profesional sesaat sebelum melahirkan dan kehadiran tenaga kesehatan dilingkungan sekitar
rumah yang tidak memiliki kemampuan cukup untuk melakukan persalinan dapat
menambahkan resiko infeksi. Urgensi untuk membuat progres ke arah mencapai MDGs saat
tahun 2015 telah mengarahkan kepada strategi yang cepat dan bagus untuk meningkatkan
angka kejadian persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan profesional. Akan tetapi, hal
ini menyebabkan terjadinya kekurangan tenaga pada fasilitas fasilitas kesehatan yang ada.
Situasi ini juga dapat menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas meningkat di pusat
infeksi kecil, tertuama dari transmisi nosokomial. Pada negara dimana insidens HIV nya
tinggi, kebutuhan untuk mencegah infeksi sangat penting karena meningkatnya resiko sepsis
purpuralis pada wanita juga disebabkan oleh virus.
Review ini merangkum pengetahuan terbaru dalam sepsis purpuralis dan mengambil
pelajaran dari masa lalu untuk menentukan strategi untuk mengurangi penyakit yang penting
tapi sering diacuhkan yang menyebabkan kematian ibu.
Tanda terlokalisir bisa sangat sulit diidentifikasi. Infeksi yang berasal dari dalam
saluran genital tetapi diluar uterus (contoh: luka episiotomi) dapat disangka sepsis purpuralis
tetapi seharusnya tidak terdapat gejala yang mengarah seperti pelvic tenderness atau
kegagalan involusi uterus. Walaupun terbukti terdapat infeksi uterus, tanda dan gejala dapat
bervariasi: demam mungkin tidak ada, uterus juga tidak selalu lembut dan lochia juga tidak
berbau. Konfirmasi mikrobiologi sangat berguna untuk mengkonfirmasi diagnosa tapi
mungkin tidak bisa dilakukan pada pengaturan yang rendah. Walaupun ternyata dapat
Page | 3
digunakan, kontaminasi sampel dari kavitas uterus oleh flora normal dari vagina dan serviks
sangat sulit dihindari. Kultur darah biasanya diambil saat wanita tersebut sudah sakit parah.
Sebagai tambahan dari masalah klinikal diagnosis, estimasi dari insiden dari kondisi,
terutama pada negara berkembang, menemui beberapa tantangan. Sepsis purpuralis dapat
bermanifestassi beberapa hari setelah melahirkan atau setelah meninggalkan fasilitas
kesehatan. Wanita dengan infeksi grade rendah dapat tidak berobat dengan harapan infeksi ini
dapat sembuh dengan sendirinya tanpa penanganan.
Epidemiologi
Studi individual dari negara berkembang menunjukkan bahwa insiden sepsis
puerpuralis terjadi pada 0,1% - 10% dari keseluruhan persalinan. Jarak yang cukup besar ini
menandakan problem mengestimasi insiden: kriteria diagnostik untuk sepsis purpuralis
berbeda dari studi ke studi dan data yang diambil berasal dari rumah sakit, data ambulatori
ataupun survey komunitas berbasis populasi. Morbiditas yang dilaporkan sendiri dari survey
household bisa membesar besarkan insiden dari sepsis puerpuralis, dimana studi berbasis
rumah sakit bisa merendahkan insiden karena kasus sepsis bisa terjadi di luar daerah rumah
sakit.
Page | 4
Studi review global dari sepsis purpuralis menyediakan data dari tujuh negara
berkembang. Studi berbasis rumah sakit dari Afrika Selatan melaporkan terjadinya insidens
dari 0,07 dari 100 kelahiran, didiagnosa berdasarkan kriteria untuk komplikasi obstetrik yang
parah pada beberapa rumah sakit dengan menggunakan panel medis. Para wanita yang
melaporkan sendiri gejala atau diagnosa medis nya digunakan pada survey komunitas untuk
menetapkan insiden sebesar 9,3 kasus sepsis puerpuralis pada 100 kelahiran di El Salvador
dan 0,09 dari 100 kelahiran di Afrika Selatan. Adapun dua lagi review dari sepsis pada
periode postpartum di sub-Saharan Afrika melaporkan insiden sebesar 9% pada wanita
Zambian yang berobat pada rumah sakit dengan alasan apapun yang berhubungan dengan
postpartum. Salah satu studi melaporkan insiden sebesar 19% pada wanita ber-HIV, walaupun
infeksi infeksi sering yang lain juga terlihat pada perperium.
