Anda di halaman 1dari 11

A.

PENDAHULUAN.
Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari

tentang bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di


atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi
baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran
sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan
(Dobrin dan Savit, 1988).
Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang
sifat fisis di dalam bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan
tahanan jenis adalah sifat fisis yang paling umum digunakan untuk
mengukur penelitian yang memungkinkan perbedaan di dalam bumi
untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai lapisan tanah,
berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu air (Todd, 1959).
Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua
kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan
mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif
dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur
respon yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini
misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi,
medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta
radiasi radiokativitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan
dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal
radar dan lain sebagainya. Dari beberapa metode yang dilakukan di
atas, yang akan di bahas dalam paper ini adalah metode geomagnet.
Metode magnet adalah salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan
sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan
magnet batuan.
Metode ini didasarkan pada pengukuran variasi intensitas magnetik di
permukaan bumi yang disebabkan adanya variasi distribusi (anomali)
benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi.

C. KEGUNAAN METODE GEOMAGNET.


1. Eksplorasi Minyak Bumi dengan Metode Magnetik.
Metode ini mengukur variasi medan magnetik bumi yang
disebabkan perbedaan properti magnetik dari bebatuan di bawah
permukaan. Survei magnetik dan gravitasi biasanya dilakukan di
wilayah yang luas seperti misalnya suatu cekungan (basin).
Dalam eksplorasi migas metoda gravity dan magnetik memang
hanya dipergunakan untuk tahap awal , terutama guna tujuan
regional untuk mengetahui konfigurasi basement (batuan dasar).
Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui ketebalan sedimen,
makin tebal makin bagus dan potensial untuk source rock. Untuk
penentuan struktur geologinya digunakan metoda seismik.
2. Eksplorasi Panas Bumi dengan Metode Magnetik.
Keadaan

reservoir

panas

bumi

dapat

digambarkan

menggunakan metode magnetik. Eksplorasi panas bumi dengan


metode magnetik dilakukan dengan menafsir secara kuantitatif
terhadap tubuh intrusi. Biasanya panas bumi terletak di daerah
vulkanik. Kerentanan magnet panas bumi sangat bergantung pada
variasi batuan di lapangan yang telah terpengaruh panas. Dengan
mengetahui kerentanan (k) magnetik batuan, dapat dikettahui
informasi tentang panas bumi.
3. Eksplorasi Bijih Besi dengan Metode Magnetik.
Studi ini menggambarkan kemampuan metoda magnetik dalam
eksplorasi bijih besi (iron ore) yang yang berasosiasi dengan
granit. Besar anomali magnetik dipengaruhi sangat kuat oleh
induksi ferromagnetik bijih besi yang terkandung pada granit.
Berdasarkan pemodelan 2D dan inversi 3D dapat diduga bahwa
granit pembawa bijih besi mengintrusi secara menjari (dike)
dengan jenis mineral utama adalah magnetit. Batuan granit yang
mengandung bijih besi (iron ore) berasosiasi dengan anomali
magnet besar (+).

Metoda magnetik berguna untuk memetakan dan menghitung


potensi bijih besi dibawah permukaan. Interpretasi kuantitatif
dilakukan untuk menggambarkan bentuk tubuh iron ore di bawah
permukaan

berdasarkan

anomali

magnetik

dan

geologi.

Interpretasi dilakukan dengan pemodelan ke depan (forward


modeling) secara 2D dan 3D.
4. Eksplorasi Air Dengan Metode Magnetik.
Air

tanah

menimbulkan

dapat
arus

menyebabkan
lemah

(battery

suatu
action).

endapan

yang

Arus

akan

ini

menghasilkan medan magnet. Pengukuran-pengukuran tegangan


(voltase) secara sistematis di permukaan dapat memperlihatkan
suatu perubahan yang signifikan jika terdapat

mineralisasi di

bawah permukaan.

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE GEOMAGNETIK


Keunggulan metode magnetik dibanding metode yang lain:
1.

Metode

ini

sensitive

terhadap

perubahan

vertical,

umumnya digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan


dasar, urat hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic,
struktur geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya
akan mineral ferromagnetic(Fe3O4, Fe2O3) yang memberi kontras
pada batuan sekelilingnya.
2.

Mineral-mineral

ferromagnetic

akan

kehilangan

sifat

kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie oleh


karena itu efektif digunakan untuk mempelajari daerah yang
dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
3.

