Anda di halaman 1dari 11

INSULASI PADA CONTAINER BEKAS

UNTUK KENYAMANAN THERMAL PADA


LOW-INCOME HOUSING DI JAKARTA
Miladini Prastiwi
Religiana Hendarti, Yosica Mariana
Jurusan Arsitektur Binus University, JL. K. H. Syahdan No. 9 Palmerah, Jakarta Barat, 021-5543287
Email: Miladinip@gmail.com

ABSTRAK
Gagasan penyelenggaraan hunian vertikal (rumah susun) diharapkan menjadi salah satu alternatif
penyediaan rumah untuk kebutuhan rumah penduduk dengan mengedepankan efisiensi lahan/ tanah
diperkotaan dan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Dan memperhatikan tentang kenyamanan
thermal agar penghuni rumah susun lebih nyaman terhadap tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini
untuk membuat model rumah susun dengan memanfaatkan container bekas dan prefabrikasi untuk
mempermudah pengadaan rumah susun. Dan menganalisis material-material yang cocok untuk
pelapis material container agar dapat meredam panas dan kebisingan. Metode yang digunakan untuk
pengujian bahan insulasi menggunakan Analisa dan Simulasi yang menggunakan program Ecotect
Analysis 2011. Dengan begitu material yang paling baik di gunakan untuk meredam panas pada
container bekas adalah penambahan material rockwool dan gypsum pada dinding dan panel wood
pada lantai.(MDP)
Keyword : Insulasi, Rumah Susun, Container

ABSTRACT
The idea of organizing vertical housing (flats) is expected to be one of the alternative provision of
houses for the needs of residents by promoting the efficiency of land for the low income community in
urban area. This research focused on thermal comfort that apartment dwellers can be more convenient
inside its place of residence. The purpose of this study is to simulated the optimum thermal comfort in
the used container to facilitate the procurement of flats. And also to analyse the materials that are
suitable for material container coating in order to reduce heat and noise. The method used for testing
insulation material is by deploying Ecotect Analysis program 2011. Thu, the most suitable material
used to reduce heat in the container used additional material is rock wool and gypsum on the wall
and wood panel on the floor. (MDP)
Keyword: Insulation, Flats, Container

PENDAHULUAN
Idealnya, sebuah bangunan mempunyai nilai estetis, untuk memberikan rasa aman (dari
gangguan alam dan manusia/makhluk lain), serta memberikan kenyamanan. Setiap bangunan
diharapkan dapat memberikan kenyamanan thermal, visual dan audio (Nugroho, 2011).
Sehingga kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia
dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual,
kenyamanan audio dan indoor air quality (di rumah, sekolah ataupun di kantor/tempat bekerja).
Szokolay dalam Manual of Tropical Housing and Building menyebutkan kenyamanan tergantung
pada variabel iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan
beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat
kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit.
Dengan permasalahan panas yang berlebih, bangunan tetap harus menciptakan kenyamanan
termal didalamnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan bahan-bahan insulasi, agar udara
panas dari luar ruangan dapat diredam perambatannya kedalam ruangan, sehingga ruang tersebut
dapat memenuhi kenyamanan termal yang dibutuhkan pada manusia.
Oleh karena itu, bahan-bahan insulasi tersebut akan diaplikasikan pada material container,
yang merupakan salah satu material yang dapat dengan mudah menyerap panas matahari langsung.
Pada penelitian ini aplikasi container dengan peredam panasnya (insulasi) akan dilakkukan pada
Rumah Susun untuk masyarakat ekonomi rendah.
Rumah Susun merupakan solusi terbaik untuk para masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dan karena pada saat ini harga tanah yang semakin lama
semakin memiliki angka yang sangat tinggi, sehingga lebih baik di dirikan rumah hunian yang
berbentuk vertikal. Sehingga dapat membantu para masyarakat berpenghasilan rendah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun rumusan masalah dalam perencanaan Low-income Housing ini adalah:
1.
Bagaimana bahan insulasi yang tepat untuk solusi pemenuhan kenyamanan termal dengan
menggunakan bahan bekas container yang mempunyai spesifikasi teknis (thermal
conductivity) sebesar 237 Wm1K1 untuk bangunan Rumah Susun?
2.
Bagaimana merencanakan Rumah Susun dengan menggunakan bahan bekas container ?
Tujuan penelitian dalam perencanaan adalah :
1.
Untuk mendapatkan bahan insulator yang tepat bagi kenyamanan thermal untuk bangunan
Rumah Susun.
2.
Untuk merencanakan bangunan Rumah Susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dengan menggunakan bahan bekas container.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembahasan maka lingkup pembahasan dibatasi sebagai
berikut:
a.
Kenyamanan termal untuk bangunan rumah tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
b.
Mempelajari variasi bahan insulator sebagai insulasi bahan kontainer bekas yang
terbuat dari alumunium yang mempunyai thermal conductivity sebesar 237 Wm1K1
c.
Perancangan rumah tinggal bagi masyarakat ekonomi berpenghasilan rendah.