Kasus fatal berkisar antara 4% dan 50% telah tercacat di sub-Saharan Afrika. Menjadi
sangat menarik untuk membandingkan kasus kasus fatal ini dengan kasus yang terjadi di
abad 18 akhir dan awal abad 19 dimana demam epidemik terjadi sangat banyak, sebelum
terdapatnya antisepsis dan ditemukannya modalitas transmisi penyakit. Kasus fatal tertinggi
37% juga telah dilaporkan pada unit obstetrik saat ini, dimana 600 per 10.000 persalinan
terjadi karena sepsis puerpuralis. Ketinggian kasus ini tidak langsung turun setelah
diperkenalkannya sulfonamid pada rumah sakit pada tahun 1930-an, setelah terjadi
penurunan besar mortalitas maternal telah diobservasi.
Review sistematik yang diterbitkan tahun 2006 menyediakan informasi lebih lanjut
tentang kontribusi sepsis purpuralis dengan relasi terhadap kasus kematian maternal. Data
dari studi individual telah digunakan untuk menggabungkan estimasi kasus kematian dari
regional per regional: 11,6% dari kematian maternal di Asia yang disebabkan sepsis
puerpuralis, 9,7% di afrika, dan 7,7% di Amerika Latin dan Karibean, dibandingkan dengan
Page | 5
hanya 2,1% pada negara berkembang. Dari empat penyebab kematian yang paling sering
(perdarahan, penyakit hipersensitif, sepsis dan aborsi), ini terjadi karena sepsis menunjukkan
perbedaan tertinggi pada negara berkembang dan negara maju, dengan rasio tidak wajar
sebesar 2,71 di Afrika, 1,91 di Asia, dan 2,16 di Amerika Latin dan Karibean, dibandingkan
dengan negara maju.
Etiologi Infeksi
Sepsis puerpuralis mungkin didapat di luar fasilitas kesehatan ataupun didalam
fasilitas kesehatan. Infeksi nosokomial memperlihatkan yang terdapat pada rumah sakit atau
fasilitas kesehatan yang lain dan tidak termasuk saat individu baru masuk ke fasilitas
kesehatan. Kondisi ini bisa termasuk infeksi yang berasal dari tenaga kesehatan, jadi makin
besar deskripsi infeksi berasosiasi dengan tenaga kesehatan kadang kadang lebih di pilih.
Pada negara berkembang, kasus infeksi puerpuralis pada persalinan di rumah telah dilaporkan
dua kali lebih tinggi daripada persalinan di fasilitas kesehatan. Sebuah studi di Nigeria
menunjukkan rasio infeksi sebesar 15% persalinan dirumah dan 8% persalinan difasilitas
kesehatan, sementara studi lain dari Senegal menunjukkan rasio 9% dirumah dan 2%
difasilitas kesehatan. Akan tetapi, resiko infeksi nosokomial pada persalinan di fasilitas
kesehatan dengan kualitas yang buruk masih perlu dipikirkan.
Page | 6
Beberapa faktor resiko sudah dipikirkan untuk menjadikan infeksi di kavitas uterus.
