Anda di halaman 1dari 13

Nama : Karina Pratwi Siregar

No. BP : 2010421013

Kelas :A

Tugas RMK 3 Fisiologi Tumbuhan

Fotosintesis

Kronologis Penemuan Fotosintesis


Pada abad ke- 17, Jan van Helmont seorang dokter dan ahli kimia yang berasal dari
Flandria (bagian dari belgia), ia melakukang penelitian untuk mengetahui faktor yang
menyebabkan massa tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitian yang telah
ia lakukan, dapat disimpulkan bahwa pertambahan massa tumbuhan disebabkan oleh
pemberian air. Lalu tahun 1727, Stephen Hales seorang ahli botani Inggris berpendapat
bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan. Ia
mengemukakan bahwa sebagian makanan pada tumbuhan berasal dari atmosfer dan cahaya
yang terlibat dalam proses tertentu. Dan saat itu belum diketahui bahwa udara mengandung
unsur gas yang berlainan.
Tidak hanya Jan van Helmont dan Stephen Hales, beberapa ahli lainnya juga
melakukang penelitian yang berkaitan dengan fotosintesis.
1. Joseph Priestley (1772)
Beliau seorang ahli kimia dan pendeta kebangsaan Inggris yang melakukan
penelitian dan menemukan bahwa ketika ia menutup lilin menyala menggunakan
toples terbalik, maka akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Kemudian ia
meletakkan tikus ke dalam toples terbalik tersebut bersama dengan lilin, tak lama
tikus itu mati lemas. Dari percobaan yang ia lakukan, dapat disimpulkan bahwa lilin
tersebut telah merusak udara yang ada di dalam toples tersebut dan telah
menyebabkan tikus tersebut mati. Lalu ia mengatakan bahwa udara yang telah
dirusak dapat dipulihkan dengan menggunakan tumbuhan dan ia juga mengatakan
bahwa tikus dapat tetap hidup dalam toples yang tertutup asalkan di dalamnya juga
terdapat tumbuhan. Jadi dapat diketahui bahwa tumbuhan menggunakan CO2 yang
dikeluarkan oleh hewan dan manusia, sedangkan hewan dan manusia menyerap O2
yang dihasilkan oleh tumbuhan.

