Fotosintesis
Fotosintesis
(CH2O)n + nO2
Klorofil
Dalam proses fotosintesis terjadi suatu proses yang sangat mendasar bagi
semua kehidupan di bumi ini baik secara langsung maupun tidak langsung,
karena:
(1) karbohidrat sebagai hasil fotosintesis merupakan sumber energi bagi semua
kehidupan;
(2) hasil fotosintesis merupakan bahan dasar sintesis berbagai senyawa organik
yang diperlukan manusia, hewan dan kehidupan lainnya;
(3) pertumbuhan dan hasil tumbuhan sangat ditentukan oleh kecepatan dan
efektivitas proses fotosintesis; dan
(4) dalam fotosintesis dihasilkan oksigen (O2) sebagai hasil samping yang sangat
penting bagi kehidupan.
Di mana dan bagaimanan proses fotosintesis itu terjadi akan dibahas
secara lebih rinci dalam pembahasan selanjutnya.
PENELITIAN AWAL FOTOSINTESIS
Semula para ahli botani berpendapat bahwa tumbuhan memperoleh
semua bahan penyusunnya dari tanah. Pandangan ini mulai diragukan setelah
Van Helmont (1648) melakukan percobaan sebagai berikut.
Van Helmont menanam pucuk tanaman willow dalam sebuah pot yang
berisi tanah sebanyak 200 pon. Pot tanaman tersebut selanjutnya ditutup dengan
lempeng logam yang berlubang-lubang untuk mengurangi kemungkinan
kontaminasi debu dari luar, namun tanpa mengganggu proses penyiraman dan
pertumbuhan tanaman willow itu sendiri. Penyiraman dilakukan dengan air hujan
yang bersih dari substrat tanah. Percobaan ini dilakukan selama lima tahun.
Setelah lima tahun tanaman willow yang semula beratnya 5 pon, naik menjadi 164
pon 3 ons. Sedangkan tanah dalam pot setelah ditimbang beratnya hanya
berkurang 2 ons dari berat semula. Dari mana tanaman willow tersebut mendapat
tambahan berat sekitar 159 pon 3 ons tersebut? Van Helmont saat itu sampai
pada kesimpulan bahwa penambahan berat tanaman willow tersebut bukan
berasal dari tanah seperti dugaan ahli sebelumnya, namun berasal dari air
siramannya.
Pada tahun 1772, Joseph Pristley dalam percobaannya dengan tikus
dalam ruang penyungkup menemukan hal-hal sebagai berikut. Tikus yang ditaruh
dalam ruang penyungkup yang tertutup rapat, mati lemas akibat kekurangan
oksigen yang mereka perlukan. Tetapi apabila dalam ruangan tersebut
ditempatkan tikus dan tumbuhan hijau, maka tikus itu dapat bertahan hidup.
Joseph Pristley menyimpulkan bahwa tumbuhan dapat memberikan O2 yang
diperlukan tikus.
Pada tahun 1778, Ingenhoush menemukan bahwa penemuan J. Pristley
tersebut akan terjadi bila tanaman tersebut diterangi. Namun bila penyungkup
dengan tanaman hijau itu ditaruh ditempat gelap tikus tetap mati. Ini berarti bahwa
tumbuhan hijau dapat menghasilkan O2 bila ada sinar.
Seneber (1782) selanjutnya berpendapat bahwa penambahan berat
tanaman willow pada percobaan Van Helmont (1648) berasal dari gas CO2 dalam
suatu proses yang dibantu sinar dengan pembebasan O2, yang selanjutnya
dikenal dengan proses fotosintesis. Produk fotosintesis berupa bahan organik
(pati) ditemukan oleh Julius Sachs (1864), dalam suatu eksperimen penyinaran
kloroplas dengan sinar matahari sehingga reaksi fotosintesis dapat dibuat sebagai
berikut.
Klorofil
(CH2O) n + nO2
2H2 + O2
C6H12O6 + 6O218
Hasil deteksi terhadap O2 bebas hasil fotosintesis ternyata O18 yang radio aktif,
yang berarti O2 tersebut berasal dari H2O18.
Blackman (1905) menemukan bahwa fiksasi (reduksi) CO2 ke (CH2O)n
berlangsung tanpa memerlukan sinar. Dan reaksi ini berlangsung sangat cepat.
