/
CONTOH
KULTUM
CERAMAH TERBAIK LENGKAP
DAN
Di artikel kali ini PANDUAN SEO akan berbagi kepada anda beberapa contoh kultum /
ceramah yang bisa di jadikan refrensi materi kultum anda. Dan artikel ini sekaligus untuk
menyambut bulan suci ramadhan yang akan segera tiba. Dan saya selaku admin dari panduan seo
mengucapkan "SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA" bagi yang menjalankannya. Tapi sebelum
ke bahasan utama, sebaiknya anda baca terlebih dahulu yang berikut ini.
Contoh # 1
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjukNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa
mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang
sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan
tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk
hingga hari kiamat.
Contoh # 2
.
.
.
Segala puji hanya milik Allah dengan pujian yang banyak sebagaimana Allah perintahkan,
maka berhentilah dari segala yang Allah larang dan yang Allah peringatkan. Aku bersaksi
bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Esa dan Perkasa, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah yang menjadi pemimpin bagi semua
manusia, shalawat dan salam Allah atas beliau, atas keluarga, shahabat dan orang-orang yang
setia mengikuti petunjuknya sampaihari kebangkitan dan hari kembali."
Kultum Tentang Ramadhan
puasa.
yang
bisa
melakukan
hal
tersebut
akan
dimuliakan
di
sisi
Allah.
Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian
(QS. Al Hujurat: 13)
Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu
berbuat baik. Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang
ghaib Tuhan dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala
menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang tidak dilihat orang bisa
saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak.
Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa,
kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk
selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.
Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini
pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya
dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah seperti shalat
malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai
pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar
ramadhan.
Karakteristik ketiga disebut
orang
bertaqwa
adalah orang
yang
menafkahkan
sebagian
rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah.
Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang
Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran sosial menafkahkan harta untuk
membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan.
Keempat,
disebut
orang
bertaqwa
kalau
seseorang mempercayai
bahwa
Allah
telah
menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum
Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan agar sadar akan
adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan
mempelajari al Quran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum
rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib.
Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang mempercayai
akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan karakter pertama orang disebut
taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari akhirat dan hari
pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari
akhirat, setiap Muslim diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat
baik, dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian.
Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang dimulyakan oleh Allah
Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir As
Sadi rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, tentang keterkaitan antara puasa dengan
ketaqwaan: Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa
telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih
luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:
1.
Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan,
minum jima dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua
itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala
dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa
2.
Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan
menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan,
minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa
Allah mengawasinya
3.
Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh
setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi
4.
Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan
tabiat orang yang bertaqwa
5.
Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli
kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang
bertaqwa.
akan bisa. misalnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah keluar bulan
Ramadhan
ibadah
kita
kembali
seperti
semula
atau
bolong-bolong.
Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan
semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi
Allah Taala.
jasad-jasad
kalian
dimasukkan
ke
liang
lahad
(kubur)
yang
sempit
dan
menyesakkan.
Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu
amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu
wataala. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal
tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan
kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya). (Muttafaqun Alaihi)
Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wataala. Sudah siapkah kalian
dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian
lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan.
Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada
timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wataala:
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
(Yaitu) api yang sangat panas. (Al Qariah: 6-11)
Bersegeralah dalam Beramal
Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah shalat dengan sungguhsungguh, ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena shalat adalah
yang pertama kali akan dihisab nanti pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya:
Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah
shalat. (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat
Abu Dawud no.733)
Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjamaah di masjid. Banyaklah berdzikir dan mengingat Allah
subhanahu wataala. Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya ia akan memberikan syafaat bagi
pembacanya pada hari kiamat nanti.
Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wataala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan
yang telah kalian lakukan selama ini. Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu
wataala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memberi pahala yang dengannya kalian akan
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal shalih, pasti Allah subhanahu wataala akan
memberi kalian kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat. Allah subhanahu wataala berfirman:
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. (An Nahl: 97)
Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?
Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wataala pada hari
kiamat nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam
salah satu haditsnya:
Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya
sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa
dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan
sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui. (HR. At Tirmidzi no. 2340)
Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri, sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk
hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wataala? Ataukah kalian
isi masa muda kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?
Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada
Allah subhanahu wataala, maka jawaban apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah
subhanahu wataala Sang Penguasa Hari Pembalasan? Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah
subhanahu wataala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah
subhanahu wataala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu
dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (An Nisa:
123)
Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wataala. Oleh karena itu,
pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan.
Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di
hadapan Allah subhanahu wataala.
Jauhi Perbuatan Maksiat
Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)? Tidak lain adalah
kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wataala. Mereka melanggar larangan Allah
subhanahu wataala karena mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan
iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wataala.
Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya untuk mengajak umat
manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wataala, mereka mengajak
umat manusia seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu
wataala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):
Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena
sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala. (Fathir: 6)
Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan
diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wataala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa
yang telah engkau lakukan itu. Allah subhanahu wataala berfirman (yang artinya):
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. (Az Zalzalah:
Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi terpecah belah dan
saling bermusuhan. Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan
kemaksiatan kepada Allah subhanahu wataala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan
di antara kalian. Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai menjadi
musuh yang paling engkau benci. Allah subhanahu wataala berfirman:
Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu). (Al Maidah: 91)
Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia sebagai sarana untuk
memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.
Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu
Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa tugas utama kalian hidup di dunia ini
adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wataala semata, maka sekarang ketahuilah
bahwa Allah subhanahu wataala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar.
Untuk itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah subhanahu
wataala, mengenal Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam, dan mengenal agama Islam ini,
mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil
(salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bidah.
Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wataala,
sehingga ibadah yang kalian lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wataala.
Betapa banyak orang yang beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah
subhanahu wataala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang benar.
Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasehatkan
kepada
kalian
untuk
banyak
mempelajari
ilmu
agama,
duduk
di
majelis-majelis
ilmu,
mendengarkan Al Quran dan hadits serta nasehat dan penjelasan para ulama. Jangan sibukkan
diri kalian dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang
mendatangkan murka Allah subhanahu wataala.
Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa
yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan
kecelakaan bagi pelakunya.
Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majahno.224)
Akhir Kata
Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang banyak kepada kita semua.
Sesungguhnya nasehat itu merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan
saling memberikan nasehat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian,
sebagaimana yang Allah subhanahu wataala firmankan dalam surat Al Ashr:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati dalam kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr: 1-3)
Taqabbalallaahu
minna
waminkum
taqabbal
yaa
kariimu,
wassalaamu'
alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh.
Artinya: "Semoga Allah menerima (apa-apa) yang datangnya dari kami dan dari kalian semua.
Engkaulah yang menerima wahai dzat yang Maha Mulia. Dan semoga keselamatan, kesejahteraan,
dan keberkahan tetap tercurahkan kepada kita semua"
Mungkin itu saja bahasan kita kali ini tentang contoh kultum /
ceramah, semoga bermanfaat dan kunjungi terus PANDUAN SEO.
Membiasakan Berbuat
Baik
Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman Jikalau seseorang
hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka
Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi
Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan
bergegas. (HR. Bukhari)
Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita
lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu.
Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia
akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam.
Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka
dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia
kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat
baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang
lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin
tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka
semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita
membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik,
maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan
hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah
dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat
lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan
sholat jumat sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan
sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas
terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya.
Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan
tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil
tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga
sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik
janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda,
maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan
Rasulullah saw:
Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga
datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk
beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu
lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit
yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian
yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk
yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan
siksanya yang amat pedih. (HR. Tirmidzi)
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu
amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat
yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak
melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan
keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari
ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah.
Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu
secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al
Quran digunakan agar manusia semakin ingat.
Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari. (QS.
Al Israa 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang
dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam
ilmu agar kita semakin yakin.
Wallahu alam bish showab.
gatot h. pramono
JUNI 11, 2008 102 KOMENTAR
3 Cara Allah
SWT Mengawasi
Karena taku didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan
menyewa penjaga atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih
terjadi walau hansip sudah dibayar. Hal ini bisa terjadi bila hansip
tersebut lengah atau ketiduran, sehingga si pencuri bisa
melakukan aksinya. Hansip juga manusia!
Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT
mengawasi manusia 24 jam sehari atau setiap detik tidak ada
lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada 3 cara yang
dilakukan Allah SWT:
1
Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak
tanggung-tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama
dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga,
maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang
keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat
dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher
kita.
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS.
Qaaf 16)
3
Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika
kelak nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan
dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki
kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan
kesaksian sebenarnya.
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yaasiin 65)
Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun
dan kapanpun saja dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu
untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk mengingkari
Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan
tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari
perhitungan kelak.
Wallahu alam bish showab.
gatot h. pramono
diolah dari ceramah ust. Zaki
Pentingnya Menghafal
dan Memahami Al Quran
Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama
23 tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara
berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan
malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati
Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya. Hal ini
disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) : 97.
Mak
a Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita
pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu
saat kita, cling mememukan cara untuk menyelesaikan masalah
dengan baik. Itulah ilham.
Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal
yang haq dan mana-man yang bathil. Sebagai misal ketika kita
masuk ke tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak,
tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan
inilah yang dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang
dengan bisikan-bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk
berbuat maksiat dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan.
Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang menjadikan
kita mantap mengetahui yang haq dan yang bathil. Seperti
disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat 29:
dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosadosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum
muslimin :
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)
Jadi intinya Al Quan adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir
orang yang hafal dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa
menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila
membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum
dilakukan ? Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal
dalam keadaan belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.
Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru.
Sebelum pergi kita dibekali dengan peta, rambu-rambu dan
petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional.
Tetapi kita tidak memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah
kita dijamin akan sampai di puncak gunung semeru dengan
selamat ? Kita mungkin lebih senang bertanya dengan penduduk
setempat. Bila kita bertemu dengan penduduk yang sangat kenal
gunung semeru mungkin kita akan sampai dengan selamat.
Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham jalan ke puncak
gunung, akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau
mungkin kita bisa tersesat ? Padahal bila kita memahami,
petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan mendapat jalan
pintas untuk sampai ke puncak gunung.
Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil
bila sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini.
Sebagai permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita
lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari
diktat berbahas Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk
Ummu Alya
JANUARI 4, 2008 23 KOMENTAR
2.
3.
Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerakgerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh
tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar.
Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10
4.
5.
6.
3.
4.
Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang
sangat bermanfaat untuk kita
5.
Membangun Peradaban
Herry Nugraha
NOVEMBER 2, 2007 16 KOMENTAR
Fastabiqul Khairat
"Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba
kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fathir:32)
Allah SWT membagi umat Islam ke dalam tiga bagian. Masing-masing sesuai dengan kadar
perbuatannya. Mereka yang amal buruknya lebih banyak disebut telah mendzalimi dirinya sendiri.
Gambaran mereka disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam masalah sholat, seperti orang yang
sholatnya tidak tepat waktu, bahkan sering mengakhirkan sholatnya sampai hampir masuk waktu
sholat lainnya. Kelompok kedua, adalah umat Islam yang antara amal kebaikan dan keburukannya
seimbang. Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah sebagai orang yang melaksanakan kewajibannya, tanpa
mempedulikan sunnah-sunnah, seperti mereka mengerjakan sholat wajib tepat waktu dan berjamaah
hanya saja tidak menambah dengan sholat-sholat sunnah. Adapun yang ketiga adalah mereka yang
amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya. Mereka disebut telah melaksanakan ajaran Islam
dengan baik pada setiap kesempatan dan mereka inilah yang dinamai 'Saabiqun Lilkhairaat.
Permisalannya seperti orang yang sholat wajib tepat waktu, berjamaah dan menambah dengan sholatsholat sunnah. Tentunya kita umat Islam hendaknya berupaya untuk menjadi kelompok ketiga
tersebut agar kualitas umat Islam tidak seperti buih laut. Kelihatannya mayoritas secara kuantitas,
tetapi kualitas pemahaman dan aplikasi Islamnya sangat rendah.
Maka dari itu marilah kita memenuhi panggilan Al-Quran 'Fastabiqul Khairaat' (QS. Al-Baqarah:148).
Hal itu berarti kita harus menyingsingkan baju menggunakan setiap potensi dan peluang untuk
kepentingan Islam guna menggapai surga yang lebarnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi
mereka yang bertakwa (QS. Al-Imran:123)
Oleh :
Bisikan Setan
Setan menurut al-Qur'an surah al-An'am ayat 112 dan surah an-Naas dan juga menurut berbagai teks
hadits adalah terdiri dari jin dan manusia. Keduanya aktif bekerja menjalankan misi mereka masingmasing. Salah satu tugas setan adalah membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, sebagaimana
firman Allah di dalam surah an-Naas, artinya,
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja
manusia. Ilaah (sembahan) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."
Misi dan pekerjaan setan itu ada dua, pertama, menyuruh manusia melakukan dosa dan kejahatan,
dan yang ke dua, menghalang-halangi manusia dari segala macam bentuk perbuatan baik yang
diridlai Allah Ta'ala. Di dalam Sahih Muslim nomor ke 5109 bersumber dari 'Iyad bin Himar alMujasyi'i, disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif (cenderung kepada
kebenaran), lalu setan-setan mendatangi mereka, dan menyelewengkannya dari agama mereka dan
(setan-setan itu) mengharamkan terhadap mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka dan menyuruh
mereka mempersekutukan Aku"
Berdasarkan hadits ini, dapat dikatakan, bahwa yang menyeleweng-kan manusia dari dien (Islam)
adalah setan, termasuk menggelincirkan manusia kepada perbuatan syirik. Namun manusia yang
dapat dikuasai setan, hanya mereka yang tak memperdulikan tuntunan Allah dan menjadikan setan
itu sebagai pembimbing jalan hidupnya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengemukakan enam tahapan
yang dilalui setan dalam menyesatkan dan mem-perdaya manusia.
Tahap pertama ialah pengafiran atau pemusyrikan manusia. Kalau yang diajak setan itu muslim, yang
beriman teguh, yang tak dapat dikafirkan dan dimusyrikkan, setan akan melangkah ke tahapan
dakwah ke dua, yaitu pem-bid'ahan. Setan pada tahapan ke dua ini berupaya menjadikan orang
Muslim sebagai ahlul bid'ah. Kalau yang didakwahi setan itu kalangan Ahlus Sunnah, yang teguh dan
istiqamah memegang Sunnah, setan melangkah pada tahap yang ke tiga, yaitu menjebak orang Islam
kepada kabair (dosa-dosa besar). Kalau yang bersangkutan beriman teguh, sehingga tak mau
melakukan dosa-dosa besar, setan tetap tidak berputus asa, untuk terus berupaya mencari taktik lain,
dengan melangkah ke tahap yang ke empat, yaitu menjebak manusia dengan dosa-dosa kecil.
Kalau tahap ke empat ini gagal juga, setan melangkah ke tahap ke lima, yaitu menyibukkan manusia
kepada masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga yang bersangkutan menghabiskan waktunya
untuk urus-an-urusan yang mubah, yang dampaknya, lupa menunaikan perbuatan-perbuatan yang
dicintai Allah Ta'ala, yang berpahala, yang semua Muslim diperintahkan mengamalkannya. Kalau
tahap ke lima ini gagal juga, setan melanjutkan strategi gandanya ke tahapan yang ke enam, yaitu
menyi-bukkan manusia dalam urusan-urusan kurang bermanfaat atau yang man-faatnya lebih kecil,
sehingga dampak persoalan-persoalan yang lebih penting dan yang lebih baik jadi tertinggalkan dan
terabaikan. Misalnya, sibuk dengan amalan sunnah, sehingga amalan wajib tertinggalkan.
Adapun perangkap atau jerat-jerat yang dipasang setan tidak terhitung jenis dan jumlahnya, di
antaranya ialah:
Di dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Rasulullah bersabda yang artinya, Sesungguhnya iblis
telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholeh, tetapi ia berusaha mengadu domba
di antara mereka.".
Caranya ialah menciptakan dan menyebarkan permusuhan, kebencian dan fitnah di antara mereka.
Sikap buruk sangka (terhadap Allah maupun manusia) biasanya datang dari setan. Dalilnya antara
lain ialah hadits Shafiyyah binti Huyay (istri Rasulullah) ia berkata yang artinya, "Ketika Rasulullah
sedang beri'tikaf di masjid, saya mendatanginya pada suatu malam dan bercerita. Kemudian saya
pulang diantar beliau. Ada dua orang Anshar berjalan dan ketika keduanya melihat Rasulullah,
mereka mempercepat langkah. Rasulullah berkata, "Pelan-pelanlah. Dia adalah Shafiyah binti
Huyay". Mereka berkata, "Subhanallah (Maha Suci Allah), Rasulullah!" Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya setan berjalan di tubuh manusia pada peredaran darah, aku khawatir setan itu
melontarkan kejahatan di hati kamu berdua , sehingga timbul prasangka yang buruk." (HR. AlBukhari 240, Muslim 2174-2175).