2. Jan Ingenhousz (1778)


Beliau seorang dokter kerajaan Austria, ia mengulang eksperimen yang dilakukan
oleh Priestley. Ia berpendapat bahwa cahaya matahari juga berpengaruh pada
tumbuhan sehingga dapat memulihkan udara yang sudah rusak. Ia juga berpendapat
bahwa tumbuhan dapat mengotori udara saat malam hari sehingga ia menyarankan
agar tumbuhan dikeluarkan dari rumah untuk mencegah kemungkinan penghuninya
teracuni. Ia mengatakan bahwa pada proses fotosintesis, tumbuhan akan
mengeluarkan O2. Hal itu dapat dibuktikan dengan percobaan menggunakan
tanaman air yaitu Hidrilla verticillata dibawah corong terbalik. Jika tanaman
tersebut terkena cahaya, akan timbul gelembung-gelembung udara yang akhirnya
mengumpul didasar tabung reaksi. Ia menyimpulkan bahwa fotosintesis
menghasilkan O2.
3. Blackman (1905)
Beliau membuktikan bahwa CO2 berubah menjadi glukosa dapat berlangsung tanpa
adanya bantuan cahaya matahari. Hal ini sering disebut dengan reduksi karbon
dioksida. Ada dua macam reaksi dalam fotosintesis, yaitu reaksi terang dan reaksi
gelap. Reaksi terang (reaksi hill) adalah fotolisis, sedangkan reaksi gelap (reaksi
blackman) adalah reduksi karbon dioksida. Gabungan dari reaksi terang dan gelap
ini disebut fotosintesis. Pada tahun 1940 Melvin Calvin dan timnya berhasil
menemukan urutan reaksi yang berlangsung pada reaksi gelap. Rangkaian tersebut
secara berulang terus menerus yang disebut siklus calvin.
4. Engelmann (1822)
Beliau melakukan percobaan menggunakan Spirogyra, yaitu suatu alga yang
mempunyai kloroplas yang berbentuk spiral dan berukuran besar. Dari percobaan
yang telah dilakukan dapat diketahuin bahwa O2 dikeluarkan oleh kloroplas yang
terkena sinar matahari, sedangkan yang tidak kena tidak mengeluarkan O2.
Kesimpulan dari percobaan Engelmann adalah fotosintesis dilakukan oleh
kloroplas dan kloroplas berfotosintesis jika terkena cahaya.
5. Sach (1860)
Beliau membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum. Ia
melakukan percobaan dengan cara membungkus daun dengan kertas timah dan
dibiarkan terkena sinar matahari. Saat sore hari daun tersebut dipetik dan direbus
untuk mematikan sel-selnya. Selanjutnya direndam dalam alkohol untuk
melarutkan klorofil yang ada, lalu ditetesi dengan larutan yodium. Hasilnya adalah
daun yang ditutup dengan kertas timah tetap pucat, sedangkan yang tidak ditutup
berwarna biru kehitaman. Warna biru kehitaman menunjukkan bahwa di dalam
daun tersebut mengandung amilum.
6. Hill (1937)
Ia berhasil membuktikan bahwa energi cahaya yang ditangkap oleh klorofil
digunakan untuk memecah molekul H2O menjadi 2H+ dan ½ O2. Peristiwa ini
dinamakan fotolisis. Peristiwa tersebut hanya terjadi jika klorofil terkena cahaya,
oleh karenanya reaksi ini juga dinamakan reaksi terang. Ion H+ yang dihasilkan
pada reaksi terang ini selanjutnya ditangkap oleh suatu senyawa yang akan berperan
dalam reaksi berikutnya yaitu dalam pembentukan glukosa dari CO2. Reaksi
penangkapan CO2 dan pembentukan glukosa ini berlangsung tanpa memerlukan
cahaya, sehingga reaksinya dinamakan reaksi gelap.
Transfer Elektron dari H2O ke NADP+

 Mekanisme Reaksi Terang

Proses berlangsungnya fotosintesis melibatkan beberapa spektrum warna. Tidak


semua spectrum warna bisa efektif digunakan dalam fotosintesis. Adapun spektrum
warna yang efektif dan sesuai dengan serapa pigmen fotosintesis adalah spektrum
cahaya merah dan biru.
Nah, pigmen fotosintesis dibagi menjadi dua, yaitu klorofil a dan klorofil b. Kedua
klorofil tersebut mampu membentuk suatu kelompok yang disebut fotosistem.
Fotosistem dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

a. Fotosistem I
Fotosistem I memuat klorofil a dan klorofil b dengan perbandingan 12 : 1. Panjang
gelombang cahaya yang mampu ditangkap oleh fotosistem I ini adalah 700 nm.
Itulah sebabnya fotosistem I biasa disebut P700.

b. Fotosistem II
Fotosistem II memuat klorofil a dan klorofil b dengan perbandingan 1 : 2. Panjang
gelombang cahaya yang mampu ditangkap oleh fotosistem ini adalah 680 nm. Oleh
karena itu, fotosistem II disebut juga P680.