Data acquitsition dan data proceding dilakukan tidak

serumit metoda gaya berat. Penggunaan filter matematis umum


dilakukan

untuk

memisahkan

anomaly

berdasarkan

panjang

gelombang maupun kedalaman sumber anomaly magnetic yang


ingin diselidiki.
Kekurangan metode magnetik dibanding metode yang lain:
Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian
atau penamaannya sama, dapat saja mempunyai sifat dan
karakteristik

yang

spesifik

akibat

peristiwa

geologi

yang

dialaminya. Sehingga bisa memberikan data yang didapat bisa


berbeda dengan kenyataan yang sebenarnya di bawah permukaan.
flux-gate magnetometer, nuclear precession
flux-gate dan proton magnetometer.
E. Penagambilan dan Pengukuran data Geomagnet di lapangan
1. Metode Pengambilan data Geomagnet
Penyelidikan magnet biasanya dilakukan di darat, di udara dan di
laut. Teknik lapangannya tentu saja berbeda ketiga jenis survey ini,
walaupun operasi di udara dan di laut pada umumnya melakukan
penelitian yang sama juga peralatan rekamannya sama pula.
Karena pembacaan dan pengumpulan data lapangan sangat mudah
dilakukan, penyelidikan cara ini biasanya dipergunakan dalam
penyelidikan-penyelidikan pendahuluan. Maksudnya secara garis
besarnya, setelah ini biasanya dilanjutkan dengan penyelidikan
lebih detail pada daerah-daerah yang dianggap prospektip. Secara
bersamaan,

cara

ini

dapat

pula

dipadukan

dengan

cara

penyelidikan yang lain. Sifat penyelidikan dapat secara langsung


ataupun tak langsung terhadap obyek yang dicari.
Di darat, observasi magnetik biasanya dibuat pada posisi yang
tetap dengan stasion tersendiri yang biasa digunakan pula untuk
survey gravity. Di udara dan survey di laut, medan magnet direkam
terus-menerus dari pergerakannya. Dulu digunakan alat-alat untuk
survey

di

darat

yaitu

jenis

type

Schmidt

keseimbangan

magnetiknya digunakan untuk mengukur komponen vertikal medan


bumi atau komponen horizontal. Tetapi pada akhir-akhir ini

magnetometer flux-gate nuclear precession (proton) kebanyakan


digunakan untuk pengukuran didarat.
a. Penyelidikan dari udara
Biasanya dilakukan untuk memetakan daerah yang luas.
Hasilnya

dapat

memberikan

petunjuk

untuk

penyelidikan

selanjutnya. Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate


magnetometer,

nuclear

precession.

Kepekaan

alat

yang

dipergunakan biasanya lebih tinggi (1-5 gamma) dari pada yang


dipergunakan di darat (10-20 gamma). Penyebab utama mungkin
biaya penyelidikan dari udara jauh lebih mahal, pengukuran
dapat dilakukan jauh diatas permukaan.
Pengukuran dilakuakan terhadap medan magnetik total
sebab untuk mengukur salah satu komponen, baik vertikal
ataupun horizontal, presisi posisi sangat menentukan, dan ini
sukar dilakukan pada penyelidikan ini. Ketinggian penerbangan
diketahui dari altimeter, pola lintasan diatur memotong struktur
geologi yang diperkirakan, dan pembacaan diulang secara
overlap untuk menghindari/mengetahui perubahan secular yang
berlangsung sewaktu-waktu. Hal ini dapat dilakukan pula dengan
bantuan magnetometer lain yang ditempatkan di darat sebagai
pengecekkan menentukan lokasi/posisi pesawat yang biasanya
dibantu dengan pemotretan- pemotretan dari udara secara
bersamaan waktunya. Adakalanya dilakukan dengan radar,
sehingga posisi pesawat secara tepat dapat ditentukan. Hasil
pembacaan dilakukan secara periodik, kira-kira 1 detik. Tentunya
cara penyelidikan ini ada baiknya dan buruknya.
b. Penyelidikan di laut.
Alat yang digunakan biasanya adalah flux-gate dan proton
magnetometer. Alatnya biasanya ditarik sejauh 150 hingga 300
meter

dibelakang

kapal,

maksudnya

untuk

menghindari

pengaruh dari kapal tersebut. Kedalamannya alat sekitar 15


meter

di

bawah

permukaan

air

laut.

Penyelidikan

laut

memerlukan biaya yang mahal. Kegunaannya terasa apabila


secara bersamaan dilakukan pula misalnya penyelidikan cara
gaya berat. Sasarannya ialah untuk memberikan konfigurasi
struktur geologi di bawah dasar laut. Disamping itu juga
mempersiapkan peta geomagnet regional.
c. Penyelidikan di darat
Cara penyelidikan ini merupakan cara yang paling tua
dilakukan orang. Letak dan penyebaran titik-titik pengamatan
disesuaikan

dengan

sasaran

yang

akan

dicapai.

