Anda di halaman 1dari 3

..

: SAMBUNG RASA DAN PERCAYA DIRI


dr. T.A. Larasati, M. Kes | dr. Hanna Mutiara
A. TEMA
Sambung Rasa dan Percaya Diri
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan sambung rasa dan percaya diri.
C. ALAT DAN BAHAN

Kursi dokter dan pasien

Meja dokter

D. SKENARIO
Zaskia, 19 tahun,

datang kepada anda yang sedang bertugas di klinik dokter

keluarga. Pasien merasa cemas dan sulit tidur selama menghadapi ujian semester.
Zaskia mengaku keluhan ini sering muncul bila menjelang ujian. Anda sebagai dokter
keluarga diharapkan dapat melakukan sambung rasa dengan baik dan percaya diri.
E. DASAR TEORI
1. Sambung Rasa
Keterampilan komunikasi sangat penting dimiliki oleh dokter yang dalam tugasnya
harus mengumpulkan informasi dari seseorang atau sekelompok orang. Dengan
komunikasi yang sederhana, cepat, dan efektif maka akan diperoleh informasi
yang akurat. Banyak kelemahan hasil anamnesis (wawancara) disebabkan
keterampilan komunikasi yang kurang memadai serta sikap dokter yang kurang
memperhatikan

aspek

psikologis

pasien.

Atas

kenyataan

tersebut,

maka

keterampilan komunikasi akan sangat membantu dalam melakukan tugas sebagai


dokter.
Komunikasi secara garis besar adalah proses penyampaian sinyal dan pesan.
Komunikasi dalam dunia medis berbeda dengan komunikasi dalam bidang lain
dilihat dari tiga aspek:
a. Berkaitan dengan hal yang paling penting dalam kehidupan yaitu kesehatan.
Setiap orang dalam masyarakat pada semua tahapan dan tingkat usia, sangat
memperhatikan dengan serius apa yang dikatakan oleh dokter.
b. Dalam komunikasi medis melibatkan lebih besar emosi alamiah dan bersifat
personal.
c. Secara sosial komunikasi dalam dunia medis mengizinkan profesi medis
menyentuh tubuh pasien untuk tujuan pemeriksaan.
Adapun tujuan komunikasi dengan pasien mencakup tiga hal:
a. Membina hubungan berdasarkan rasa percaya,
b. Untuk mendapatkan informasi dari pasien,
c. Untuk menyampaikan informasi kepada pasien.
Interaksi yang baik antara dokter dan pasien membuat pasien merasa lebih
nyaman ketika memberikan informasi dan itu menjadi dasar hubungan dokter

pasien, karena dalam keadaan sakit dapat membuat pasien merasa terisolasi dan
segan. Perasaan ketersambungan dengan dokter, disimak dan dipahami akan
mengurangi

perasaan

penyembuhan

terisolasi

(Bickley,

2007).

tersebut.

Perasaan

Berdasarkan

ini

adalah

kenyataan

inti

tersebut,

dari

dalam

komunikasi dokter-pasien perlu dilakukan sambung rasa.


Sambung rasa adalah komunikasi yang terjadi apabila gagasan dan perasaan
yang disampaikan pembawa pesan dapat menggugah dan menggerakkan hati
penerima pesan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Sambung rasa merupakan suatu tahap komunikasi yang harus diciptakan terlebih
dahulu agar hal-hal yang menghambat proses komunikasi dapat dihindari.
Dengan terciptanya sambung rasa antara dokter dan pasien, maka pasien akan
senang dan tanpa beban menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dokter. Dalam
keadaan seperti tersebut, pasien akan memberikan jawaban dengan lancar dan
akurat, sehingga dipeoleh data informasi yang sebenarnya.
Agar tercipta adanya sambung rasa antara dokter dan pasien, maka dokter harus
berusaha membina sikap serta pandangan tertentu terhadap pasien, yaitu agar :
a. Pasien mempercayai dokter, bahwa dokter tidak akan membuka rahasia pasien
kepada siapapun.
Misalnya : Bapak/Ibu tidak perlu khawatir, semua yang bapak/ibu sampaikan
akan

saya

jaga

kerahasiaannya,

jadi

saya

harapkan

bapak/ibu

dapat

memberikan informasi yang sejujur-jujurnya


b. Pasien memahami bahwa hasil wawancara akan digunakan demi kepentingan
serta kebaikan pasien.
Misalnya : informasi