Ibadah yang sudah baik dari Nabi, oleh setan dimodifikasi, antara lain dilakukan penambahanpenambahan di sana sini atau pun pengurangan-pengurangan. Apa yang tidak disunnahkan Nabi,
dilakukan, sebaliknya yang disunnahkan Nabi justru ditinggalkan.
Sebagian manusia dibisiki agar merekayasa hadits palsu yang disandar kan kepada Rasulullah sambil
berdalih, Kami memang berdusta mengarang hadits, namun bukan dengan niat menentang
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , melainkan membela beliau. Tak terhitung jumlah hadits yang
direkayasa untuk menakut-nakuti manusia dari neraka, agar melakukan amal kebaikan atau pun
menggambarkan surga dengan cara aneh pula.
Terkadang setan membisikkan ke dalam hati manusia, "Dien (Islam) adalah muamalah
(pergaulan/akhlak yang baik). Yang penting dalam beragama adalah cukup berbuat baik saja
terhadap sesama manusia, jangan mendustai atau menipu mereka walaupun kamu tidak shalat.
Bukankah Rasulullah mengatakan, bahwa agama adalah muamalah?" Sebagai hasilnya, banya orang
yang berprinsip, tak shalat tak mengapa, asal tidak jahat terhadap sesama manusia. Kepada yang lain,
dibisikinya pula, "Yang penting adalah hati dan niat baik, sepanjang engkau lalui waktu malammu
tanpa menyimpan dengki dan kebencian terhadap manusia, cukuplah sudah. Akibatnya yang
bersangkutan meninggalkan banyak amal shaleh, karena mencu-kupkan diri dengan niat baik saja!
Kepada kalangan yang berkecim-pung di politik, setan jin membisikkan, "Yang penting adalah kita
harus mengenal keadaan riil kaum muslimin dan keadaan musuh-musuh mereka. Dengan demikian
hal paling penting adalah masalah-masalah politik. Ibadah biarlah dilakukan kalangan ahli ibadah
saja.
Kepada mereka, setan membisik-kan, "Engkau zuhud dengan mening-galkan semua urusan dunia,
termasuk urusan politik." Urusan pemerintahan, biarlah orang kafir saja yang mengatur, karena itu
adalah masalah keduniaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan agama, sedang agama hanya
mengatur hubungan dengan Allah saja.
Datang pula kelompok lain dengan pendapat, "Yang paling penting adalah menyatukan barisan kaum
muslimin. Kelompok ini menjadikan persatuan sebagai hal paling penting, walaupun dibandingkan
masalah aqidah! Dasar mereka ialah musuh-musuh Allah sedang gencar ingin menghabisi Islam.
Memang benar umat Islam harus bersatu, tetapi harus di atas dasar dien, bukan bersatu dalam
kekacauan dan perbedaan aqidah.
Salah satu bisikan jahat setan ialah agar umat Islam dalam melakukan kebaikan bersikap menundanunda atau sebaliknya melakukannya, namun dengan tergesa-gesa tanpa perhitungan. Sehingga
akibatnya banyak kebaikan yang tidak terlaksana atau dilakukan namun secara serampangan dan
asal-asalan, baik itu amal yang bersifat individual maupun kolektif
Di sisi lain, setan membisikkan di dalam hati manusia, "Engkau lebih baik dari orang lain, engkau
melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang tidak shalat." Setan membisiki setiap orang yang
beribadah agar memperhatikan kelakuan orang-orang yang berada di bawahnya dalam beramal
shaleh, untuk mencegahnya dari beramal lebih baik. Padahal yang dituntut dari kita adalah
sebaliknya yaitu merasa kurang di dalam kebaikan, misalnya kita perhatikan orang yang berpuasa
sunah Senin dan Kamis ketika kita tidak melakukannya. Tetapi setan sangat jahat dan lihai, dengan
berbagai cara, ia memperdayakan kita agar kita merasa sudah cukup, sudah hebat dan sempurna,
sehingga kita merasa tak perlu belajar dari orang lain.
Untuk menjauhkan kita dari tugas dakwah, setan terkadang membisiki hati kita, "Kamu harus
tawadhu, siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan ditinggikan-Nya. Bukan level kamu
melibatkan diri dalam tugas da'wah! Urusan da'wah hanya untuk orang berilmu tinggi saja! Kalau
kamu melibat-kan diri juga dalam tugas da'wah, kamu berarti sombong, tak tahu diri."
Setan terus menekan kita sampai mencapai derajat di mana kita merasa tak berguna dan tak mampu
memikul tugas da'wah'. Padahal kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kemampuan yang
seharusnya kita pergunakan untuk tugas da'wah itu.
Mudah-mudahan Allah senantiasa membantu kita mengalahkan musuh nyata kita, yaitu setan, baik
setan jin maupun manusia. Akhirnya, marilah kita sama-sama berdoa dengan doa yang diajarkan
Allah. Terapinya, membiasakan melakukan dzikir pagi dan sore, banyak-banyak membaca al-Quran,
dan selalu berdzikir memohon perlindungan kepada Allah.
"Wahai Rabbku!, aku berlindung kepadaMu dari bisikan-bisikan jahat setan dan aku berlindung
kepadamu Rabbku mereka mendatangiku" (Al-Mu'minun ayat 97-98). Wallaahu a'lam.
Ilmu jiwa agama adalah suatu bidang disiplin ilmu yang berusaha mengeksplorasi perasaan dan
pengalaman dalam kehidupan seseorang. Penelitian itu didasarkan atas dua hal yaitu sejauh mana
kesadaran beragama (religious counsciousness) dan pengalaman beragama (religious experience).
Apabila standar itu kita coba terapkan pada seseorang yang secara spesifik beragama Islam, maka
akan kita lihat beberapa standar diantaranya Al-Qur'an dan As-Sunnah dan penjelasan para ulama.
AL-QUR'AN
Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama
Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir
dari Surah Al-Furqan.
Menunaikan zakat
Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan AlQur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67)
AS-SUNNAH
Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim
itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim). Sementara ciriciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga
tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti : "Barangsiapa beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri" (HR. Bukhari). "Tidak beriman seseorang sampai tetangganya merasa aman dari
gangguannya" (HR. Bukhari dan Muslim). "Tidak beriman seseorang kepada Allah sehingga dia lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan lainnya..." (HR. Muslim). Dengan demikian
petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang beragama Islam agar dia menjaga lidah
dan tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya,
saudara sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Ringkas kata, dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan mengikuti contoh praktek Rasulullah
SAW, sehingga dia betul-betul menjaga hubungan "hablum minallah" (hubungan vertikal) dan
"hablum minannaas" (hubungan horizontal).
Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang adalah apabila orang
tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, menurut Ali r.a.
Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya
Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit
Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh
Sedangkan Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan 9 kriteria bagi orang yang matang beragama
Islamnya.
Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah
kualitasnya
Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala
yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya
Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah
(cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).
Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada allah, senang atau
benci, marah atau rela, semuanya karena Allah.
Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau
berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan
berbagai akhlak mulia
Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan
lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya,
ekonominya, kegotang-royongannya, dan lain-lain
Dia terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang distruktif tetapi justru
diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh
Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk ketaatan kepada
Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah" (HR. Ahmad)
Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT
sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara.
Demikian secara ringkas kami paparkan kriteria ideal untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana
kematangan beragama Islam seseorang. Sengaja kami batasi agama Islam karena pembahasan ciriciri beragama secara umum terlalu luas. Dan perlu kita ingat dalam kondisi masyarakat yang komplek
dengan problematika kehidupannya, maka sungguh orang yang beragamalah yang akan terhindar
dari penyakit stress, kata Robert Bowley.
Referensi:
Hadits-hadits Nabi yang terkumpul dalam Shahih Bukhari, Muslim, dan lain-lain
Ilmu Jiwa Agama, Prof. DR. Zakiah Derajat, Bulan Bintang, Jakarta, cet. 15, 1996
Al-Fikrut Tarbawi 'Inda Ibnil Qoyyim, Dr. Hasan bin Ali bin Hasan Al-Hajjaji, Darul Hafidz, Jeddah,
cet. I, 1408 H - 1988 M.
Oleh :
Jika seseorang memperhatikan berbagai macam fitnah, seperti fitnah kehidupan dunia dengan iming-
iming nafsu dan syahwatnya; Fitnah kematian, penghimpunan manusia di padang Mahsyar, serta
huru-hara Akhirat; Fitnah kekacauan, pembunuhan dan peperangan; Fitnah tersumbatnya suara
kebenaran dan merebaknya kebatilan; Fitnah ujub, besar kepala dan sebagainya, maka sungguh akan
menggugah hati untuk menyelamatkan diri darinya dan mendorong untuk berlindung kepada Allah
subhanahu wataala, minta keselamatan dan terbebas dari segala keburukannya.
Fitnah Dunia
Fitnah dunia beserta isinya, berupa permainan, kesenangan dan syahwat mengharuskan kita untuk
selalu berlindung kepada Allah dari keburukannya. Merupakan fitnah dunia yang sangat besar bagi
seorang laki-laki adalah fitnah (ujian/godaan) wanita. Oleh karena itu Nabi Yusuf alaihis salam
tatkala khawatir terhadap fitnah wanita, beliau mengatakan,
Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka)dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". (QS. 12:33)
Harta benda juga merupakan fitnah yang harus dimintakan perlindungan kepada Allah dari
keburukannya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam meminta perlindungan dari
jahatnya fitnah kekayaan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits shahih tatkala berlindung
dari berbagai fitnah dunia, salah satunya adalah, "Dan (aku berlindung) dari buruknya fitnah
kekayaan." (HR. al-Bukhari, merupakan sebuah penggalan hadits)
Keluarga dan anak-anak juga merupakan fitnah dunia sebagaimana firman Allah subhanahu wataala,
artinya,
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 64:14-15)
Oleh karena itu seorang hamba harus memohon kepada Allah agar menjadikan keluarga dan anak
cucunya sebagai qurrata ain, penyejuk hati dan pembawa kebaikan. Seorang muslim sadar bahwa
keluarga dan anak-anak adalah merupakan fitnah dan ujian hidup. Allah subhanahu wataala
berfirman,
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa. (QS. 25:74)
Nabi shallallahu alaihi wasallam juga mengajarkan doa, "Dan aku berlindung kepada-Mu dari
(keburukan) fitnah hidup."
Fitnah Syetan
Syetan adalah fitnah bagi manusia. Dia selalu menghiasi keburukan sehingga tampak indah dan baik,
agar manusia tertipu dan tersesat. Fitnah syetan termasuk sangat besar. Ia selalu menggoda manusia
dan mendampingi semenjak lahir hingga menjelang kematiannya. Maka Allah subhanahu wataala
menganjur kan agar kita berlindung kepada-Nya dari segala gangguan syetan, sebagaimana dalam
firman-Nya,
Dan katakanlah,Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan. Dan aku
berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku". (QS. 23:97-98)
Nabi shallallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa doa dan dzikir kepada Allah merupakan senjata
ampuh bagi seorang muslim untuk menghadapi gangguan syetan. Diriwayatkan dari Utsman bin
Affan radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya,
"Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dan sore (doa), "Dengan menyebut Nama Allah,
yang dengan menyebut-Nya maka tidak berbahaya segala sesuatu yang berada di bumi dan di langit
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Dia ucapkan) sebanyak tiga kali maka tidak akan
membahayakannya segala suatu apapun." (HR.Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan
sanadnya hasan)
Dan tatkala Abu Bakarradhiyallahu anhu, meminta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
untuk mengajar kan sebuah kalimat (doa) yang diucapkan ketika pagi dan sore hari, maka di antara
yang diajarkan beliau adalah berlindung kepada Allah dari syetan dan sekutunya. Beliau bersabda,
"Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan kejahatan syetan beserta sekutunya." (HR
Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim, dishahihkan oleh adz-Dzahabi)
Fitnah Akhirat
Fitnah akhirat dimulai sejak seseorang masuk ke alam kubur hingga datangnya hari Kiamat dengan
kedahsyatannya. Semua itu harus dimohonkan perlindungan kepada Allah subhanahu wataala agar
kita selamat dari malapetaka nya, dan dengan keutamaan serta rahmat-Nya kita dimasukkan ke
dalam surga.
Termasuk fitnah akhirat yang besar adalah fitnah kubur, yaitu pertanyaan di kubur terhadap seorang
hamba tentang siapa Rabbnya, apa agamanya, siapa Nabinya dan seterusnya. Jika dia seorang yang
istiqamah di atas agama Allah maka akan selamat dan dapat berbicara serta menjawab sesuai yang
diridhai Allah subhanahu wataala. Jika dia menyepelekan agama dan zhalim maka akan
mendapatkan kerugian dan mengucapkan kalimat kekufuran, kita berlindung kepada Allah dari hal
itu.
Oleh karena itu dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
berlindung dari adzab kubur.
Fitnah dajjal adalah termasuk fitnah terbesar yang akan dialami manusia menjelang hari Kiamat, dan
dia merupakan salah satu tanda akan terjadinya Kiamat Kubra (kiamat besar). Tentang kapan
munculnya dajjal, maka tidak seorang pun mengetahuinya, yang penting adalah bahwa seseorang
tidak akan dapat selamat dari fitnah dajjal kecuali atas perlindungan Allah subhanahu wataala.
Sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta perlindungan kepada-Nya dari fitnah dajjal
tersebut.
Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya,
"Barang siapa yang membaca sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi maka akan dijaga dari dajjal."
Dan di dalam riwayat yang lain disebutkan, "Barang siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari
surat al-Kahfi maka akan dijaga dari dajjal." (HR. Muslim)
Fitnah Jahannam
Merupakan salah satu fitnah akhirat adalah fitnah adzab Jahannam. Semoga Allah menjaga kita
darinya. Oleh karena itu Allah subhanahu wataala menganjurkan kepada kita untuk berlindung dari
adzab Jahannam tersebut, sebagaimana firman Allah subhanahu wataala tatkala menyebutkan di
antara sifat hamba Allah, yang artinya
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasan yang kekal". Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat
menetap dan tempat kediaman. (QS. 25:65-66)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam berlindung kepada
Allah dari adzab Jahannam
Salah satu fitnah yang dihadapi oleh orang mukmin di setiap tempat dan waktu adalah permusuhan
orang-orang kafir. Oleh karena itu Allah subhanahu wataala menyebutkan tentang orang-orang
mukmin pengikut Thalut alaihissalam, tatkala menghadapi musuh mereka Jalut dan tentaranya maka
mereka berlindung kepada Allah dengan berdoa, sebagaimana firman Allah,
Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdo'a, "Ya Rabb kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokoh- kanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang yang kafir". (QS. 2:250)
Allah subhanahu wataala juga menyebutkan tentang Nabi Ibrahim dan kaumnya yang berdoa kepada
Allah,
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan
ampunilah kami Ya Rabb kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana". (QS. 60:5)
Disebutkan dalam sebuah hadits shahih dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu dia berkata,
"Ketika terjadi perang Badar, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat ke arah kaum musyrikin
yang berjumlah seribuan orang sedangkan shahabat beliau hanya tiga ratus tiga belas orang. Maka
beliau menghadap kiblat lalu menengadahkan tangan berdoa kepada Rabbnya, "Ya Allah penuhilah
untukku apa yang Kau janjikan, ya Allah datangkanlah kepadaku apa yang Kau janjikan. Ya Allah jika
Kamu binasakan sekelompok ahlul Islam ini, maka Engkau tidak disembah di muka bumi." Nabi
shallallahu alaihi wasallam terus-menerus berdoa dengan menengadahkan tangan, menghadap ke
kiblat sehingga kain yang ada di pundaknya terjatuh. Lalu Abu Bakar radhiyallahu anhu datang
mengambil kain itu kemudian meletakkannya kembali di pundak beliau. Dia lalu mendekat dari arah
belakang Nabi dan berkata, "Wahai Nabi Allah, telah cukup permohonanmu kepada Allah,
sesungguhnya Dia akan memberikan untukmu apa yang Dia janjikan kepadamu. Maka Allah
subhanahu wataala menurunkan ayat, (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut". (QS. 8:9). (HR Muslim)
Amat banyak saudara kita di negeri Islam yang sedang menghadapi ujian dan cobaan dari orang kafir,
berada dalam penindasan kaum salibis, zionis dan kapitalis. Maka kita hendaknya senantiasa
memohon kepada Allah, agar segera mengentaskan musibah tersebut dengan secepatnya.
Ujub, terpedaya dan bangga diri merupakan fitnah yang selayaknya dimintakan perlindungan kepada
Allah. Allah subhanahu wataala berfirman,
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS.
17:37)
Fitnah ini hendaknya diwaspadai khusunya oleh para aktivis dakwah, penyebar ilmu, para pejuang
dan orang semisal mereka yang banyak dibutuhkan olah umat Islam di zaman ini. Hendaklah mereka
hati-hati dari fitnah ini, dengan banyak berlindung dan bersandar kepada Allah subhanahu wataala,
agar jangan menjadikan amalnya sebagaimana amal yang Dia firmankan,
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang berterbangan. (QS. 25:23).Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.