 Tahapan Reaksi Terang

a. Aktivasi klorofil
Aktivasi klorofil diawali dengan penangkapan foton dari cahaya matahari oleh
klorofil. Hal itu akan memicu pelepasan elektron (eksitasi) dari klorofil. Akibatnya,
klorofil menjadi tidak stabil.

b. Fotolisis air
Fotolisis air merupakan proses pecahnya molekul air oleh elektron yang berasal
dari fotosistem II. Pemecahan ini menghasilkan terbentuknya ion H+, elektron, dan
O2. Untuk O2 selanjutnya akan dilepaskan ke udara.

c. Sistem transpor elektron siklik dan nonsiklik


Suatu rantai transpor elektron yang melibatkan fotosistem I dan fotosistem II
disebut sebagai sistem transpor elektron siklik dan nonsiklik. Kedua sistem
transpor ini akan menghasilkan ATP dan ADP. Sistem transpor elektron siklik dan
nonsiklik biasa disebut fotofosforilasi siklik dan nonsiklik. Untuk pembahasan
masing-masing transpor elektron sebagai berikut:

 Transpor elektron siklik


Transpor elektron siklik diawali dengan terangkutnya P700 oleh beberapa
akseptor dan kembali lagi ke P700. Itulah mengapa, proses ini hanya
melibatkan fotosistem
Transpor elektron siklik menghasilkan ATP. Adapun serangkaian proses yang
terjadi dalam transpor elektron siklik adalah sebagai berikut.
Fotosistem I menerima cahaya, sehingga elektron di dalamnya mengalami
eksitasi. Proses ini dikenal sebagai aktivasi klorofil.
Elektron dari P700 ditransfer ke akseptor elektron, lalu kembali lagi ke P700.
Proses ini dikenal sebagai transpor elektron.
Elektron dari akseptor masuk ke dalam kompleks sitokrom. Masuknya elektron
ke dalam kompleks sitokrom ini mengakibatkan peningkatan energi, sehingga
mampu mengubah ADP menjadi ATP.

 Transpor elektron nonsiklik


Pada transpor elektron nonsiklik, fotosistem yang dilibatkan adalah fotosistem I
dan fotosistem II. Elektron dari P680 diangkut melalui beberapa akseptor menuju
P700. Namun, elektron tidak akan kembali, sehingga prosesnya dikenal sebagai
nonsiklik.

Transpor elektron nonsiklik menghasilkan oksigen (O2), ATP, dan NADPH.


Adapun serangkaian proses yang terjadi pada transpor elektron nonsiklik adalah
sebagai berikut.
Fotosistem II menerima energi dalam bentuk cahaya, sehingga elektron di
dalamnya mengalami eksitasi. Proses ini dikenal sebagai aktivasi klorofil.
Elektron dari fotosistem II mampu memecahkan molekul air, sehingga dihasilkan
ion H+, O2, dan elektron. Proses ini dikenal sebagai fotolisis air.
Elektron dari P680 ditransfer menuju P700 melalui beberapa akseptor.
Elektron dari akseptor elektron masuk ke dalam komplek sitokrom, sehingga
terbentuk ATP. Tidak hanya itu, elektron dari akseptor elektron juga akan diterima
oleh NADP. Oleh karena NADP mengikat ion H+ hasil dari fotolisis air, maka

Secara ringkas, urutan reaksi terang berdasarkan bagan di atas adalah sebagai berikut.

1. Fotosistem I menangkap foton. Hal itu mengakibatkan elektron di dalamnya tereksitasi.


2. Terbentuk ion H+, elektron, dan O2. Kemudian, O2 akan dilepaskan ke udara.
3. Elektron hasil pemecahan molekul air masuk dalam fotosistem II, lalu diterima oleh
akseptor elektron.
4. Elektron diangkut menuju kompleks sitokrom, sehingga terjadi peningkatan energi. Energi
tersebut digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP.
5. Elektron dari sitokrom diangkut menuju fotosistem I, lalu ke akseptor elektron berikutnya.
6. Elektron akan diterima oleh senyawa NADP. Hal ini mengakibatkan terikatnya ion H+ hasil
fotolisis air oleh NADP. Pengangkutan elektron inilah yang disebut transpor elektron
nonsiklik.
7. Elektron dari fotosistem I akan diangkut menuju akseptor elektron menuju kompleks sitokrom
lalu kembali lagi ke fotosistem I. Proses ini berlaku jika kebutuhan ATP kurang mencukupi.