METODE PENELITIAN
Untuk menjawab permasalahan yang telah dijabarkan pada Sub Bab 1.2 perumusan masalah,
metode penelitian yang akan dipergunakan berdasarkan data-data yang harus diperoleh adalah :

Survey dan Pengukuran

Metode survey dan pengukuran adalah untuk mendapatkan data :


1.
Lokasi Site
Jl. Raya rawa buntu, Bsd City, Tangerang Selatan.

Gambar 1. Lokasi Site


Sumber: Google Maps, diakses tanggal Juni 2015

2.

Perbandingan suhu luar ruangan dan dalam ruangan pada container dengan menggunakan
Lutron LM-8010 Anemometer + Humidity Meter + Light Meter + Thermometer

Metode Analisis
Metode simulasi untuk mendapatkan hasil kenyamanan thermal pada ruang container agar
menjadi tempat hunian yang nyaman sesuai dengan standarisasi kenyamanan thermal yang
berlaku.
Metode Analisis yang digunakan adalah Metode Perbandingan, metode ini membandingkan
beberapa material yang merupakan bahan insulasi sehingga dapat memberikan kenyamanan thermal
yang paling baik didalam ruangan tersebut.
Dengan menggunakan software Ecotect Analysis 2011 menjadi pilihan yang cukup signifikan
dalam perhitungan suhu di dalam ruangan agar mencapai standarisasi kenyamanan termal.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Pengukuran Lapangan
Analisa Suhu Dan Kenyamanan Thermal
Metode Pengukuran
Untuk menjawab permasalahan yang ada pada Sub Bab Rumusan Masalah, maka penulis
melakukan pengukuran langsung ke lapangan dengan menggunakan alat ukur suhu, kelembapan, dan
kecepatan udara.
Observasi yang dilakukan pada container bekas dengan mengukur suhu dalam ruangan
dengan menggunakan humidity/temperature meter untuk mengetahui perbedaan suhu yang berada di
dalam ruang container maupun di luar ruang container.

Gambar 2. Container Bekas


Hasil dan Pembahasan
Pengukuran dilakukan pada pukul 12.00 WIB dengan suhu luar ruangan 310C, sedangkan
hasil dari pengukuran suhu dalam ruangan mencapai 32,4oC,dimana kategori suhu dalam ruang ini
tidak nyaman bagi penghuni. Hal ini dijelaskan pada penjelasan tentang kenyamanan thermal yang
terdapat pada Standar Kenyamanan Termal, temperature ruangan yang sehat berkisar antara 18oC26oC menurut MENKES NO.261/MENKES/SK/II/1998 dan menurut SNI 03-6572-2001 standar
kenyamanan termal dalam kondisi sejuk aman berkisar antara 20,50C TE - 22,80C TE.
Dalam penelitian ini, akan menguji bahwa unit container yang merupakan alat pengiriman
barang dapat di aplikasikan menjadi tempat tinggal manusia yang nyaman dengan fasilitas-fasilitas
yang harus dipenuhi sesuai dengan peraturan pemerintah untuk bangunan Rumah Susun.
2. Simulasi
Simulasi Kenyamanan Thermal dengan Penggunaan Bahan Insulator
Metode Pengukuran
Metode pengukuran kenyamanan thermal dengan penggunaan bahan insulator menggunakan
software simulasi yang bernama Ecotect Analysis 2011. Simulasi ini digunakan untuk mengukur
perbedaan suhu didalam ruangan dan di luar ruangan. Penetapan material yang digunakan berdasarkan
standar dari thermal conductivity.
Hasil dan Pembahasan
a. Kondisi Awal
Hasil pengukuran kenyamanan thermal dengan menggunakan media simulasi program
ecotect analysis pada tahap awal, sebagai kajian untuk Rumah Susun dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaturan Kondisi Dalam Ruang

