukan batu saluran kemih masih belum jelas dan dapat
ditemukan sebagai penyakit sekunder atau penyakit idiopatik. 1
Vesikolithiasis adalah penyakit dengan pembentukan batu di kandung
kemih yang bermanifestasi penutupan ostium urethra interna sehinga mengganggu
proses miksi2.
Gejala dan tanda batu saluran kemih ditentukan oleh letak, besar, dan
morfologi batu. Dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala yang
berat, umumnya gejala tersebut akibat obstruksi atau infeksi saluaran kemih.
Obstruksi saluran kemih terutama ureter pada orang dewasa dapat berasal
intralumen atau ekstralumen. Obstruksi intralumen paling sering disebabkan oleh
batu ,blood clot, dan karsinoma sel transisional. Penyebab ekstralumen antara
lain : tumor pelvis dan retroperitoneal, fibrosis/ infeksi retroperitoneal, striktur
postoperasi atau radiasi, kehamilan.3
Obstruksi saluran kemih dapat mengakibatkan hidroureter, dan kemudian
berlanjut menjadi hidronefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal. 2
Diagnosis batu saluran kemih dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan
radiologi . Pemeriksaan radiologi meliputi pemeriksaan foto polos abdomen,
Pielografi Intra Vena , Pielografi Retrograd,Ultrasonografi dan CT Scanning.4,5
Berikut sebuah laporan kasus seorang laki-laki dengan vesikolithiasis
disertai hidronefrosis dan hidroureter dupleks yang telah dilakukan berbagai
pemeriksaan terutama pemeriksaan radiologi berupa foto polos abdomen, dan
Retrograde

Pyelography

(RPG).

Laporan

kasus

ini

diharapkan

dapat

meningkatkan pengetahuan mahasiswa kedokteran, terutama tentang hal-hal yang


berkaitan dengan pemeriksaan radiologis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.

ANATOMI
Sistem saluran kemih seluruhnya terletak di bagian retro
peritoneal sehingga proses patologi seperti obstruksi, radang, dan
pertumbuhan tumor terjadi di luar rongga abdomen, tetapi gejala dan
tandanya mungkin tampak menembus peritoneum parietal belakang.
Saluran kemih terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra2.
A. Ginjal
Ginjal terletak pada rongga retroperitoneal setinggi vertebra
thorak XII sampai dengan vertebra lumbal III. Ginjal kanan terletak
lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri. Berat ginjal dewasa
kurang lebih 115-170 gram dengan ukuran panjang 10-12 cm, lebar 56 cm, dengan tebal 3 cm.
Permukaan ginjal berupa kapsul fibrosis yang tipis tetapi kuat,
dan disebelah eksternal kapsul ini adalah jaringan lemak yang cukup
banyak yang dikenal sebagai kapsul adiposa. Jaringan lemak ini
memungkinkan ginjal diidentifikasi dengan mudah pada foto polos,
karena ini lebih radioluscent dibandingkan struktur otot sekitarnya.
Seksi longitudinal melalui ginjal memperlihatkan bahwa ginjal
terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:
1. korteks
2. medula
3. pelvis renalis
4. kaliks mayor
B. Ureter
Ureter adalah hubungan tubuler antara ginjal dan kandung
kemih. Panjangnya kira-kira 25 cm dan seluruh perjalanannya adalah

