Kelainan Mata
ANAMNESIS
MATA MERAH
VISUS NORMAL
Struktur yang
bervaskuler
sklera
konjungtiva
Tidak
menghalangi
media refraksi
Konjungtivitis
murni
Trakoma
mata kering,
xeroftalmia
Pterigium
Pinguekula
Episkleritis
skleritis
MATA TENANG
VISUS TURUN
MENDADAK
MATA MERAH
VISUS TURUN
Mengenai media
refraksi (kornea,
uvea, atau
seluruh mata)
Keratitis
Keratokonjungti
vitis
Ulkus Kornea
Uveitis
Glaukoma akut
Endoftalmitis
panoftalmitis
uveitis posterior
perdarahan vitreous
Ablasio retina
oklusi arteri atau
vena retinal
neuritis optik
neuropati optik akut
karena obat
(misalnya
etambutol),
migrain, tumor otak
MATA TENANG
VISUS TURUN
PERLAHAN
Katarak
Glaukoma
retinopati
penyakit
sistemik
retinitis
pigmentosa
kelainan
refraksi
KELAINAN REFRAKSI
/ Hipermetropia
Myopia
Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana sinar sejajar titik
fokusnya terletak di depan retina (di depan makula lutea)
Miopia secara klinis :
Simpleks: kelainan fundus ringan, < -6D
Patologis: Disebut juga sebagai miopia degeneratif, miopia maligna
ataumiopia progresif, adanya progresifitas kelainan fundus yang khas
padapemeriksaan oftalmoskopik, > -6D
Hipermetropia
Gangguan kekuatan pembiasan mata dimana
sinar sejajar jauh tidak cukup dibiaskan sehingga
titik fokusnya terletak di belakang retina (di
belakang makula lutea)
Etiologi: sumbu mata pendek (aksial),
kelengkungan kornea atau lensa kurang
(kurvatur), indeks bias kurang pada sistem optik
mata (refraktif)
Pemilihan kekuatan lensa untuk koreksi
prinsipnya adalah dengan dioptri yang terbesar
dengan visual acuity terbaik
Bentuk
Hipermetropia
Bentuk
Hipermetropia total = laten + manifest
Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia
Hipermetropia absolut :
Sisa/ residual dari kelainan hipermetropia yang tidak dapat diimbangidengan akomodasi
Hipermetropia absolut dapat diukur, sama dengan lensa konveks terlemahyang memberikan
visus 6/6
Hipermetropia fakultatif :
Dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi sepenuhnya dengan akomodasi
Bisa juga dikoreksi oleh lensa
Dapat dihitung dengan mengurangi nilai hipermetrop manifes hipermetrop absolut
Hipermetropia laten:
Astigmat
Ketika cahaya yang masuk ke dalam mata secara
parallel tidak membentuk satu titik fokus di
retina.
Tipe
ASTIGMATISMA
Berkas sinar tidak difokuskan pada 1 titik dengan tajam pada retina, akan tetapi
pada 2 garis titik api yang saling tegak lurus
Penyebab : kelainan lengkung permukaan kornea (paling sering), dapat juga
kelainan lensa
Gejala : Penglihatan buram, Head tilting, Menengok untuk melihat jelas,
Mempersempit palpebra, Memegang bahan bacaan lebih dekat
Tatalaksana : koreksi dengan lensa silindris dan atau sferis (bila perlu)
Tipe-tipe astigmatisma:
Astigmatisma hipermetropikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik,
meridian yang lainnya hipermetropik.
Astigmatisma miopikus simpleks, satu meridian utamanya emetropik, meridian
lainnya miopi
Astigmatisma hipermetropikus kompositus, kedua meridian utama hipermetropik
dengan derajat berbeda.