Gambar 3. Pengaturan Simulasi


Pada pengaturan ini, memperhatikan tentang faktor subyektif didalam ruangan. Seperti
pakaian yang digunakan, jumlah kapasitas manusia, kegunaan ruang, kecepatan angin dan
pencahayaan didalam ruangan tersebut.
2. Pengaturan Thermal

Gambar 4. Pengaturan Simulasi


Pada pengaturan ini, memperhatikan tentang faktor bukaan pada bangunan, standar suhu
nyaman dalam ruang, serta waktu pengoprasionalan ruangan.
3. Hasil SImulasi

Gambar 5. Kondisi Kenyamanan Thermal

Gambar 6. Potongan Material

Gambar 7. Grafik Kenyamanan Thermal

Dari simulasi diatas, Tabel 1. Memperlihatkan Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam
Ruangan.

Tabel 1. Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam Ruangan

Pada simulasi diatas,. Memperlihatkan Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam Ruangan
nilai rata-rata suhu didalam ruang sekitar 31,46oC dan untuk rata-rata suhu pada pukul 10 - 15
mencapai 38 oC memiliki perbedaan suhu sebesar 6,05 oC sehingga memerlukan bahan isolator
penahan panas agar mencapai standar kenyamanan thermal. Dan perbedaan suhu ruang dengan
standar kenyamanan termal sebesar 12 oC.
Pada hasil simulasi pertama, menyatakan bahwa meterial insulasi 1 tidak menghantarkan
panas dengan baik, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 37,91oC dan
perbedaan temperatur mencapai 5,9 oC jauh dari standar kenyamanan thermal. Dan suhu tertinggi
mencapai 40,3 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 30,2 oC pada pukul 5. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 11,91 oC.
Pada hasil simulasi kedua, menyatakan bahwa meterial insulasi, sehingga pada saat pukul 1015 kenaikan suhu rata-rata sebesar 31,68oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,3 oC. Dan suhu
tertinggi mencapai 33,5 oC pada pukul 13, sedangkan suhu terendah sebesar 28 oC pada pukul 6. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 5,68 oC.
Dari hasil simulasi ketiga, menyatakan bahwa meterial insulasi, sehingga pada saat pukul 10-15
kenaikan suhu rata-rata sebesar 33,75oC dan perbedaan temperatur mencapai 1,7 oC. Dan perbedaan
suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,75 oC.
Pada ketiga simulasi dapat disimpulkan pada bangunan container yang mendekati dengan
standarisasi kenyamanan thermal adalah material insulasi yang terdapat pada simulasi ke 2. Sekitar
pukul 10-18 suhu dalam ruangan lebih rendah dari pada suhu luar ruangan, karena bahan yang
digunakan dapat meredam panas didalam container dengan baik walaupun terkadang masih lebih
tinggi di banding suhu luar ruangan, maka ruangan memerlukan ventilasi silang yang baik untuk
memberikan sirkulasi udara yang optimal.
Sehingga pada saat pengaplikasian bukaan pada container suhu rata-rata yang dicapai pada
pukul 10-15 sebesar 30,01oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,5 oC. Dan suhu tertinggi
mencapai 30,9 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 25,8 oC pada pukul 00.
Dengan material insulasi sebagai berikut:

Gambar 8. Container dan Rock wool

Gambar 9. Gypsum dan Wood Particle Panels


Ukuran Standar Rumah Susun
Kisaran luas unit Rumah Susun pada umumnya minimal 18m2 dan paling besar adalah 50 m2.