Biasanya

dikombinasi dengan penyelidikan gaya berat sebab kerapatan


titik pengamatan hampir sama. Alat untuk penyelidikan di darat
adalah flux-gate magnetometer, alat ini paling praktis mudah
dibawa dan dipidah-pindahkan serta dapat cepat dibaca. Jarak
titik pengamatan dapat dekat sekali sekitar 10 meter tergantung
pada perkiraan besarnya sasaran yang dicari. Yang seringkali
diukur dalam penyelidikan ini ialah komponen vertikal medan
magnet bumi. Kadang-kadang medan total pun dapat diukur
dengan menggunakan proton magnetometer. Pembacaan ulang
dilakukan setiap satu atau dua jam pada tempat-tempat yang
pernah diukur sebelumnya. Maksudnya untuk mengetahui dan
mengoreksi terhadap variasi secara secular. Anomali yang harus
diperhatikan biasanya lebih dari 500 gamma. Rata-rata kepekaan
alat sekitar 10 gamma. Sebab itu benda-benda besi disekitar alat
akan mengganggu selam pembacaan, hal ini harus dihindarkan.
Keadaan topografipun sangat berpengaruh pada pengukuran,
begitu pula susceptibilitas bahan tubuh magnet menentukan
pula besar kecilnya pengukuran medan magnet yang diteliti.
2. Metode Pengukuran Data Geomagnetik
Dalam melakukan pengukuran geomagnetik, peralatan paling
utama

yang

digunakan

adalah

magnetometer.

Peralatan

ini

digunakan untuk mengukur kuat medan magnetik di lokasi survei.

Salah satu jenisnya adalah Proton Precission Magnetometer (PPM)


yang digunakan untuk mengukur nilai kuat medan magnetik total.
Peralatan lain yang bersifat pendukung di dalam survei magnetik
adalah Global Positioning System (GPS). Peralatan ini digunaka
untuk mengukur posisi titik pengukuran yang meliputi bujur,
lintang, ketinggian, dan waktu. GPS ini dalam penentuan posisi
suatu titik lokasi menggunakan bantuan satelit. Penggunaan sinyal
satelit karena sinyal satelit menjangkau daerah yang sangat luas
dan tidak terganggu oleh gunung, bukit, lembah dan jurang.
Beberapa

peralatan

penunjang

lain

yang

sering

digunakan di dalam survei magnetik, antara lain (Sehan, 2001) :


a.

Kompas geologi, untuk mengetahui arah utara dan

selatan dari medan magnet bumi.


b.

Peta topografi, untuk menentukan rute perjalanan

dan letak titik pengukuran pada saat survei magnetik di lokasi


c.

Sarana transportasi

d.

Buku

kerja, untuk

mencatat data-data

selama

pengambilan data
e.

PC atau laptop dengan software seperti Surfer,

Matlab, Mag2DC, dan lain-lain.


Pengukuran data medan magnetik di lapangan dilakukan
menggunakan

peralatan

PPM,

yang

merupakan

portable

magnetometer. Data yang dicatat selama proses pengukuran


adalah hari, tanggal, waktu, kuat medan magnetik, kondisi
cuaca dan lingkungan.
Dalam melakukan akuisisi data magnetik yang pertama
dilakukan adalah menentukan base station dan membuat
station - station pengukuran (usahakan membentuk grid - grid).
Ukuran gridnya disesuaikan dengan luasnya lokasi pengukuran,
kemudian dilakukan pengukuran medan magnet di station station

pengukuran

di

setiap

lintasan,

pada

saat

yang

bersamaan pula dilakukan pengukuran variasi harian di base


station.
F. CARA PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA METODE GEOMAGNETIK
a. Pengolahan Data IGRF
IGRF singkatan dari the international geomagnetic Reference
Field. Merupakan medan acuan geomagnetik international. Pada
dasarnya nilai IGRF merupakan nilai kuat medan magnetic utama
bumi (H0). Nilai IGRF termasuk nilai yang ikut terukur

pada saat

kita melakukan pengukuran medan magneik di permukaan bumi,


yang

merupakan

komponen

paling

dasar

dalam

survei

geomagnetic, sehingga dilakukan koreksi untuk menghilangkannya.


.