Astigmatisma miopikus kompositus, kedua meridian utamanya miopik dengan
derajat berbeda
Astigmatisma mikstus, satu meridian utamanya hipermetropik, meridian yang lain
miopik.
http://marsenorhudy.wordpress.com/2011/01/05/kelainan-refraksi/
Glaukoma
Neuropati optik yang ditandai dengan
pencekungan diskus optik dan kehilangan
lapang pandang. Biasanya berhubungan
dengan peningkatan tekanan intraokular (TIO)
characterized by:
High intra ocular pressure (IOP) > 21 mmHg,
Optic nerve fibers death optic disc damage,
Progressive visual field defect,
Cause of third permanent blindness
KLASIFIKASI
(A) Congenital and developmental glaucomas
1. Primary congenital glaucoma (without associated
anomalies).
2. Developmental glaucoma (with associated
anomalies).
(B) Primary adult glaucomas
1. Primary open angle glaucomas (POAG)
2. Primary angle closure glaucoma (PACG)
3. Primary mixed mechanism glaucoma
(C) Secondary glaucomas
Glaukoma primer:
Sudut terbuka:
Membran pretrabekular
Trabecular : produksi AH meningkat
Posttrabekular : gangguan drainage pada kanal schlem
Sudut tertutup:
Pigmentary glaucoma
Exfoliation syndrome
Akibat perubahan lensa (fakogenik)
Akibat perubahan uveal tract
Iridocorneoendothelial (ICE) syndrome
Trauma
Postoperatif
Glaukoma neovaskuler
Peningkatan tekanan vena episklera
Steroid-induced
Primary glaucomas
High IOP is not associated with any ocular
disorder
Open angle
Angle closure
Congenital (developmental)
3/20/2015
15
Secondary glaucoma
Aqueous outflow
AH fills posterior chamber
Trabecular route
Schlemms canal
pupil
90 %
anterior chamber
uveoscleral route (10%)
suprachoroidal space
ciliary body
leaves the eye
through episcleral vein
venous system in the ciliary body
3/20/2015
17
Aqueous outflow
a) Uveal
meshwork
b) Corneoscleral
meshwork
c) Schwalbes line
d) Schlemms
canal
e) Collector
channels
f) Ciliary body
g) Scleral spur
3/20/2015
18
20
Tonometry
Two main methods of measuring IOP:
applanation force to flatten the cornea
indentation force to indent the cornea
3/20/2015
21
Tonometry
The main types of tonometer:
Goldmann tonometer consists of double prism with 3.06
mm in diameter, applanation, more accurate,
Perkins tonometer, hand held, applanation,
The air puff tonometer, non contact, applanation, jet of air
to flatten the cornea.
Tono-pen
Gas Tonometer
Electrical Tonometer
3/20/2015
22
Gonioscopy
3/20/2015
24
Provocation Test
Water drinking test, dark room test, midriatic
test, steroid test,
Positive if IOP at the end of the tests are more
than 8 mmHg,
Indications:
Narrow / closed angle glaucoma
Normal tension glaucoma
Bias IOP
3/20/2015
25
Neuropathy optic
Retinal Nerve Fiber Layer (fig. 13.8)
-terlokalisir atau difus
Perubahan Parapapiler
-terdapat 2 zona: Alpha dan Betha (fig 13.9)
a. The betha inner zone (membatasi disc margin),
chorioretinal athrophy with visibitily of sclera and
large choroidal blood vessel
b. The Alpha outer zone (di luar inner zone), hypo
and hyperpigementation of retinal pigment
epithelium.
3/20/2015
29
outer
boundary of 30 central field.