Tabel 2. Tipe Unit Rumah Susun


Tipe Unit
Tipe 24 m2
Tipe ini biasanya untuk keluarga muda
atau seseorang yang belum memiliki
keluarga
Tipe 50 m2
Tipe ini untuk keluarga yang sudah
memiliki anak

Fasilitas
- 1 kamar tidur
- ruang tamu/keluarga
- kamar mandi
- dapur/pantry

- 2 kamar tidur
- ruang tamu / keluarga
- kamar mandi / WC
- dapur / pantry
- ruang makan

Sumber: Rosfian (2009)


Pada konsep perancangan ini, tipe bangunan yang sesuai dengan hasil analisis berdasarkan
besaran container yang sesuai adalah tipe 24m2 dan tipe 50m2.
Program Ruang
Rumah Susun dibuat dengan ketinggian 4 (empat) lantai, hal ini dipertimbangkan dari
transportasi vertikal menggunakan tangga.
Pada proyek ini, penggunaan setiap lantai sebagai berikut:
Lantai 1 digunakan untuk: hall, ruang serbaguna, Musholla, komersial, parkir motor, ruang
penjaga, ruang pengelola, ruang tidur difabel, ruang toilet, ruang genset, ruang pompa, ground
water tank (GWT), gudang, tangga dan taman.
Lantai 2-4 merupakan lantai tipikal, digunakan untuk: ruang-ruang unit keluarga, sirkulasi.
Lokasi Tapak
Letak lokasi proyek secara administratif berada dalam wilayah DKI Jakarta, Kelurahan
Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. Lokasi proyek tersebut berada di Jl. Moh. Asinie no
88-89, Semanan, Jakarta Barat. Lokasi ini berada dilama permukiman warga, yang mendekati dengan
jalan besar Gatot Subroto dan Terminal Kalideres.

Lokasi
Luas Lahan
Bentuk Lahan
Regulasi Lahan
Tata Ruang Lahan
Peruntukkan Lahan
Kontur Lahan

Tabel 3. Deskripsi Tapak


Jl. Moh. Asinie no 88-89, Semanan, Jakarta Barat
4.713,15 m2
Persegi panjang
KDB 50%, KLB 3.5, KB 16, KDH 30, KTB 55
Tipe massa bangunan tunggal
Perumahan Vertikal
Topografi lahan secara garis bedar relatif datar

Zoning
Bangunan Rumah Susun terdiri dari 4 Lantai, dengan penggunaan zoning vertikal sebagai
berikut :
1). Denah Lantai 1 Digunakan untuk ruang ruang sebagai berikut : Hall, ruang serba guna,
mushola, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang difabel,ruang toilet,
ruang genset, ruang pompa, Ground Water Tank (GWT), ruang gudang, tangga, dan taman.
2). Denah Lantai Tipikal 24 Merupakan denah tipikal, digunakan untuk ruangruang unit keluarga.
Lantai 2 terdiri dari 24 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama. Setiap lantai 3-4 terdiri
dari 12 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama
Sirkulasi Bangunan
Pola sirkulasi pada bangunan Rumah Susun ini terdiri dari sirkulasi horizontal dan sirkulasi
vertikal. Fungsi sirkulasi horizontal adalah menghubungkan ruang-ruang dalam setiap level lantai,
sedangkan sirkulasi vertikal untuk menghubungkan ruang antar level.

Sirkulasi yang akan diterapkan pada bangunan Rumah Susun adalah sirkulasi yang
menghubungkan antar single corridor. Sirkulasi yang dianggap paling baik dan efisien adalah
sirkulasi linear. Berikut merupakan beberapa tipe pola sirkulasi horizontal.

Tabel 4. Pola Sirkulasi Horizontal Ruang

Sumber: (D.K. Ching, Francis(1993) & Arsitektur: bentuk, ruang dan susunannya. Jakarta : Erlangga)
Dari Tabel di atas, maka sirkulasi yang akan diterapkan pada rumah susuun yaitu sirkulasi
linear, di mana pola ini memudahkan akses pencapaian ke unit-unit hunian. Untuk area lobby akan
diterapkan pola radial, dimana lobby menjadi titik pusat ruang-ruang lainnya. Untuk bagian koridor,
menggunakan sistem single loaded.
sistem sirkulasi vertikal di atas, menyimpulkan bahwa sirkulasi yang paling efektif dan efisien
bagi Rumah Susun adalah Tangga. Alasannya:
1. fleksibel, dapat digunakan kapan saja
2. murah, tidak menggunakan listrik
3. berfungsi efektif saat kebakaran
Tata Ruang
Tata ruang disusun berdasarkan bentuk selular (ruang disusun berjajar dengan disekat
dinding) dengan menggunakan sirkulasi Single Loaded Coridor. Dalam 1 lantai terdiri dari 1 baris
unit ruang keluarga yang dipisahkan dengan Inner Court (taman dalam). Setiap tower memiliki 2
tangga darurat agar pada saat evakuasi kebakaran penghuni Rumah Susun tidak berdesak-desakan.