retroperitoneal, terletak di jaringan subperitoneal pada abdomen dan


pelvis.
Bagian ureter yang ada di abdomen terletak pada otot besar
psoas dan diproyeksikan pada ujung-ujung prosesus transversal pada
vertebra lumbal. Ureter kanan biasanya bersimpangan dengan arteri
iliaca eksterna dan ureter kiri bersimpangan dengan arteri iliaca
komunis. Tetapi tidak selalu demikian.
Lumen ureter ukurannya bervariasi dan terus menerus
mengalami peristaltik. Terdapat daerah konstriksi normal tertentu
pada tiga lokasi :
1. ureteropelvical junction
2. ureter bersimpangan dengan arteri iliaca eksterna atau arteri
iliaca komunis
3. ureterovesical junction
C. Kandung Kemih
Kandung kemih terletak di dalam pelvis minor kecuali
apabila mengalami distensi. Ini berbatasan dengan simfisis pubis di
sebelah anterior dan terpisah dari rektum pada pria oleh duktus
deferens dan vesika seminalis, dan pada wanita oleh uterus dan
vagina.
Untuk visualisasi kandung kemih secara akurat, biasanya
diperlukan media kontras. Ditinjau dari struktur globuler kandung
kemih yang mengalami distensi, ini harus diteliti dengan beberapa
proyeksi untuk memvisualisasikan seluruh tepinya. Dalam keadaan
tidak mengalami distensi, adalah sulit untuk memastikan tentang
adanya defek pengisian.
D. Urethra
Urethra wanita adalah kanal yang pendek dari kandung
kencing ke orifisium urethra eksterna yang terletak di atas lubang

vagina. Kebanyakan foto diambil dengan pasien terlentang,


walaupun

sekurang-kurangnya

satu

film

dalam

pelaksanaan

pemeriksaan urografik lengkap diambil dengan pasien dalam posisi


tegak untuk mengukur ekskresi ginjal dalam perubahan dari posisi
berbaring ke posisi tegak 3,6
Pada urethra laki-laki terbentang dari serviks vesika ke
ostium urethra eksternum. Tidak lurus dan jauh lebih panjang
daripada wanita. Terbagi atas 3 bagian:
a. Pars Prostatica
Dalam prostat dan letaknya hampir vertikal, mudah diregangkan
dan bentuk ruangnya fusiform. Pada dinding dorsal terdapat
krista uretralis yang melanjut pada uvula vesika. Pada krista
terdapat kolikulus seminalis. Pada puncak kolikulus terdapat
utrikulus prostatikus. Kanan kiri utrikulus prostatikus terdapat
muara duktus ejakulatorius.
b. Pars Membranasea
Membentang dari apeks prostat ke bulbus penis. Merupakan
bagian yang terpendek dan tersempit, terdapat dalam diafragma
pelvis dan diafragma urogenital.
c. Pars Spongiosa
Seluruhnya terdapat dalam bulbus korpus spongiosum dan glans
penis. Bagian yang terdapat dalam bulbus penis lebar, disebut
fossa intrabulbaris. Pada glans juga ada pelebaran yang
bentuknya fusiform, disebut fossa navikularis urethra. Muara
duktus

glandula

bulbourethralis

terdapat

dalam

fossa

intrabulbaris urethra sedang muara duktus glandula urethralis


terdapat pada bagian pars spongiosa yang ditandai dengan
adanya lekukan-lekukan disebut lakuna urethralis.

II.

DEFINISI DAN ETIOLOGI


Vesikolithiasis adalah penyakit dengan pembentukan batu di
kandung kemih yang bermanifestasi penutupan ostium uretra interna
sehingga mengganggu proses miksi2.
Hidronefrosis adalah pelebaran/dilatasi dari struktur kolekting
akibat adanya suatu obstruksi tanpa adanya defisit fungsional. Dengan
nama lain obstruksi uropati7.

III.

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat
bersifat simtomatik maupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu
antar lain:
a. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansi
organik sebagai inti. Substansi organik ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah
terjadinya kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti
cystine, xantine, asam urat, calsium oxalat, akan mempermudah
terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap cystine,
xantine, asam dan garam urat sedangkan pada urin yang bersifat
alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarida akan
mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

Faktor-faktor

lain

yang

diduga

ikut

mempengaruhi

terbentuknya batu antara lain:1


1. Faktor Intrinsik:
-

jenis kelamin

ras

etnik

genetik

umur

2. Faktor Ekstrinsik:
-

geografi

iklim

air minum

pola makan

pekerjaan

3. Faktor Lain:
-

proses metabolisme

infeksi

obstruksi

benda asing sebagai inti batu

IV. Gambaran Klinik


Made Sukahatya dan Mohammad Ali dalam penelitiannya atas 291
penderita batu saluran menemukan : frekuensi batu saluran kencing terbanyak
didapatkan pada umur antara umur 21 60 tahun. Dengan rata-rata 41,5 tahun.
Keluhan yang sering ditemukan adalah nyeri pinggang yang menjalar ke perut
disertai kencing darah hanya terdapat pada 9,5% penderita, sedangkan 6,8%
penderita tanpa keluhan8. Keluhan-keluhan penderita dengan batu saluran
kencing:
1. Nyeri pinggang , baik disertai penjalaran ke perut maupun tidak.