Sumber: Kutaib, Dharuratu alluju ilallah inda hudutsil fitan, DR. Abdul Hamid bin Abdur Rahman
al-Suhaibani
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.35 TIDAK ADA KOMENTAR:
'Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak
mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan
siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.' ( Al Kahfi: 1-3)
Salawat serta salam bagi Nabi yang mu'jizatnya Al Qur'an, imamnya Al Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an,
dan penghias dadanya, cahaya hatinya juga penghilang kesedihannya adalah Al Qur'an: Nabi
Muhammad bin Abdullah, dan keluarganya serta para sahabatnya, yang beriman dengannya,
mendukung dan membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan kepadaanya, mereka adalah
orang-orang yang beruntung, dan seluruh orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
kiamat.
Amma ba'du:
Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Rabb
kita juga, telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang terbaik yang pernah diutus kepada
manusia. Sesuai firman Allah SWT
'Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebabsebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?' (Al Anbiyaa: 10).
Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memeliki manuskrip langit yang paling autentik,
yang mengandung firman-firman Allah SWT yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk
bagi umat manusia. Dan anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun
makna. Karena Allah SWT. telah menjamin untuk memeliharanya, dan tidak dibebankan tugas itu
kepada siapapun dari sekalian makhluk-Nya:
Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: '(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi
Maha Tahu.' (Huud:1)
'Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an)
kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji.' ( Fush-shilat: 41-42)
Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan
dan pemalsuan, kecuali Al Qur'an.
Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu hurup-pun darinya.
Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan, sebagaimana bentuknya saat diturunkan
oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).
Al Quran berisikan seratus empat belas surah. Seluruhnya dimulai dengan basmalah
(bismillahirrahmanirrahim). Kecuali satu surah saja, yaitu surah at Taubah. Ia tidak dimulai dengan
basmalah. Dan tidak ada seorang pun yang berani untuk menambahkan basmalah ini pada surah at
Taubah, baik dengan tulisan atau bacaan. Karena, dalam masalah Al Qur'an ini, tidak ada tempat bagi
akal untuk campur tangan.
Perhatian kaum muslimin terhadap Al Quran sedemikian besarnya, hingga mereka juga menghitung
ayat-ayatnya --bahkan kata-katanya, dan malah hurup-hurupnya--. Maka bagaimana mungkin
seseorang dapat menambah atau mengurangi suatu kitab yang dihitung kata-kata dan huruphurupnya itu?!
Tidak ada di dunia ini suatu kitab yang dihapal oleh ribuan dan puluhan ribu orang, di dalam hati
mereka, kecuali Al Qur'an ini, yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk diingat dan dihapal.
Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak orang, baik itu lelaki maupun perempuan, yang
menghapal Al Qur'an dalam mereka. Ia juga dihapal oleh anak-anak kecil kaum Muslimin, dan
mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Demikian juga dilakukan oleh banyak orang
non Arab, namun mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Dan salah seorang dari
mereka, jika Anda tanya: 'siapa namamu?' --dengan bahasa Arab-- niscaya ia tidak akan menjawab!
(Karena tidak paham bahasa Arab!, penj.). Ia menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, meskipun ia tidak memahami apa yang ia baca dan ia
hapal, karena ia tertulis dengan bukan bahasanya.
Al Qur'an tidak semata dijaga makna-makna, kalimat-kalimat serta lafazh-lafazhnya saja, namun juga
cara membaca dan makhraj hurup-hurupnya. Seperti kata mana yang harus madd (panjang), mana
yang harus ghunnah (dengung), izhhar (jelas), idgham (digabungkan), ikhfa
(disamarkan) dan iqlab (dibalik). Atau seperti yang digarap oleh suatu ilmu khusus yang dikenal
Hingga rasam (metode penulisan) Al Qur'an, masih tetap tertulis dan tercetak hingga saat ini, seperti
tertulis pada era khalifah Utsman bin Affan r.a., meskipun metode dan kaidah penulisan telah
berkembang jauh.
Hingga saat ini, tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu organisasi ilmiah pun, yang berani
merubah metode penulisan Al Qur'an itu, dan menerapkan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku
bagi seluruh buku, media cetak, koran dan lainnya yang ditulis dan dicetak, bagi Al Qur'an.
Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada manusia tujuan yang paling mulia, dan
jalan yang paling lurus.
'Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.' (Al Israa: 9)
'Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu
pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.' ( Al Maaidah: 15-16)
Al Qur'an adalah 'cahaya' yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping
cahaya fithrah dan akal:
'Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).' (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an mendeskripsikan dirinya
sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.
'Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad
dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).'
(An Nisaa: 174)
'Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al
'Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an).' (Al A'raaf: 157)
Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain.
Ia membuka hal-hal yang samar, menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan,
menolak syubhat (kesamaran), menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang kebingungan saat
mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk jalan, serta menambah jelas dan
menambah petunjuk bagi orang yang telah mendapatkan petunjuk. Dan jika Al Qur'an
mendeskripsikan dirinya sebagai 'cahaya', dan dia adalah 'cahaya yang istimewa', ia juga
mendeskripsikan Taurat dengan kata yang lain:
'Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi)'. (Al Maaidah: 44)
Demikian juga mendeskripsikan Injil seperti itu, seperti dalam firman Allah SWT tentang Nabi 'Isa:
(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) .' (Al Maidah: 46)
Perbedaan dalam dua pengungkapan itu menunjukkan perbedaan antara Al Qur'an dengan kitabkitab suci lainnya. Seperti diungkapkan oleh Al Bushiry dalam Lamiah-nya:
'Maha Besar Allah, sesungguhnya agama Muhammad Dan kitab sucinya adalah kitab suci yang paling
lurus dan paling teguh Jangan sebut kitab-kitab suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi
telah bersinar, ia akan memadamkan pelita-pelita'.
Hal itu karena Al Qur'an ini datang untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun
sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu
dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al Qur'an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya,
yaitu dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah
disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
'Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.' (AlMaaidah: 48)
Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya, agar manusia hanya
menyembah-Nya semata dan bertaqwa kepada-Nya dalam seluruh urusannya.
Al Qur'an juga bertujuan untuk membersihakan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya
bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat
seluruhnya.
Ia juga berusaha membentuk keluarga yang kemudian menjadi pangkal kedirian suatu masyarakat.
Juga mengajarkan sikap adil terhadap kalangan perempuan, yang merupakan pokok utama dalam
bangunan keluarga.
Al Qur'an juga membangun umat yang saleh, yang dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi
manusia, yang diciptakan untuk memberikan manfaat bagi manusia dan memberikan petunjuk bagi
mereka.
Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia yang saling kenal mengenal dan tidak saling
mengisolasi diri, saling memberi maaf dan tidak saling membenci secara fanatik, serta untuk bekerja
sama dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.
Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al Qur'an ini secara baik: dengan menghapal dan
mengingatnya, membaca dan mendengarkannya, serta mentadabburi dan merenungkannya.
Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya dengan memahami dan menafsirkannya.
Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan
Allah SWT menurunkan kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta
mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai dengan kadar
kemampuannya.
Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam
memahami dan menafsirkan Al Qur'an. Oleh karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk
yang mampu menjaga dari kekeliruan dalam usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang
ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat patal jika dilanggar.
Tidak selayaknya umat Al Qur'an mengalami hal yang sama yang pernah terjadi dengan umat Taurat,
yang diungkapkan oleh Al Qur'an dalam
firman-Nya:
'Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya
adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.' (Al Jumu'ah: 5).
Kita juga harus berlaku baik terhadap Al Qur'an dengan mengikuti petunjuknya, mengerjakan
ajarannya, menghukum dengan syari'atnya serta mengajak manusia mengikuti petunjuknya. Ia
adalah manhaj bagi kehidupan individu, undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam
berdakwah kepada Allah SWT.
Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab utamanya, dengan bertumpu --terutama-pada Al Qur'an itu sendiri, karena ia adalah objek kita, namun ia juga petunjuk itu.
Umat kita pada abad-abad pertama --yang merupakan abad-abad yang paling
utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap Al Qur'an. Mereka berlaku baik dalam
memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik dalam mengimplementasikannya secara
massive dalam kehidupan mereka, dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik
pula dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat.
Kehidupan mereka telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al Qur'an telah
merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian Islam, dan mengeluarkan mereka
dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh murid-murid mereka dengan baik,
untuk selanjutnya murid-murid generasi berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan
baik pula. Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan
negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga mereka kemudian
mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan iman.
'Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat.' (Al An'aam: 155)
Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, ketertinggalan dan keterpecah-belahan
mereka selain dari kembali kepada Al Qur'an ini, dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam
yang diikuti. Dan cukuplah Al Qur'an sebagai petunjuk. (qaradawi.net)
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.31 TIDAK ADA KOMENTAR:
Karena kebaikan dan pengorbanan orang tua berupa jiwa, raga dan kekuatan yang tak terhitung tanpa
berkeluh kesah dan meminta balasan dari anaknya, secara fitrah(naluri) sudah cukup sebagai
pendorong kedua orang tua untuk bersikap demikian tanpa ditekan dengan wasiat. Adapun anak
harus selalu diberi wasiat dan diingatkan agar senantiasa ingat akan jasa-jasa orang yang selama ini
telah mencurahkan jiwa dan raga serta seluruh hidupnya dalam membesarkan dan mendidiknya.
Apalagi seorang ibu selama mengandung mengalami banyak beban berat sebagaimana firman Allah
Ta'ala (ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah), ibu lebih
banyak menderita dalam membesarkan dan mengasuh anaknya, dan penderitaan di saat hamil tidak
ada yang bisa merasakan payahnya kecuali kaum ibu juga.
Al-Bazzar meriwayatkan hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang lelaki yang sedang
thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "
Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Belum! Walaupun se-cuil".
Dari Al-Miqdam bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu, sesungguhnya Allah berwa-siat agar berbuat
baik kepada bapak-bapakmu dan sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian agar berbuat baik
kepada sanak kerabatmu". (Dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah)
Anak adalah bagian hidup dan belahan hati orang tua, kasih sayangnya mengalir di dalam darah
daging keduanya.
Dari 'Aqra' bin Habis sesungguhnya dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mencium
Hasan, lalu dia berkata: "Sesung-guhnya saya mempunyai sepuluh orang anak dan saya tidak pernah
mencium seorangpun di antara mereka. Beliau bersabda: "Sesungguhnya barangsiapa yang tidak
menyayangi maka tidak akan disayang". (Muttafaq 'alaih)
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah ditanya tentang masalah sikapnya terhadap anak, maka beliau
menjawab: Anak adalah buah hati, belahan jiwa dan tulang punggung, kita rela terhina bagaikan bumi
rela diinjak demi mereka dan bagaikan langit yang siap menaungi hidup mereka dan kita siap menjadi
senjata pelindung bagi mereka dalam menghadapi marabahaya. Jika mereka minta sesuatu
kabulkanlah dan bila marah cari sesuatu yang menye-nangkan hatinya, maka mereka akan membalas
kasih sayangmu dan berterimakasih atas setiap pemberian-mu. Janganlah kalian merasa berat dan
terbebani oleh anakmu, sebab mereka akan mengacuhkan hidupmu dan menghendaki kematianmu
serta segan mendekati-mu.
Apabila seorang anak di mata orang tua keduduk-annya seperti itu, seharusnya anak menempatkan
posisi orang tua tidak kurang dari itu dalam menghormati dan memuliakan orang tua mereka sebagai
bukti balas budi dan pengakuan terhadap kebaikan yang telah didapat dari orang tua. Di samping
tetap melestarikan kewajiban silaturrahim kepada mereka berdua sesuai ketentuan Kitabullah.
Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga macam doa
yang pasti terkabulkan; doa orang tua untuk anaknya, doa orang musafir dan doa orang yang
teraniaya". (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani).
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam meminta izin untuk ikut serta berjihad, maka beliau shallallahu 'alaihi
wasallam bertanya: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia berkata: "Ya, masih hidup". Beliau
bersabda: "Maka berjihadlah dalam (menjaga) keduanya".
Dari Abu Bakrah berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah
kalian aku ceritakan tentang dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Ya wahai Rasu-lullah". Beliau
bersabda:
"Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau waktu itu bersandar, maka terus
duduk dan bersabda: "Ketahuilah, dan perkataan dusta". (Shahihul Jami')
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
Apakah amal yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya." Saya bertanya:
"Lalu apalagi?" Beliau bersabda: "Berbuat baik kepada orang tua". Saya bertanya: "Kemudian
apalagi?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersab-da: "Jihad di jalan Allah". (Muttafaq 'alaih)
Dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya saya
mempunyai harta dan anak, dan bapak saya meng-inginkan hartaku. Maka beliau shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu". (Muttafaq 'alaih).
Dan petunjuk birrul walidain yang terbaik adalah sikap yang telah ditunjukkan oleh para nabi
'alaihimus shalatu wa salam sebagai simbol anutan dan petunjuk bagi setiap manusia.
Nabi Ismail 'alaihi salam berkata dan ucapannya diabadi-kan dalam firman Allah Ta'ala: "Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar". (Ash-Shafaat: 102).
Nabi Nuh 'alaihi salam berkata juga dan ucapannya dise-butkan dalam firman Allah Ta'ala: "Ya
Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman". (Nuh: 28)
Nabi Isa 'alaihi salam juga disifati oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: "Dan berbakti kepada ibuku".
(Maryam: 32)
Nabi Yahya 'alaihi salam juga disifati oleh Allah Ta'ala demikian yang disebutkan dalam firman Allah:
"Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi
durhaka". (Maryam: 14)
Betapa indahnya bila seorang muslim bisa mencontoh dan mengikuti jejak para nabi.
Wahai anakku siang malam sepanjang umurku, aku korbankan untukmu agar kalian berbahagia,
kedua orang tuamu letih dan menderita serta hati gundah bila engkau sedang sakit dan wajahmu
pucat. Anakku tercin-ta. Itulah kalimat yang sering diulang-ulang oleh seorang ibu atau bapak.
Wahai seorang anak! Ingatlah jasa kedua orang tuamu yang besar tatkala engkau masih berada dalam
kandungan, di saat kau masih bayi dan setelah kau menginjak remaja hingga engkau menjadi orang
dewasa. Sekarang tiba saatnya kedua orang tuamu membutuh-kan kasih sayang dan perhatian
darimu. Sementara engkau hanya sibuk mengurusi isteri dan anak-anakmu hingga orang tuamu
engkau abaikan, padahal orang arab jahiliyah dulu menganggap aib dan harga diri jatuh jika ada
seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Peribahasa-peribahasa Arab
menceritakannya, menuduhnya dengan gambaran yang sangat jelek sekali bahkan memberinya
julukan dengan julukan-julukan yang sangat keji. Akan tetapi kita membaca banyak cerita di zaman
sekarang tentang cerita anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.
Abu Ubaidah At-Taimy dalam kitabnya, Al-'Aqaqah wal Bararah menuturkan beberapa contoh orangorang yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan beberapa contoh orang-orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya. Seorang dari bani Qurai' bernama Murrah bin Khattab bin Abdullah bin
Hamzah pernah mengejek dan terkadang memukul orang tuanya, se-hingga bapaknya berkata:
Saya besarkan dia tatkala dia masih kecil bagaikan anak burung yang baru lahir yang masih lemah
tulang-belulangnya. Induknya yang menyuapi makan sampai melihat anaknya sudah mulai berkulit
sempurna.
Dan contoh lain yang durhaka kepada orang tua-nya adalah putra Umi Tsawab Al-Hazaniyah, dia
durhaka kepada ibunya karena isterinya selalu menghalangi untuk berbuat baik kepada ibunya,
sehingga ibunya mengungkapkan kepedihan hati dalam sebuah syair:
Saya mengasuhnya di masa kecil tatkala masih seper-ti anak burung, sementara induknya yang
menyuapi makanan dan melihat kulitnya yang masih baru tumbuh.
Setelah dewasa dia merobek pakaianku dan me-mukul badanku, apakah setelah masa tuaku aku
harus mengajari etika dan adab.
Dan juga Yahya bin Yahya bin Said, suatu ketika dia pernah menyusahkan bapaknya lalu bapaknya
meng-hardiknya dengan menulis syair:
Semenjak lahir dan masa bayi yang masih kecil aku mengasuhmu, dan saya selalu berusaha agar
engkau menjadi orang tinggi dan berkecukupan.
Di malam hari engkau mengeluh sakit hingga tidak bisa tidur. Keluhan itu membuatku gundah dan
ketakutan.
Jiwa selalu gelisah memikirkan keselamatan untuk dirimu, sebab aku tahu setiap jiwa terancam oleh
ke-matian.
Contoh-contoh di atas merupakan sebagian dari beberapa kasus anak durhaka kepada kedua orang
tua-nya yang terjadi pada masa lampau dan sekarang.
