ABSTRAK
Gagasan penyelenggaraan hunian vertikal (rumah susun) diharapkan menjadi salah satu alternatif
penyediaan rumah untuk kebutuhan rumah penduduk dengan mengedepankan efisiensi lahan/ tanah
diperkotaan dan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Dan memperhatikan tentang kenyamanan
thermal agar penghuni rumah susun lebih nyaman terhadap tempat tinggalnya. Tujuan penelitian ini
untuk membuat model rumah susun dengan memanfaatkan container bekas dan prefabrikasi untuk
mempermudah pengadaan rumah susun. Dan menganalisis material-material yang cocok untuk
pelapis material container agar dapat meredam panas dan kebisingan. Metode yang digunakan untuk
pengujian bahan insulasi menggunakan Analisa dan Simulasi yang menggunakan program Ecotect
Analysis 2011. Dengan begitu material yang paling baik di gunakan untuk meredam panas pada
container bekas adalah penambahan material rockwool dan gypsum pada dinding dan panel wood
pada lantai.(MDP)
Keyword : Insulasi, Rumah Susun, Container
ABSTRACT
The idea of organizing vertical housing (flats) is expected to be one of the alternative provision of
houses for the needs of residents by promoting the efficiency of land for the low income community in
urban area. This research focused on thermal comfort that apartment dwellers can be more convenient
inside its place of residence. The purpose of this study is to simulated the optimum thermal comfort in
the used container to facilitate the procurement of flats. And also to analyse the materials that are
suitable for material container coating in order to reduce heat and noise. The method used for testing
insulation material is by deploying Ecotect Analysis program 2011. Thu, the most suitable material
used to reduce heat in the container used additional material is rock wool and gypsum on the wall
and wood panel on the floor. (MDP)
Keyword: Insulation, Flats, Container
PENDAHULUAN
Idealnya, sebuah bangunan mempunyai nilai estetis, untuk memberikan rasa aman (dari
gangguan alam dan manusia/makhluk lain), serta memberikan kenyamanan. Setiap bangunan
diharapkan dapat memberikan kenyamanan thermal, visual dan audio (Nugroho, 2011).
Sehingga kenyamanan thermal adalah salah satu hal sangat dibutuhkan tubuh agar manusia
dapat beraktifitas dengan baik selain faktor kenyamanan lainnya yaitu kenyamanan visual,
kenyamanan audio dan indoor air quality (di rumah, sekolah ataupun di kantor/tempat bekerja).
Szokolay dalam Manual of Tropical Housing and Building menyebutkan kenyamanan tergantung
pada variabel iklim (matahari/radiasinya, suhu udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin) dan
beberapa faktor individual/subyektif seperti pakaian, aklimatisasi, usia dan jenis kelamin, tingkat
kegemukan, tingkat kesehatan, jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi, serta warna kulit.
Dengan permasalahan panas yang berlebih, bangunan tetap harus menciptakan kenyamanan
termal didalamnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan bahan-bahan insulasi, agar udara
panas dari luar ruangan dapat diredam perambatannya kedalam ruangan, sehingga ruang tersebut
dapat memenuhi kenyamanan termal yang dibutuhkan pada manusia.
Oleh karena itu, bahan-bahan insulasi tersebut akan diaplikasikan pada material container,
yang merupakan salah satu material yang dapat dengan mudah menyerap panas matahari langsung.
Pada penelitian ini aplikasi container dengan peredam panasnya (insulasi) akan dilakkukan pada
Rumah Susun untuk masyarakat ekonomi rendah.
Rumah Susun merupakan solusi terbaik untuk para masyarakat berpenghasilan rendah untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Dan karena pada saat ini harga tanah yang semakin lama
semakin memiliki angka yang sangat tinggi, sehingga lebih baik di dirikan rumah hunian yang
berbentuk vertikal. Sehingga dapat membantu para masyarakat berpenghasilan rendah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun rumusan masalah dalam perencanaan Low-income Housing ini adalah:
1.
Bagaimana bahan insulasi yang tepat untuk solusi pemenuhan kenyamanan termal dengan
menggunakan bahan bekas container yang mempunyai spesifikasi teknis (thermal
conductivity) sebesar 237 Wm1K1 untuk bangunan Rumah Susun?
2.
Bagaimana merencanakan Rumah Susun dengan menggunakan bahan bekas container ?