3. Cara Penambatan dan Produk Penambatan CO2


Ada tiga cara yaitu :
 Siklus TCA Terbalik
Jalur autotrof adalah jalur khas pada bakteri hijau fototrof. Kebalikan dari daur asam sitrat
merupakan mekanisme fiksasi CO2 pada bakteri sulfur hijau Chlorobium. Ferredoxinred
menunjukkan bahwa terjadinya reaksi karboksilasi perlu adanya reduksi ferredoxin (masing‐
masing 2H). Reduksi ferredoxin pada Chlorobium berlangsung dengan perantaraan reaksi
fototrofik yang memerlukan cahaya. Berawal dari oksaloasetat, masing‐masing siklus
memerlukan 3 molekul CO2 untuk reaksi karboksilasi dan menghasilkan piruvat sebagai
produknya. Pemecahan sitrat oleh enzim tergantung‐ATP, sitrat‐liase, menghasilkan kembali
oxalasetat sebagai akseptor C4 dan membentuk asetik‐CoA yang diperlukan untuk biosintesis.
Perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat membutuhkan dua ikatan fosfat energi tinggi yang
ekuivalen.
Reaksi sederhana: 3 CO2 + 12 H + 5 ATP triose‐P

 Jalur Serine

Bakteri: Methylobacterium extorquens (bakteri methylotroph)

Jalur serin untuk asimilasi unit C1 ke dalam material sel oleh bakteri metilotrof
Tipe II. Produk dari daur ini, yaitu asetil‐CoA, digunakan sebagai titik awal dalam
pembentukan material sel yang baru. Enzim kunci yang penting pada daur ini
adalah serin transhidroksimetilase.
Reaksi sederhana:
Formaldehida + CO2 + CoA + 2 NADH = 2 H+ + 2 ATP Acetyl CoA + 2
NAD+ + 2 ADP + 2 Pi + 2 H2O
 Siklus Hidroksipropionat
Daur hidroksipropionat merupakan mekanisme autotrofik pada bakteri
nonsulfur hijau Chloroflexus. Asetil‐CoA dikarboksilasi dua kali untuk
menghasilkan metilmalonil‐CoA. Senyawa antara (intermediet) ini disusun
ulang untuk menghasilkan asetil‐CoA dan glioksilat. Pada akhirnya, kedua
senyawa tersebut akan diubah menjadi material sel yang mungkin terjadi
melalui senyawa antara yaitu serin atau glisin.
Reaksi:
2CO2 + 4H+ + 3ATP
Glyoxyl
ateBakteri: Chloroflexus
aurantiacus

DAUR CALVIN
 Tahapan pertana: Fiksasi karbon
Proses yang terjadi pada tahapan pertama ini adalah penangkapan
karbondioksida (CO2) dari udara bebas. CO2 yang berhasil ditangkap kemudian
akan disatukan dengan Ribulosa Bifosfat (RuBp) oleh enzim rubisco yang paling
banyak terdapat di dalam kloroplas. Hasil dari pengikatan 3 molekul RuBp dan 3
molekul CO2 berupa 3 molekul yang memiliki 6 karbon tidak stabil dan segera
pecah menjadi 2 molekul 3 fosfogliserat (PGA).