Koreksi

nilai

IGRF

terhadap

data

medan

magnetik

hasil

pengukuran dilakukan karena nilai yang menjadi terget survei


magnetik adalan anomali medan magnetik (Hr0).
Nilai IGRF yang diperoleh dikoreksikan terhadap data kuat
medan magnetik total dari hasil pengukuran di setiap stasiun atau
titik lokasi pengukuran. Meskipun nilai IGRF tidak menjadi target
survei, namun nilai ini bersama-sama dengan nilai sudut inklinasi
dan sudut deklinasi sangat diperlukan pada saat memasukkan
pemodelan dan interpretasi
b. Pengolahan Data Geomagnetik
Untuk

memperoleh

nilai

anomali

medan

magnetik

yang

diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik


total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun
pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi
1. Koreksi Harian
Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan
nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan
efek radiasi matahari dalam satu hari.
Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan
waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi

(stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi


harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara
menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu
tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi.
Sebaliknya

apabila

variasi

harian

bernilai

positif,

maka

koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi


harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan
magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan
:
H = Htotal Hharian
2. Koreksi Topografi
Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam
survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei
geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu
metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan
membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan
beberapa prisma segiempat (Suryanto, 1988). Ketika melakukan
pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi
harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat,
menghasilkan nilai anomali medan magnetik (Htop) sesuai
dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah
dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai
H = Htotal Hharian H0 - Htop
Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan
magnetik yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali
medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola
anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar
dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan
yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk
peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang
menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama,
yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu.
c. Reduksi ke Bidang Datar

Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data


magnetik, maka data anomali medan magnetik total yang masih
tersebar di topografi harus direduksi atau dibawa ke bidang datar.
Proses transformasi ini mutlak dilakukan, karena proses pengolahan
data berikutnya mensyaratkan input anomali medan magnetik yang
terdistribusi pada biang datar.
Beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan
magnetik ke bidang datar, antara lain : teknik sumber ekivalen
(equivalent

source),

lapisan

ekivalen

(equivalent

layer)

dan

pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana


setiap teknik mempunyai kelebihan dan kekurangan (Blakely,
1995).
d. Pengangkatan ke Atas
Pengangkatan ke atas atau upward continuation merupakan
proses transformasi data medan potensial dari suatu bidang datar
ke bidang datar lainnya yang lebih tinggi. Pada pengolahan data
geomagnetik, proses ini dapat berfungsi sebagai filter tapis rendah,
yaitu unutk menghilangkan suatu mereduksi efek magnetik lokal
yang berasal dari berbagai sumber benda magnetik yang tersebar
di permukaan topografi yang tidak terkait dengan survei. Proses
pengangkatan tidak boleh terlalu tinggi, karena ini dapat mereduksi
anomali magnetik lokal yang bersumber dari benda magnetik atau
struktur geologi yang menjadi target survei magnetik ini.
e. Koreksi Efek Regional
Dalam banyak kasus, data anomali medan magnetik yang
menjadi target survei selalu bersuperposisi atau bercampur dengan
anomali magnetik lain yang berasal dari sumber yang sangat
dalam dan luas di bawah permukaan bumi. Anomali magnetik ini
disebut sebagai anomali magnetik regional (Breiner, 1973). Untuk
menginterpretasi anomali medan magnetik yang menjadi target

survei, maka dilakukan koreksi efek regional, yang bertujuan untuk


menghilangkan efek anomali magnetik regioanl dari data anomali
medan magnetik hasil pengukuran.
Salah satu metode yang dapat digunakan

untuk memperoleh

anomali regional adalah pengangakatan ke atas hingga pada


ketinggian-ketinggian tertentu, dimana peta kontur anomali yang
dihasilkan sudah cenderung tetap dan tidak mengalami perubahan
pola lagi ketika dilakukan pengangkatan yang lebih tinggi.
G. INTERPRETASI DATA GEOMAGNETIK
Secara umum interpretasi data geomagnetik terbagi menjadi dua,
yaitu interpretasi kualitatif dan kuantitatif. Interpretasi kualitatif
didasarkan

pada

pola

kontur

anomali

medan

magnetik

yang

bersumber dari distribusi benda-benda termagnetisasi atau struktur


geologi bawah permukaan bumi. Selanjutnya pola anomali medan
magnetik yang dihasilkan ditafsirkan berdasarkan informasi geologi
setempat dalam bentuk distribusi benda magnetik atau struktur
geologi, yang dijadikan dasar pendugaan terhadap keadaan geologi
yang sebenarnya.
Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk menentukan bentuk atau
model dan kedalaman benda anomali atau strukutr geologi melalui
pemodelan matematis. Untuk melakukan interpretasi kuantitatif, ada
beberapa cara dimana antara satu dengan lainnya mungkin berbeda,
tergantung dari bentuk anomali yang diperoleh, sasaran yang dicapai
dan ketelitian hasil pengukuran. Beberapa pemodelan yang biasa
digunakan yaitu pemodelan dua setengah dimensi dan pemodelan
tiga dimensi.

Anda mungkin juga menyukai