Batu kecil yang bergerak di dalam ureter bisa menyebabkan nyeri


kolik yang hebat. Sementara itu batu staghron yang mengisi seluruh
duktus kolektivus mungkin menyebabkan nyeri pinggang yang ringan.3
2. Kencing darah
Kencing darah biasanya berhubungan dengan kolik dan lewatnya batu
yang irregular.3
3. Rasa kemeng di pinggang
4. Kencing panas dan nyeri
Nyeri dan gejala klinik lainnya biasanya berhubungan dengan lokasi batu
di dalam saluran kemih9.
a. Batu Kalik
Batu kalik yang kecil biasanya asimptomatik, terapi dapat dideteksi
apabila pasien mengalami gross hematuri atau dengan radiografi. Batu
tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, hematuri persisten atau
nyeri pinggang bila batunya cukup besar dan menyumbat infundibulum.
b. Batu Pelvis Renal
Bila batunya kecil biasanya asimptomatik, apabila batu tersebut
terhambat di ureteropelvic junction atau pada ureter proksimal, obstruksi
urin tersebut mungkin dapat menyebabkan gejala nyeri pingang atau nyeri
ketok costovertebra.
c. Batu Ureter Proksimal
Pasien mengalami nyeri pinggang yang berat yang terjadi secara
intermiten. Apabila batu dapat berpindah tempat ke distal (ke dalam
rongga pelvis) nyeri mungkin menyebar ke pinggang lateral.
d. Batu Ureter Distal
Nyeri biasanya menyebar sepanjang kanalis inguinalis dan ke
daerah genital. Lokasi batu di ureterovesical junction dapat menimbulkan
gejala iritabilitas vesika termasuk urgensi dan frequensi.
Sementara itu, batu pada kendung kemih akan menimbulksn nyeri
saat kencing terutama bila batu menyumbat meatus cysticus. Bila terjadi
infeksi sekunder nyeri menetap di suprapubik.

Analisa batu perlu dilakukan karena dengan mengetahui jenis dan


komposisi batu, dapat diambil langkah-langkah pada pengobatan maupun
pencegahan terjadinya rekurensi sesuai dengan komposisi batu. Komposisi batu
saluran kemih seperti di bawah ini10:
Tipe Batu
Radio Opaq

Frekuensi (%)

1. Calsium Oxalat

35-70

Etiologi
Hiperkalsiuri,

hiperoksalouri,

hiperuricuria,

hipicittraturia, hipomagnesiuria.
2. Calsium Phosphat

10-45

(hidroksiapatit)
3. Strutit atau carbonat

Hiperparatiroidisme

primer,

renal

tubuler

asidosi, terapi sodium alkali


10

Infeksi saluran kemih dengan organisme


splitting urea

4. Cystin
Radio Luscent

Cystinuria

1. Asam Urat

5-10

Diatesis gout, hiperuricosuria, sindroma diare


kronik, dehidrasi

2. 2,8-dihidroksiadeninuria

jarang

2,8-dihidroksiadeninuria

3. Triamteren

jarang

Terapi triamteren

4. Xantin

jarang

Xantinuruia

Komplikasi yang bisa terjadi1:

Batu yang letaknya pada pyelum ginjal ataupun ureter dapat memberikan
komplikasi berupa obstruksi baik sebagian maupun total. Obstruksi yang lama
biasanya disertau dengan infeksi yang berulang-ulang dan piuria yang sulit
ditanggulangi.