Analisis multi variatif telah menunjukkan bahwa Seksio Sesaria dan vaginosis bakterial
adalah faktor resiko dari endometritis tapi faktor faktor resiko lain seperti durasi persalinan
dan ruptur preterm mungkin telah difasilitasi, lebih memungkinkan daripada infeksi itu
sendiri. Faktor resiko telah menunjukkan bahwa prevensi dan deteksi awal infeksi menjadi
cara yang sangat penting untuk mengurangi insiden terjadinya sepsis puerpuralis. Prevensi
bisa dikonsiderasi dibeberapa stage sebelum kehamilan, pada periode antenatal dan pada
periode persalinan.
Infeksi uterus bisa menghasilkan infeksi yang terjadi dari vagina ke kavitas uterus.
Invasi progresif dari lapisan uterus, endometrium dan miometrium, menyebabkan
endometritis dan miometritis. Organisme patogen juga telah dilaporkan didalam uterus
sebesar 19% wanita pada persalinan normal dengan membran intak, jadi invasi mikroba dari
kavitas amnion bisa menjadi penyebab ataupun menjadi konsekuensi dari persalinan.
Vaginosis bakterial menjelaskan kondisi dimana berbagai bakteri patogen berkoloni di jalur
genitalia bawah. Itu semua berasosiasi dengan endometritis postpartum dan korioamnionitis
tetapi fokus dari kondisi ini sebagian besar untuk mencegah kelahiran preterm. Penemuan
Streptokokus grup B koloni vagina juga berasosisasi dengan sepsis puerpuralis walaupun
fokus atensi saat ini berdasarkan kondisi pada neonatal.
Mayoritas wanita dengan sepsis purpuralis terdapat beberapa macam organisme. Studi
pada negara berkembang dilaporkan sebagai organisme penyebab seperti Bacteroides,
Enterobakter, E. Coli, Klebsiella, Neisseria Gonore, Pseudomonas, Proteus, Stafilokokus
Aureus, Streptococci, Trikomonas Vaginalis, dan berbagai anaerob. Berbagai literatur
menjelaskan bahwa mikrobiologis dari sepsis purpuralis itu sudah ada dari sepuluh tahun
lalu. Hanya terdapat sedikit informasi berdasarkan perubahan pada profil mikrobiologi pada
literatur ini.
Pada kasus demam puerpuralis yang parah, Streptokokus Pirogens, Streptokokus grup
A klasik pada demam childbed biasanya terimplikasi, walaupun laporan dari negara
berkembang menyatakan S. Pirogens sebagai organisme penyebab adalah sedikit.
Presentasinya bisa saja luas, walaupun itu terasosisasi dengan infeksi fulminan karena bisa
terjadi pengrusakan jaringan yang cepat. Syok endotoksin yang parah dengan tingkat
mortalitas yang tinggi juga telah dilaporkan dengan infeksi E.Coli.
Page | 7
Kebersihan tangan
Transmisi dari sepsis puerpuralis yang melalui tangan penolong persalinan ditemukan
oleh Semmelweis pada tahun 1847. Kebersihan tangan telah di galakkan sebagai cara yang
sederhana, efektif untuk mencegah infeksi walaupun tidak terdapat bukti yang besar
menghubungkan tentang kebersihan tangan dengan pencegahan infeksi nosokomial. Pada
tahun 2005, kampanye kontrol infeksi clean care is safer care dilakukan oleh WHO
sebagai bagian dari Global Patient Safety Challenge. Kampanya kontrol infeksi yang
menempatkan kebersihan tangan sebagai prioritas utama, menjadikan produk bersih (darah),
praktisi (persiapan kamar operasi), peralatan (instrumen dan syringes) dan lingkungan (air,
Page | 8
sampah dan sanitasi) pada pelayanan kesehatan. Guidelines tentang kebersihan tangan telah
di bangun menggunakan rekomendasi evidence-based.