Dan di dalam sebagian lagu-lagu masyarakat jahili-yah dahulu, yang sering para wanita lantunkan
adalah: Ya Allah, apa yang harus saya perbuat terhadap anakku yang durhaka, di masa kecil aku
dengan susah payah membesarkannya, setelah menikah dengan seorang putri Romawi dia berbuat
semena-mena terhadapku. Wanita ini mengadu kepada Allah terhadap sikap anaknya yang telah
diasuh dengan susah payah, tetapi setelah menikah dengan wanita nasrani Romawi, dia melupakan
ibunya.
Adapun contoh orang-orang yang berbuat baik kepada orang tua antara lain; cerita tiga orang yang
terjebak dalam gua, di antara mereka ada yang mengata-kan: "Tidak ada cara yang mampu
menyelamatkan kalian kecuali bertawassul dengan amal shalih kalian. Seorang di antara mereka
berdo'a: "Ya Allah saya mempunyai dua orang tua yang lanjut usia dan saya sekeluarga tidak makan
dan minum di malam hari sebelum mereka berdua, pada suatu saat saya pernah pergi jauh untuk
suatu keperluan sehingga saya pulang terlambat dan sesampainya di rumah saya mendapatkan
mereka berdua dalam keadaan tidur. Lalu saya memerah susu untuk malam itu, tetapi mereka berdua
masih tetap tidur pulas, sementara saya tidak suka jika makan dan minum sebelum mereka. Akhirnya
saya menunggu sambil memegang susu hingga mereka berdua ter-bangun, sampai fajar terbit mereka
berdua baru bangun lalu meminum susu. Ya Allah jika perbuatan yang telah aku kerjakan tersebut
termasuk perbuatan ikhlas karena mencari wajahMu, maka hilangkanlah kesulitan kami dari batu
besar ini, lalu batu itu pun bergeser dari mulut gua.
Masih banyak contoh-contoh lain tentang orang-orang yang berbakti kepada orang tua baik di masa
lampau maupun sekarang yang tidak mungkin kita ceritakan seluruhnya, kebaikan tersebut mereka
per-sembahkan kepada orang tua sebagai balasan atas jasa-jasa, perhatian dan pemeliharaan mereka
dan sebagai bukti pengakuan tulus dan akhlak mulia. Ini semua mengharuskan kepada setiap anak
untuk mengingat kebaikan yang selalu mengalir tak ada hentinya hingga akhir hayat.
Sebagian orang-orang shalih sebelum berangkat kerja ada yang menyempatkan diri singgah ke rumah
orang tuanya sambil mencium tangannya untuk memin-ta restu dan menanyakan keadaan serta
kesehatan mereka. Lalu berangkat ke tempat kerja. Sikap mulia dan terpuji ini, sangat baik jika
dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat.
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hu-rairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah, celakalah". Beliau ditanya: "Siapa wahai
Rasulullah? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang yang mendapati orang tuanya,
dan salah satu atau keduanya berusia lanjut, kemudian tidak masuk Surga".
Dari Abdullah bin Umar berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga
orang tidak masuk Surga dan tidak dilihat Allah pada hari Kiamat; Orang yang durhaka kepa-da
orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki dan dayyuts. (HR. Ahmad)
Durhaka kepada orang tua adalah perbuatan zhalim besar dan sikap tidak tahu diri.
Rasulullah yang mengajari umat manusia etika dan tata krama mengetahui kedudukan dan fungsi
seorang ibu dan bapak kemudian memberikan petunjuk kepada setiap orang mukmin agar menjadi
umat yang bertang-gung jawab.
Di antara bentuk birrul walidain setelah orang tuanya meninggal adalah dengan menyambung
hubung-an kerabat dengan teman dan sahabat orang tuanya.
Dari Abdullah bin Umar berkata sesungguhnya saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah me-nyambung hubungan kerabat
dengan sahabat orang tuanya". (Shahihul Jami', Al-Albani)
Bukti cinta dan berbakti kepada orang tua adalah menghormati dan menjaga hubungan persahabatan
orang tua dengan teman-temannya. Pada saat seseorang mempererat hubungan persahabatan dengan
teman bapaknya, merupakan bukti dalam berbakti kepada orang tua dan pertanda hasil baik
pendidikan orang tua kepada anak.
Imam Muslim dalam kitab shahihnya menyebutkan tentang bab keutamaan menyambung hubungan
persa-habatan dengan teman-teman bapak atau ibu. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan persahabatan dengan sahabat orang tuanya".
Dan juga hadits tentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam meng-hormati teman-teman
Khadijah setelah wafatnya.
Para ulama mengatakan bahwa al-birr bermakna menyambung silaturrahim, menyayangi dan berbuat
ke-baikan serta menjaga persahabatan. Seluruhnya termasuk bagian inti kebaikan. (Kholid Ar Rasyid)
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.30 1 KOMENTAR:
BAHAYA VALENTINE
Memasuki bulan Februari, kita menyaksikan banyak media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan
bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar acara-acara pesta perayaan
yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut
bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day atau biasanya disebut hari kasih sayang. Biasanya pada
14 Februari mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling
bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta.
Sangat disayangkan banyak ABG khususnya teman-teman kita, para remaja putri muslimah yang
terkena penyakit ikut-ikutan dan mengekor budaya Barat atau budaya ritual agama lain akibat
pengaruh TV dan media massa lainnya. Termasuk dalam hal ini perayaan Hari Valentine, yang pada
dasarnya adalah mengenang kembali pendeta St.Valentine. Belakangan, Virus Valentine tidak hanya
menyerang remaja bahkan orang tua pun turut larut dalam perayaan yang bersumber dari budaya
Barat ini.
Sejarah Valentine
Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah
Pendeta St.Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada
tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang beberapa
perintahnya.
Claudius II melihat St.Valentine meng-ajak manusia kepada agama Nashrani lalu dia memerintahkan
untuk menangkapnya. Dalam versi kedua , Claudius II meman-dang para bujangan lebih tabah dalam
berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang.
Maka dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St.Valentine menentang perintah
ini dan terus mengada-kan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya
diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara
yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum
dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan "Dari yang tulus cintanya, Valentine." Hal
itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nashrani ber-sama 46 kerabatnya.
Versi ketiga menyebutkan ketika agama Nashrani tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat
sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa
selalu berkum-pul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan
meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak
tersebut, dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga
mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan " dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu
kartu ini."
Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat
"dengan nama tuhan Ibu" dengan kalimat " dengan nama Pendeta Valentine" sehingga dapat
mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nashrani.
Versi lain mengatakan St.Valentine di-tanya tentang Atharid, tuhan perdagangan, kefasihan, makar
dan pencurian, dan Jupiter, tuhan orang Romawi yang terbesar. Maka dia menjawab tuhan-tuhan
tersebut buatan manusia dan bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih, oleh
karenanya ia dihukum mati. Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang dzalim
tersebut.
Bahkan saat ini beredar kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil dengan dua
sayap terbang mengitari gambar hati sambil mengarahkan anak panah ke arah hati yang sebenarnya
itu merupakan lambang tuhan cinta bagi orang-orang Romawi!!!
Hukum Valentine
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi
tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan
pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal
Rasul Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain
Islam: "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ." (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan
lagi bahwa ia telah kafir, adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim berkata, "Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang
khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas
hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya!" dan semisalnya. Bagi yang
mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan
haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutu-kan Allah. Bahkan
perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat
atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama
terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang
memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid'ah atau kekufuran maka ia telah
menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah."
Abu Waqid Radhiallaahu 'anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam saat keluar
menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut
dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon
tersebut. Para sahabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan
untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi
Musa, 'Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.' Demi Dzat yang
jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum
kalian." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala'
dan bara' ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar
akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu'min dan membenci
orang-orang kafir serta menyelisihi mereka dalam ibadah dan perilaku. Serta mengetahui bahwa
sikap seperti ini di dalamnya terdapat kemas-lahatan yang tidak terhingga, sebaliknya gaya hidup
yang menyerupai orang kafir justru mengandung kerusakan yang lebih banyak.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka
senang, lagi pula, menyerupai kaum kafir dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah
Subhaanahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya:
" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan Nasrani
menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim ." (Al-Maidah:51)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (Al-Mujadilah: 22)
"Dan janganlah belas kasihan kepada kedua pezina tersebut mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat." (An-Nur: 2)
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka
sehingga terhapuslah As-Sunnah (tuntunan Allah dan Rasul-Nya). Tidak ada suatu bid'ah pun yang
dihidupkan kecuali saat itu ada suatu sunnah yang ditinggalkan. Dampak buruk lainnya, bahwa
dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama
mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya membaca,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pu-la jalan) mereka yang sesat." (AlFatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang
mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri
malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari
Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang
yang mempe-ringatinya. Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi perayaan ini adalah dari ritual
agama lain!
Hadiah yang diberikan sebagai ung-kapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan
dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan terobsesi oleh
budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan
pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria
dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak
perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu
mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya
dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami dst, tapi hal itu tidak kita lakukan
khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus,
yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan
orang-orang yang disebutkan:
" Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi
karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku." (Al-Hadits).
Fatwa Syeikh Ibnu Utsaimin:
Pertanyaan:
Pada akhir-akhir ini ini telah tersebar dan membudaya perayaan hari Valentine -terutama di kalangan
pelajar putri, padahal ia merupakan salah satu dari sekian macam hari raya kaum Nashrani. Biasanya
pakaian yang dikenakan berwarna merah lengkap dengan sepatu, dan mereka saling tukar mawar
merah. Bagaimana hukum merayakan hari Valentine ini, dan apa pula saran dan anjuran anda kepada
kaum muslimin. Semoga Allah selalu memelihara dan melindungi anda.
Jawab:
Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.
Kedua : ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat
bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka.
Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum,
berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan
agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang
tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.29 2 KOMENTAR:
Arti Ibadah
"Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai mati mendatangimu,"(Al-Hijr:99).
"Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS. AdzDzariyat:56)
Allah menciptakan kita bukan untuk sia-sia, tetapi karena tujuan mulia yaitu untuk beribadah
kepada-Nya. Ibadah adalah kata yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. Kita
menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya-Nya adalah ibadah. Kita berbuat
kebaikan kepada sesama muslim bahkan sesama manusia atau kepada binatang sekalipun karena
Allah adalah ibadah. Jadi Ibadah itu artinya luas bukan hanya ibadah mahdhoh (murni) saja seperti
shalat, puasa, zakat dan haji, seperti dalam penjelasan Nabi saw bahwa cabang-cabang keimanan itu
lebih dari enam puluh atau lebih dari tujuh puluh cabang. Paling utama adalah Lailaha illallah dan
paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalanan. Tapi ibadah itu tidak berarti positif dunia
maupun akhirat sampai memenuhi dua kriteria:
Kriteria pertama, ibadah itu harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah.
Kriteria kedua, ibadah itu harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.
Satu syarat saja tidak diterima Allah, sampai betul memenuhi kedua persyaratan itu (lihat surat AlKahfi:110 dan Al-Mulk:2)
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.29 TIDAK ADA KOMENTAR:
memerintahkan kepadanya (Muhammad) agar menyuruh mereka berhijrah menuju Madinah. Maka
ia (Muhammad) memerintah kepada mereka, dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah
seandainya mereka tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat dan sholat mereka. Lalu
ketika Allah mengetahui ketulusan hati mereka (dalam mengerjakan perintah tersebut), Allah
memerintahkan mereka untuk kembali ke Mekkah, memerangi/membunuh bapak dan anak-anak
mereka, sehingga bapak dan anak-anak mereka tersebut mau bersyahadat sebagaimana syahadat
mereka, shalat sebagaimana shalat mereka, dan hijrah sebagaimana mereka hijrah. Mereka mau
mengerjakan hal itu, sampai-sampai ada diantara mereka yang membawa kepala bapaknya, sambil
berkata: "Wahai Rasulullah, inilah kepala pemuka orang-orang kafir." Demi Allah seandainya mereka
tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat, shalat dan hijrah mereka. Ketika Allah
mengetahui ketulusan hati mereka. Ia memerintah kepadanya (Muhammad) agar memerintah
mereka bertawaf (mengelilingi) Ka'bah sebagai ibadah dan mencukur rambut mereka sebagai
lambang rendah diri, dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah, seandainya mereka tidak mau
mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat, shalat, hijrah dan haji serta perlawanan perang (yang
mereka lakukan) terhadap bapak-bapak mereka. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hati
mereka, maka Ia memerintahkan kepadanya (Muhammad) untuk mengambil harta mereka sebagai
sedekah yang menyucikan mereka. Maka ia (Muhammad) memerintah mereka untuk itu, dan mereka
mau mengerjakannya, sehingga mereka membawa harta mereka baik sedikit maupun banyak. Demi
Allah, andaikan mereka tidak mau mengerjakannya, maka sia-sialah syahadat, shalat, hijrah, perang
terhadap bapak mereka dan thawaf mereka. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hati mereka,
dalam mengerjakan syari'at-syari'at iman dan batas-batasnya;" Ia SWT berkata: "Katakanlah (hai
Muhammad) kepada mereka!" "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu." Sufyan berkata:
"Barangsiapa meninggalkan satu prinsip dari ajaran Islam, bagi kami ia adalah kafir. Barangsiapa
meninggalkannya karena malas atau meremehkan, kita akan menghukumnya, dan ia menurut kita
adalah kurang (imannya). Inilah sunnah.....sampaikanlah dari akau, apabila manusia bertanya
kepadamu." (Al-Ajurry, Kitabu Asy-Syari'ah hal. 103 - 104).
Untuk itu kita menggali tauhid sedalam-dalamnya, seperti yang diungkapkan oleh imam Al-Laalikaa'i
yang artinya:
"Sesungguhnya hal yang paling wajib atas seseorang adalah ma'rifat terhadap dien dan apa-apa yang
Allah bebankan kepada hamba-hamba-Nya berupa pemahaman tauhid terhadap-Nya, sifat-sifat-Nya
dan membenarkan utusan-utusan-Nya dengan dalil dan keyakinan, dengan cara istidlal dengan
hujjah dan penjelasan. Dan sebaik-baik ucapan dan hujjah yang rasional adalah Al-Qur'an dan sabda
Rasulullah serta perkataan shahabat, kemudian ijma' para Salaf As-Shaleh dan berpegang teguh
terhadap keseluruhannya sampai hari kiamat serta menjauhi berbagai bid'ah yang diada-adakan oleh
para penyesat, sekalipun hanya mendengarkannya." (Syarh Ushul I'tiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah
oleh Al-Laalikaa'i Juz I hal. 9) Demikianlah nasehat dan wasiat dari para ulama salaf, dari kalangan
shahabat, tabi'in dan seterusnya.
Salaf Dan Kaitannya Dengan Ibadah
Secara bahasa, ibadah artinya tunduk dan patuh.
Secara syara', ibadah adalah nama yang mencakup semua kebaikan yang mengarah kepada ridho
Allah SWT. Secara lebih rinci Syaikh Abdurrohman Sa'di menyebutkan yang artinya :"Ibadah adalah
sempurnanya ketaatan dan kepatuhan kepada perintah-perintah Allah, berhenti dari laranganlarangan-Nya, mengendalikan diri dari batasan yang dibuat-Nya dan menerima semua yang
diajarkan-Nya melalui lisan nabi-Nya tanpa menolak atau menyimpangkannya." (Shofwatul Atsr wal
Mafaahim, hal. 46).
Sesuai dengan difinisi diatas, makna ibadah sangat luas, yang mengyangkut dhohir maupun bathin.
Pada makalah ini, kita akan membatasi pada makna dhohirnya saja. Seperti selalu kita baca yang
artinya :
"Katakanlah, Shalatku, korbanku, hidupku dan matiku, hanya untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS.
Al-An'am : 162).
Untuk mengetahui detil dari rincian ibadah dhohiriyah itu, sebaiknya kita simak hadits Rasulullah
SAW yang artinya :
"Dari Mu'adz bin Jabal, telah berkata, 'Aku telah berkata, 'Ya Rasulullah, beritahukannlah aku suatu
amal yang dapat memasukkan aku kedalam jannah dan menjauhkan akau dari neraka.' Nabi
menjawab, 'Engaku telah bertanya tentang suatu perkara besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan
bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala atasnya. Engkau menyembah Allah dan jangan
menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah.' Kemudian beliau berkata, 'Inginkah engkau
kuberi petunjuk kepadamu akan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai dan sedekah itu
menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api dan shalat seorang ditengah malam.'
Kemudian beliau membaca ayat yang artinya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang
mereka berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian
dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan
untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah : 16 - 17). Kemudian beliau bersabda,
'Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal dan tiang-tiangnya seta puncak-puncaknya?
