Oleh :
Tirta Yudha Sulfani Harista Pratama
11711063
Pembimbing :
dr. WP. Budi, Sp.B.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
PENDIDIKAN KLINIK ILMU BEDAH
STRUMA
Oleh :
Tirta Yudha Sulfani Harista Pratama
11711063
2016
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
BAB IIIStruma, goiter, atau nodul tiroid merupakan suatu pembesaran
kelenjar tiroid yang menyebabkan pembengkakan pada leher (Dorland, 2002).
Struma merupakan masalah klinis yang sering ditemui di populasi umum. Jika
diabetes dieksklusikan, penyakit kelenjar tiroid merupakan salah satu masalah
penyakit endokrin utama yang sering ditemui. (Jayakumar, 2011).
BAB IVStudi epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi struma
mencapai 5 % pada wanita dan 1 % pada laki-laki yang tinggal di daerah dengan
kandungan yodium yang cukup (Alexander, dkk., 2015). Sementara Gharib, dkk.
(2010) menyatakan bahwa prevalensinya diperkirakan 3 7 % jika berdasar
pemeriksaan fisik. Prevalensi struma yang secara klinis tidak nampak
diperkirakan mencapai 20 76 % pada populasi umum.
BAB VKepentingan utama evaluasi struma adalah untuk membedakan
antara hiperplasia dengan neoplasma. Atau dengan kata lain adalah untuk
menyingkirkan diagnosis kanker tiroid, yang terjadi antara 7 15 % tergantung
usia, jenis kelamin, riwayat paparan radiasi, riwayat keluarga, dan faktor-faktor
lainnya. Usia tua, jenis kelamin wanita, mengalami defisiensi yodium, dan
individu yang memiliki riwayat terpapar radiasi memiliki kemungkinan terdapat
struma lebih tinggi. Differentiated thyroid cancer (DTC), antara lain adalah
kanker papilaris dan folikuler, menyumbang sebagian besar (lebih dari 90 %)
kasus kanker tiroid (Alexander, dkk., 2015, Kelley, 2015).
BAB VIDi Amerika Serikat, diperkirakan terdapat 63.000 kasus baru
kanker tiroid pada tahun 2014, dibandingkan pada tahun 2009 yang hanya
mencapai 37.200 kasus baru. Insidensi tahunannya juga terus meningkat hampir
tiga kali lipat dari 4,9 / 100.000 pada tahun 1975 menjadi 14,3 / 100.000 pada
tahun 2009. Oleh karena itu, evaluasi individu dengan struma memerlukan
kolaborasi antara dokter umum, ahli endokrin, ahli patologi, ahli radiologi, dan
ahli bedah untuk menjamin manajemen dan tindakan yang holistik.
BAB VII
BAB VIII
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
BAB IX
IX.1.
BAB XI
BAB XIIKelenjar tiroid, nampak anterior dan lateral.
BAB XIII
BAB XVIIInervasi kelenjar tiroid berasal dari sistem saraf otonom. Serat
parasimpatis berasal dari nervus vagus (nervus kranialis X), dan serat saraf
simpatis berasal dari ganglia superior, media, dan inferior trunkus simpatis. Saraf-
BAB XXIKelenjar tiroid diselubungi oleh fasia viseral, bagian dari lapisan
tengah fasia servikal dalam, yang berlekatan dengan tulang-tulang laring. Anterior
suspensory ligament membentang dari bagian superior-medial masing-masing
lobus tiroid ke kartilago tiroid dan krikoid. Bagian posteromedial kelenjar
berlekatan dengan sisi kartilago krikoid, cincin trakea pertama dan ke-2, oleh
posterior suspensory ligament (Berry ligament). Recurrent laryngeal nerve
biasanya masuk melalui Berry ligament. Perlekatan kelenjar tiroid dengan tulangtulang laring secara erat menyebabkan bergeraknya kelenjar tiroid dan struktur
sekitarnya pada saat menelan (Dorion, 2015).
BAB XXII
XXII.1.1.
di
bagian
inferior
oleh
permukaan
anterior
otot
BAB XXIV
XXIV.1.1.
BAB XXVI
BAB XXVIIArteri tiroid superior merupakan cabang pertama arteri
karotis eksterna. Pada kasus yang jarang, dapat pula berasal dari arteri karotid
10
XXXI.1.1.