Produk yang digunakan untuk mencuci tangan dan desinfeksi tangan dibagi menjadi
sabun biasa, sabun antrimikroba dan antisepsis alkohol. Studi telah menunjukkan bahwa
mencuci tangan dengan agen antiseptik tidak berair lebih efektif dari sabun, walaupun
kebanyakan tes studi yang menggunakan produk lebih dari 30 detik daripada kurang dari 15
detik pada kebanyakan tenaga kesehatan pada saat mencuci tangannya. Pencuci tangan
berbasis alkohol sekarang direkomendasikan sebagai cara rutin untuk desinfeksi tangan
kecuali tangannya sudah terlihat kotor dari pandangan mata. Hal ini telah menunjukkan
bahwa penggunaannya lebih efektif dari segi biaya dan cocok digunakan di tempat yang air
dan sanitasinya masih buruk. Mereka juga bisa lebih mudah dibuat dan lebih bisa tersedia di
samping tempat tidur pasien sebagai persediaan pribadi. Cara alternatif selain menggunakan
alkohol untuk penggunaan rutin adalah mencuci tangan menggunakan sabun antimikroba dan
air.
Keefektivitasan penggunaan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi telah
dikonfirmasi secara luas. Tetapi, beberapa studi menyarankan bahwa memakai sarung tangan
bisa saja mengurangi komplians untuk mencuci tangan. Kecacatan sarung tangan dan
kontaminasi saat mencopot sarung tangan menambahkan keperluan kita untuk mencuci
tangan.
pada ibunya. Di Tanzania, provisi untuk peralatan persalinan bersih pada persalinan dirumah
telah diasosiasikan dengan pengurangan terjadinya sepsis purpuralis sebesar three-fold.
Telah banyak yang mempromosikan penggunakan peralatan persalinan bersih di fasilitas
kesehatan tetapi efek dari pencegahan ini belom dievaluasi lebih lanjut.
Antisepsis vagina
Penggunaan klorhexidine sebagai pencuci vagina dan perineum menunjukkan potensi
untuk mengurangi sepsis purpuralis di rumah sakit Malawi, tetapi Review Cochrane tidak
dapat menemukan hubungan antara klorhexidine dan penurunan insiden sepsis maternal.
Review tersebut dibuat berdasarkan 3 studi acak, dimana semuanya dijalankan di fasilitas
kesehatan yang memiliki peralatan memadai dan pada persalinan dirumah masih memerlukan
penelitian lanjut. Studi Hospital-based di Mesir menggunakan klorhexidine juga menunjukan
penurunan rasio infeksi. Klorhexidine pencuci vagina juga telah di coba di rumah rumah di
Pakistan, dan ditemukkan sebagai cara yang aman dan diterima walaupun efek dari kesehatan
masih belum diketahui.
Page | 10
Page | 11
Asepsis Operasi
Seksio sesaria adalah cara untuk menyelamatkan nyawa di setidaknya 5% persalinan.
Tetapi, juga merupakan prosedur yang berhubungan dengan peningkatan resiko sepsis
purpuralis dan juga berpotensi menggandakan resiko infeksi maternal. Sebanyak 50% infeksi
yang berasosiasi pelayanan kesehatan pada negara berkembang adalah pada infeksi di ruang
operasi, jadi praktisi untuk melakukan asepsis operasi adalah kunci untuk mengontrol infeksi
pada fasilitas kesehatan. Petugas kamar operasi juga telah diberikan arahan untuk
menggunakan sikat untuk mencuci tangan mereka sebelum operasi. Tetapi, bukti yang ada
sekarang menunjukkan bahwa tidak hanya sikat dan spons yang dibutuhkan, pencucian
tangan minimal 2 menit dengan klorhexidine atau povidone iodine dan dilanjutkan dengan
alkohol mengurangi jumlah kuman yang terdapat pada tangan petugas kamar operasi.
Pencucian yang dipersingkat ditambah dengan antiseptik yang bagus mungkin berkontribusi
untuk meningkatkan komplians dan keefektivitasan dari strategi kontrol infeksi.