Dari temuan ini dapat terungkap bahwa proses fotosintesis secara keseluruhan
terjadi dalam reaksi terang (memerlukan cahaya) yang selanjutnya dikenal
dengan reaksi Hill Blackman.
Daniel Armon (1954) menemukan bahwa proses transfer energi cahaya
yang terjadi dalam kloroplas melalui reaksi ADP dengan Pi menjadi ATP, dalam
suatu proses yang disebut fosforilasi fotosintetik atau fotofosforilasi dengan reaksi
sebagai berikut.
ADP + P + Cahaya
Klorofil
ATP + H2O
Pigmen Kloroplas
Pigmen yang paling banyak terdapat dalam kloroplas (pada membran
tilakoid) adalah klorofil. Ada banyak jenis klorofil (a,b,c,d dan e), tergantung dari
rantai simpang yang mengikat inti parfirin pada molekulnya. Namun yang
terbanyak pada tumbuhan tinggi adalah klorofil a dan b, yang mempunyai action
spectrum yang berbeda.
Selain klorofil, dalam kloroplas juga terdapat karotenoid yang merupakan
derifat likopen dalam bentuk karoten (merah jingga) dan xantofil (kuning).
Fungsi karotenoid adalah :
(1) melindungi klorofil dari fotooksidasi pada penyinaran yang terlalu kuat; dan
baru yang jaraknya lebih jauh dengan jarak sesuai dengan energi foton yang
diabsobsinya. Proses ini dikenal dengan fotoeksitasi. Sebuah elektron yang
tereksitasi yang memiliki energi tinggi merupakan elektron yang bernada dalam
keadaan tidak stabil dan memilki kecendrungan untuk kembali secepatnya (dalam
waktu seperkian detik) ke orbit asalnya sambil melepaskan energi eksitasinya
sewaktu kembali pada keadaan tenangnya (ground state).
Jika sebuah molekul klorofil menyerap energi cahaya selama fotosintesis
elektronnya akan tereksitasi sehingga terlepas dari molekul klorofil, membuat
molekul klorofil bermuatan positif (Klp Klp+ + e-). Elektron yang kaya energi ini
langsung ditangkap oleh akseptor elektron yang mengandung besi yang disebut
feredoksin yang karenanya menjadi tereduksi, sebagai awal adanya konversi
energi cahaya menjadi energi kimia.
Energi cahaya
e
e
Klp+
klp
Keadaan dasar
Keadaan tereksitasi
Gambar 3.3 Proses eksitasi sebuah molekul klorofil (sumber: Lovelees, 1987)
Klorofil yang tereksitasi setelah melepaskan elektronnya akan kembali
kepada kondisi dalam keadaan dasar (tenang).
Klp+ + e- Klp
Energi eksitasi yang diinduksi dalam suatu molekul atau atom oleh suatu
foton dapat hilang/ lepas menurut tiga cara, yaitu:
1. energi tersebut lepas sebgai panas/kalor;
2. energi tersebut sebagian lepas sebagai panas, sisanya sebagai cahaya
dengan panjang gelombang yang lebih panjang dari panjang gelombang
cahaya yang diabsorbsi, yang disebut fluororesensi; dan
3. energi tersebut digunakan untuk suatu reaksi kimia seperti yang diuraikan
diatas (dengan ferodoksin dst).
Fotosintesis adalah hasil dari proses reaksi kimia dari energi eksitasi
tersebut. Energi eksitasi dari berbagai pigmen fotosintesis dipindahkan ke pigmen
pengumpul energi yang disebut pusat reaksi secara resonansi induktif. Artinya
energi dalam pigmen tereksitasi I dipindahkan kepigmen sebelahnya (II), dari sini
ke pigmen sebelahnya lagi (III) dst-nya, hingga akhirnya sampai kepusat reaksi.
II
III
dst
Aktifasi FS-I oleh cahaya lebih besar dari 680 nm, menyebabkan elektron
mengalir dari P-700 ke feredoksin. Feredoksin tidak mampu meneruskan elektron
ke NADP akan menyerahkan elektron itu ke sitokrom B6. Sitokrom B6 selanjutnya
meneruskan elektron melaui sitokrom f dan plastosianin ke P-700. Sintesis ATP
terjadi antara feredoksin dan sitokrom B6 dan antara sitikrom B6 dan sitokrom f
(fotofosforilasi siklik).