11
BAB XXXVI
BAB XXXVIIKelenjar tiroid merupakan satu-satunya kelenjar endokrin
yang menyimpan produknya dalam jumlah yang sangat banyak, yakni mencapai
persediaan 100 hari. Sintesis dan sekresi T3 dan T4 terjadi dalam urutan sebagai
berikut (Tortora, 2008; Guyton dan Hall, 2007; Lee, 2012) :
1. Iodide trapping. Sel folikuler tiroid menjerat ion iodida (I ) menggunakan
transport aktif dari pembuluh darah menuju sitosol. Oleh karena itu,
kelenjar tiroid mengandung sebagian besar iodida pada tubuh.
2. Sintesis tiroglobulin. Sementara sel folikuler menjerat I , sel tersebut juga
menyintesis thyroglobulin, yaitu glikoprotein berukuran besar yang
diproduksi oleh retikulum endoplasma kasar dan dimodifikasi oleh
kompleks Golgi, dan dikemas ke dalam vesikel sekretorik. Vesikel tersebut
kemudian mengalami eksositosis dan mengeluarkan thyroglobulin ke
dalam lumen folikel.
3. Oksidasi iodida. Beberapa asam amino pada thyroglobulin adalah tirosin
yang akan diiodinasi. Ion iodida yang bermuatan negatif tidak dapat
berikatan langsung dengan tirosin sebelum mengalami oksidasi (pelepasan
12
13
BAB XXXIX
XXXIX.1.1. Efek Hormon Tiroid Terhadap Tubuh
BAB XLSebagian besar sel tubuh memiliki reseptor hormon tiroid, oleh
karena itu T3 dan T4 memiliki efek pada seluruh tubuh. Efek-efek tersebut antara
lain adalah (Tortora, 2008; Guyton dan Hall, 2007) :
1. Hormon tiroid meningkatkan transkripsi sejumlah besar gen.
BAB XLIEfek umum dari hormon tiroid adalah untuk mengaktifkan
transkripsi inti sejumlah besar gen. sehingga, di semua sel tubuh akan terjadi
sintesis sejumlah besar enzim protein, protein struktural, protein transpor, dan zat
lainnya dengan hasil akhirnya adalah terjadi peningkatan menyeluruh aktivitas
fungsional di seluruh tubuh.
14
15
tersebut
juga
meningkatkan
lipolisis
dan
16
Hormon Kalsitonin
BAB L
BAB LIHromon yang diproduksi oleh sel parafolikular kelenjar tiroid
adalah kalsitonin. Kalsitonin mampu menurunkan kadar kalsium darah dengan
menginhibisi aksi osteoklas, yaitu sel yang memecah ekstraselular matriks tulang.
Sekresi kalsitonin dikendalikan oleh umpan balik negatif. Jika kadar kalsium
darah tinggi, kalsitonin akan mengurangi jumlah kalsium dan fosfat darah dengan
menginhibisi resorpsi tulang oleh osteoklas dan akan meningkatkan asupan
kalsium dan fosfat ke eksraselular matriks tulang. Hormon kalsitonin
mempengaruhi kadar kalsium darah dibantu oleh kalsitriol dan hormon paratiroid.
Kalsitonin dan hormon paratiroid berperan antagonis kadar kalsium darah
(Tortora, 2008).
BAB LII
BAB LIII
BAB LIV
17
BAB LV
STRUMA
BAB LVI
LVI.1.
Definisi
Klasifikasi Struma
Berdasarkan Fisiologinya
Berdasarkan Klinisnya
18
19
ini tidak diatasi maka akan mengakibatkan kekacauan irama jantung berupa
ekstrasistol, fibrilasi atrium, dan fibrilasi ventrikel.
BAB LXVPada sistem pencernaan, fungsi sekresi maupun peristaltik juga
akan
meningkat
yang
akan
menimbulkan
polidefekasi
dan
diare.
biasanya
mengalami
berbagai
macam
20
21
Tidak ada perbedaan terapi antara Plummers disease dan Graves disease yaitu
dengan pemberian antitiroid, seperti propil-tiourasil ( PTU ), karbimazol, atau
pembedahan jika terapi medikamentosa gagal.
BAB LXXV
2. Struma Nontoksik
BAB LXXVIStruma nontoksik adalah pembesaran difus atau nodular pada
kelenjar tiroid yang tidak disebabkan karena suatu proses inflamasi atau
keganasan dan tidak terdapat kelainan fungsi tiroid. Goiter endemik atau struma
difusa nontoksis merupakan pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi pada lebih
dari 10 % populasi, sementara goiter sporadik atau stuma noduler nontoksis
merupakan akibat dari faktor lingkungan atau genetik yang tidak berpengaruh
terhadap populasi umum (Lee dan Griffing, 2013).