Tujuan penelitian dalam perencanaan adalah :
1.
Untuk mendapatkan bahan insulator yang tepat bagi kenyamanan thermal untuk bangunan
Rumah Susun.
2.
Untuk merencanakan bangunan Rumah Susun bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dengan menggunakan bahan bekas container.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembahasan maka lingkup pembahasan dibatasi sebagai
berikut:
a.
Kenyamanan termal untuk bangunan rumah tinggal bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
b.
Mempelajari variasi bahan insulator sebagai insulasi bahan kontainer bekas yang
terbuat dari alumunium yang mempunyai thermal conductivity sebesar 237 Wm1K1
c.
Perancangan rumah tinggal bagi masyarakat ekonomi berpenghasilan rendah.
METODE PENELITIAN
Untuk menjawab permasalahan yang telah dijabarkan pada Sub Bab 1.2 perumusan masalah,
metode penelitian yang akan dipergunakan berdasarkan data-data yang harus diperoleh adalah :
2.
Perbandingan suhu luar ruangan dan dalam ruangan pada container dengan menggunakan
Lutron LM-8010 Anemometer + Humidity Meter + Light Meter + Thermometer
Metode Analisis
Metode simulasi untuk mendapatkan hasil kenyamanan thermal pada ruang container agar
menjadi tempat hunian yang nyaman sesuai dengan standarisasi kenyamanan thermal yang
berlaku.
Metode Analisis yang digunakan adalah Metode Perbandingan, metode ini membandingkan
beberapa material yang merupakan bahan insulasi sehingga dapat memberikan kenyamanan thermal
yang paling baik didalam ruangan tersebut.
Dengan menggunakan software Ecotect Analysis 2011 menjadi pilihan yang cukup signifikan
dalam perhitungan suhu di dalam ruangan agar mencapai standarisasi kenyamanan termal.
Dari simulasi diatas, Tabel 1. Memperlihatkan Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam
Ruangan.
Pada simulasi diatas,. Memperlihatkan Perbandingan Suhu Luar Dan Suhu Dalam Ruangan
nilai rata-rata suhu didalam ruang sekitar 31,46oC dan untuk rata-rata suhu pada pukul 10 - 15
mencapai 38 oC memiliki perbedaan suhu sebesar 6,05 oC sehingga memerlukan bahan isolator
penahan panas agar mencapai standar kenyamanan thermal. Dan perbedaan suhu ruang dengan
standar kenyamanan termal sebesar 12 oC.
Pada hasil simulasi pertama, menyatakan bahwa meterial insulasi 1 tidak menghantarkan
panas dengan baik, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 37,91oC dan
perbedaan temperatur mencapai 5,9 oC jauh dari standar kenyamanan thermal. Dan suhu tertinggi
mencapai 40,3 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 30,2 oC pada pukul 5. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 11,91 oC.
Pada hasil simulasi kedua, menyatakan bahwa meterial insulasi, sehingga pada saat pukul 1015 kenaikan suhu rata-rata sebesar 31,68oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,3 oC. Dan suhu
tertinggi mencapai 33,5 oC pada pukul 13, sedangkan suhu terendah sebesar 28 oC pada pukul 6. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 5,68 oC.
Dari hasil simulasi ketiga, menyatakan bahwa meterial insulasi, sehingga pada saat pukul 10-15
kenaikan suhu rata-rata sebesar 33,75oC dan perbedaan temperatur mencapai 1,7 oC. Dan perbedaan
suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,75 oC.
Pada ketiga simulasi dapat disimpulkan pada bangunan container yang mendekati dengan
standarisasi kenyamanan thermal adalah material insulasi yang terdapat pada simulasi ke 2. Sekitar
pukul 10-18 suhu dalam ruangan lebih rendah dari pada suhu luar ruangan, karena bahan yang
digunakan dapat meredam panas didalam container dengan baik walaupun terkadang masih lebih
tinggi di banding suhu luar ruangan, maka ruangan memerlukan ventilasi silang yang baik untuk
memberikan sirkulasi udara yang optimal.
Sehingga pada saat pengaplikasian bukaan pada container suhu rata-rata yang dicapai pada
pukul 10-15 sebesar 30,01oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,5 oC. Dan suhu tertinggi
mencapai 30,9 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 25,8 oC pada pukul 00.