Aku menjawab, 'Mau ya Rasulullah', Rasulullah bersabda, 'Pokok amal adalah Islam dan tiangtiangnya adalah shalat dan puncknya adalah jihad.' Kemudian beliau bersabda; 'Maukah aku
beritahukan kepada tentang kunci perkara itu semua?' Aku menjawab, 'Mau,' Maka ia memegang
lidahnya dan bersabda, 'Jagalah ini!' Aku berkata, 'Ya Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa)
karena apa yang kami katakan?' Maka beliau bersabda; 'Semoga selamat engkau! Adakah yang
menjerumuskan orang keatas mukanya, (atau sabdanya, keatas hidungnya). kedalam neraka, selain
buah ucapan mereka?" (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata 'Hadits itu hasan shahih).
Keutamaan seseorang tidak hanya ditentukan dari kewajiban-kewajiban yang sudah dikerjakannya,
namun juga oleh sejauh mana ia mengerjakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Lihatlah wasiat Abu
Bakar Ash-Shiddiq RA kepada Umar bin Khattab RA saat sudah dekat ajalnya. Dalam sebuah riwayat
diriwayatkan yang artinya:
"Sesungguhnya aku akan memberimu sebuah wasit jika kamu mau menerimanya. Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla mempunyai hak-hak dimalam hari yang Ia tidak mau menerimanya disiang hari.
Demikian juga Allah Azza wa Jalla mempunya hak-hak disiang hari yang Ia tidak mau menerimanya
dimalam hari. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima amalan sunnah sebelum
Aqidah Islamiyah
"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orangorang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid
dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69)
Pendahuluan
Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat
nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang
mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT
disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh
daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dengan
makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya
(Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya
menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di
Al-Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para
Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir
8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh
Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta
ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya
Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama
13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan.
Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang
harus direhabilitisi adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini
menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu
keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama)
yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan
keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman.
Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman
itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut
pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan
seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau
tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas
karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya
sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat
saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti
Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut
tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam AlQur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun
AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr."
Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat
yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil
teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka
Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh
tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya :
"Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya,
menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program
televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan
seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun
dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak
mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang
disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih
agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan
akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang
menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik
laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan
lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya
seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan
tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara
ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta
antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah
adalah :
Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan,
harta, pimpinan maupun lainnya.
Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap
jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal
kepad Allah (outer focus of control).
Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan
ridho terhadap segala ketentuan Allah.
Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin
dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan
antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.27 TIDAK ADA KOMENTAR:
Kultum Ramadhan: 3
Obat untuk Penyakit Hati
Kaum muslimin yang berbahagia
Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk,
Yang menguasai dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita
haturkan pula kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya, kita bisa
merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
Hadhirin yang kami hormati,
Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk
melakukan ibadah kepada Allah. Umumnya manusia sangat malas untuk
diajak melakukan ketaatan kepada Sang Pencipta. Mengapa?
Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali
dengan hawa nafsu. Hanya saja, manusia berbeda-beda. Ada yang hawa
nafsunya lebih menguasi dirinya, sehingga dia bergelimang dengan maksiat,
namun dia tidak merasa bersalah. Ada yang hati nuraninya lebih
mendominasi, sehingga dia menjadi hamba yang taat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah
sebuah kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah
bisa dirasakan kenikmatannya, diantaranya firman Allah ketika menceritakan
salah satu kenikmatan yang Allah berikan kepada para sahabat,
Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti
kemauan kalian dalam beberapa urusan benar-benarlah kalian mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian(QS. Al-Hujurat: 7).
Atas petunjuk Allah taala, Allah jadikan para sahabat manusia yang bisa
menikmati lezatnya iman, bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang indah
Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya,
islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,
sebagai rasulnya.(HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebut tiga
kriteria:
Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman:
Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai
seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada
kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka. (HR. Bukhari,
Muslim dan yang lainnya).
Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya,
merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.
Hadhirin, jamaah yang kami hormati,
Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat
atau bahkan merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan
termasuk kita, seringkali masih menganggap ketaatan itu sesuatu yang sulit
bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya iman itu?
Jamaah yang berbahagia,
Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang
kita pahami, hampir semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah
makan, dan semua terasa pahit. Selezat apapun jenis makanan yang
diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai sesuatu yang pahit. Soto
pahit, sate pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang
sakit.
Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun
nutrisi yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya.
Dengan ini kita bisa menemukan jawaban, mengapa banyak orang tidak
merasakan nikmatnya iman? Karena kebanyakan manusia, hati dan jiwanya
sedang sakit.
Jamaah yang berbahagia,
Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha
mengobati penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak
bisa merasakan nikmatnya nutrisi dan makanan. Hati sakit yang dibiarkan,
selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.
Lalu bagaimana cara mengobati hati?
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 17)
menjelaskan bahwa ada 3 teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit.
Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.
Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia
akan memberlakukan 3 hal:
Pertama, [ ] [menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan
menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat,
tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin.
Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus
dia lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang
bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk
mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah,
serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu
dan amal, merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana hujan
dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh nutrisi
berupa ilmu.
Kedua, [ ] [melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru
atau sesuatu yang bisa memparah sakitnya.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah
menyarankan pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis
penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul
Qoyim, orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah
panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan
maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk penyimpangan. Karena
dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati
manusia,
{
Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka
akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat
itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika
dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi
hatinya. Itulah yang diistilahkan ar-raan yang Allah sebutkan dalam firmanNya, (yang artinya), Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan
sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).
Ketiga, [] [
menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya
Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak
melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa
dalam dirinya.
Jamaah yang kami hormati,
Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis
dan tingkat penyakit yang diderita pasien.
Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien
cukup parah, bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU.
Dengan rentang waktu berbeda-beda, atau bahkan pemberian obat tanpa
batas waktu. Termasuk treatment operasi dan ampuntasi.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita
sangat parah, karena pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat
memberikan treatment sampai pada taraf hukuman had, seperti cambuk,
potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.
Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena
melakukan bedah operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan
mengatakan islam kejam karena memberikan hukuman kematian.
Allahu alam.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan
menjadikan hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman,
islam, dan amal soleh.
Amiin..
Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembinawww.KonsultasiSyariah.com)
Sabar
Segala puji bagi allah atas segala yang telah di anugerahkan kepada kita, baik material maupun
nikmat yang immaterial. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
Saw, sebagai penuntun ummat menuju jalan yang selamat. Marilah kita tingkatkan kualitas dan
kwantitas ketaqwaan kita kepada Allah swt, dengan sungguh-sungguh karena taqwa inilah yang
akan mengantarkan kita kepada kenikmatan dunia dan akhirat alamin ya rabbal alamin
Hadirin yang di muliakan Allah
Kehidupan di dunia ini terasa sangat sigkat, jika dibandingkan dengan kehidupan sebelum atau
sesudah hidup dimuka bumi ini. Tetapi dari kehidupan yang singkat ini, ada banyak sekali hal-hal
yang kita temui, suka, duka, ceria dan nestapa terus selalu mengikuti dan akrab bersahabat
dengan kehidupan kita.
Manusia selalu digelayuti oleh nasib yang berbeda dari hari ke hari tanpa kita ketahui secara
pasti, apa sebenarnya kehendak Allah taala. Karena itulah setiap manusia harus tunduk
dibawah keputusan dan kehendak rabb-Nya. Allah tidak akan merubah sunnanya yang berlaku
untuk hamba-hambanya. Namun tidak kemudian kita men-salah artikan dan berbuat semaunya
berdalih bahwa ini kehendak Allah taala, karena kita sendiri tidak tahu dengan kehendak Allah
taala. Dasar logis ini menjadi pertimbangan setiap manusia untuk memilih perbuatan baik agar
mendapatkan nasib yang baik. Tetapi jika yang kita lakukan sudah maksimal maka dalam tahap
inilah kita semua menyerahkan kepada Allah taala.
Imam Ghazali berpendapat bahwa sabar adalah menguatkan dorongan agama untuk
mengalahkan dorongan nafsu-nya. Jadi kesabaran pada dasarnya adalah konsep agresif untuk
maju dengan cara melepaskan jeratan masalah dan kesediahan. Sesungguhnya Allah sudah
memberikan semua dunia ini dengan segala sunnahnya. Jika kita berbuat yang salah maka
secara sunnatullah kita akan mendapatkan kejelekan. Kausalitas seperti itu telah termaktub di
dalam al Qur'an :
Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Ada baiknya kalau kita menyimak apa yang ditulis oleh Imam Al Islambuly, bahwa ada seorang
ahlii hadits yang suka mengumpulkan kepompong-kepompong untuk disaksikan bagaimana
perubahan kepompong tersebut keluar dan menjadi kupu-kupu yang indah, tetapi pada suatu
hari, ada kepompong yang menurutnya lambat dalam proses keluarnya, akhirnya kepompong
tersebut di bantu dalam proses pengeluarannya, yang terjadi ternyata justru kepompong tersebut
mati, ayah ahli hadits tersebut akhirnya meberikan fatwa:wahai anakku, pada saat kepompong
keluar menjadi kupu-kupu, sebenarnya mengeluarkan racun-racun yang ada dalam dirinya, jika
tidak ia keluarkan maka ia akan mati, begitu juga dengan kehidupan di dunia, dunia akan
memberikan sesuatu tetapi di sisi lain dunia juga akan meminta sesuatu juga, mustahil dunia
akan memberikan begitu saja.
Filosofi kisah tersebut memberikan pelajaran kepada kita, bahwa dengan melintasi batas
kebenaran yang digariskan, demi untuk mendapatkan sesuatu maka akan menjadikan
ketahanan agamanya menjadi luntur.
Hadirin yang dimulyakan Allah
Tidak dibenarkan dalam kehidupan ini bersifat ambisius, mengejar dunia yang berlebihan, dalam
al-Qur'an kita diperintahkan untuk selalu meminta kepada Allah untuk berbuat sabar dalam
menjalankan perintahnya dan sabar menjalankan shalat dengan penuh ketekunan. (QS al
Baqarah:45)
Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (QS al
Baqarah:45)
Sabar tidak hanya ketika menerima keadaan yang tidak kita inginkan, tetapi sabar juga harus
kita aplikasikan kepada semua aspek kehidupan termasuk bersabar pada saat mendapatkan
nikmat yakni dengan cara membelanjakan dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan
Allah
taala.
Setiap ibadah membutuhkan kesabaran di dalamnya, oleh karena itu sabar adalah bagian dari
tubuh amal itu sendiri. Imam Ali ra berkata:
Sifat sabar itu menempati kedudukan sebagai kepala dari bagian jasad, tidak jasad yang tanpa
kelapa, dan tidak ada keimanan bagi orang yang tidak bersabar.
Hadirin yang berbahagia
Bersabarlah atas segala yang digariskan oleh Allah dan janganlah kita mencari jalan pintas,
untuk kaya kita tidak perlu memelihara tuyul, atau korupsi, untuk menjadi populer jangan menjual
harga diri, untuk hidup terhormat jangan menjelekkan orang al Qur'an :al-Insan:24
Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti
orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.
Dari Ibnul Mubarak, pada suatu hari ada orang majusi yang melayat kepada jenazah putranya,
dia berkata:hari ini akan ada orang pandai yang dilakukan oleh orang yang bodoh lima hari
Contoh Ceramah Puasa atau Ramadhan 1435 H / 2014 Sahabat sekalian, pada kesempatan kali ini Kata
Ilmu akan berbagi artikel mengenai contoh ceramah atau kultum ramadhan, terkadang banyak diantara kita yang
ingin naik ke mimbar untuk memberikan ceramah ramadhan, misalnya seelum shalat Tarawih atau sesudah
shalat Shubuh, Yup berikut ini adalah contoh ceramah ramadhan singkat dan sederhana, simaklah
selengkapnya:
Sesungguhnya setiap ibadah mempunyai dua potensi yang selalu beriringan satu sama lainnya. Satu sisi sebuah
ibadah mungkin akan menjadi ladang pahala kita yang akan kita panen di kampung akhirat nanti. Tapi sisi lain,
jika kita tidak memenuhi syarat, adab dan rukunnya bisa jadi sebuah ibadah justru menjadi fitnah bagi kita di hari
akhir nanti. Naudzu billah min dzalika ...
Contoh yang paling jelas dalam masalah ini terdapat dalam sebuah ayat yang sudah sama-sama kita hafal
bersama, dalam surat al-Maun disebutkan ancaman Allah SWT kepada orang-orang yang shalat. Allah berfirman
dalam kitabnya yang mulia :
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya (QS Al
Maun 3)
Ayat di atas begitu lugas mengingatkan pada kita bahwa sholat bisa menjadi fitnah dan ancaman di akhirat nanti
saat kita menjalankan tidak sesuai aturannya.
Kaum muslimin yang berbahagia ...
Lalu bagaimana dengan ibadah puasa Ramadhan kita ? Apakah ada ancaman tentang puasa yang kita
jalankan ? Sungguh setidaknya ada dua dalil yang juga mengingatkan kita dengan gamblang tentang bahayanya
orang berpuasa jika tidak memenuhi adab dan aturannya. Dalil pertama, Rasulullah SAW telah memberikan
prediksi bagaimana banyak orang yang berpuasa tanpa hasil apapun keculai hanya lapar dahaga. Beliau
bersabda dari lisannya yang mulia :
===
.
Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan
betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR
An-NAsai)
===
Dalil di atas seharusnya menjadi warning atau peringatan dini bagi kita dalam meniti hari-hari Ramadhan kita,
agar tidak termasuk golongan yang celaka dalam arti berpuasa tanpa pahala. Peringatan berikutnya adalah
dalam lafadz doa Jibril alaihissalam, dimana ia mendoakan keburukan kepada mereka yang mendapati
Ramadhan tapi tidak mendapat ampunan dari Allah SWT. Diriwayatkan dalam hadits yang panjang :
Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: Amin, Amin,
Amin. Para sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah? Kemudian beliau
bersabda, Baru saja Jibril berkata kepadaku: Allah melaknat seorang hamba yang melewati
Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan, Amin, kemudian Jibril berkata lagi, Allah
melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya
masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua), maka aku berkata: Amin. Kemudian
Jibril berkata lagi. Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu,
maka kukatakan, Amin (HR Ibnu Khuzaimah dishahihkan oleh Albani )
Naudzu billah tsumma naudzu billah ... ibaratnya dalam pepatah bahasa kita, sudah jatuh tertimpa tangga. Tidak
mendapatkan ampunan dalam ramadhan sudah merupakan musibah luar biasa, belum lagi ditambah doa laknat
dati Jibril alaihissalam yang diaminkan oleh Rasulullah SAW yang mulia ..!. Semoga kita tidak termasuk dalam
dua golongan yang disebutkan dalam dua hadits yang saya sebutkan di atas.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Rasanya menjadi penting bagi kita untuk mengetahui mengapa orang yang berpuasa bisa mendapat kecelakaan
yang sedemikian buruk semacam itu. Setidaknya ada empat kesalahan orang berpuasa yang bisa
menjerumuskan mereka dalam dosa dan kehinaan, mari bersama merenungkannya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang sudah sangat populer di telinga kita : Innamal amaalu binniyaaat.
Yaitu : Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya ....( HR Muttafaqi Alaih). Maka berpuasa tanpa
keikhlasan ibaratnya surat perjanjian tanpa stempel dan materai, menjadi tidak berlaku dan sia sia begitu saja.
Pertanyaannya adalah, puasa semestinya melatih orang untuk ikhlas, karena ia merupakan ibadah antara
seorang hamba dan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda:
Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang
akan memberikan balasannya, (H.R. Bukhari).
Tapi sungguh sayang sekali, ternyata masih ada yang ternoda keikhlasannya dalam berpuasa karena godaan
riya, harta maupun kecenderungan diri pribadi. Puasa diliputi riya, karena ingin dianggap, dihargai dan dipuji
orang lain sebagai orang yang berpuasa. Bisa jadi karena ewuh pakewuh dengan mertua, atau takut dengan
pimpinan di kantor, atau mungkin ingin eksis di tengah rekan sejawat. Semua itu sungguh meluruhkan pahala
puasa yang mulia. Ada pula orang yang berpuasa karena mengincar harta, mungkin saja ini lebih banyak terjadi
pada anak-anak kita yang mengidamkan hadiah dari para orangtua saat lebaran nanti, karena mampu
menyelesaikan puasa dengan sempurna. Selain itu, ada juga yang berpuasa dengan bersemangat, bukan
karena kewajiban semata tetapi juga karena keinginan pribadi untuk diet dan menurunkan berat badan. Sungguh
ini semua jika tidak dihapus dalam hati, akan mengotori keikhlasan puasa kita, dan kita terjerumus dalam
golongan mereka yang berpuasa tanpa pahala.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Yang kedua adalah mereka yang berpuasa tanpa ilmu. Tidak mengetahui mana yang membatalkan dan mana
yang tidak. Maka mereka menjalani puasa tanpa aturan, atau memahami tidak dengan sepenuhnya benar.