BAB LXXVIIStruma Difusa Nontoksis
BAB LXXVIIIGoiter difus adalah bentuk goiter yang membentuk satu
buah pembesaran yang tampak tanpa membentuk nodul. Bentuk ini biasa
ditemukan dengan sifat non-toksik (fungsi tiroid normal), oleh karena itu bentuk
ini disebut juga goiter simpel. Dapat juga disebut sebagai goiter koloid karena sel
folikel yang membesar tesebut umumnya dipenuhi oleh koloid. Kelainan ini
muncul pada struma endemik.
BAB LXXIXStruma Endemik adalah penyakit yang ditandai dengan
pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi pada suatu populasi, dan diperkirakan
berhubungan dengan defisiensi diet dalam harian. Goiter endemik ini terjadi
karena defisiensi yodium dalam diet. Kejadian goiter endemik sering terjadi di
derah pegnungan, seperti di himalaya, alpens, atau di daerah dengan keterbatasan
yodium alam dan cakupan pemberian yodium yang minimal. Mekanisme
terjadinya goiter ini disebabkan minimalnya intake iodin oleh tubuh, kelainan
sintesis hormon tiroid kongenital ataupun goitrogenik seperti sayuran (famili
Brassica). Kurangnya iodin ini akan menyebabkan kurangnya hormon tiroid yang
dapat disintesis. Sehingga hal ini menyebabkan peningkatan pelepasan Thyroidstimulating hormone (TSH) ke dalam darah sebagai mekanisme kompensasi.
22
Peningkatan ini akan menyebabkan terjadinya hipertrofi dan hiperplasi dari sel
folikuler tiroid, sehingga menyebabkan pembesaran tiroid secara makroskopik.
Karena mekanisme kompensasi inilah kerja tubuh dapat normal kembali.
Sehingga akan jarang ditemukan keluhan-keluhan sistemik pada pasien (eutiroid).
Namun pada beberapa kasus, pembesaran ini tidak dapat mengompensasi penyakit
yang ada.
BAB LXXXSasaran dari pengobatan struma endemik adalah untuk
mengecilkan struma dan mengatasi hipotiroidisme yang mungkin ada, yaitu
dengan pemberian SoL Lugoli selama 4-6 bulan. Bila ada perbaikan, pengobatan
dilanjutkan sampai tahun dan kemudian tapering off dalam 4 minggu. Bila 6
bulan sesudah pengobatan struma tidak juga mengecil maka pengobatan
medikamentosa tidak berhasil dan harus dilakukan tindakan operatif.
BAB LXXXIStruma Nodusa Nontoksis (SNNT)
BAB LXXXIIStruma nodusa nontoksik adalah pembesaran kelenjar tiroid
yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa ditandai dengan tanda-tanda
hipertiroidisme. Kelainan ini sangat sering dijumpai dan harus diwaspadai tandatanda keganasan yamg mungkin ada. SNNT dapat juga disebut sebagai goiter
sporadis. Jika goiter endemis terjadi 10% populasi di daerah dengan defisiensi
yodium, maka goiter sporadis terjadi pada seseorang yang tidak tinggal di daerah
endemik beryodium rendah. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui
dengan jelas, bisa terdapat gangguan enzim yang penting dalam sintesis hormon
tiroid atau konsumsi obat-obatan yang mengandung litium, propiltiourasil,
fenilbutazone, atau aminoglutatimid.
BAB LXXXIIIPada umumnya struma nodosa non toksik tidak mengalami
keluhan karena tidak ada hipo- atau hipertiroidisme. Yang penting pada diagnosis
SNNT adalah tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh perubahan kadar
hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya pembesaran kelenjar tiroid pada
salah satu lobus. Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan
berkembang menjadi multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya
berangsur-angsur, struma dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di
23
leher. Sebagian besar penderita dengan struma nodosa dapat hidup dengan
strumanya
tanpa
keluhan.
unilateral
dapat
menyebabkan
mengakibatkan
gangguan
pernafasan.