Klinis
Nyeri periorbital dan gangguan
penglihatan
Penglihatan kabur, fenomena
melihat halo di sekitar objek
Faktor pencetus : penerangan
redup, obat-obatan antikolinergik,
simpatomimetik
Kebanyakan pasien : gejala
ekstraokular dan sistemik
merupakan keluhan utama (nyeri
kepala, muntah, nyeri perut)
Tajam penglihatan lambaian
tangan
Pem mata luar injeksi kornea,
sklera, siliar, kornea udem
Lapang pandang
Funduskopi (n.optikus
membengkak)
Pupil (midilatasi nonreaktif)
Gerak bola mata sulit
Pada glaukoma akut TIO 40-80
mmHg, bola mata keras
Tatalaksana
Menurunkan TIO:
Asetazolamid IV / oral
penghambat beta topical : Beta bloker :
timolol
PiloCarpin 4% (1 tetes/15 slm 1-2 jam)
obat hiperosmotik/Diuretik : Manitol IV
preop u/ menurunkan TIO secepat
mungkin
Steroid topikal dosis tinggi menurunkan
kerusakan iris & jalinan trabekular
TIO terkontrol iridotomi laser
Tidak berhasil iridektomi
TIO tidak terkontrol sklerostomi laser /
trabekulektomi darurat
http://emedicine.medscape.com/article/1206147
Types of Glaucoma
www.wikipedia.org
Causes
Etiology
Clinical
Acute Glaucoma
Pupilllary block
Open-angle
(chronic)
glaucoma
Unknown
Congenital
glaucoma
abnormal eye
development,
congenital infection
Secondary
glaucoma
Drugs
Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
(corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute
glaucoma
Konjungtivitis
Definisi
Radang konjungtiva
Klinis
Gejala:Sensasi tergores, Panas, Sensasi penuh di sekitar mata,
Fotofobia, Rasa sakit dan sensasi adanya benda asing Keterlibatan
kornea. Gatal biasanya konjungtivitis alergik (bisa juga pd
blepharitis& keratokonjungtivitis sicca)
Konjungtivitis =Radang
konjungtiva
Pathology
Etiology
Bacterial
Viral
Feature
Treatment
staphylococci
streptococci,
gonocci
Corynebacter
ium strains
topical antibiotics
Artificial tears Kloramfenikol (0,5-1%)
6x/hari min 3 hari jika diduga infeksi
bakteri
Curiga GO: bayi injeksi penisilin prokain
50.000 IU/kgBB/hari dan tetes mata
kloramfenikol tiap jam tidak membaik
rujuk
Curiga Klamidia: Tetrasiklin oral dengan dosis 11,5 gram per hari selama 3-4 minggu dalam 4
dosis. Atau Eritromisin oral dengan dosis 1 gram
per hari dalam 4 dosis selama 3-4 minggu
Adenovirus
herpes
simplex virus
or varicellazoster virus
http://www.cdc.gov/conjunctivitis/about/treatment.html
Pathology
Etiology
Feature
Treatment
Fungal
Topical antifungal
Vernal
Allergy
Removal allergen
Topical antihistamine
Vasoconstrictors
Inclusion
Chlamydia
trachomatis
Doxycycline 100 mg PO
bid for 21 days OR
Erythromycin 250 mg
PO qid for 21 days
Topical antibiotics
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis virus
Injeksi konjungtival
Sekret serous
Perdarahan
subkonjungtiva
( subakut )
Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri
Sekret
mukopururulen
Konjungtiva kemotik
Injeksi konjungtiva
Konjungitivitis purulenta
Konjungtivitis
purulenta
gonorrhoeae:
Konjungtiva kemotik
dan kasar
Sekret purulen
EMERGENCY
Trakoma
Konjungtivitis trakoma
Folikel pada
konjungtiva tarsal
Panus
Konjungtivitis alergik
Konjungtiva kemotik
Konjungtiva terpajan
Pterigium
Degenerasi dari stroma konjungtiva
yang digantikan oleh serat elastik
yang berpuntir dan menebal
Paparan sinar UV (UV-A dan UV-B)
paling signifikan pertumbuhan
pterigium. Agen lain yang
berpengaruh : alergen, zat kima yang
tidak berbahaya, dan iritan (angin,
kotoran, debu, polusi udara)
Derajat
1 : Pterygium hanya terbatas pada
limbus kornea
2 : Pterygium sudah melewati limbus
kornea, tapi tidak lebih dari 2 mm
melewati kornea
3 : Pterygium melewati derajat 2, tapi
tidak melebihi pinggiran pupil dalam
keadaan cahaya normal (3-4 mm)
4 : Pterygium sudah melewati pupil
mengganggu penglihatan
Pinguekulum
Perubahan pada jaringan normal
terbentukdeposit protein dan lemak
Biasanya mengenai orang tua. Dapat
disebabkan oleh iritasi mata kronik atau
paparan cahaya matahari
Skleritis
Inflamasi primer pada sklera
50% kasus terkait dengan penyakit
sistemik yaitu RA, ankylosing spondylitis,
SLE, polyarthritis nodosa, virus herpes
zoster,gout, dan sifilis. Proses inflamasi
disebabkan oleh kerusakan vaskular yang
terkait dengan kompleks imun
(hipersensitivitas tipe III) dan respon
granulomatosa kronik (hipersensitivitas
tipe IV)
Katarak
Definisi
Katarrhakies /Cataract /cataracta
air terjun
Katarak setiap keadaan
kekeruhan lensa akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa, atau
keduanya.