Gambar 10. Tata Ruang Bangunan


Hunian

Koridor

Tangga

Analisa Container dan Sistem Struktur 4 lantai


sistem struktur bangunan pada Rumah Susun, maka menggunakan kombinasi struktur tiang
pancang. Pondasi tiang pancang dipilih karena kelebihannya yang tidak berdampak buruk bagi
lingkungan, serta memiliki kekokohan yang baik untuk bangunan bertingkat tinggi.

Jenis
Tiang Pancang

Bored pile

Tabel 2. Sistem Struktur Bawah


Kelebihan
Waktu pelaksanaan cepat
Relatif murah
Cocok untuk menahan beban vertikal

Pemasangan tidak berdampak buruk


bagi lingkungan, cocok dengan konsep

Kekurangan
Diperlukan ketelitian yang
tinggi, banyak sambungan,
dan kurang ekonomis bagi
hotel
Cenderung bising dan dapat
menimbulkan getaran
Jangka waktu pelaksanaan
lebih lama

wisma atlet
Memiliki kekuatan yang cukup untuk
bangunan bertingkat tinggi
Cocok untuk segala jenis tanah
Pondasi Rakit
Tahan gempa
Boros dalam pemakaian
(basement)
Ruang pada pondasi dapat difungsikan bahan,
sebagai asement/efisiensi lahan
Pelaksanaan sulit
Kedalaman sebesar volume yang
dipindahkan
Sumber: (Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi)
Konsep Perancangan Keseluruhan
Konsep Sustainable Modular Homes
Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam
bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya
alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan
lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan
tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf
pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya
untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Reduce
Reduce merupakan salah satu cara untuk mengurangi pemakaian sesuatu yang dapat
menyebabkan limbah baru. Sehingga pemanfaatan ini diterapkan pada material container bekas yang
didaur ulang agar dapat mengurangi limbah yang ada. Dan reduce dapat diwujudkan pada konsep
Green Design. Green design yang dimaksud adalah desain yang memperhatikan lingkungan hidup,
memperhatikan dampak terhadap kesehatan, menggunakan tumbuhan atau tanaman untuk
menetralkan udara dan memproduksi o2, system sanitasi dan penampungan air hujan. Konsep green
design diaplikasikan pada, urban farming yang dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari
dan penetralan udara serta memproduksi o2. Sistem penampungan air hujan yang dipergunakan untuk
pengairan pada tanaman yang berada disekitar bangunan serta urban farming.
Recycle
Recycle merupakan sistem daur ulang bahan-bahan yang telah dipergunakan. Recycle dapat
di wujudkan pada konsep Sustainable Design. Sustainable Design itu sendiri merupakan usaha untuk
memperhatikan seluruh aspek desain mulai dari perancangan, eksekusi, pemilihan material, dan
pendaur ulangan. Pengaplikasian pada konsep ini dengan memilih material yang memiliki dampak
samping yang rendah, misalnya menggunakan bahan-bahan alam seperti kayu. Mendaur ulang sampah
yang akan dimanfaatkan untuk pupuk pada urban farming.
Urban Farming
Urban Farming yang diberikan FAO, Sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan
memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian
konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan
mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan
ternak.

Gambar 11. Urban Farming


Manfaat Urban farming:
1.
Urban Farming memberikan kontribusi penyelamatan lingkungan dengan pengelolaan
sampah Reuse dan Recycle,
2.
Membantu menciptakan kota yang bersih dengan pelaksaan 3 R (reuse, reduse, recycle)
untuk pengelolaan sampah kota,

3.
4.
5.
6.
7.

Dapat menghasilkan O2 dan meningkatkan kualitas lingkungan kota,


Meningkatkan Estetika Kota,
Mengurangi biaya dengan penghematan biaya transportasi dan pengemasan,
Bahan pangan lebih segar pada saat sampai ke konsumen yang merupakan orang kota,
Menjadi penghasilan tambahan penduduk kota.