Penyempitan
yang
berarti
Definisi
24
dini menggunakan fine needle aspiration (FNA) dan terapi yang sudah maju.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensi baik,
yaitu bentuk papiler,folikuler, atau campuran keduanya, karsinoma meduler yang
berasal dari sel parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin(APUD-oma), dan
karsinoma berdiferensiasi buruk/anaplastik. Sementara karsinoma anaplastik
merupakan karsinoma yang berdiferensiasi buruk. Perubahan dari struma endemik
menjadi kasinoma anaplastik dapat terjadi terutama pada usia lanjut (Lee, 2012).
LXXXIX.1.
Etiologi
BAB XCSeperti pada banyak jenis kanker yang lainnya, penyebab spesifik
timbulnya karsinoma tiroid masih merupakan suatu misteri pada sebagian besar
pasien. Diketahui ada beberapa faktor yang mendukung, antara lain adanya
riwayat terkena radiasi pada bagian kepala dan leher, terutama saat masih anakanak, adanya faktor genetic (terutama karsinoma jenis medular).
BAB XCIBelum diketahui suatu karsinogen yang berperan untuk
karsinoma anaplastk dan meduler. Diperkirakan jenis anaplastik berasal dari
perubahan karsinoma tiroid berdeferensiasi baik (papiler dan folikuler) dengan
kemungkinan jenis folikuler dua kali lebih besar. Ada dua hal yang sering
dibicarakan yang berperan dalam timbulnya karsinoma tiroid khususnya untuk
well differentiated carcinoma ( papiler dan folikuler) yaitu radiasi dan endemic
goiter. Sedangkan limfoma pada tiroid diperkirakan karena perubahan-perubahan
degenerasi ganas dari tiroiditis Hashimoto.
BAB XCIIRadiasi sebagai penyebab karsinoma tiroid, hal ini terbukti di
Amerika Serikat bahwa pada tahun 1925-1955 banyak sekali anak-anak diterapi
dengan radiasi pada daerah leher dan kepala. Dari penelitian diperoleh data
adenoma dan karsinoma tiroid pada anak-anak yang diberi radiasi demikian tinggi
dan ini diobservasi dan terjadi antara 3-17 tahun kemudian.
BAB XCIIIDemikian pula penelitian di kepulauan Marshall tempat
percobaan bomb hydrogen dekat Atol Bikini, ditemukan hal yang sama yaitu
orang-orang dan anak-anak yang mendapat radiasi menderita kelainan tiroid dan
karsinoma tiroid lebih tinggi dan keganasan ini terlihat antara 11- 15 tahun
kemudian.
25
Faktor Risiko
26
BAB C
C.1.
Manifestasi Klinis
27
Klasifikasi
BAB CVIII
CVIII.1. Diagnosis
BAB CIXUntuk menegakkan diagnosis pada kasus ini diperlukan
pemeriksaan sebagai berikut :
1. Anamnesa dan pemeriksaan fisik
2. Pemeriksaan laboratorium
28
3.
4.
5.
6.
7.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan scanning tiroid / sidik tiroid
Pemeriksaan needle biopsy
Pemeriksaan potong beku.
Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe
BAB CXI
CXI.1.1.
Anamnesis
29
b. Pengaruh radiasi di daerah leher dan kepala: Radiasi pada masa anak-anak
dapat menyebabkan malignansi pada tiroid 33-37 %
c. Kecepatan tumbuh tumor
Nodul jinak membesar dalam waktu yang tidak terlalu cepat
Nodul ganas membesar dalam waktu yang cepat
Nodul anaplastik membesar dengan sangat cepat
Kista dapat membesar dengan cepat
d. Riwayat gangguan mekanik di daerah leher: Keluhan gangguan menelan,
perasaan sesak, perubahan suara dan nyeri (dysfagia) dapat terjadi akibat
desakan dan/atau infiltrasi tumor.
e. Riwayat penyakit serupa pada keluarga (karsinoma tiroid atau panyakit:
yang
tergolong
pada
multipel
endokrin
neoplasma
II
Pemeriksaan Fisik
30
BAB CXVMeskipun keganasan dapat saja terjadi pada nodul yang multiple,
namun pada umumnya pada keganasan nodulnya biasanya soliter dan
konsistensinya keras sampai sangat keras. Yang multiple biasanya tidak ganas
kecuali apabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari
pada yang lainnya. Nodul soliter pada tiroid kemungkinan ganasnya 15-20%,
sedangkan nodul multipel mempunyai kemungkinan 5%. Apabila suatu nodul
nyeri pada penekanan dan mudah digerakkan, kemungkinannya ialah suatu
perdarahan ke dalam kista, suatu adenoma atau tiroditis. Tetapi kalau nyeri dan
sukar digerakkan kemungkinan besar suatu karsinoma.