 Tahapan kedua: Reduksi


Masing – masing molekul 3 PGA akan menerima fosfat dari ATP sehingga
berubah menjadi 1,3 difosfogliserat. Dibutuhkan 6 ATP untuk merubah 6
molekul 3 PGA menjadi 6 molekul 1,3 difosfogliserat. Molekul 1,3
difosfogliserat akan mengalami reduksi oleh NADPH sehingga berubah menjadi
gliseraldehida 3 fosfat, dibutuhkan 6 molekul NADPH dalam sekali siklus
Calvin.
Hasil dari tahap reduksi adalah 6 molekul gliseraldehida 3 fosfat dengan 1
molekul tersebut akan dikeluarkan untuk bahan baku glukosa sehingga tersisa 5
molekul gliseraldehida 3 fosfat.
 Tahapan ketiga: regenerasi
Proses yang terjadi pada tahapan regenari adalah pembentukan glukosa dan
pembuatan kembali RuBp. Satu molekul gliseraldehida 3 fosfat dari tahapan
reduksi akan dikeluarkan untuk bahan baku glukosa. Sedangkan 5 molekul
gliseraldehida 3 fosfat lainnya digunakan dalam pembuatan RuBp. Pada tahapan
ini 5 molekul gliseraldehida 3 fosfat akan diubah menjadi 3 molekul RuBp yang
dapat digunakan kembali untuk menangkap karbondioksida. Dalam reaksi ini
terdapat 3 molekul ATP yang mendonorkan fosfatnya.

Molekul glukosa (c6H12O6) terdiri atas 6 karbon. Hasil dari proses fiksasi pada
satu kali siklus Calvin adalah 1 molekul PGAL (memiliki 3 atom karbon).
Sehingga, jalannya proses Siklus Calvin yang diperlukan untuk menghasilkan
satu buah molekul glukosa adalah 2 kali siklus Calvin.

Hasil Siklus Calvin


Reaksi yang terjadi pada tahapan fiksasi merubah RuBp menjadi PGA.
Kemudian, pada reaksi selanjutnya yaitu tahapan reduksi terjadi perubahan PGA
menjadi PGAL. Tahapan yang terakhir, yaitu regenrasi, terjadi reaksi yang
mengubah PGAL menjadi molekul untuk pembentukan glukosa dan pembuatan
kembali RuBp. Hasil berupa glukosa dimanfaatkan untuk kebutuhan. Sedangkan
RuBp akan masuk kembali ke dalam reaksi selanjutnya dan masuk dalam siklus
Calvin kembali, begitu seterusnya.
Hasil dari siklus Calvin atau reaksi gelap: Glukosa (C6H12O6), ATP, dan
NAPD. Urutan perubahan perubahan yang terjadi pada 3 tahapan siklus Calvin
berturut – turut adalah RuBP → PGA → PGAL → Glukosa.
Lintasan CO2 pada Tumbuhan C-4
Tanaman C4 berada di daerah kering dan bersuhu tinggi. Sekitar 1% spesies
tanaman memiliki biokimia C4. Beberapa contoh tanaman C4 adalah jagung dan tebu.
Seperti namanya, tanaman ini melakukan mekanisme fotosintesis C4. Fotosintesis C4
diperkirakan muncul hampir 12 juta tahun yang lalu. Tanaman C4 mungkin lebih baik
beradaptasi sekarang, karena tingkat karbon dioksida saat ini jauh lebih rendah
daripada 100 juta tahun yang lalu.
Tanaman C4 jauh lebih efisien dalam menangkap karbon dioksida. Fotosintesis
pada tanaman C4 ditemukan pada spesies monokotil dan dikotil. Berbeda dengan
tanaman C3, produk pertama yang terbentuk selama fotosintesis adalah asam
oksaloasetat, yang merupakan senyawa empat karbon. Yang paling penting, daun
tanaman ini menunjukkan jenis anatomi khusus yang disebut "Anatomi Kranz". Ada
lingkaran sel selubung bundel dengan kloroplas di sekitar bundel pembuluh darah
tempat tanaman C4 dapatdiidentifikasi.
Di jalur ini, fiksasi karbon dioksida terjadi dua kali. Dalam sitoplasma sel
mesofil, CO2 pertama diperbaiki dengan fosfoenolpiruvat (PEP), yang bertindak
sebagai akseptor primer. Reaksi dikatalisis oleh enzim PEP karboksilase. Kemudian
PEP dikonversi menjadi malat dan kemudian menjadi piruvat membebaskan CO2.
Dan, CO2 ini kembali memperbaiki untuk kedua kalinya dengan Ribulose
bisphosphate, untuk membentuk 2 phosphoglycerate untuk menjalankan siklus Calvin.
Membedakan lintasan CO2 antara Tumbuhan C-3 dan C-4
 Tanaman C3 menghasilkan asam fosfogliserat sebagai produk stabil pertama
dari reaksi gelap. Ini adalah senyawa tiga karbon. Di sisi lain, tanaman C4
menghasilkan asam oksalo-asetat sebagai produk stabil pertama dari reaksi
gelap. Ini adalah senyawa empat karbon. Oleh karena itu, ini adalah perbedaan
utama antara pabrik C3 dan C4.
 Lebih jauh lagi, efisiensi fotosintesis dari tanaman C3 kurang dari efisiensi
fotosintesis dari tanaman C4. Hal ini disebabkan oleh fotorespirasi yang terlihat
pada tanaman C3 yang dapat diabaikan pada tanaman C4. Jadi, itu adalah
perbedaan lain antara tanaman C3 dan C4. Ketika mempertimbangkan
perbedaan struktural, tanaman C3 tidak memiliki dua jenis kloroplas dan
anatomi Kranz pada daun. Di sisi lain, tanaman C4 memiliki dua jenis
kloroplas, dan mereka menunjukkan anatomi Kranz di daun. Oleh karena itu,
ini juga merupakan perbedaan antara tanaman C3 dan C4.
 Selain itu, perbedaan lebih lanjut antara tanaman C3 dan C4 adalah bahwa
tanaman C3 hanya memperbaiki karbon dioksida satu kali sementara tanaman
C4 memperbaiki karbon dioksida dua kali. Karena fakta ini, asimilasi C lebih
sedikit pada tanaman C3 sedangkan asimilasi C tinggi pada tanaman C4. Tidak
hanya itu,tanaman C4 dapat melakukan fotosintesis ketika stomata ditutup dan
di bawah konsentrasi cahaya yang sangat tinggi dan konsentrasi CO2 yang
rendah. Namun, tanaman C3 tidak dapat melakukan fotosintesis ketika stomata
ditutup dan di bawah konsentrasi cahaya yang sangat tinggi dan konsentrasi
CO2 yang rendah. Oleh
karena itu, ini juga merupakan perbedaan yang signifikan antara tanaman C3 dan
C4. Lebih jauh, tanaman C3 dan tanaman C4 berbeda dari akseptor karbon
dioksidapertama. RuBP adalah akseptor CO2 di pabrik C3 sementara PEP adalah
akseptor CO2 pertama di pabrik C4.