Supplemen mikronutrien
Sejak 80 tahun lalu, malnutrisi dikenal berhubungan dengan sepsis puerperalis, dan
hal ini telah dibenarkan bahwa mikronutrisi dapat mempengaruhi fungsi imunitas. Vitamin A
atau suplemen Beta Carotene, terutama untuk wanita yang memiliki gizi kurang, berpotensi
dalam mengurangi mortalitas maternal dari berbagai infeksi maupun kasus lainnya. Beberapa
suplemen berhubungan dengan reduksi sebanyak 40% dalam kasus yang menyebabkan
mortalitas maternal (dari 645 menjadi 385 kasus kematian per 100.000 kelahiran) di Nepal
dan pengurangan sebanyak 78% dalam kasus infeksi maternal. Akan tetapi, pengkajian ulang
secara sistematik dari efek Vitamin A sendiri masih belum jelas. Uji coba yang baru saja
dilakukan di Ghana tidak menunjukan keuntungan bagi maternal. Hingga saat ini, belum ada
fakta yang menunjukan bahwa program dalam pemberian suplemen Vitamin A yang dapat
mereduksi mortalitas maternal.
Telah ada pemikiran bahwa suplemen lainnya dapat mencegah sepsis puerperalis.
Grup wanita lainnya di Nepal telah dipilih secara acak untuk diikut sertakan dalam uji coba
placebo atau salah satu dari antara lain: asam folat, asam folat / zat besi, asam folat / zat besi /
zinc atau asam folat / zat besi / zinc dengan mikronutrisi lainnya. Dalam hal ini, placebo
hanya mengandung Vitamin A. Reduksi yang signifikan diamati untuk bahan yang
Page | 12
mengandung zat besi, dengan atau tidak mengandung zinc, dan dalam suatu grup yang hanya
menerima mikronutrisi. Hasilnya, reduksi terbanyak terlihat dari grup yang menerima zinc.
Antibiotik
Antibiotik profilaksis rutin yang diberikan dalam operasi sesaria mengurangi
endometritis setidaknya 2/3 insidensi dan telah dijadikan rekomendasi dalam praktek saat ini.
Untuk situasi yang memiliki resiko tinggi, seperti halnya vacuum atau forceps vaginal
delivery, kurang cukup data untuk membuat rekomendasi dalam pemakaian secara rutin
antibiotik profilaksis. Vaginosis bakterial dan kolonisasi grup B streptococcus dari saluran
genitalia direkomendasikan mempergunakan antibiotik profilaksis rutin untuk semua wanita
hamil. Studi individual menunjukan hasil yang berkebalikan. Cochranes review dari 6 uji
coba acak menyarankan penggunaan antibiotik profilaksis dalam trisemester kehamilan ke
2 atau 3 karena hasilnya yang efektif dalam mengurangi kasus endometritis post partum
untuk wanita dengan riwayat melahirkan prematur (OR 0.46%; 95% Cl 0.24% - 0.89) tetapi
efek pada wanita yang tidak dipilih atau pada wanita yang memiliki resiko tidak spefisik
lebih tidak jelas (OR 0.49; 95% Cl 0.23 1.06). Jadi, profilaksis tidak direkomendasikan
untuk penggunakan rutin pada wanita hamil. Pada sistem kesehatan yang kurang memadai,
untuk mengidentifikasi wanita dengan resiko tinggi sangat terbatas dengan buruknya kualitas
pelayanan, sedikitnya fasilitas laboratorium, dan sulitnya me follow up wanita pada masa
antenatal care. Namun, masih banyak yang dapat diraih dengan memperkenalkan perubahan
perubahan untuk pratek jika buktinya sudah jelas dan intervensinya jelas. Sebagai contoh,
dampak pemakaian yang kurang berguna dari antibiotik telah dipelajari di Mozambique,
dimana pemakaian single dose dapat menghemat penggunaan antibiotik, pemakaian
antibiotik profilaksis sebelum sesaria dibandingkan dengan terapi antibiotik postoperative
selama seminggu yang merupakan praktek standar.