Dengan material insulasi sebagai berikut:
Fasilitas
- 1 kamar tidur
- ruang tamu/keluarga
- kamar mandi
- dapur/pantry
- 2 kamar tidur
- ruang tamu / keluarga
- kamar mandi / WC
- dapur / pantry
- ruang makan
Lokasi
Luas Lahan
Bentuk Lahan
Regulasi Lahan
Tata Ruang Lahan
Peruntukkan Lahan
Kontur Lahan
Zoning
Bangunan Rumah Susun terdiri dari 4 Lantai, dengan penggunaan zoning vertikal sebagai
berikut :
1). Denah Lantai 1 Digunakan untuk ruang ruang sebagai berikut : Hall, ruang serba guna,
mushola, komersial, parkir motor, ruang penjaga, ruang pengelola, ruang difabel,ruang toilet,
ruang genset, ruang pompa, Ground Water Tank (GWT), ruang gudang, tangga, dan taman.
2). Denah Lantai Tipikal 24 Merupakan denah tipikal, digunakan untuk ruangruang unit keluarga.
Lantai 2 terdiri dari 24 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama. Setiap lantai 3-4 terdiri
dari 12 unit ruang keluarga dan 2 unit ruang bersama
Sirkulasi Bangunan
Pola sirkulasi pada bangunan Rumah Susun ini terdiri dari sirkulasi horizontal dan sirkulasi
vertikal. Fungsi sirkulasi horizontal adalah menghubungkan ruang-ruang dalam setiap level lantai,
sedangkan sirkulasi vertikal untuk menghubungkan ruang antar level.
Sirkulasi yang akan diterapkan pada bangunan Rumah Susun adalah sirkulasi yang
menghubungkan antar single corridor. Sirkulasi yang dianggap paling baik dan efisien adalah
sirkulasi linear. Berikut merupakan beberapa tipe pola sirkulasi horizontal.
Sumber: (D.K. Ching, Francis(1993) & Arsitektur: bentuk, ruang dan susunannya. Jakarta : Erlangga)
Dari Tabel di atas, maka sirkulasi yang akan diterapkan pada rumah susuun yaitu sirkulasi
linear, di mana pola ini memudahkan akses pencapaian ke unit-unit hunian. Untuk area lobby akan
diterapkan pola radial, dimana lobby menjadi titik pusat ruang-ruang lainnya. Untuk bagian koridor,
menggunakan sistem single loaded.
sistem sirkulasi vertikal di atas, menyimpulkan bahwa sirkulasi yang paling efektif dan efisien
bagi Rumah Susun adalah Tangga. Alasannya:
1. fleksibel, dapat digunakan kapan saja
2. murah, tidak menggunakan listrik
3. berfungsi efektif saat kebakaran
Tata Ruang
Tata ruang disusun berdasarkan bentuk selular (ruang disusun berjajar dengan disekat
dinding) dengan menggunakan sirkulasi Single Loaded Coridor. Dalam 1 lantai terdiri dari 1 baris
unit ruang keluarga yang dipisahkan dengan Inner Court (taman dalam). Setiap tower memiliki 2
tangga darurat agar pada saat evakuasi kebakaran penghuni Rumah Susun tidak berdesak-desakan.
Koridor
Tangga
Jenis
Tiang Pancang
Bored pile
Kekurangan
Diperlukan ketelitian yang
tinggi, banyak sambungan,
dan kurang ekonomis bagi
hotel
Cenderung bising dan dapat
menimbulkan getaran
Jangka waktu pelaksanaan
lebih lama
wisma atlet
Memiliki kekuatan yang cukup untuk
bangunan bertingkat tinggi
Cocok untuk segala jenis tanah
Pondasi Rakit
Tahan gempa
Boros dalam pemakaian
(basement)
Ruang pada pondasi dapat difungsikan bahan,
sebagai asement/efisiensi lahan
Pelaksanaan sulit
Kedalaman sebesar volume yang
dipindahkan
Sumber: (Juwana, Jimmy S. (2005). Panduan Sistem Bangunan Tinggi)
Konsep Perancangan Keseluruhan
Konsep Sustainable Modular Homes
Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam
bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya
alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan
lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan
tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf
pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya
untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.