Kendali Cahaya terhadap Enzim-Enzim Fotosintesis pada Tumbuhan C-3 dan


Tumbuhan C-4
Tanaman C3 menghasilkan asam fosfogliserat sebagai produk stabil pertama
dari reaksi gelap. Ini adalah senyawa tiga karbon. Di sisi lain, tanaman C4
menghasilkan asamoksalo-asetat sebagai produk stabil pertama dari reaksi gelap.
Tanaman C3 dan C4 adalahbahwa tanaman C3 hanya memperbaiki karbon dioksida
satu kali sementara tanaman C4 memperbaiki karbon dioksida dua kali. Karena fakta
ini, asimilasi C lebih sedikit pada tanaman C3 sedangkan asimilasi C tinggi pada
tanaman C4. Tidak hanya itu, tanaman C4dapat melakukan fotosintesis ketika stomata
ditutup dan di bawah konsentrasi cahaya yang sangat tinggi dan konsentrasi CO2 yang
rendah. Namun, tanaman C3 tidak dapat melakukan fotosintesis ketika stomata ditutup
dan di bawah konsentrasi cahaya yang sangat tinggi dan konsentrasi CO2 yang rendah.
Oleh karena itu, ini juga merupakan perbedaan yang signifikan antara tanaman C3 dan
C4. Lebih jauh, tanaman C3 dan tanaman C4 berbeda dari akseptor karbon dioksida
pertama. RuBP adalah akseptor CO2 di pabrik C3 sementara PEP adalah akseptor CO2
pertama di pabrik C4.
Lintasan CO2 pada Tumbuhan Sukulen (metabolisme CO2 pada Crasulaceae)
Pada tumbuhan CAM (crassulacean acid metabolism), dinamakan tumbuhan CAM
karena adaptasi fotosintetik ini pertama kali ditemukan pada tumbuhan Crassulaceae,
tumbuhan sukulen. Beberapa diantaranya adalah kaktus, nanas, tanaman buah naga,
dan lain
sebagainya. Tumbuhan CAM menutup stomatanya pada siang hari. Mekanisme ini
efektifuntuk mencegah air keluar dari daun akan tetapi juga mengakibatkan CO2 tidak
dapat memasuki daun. Sebagai gantinya, pada malam hari stomata membuka dan
memungkinkanCO2 memasuki daun.