Skema yang mengambarkan starnsfer elektron yang di induksi cahaya
dalam fotosintesis yang menunjukkan fotofosforilasi siklik dan non-siklik dapat
dilihat pada bagan berikut ini, yang juga disebut dengan skema Z.
Fotorespirasi
Fotorespirasi adalah proses respirasi yang berlangsung sangat cepat dan
terjadi pada organ fotosintesis yang terpajan sinar matahari dan bergantung
sepenuhnya pada cahaya. Pada peristiwa ini RuBP mengikat O2 dan
menghasilkan CO2 amoniak (NH3) melalui jalur Gliserat dan Glikolat dan
berlangsung pada saat ada sinar matahari bersamaan dengan peristiwa
fotosintesis. Berbeda dengan respirasi biasa yang terjadi pada mitokondria,
fotorespirasi berlangsung pada organel peroxisoma. Fotorespirasi tidak
menghasilkan energi berupa ATP dan NADP. Energi yang dikeluarkan pada
peristiwa ini hilang begitu saja berupa panas.Pada keadaan konsentrasi CO2
rendah dan konsentrasi O2 tinggi RuBP lebih mudah mengikat O2 karena afinitas
O2 lebih tinggi dari pada CO2. Akibatnya laju fotosintesis pada kadar CO2 rendah
terutama pada tumbuhan C-3. Untuk tumbuhan C-4 hal ini tidak terjadi karena
suplai CO2 dijamin oleh asam malat melalui perubahannya menjadi asam piruvat
dan CO2, sehingga efisiensi fotosintesis lebih tinggi pada tanaman C-4. Diagram
fotorespirasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.12 Fiksasi CO2 pada tumbuhan CAM (sumber: Salisbury & Ross, 1992)
Pada waktu gelap, pati diuraikan melalui glikolisis hingga terbentuk PEP.
CO2 kemudian bereaksi dengan PEP membentuk oksaloasetat. Selanjutnya
oksaloasetat direduksi menjaui malat oleh malat dehidrogenase bergantung
NADH2 Sebagian besar malat dipindahkan dan disimpan dalam vakuola sebagai
asam malat hingga siang hari. Siang hari asam malat berdifusi dari vakuola dan
didekarboksilasi oleh salah satu dari tiga mekanisme pada gambar 8 di atas. CO2
yang dilepaskan difiksasi kembali oleh RuBP karboksilase membentuk PGA dari
daur Calvin, yang kemudian diubah menjadi sukrosa, pati dan hasil-hasil
fotosintesis lainnya. Piruvat yang dibentuk oleh dekarboksilasi diubah menjadi
PEP oleh piruvat fosfat dikinase, seperti pada tumbuhan C-4. Kemudian
sebagian PEP digunakan dalam respirasi, sebagian diubah menjadi gula dan pati
oleh kebalikan glikolisis dan sebagian lagi diubah menjadi asam amino, protein,
asam nukleat, dan lain-lain.
Perbedaan prinsip yang terjadi antara tumbuhan C-4 dengan tumbuhan CAM
disamping membukanya stomata pada malam hari adalah dalam tumbuhan C-4
terdapat pemisahan tempat antara sel-sel mesofil dan sel-sel seludang parenkim
untuk pembentukan dan dekarboksilasi malat, dan kedua proses berlangsung
pada siang hari, sedangkan pada tumbuhan CAM kedua proses terjadi pada sel
yang sama, namun satu proses terjadi malam hari dan yang lain siang hari.
Pembentukam Sukrosa dan Pati.
Pada setap lintasan dari tiga lintasan utama penambatan CO2, produk
utama penyimpanan pada daun yang terhimpun pada siang hari biasanya adalah
sukrosa dan pati. Gula heksosa-bebas, seperti glukosa dan fruktosa jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan sukrosa di sel fotosintesis, walaupun hal sebaliknya
terjadi pada sel non fotosintesis. Pada beberapa rerumputan dan juga pada
beberapa dikotil, pati bukanlah produk utama fotosintesis, namun pada tumbuhan
tersebut sukrosa dan polimer fruktosa yang disebut fruktan banyak terdapat di
daun dan batang, tapi pati lebih banyak di akar dan biji.
Sintesis Sukrosa.