Reduce
Reduce merupakan salah satu cara untuk mengurangi pemakaian sesuatu yang dapat
menyebabkan limbah baru. Sehingga pemanfaatan ini diterapkan pada material container bekas yang
didaur ulang agar dapat mengurangi limbah yang ada. Dan reduce dapat diwujudkan pada konsep
Green Design. Green design yang dimaksud adalah desain yang memperhatikan lingkungan hidup,
memperhatikan dampak terhadap kesehatan, menggunakan tumbuhan atau tanaman untuk
menetralkan udara dan memproduksi o2, system sanitasi dan penampungan air hujan. Konsep green
design diaplikasikan pada, urban farming yang dimanfaatkan untuk kebutuhan masyarakat sehari-hari
dan penetralan udara serta memproduksi o2. Sistem penampungan air hujan yang dipergunakan untuk
pengairan pada tanaman yang berada disekitar bangunan serta urban farming.
Recycle
Recycle merupakan sistem daur ulang bahan-bahan yang telah dipergunakan. Recycle dapat
di wujudkan pada konsep Sustainable Design. Sustainable Design itu sendiri merupakan usaha untuk
memperhatikan seluruh aspek desain mulai dari perancangan, eksekusi, pemilihan material, dan
pendaur ulangan. Pengaplikasian pada konsep ini dengan memilih material yang memiliki dampak
samping yang rendah, misalnya menggunakan bahan-bahan alam seperti kayu. Mendaur ulang sampah
yang akan dimanfaatkan untuk pupuk pada urban farming.
Urban Farming
Urban Farming yang diberikan FAO, Sebuah industri yang memproduksi, memproses, dan
memasarkan produk dan bahan bakar nabati, terutama dalam menanggapi permintaan harian
konsumen di dalam perkotaan, yang menerapkan metode produksi intensif, memanfaatkan dan
mendaur ulang sumber daya dan limbah perkotaan untuk menghasilkan beragam tanaman dan hewan
ternak.
3.
4.
5.
6.
7.
perencanaan dan perancangan sebagai hasil analisa dilakukan untuk menjawab permasalahan proses
desain yang akan dirancang dengan bukaan dan material insulator yang digunakan.
Untuk mencapai standarisasi kenyamanan termal yang dipergunakan pada material container
melalu beberapa tahap simulasi yaitu:
1.
Menggunakan material insulasi 1 tanpa menggunakan air gap tidak menghantarkan panas
dengan baik, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu rata-rata sebesar 37,91oC dan
perbedaan temperatur mencapai 5,9 oC jauh dari standar kenyamanan thermal. Dan suhu
tertinggi mencapai 40,3 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 30,2 oC pada
pukul 5. Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 11,91 oC.
2.
Menggunakan meterial insulasi 2 tanpa air gap, pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu ratarata sebesar 31,68oC dan perbedaan temperatur mencapai -0,3 oC. Dan suhu tertinggi
mencapai 33,5 oC pada pukul 13, sedangkan suhu terendah sebesar 28 oC pada pukul 6. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 5,68 oC.
3.
Menggunakan meterial insulasi 3 tanpa air gap, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan
suhu rata-rata sebesar 33,75oC dan perbedaan temperatur mencapai 1,7 oC. Dan perbedaan
suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,75 oC.
4.
Menggunakan meterial insulasi 2 dengan air gap pada saat pukul 10-15 kenaikan suhu ratarata sebesar 32,06oC dan perbedaan temperatur mencapai 0,05. Dan suhu tertinggi mencapai
31,5 oC pada pukul 11, sedangkan suhu terendah sebesar 26,6 oC pada pukul 00. Dan
perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 6,0 oC.
5.
Menggunakan meterial insulasi 3 dengan air gap, sehingga pada saat pukul 10-15 kenaikan
suhu rata-rata sebesar 33,03oC dan perbedaan temperatur mencapai 1. Dan suhu tertinggi
mencapai 34,2 oC pada pukul 12, sedangkan suhu terendah sebesar 26,5 oC pada pukul 5.
Dan perbedaan suhu ruang dengan standar kenyamanan termal sebesar 7,03oC.
Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa simulasi material yang digunakan adalah pada
simulasi 2 menggunakan air gap dengan bahan peredam panas yaitu, Sisi Lantai :Aluminium (205
W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Wood Particle Panels. Sisi Dinding:
Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Gypsum (0.17 W/(m.K)).