Klasifikasi
Berdasarkan usia: Kongenital,
juvenil, senilis
Berdasarkan morfologi :
subkapsular, inti, kortikal
Berdasarkan stadium
kematangan : Insipien, imatur,
matur, hipermatur
Gejala Klinis
Tatalaksana
Medikamentosa
Tidak ada terapi yang benarbenar terbukti dapat
menunda atau
mengembalikan proses
katarak
Terapi Bedah
Intracapsular cataract
extraction (ICCE)
Extracapsular cataract
extraction (ECCE)
Phacoemulsification
Katarak TraumatikPaling
sering akibat cedera benda
asing di lensa atau trauma
tumpul pada bola mata.
terdapat gambaran bintang
pada kapsula posterior
tatalaksana
Benda asing intraokular harus
segera dikeluarkan
Antibiotik sistemik dan
topikal
Kortikosteroid topikal
Atropin sulfat 1%, 1 tetes 3
kali sehari untuk mencegah
sinekia posterior
KATARAK-SENILIS
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun
Epidemiologi : 90% dari semua jenis katarak
Etiologi :belum diketahui secara pastimultifaktorial:
Uveitis, Endophtalmitis
Radang uvea:
mengenai bagian depan atau selaput pelangi (iris) iritis
mengenai bagian tengah (badan silier) siklitis
mengenai selaput hitam bagian belakang mata koroiditis
Biasanya iritis disertai dengan siklitis = uveitis anterior/iridosiklitis
Terdapat flare atau efek tindal di dalam bilik mata depan
Bila sangat akut dapat terlihat hifema atau hipopion
Presipitat halus pada kornea
Penyulit: Glaukoma sekunder
Tatalaksana :
Steroid topikal dan sistemik
Siklopegik
Pengobatan spesifik bila diketahui kuman penyebab
Retinopati
RETINOPATI DIABETIK
Riwayat DM yang lama, biasa > 20 tahun
Mata tenang visus turun perlahan
Pemeriksaan Oftalmoskop
Mikroaneurisma (penonjolan dinding kapiler)
Perdarahan dalam bentuk titik, garis, bercak yang letaknya dekat dengan mikroaneurisma di
polus posterior (dot blot hemorrhage)
Dilatasi vena yang lumennya ireguler dan berkelok
Hard exudate (infiltrasi lipid ke dalam retina akibat dari peningkatan permeabiitas kapiler),
warna kekuningan
Soft exudate (cotton wall patches) adalah iskemia retina tampak sebagai bercak kuning
bersifat difus dan warna putih
Neovaskularisasi
Edema retina
Klsifikasi
Derajat I : Mikroaneurisama dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli
Derajat II: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa eksudat lemak
pada fundus okuli
Derajat III: Mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, neovaskularisasi
Diabetic Retinopathy
DM ophthalmic complications :
Corneal abnormalities
Glaucoma
Iris neovascularization
Cataracts
Neuropathies
Diabetic retinopathy most
common and potentially most
blinding
Signs and Symptoms :
Seeing spots or floaters in the
field of vision
Blurred vision
Having a dark or empty spot in
the center of the vision
Difficulty seeing well at night
On funduscopic exam : cotton
wool spot, flame hemorrhages,
dot-blot hemorrhages, hard
exudates
Pemeriksaan :
Tajam penglihatan
Funduskopi dalam keadaan
pupil dilatasi : direk/indirek
Foto Fundus
USG bila ada perdarahan
vitreus
Tatalaksana :
Fotokoagulasi laser
RETINOPATI HIPERTENSI
Jaras Visual