Akibatnya, puasa mereka menjadi begitu rapuh dan tanpa makna. Menyangka telah melakukan hal yang benar
padahal sejatinya salah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :
seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) . (HR
Ibnu Majah).
Maka marilah meningkatkan kualitas ibadah puasa kita dengan memahami sepenuhnya hukum-hukum
seputarnya. Mari terus membaca, mengkaji dan bertanya, agar bisa menjalankan seluruh rangkaian ibadahnya
dengan keyakinan yang nyaris sempurna.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Golongan orang berpuasa yang celaka ketiga adalah mereka yang berpuasa hanya dari makan minum dan
berhubungan badan semata, dan merasa bahwa dengan itu mereka sudah memenuhi semua ketentuan dan
tuntutan puasa. Barangkali kita perlu mengingat lebih dalam himbauan rasulullah SAW berkaitan dalam masalah
ini :
===
Barang siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT tidak
membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya (HR Bukhori).
===
Mereka dalam masalah ini berpuasa tetapi tidak mampu menundukkan nafsu dan emosinya. Maka mereka
menodai siang hari ramadhan dengan lisan yang tak terjaga dari ghibah, marah dan berkata dusta, atau anggota
badan yang tidak terjaga dari dosa dan kemaksiatan.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Yang keempat adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh kemalasan, dalam arti tidak
menyadari kemuliaan bulan Ramadhan yang bertaburan berkah. Mereka tidak menyadari dan memahami bahwa
Ramadhan bukan hanya bulan puasa saja, tetapi lebih dari itu ia adalah bulan musim kebaikan yang disyariatkan
banyak amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda tentang bulan mulia ini :
(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan
berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah
(demikian) sampai berakhirnya ramadhan ( HR Ahmad)
Golongan ini berpuasa tetapi tidak menjalankan tarawih, tilawah dan tadarus. Tidak pula berusaha untuk
bersedakah, memberi berbuka pada orang yang berpuasa. Atau tidak pula menyempatkan diri untuk itikaf dan
amal kebaikan secara umum. Mereka hanya berpuasa dan menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalasmalasan di siang hari, lalu makan pestapora di malam hari.
Akhirnya, semoga kita terhindar dari peringatan Rasulullah SAW tentang mereka yang berpuasa tapi sia-sia
dalam pahalan dan keutamannya. Semoga Allah SWT menjaga kita agar tidak terjerumus dalam empat golongan
mereka yang berpuasa tapi celaka. Wallahu alam bisshowab.
Demikialan contoh ceramah ramadhan terbaru 2014, semoga artikel ini tentunya dapat memberikan manfaat dan
ispirasi bagi yang membutuhkan.[ki]
KEMATIAN
ASALAMMUALAIKUM WR WB .
Hadirin yang kami muliakan
KEMATIAN suatu kata yang tidak asing ditelinga kita, akan tetapi dapat menggetarkan hati setiap
insan yang bernyawa, Mengapa .??? Karna kematian merupakan suatu KENISCAYAAN yang akan
dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa , Entah dia seorang kaya atau seorang yang miskin entah
dia seorang yang muda atau yang tua entahh dia seorang pejabat tinggi maupun rakyat kecil . PASTI
akan mengalami kematian .
Berkenaan dengan ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Imran ayat 185 yang artinya : "
Sesungguhnya setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian dan sesungguhnya semua
amalan akan disempurnakan diakhirat nanti ". Berkenaan dengan ayat diatas tadi jelas sekali bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian .
Ada suatu riwayat, suatu ketika Rasul SAW ditanya oleh salah seorang sahabat : " Ya
Rasulullah ketika engkau telah tiada maka kepada siapa lagi hamba meminta NASEHAT . Rasul SAW
menjawab: Wahai sahabat sesungguhnya aku telah meninggalkan 2 NASEHAT kepada kamu :
Nasehat yang pertama adalah nasehat yang berbicara dan nasehat yang kedua adalah nasehat yang
diam .Lalu sahabat kemudian bertanya lagi kepada Rasul Saw . : ya.. Rasulullah apakah nasehat
Berbicara itu ya Rasul dan apakah nasehat yang diam itu ya.. Rasulullah. Rasulullah kemudian
menjawab : wahai sahabat wahai sahabatku nasehat yang berbicara itu ialah Al-Quran dan yang diam
itu adalah kematian .
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah seorang sahabat , ya Rasulullah siapakah orang yang
paling berakal dan siapakah orang yang paling bijaksana .?
.Rasulullah SAW menjawab, Orang
yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang
paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia
dan akhirat.
Hadirin yang berbahagia kematian merupakan universitas terbaik dalam kehidupan kita ,
Mengapa ...??? . Karna seperti kita ketahui bersama bahwa kita sering diperhadap dengan suatu
kejadian yang berkaitan dengan kematian . Ketika kita sama-sama memandinkan mayat , menyolati
mayat , mengkafani simayat , dan mengantarkan mayat sampai di tempat peristiraharan terakhirnya .
Dann kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita selanjutnya akan dipanggil . mungkin
tahun ini , bulan ini , dan bahkan besok pun kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita
selanjutnya akan dipanggil . Berikut ini sedikit nasehat yang ingin disampaikan oleh guru kematian
diantaranya .
berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh
ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau
miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur
bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa.
Cuma tubuh kecil yang telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita
meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta
dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan
pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika
peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan
seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan,
bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan
pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah
khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia
ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan
antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga
yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar.
Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama
kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian
berakhir.
5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar
bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman.
Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam
tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia
tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah
Al-Qashash ayat 77, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) dunia" dengan menyebut, "Ad-Dun-ya
mazraatul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat).
Ingat hadirin kematian itu begitu dekat dan sangatlah dekat . Maka dari itu saya
mengingatkan kepada seluruh hadirn marilah kita jadikan kematian sebagai guru terbaik kita
agar kelak datang waktunya kita dipanggil kita telah siap untuk menghadapnya . Rasul SAW
bersabda : cukuplah kematian itu menjadi nasehat . WASALAM
Diposkan oleh Kumpulan Ceramah di 18.58
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan paling tidak ada dua bahaya
dari sifat dengki. Yang pertama adalah dengki bisa mencukur agama kita. Amalamal shaleh kita bisa terhapus dengan penyakit hati tersebut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Jagalah dirimu dari sifat hasad, karena hasad itu dapat memakan kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar (HR. Abu Dawud)
Maka dari itu mari kita hindarkan diri dari sifat iri dan dengki. Mari kita tukar sifat iri
dan dengki itu dengan sifat al-ghibthoh. Sifat al-ghibthoh adalah sifat yang mirip
dengan iri dan dengki, persamaannya adalah dia muncul ketika ada kenikmatan
pada orang lain. Namun perbedaannya adalah jika iri dan dengki adalah perasaan
tidak senang jika nikmat itu tidak dihilangkan dan beralih kepada dirinya,
sedangkan al-ghibthoh adalah merasa senang ketika orang lain mendapatkan suatu
kenikmatan dan ia juga sangat ingin jika kenikmatan itu ada pada dirinya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Tidak diperbolehkan hasud kecuali kepada dua orang, yakni kepada seorang lakilaki yang diberikan al-Quran oleh Allah Subhanahu wa Taala sedangkan dia
mengamalkannya siang dan malam; dan kepada seorang laki-laki yang diberikan
harta oleh Allah Subhanahu wa Taala lalu dia menginfakkannya di jalan yang benar
siang dan malam. (HR Bukhari dan Muslim)
Mari kita hindarkan dan berantas dari hati-hati kita ini sifat iri dan dengki. Ucapkan
selamat kepada orang-orang yang mendapat kenikmatan dan mari kita mohon
kepada AllahSubhanahu wa Taala agar nikmat yang didapatkan saudara kita juga
kita dapatkan.[]
Bertaqwalah
Untuk mengawali jumpa kita pada saat ini, marilah kita menyanjungkan puja dan
puji syukur kita kehadirat Allah SWT. Karena dengan limpahan rahmat dan
hidayahnyalah sampai saat ini kita masih ditaqdirkan oleh Allah menjadi orang yang
beriman dan Islam, mudah mudahan nikmat iman dan islam ini dapat kita miliki sampai
akhir hayat kita.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw.
Beliaulah yang memperjuangkan Islam sampai ke penjuru dunia sehingga kita
bisa membedakan mana yang hak dan yang batil dan masih menjadi muslim dengan
hidayah Allah swt.
Tak lupa kepada saudara protocol saya ucapkan rasa terima kasih yang amat
dalam sehingga saya berkesempatan untuk menyampaikan isi pidato saya ini
Taqwa adalah sebuah kata yang sudah taka sing lagi, pendek kalimatnya tetapi
mempunyai arti yang sangat luas, semua orang berbicara taqwa dari kanak kanak
sampai kakek kakek dari tk sampai perguruan tinggi, seluruhnya berbicara taqwa.
Bahkan bahkan disetiap acara pelantikan pelantikan disitu kita dengar taqwa taqwa dan
taqwa, karena seringnya diucapkan sampai sampai mengalami pergeseran arti, padahal
para ulama mendefinisikan yaitu:
Melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya
Saudara saudara kaum muslimin Rahimakumullah!
Kita sebagai muslim marilah kita bertaqwa kepada Allah agar kita mendapatkan
rahmat dan maghfirah dari Allah derajat taqwa ini hanya bias dimiliki dan
diperintahkan hanya kepada orang orang yang beriman kepada Allah
Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah
dengan sebenar benarnya taqwa dan janganlah kalian semua mati keculi dalam
keadaan islam (Qs. Al imron 102).
Kita sebagai muslimin harus konsisten dengan taqwa itu kapan dan dimanapun
kita berada disitu kita harus bertaqwa, jangan taqwa waktu di masjid atau di rumah saja,
tetapi taqwa harus menjadi milik kita selama hayat masih dikandung badan.
Di kantor bertaqwa, di pasar bertaqwa, di kebun bertaqwa jangan sampai keluar
dari masjid taqwanya hilang kalau saya keluar masjid bawa taqwa, saya tidak akan g osib,
kalau ke kantor saya bawa taqwa saya tidak akan korupsi karena taqwa ditunda di
masjid dan rumah sehingga kemaksiatan merajalela di mana mana.
Yaitu orang orang yang percaya kepada hal hal yang ghoib percaya adanya surga dan
neraka percaya adanya jin dan syetan percaya bahwa setan jin itu ada
2.
Orang orang yang mendirikan sholat, kenapa disini dijumpai kata kata mendirikan?
Karena
yang
dimaksud
dengan
mendirikan
yaitu:
menjalankan
secara
berkesinambungan dan terus menerus, serta realitakan pelajaran pelajaran yang dapat
diambil dari sholat itu dalam kehidupan sehari hari contoh: dalam sholat kita
mengucapkan: hanya allah yang maha besar selain Allah semuanya kecil, kembali ke
masyarakat sombongnya hilang.
3.
4.
Yaitu orang orang yang percaya terhadap apa apa yang diturunka kepada nabi
Muhammad dan percaya terhadap apa apa yang diturunkan sebelum nabi Muhammad
yaitu kitab kitab yang diturunkan kepada nabi nadi sebelum beliau.
Seperti begini
ini kita percaya bahwa soekarno adalah oresiden pertama RI percaya sekedar percaya
tetapi tidak wajib mengikutinya karena masanya telah lewat. Sekarang masa reformasi
jadi yang diikuti sekarang adalah masa reformasi jadi yang wajib diikuti adalah era
reformasi ini dan sekarang bukan masa taurat dan injil maka teurat dan injil tidak wajib
kita ikuti tetapi yang wajib kita ikuti adalah al quran karena akan terus berlaku sampai
akhir zaman
5.
Orang orang yang percaya dan yakin akan adanya akhirat, saya juga percaya akan
adanya akhirat percaya bukan sekedar percaya, yang buta akan semakin buta tetapi
percaya yang membiaskan dalam kehidupan sehari harinya
Orang yang percaya akhirat itu jalannya tidah angkuh orang yang percaya akhirat
itu ngomongnya enggak asal ngomong tetapi mereka yang percaya akhirat itu hidupnya
atau gayanya betul betul di pertimbangkan.
Saudara saudaraku kaum muslimin Rahimakumullah...
inilah yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini terima kasih atas segala
perhatiannya.
Diposkan oleh Zainal Masri di 23.54 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
,
:
Sebelum saya mulai pidato, saya saya ingin menajak kepada seluruh hadirin
untuk selalu dan senantiasa puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah
memberikan kesempatan kepada kita semua untuk menggunakan segala fasilitas yang
ada di muka bumi ini untuk kita nikmati bersama.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada buah hati siti aminah,
putra sayyi Abdullah tak lain dan tak bukan adalah junjungan kita nabi besar
Muhammad saw. Sehibngga kita bias dianggap dan disebut umat serta pengikut beliau
di hari kiamat kelak amiiin ya robbal alamiiin.
Hadirin sekalian yang berbahagia:
Pada
kesempatan
yang
berbahagia
ini, saya
akan
memberikan
sebuah
Berbicara tentang generasi muda, sering kali kita mendapatkan dalam banyak
artikel (tulisan) bahkan kita sendiri menyaksikan peran partisipasi pemuda yang
sangatlah besar dan berarti dalam membangun, menyumbangkan, dan mendukung
perkembangan bangsa mereka adalah harapan harapan bangsa yang akan berjuang demi
masa depan bangsa, mereka adalah harapan bangsa yang akan berjuang demi masa
depan yang lebih cerah, demikian juga, mereka dalam waktu yang sama merupakan
harapan islam di hari esok yang akan mempertahankan undang undang islam dan
melindunginya dari gaya hidup barat yang merusak, yang akan menjadi peminpin pada
masa selanjutnya sebagaimana sering diteriakkan: sosok pemuda sekarang ini adalah
sosok pemimpin masa depan terlihat dari pemuda seperti tadi.
Pernyataan ini mendorong kita untuk memperhatikan eksistensi pemuda di masa
yang akan datang, karena dengan melihat semua fakta kita sadar, betapa pentingnya
peran pemuda untuk masa depan suatu bangsa, pemuda dianggap melambangkan
semangat yang tidak pernah redup, pemuda dianggap melambangkan keberanian yang
tidak pernah luntur dan pemuda dianggap melambangkan kekuatan yang tidak pernah
luntur.
Diposkan oleh Zainal Masri di 23.45 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini
Reaksi:
Orang Islam dengan orang Islam lain adalah bersaudara
Saya kira sampai di sini dahulu pidato saya kali ini dan jikalau anda mendapatkan
kesalahan saya mohon maaf yang sebesar besarnya, sekian
Ayat Al-Quran dan Hadits Tentang Sabar
Posted by: salsabilayugoJuly 21, 2014 Reply
menyapihnya dalam dua tahun ., bersyukurlah kepada Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu
Al quran adalah kitab pegangan umat Islam yang sangat sempurna, semua hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan ini telah tercantum dalam kitab yang mulia itu, dan tak
terkecuali tentang hakul awlad alal walid dan hakul walid alal awlad (hak anak terhadap
orang tua dan hak orang tua terhadap anak).
Demikianlah Kultum Dari Saya
Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua
Jika Ada Kesalahan Kata Saya Minta Maaf
Wassalamualaikum Wr.Wb
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
(Al-Araaf 179)
Dalam surat Al-Araaf ayat 179 ini Allah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang
menyebabkan manusia dan jin terjerumus masuk kedalam neraka jahanam, antara lain :
1.
2.
3.
Keadaan mereka tersebut diatas bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi dari
itu,dan mereka termasuk kedalam kelompok orang yang lalai.
Hati yang sakit
Hati manusia ada yang sehat bercahaya menerangi kehidupan diri dan lingkungannya
dan ada pula yang sakit dan gelap serta merongrong kehidupan diri dan lingkungannya.
Hati yang sehat dipenuhi dengan rasa Iman, takwa, tawakkal, sabar, dan sangat cinta
mendengarkan nasehat dan ayat Quran, membawa rahmat dan manfaat bagi diri dan
lingkungannya.
Hati yang sakit dan gelap dipenuhi rasa takut, cemas,kecewa, dendam, benci, sombong,
ria, suka dipuji, tamak, cinta dunia dan lain sebagainya. Orang yang ada penyakit dalam
hatinya merasa benar sendiri, dan sulit menerima nasehat saran atau kritik dari orang
lain. Mereka enggan untuk sujud dan tunduk pada Allah. Seluruh usaha dan kegiatannya
hanya ditujukan untuk meraih kehidupan dunia, mereka mengabdi pada kepentingan
syahwatnya. Mereka berusaha memuaskan kebutuhan syahwat dan nafsunya dengan
berbagai cara, tidak peduli halal dan haram. Inilah orang yang telah ditutup hatinya oleh
Allah dengan pernyataannya dalam surat Al Baqarah ayat 7 dan Jatsiyah ayat 23 :
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka
ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(Al Jatsiyah 23)
Peliharalah hati dari berbagai penyakit yang dapat membutakan hati dari menerima
kebenaran. Hati yang dipenuhi penyakit hanya akan mendorong seseorang untuk
mengerjakan perbuatan keji dan mungkar yang akan nmenjerumuskannya kedalam api
neraka jahannam yang panas membakar.