Sintesis sukrosa berlangsung di sitosol, bukan di kloroplas tempat
berlangsungnya daur Calvin. Glukosa dan fruktosa-bebas bukan prazat penting
bagi sukrosa, yang penting sebagai prazat adalah bentuk terfosforilasi dari gula
tersebut Glukosa-1-fosfat dan fruktosa-6-fosfat yang diperlukan untuk
menghasilkan sukrosa, namun gabungan tersebut tidak secara langsung sebab
sejumlah energi harus disediakan untuk mengaktifkan unit glukosanya. Energi
tersebut disediakan oleh uridin terifosfat dan uridin difosfat yakni sebuah
nukleosida trifosfat serupa ATP tetapi mengandung basa pirimidin urasil bukan
basa purin adenosin. Reaksinya dapat dilihat sebagai berikut.
UTP + glukosa-1-fosfat
UGPG + PPi
PPi + H2O
UDPG + fruktosa-6-
fosfat
Sukrosa-6-fosfat + H2O
UDP+ ATP
2 Pi
Sukrosa-6-fosfat + UDP
Sukrosa + Pi
UTP + ADP
Pembentukan Pati
Karbohidrat utama yang disimpan pada sebagian besar tumbuhan adalah
pati. Di daun pati terhimpun di kloroplas, dan di organ penyimpanan karbohidrat
terhimpun dalam bentuk amiloplas yang terbentuk sebagai basil translokasi
sukrosa atau karbohidrat lainnya.
Pada tumbuhan pati selalu terdapat dalam satu butir atau beberapa butir
pati di plastid. Pati terbentuk pada siang hari ketika fotosintesis melebihi laju
gabungan antara respirasi dan translokasi, kemudian sebagian hilang waktu
malam melalui kedua proses tersebut. Dua jenis pati dijumpai disebagian besar
butir pati, yaitu amilosa dan amilopiktin.
Pembentukan pati terjadi terutama melalui satu proses yang melibatkan
sambungan berulang unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG
yang disebut adenosin diposfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG
berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa-1-fosfat di kloroplas dan
plastid lainnya. Reaksinya sebahai berikut:
ADPG + amilosa kecil ( unit n glukosa)amilosa lebih besar + ADP Pati
sintetase yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan oleh K+. Hal ini
merupakan alasan mengapa K+ penting bagi tumbuhan.
Fotosintesis ditinjau dari Aspek Lingkungan.
Aktivitas fotosintesis di dunia sangat menakjubkan jika dilihat dari jumlah
karbon yajig di tambat tiap tahun yang diperkirakan berkisar antara 70-120 trilyun
ton (setara dengan 170-290 gigaton bobot kering dengan rumus empiris
menyerupai CH2O). Produktivitas fotosintesis yang sangat tinggi ini terjadi
sekalipun konsentrasi CO2 atmosfer rendah yang hanya sekitar 0,0352%
berdasarkan volume atau 352 mol mol-1. Di dalam tajuk tumbuhan, seperti
misalnya tanaman jagung di ladang kandungan CO2 menurun sampai 260 mol
mol1 atau kurang pada siang hari, sedangkan pada malam hari dapat mencapai
400 mol mol-1 karena adanya respirasi tumbuhan dan mikroba tanah. Sebagian
besar CO2 yang digunakan oleh tumbuhan akhirnya diubah menjadi selulosa
sebagai komponen utama kayu.
Daur Karbon.
Kadar CO2 di udara sangat stabil pada tingkat sekitar 280 mol mol-1
selama ribuan tahun belakangan ini dan cukup stabil pada 200 dan 300 mol
mol-1 selama 150.000 tahun sebelum itu. Sejak sekitar tahun 1850, CO2
meningkat secara eksponensia sampai mencapai 352 mol mol-1 pada tahun
1990. CO2 meningkat sekitar 1,4 mol mol-1th-1 selama 15 tahun terakhir, tapi
pada tahun 1988 peningkatannya lebih dari 0,5 %. Alasan utama peningkatan
sejak tahun 1850 ini adalah pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu pembukaan
lahan khususnya pembakaran hutan tropika juga ikut berperan. Ekosistem
mantap seperti hutan hujan tropika menambah CO2 ke atmosfer melalui respirasi
dan pembusukan sebanyak yang mereka ambil, tapi bila hutan ditebang dan
dibakar, karbon yang tersimpan di biomasanya dan sebagian besar atau semua
simpanan karbon di tanah berpindah dari biosfer ke atmosfer. Gambar 3.13
berikut memperlihatkan daur karbon di alam.