Hidronefroosis
Definisi patologi : dilatasi pelvis dan kalik renal (pelvikaliektasis) yang
berhubungan dengan perubahan tekanan balik pada parenkim ginjal. Secara
urologi maupun radiologik didefinisikan sebagai dilatasi/pelebaran system
kolektivus.3

V. Diagnosis

1. Anamnesis
Pada sebagian besar kasus tidak ada batu yang tidak menyebabkan
obstruksi. Pada batu yang menyebabkan obstruksi menimbulakn rasa sakit
hebat di daerah panggul dan kolik yang menjalar sepanjang ureter ke
skrotum atau bagian medial paha. Nyeri di daerah pinggang berupa pegal,
kolik atau menghebat terus-menerus karena adanya pielonefritis. Nyeri
tekan atau ketok pada sudut costovertebra. Gangguan pada kencing :
anuria, hematuria. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.
2. Pemeriksaan Fisik2

Kadang tidak ditemukan kelainan.

Nyeri tekan atau ketok pada sudut costovertebra pada sisi ginjal yang
terkena.

3.

Teraba adanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.

Pemeriksaan Penunjang

Tes Laboratorium
a. Urin analisa dan kultur urin
Diemukan : proteinuria, hematuris, pH menurun atau meningkat, pada
sediment didapatkan eritrosit, lekosit, bakteri, kristal, hiperkalsiuria.
b. Analisa kuantitatif (Calsium Oksalat, asam urat, sistin) dari urin 24
jam.
c. Tes faal ginjal (ureum, kreatinin)
d. Kimia darah : Ca, phosphate, asam urat, protein
e. Analisis komposisi kimia batu

Rontgenologis
a. Foto Polos Abdomen
90% batu saluran kemih bersifat radioopaq dengan tingkat
radioopaqsitas yang tergantung dari jenis batunya. 5,11 Bila ada batu
radiopaq pada ureter maka akan nampak pada foto polos abdomen
sementara itu batu radioluscent tidak akan tampak.

10

Macam batu radioopaq yaitu calcium oksalat, calcium phosphate


(hidroksiapatit), strutut atau carbonat, cystin. Sulit untuk menebak
komposisi batu rasioopaq dari densitas. Meskipun batu calcium
okasalat biasanya lebih opaq dibandingkan tulang dan batu cystin
kurang opaq dibandingkan tulang dan tampak ground glass
appearance. Sementara itu, macam batu radioluscent yaitu asam urat,
8-dihidroksiadenin, triamtere, Xantin.3,4
Sulit untuk mendeteksi batu pada ureter sepertiga distal karena
terjadi everlying dengan tulang vertebra atau sacrum. Tertutupnya batu
dengan densitas yang rendah oleh feses dan gas dalam usus dapat
dihindari dengan pengambilan paling sedikit 2 film pada kVp yang
rendah dengan derajat pernafasan dan kemiringan yang berbeda.3
b. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal selain itu dapat untuk mendeteksi adanya batu semiopaq ataupun
batu nonopaq yang tidak terlihat oleh BNO, jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah Pielografi Retrograde.
Pemeriksaan PIV diperlukan untuk mengkonfirmasi pemerikasaan
FPA dan mencari penyebab terjadinya batu. Gambaran urografi pada
obstruksi saluran kemih kronis sangat beragam, dapat dijumpai
keadaan-keadaan berikut3:
Ukuran ginjal

: membesar (pada obstruksi partial) atau


mengecil (pada obstruksi total).

Densitas nefrogram

: normal atau menurun (dapat meningkat pada


kronik eksaserbasi akut).

Ketebalan parenkim : menipis dengan gambarn :crescent , soap


bubble, rims ataupun shell.

11

Pyelogram

: hidronefrosis atau negatif pyelogram pada


fase

nefrogram

atau

gambaran

ball

pyelogram.
Adapun grading dari hidronefrosis sebagai berikut3:

Grade I

: Gambaran dilatasi minimal. Sifat forniks kaliks


sedikit blunting. Pada tekanan abdominal meninggi
selama IUV pada pasien tidak mengalami obstruksi
sering menghasilkan gambaran hidronefrosis grade I

Grade II

: Forniks dan kaliks terdapat blunting yang lebih jelas


dan pembesaran kaliks, meskipun flat mudah terlihat.

Grade III : Kaliks membulat dengan obliterasi dar papilla.

Grade IV : Terjadi balloning kaliks yang ekstrim.