Sisi Atap: Aluminium (205 W/(m.K)), Air Gap, Rock Wool (0.045 W/(m.K)), Air Gap, Gypsum (0.17
W/(m.K)) suhu rata-rata yang didapat didalam ruang sebesar 30,00oC. Dan perbedaan suhu ruang
dengan standar kenyamanan termal sebesar 4oC.
Konsep yang digunakan dalam perancangan adalah sustainable design dan green
design,dengan memikirkan efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi
penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
Saran
Saran-saran yang diberikan oleh penulis ditujukan pada mahasiswa Tugas Akhir periode
selanjutnya, Dosen Pembimbing dan pada Binus University. Saran-saran ini diberikan dengan tujuan
agar Tugas Akhir selanjutnya dapat dijalankan dengan lebih baik lagi.
Mahasiswa Tugas Akhir Periode Selanjutnya
Saran-saran yang dapat diberikan pada mahasiswa Tugas Akhir periode selanjutnya yaitu sebagai
berikut :
1. Mahasiswa sebaiknya membuat time schedule sendiri dan memiliki tekad untuk memenuhi jadwal
tersebut. Hal ini sangat membantu agar penyusunan paper Tugas Akhir dapat berjalan baik dan
tidak mengalami kekurangan.
2. Mahasiswa sebaiknya segera menentukan judul proyek Tugas Akhir dan segera melakukan
survey lokasi, sehingga memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan analisa.
3. Mahasiswa sebaiknya memanfaatkan waktu asistensi dengan Dosen Pembimbing sebaik-baiknya
dan aktif bertanya dan menanggapi masukan yang diberikan oleh Dosen Pembimbing.
4. Mahasiswa sebaiknya memiliki catatan pribadi yang berisikan poin-poin penting dari setiap data
yang diperoleh, sehingga akan memudahkan dalam proses analisa.
Binus University
Pihak Jurusan Arsitektur Binus University telah banyak membant penulis dalam penyusunan paper
Tugas Akhir ini. Keterlibatan Jurusan mulai dari masa persiapan Tugas Akhir, masa bimbingan dan
studio, hingga proses penyusunan Tugas Akhir ini selesai. Adapun saran yang ingin diberikan kepada
pihak Jurusan Arsitektur Binus University yaitu:
1. Memberikan gambaran penulisan paper Tugas Akhir sebaik-baiknya dan sejelas-jelasnya
sehingga mahasiswa tidak melakukan kesalahan dalam proses penulisan.
2.
3.
Mengadakan pertemuan antar Dosen Pembimbing dan Pengurus Tugas Akhir perihal menyatukan
pemikiran mengenai Tugas Akhir ini, karena perbedaan pendapat Dosen-Dosen Pembimbing
membuat mahasiswa-mahasiswi kebingungan.
Mengadakan pertemuan bersama, misalnya beberapa minggu sekali untuk menyampaikan
informasi terbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Burl E. Dishongh, Pokok-pokok teknologi Struktur untuk Kontruksi dan arsitektur, penerbit
Erlangga, 2004.
Jurnal:
Chao-Hsien Liaw and Yao-Lung Tsai, 2004, Optimum Storage Volume of Rooftop Rain Water
Harvesting System for Domestic Use, Journal of the American Water Resources Association;
Aug 2004; 40, 4; Proquest Agriculture Journals pg. 901.
Sharpe, William E. and Swistock, Bryan., 2008, Household Water Conservation, College of
Agricultural Sciences, Agricultural Research and Cooperative Extension College of Agricultural
Sciences, The Pennsylvania State University.
Thomas, Terry, tanpa tahun, Rainwater Harvesting: Practical Action, School of Engineering,
University of Warwick, Coventry CV4 7AL, UK.
Peraturan Daerah:
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 60/PRT/m/1992 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan
Rumah Susun Umum Bertingkat Tinggi.
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/07/sick-building-syndrome.html
http://www.epanel.co.id/peredam-panas/panel-dinding-atap-peredam-panas/
http://www.engineeringtoolbox.com/thermal-conductivity-d_429.html
http://www.engineeringtoolbox.com/insulation-temperatures-d_922.html
http://data.go.id/dataset/suhu-udara-menurut-bulan-dki-jakarta/resource/1ca247ca-6d92-467cae13-ff3f35baad6c
RIWAYAT HIDUP
Miladini Prastiwi lahir di Tangerang pada tanggal 16 Mei 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1
di Bina Nusantara University dalam bidang Arsitektur pada tahun 2014/2015.