Dalam hal pengobatan sepsis puerperalis menggunakan antibiotik, terapi broad
spectrum tanpa mengidentifikasi agen infeksinya sudah banyak dipakai di negara
berkembang. Pengobatan sepsis puerperalis dengan antibiotik sensitif dilakukan karena
fasilitas laboratorium dan diagnostik yang masih buruk. Kemajuan laboratorium dan
teknologi untuk meningkatkan microbiological assessment seperti penggunaan metode disc
diffusion dengan antibiotic impregnation of paper discs oleh pekerja kesehatan non
spesialis belum diajarkan.
Page | 13
organisasional
seperti
denah
bangsal,
pengadaan
poster,
dan
Page | 15
biaya pada beberapa strategi pencegahan dan pengobatan juga diperlukan. Di USA, telah
terestimasi bahwa pencegahan infeksi telah bisa mengurangi rasio infeksi sebesar 6% untuk
biaya programnya. Praktik penggunaan antibiotik yang sia sia dan tidak diperlukan pada
negara berkembang telah didokumentasikan dengan baik dan hanya menambahkan hambatan
pada sistem kesehatan di daerah masyarakat dengan pendapatan rendah sampai sedang.
Melihat kedepan
Usaha mengurangi sepsis purpuralis bagi negara berpendapatan menengah kebawah
mungkin memerlukan pendekatan yang khusus. Data-data lama telah menunjukkan bahwa
dimana sepsis purpuralis menjadi kejadian yang sudah biasa, terdapat penurunan drastis pada
mortalitas maternal yang dihasilkan dari pencegahan efektif. Tidak melihat dari pengetahuan
terbaru dari etiologi sepsis purpuralis dan keefektifitasan kontrol infeksi, rasio kasus
kematian pada sepsis purpuralis di beberapa negara pada hari ini tetaplah tinggi seperti
dimasa lalu. Tekonologi baru dan praktik evidence-based sendiri tidak akan cukup untuk
menurunkan mortalitas maternal. Tiga kunci strategi untuk mengurangi kematian yang tidak
perlu dari sepsis purpuralis telah diajukan
Page | 17
Intervensi untuk mengurangi sepsis purpuralis harus mengikut sertakan faktor sistem
kesehatan
Komponen penting yang harus ditanamkan kedalam strategi kontrol infeksi yang
efektif terlihat dari berbagai macam elemen struktural dari sistem kesehatan. Walaupun
terdapat beberapa bukti berkualitas tinggi yang tersedia dalam beberapa spesifik intervensi
untuk mengurangi sepsis purpuralis, hal ini menjadi sangat tidak mungkin untuk mencapai
kesuksesan mengontrol infeksi hanya dengan satu kemajuan teknologi. Strategi untuk
mengubah perilaku dan meningkatkan sistem juga diperlukan, didalamnya : psikologi,
edukasi, organisasi, administrasi, teknologi dan presprektif medis.
informasi dan pesan untuk melihat faktor penting dari sepsis purpuralis juga diperlukan.
Advokasi untuk menurunkan mortalitas maternal, termasuk dokter spesialis Obsgyn, harus
terpacu dan lebih terlibat dalam usaha global untuk menjadikan sepsis purpuralis penyakit
yang hanya terjadi dimasa lalu.
Acknowledgements
Pekerjaan ini telah dikerjakan sebagai bagian dari Immpact (www.immpactinternational.org). Penulis juga dibiayai oleh University of Aberdeen dan bersyukur kepada
MacArthur Foundation yang mengizinkan pemakaian material yang berhubungan tentang
kontrol infeksi dimana yang juga dibiayai oleh mereka. Sheetal Sharma telah membantu
untuk menjalankan pencarian literatur pada infeksi pada masa kehamilan dan faktor
mikrobiologi dari sespis purpuralis. Agensi yang membiayai tidak memiliki tanggung jawab
kepada informasi informasi yang telah diberikan pada artikel ini. Tanggung jawab terhadap
informasi ini murni tanggung jawab dari penulis.
Page | 19