Bila batu radioopaq sudah tampak pada foto polos, pemeriksaan

PIV untuk menentukan lokasinya dan akan terlihat pelebaran ureter


proksimal dari batu. Bila batu radioluscent, pada pemeriksaan PIV
tampak luput isi (filling defect) pada ureter, dengan kemungkinan
pelebaran bagian proksimalnya. Diagnosis bandingnya adalah tumor
dan bekuan darah.4
c. Pyelografi Retrograde (RPG)4,11
Foto ini dikerjakan bila ada kontraindikasi pada pembuatan foto
Pyelografi Intra Vena (reaksi alergi terhadap bahan dasar kontras
berupa urtikaria, syok anafilaksis sampai laringospasme, faal ginjal
menurun, wanita hamil).
d. Ultrasonografi (USG)11
Dengan gray scale ultrasound daerah sinus renalis dapat
diperlihatkan secara optimal, sehingga infundibulum dan kalises dapat
diidentifikasikan dan dievaluasi. USG dianggap sebgai suatu cara
pemeriksaan yang akurat untuk menentukan adanya suatu obstruksi
traktus urinarius. Suatu obstruksi parsial akan menimbulkan dilatasi

12

yang minimal pada system kalises. Obstruksi total akan menyebabkan


hidronefrosis.4
Jika pada pemeriksaan urografi didapatkan gambaran filling defect
yang

luscent,

sebaiknya

dilakukan

pemeriksaan

USG

untuk

membedakan antara batu dan tumor urolithel. Jika ukuran lesi tersebut
lebih dari 2-3 mm, USG dapat membedakan dua hal tersebut dengan
adanya daerah densitas ekogenik dengan acustic shadow sebagai
gambaran batu.
Derajat hidronefrosis berdasarkan USG dibagi menjadi derajat
ringan, sedang dan berat, dimana gambarannya sesuai dengan
penampakan hidronefrosis derajat II, III, IV pada PIV.3
Suatu minimal hidronefrosis akan terlihat sebagai suatu pemisahan
ringan di bagian sentral dar eko pelvikokaliks (halo sign). Keadaan ini
dapat

dilihat

pada

irisan sector

interkostal,

yang

kemudian

dikonfirmasi dengan irisan memanjang.


Pada keadaan hidronefrosis moderat, kalises dan pielum tampak
melebar, berupa struktur yang berisi cairan. Tampak dilatsi
infundibulum dan menghilangnya cupping kalises.
Pada hidronefrosis yang lebih lanjut, system kalises di bagian
tengah akan tampak sebagai suatu zona echofree yang lobulated. Dan
pada hidronefrosis lanjut (severe hydronefrosis), pelvis akan terlihat
sebagai suatu zona besar berisi cairan, bahkan kadang-kadang pielum
dan kalises sukar dan parenkim ginjal tidak jelas lagi.
Bila didapat hidronefrosis, maka hendaknya dicari seluruh bagian
ureter yang melebar, untuk kemungkinan mencari penyebab atau
tingkat obstruksi. Akan tetapi biasanya sebagian ureter akan tertutup
oleh gas usus.4
e. CT Scanning5
Pemeriksaan ini jarang digunakan sebagai pemeriksan awal untuk
diagnostik pada penderita curiga batu saluran kemih. Pemeriksaan ini
dipertimbangkan untuk membedakan batu nonopaq, tumor saluran

13

kemih atau batu radioluscent yang tidak dapat dideteksi dengan BNO
dan pada pemeriksaan PIV serta USG ditemukan adanya hidronefrosis
dan filling defect.
Diagnosis banding dari hidroureter adalah:3

Divertikel ureter
Biasanya tunggal tetapi dapat juga multiple. Biasanya ada infeksi
dan disertai ureterolithiasis.

Mega Ureter
Mega ureter adalah dilatasi ureter yang terjadi bukan oleh karena
obstruksi atau refluks. Kemungkinan disebabkan karena abnormalitas
fungsi dari juxtavesical ureter yang gagal mengadakan peristaltic
secara normal dan kekurangmampuan dalam peregangan ureter.
Gambaran seperti paruh ayam didapatkan pada segmen distal ureter
dan didapatkan gambaran dilatasi pada ureter proksimal yang dinamik.
Dibagi atas 3 grade :
Grade I

: dilatasi terbatas pada 1/3 distal ureter

Grade II

: dilatasi terjadi sampai proksimal ureter dengan atau


tanpa dilatasi ringan dari kaliks.