Pada malam hari, CO2 masuk melalui stomata yang tebuka dan kemudian
ditambahkanke PEP (phosphoenolpiruvat) oleh enzim PEP karboksilase. Reaksi ini
kemudian menghasilkan oksaloasetat. oksaloasetat dengan bantuan NADH dan
NAD+ malic dehidrogenase kemudian membentuk senyawa malat yang akan
disimpan di dalam vakuola tumbuhan dalam bentuk asam malat.
Keesokan harinya ketika siang hari, stomata tertutup dan reaksi kembali
dilanjutkan.Asam malat di dalam vakuola dikeluarkan dan membentuk malat.
Malat kemudian memasuki kloroplas dan membentuk piruvat dan CO2. Senyawa
piruvat kemudian digunakan untuk membentuk pati sedangkan CO2 kemudian
memasuki siklus Calvin.
Faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis
Ada 4 faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis :
1. Klorofil
Tumbuhan harus memiliki klorofil atau zat hijau daun untuk bisa melakukan proses
fotosintesis dan menghasilkan makanan sendiri. Klorofil adalah zat penghijau
tumbuhan yang paling penting dalam proses fotosintesis. Jika suatu tumbuhan tidak
memiliki klorofil, maka dapat dipastikan bahwa kelompok tersebut tidak
menghasilkan makanan sendiri melalui fotosintesis. Namun bisa dengan cara
lainnya, seperti parasitdengan tumbuhan lain dan sebagainya.
2. Cahaya Matahari
Cahaya matahari menentukan proses fotosintesis bisa terjadi atau tidak. Dapat
dikatakan bahwa tumbuhan tidak akan bisa melakukan fotosintesis jika tidak ada
cahaya matahari. Karena itulah fotosintesis selalu terjadi pada siang hari. Tepat
dimana cahaya matahari sedang terik-teriknya. Semakin tinggi intensitas cahaya
matahari, maka semakin cepat mekanisme fotosintesis yang terjadi. Dan semakin
banyak pula zatmakanan yang dihasilkan.
3. Air (H2O)
Air juga sangat penting untuk tumbuhan melakukan fotosintesis. Namun jika
tumbuhan tidak mendapatkan air yang cukup dari hujan, setidaknya masih ada akar
yang bisa menyerap sisa-sisa air di tanah. Kemudian, jika tumbuhan mengalami
kekeringan, maka jaringan stomata pada daun akan tertutup. Dan hal itu akan
membuatfotosintesis tidak berjalan dengan sempurna.
4. Karbon dioksida (CO2)
Komposisi untuk fotosintesis akan lengkap jika kebutuhan karbondioksida sudah
terpenuhi. Dimana karbondioksida yang digunakan adalah hasil sisa respirasi dari
manusia dan juga hewan. Jadi semakin banyak karbondioksida yang diserap oleh
jaringan stomata tumbuhan, maka semakin sering tumbuhan melakukan fotosintesis

Anda mungkin juga menyukai