BAB CXVINodul yang tidak nyeri, apabila multiple dan bebas dan
digerakan mungkin ini merupakan komponen struma difus atau hyperplasia tiroid.
Namun apabila nodul multiple tidak nyeri tetapi tidak mudah digerakkan ada
kemungkinan itu suatu keganasan. Adanya limfadenopati mencurigakan suatu
keganasan dengan anak sebar.
BAB CXVIIDari suatu penelitian yang dilaksanakan di Subbagian Bedah
Onkologi tentang tanda-tanda klinis kecurigaan pada keganasan dengan ketepatan
sebesar 82,6 % untuk keadaan :
a. Batas nodul yang tidak tegas
b. Nodul dengan konsistensi keras
c. Nodul disertai pembesaran kelenjar getah bening leher
d. Letak nodul di isthmus
BAB CXVIIIPermukaan nodul yang berbenjol (tidak rata)
CXVIII.1.1. Pemeriksaan Laboratorium
BAB CXIXTidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk
membantu diagnosis karsinoma tiroid, kecuali untuk karsinoma jenis meduler.
Pada karsinoma jenis meduler, pemeriksaan kadar kalsitonin dan penting untuk
diagnostik maupun untuk follow up setelah terapi.
menentukan status fungsi tiroid pasien dengan memeriksa kadar TSH (sensitif)
dan T4 bebas (Free T4 atau FT4). Pada keganasan tiroid, umumnya fungsi tiroid
normal. Namun, perlu diingat bahwa abnormalitas fungsi tiroid tidak
menghilangkan kemungkinan keganasan meskipun memang kecil.
31
dengan berbagai
32
33
3. Lebih aman
4. Dapat dilakukan pada wanita hamil dan anak-anak
CXXVII.1.1. Pemeriksaan FNAB
BAB CXXVIIIDapat dilakukan dengan cara needle core biopsy atau
FNBA ( biopsi jarum halus). Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) atau Fine
Needle Aspiration
mudah aman dapat dilakukan dengan berobat jalan. Dibandingkan dengan biopsy
cara lama (jarum besar), biopsi jarum halus tidak nyeri, tidak menyebabkan dan
hampir tidak ada bahaya penyebaran sel-sel ganas pada kista, dapat juga dihisap
cairan secukupnya, sehingga dapat mengecilkan nodul, jadi selain diagnostik, bisa
juga terapeutik.
BAB CXXIXBAJAH merupakan metode yang sangat efektif untuk
membedakan nodul jinak atau ganas. Keterbatasan metode ini adalah sering
ditemukan hasil yang tidak adekuat sehingga tidak dapat dinilai. Keterbatasan
yang lain adalah tidak mampu membedakan neoplasma sel folikular dan sel Hurtle
adalah jinak atau ganas karena keduanya mirip. Keduanya bisa dibedakan dari ada
atau tidak adanya invasi kapsul atau invasi vaskular pada pemeriksaan
histopatologis sediaan dari operasi.
BAB CXXXAda beberapa kerugian pada biopsi, jarum ini yaitu dapat
memberikan hasil negatif palsu atau positif palsu. Negative palsu karena lokasi
biopsi kurang tepat, teknik biopsi yang kurang benar atau preparat yang kurang
baik dibuatnya. Hasil positif palsu terjadi karena salah interpretasi oleh ahli
sitologi. Prosedur ini semakin lama semakin banyak dipakai. Bagi yang belum
menerima memberikan beberapa alasan antara lain :
- Jaringan yang memadai atau jaringan tumor sering sukar didapat walaupun
dikerjakan oleh yang berpengalaman
- Kekhawatiran terjadinya penyebaran sel-sel ganas dan implantasi di kulit.
- Keengganan dan kesukaran dalam pembacaan untuk membuat diagnosis oleh
patolog dari jaringan yang minim.
- Ahli bedah sering menemukan perlengketan-perlengketan sebagai akibat
tindakan ini, yang mempersulit tindakan bedah.
BAB CXXXIHasil BAJAH dibagi menjadi empat kategori yaitu :
34
1.
2.
3.
4.
Jinak
Mencurigakan
Ganas
Tidak adekuat.