Grade III : dilatasi dari seluruh ureter adanya dilatasi sedang


sampai berat dari kaliks.

Stenosis kongenital
Pada ujung bawah ureter timbul obstruksi organik pada
ureterovesical junction.

Retrocaval Ureter
Kelainan yang terjadi dimana 1/3 tengah ureter kanan melengkung
ke tengah belakang vena cava inferior kemudian ke lateral sampai
permukaan anteriornya berada pada posisi di paravertebra normal.
Kelainan ini mengakibatkan obstruksi dari ureter bagian atas.

14

Ureterocele
Kelainan ini merupakan dilatasi kistik congenital pada ureter
bagian bawah. Pada urogram dengan media kontras, simple ureterocele
menunjukkan gambaran peningkatan densitas daerah elips atau sirkuler
ureter bagian bawah yang berdilatasi dengan dikelilingi oleh bayangan
radioluscent dari dinding ureterocele. Ini menunjukkan gambaran
kepala kobra (cobra head).

15

BAB III
LAPORAN KASUS
I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. Kadisan

Umur

: 60 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Karanganyar Rt 04 Rw I Demak

Pekerjaan

: Buruh tani

Agama

: Islam

Tanggal Masuk RSDK : 1 Juni 2003


Ruang/No. CM

: 719859

A. Anamnesis
Autoanamnesis dan alloanamnesa pada tanggal 9 Juli 2003.
Keluhan Utama

: kencing berwarna merah

Riwayat Penyakit Sekarang :


2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh buang air kecil
berwarna merah, pada saat kencing harus mengejan, kencing menetes pada
akhir kencing, kencing tidak lancar. Rasa panas saat kencing. Nyeri
pinggang kanan, nyeri dirasakan sebagai pegal-pegal, tidak seperti
ditusuk-tusuk, terus-menerus. Mual (+), tidak muntah. Riwayat kencing
berpasir disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat batu ginjal (kencing berdarah) selama 2 tahun.
Riwayat hipertensi yang tidak terkontrol.
Riwayat DM disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat batu ginjal dalam keluarga disangkal

16

Riwayat DM dan hipertensi disangkal


Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien seorang buruh tani . Istri bekerja sebagai buruh tani juga.
Menanggung 3 orang anak, 1 orang sudah mandiri. Biaya ditanggung oleh
keluarga
Kesan : Sosial Ekonomi kurang
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum

: tampak lemah

Kesadaran

: composmentis

Tanda Vital

: Tensi : 80/60mmHg
Suhu : 37,2 oC

Nadi

: 88 x/menit

RR

: 20 x/menit

BB

: 50 kg

TB

: 175 cm

Kesan

: Underweight

Kepala

: Bentuk normal(mesosefal), Turgor dahi cukup

Mata

: Conjunctiva palpebre pucat +/+, echymosis -/-,


sklera ikterik -/-, pupil isokor 2,5 mm/ 2,5 mm,
reflek cahaya +N/+N

Telinga

: discharge -/-, nyeri ketok mastoid -/-, tinnitus -/-

Hidung

: discharge /-, epistaxis -/- , nafas cuping -/-

Mulut

: bibir pucat (-), bibir kering (-)

Tenggorok

: T1-1, mukosa faring hiperemis (-)

Leher

: JVP R 2 cmH2O, trachea di tengah, pembesaran


nnll (-)

Thorax

: Retraksi suprasternal (-), sela iga melebar (-),


spider nevi (-), bulu ketiak rontok (-)

Cor

Ictus cordis tak tampak

Pa : Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm medial linea


mid clavicula sinistra, tak melebar, tak kuat

17

angkat, pulsasi para sternal (-), sternal lift (-),


pulsasi epigastrial (-)
Pe : Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan : linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC V 2 cm medial linea mid clavicula
sinistra.
Konfigurasi jantung : dbn
Au : Suara Jantung : A1 < A2, P1 < P2, T1 > T2, M1 >
M2, SJ I-II : murni, bising(-), gallop (-).
Pulmo ( depan dan belakang )
I