yang

bapak/ibu

berikan

sangat

penting

untuk

penegakkan diagnosis penyakit bapak/ibu dan pemberian terapi yang sesuai


dengan penyakit bapak/ibu.
c. Pasien merasakan bahwa dokter berempati kepadanya (bukan merasa iba atas
penderitaan pasien). Empati bukan simpati, empati berarti memahami situasi
dari sudut pandang orang yang mengalaminya, sedangkan simpati mengalami
emosi yang sama dengan orang lain. Dokter dapat melakukan refleksi isi dan
refleksi perasaan untuk menunjukkan empati. Refleksi isi merupakan refleksi
dari informasi yang disampaikan oleh pasien. sedangkan refleksi perasaan
merupakan refleksi dari perasaan pasien.
d. Pasien merasa dokter memberi kesempatan kepadanya untuk mengemukakan
pendapat/informasi ataupun bertanya dengan leluasa.
Misalnya: Apakah dari penejelasan saya ada yang kurang jelas, atau ada hal
yang bapak/ibu yang ingin tanyakan?
e. Pasien merasa wawancara ini merupakan percakapan yang dilakukan individu
yang sederajat (bukan interogasi).
2. Percaya diri

Percaya diri adalah yakin benar atau memastikan akan kemampuan diri sendiri.
Percaya diri seorang dokter adalah keadaan mental yang yakin akan kemampuan
dirinya dalam menjalankan profesi sesuai standar kompetensi dokter. Agar dapat
tampil percaya diri, perlu dilakukan beberapa hal:
a. Mempersiapkan dengan baik segala sesuatu berkaitan dengan hal yang akan
dilakukan.
b. Melakukan sesuatu dengan tenang dan tidak terburu-buru.
c. Bicara dengan alur yang teratur, tidak berbelit-belit dan tidak gugup.
d. Melakukan kontak mata dengan lawan bicara (pasien). Dengan kontak mata,
tidak hanya membantu membangun rasa percaya diri, tetapi juga dapat
menumbuhkan rasa percaya pasien pada dokter.
3. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah pemberian pesan kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa tubuh (gestur). Beberapa bahasa tubuh dokter maupun

pasien yang harus diperhatikan dalam sambung rasa :


Wajah menggambarkan emosi seseorang: marah, sedih, bahagia
Bahu tinggi bila tegang, turun bila relax atau santai
Posisi kepala tinggi menunjukkan keterbukaan, tertarik dan dapat menguasai

keadaan; rendah menunjukkan keraguan, kelemahan, takut atau terancam.


Postur tubuh tegap menunjukkan percaya diri.
Gerakan tangan gerakan tangan ke hidung mengekspresikan ketidakpastian,

gerakan tangan ke mulut mengindikasikan ragu tehadap apa yang diucapkan


Kaki duduk di kursi dengan telapak kaki dalam posisi siap lari
menunjukkan ketidaktertarikan.

F.

PROSEDUR
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam sambung rasa adalah:
1. Berpenampilan yang sederhana, rapi, bersih, dan tepat.
2. Memberikan salam dan membuat pasien merasa disambut dengan baik.
3. Menunjukkan tempat duduknya, dan memakai bahasa yang sesuai antara
keadaan dokter dan pasien
4. Menyampaikan kalimat sambutan, tergantung apakah pasien merupakan pasien
baru, pasien follow-up atau pasien lama yang datang untuk konsultasi kembali.
5. Memperlihatkan wajah yang ramah, bersahabat, serta sopan santun.
6. Menciptakan suasana wawancara yang santai dan menyenangkan.
7. Melakukan kontak mata, jangan ada hal yang mengganggu, seperti komputer
yang menghalangi pandangan dokter kepada pasien.
8. Bahasa tubuh dokter, merupakan komunikasi non verbal, akan memperlihatkan

sikap dokter terhadap pasien


G. REFERENSI
1. Bickley, Lynn. S. BATES Guide to Physical Examination and History Taking (Ninth
Edition). Lippincott Williams & Wilkins
2. Gan, Goh Lee, at all. 2004. A Primer On Family Medicine Practice, Singapore
International Foundation, Singapore.
3. Azwar Azrul. 1996. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga.Yayasan Penerbit IDI.
Jakarta
4. Mc Whinney. 1989. A Text Book of Family Medicine. Oxford University.New York

Anda mungkin juga menyukai