BAB CXXXIIBeberapa faktor yang menyebabkan hasil yang tidak
adekuat adalah operator kurang terampil, vaskularitas nodul, terdapat lesi kistik,
posisi nodul sulit (kecil dan di posterior), dan pengenceran aspirat dalam darah
atau cairan kista.
BAB CXXXIIIUntuk mengurangi hasil yang tidak adekuat tersebut,
dianjurkan mengulang BAJAH apabila nodul masih teraba setelah aspirasi cairan
kista, atau menggunakan USG untuk menuntun tindakan BAJAH khususnya
untuk nodul tiroid yang sulit.
BAB CXXXIVJenis karsinoma yang dapat segera ditentukan adalah
karsinoma papilare, medulare atau anaplastik. Sedangkan untuk jenis folikulare,
untuk membedakannya dengan adenoma folikulare dan adenomatosus goiter,
harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, yang dapat memperlihatkan adanya
invasi kapsul tumor atau invasi vaskuler.
BAB CXXXV
BAB CXXXVI
CXXXVI.1.1. Pemeriksaan Histopatologi
BAB CXXXVIIPemeriksaan ini menggunakan parafin coupe merupakan
pemeriksaan definitif atau gold standar. Untuk kasus inoperable, jaringan diambil
dengan biopsi insisi. Terdapat 4 tipe histologi mayor :
1. Papillary carcinoma (including follicular variant of papillary carcinoma)
2. Follicular carcinoma (including Hurthle cell carcinoma)
3. Medullary carcinoma
35
thyroid
BAB CLIVT2Tumor more than 2 cm but not more than 4 cm in greatest
dimension limited to the thyroid
BAB CLVT3 Tumor more than 4 cm in greatest dimension limited to the thyroid
or any tumor with minimal extrathyroid extension (eg, extension to
sternothyroid muscle or perithyroid soft tissues)
BAB CLVIT4a
36
BAB CLVIIT4b
or mediastinal vessels
BAB CLVIIIAll anaplastic carcinomas are considered T4 tumors.
BAB CLIXT4a
BAB CLXT4b
Extrathyroidal
anaplastic
carcinoma
surgically
unresectable
BAB CLXI
BAB CLXIIRegional Lymph Nodes (N)
BAB CLXIIIRegional lymph nodes are the central compartment, lateral cervical,
and upper mediastinal lymph nodes.
BAB CLXIVNX
BAB CLXVN0
BAB CLXVIN1
BAB CLXVIIN1a
BAB CLXXIIM0
No distant metastasis
BAB CLXXIIIM1
Distant metastasis
37
BAB CLXXXII
BAB CLXXXIII
BAB CLXXXIV
BAB CLXXXV
BAB CLXXXVI
BAB CLXXXVII
BAB CLXXXVIII
BAB CLXXXIX
BAB CXC
BAB CXCI
BAB CXCII
CXCII.1. Penatalaksanaan
38
BAB CXCIII
39
BAB CXCIV
40
BAB CXCV
tonjolan
tunggal
tiroid
sudah
ditentukan,
dilakukan
41
42
Dasar : M. Scalenus
BAB CCVIIYang juga menyertakan N. Acessorius, V. Jugullaris Interna et
Externa, M. Sternocleidomastoideus, dam M. Omohyoideus, kelenjar ludah
submandibularis, dan parotis.
BAB CCVIIIBatasan level :
o Level 1
o Level 2
Upper Jugularis
o Level 3
Mid Jugularis
o Level 4
Lower Jugularis
o Level 5
Post triangle
CCVIII.1.1. Nonoperatif
a. Radioterapi
BAB CCIXRadioterapi adalah penggunaan radiasi ion di bidang kedokteran
sebagai satu bagian pengobatan kanker dengan mengontrol pertumbuhan sel
ganas dengan cara menghancurkan sel kanker atau merusak sel tersebut
sehingga tidak dapat bermultiplikasi lagi. Radioterapi digunakan sebagai
terapi kuratif maupun bersifat adjuvan. Lapangan radiasi juga mencakup
jaringan limfonodus dan pembuluh darah yang menjadi risiko utama untuk
metastase tumor. Walaupun radiasi ini akan mengenai seluruh sel, tetapi
umumnya sel normal lebih tahan terhadap radiasi dibandingkan dengan sel
kanker.