: simetris statis dinamis

Pa : stem fremitus kanan = kiri


Pe : sonor seluruh lapangan paru
Au : SD vesikuler, ST (-)

Abdomen

: datar, venektasi (-), petechiae (-)

Au : bising usus (+) meningkat


Pe : timpani, pekak sisi (+) N, pekak alih (-), nyeri
ketok costovertebra kanan(+)
Pa : supel, hepar tidak teraba, lien tak teraba,nyeri tekan
supra pubik (-), ginjal kanan dan kiri tidak
teraba,nyeri tekan (-)

18

Genitalia
Ekstremitas

: dbn
superior

inferior

Oedem

-/-

-/-

Pucat

+/+

+/+

Petechiae

-/-

-/-

Akral dingin

-/-

-/-

Eritema palmaris

-/-

-/-

C. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 3 Juli 2003
Laboratorium Darah :
Hb

: 10,0 gr/dl

Ht

: 30,2 %

Lekosit

: 14.500/mm3

Eritrosit

: 3.530.000/mm3

Trombosit

: 168.000/l

Ureum

: 219 mg/dl (10-50)

Creatinin

: 6 mg/dl (0,5-1,1)

Na

: 134 mmol/l

: 4,1 mmol/l

Cl

: 107 mmol/l

GDS

: 80mg/dl

Kesan

: anemia, lekositosis, azotemia

Laboratorium urine :
pH

: 6,0

Lekosit

: 100/L

Nitrat

:-

19

Protein

: 25 mg/dL

Glukosa

: 50 mg/dL

Eritrosit

: 250 /L

Keton

:-

Urobilinogen

: normal

Bilirubin

:-

Warna

: kuning

Kekeruhan

: jernih

Sedimen urin :
Epitel

: 1-3 /LPK

Lekosit

: 1-2/LPB

Eritrosit

: 3-5/LPB

Kristal

:-

Kesan

: hematuria mikroskopis

Pemeriksaan Foto Polos Abdomen


- Preperitoneal Fat Line dan Psoas Line normal
- Kontur ginjal tak jelas
- Gambaran udara usus normal, Fecal mass (+)
- Tampak gambar opaq di cavum pelvis, oval, granuler.
- Struktur tulang baik
Kesan : Vesikolithiasis
Pemeriksaan Retrograde Pyelography
FPA

: - tampak kateter kiri terpasang setinggi sakrum III


- tampak kateter kanan terpasang setinggi sakrum V

RPG kanan : tampak kontras masuk melalui kateter mengisi PCS,


melebar, filling defect (-), aditional shadow (-), ureter
pelebaran (+), bendungan (-), kinking (+)
RPG kiri

: tampak konras masuk melalui kateter kiri menuju


PCS, melebar (+), fillimg defect (-), additional

20

shadow (-), ureter pelebaran (+), bendungan (-),


kinking (+).
Kesan
IV.

: Hidronefrosis dengan hidroureter dupleks

DIAGNOSIS
Vesikolithiasis dengan hidroureter dupleks dan hidronefrosis dupleks.

V.

TERAPI
Rencananya akan dilakukan USG prostat dan Bipoler Uretro
Cystography serta dikonsultasikan ke Bagian Bedah Urologi.

21

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada penderita ini ( laki-laki 60
vesikolithiasis

melalui

anamnesis,

tahun ) ditegakkan diagnosis

pemeriksaan

fisik

dan

pemeriksaan

penunjang .Dari anamnesis didapat keluhan kencing berwarna merah, mengejan


saat berkemih, nyeri pinggang kanan, terus menerus, tidak dijalarkan, mual, tidak
muntah, panas saat berkemih.
Nyeri pinggang kanan yang dirasakan secara terus menerus dapat disebabkan oleh kelainan yang terdapat di organ urogenital yang dirasakan sebagai
nyeri lokal yaitu nyeri yang dirasakan disekitar organ itu sendiri (ginjal kanan).
Pada pemeriksaan fisik

