Anda di halaman 1dari 14

EMPATHY IN CLINICAL PRACTICE

Disusun oleh:
Dea Lita Barozha
Diah Andini
Okta Diferiansyah
Pembimbing:
dr T.A. Larasati, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN


KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Empati bisa diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan atau
membayangkan perasaan emosi orang lain.
Pelayanan kesehatan tanpa perasaan iba bukan sepenuhnya patientcentered. Perasaan iba terletak di antara empati (memahamai perhatian
pasien) dan simpati (merasakan emosi pasien), menggabungkan respon
terhadap penderitaan orang lain dan keinginan untuk meringankan
penderitaannya.
Compassion care dibutuhkan untuk membina hubungan dan didasarkan
pada mendengarkan dengan penuh perhatian dan keinginan untuk
memahami perspektif dan konteks pasien.
Sebuah survey yang dilakukan oleh Lown et al di Amerika Serikat
menemukan bahwa hanya 53% pasien dan 58% dokter yang
mengatakan pelayanan kesehatan memberikan compassionate care.

BAB II
PEMBAHASAN

Defin
isi
Empati merupakan kemampuan menempatkan diri
ke dalam diri orang lain untuk memahami
pandangan dan perasaan orang tersebut, sesuai
dengan latar belakang pendidikan, sosial, budaya,
agama, ekonomi, etnik dan lain-lain.
Sedangkan simpati merupakan kecendrungan untuk
merasakan perasaan, fikiran dan keinginan orang lain, namun
karena melibatkan perasaan, seringkali penilaiannya menjadi
subjektif.

Dalam konteks ini, empati disusun


dalam batasan definisi berikut:
kemampuan kognitif seorang dokter dalam
mengerti kebutuhan pasien (a physician
cognitive capacity to understand patients
needs)
menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter
terhadap perasaan pasien (an affective
sensitivity to patients feelings)
kemampuan perilaku dokter dalam
memperlihatkan/menyampaikan empatinya
kepada pasien (a behavioral ability to convey
empathy to patient).7

Landasan Pentingnya
Empati
Berdasarkan penelitian
neuropsikologi, terdapat
dua sistem yang terlibat
dalam empati. Sistem
pertama adalah sistem
emosional, yang terdiri
atas persepsi dan
pengakuan emosi.
Mekanisme neurokimia
diperankan oleh
neuromodulator oksitosin.
Sistem kedua adalah
kognitif, yang termasuk
kapasitas mental untuk
mengerti dan memahami
keadaan mental orang
lain.

Untuk pelayanan
kesehatan profesional,
empati merupakan
elemen penting dalam
menyediakan kualitas
pelayanan kesehatan.

Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia, seorang


dokter harus memiliki kemampuan komunikasi efektif.

Dokter dituntut untuk mampu membangun hubungan


melalui komunikasi verbal dan nonverbal, berempati
secara verbal dan nonverbal, berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa yang santun dan dapat dimengerti,
mendengarkan dengan aktif untuk menggali
permasalahan kesehatan secara holistik dan
komprehensif, menyampaikan informasi terkait
kesehatan, serta menunjukkan kepekaan terhadap aspek
biopsikososiokultural dan spiritual pasien dan keluarga.

Manfaat
Empati
Empati berhubungan langsung dengan terapi,
dengan cara mengurangi kecemasan pada
pasien. Saat pasien merasa dokter tersebut
mengerti kondisi dan kekhawatirannya, dia
akan lebih nyaman dalam mempercayai sang
dokter.
Berdasarkan analisis penelitian, empati dokter
memiliki kontribusi yang unik terhadap
perbaikan klinis sehingga empati dokter
merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan kompetensi klinis dan hasil pasien.

Empati dalam
Praktek Klinis
Compassion care terdiri atas empat
kriteria essensial, antara lain:
hubungan berbasis empati, dukungan
emosional, upaya untuk memahami dan
meringankan penderitaan pasien
komunikasi yang efektif dalam interaksi dari waktu ke
waktu
menghormati dan memfasilitasi pasien dan keluarga
dalam keputusan dan pelayanan
memandang pasien sebagai individu dengan
hubungan di rumah dan di masyarakat.

Enam tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem menurut Bylund (The
Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels), antara lain:
Dokter menolak sudut
pandang pasien
Mengacuhkan
pendapat pasien
Membuat pernyataan
yang tidak menyetujui
pendapat pasien
seperti Kalau stress
ya, mengapa datang
ke sini? Atau Ya,
lebih baik operasi saja
sekarang.

Dokter mengenali
sudut pandang pasien
secara sambil lalu
A ha, tapi dokter
mengerjakan hal lain
seperti menulis,
membalikkan badan
menyiapkan alat dan
lain-lain

Level 0

Level 1

Dokter menghargai
pendapat pasien
Anda bilang Anda
sangat stres datang
ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih
jauh apa yang
membuat Anda
stres?