BAB CCXBila tumor sudah inoperabel atau pasien menolak operasi lagi untuk
lobus kontralateral,dilakukan:
BAB CCXIa. Radiasi interna dengan I131
BAB CCXIIb.Radiasi externa, memberikan hasil yang cukup baik untuk tumortumor inoperabel atau anaplastik yang tidak berafinitas terhadap I131
43
BAB CCXIII
BAB CCXIVKegunaan radioterapi adalah sebagai berikut:
BAB CCXV Mengobati : banyak kanker yang dapat disembuhkan dengan
radioterapi, baik dengan atau tanpa dikombinasikan dengan pengobatan lain
seperti pembedahan dan kemoterapi.
BAB CCXVI Mengontrol : Jika tidak memungkinkan lagi adanya penyembuhan,
radioterapi berguna untuk mengontrol pertumbuhan sel kanker dengan
membuat sel kanker menjadi lebih kecil dan berhenti menyebar
BAB CCXVII Mengurangi gejala : Selain untuk mengontrol kanker, radioterapi
dapat mengurangi gejala yang biasa timbul pada penderita kanker seperti rasa
nyeri dan juga membuat hidup penderita lebih nyaman.
BAB CCXVIII Membantu pengobatan lainnya : terutama post operasi dan
kemoterapi yang sering disebut sebagai adjuvant therapy atau terapi
tambahan dengan tujuan agar terapi bedah dan kemoterapi yang diberikan
lebih efektif.
BAB CCXIX
BAB CCXXDosis yan digunakan adalah sebagai berikut:
BAB CCXXI Dosis kecil, yaitu sebesar 5-30 millicuries (mCi) pada penderita
hipertiroid
BAB CCXXII Dosis sedang yaitu 25-75 mCi digunakan untuk mengecilkan
ukuran tiroid yang membesar tetapi mempunyai fungsi yang normal.
BAB CCXXIII Dosis besar yaitu 30-200mCi digunakan untuk menghancurkan
sel
kanker
tiroid.
Bila ahli radiologi akan memberikan dosis yang lebih tinggi, maka penderita
akan diminta untuk tinggal di dalam ruang yang terisolasi selama 24 jam
untuk menghindari paparan dengan orang lain.
BAB CCXXIV
b. Kemoterapi
BAB CCXXVTidak banyak berperan. Diberikan pada karsinoma anaplastik
karena radiasi internal dan hormonal tidak bermanfaat lagi. Obat yang
diberikan adalah adriamisin tunggal atau kombinasi dengan cyspaltinum
44
BAB CCXXVI
c. Hormonal Terapi
BAB CCXXVIISifat pemberian terapi ini adalah untuk suplementasi setelah total
tiroidektomi, di samping untuk suplementasi kebutuhan, terapi hormonal
bertujuan menekan TSH yang diduga ikut berperan dalam merangsang proliferasi
pertumbuhan sel-sel maligna. Hormon yang diberikan ialah preparat tiroksin atau
triyodo tiroksin. Terapi supresi L-tiroksin terhadap sekresi TSH dalam jangka
panjang dapat memberikan efek samping di berbagai organ target, seperti tulang
(meningkatnya bone turnover, bone loss), dan jantung.
BAB CCXXVIII
BAB CCXXIX
BAB CCXXX
BAB CCXXXI
BAB CCXXXII
BAB CCXXXIII
BAB CCXXXIV
SIMPULAN
BAB CCXXXV
BAB CCXXXVIStruma merupakan pembesaran kelenjar tiroid. Secara
umum fungsi dari tiroid sendiri adalah memproduksi hormone tiroid yang
mengatur metabolisme tubuh. Secara klinis struma dapat dibedakan menjadi
struma difus dan struma nodular sedangkan secara fisiologis, struma dapat
dibedakan menjadi struma toksik dan nontoksik, berdasarkan ada atau tidaknya
gejala hipertiroid. Kepentingan utama evaluasi struma adalah untuk membedakan
antara hiperplasia dengan neoplasma.
BAB CCXXXVIIKarsinoma tiroid secara garis besar terbagi menjadi
empat, yaitu karsinoma papilaris, folikular, medular, dan anaplastik. Karsinoma
papilaris merupakan karsinoma yang paling sering ditemui namun prognosisnya
paling baik. Sementara karsinoma anaplastik merupakan karsinoma yang
prognosisnya paling buruk.
BAB CCXXXVIIIDAFTAR PUSTAKA
BAB CCXXXIX
45
46
47