didapatkan nyeri ketok costovertebra

kanan .Hal ini menunjukkan lokasi organ (nyeri lokal ). Nyeri pinggang yang
terjadi dapat disebabkan karena regangan kapsul ginjal karena banyak hal antara
lain obstruksi saluran kemih yang mengakibatkan hidronefrosis. Pada kasus ini
nyeri pinggang dapat diakibatkan karena adanya hidronefrosis dan hidroureter.
Pemeriksaan penunjang pada penderita ini dilakukan pemeriksaan
laboratorium darah, didapatkan kesan anemis (Hb < 13 g/dl), adanya peningkatan
kreatinin (6 mg %) dan ureum meningkat (219 mg%), lekositosis (14.500/mm 3).
Dari pemeriksaan urin didapatkan hematuria mikroskopis. Peningkatan ureum dan
kretinin menunjukkan bahwa fungsi ginjal menurun, sehingga pada pasien tidak
dilakukan pemeriksaan IVP karena azotemia merupakan kontraindikasi dilakukan
IVP. Sedangkan keadaan lekositosis dan rasa panas saat berkemih (burning
sensation) menunjukkan adanya sistitis, yang bisa terjadi sebagai komplikasi dari
adanya batu di vesika urinaria.
Pada pemeriksaan BNO tampak bayangan radio opaq pada cavum
pelvis, single, dinding reguler, bentuk oval. Dan pada pemeriksaan dengan RPG
didapatkan gambaran batu pada vasika urinaria, ada gambaran kinking di kedua
ureter proksimal dengan kesan hidronefrosis dan hidroureter dupleks. Batu pada
vesika urinaria dan kinking pada kedua ureter ini dapat menyebabkan sumbatan
pada saluran kemih sehingga terjadi hidronefrosis dupleks dan hidroureter

22

dupleks. Pada penderita ini rencananya akan dilakukan USG prostat dan Bipoler
Uretro Cystography serta dikonsultasikan ke Bagian Bedah Urologi.

23

BAB V
KESIMPULAN
Seorang laki-laki 60 tahun datang ke RSDK dengan keluhan kencing
berwarna merah dan nyeri pinggang kanan. Setelah dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi berupa BNO dan RPG dupleks.
Pasien didiagnosis dengan vesikolithiasis dengan hidronefrosis dupleks

dan

hidroureter dupleks.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahardjo J.P, Tessy A. Batu Saluran Kencing. Dalam : Ilmu Penyakit


Dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI Jakarta ,1990: 336.
2. Wim De Jong ,Sjamsuhidajat R.Buku Ajar Ilmu Bedah .EGC .Jakarta
1997;1024-30
3. Graqinger RG ,Allison DJ .Diagnostic Radiology.Second Edition .Vol 2.
Churchil Livingstone 1992.
4. Budjang Nurlelo. Traktus Uurinaria. Dalam Radiologi Diagnostik. Rasad
S,Kartoleksono S, Ekayuda I.Ed FKUI Jakarta ,1998: 287-292.
5. Spirnak JP,Resnick MI .Urinary Stones .In Smiths General Urology ,52th
edition .A Lange medical Book ,1998 :275 279.
6. Bennet JC ,Plum F .Cecil Text Book of Medicine .WB Saunders
Company Philadelphia 1996;515 -24, 589-94,625 -26.
7. Davidsons Hartman .Radiology of Kidney .Fifth edtion .Volume I .Little
Brown and Lamp Boston ,USA1993 :729-34,811-9.
8. Scholtaeijer RJ ,Schroeder FH .Kolik Ginjal .Dalam Urologi Untuk
Praktek Umum Alih bahasa :R.Am.Soelarto .Jakarta :EGC,1996:85-95.
9. Resnick MI ,Novick AC .Urology Secrets .Info Acces and Distribution
Pte.Ltc. Singapore,Hanley and Belfus Inc 1995;10-21, 76-82, 239-40, 2446.
10. Scherier RW. Gotts Chaik CW .Disease of The Kidney .Fifth Edition
.Volume I. Little Brown and Lamp Boston, USA 1993: 729-34,811-9.
11. Purnomo BB .Batu Saluran Kemih .Dalam Buku Dasar-Dasar Urologi,
CV.Infomedika .Jakarta, 2000 ;65-73.

25

26

Anda mungkin juga menyukai