Memanen Air Hujan


Memanen air hujan merupakan alternative sumber air yang sudah dipraktekkan selama
berabad-abad di berbagai negara yang sering mengalami kekurangan air (Chao-Hsien Liaw & YaoLung Tsai, 2004). Air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk multi tujuan seperti menyiram
tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas air tersebut
memenuhi standar kesehatan (Sharpe, William E., & Swistock, Bryan, 2008; Worm, Janette & van
Hattum, Tim, 2006).

Gambar 12. Memanen Air Hujan


Secara ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk konservasi air (Worm,
Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
1. Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah
sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan merupakan
alternatif yang bermanfaat.
2.
Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat fluktuatif.
Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat kualitas air permukaan,
seperti air danau atau sungai, menjadi rendah selama musim hujan.
3.
Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai. Mengumpulkan dan
menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses terhadap persediaan air dan berdampak
positif pada kesehatan serta memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap sumber air
alternatif ini.
4.
Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia misalnya
masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan kualitas air hujan secara
umum relatif baik.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable Energi Use adalah
desain berkelanjutan merupakan filosofi desain yang berusaha untuk memaksimalkan kualitas
lingkungan dengan memanfaatkan energi yang ada .
Jalan Semanan, Jakarta Barat merupakan salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk
Rumah Susun yang bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kawasan tersebut berada di dekat jalan
raya besar menuju Kalideres dan Jakarta.
Dewasa ini, banyaknya isu tentang pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya
peningkatan suhu bumi, dan iklim yang tidak menentu. Dan karena pada saat ini lahan semakin lama
semakin meningkat harga jualnya, maka akan merancang Rumah Susun yang dapat dijangkau oleh
masyarakat berpenghasilan rendah.
Dalam perancangan Rumah Susun di Jakarta Barat memiliki kebutuhan ruang container yaitu
single room dan double room dan diperuntukkan kalangan keluarga baru dan keluarga berketurunan.
Dimana ruang-ruang unit kamar ini berbentuk seperti container, dengan kebutuhan ruang unit kamar
dan unit kamar mandi. Unit single room memiliki jumlah kamar setiap tower 24 kamar dengan dan
double room memiliki jumlah kamar 20 kamar. Total keseluruhan jumlah unit kamar adalah 44 kamar
setiap tower.
Dalam perancangan sebuah Rumah Susun bisa dapat berkembang untuk mecapai kriteria
perancangan dalam kenyamanan termal dan menyesuaikan dengan peraturan pemerintah. Konsep