Dokter
mengkonfirmasi
kepada pasien
Anda sepertinya
sangat sibuk, saya
mengerti seberapa
besar usaha Anda
untuk menyempatkan
berolah raga

Level 3

Level 4

Dokter mengenali
sudut pandang pasien
secara implicit
Pasien, Pusing saya
ini membuat saya
sulit bekerja
Dokter, Ya...?
Bagaimana bisnis
Anda akhir-akhir ini?

Level 2

Dokter berbagi perasaan


dan pengalaman (sharing
feelings and experience)
dengan pasien.
Ya, saya mengerti hal ini
dapat mengkhawatirkan
Anda berdua. Beberapa
pasien pernah mengalami
aborsi spontan, kemudian
setelah kehamilan
berikutnya mereka
sangat, sangat, khawatir

Level 5

Contoh pengaplikasian empati:


Dokter : selamat sore pak / ibu. apa yang bisa saya bantu?
Pasien : dokter, sakit kepala saya ini hebat sekali seperti mau pecah
Dokter : .................... (Response Empati)
Name the emotion (menyatakan emosi)
tampaknya sangat mengganggu bapak

Understand the emotion (memahami emosi)


saya memahami nyeri tersebut pasti menyakitkan bapak

Respect (praise) the patient (memuji pasien)


saya sangat terkesan bapak bisa menjalani pengobatan selama ini dan menderita
sakit tersebut

Support the patient (menyokong pasien)

saya dan tim akan membantu bapak mengatasi sakit kepala

Explore the emotion (mendalami emosi pasien)


mohon dijelaskan bagian sakit kepala ini yg menganggu bapak

Derksen menyatakan bahwa secara


umum, empati adalah kompetensi
dokter untuk mengerti situasi,
perspektif dan perasaan pasien
yang membantu dalam terapi.
Empati memiliki dimensi afektif,
kognitif dan kepribadian. Empati
dapat dibagi menjadi tiga level,
yaitu sebagai suatu sikap (afektif),
kompetensi (kognitif) dan
kepribadian.

Kemampuan empati adalah pendekatan


dimana dokter dapat menimbulkan dunia
batin pasien dan mendapatkan informasi
sebanyak mungkin dari pasien, sementara
pada saat yang sama mengakui masalah
pasien.
Kemampuan komunikasi digunakan untuk
memeriksa, mengklarifikasi, mendukung,
mengerti dan merefleksikan persepsi pikiran
dan perasaan pasien. Kemampuan
membangun kepercayaan dan hubungan
yang lama antara dokter-pasien memacu
dokter untuk berhubungan dengan pasien
secara emosional.

BAB III
KESIMPULAN
Empati merupakan salah satu
komponen penting dalam
komunikasi efektif yang harus
dimiliki dokter untuk membina
hubungan dokter-pasien yang
efektif. Bentuk komunikasi
efektif tidak selalu
membutuhkan waktu yang
lama, tetapi harus
menunjukkan empati dalam
komunikasi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
McDonald NM, Messinger DS. The development of empathy: how, when, and why. Moral Behavior and Free Will: A
Neurobiological and Philosophical Aprroach. 2011:341-68.
Lown BA, Rosen J, Marttila J. An agenda for improving compassionate care: a survey shows about half of patients say
such care is missing. Health aff. 2011;30(9):1772-78.
Hirsch EM. The role of empathy in medicine: a medical students perpective. American medical association journal of
ethics. 2007;9(6):423-27.
Hojat M, Louis DZ, Markham FW, Wender R, Rabinowitz C, Gonnella JS. Physicians empathy and clinical outcomes
for diabetic patients. Acad Med. 2011;86(3):359-64.
Marcum JA. The role of empathy and wisdom in medical practice and pedagogy: confronting the hidden curriculum. J
of Biomed Edu. 2013.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI).
Bylund CL, Makoul G. Empathic communication and gender in the physician-patient encounter. Patient Educ Couns.
2002. 48(3): 207-16.
Derksen F, Bensing J, Janssen AL. Effectiveness of empathy in general practice: a systematic review. British J of Gen
Practic. 2013. 76-84.
Riess H. The impact of clinical empathy on patients and clinicians: understanding empathy's side effects.
Neuroscience. 2015. 6(3). 51-3.
Oxford Dictionaries. Available in https://en.oxforddictionaries.com/definition/empathy . Diakses pada 5 Oktober 2016.
Dugdale DC, Epstein R, Pantilat SZ. Time and the patient-physician relationship. JGIM. 1999. 14(1).

Anda mungkin juga menyukai