perencanaan dan perancangan sebagai hasil analisa dilakukan untuk menjawab permasalahan proses
desain yang akan dirancang dengan bukaan dan material insulator yang digunakan.
Untuk mencapai standarisasi kenyamanan termal yang dipergunakan pada material container
melalu beberapa tahap simulasi yaitu:
1.
Menggunakan material insulasi 1 tanpa menggunakan air gap tidak menghantarkan panas
dengan baik, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 37,91oC dan
perbedaan temperatur mencapai 5,9 oC jauh dari standar kenyamanan thermal. Dan suhu
tertinggi mencapai 40,3 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 30,2 oC pada
pukul 5. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 11,91 oC.
2.
Menggunakan meterial insulasi 2 tanpa air gap, pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu ratarata sebesar 31,68oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,3 oC. Dan suhu tertinggi
mencapai 33,5 oC pada pukul 13, sedangkan suhu terendah sebesar 28 oC pada pukul 6. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 5,68 oC.
3.
Menggunakan meterial insulasi 3 tanpa air gap, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan
suhu rata-rata sebesar 33,75oC dan perbedaan temperatur mencapai 1,7 oC. Dan perbedaan
suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,75 oC.
4.
Menggunakan meterial insulasi 2 dengan air gap pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu ratarata sebesar 32,06oC dan perbedaan temperatur mencapai 0,05. Dan suhu tertinggi mencapai
31,5 oC pada pukul 11, sedangkan suhu terendah sebesar 26,6 oC pada pukul 00. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 6,0 oC.
5.
Menggunakan meterial insulasi 3 dengan air gap, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan
suhu rata-rata sebesar 33,03oC dan perbedaan temperatur mencapai 1. Dan suhu tertinggi
mencapai 34,2 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 26,5 oC pada pukul 5.
Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,03oC.
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa simulasi material yang digunakan adalah pada
simulasi 2 menggunakan air gap dengan bahan peredam panas yaitu, Sisi Lantai :Aluminium (205
W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Wood Particle Panels. Sisi Dinding:
Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Gypsum (0.17 W/(m.K)).
Sisi Atap: Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Gypsum (0.17
W/(m.K)) suhu rata-rata yang didapat didalam ruang sebesar 30,00oC. Dan perbedaan suhu ruang
dengan standar kenyamanan termal sebesar 4oC.
Konsep yang digunakan dalam perancangan adalah sustainable design dan green
design,dengan memikirkan efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi
penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
Saran
Saran-saran yang diberikan oleh penulis ditujukan pada mahasiswa Tugas Akhir periode
selanjutnya, Dosen Pembimbing dan pada Binus University. Saran-saran ini diberikan dengan tujuan
agar Tugas Akhir selanjutnya dapat dijalankan dengan lebih baik lagi.
Mahasiswa Tugas Akhir Periode Selanjutnya
Saran-saran yang dapat diberikan pada mahasiswa Tugas Akhir periode selanjutnya yaitu sebagai
berikut :
1. Mahasiswa sebaiknya membuat time schedule sendiri dan memiliki tekad untuk memenuhi jadwal
tersebut. Hal ini sangat membantu agar penyusunan paper Tugas Akhir dapat berjalan baik dan
tidak mengalami kekurangan.
2. Mahasiswa sebaiknya segera menentukan judul proyek Tugas Akhir dan segera melakukan
survey lokasi, sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan analisa.
3. Mahasiswa sebaiknya memanfaatkan waktu asistensi dengan Dosen Pembimbing sebaik-baiknya
dan aktif bertanya dan menanggapi masukan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing.
4. Mahasiswa sebaiknya memiliki catatan pribadi yang berisikan poin-poin penting dari setiap data
yang diperoleh, sehingga akan memudahkan dalam proses analisa.
Binus University
Pihak Jurusan Arsitektur Binus University telah banyak membant penulis dalam penyusunan paper
Tugas Akhir ini. Keterlibatan Jurusan mulai dari masa persiapan Tugas Akhir, masa bimbingan dan
studio, hingga proses penyusunan Tugas Akhir ini selesai. Adapun saran yang ingin diberikan kepada
pihak Jurusan Arsitektur Binus University yaitu:
1. Memberikan gambaran penulisan paper Tugas Akhir sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya
sehingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan dalam proses penulisan.

2.

3.

Mengadakan pertemuan antar Dosen Pembimbing dan Pengurus Tugas Akhir perihal menyatukan
pemikiran mengenai Tugas Akhir ini, karena perbedaan pendapat Dosen-Dosen Pembimbing
membuat mahasiswa-mahasiswi kebingungan.
Mengadakan pertemuan bersama, misalnya beberapa minggu sekali untuk menyampaikan
informasi terbaru.

DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Burl E. Dishongh, Pokok-pokok teknologi Struktur untuk Kontruksi dan arsitektur, penerbit
Erlangga, 2004.
Jurnal:
Chao-Hsien Liaw and Yao-Lung Tsai, 2004, Optimum Storage Volume of Rooftop Rain Water
Harvesting System for Domestic Use, Journal of the American Water Resources Association;
Aug 2004; 40, 4; Proquest Agriculture Journals pg. 901.
Sharpe, William E. and Swistock, Bryan., 2008, Household Water Conservation, College of
Agricultural Sciences, Agricultural Research and Cooperative Extension College of Agricultural
Sciences, The Pennsylvania State University.
Thomas, Terry, tanpa tahun, Rainwater Harvesting: Practical Action, School of Engineering,
University of Warwick, Coventry CV4 7AL, UK.
Peraturan Daerah:
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 60/PRT/m/1992 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah Susun Umum Bertingkat Tinggi.
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/sick-building-syndrome.html
http://www.epanel.co.id/peredam-panas/panel-dinding-atap-peredam-panas/
http://www.engineeringtoolbox.com/thermal-conductivity-d_429.html
http://www.engineeringtoolbox.com/insulation-temperatures-d_922.html
http://data.go.id/dataset/suhu-udara-menurut-bulan-dki-jakarta/resource/1ca247ca-6d92-467cae13-ff3f35baad6c

RIWAYAT HIDUP
Miladini Prastiwi lahir di Tangerang pada tanggal 16 Mei 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1
di Bina Nusantara University dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014/2015.

Anda mungkin juga menyukai