Mata yang buta
Orang yang buta mata hatinya tidak mampu melihat tanda tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah yang banyak bertebaran dilangit dan bumi ini. Kalau diperhatikan
sebenarnya pada penciptaan langit dan bumi serta tumbuh2an dan hewan yang terdapat
didarat, laut maupun angkasa serta pada diri manusia sediri, terdapat tanda tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Namun
sedikit sekali orang yang mampu melihat tanda kebesaran Allah tersebut, walaupun
matanya sehat, tidak buta dan dapat melihat dengan jelas. Mereka hanya mampu
melihat benda disekitarnya dengan jelas, namun tidak mampu melihat tanda kebesaran
Allah yang ada pada benda tersebut. Kalau mereka mampu memanfaatkan matanya
dengan benar mereka akan dapat melihat tanda kebesaran Allah pada sesuatu yang
mereka lihat itu.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ali Imran 190)
Namun sayang sebagian besar manusia tidak mampu mengambil pelajaran dari berbagai
kejadian yang mereka lihat dan alami. Berbagai kejadian yang mereka alami dan lihat
berlalu begitu saja. Mereka menganggap itu sebagai hukum alam, suatu kejadian atau
materi hadir dalam kehidupan mereka dari tiada menjadi ada, dan kembali menjadi tiada
hanya karena suatu proses alami saja. Kita hidup, mati kemudian berlalu begitu saja ,
tidak ada lagi kehidupan sesudah mati, semua itu terjadi karena proses alam.
Fikiran, cita cita dan usaha mereka seluruhnya ditujukan hanya untuk kehidupan dunia.
Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tidak peduli
halal dan haram. Mereka tidak paham kalau kehidupan ini ada yang memiliki dan
mengaturnya,sikap ini menggiring mereka untuk maasuk kedalam api neraka jahannam
yang panas membakar.
Telinga yang tuli
Sebagian manusia ada yang telinga batinnya tuli, mereka lebih tertarik mendengar
musik, cerita gosip, berbagai berita dan kejadian didunia yang menarik hati. Mereka
tidak tertarik untuk mendengar nasehat, kajian agama, ataupun ayat-ayat Quran.
Mereka terlalu asyik dengan kehidupan dunia, enggan mendengar lantunan ayat Quran
yang menasehati atau kajian tentang Iman, Tauhid, kebesaran Allah, kehidupan akhirat
yang banyak diperdengarkan melalui media radio, televisi maupun ceramah umum.
Mereka lebih suka mendengar suara musik, nyanyian, berita politik dan kejadian dari
segala penjuru dunia.
Hati yang penuh penyakit, mata hati yang buta, telinga batin yang tuli menyebabkan
mereka hidup bagai binatang ternak, yang tujuan hidupnya hanya untuk makan minum,
tidur dan mendapatkan kesenangan dunia. Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk
kehidupan dunia, mereka lalai dari mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, itulah
yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam jurang neraka yang dalam. Bersihkan
hati dari berbagai penyakit, latih mata dan telinga untuk memahami tanda kebesaran
Allah dialam ini. Insya Allah selamat hidup didunia dan akhirat.
Berikut ini adalah teks Contoh naskah pidato agama islam yang bertemakan tentang pelajaran
bagaiman cara bersyukur yang sebenarnya. Qvae sangat bahagia jika Contoh naskah pidato
agama islam tentang bersyukur ini bisa bermanfaat bagi anda, ketika anda mencari sebuah
contoh pidato agama di mein pencari kemudian anda mengunjungi Contoh naskah
pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur ini, kami berharap sungguh jika contoh
pidato agama islam tentang bagaiman cara bersyukur ini bisa menjawab apa yang anda cari dari
mesin pencari.
Berikut Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur.
Salam Sejahtera wahai para ahli bersyukur.
Marilah kita panjatkan segala puji dan puji syukur atas semua anugrah yang di berikan tuhan
kepada kita. karna dengan kita bersyukur kita akan mengetahui betapa besar anugrah yang
harus kita syukuri.
Solawat dan salam kita haturkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai ungkapan rasa syukur
atas semua yang nabi ajakan kepada kita.
Para pelopor, bersyukurlah
"Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."(Quran Surat.
Fathir:30).
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(Quran Surat. ibrahim [14]:)
Para Pelopor, Pada kesmpatan ini, melalui contoh pidato agama isalam ini Qvae akan sedikit
menjelaskan tentang bentuk dari perwujudan rasa syukur kita.
Syukur itu diwujudkan dalam tiga aspek :
1. Syukur dengan hati, yaitu menyadari dan menyakini bahwa semua nikmat dan karunia yang
diperoleh merupakan anugerah Allah dan berasal dari-Nya.
2. Syukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah sebanyak-banyaknya.
3. Syukur dengan perbuatan, yaitu taat beribada kepada-Nya dan menggunakan karunia itu
untuk kebaikan.
Mari kita renungkan, tentang semua yang kita miliki tentang semua yang kita imikan, tentang
semua kekurangan yang kita miliki, dan bersyukurlah. Bersyukur itu adalah bagaimana kita
merasa bersyukur atas semua anugrah yang di anugrahkan kepada kita. Bersyukur itu
mengungkapkan rasa terima kasih atas semua yang yang di miliki.
Para pelopor, Bersyukurlah atas semua kelebihan, bersyukurlah atas semua kekurangan yang
kita miliki, dan bersyukurlah atas semua penderitaan yang tersa, dan bersyukurlah atas semua
airmata yang membuat kita berduka. Dan bersyukurlah Karena ada rahasia di balik rahasia,
Maha sempurna tuhan beserta rencananya. Bersyukurlah.
Wassalam.
Demikian Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana kita bersyukur, Contoh pidato
ini beisa anda gunakan untuk ceramah agama anda ketika anda menginginkan tema tentang
bersyukur.
Terimakasih atas kunjungan anda di Contoh naskah pidato agama islam tentang rasa syukur ini,
dan kami akan sangat senang jika contoh naskah pidato agama islam ini bisa bermanfaat bagi
anda,
Dan kami akan sangat senang jika anda bisa memanfaatkan Contoh pidato agama Qvae yang
lain, ataupun contoh pidato tentang pendidikan juga contoh pidato tentang Motivasi.
Terimakasih.
KEUTAMAAN SHALAT
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memerintahkan
hamba-Nya unutuk mendirikan shalat lima waktu untuk mencapai ridha dan dan
syurga-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
serta
keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa menegakkan shalat dalam
kehidupannya. Demikian pula marilah kita berupaya meningkatkan taqwa kita
kepada
Allah SWT sebagai perisai kehidupan ini
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Shalat menurut bahasa berarti Doa dan menurut syariat shalat adalah ibadah
yang banyak gerakannya dan banyak ucapannya, dibuka dengan takbir dan ditutup
dengan salam.
Shalat diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Besar Muhammad SAW bersama
umatnya pada saat beliau melakukan perjalanan Isra dan Miraj pada tanggal 27
Rajab, tahun yang ke dua belas dari masa keNabian. Jadi perintah shalat
diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung tanpa
perantaraan Malaikat Jibril, ini adalah isyarat akan pentingnya ibadah shalat.
Dalam Al-Quran dan Hadits banyak ditemukan dalil-dalil yang mewajibkan atau
memfardhukan sahalat, dalam
Al-Quran surat Al isra ayat 78 Allah berfirman :
Artinya :
Tegakkanlah shalat pada saat tergelincirnya matahari sampai gelapnya malam dan
terbitnya fajar.
Berdasarkan keterangan beberapa hadits pada saat tergelincirnya matahari, disitu
terdapat dua shalat yaitu shalat dzuhur dan shalat ashar, di dalam gelapnya
malam terdaoat dua shalat yaitu shalat magrib dan shalat isya
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Adapun fungsi dan peranan shalat adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengingat Allah SWT
Dan dengan mengingat Allah SWT, Allah SWT pasti akan mengingat kita. Dan bila
Allah SWT mengingat kita paling tidak kita akan merasakan kebahagiaan dan
ketentraman bathin.
2. Untuk mencegah kita dari mengerjakan dosa dan kemungkaran, sebagaimana
firmannya dalam surat Al-Ankabut ayat 15 :
Artinya :
Hadirin,Wali Santri,Simpatisan,tak lupa pula rekan2 Santri yang slalu dekat di hati.
Awal dari segalanya,Marilah kita sama2 memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat AllAh SWT,yang
mana telah melimpahkan Taufiq Hidayah dan Inayahnya,sehingga pada malam hari ini kita bisa
bertatap jumpa di tempat yang penuh dengan barokah ini.
Sholawat beriringkan salam,marilah senantiasa kita sanjungkan kepada seorang Insan
Pilihan,Sarjana tanpa gelar _ kepada orang kafir tak pernah gentar,yakni Sayyidina Wamaulana
Muhammad SAW.
ALJANNATU TAHTA AQDAMIL UMMAHAT Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu
Maasirol hadirin Rohimakumullah. Pada kesempatan yang berbahagia ini,Izinkanlah saya untuk
menyampaikan sebuah pidato singkat yang berjudul KASIH SAYANG IBU SEPANJANG MASA
Begitu tingginya derajat seorang Ibu di hadapan AllAh SWT,itu karena begitu besarnya pengorbanan
yang diberikan Ibu kepada seorang anaknya.mulai sejak berada di dalam kandungan,sampai ketika
iya melahirkan sibuah hati ke dunia.yang terkadamg,tidak sedikat di antara mereka yang harus
merelakan nyawanya.
Tapipernahkah kita berfikir untuk membalas Budi jasanya ???
Itulah tanda Tanya besar yang mesti kita telaah dan kita jawab.
. . . . . . . . . . . . . . boleh cerita Paaak ? . . . . . . . . . . . . . .boleh cerita Buuuk ?
Sebuah kisah di jaman Rosulullah SAW.pada suatu ketika ada salah seorang Sahabat bertanya,
Wahai Rosulullah,bagaimana andai kata saat saya sedang Sholat lalu ada seseorang yang
memanggil ?Lanjutkanlah Shalatmu,jawab Rosulullah.Lalu Sahabat tadi kembali bertanya,bagaimana
jikalau yang memanggil itu adalah Ibuku ya Rosul ? Lantas apa kata beliauBatalkan Sholatmu,dan
hampirilah Ibumu.
Sahabat2 Santri yang berbahagia. Apa mungkin di antara yang hadir di tempat ini,sudah merasa ..?
Mungkin kita bisa berkaca pada sebuah kisah tadi,bagaimana semestinya bersikap kepada orang
tua,khususnya terhadap Ibu yang telah melahirkan kita ke dunia.
Jujurterkadang tidak dalam keadaan Sholatpun,kita dipanggil Ibu tidak menjawab,apalagi
menghampiri beliau.
Orang bijak bilang Orang tua kaya,anak jadi raja dan ratuTapi jikalau anak kaya,tak jarang dari
Orang tua yang jadi pembantu (Naudzubillahimin dzalik) untuk itu mulailah dari sekarang,kita
cintai ,kita hormati,serta kita taati beliau.apapun yang mereka lakukan,itu adalah salah satu bentuk
kasih sayang kepada kitakarena mereka tau apa yang terbaik untuk kita, KASIH SAYANG IBU
SEPANJANG MASA...!
Mungkin inilah apa yang dapat saya sampaikan,lebih dan kurangnya mohon maaf yang sebesar
besarnya.
Hedenallah Waiyyakum Ajmain,
Summassalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh
Diposkan oleh misbahul hasan di 09.16
Khutbah Jumat ini menjelaskan tentang kewajiban dan keutamaan berbakti kepada kedua orang
tua serta larangan keras menyakiti kedua orang tua kita, berdasarkan dalil-dalil dari Alquran dan
hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Semoga nasihat ini bermanfaat bagi seluruh umat
Islam. [Redaksi KhotbahJumat.com]
KHUTBAH PERTAMA
:
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Taala yang memiliki kesempurnaan pada
seluruh nama dan sifat-Nya. Kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, serta memohon
ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya atas kesalahan diri-diri kita dan kejelekan amalanamalan kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa AllahSubhanahu wa Taala curahkan
kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada seluruh kaum
muslimin yang benar-benar mengikuti petunjuknya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang
berhak untuk diibadahi, kecuali hanya Allah Subhanahu wa Taala semata dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hambahamba-Nya.
Jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah
kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam
memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,
Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua. (An-Nisa: 36)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya
telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah (pula).
(Al-Ahqaf: 15)
Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Taala berfirman,
Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14)
Pada dua ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Taala menjelaskan betapa pentingnya kewajiban
berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya pengorbanan dan jasa
orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya bagi seorang anak untuk
berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak akan melupakan
kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Maka,
apakah layak bagi seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat
baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti
orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepadanya dengan mengeluarkan
pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya.
Hadirin rahimakumullah,
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada
orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah Subhanahu wa Taala. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Masud radhiallahu
anhu, beliau berkata,
: : . : : .
:
:
Aku bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Amalan apakah yang paling dicintai
oleh Allah Subhanahu wa Taala? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat pada
waktunya. Aku berkata, Kemudian apa? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab,
Berbakti kepada orang tua. Aku berkata, Kemudian apa? Beliau shallallahu alaihi wa sallam
menjawab, Kemudian jihad di jalan Allah. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas
betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.
Hadirin rahimakumullah,
Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat kepada siapa
dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya keduanya
dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana dalam berfirman-Nya,
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik. (Luqman: 15)
Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur,
karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk berbuat syirik atau
melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya yang berupa kemungkaran tetap tidak boleh
ditaati.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Taala,
Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya dan sangat luas cakupannya. Bisa
dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.
Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata yang baik dan
tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika berbicara kepadanya. Sedangkan
berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan dengan membantu menyiapkan keperluankeperluannya atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk meringankan bebannya serta
memenuhi perintah-perintah-Nya, selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada
Allah Subhanahu wa Taala. Sedangkan berbuat baik dengan harta, bisa dilakukan dengan
menginfakkan sebagian dari hartanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Hadirin rahimakumullah,
Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan,
di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan.
Asy-Syaikh Abdul Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz rahimahullah, salah seorang ulama terkemuka di
Saudi Arabia mengatakan, Disyariatkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala untuk yang
telah meninggal dunia, begitu pula bersedekah atas namanya dengan berbuat baik berupa
memberikan bantuan kepada fakir miskin, (yaitu) seseorang mendekatkan diri kepada
AllahSubhanahu wa Taala dengan perbuatan tersebut dan kemudian berdoa kepada
Allah Subhanahu wa Taala agar menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan
ibunya atau selain keduanya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini
karena Nabi bersabda (yang artinya), Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah
amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih
yang berdoa untuknya. Disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa ada
seseorang bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam,
:
Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum sempat
berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin bersedekah,
apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya? Nabi
shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Benar. (Muttafaqun alaih)
Begitu pula (akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia) amalan ibadah haji atas
nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan utang-utangnya. Semua itu
akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil
yang syari menunjukkan hal tersebut. (Majmu Fatawa wa Maqalat, 4/342)
Termasuk amalan berbakti kepada orangtua yang bisa dilakukan sepeninggal mereka adalah
menghubungi kerabat dan teman-teman mereka. Bahkan juga dengan menghubungi atau
berbuat baik kepada keluarga dari teman-teman orang tua kita. Hal itu sebagaimana disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari sahabat Abdullah
ibnu Umar ibn Al-Khaththab radhiallahu anhuma, bahwa beliau berjalan menuju kota Makkah
dan mengendarai keledai yang ditungganginya untuk beristirahat di saat lelah. Ketika beliau
sudah bosan duduk di atas kendaraannya, lewatlah di depan beliau seorang badui dan
berkatalah beliau (kepada badui tersebut), Apakah engkau Fulan ibnu Fulan? Orang badui
tersebut menjawab, Benar. Maka, beliau (sahabat Abdullah ibn Umar radhiallahu anhuma)
memberikan keledainya kepada badui tersebut seraya mengatakan, Naikilah kendaraan ini.
Kemudian beliau juga memberikan kain surbannya yang sedang dipakai seraya mengatakan,
Pakailah kain ini untuk diikatkan sebagai penutup kepalamu. Maka, berkatalah orang-orang
kepada sahabat Abdullah ibn Umar radhiallahu anhuma, Mudah-mudahan Allah
mengampunimu. Engkau berikan kepadanya keledai yang engkau tunggangi di saat ingin
beristirahat dari kelelahan dan engkau berikan imamah yang sedang engkau ikatkan di
kepalamu. Maka, Abdullah ibn Umar mengatakan, Sesungguhnya dia adalah teman (orangtua
saya) Umar ibn Al-Khaththab, dan sungguh saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,
Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik dalam berbakti kepada orang tua adalah
seseorang berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai (teman) ayahnya. (H.R. Muslim)
Lihatlah hadirin rahimakumullah, betapa luasnya kesempatan untuk berbakti kepada orangtua.
Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan kewajiban yang mulia ini?
Lihatlah pula betapa besarnya semangat para sahabat dalam menjalankan kewajiban berbakti
kepada orang tua. Maka bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita mengikuti jalan salafush
shalih dalam amalan ini?
Hadirin rahimakumullah,
Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan balasan yang
sangat besar dari Allah Subhanahu wa Taala bukan hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia.
Di antaranya adalah bahwa orang-orang yang berbuat baik kepada orang tuanya, maka akan
berbuat baik pula anak-anaknya kepadanya. Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalildalil yang syari bahwa balasan seseorang adalah sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya.
Di samping itu, seseorang yang berbuat baik kepada orang tua juga akan diberi jalan keluar dari
kesulitan yang menimpanya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya yang menceritakan tentang kisah tiga
orang yang ketika masuk untuk beristirahat di dalam gua. Tiba-tiba ada batu besar yang jatuh
menutup pintu gua. Maka dalam kesulitan tersebut, ketiga orang tadi bertawassul memohon
pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menyebutkan amalan shalih yang
pernah mereka lakukan. Pada akhirnya batu yang menutup pintu goa pun terbuka sehingga
mereka bisa keluar dari gua tersebut. Di antara amal shalih yang disebutkan oleh salah satu dari
mereka adalah perbuatan baiknya kepada orangtuanya.
Maka, di antara sebab yang akan menjadikan seseorang memperoleh jalan keluar dari kesulitankesulitannya adalah dengan menjalankan amalan yang mulia ini. Begitu pula di antara balasan
bagi seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya
dalam mencari rezeki dan dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda
Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
Barang siapa senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah
rahimnya. (H.R. Muslim)
Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumuman hadits ini karena termasuk penunaian
silaturahim, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi adalah menghubungi orang tua. Akhirnya,
mudah-mudahan AllahSubhanahu wa Taala selalu memberikan taufik-Nya kepada kita semua
untuk bisa berbakti kepada orangtua.Walhamdulillahi Rabbil alamin.
KHUTBAH KEDUA
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menjalankan kewajiban
yang telah diperintahkan oleh-Nya. Sesungguhnya dengan bertakwalah seseorang akan
mendapatkan akibat yang baik dan hasil akhir yang membahagiakan.
Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya telah berumur lanjut (dan
mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah memelihara aku sewaktu kecil. (Al-Isra: 23-24)
Di dalam ayat tersebut pula Allah Subhanahu wa Taala melarang hamba-hamba-Nya menyakiti
orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya menunjukkan kekesalan. Maka perbuatan
menyakiti yang lebih dari itu lebih besar dosanya. Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa
Taala juga memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu dengan
mengucapkan tutur kata yang sopan dengan merendahkan diri di hadapannya serta mendoakan
kebaikan untuk keduanya.
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita
kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi
Allah Subhanahu wa Taala dan betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di
saat masih dalam kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang
bayi. Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk merawat
kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang
tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita. Apakah mereka orang yang miskin, cacat
dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga
masih dalam keadaan kafir, berbuat bidah, atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal tersebut
tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya. Bahkan,
seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak menyombongkan dirinya, baik dengan harta
dan kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang tuanya. Namun, dia harus berusaha
membantu keperluan keduanya selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi
sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu wa Taala kepada keduanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala memberikan kemudahan kepada kita untuk
berbakti kepada orang tua, serta memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas
dalam menjalankannya.
.
.
.
.
.
Dalil-dalil tentang kewajiban puasa Ramadhan sangatlah banyak dalam nash-nash AlQur`an dan Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah Tala,
.
.
.
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, barang siapa di
antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia
tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya, (jika mereka tidak
berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan
dengan kerelaan hati, itulah yang lebih baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) AlQur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa yang sakit atau berada dalam perjalanan (lalu
berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangan
(bulan) itu dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya
kalian bersyukur. [Al-Baqarah: 183-185]
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Nabi shallallhu alaihi wa sallam menerangkan
bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia,
Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat L Ilha Illallh wa Anna Muhammadan Abduhu wa
Rasluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, ketika seorang
Araby bertanya kepada Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,
. : .
. . : .
. :
.
.
. :
Shalat lima waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam. Maka, ia berkata, Apakah ada kewajiban lain
terhadapku? Beliau menjawab, Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah. Juga puasa Ramadhan. Maka, ia
berkata, Apakah ada kewajiban lain terhadapku? Beliau menjawab, Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah,
dan Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam menyebutkan (kewajiban) zakat terhadapnya. Maka, ia berkata,
Apakah ada kewajiban lain terhadapku? Beliau menjawab, Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah.
Kemudian, orang tersebut pergi seraya berkata, Demi Allah, saya tidak akan menambah di atas hal ini dan tidak
akan menguranginya. Maka, Rasulullah shallallhu alaihi wa sallambersabda, Ia telah beruntung apabila
jujur..
Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhry dan Muslim dari hadits Anas bin
Malik radhiyallhu anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jbir bin Abdillah radhiyallhu anhum.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallhu anhuriwayat Muslim ,dan hadits
Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau
bertanya kepada Rasulullahshallallhu alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat.
Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallhu alaihi wa sallam menjawab,
.
Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah, engkau menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta
berhaji ke rumah (Allah) bila engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa
dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah
dimaklumi secara darurat dalam syariat Islam.
Seluruh dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat besar dan menunjukkan bahwa betapa agung
nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.
Allah Subhnahu wa Tal dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam keutamaan puasa secara umum
dan keutamaan puasa Ramadhan secara khusus. Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah
dan bergembira terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa keutamaan puasa. Di
antaranya adalah:
Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.
Allah Jalla Tsan`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,
Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar. [Al-Ahzb: 35]
dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa, janganlah ia berbuat siasia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia
berkata, Saya sedang berpuasa..
Juga dalam hadits Jbir, Utsman bin Abil sh, dan Abu Hurairah radhiyallhu anhuriwayat Imam Ahmad dan
selainnya, Rasulullah shallallhu alaihi wa sallambersabda,
Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan.
Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah karena hal
tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu,
hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.
Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas. [AzZumar: 10]
Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi.
Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairahradhiyallhu anhu riwayat AlBukhry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam bersabda,
.
Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah
Azza wa Jalla berfirman, Kecuali puasa. Sesungguhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang
akan memberikan pahalanya karena (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena
Aku. Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan
kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum di sisi Allah daripada baukasturi. (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim)
Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh
puluh tahun.
Dalam hadits Abu Said Al-Khudry radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu
alaihi wa sallam bersabda,
Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah
akan menjauhkan wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.
hadits
Sahl
bin
Saad
As-Sidy radhiyallhu
anhum riwayat
Al-Bukhry
dan
Muslim,
Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyn. Orang-orang yang berpuasa akan masuk
melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, Di mana
orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu)
itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.
Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat,
shadaqah, serta amar maruf dan nahi mungkar.(Konteks hadits adalah milik Imam Muslim)
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Muslim, Rasulullahshallallhu alaihi wa
sallam bersabda,
Shalat lima waktu, (dari) Jumat ke Jumat, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa
(seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.
Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah[1], zhihr [2],
sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz Dzimmah orang yang berada di bawah perjanjian tanpa
sengaja[4], dan pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].
Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Dalam
haditsnya
. .
Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke
dalam surga. Beliau bersabda, Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya..
. .
.
Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafaat untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata,
Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap makanan dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya
untuk memberi syafaat baginya. Al-Qur`an berkata, Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka
izinkanlah saya untuk memberi syafaat baginya. (Beliau) bersabda, Maka, keduanya mendapat izin untuk
mensyafaati (hamba) tersebut.. (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hkim, dan selainnya.
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tammul Minnah hal. 394-395)
Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan
dibelenggu.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu alaihi wa
sallam bersabda,
Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan
dibelenggu.
Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosadosanya diampuni.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu alaihi wa
sallam bersabda,
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa-dosanya yang telah
lalu akan diampuni.
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya
keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia
dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan
kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan
panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Di antara dalil yang menunjukkan atas keutamaan ilmu dan wajibnya meminta
tambahan darinya adalah firman Allah Ta'ala yang memerintahkan RasulNya shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)
Hadits-hadits yang Menerangkan Keutamaan Menuntut Ilmu dan
Kedudukannya
Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus hadits yang mulia, di mana
dalam hadits-hadits tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan
kepada ilmu dan menganjurkan atasnya serta menerangkan kedudukan ulama dan
kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya dimiliki oleh mereka agar berakhlak
dengannya dan bersemangat atasnya.
Di dalam Shahiihul Bukhaariy, misalnya, terdapat lebih dari seratus hadits yang
menjelaskan masalah ilmu, mencarinya dan anjuran atasnya, dan sungguh Al-Imam
Al-Bukhariy telah menyendirikan pembahasan ilmu dengan membuat satu kitab
khusus (yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan beliau tempatkan setelah Kitabul
Iman.
Demikian juga kitab-kitab sunnah lainnya yang padanya terdapat sejumlah hadits
yang banyak dari hadits-hadits yang marfu' dan atsar-atsar yang mauquf kepada
Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang
yang menempuh jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat pada dirinya dan
manusia pun mengambil manfaat darinya dan antara orang yang rela dengan
kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian
sedikit pun dari warisannya para Nabi.
3. Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan
sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun
untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan
yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti
keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya
ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun
dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak."
(HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul
Ushuul 8/6)
Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan
didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya
untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya, demikian juga
makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di lautan dan
makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah
Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut
ilmu dan mendo'akan kebaikan untuknya.
Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah
orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia
meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas
hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan
berebutan kepadanya.
4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadangkadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang
mendengarnya." (HR. At-Tirmidziy no.2659 dan isnadnya shahih, lihat Jaami'ul
Ushuul 8/18)
Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan yang besar bagi
penuntut ilmu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akannya
dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari
ilmu, menghapal hadits, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada yang
lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun
terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia
Wallaahu A'lam WaHuwal Muwaffiq. Diringkas dari Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.10-18.
16 Votes
amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang
sholeh (HR. Muslim no. 1631)
Allah memberi ganjaran sekecil apa pun amal yang kita perbuat. Meski hanya sebesar dzarrah atau debu:
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar
zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar [An Nisaa
40]
Setiap kebaikan yang kita lakukan mulai dari kewajiban seperti sholat, puasa, zakat hingga amal yang sunnah
insya Allah akan dibalas Allah pahala yang berlipat ganda.
Bahkan ada orang yang karena mampu setiap tahun pergi berhaji atau umrah dengan berharap mendapat
pahala yang besar. Sesungguhnya itu baik. Namun sayangnya saat kita meninggal, kita tidak akan mendapat
pahala itu lagi. Saat kita mati, terputus amal kita selain 3 amal yang di atas.
Oleh karena itu agar pahala kita terus mengalir meski kita telah tiada, hendaknya kita berusaha mengerjakan 3
amal yang di atas. Bagaimana pun kita tidak tahu berapa banyak dosa atau maksiyat yang telah kita perbuat.
Berapa banyak orang yang kita sakiti. Jadi kalau pahalanya pas-pasan, bisa jadi akhirnya kita terjerembab ke
neraka jahannam.
Sedekah Jariyah
Menurut Imam al-Suyuti (911 H) ada 10 amal yang pahalanya terus menerus mengalir, yaitu: 1) ilmu yang
bermanfaat, 2) doa anak sholeh, 3) sedekah jariyah (wakaf), 4) menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang
buahnya bisa dimanfaatkan, 5) mewakafkan buku, kitab atau Al Quran, 6) berjuang dan membela tanah air, 7)
membuat sumur, 8) membuat irigasi, 9) membangun tempat penginapan bagi para musafir, 10) membangun
tempat ibadah dan belajar.
Itu hanya contoh kecil saja. Tentu saja sedekah jariyah tidak terbatas pada hal yang di atas. Segala hal yang
bermanfaat yang bisa dinikmati masyarakat umum seperti membangun jalan, jembatan, website atau TV yang
bermanfaat insya Allah pahalanya akan terus mengalir kepada kita selama yang kita bangun itu masih
memberikan manfaat.
Menanam pohon mangga atau pohon kurma sehingga buahnya bisa dinikmati atau pun pohon yang rindang
seperti pohon Beringin sehingga orang bisa berteduh pun bisa mendapatkan pahala.
Membangun masjid pun pahalanya amat besar dan tetap akan mengalir selama masih ada orang yang
memakainya untuk beribadah:
Hadits riwayat Usman bin Affan ra: Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena
mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga.
(H.R Bukhari dan Muslim)
Bagaimana jika kita bukan orang yang pintar atau ilmu kita cetek? Jangan sedih. Dengan membantu ulama
sehingga ilmunya tersebar, membantu penerbitan buku yang bermanfaat, membantu pembuatan dan
pemeliharaan website atau TV Islam juga bisa membuat anda ikut mendapat pahala. Karena Allah menghitung
setiap amal yang kita lakukan sekecil apa pun amal itu!
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. [Al Maa-idah 2]
Rasulullah saw. bersabda:
:
:
.
Dari Abu Musa Al Asyari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:
Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.
Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tibatiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda:
Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa
yang dikehendaki. Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasai.
Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan
mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].
Jadi jika kita turut andil dalam menyebarkan ilmu yang bermanfaat, insya Allah, Allah akan melihatnya.
Amma badu:
Kepada saudara-saudaraku seiman dan seaqidah...
Mensyukuri nikmat-nikmat Allah adalah wajib hukumnya. Allah Subhaanahu wa Taaala berfirman:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. [Al-Baqarah: 153]
Juga firman-Nya:
Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.
Sesungguhnya manusia sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). [Ibrahim : 34]
Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan bahwa manusia sangat zhalim dan sangat kufur karena
mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.
Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat Islam, iman, rizki, harta, umur, waktu
luang, dan kesehatan untuk beribadah kepada Allah dengan benar dan untuk menuntut ilmu syari.
Manusia diberikan dua kenikmatan, namun banyak di antara mereka yang tertipu. Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.[1]
Banyak di antara manusia yang tidak mengguna-kan waktu sehat dan waktu luangnya dengan sebaikbaiknya. Ia tidak gunakan untuk belajar tentang Islam, tidak ia gunakan untuk menimba ilmu syari.
Padahal dengan menghadiri majelis taklim yang mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah menurut
pemahaman para Shahabat, akan bertambah ilmu, keimanan, dan ketakwaannya kepada Allah
Subhanahu wa Taala. Juga dapat menambah amal kebaikannya.
Semoga melalui majelis taklim yang kita kaji dari kitab-kitab para ulama Salaf, Allah memberikan
hidayah kepada kita di atas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, istiqamah di atas Sunnah, serta
diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk dapat melaksanakan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh)
dan kontinyu hingga kita diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dalam keadaan mentauhidkan Allah
dan melaksanakan Sunnah. Semoga Allah senantiasa memudahkan kita untuk selalu menuntut ilmu
syari, diberikan kenikmatan atasnya, dan diberikan pemahaman yang benar tentang Islam dan Sunnah
menurut pemahaman Salafush Shalih.
Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam
yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam
adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallaahu alaihi wa sallam diutus dengan membawa ilmu
dan amal shalih.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. [Al-Fat-h: 28]
Yang dimaksud dengan al-hudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang
dimaksud dengan diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih. Allah Taala mengutus Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan
Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang
dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.
Beliau shallallaahu alaihi wa sallam menyuruh ummat-nya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata
karena Allah Taala, mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan
melakukan amal shalih. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam melarang ummatnya dari perbuatan syirik,
amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya. [2]
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menuntut ilmu syari.
Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil,
Tauhid dan syirik, Sunnah dan bidah, yang maruf dan yang munkar, dan antara yang bermanfaat dan
yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk
memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan
konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
[1]. Menuntut Ilmu Syari Wajib Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.[3]
Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang
dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang
pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang
bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila
diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan
mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah
yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi
yang tidak sebanding dengan amal apa pun.[4]
[2]. Menuntut Ilmu Syari Memudahkan Jalan Menuju Surga
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan
menuntut ilmu syari. Sebab Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan
darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan
(dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi
(aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong
hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara
mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi
mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa
yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya. [5]
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam
rangka menuntut ilmu syari, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.
Berjalan menuntut ilmu mempunyai dua makna:
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis
para ulama.
Kedua : Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti
menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menelaah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan
berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan
seseorang untuk mendapatkan ilmu syari.
Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga mempunyai dua makna. Pertama, Allah akan
memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah
Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syari dan mengamalkan konsekuensinya.
Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati shirath dan
dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu alam.
Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam
bersabda.
Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga.
Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha
dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan
dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar
tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu,
maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.[6]
Jika kita melihat para Shahabat radhiyallaahu anhum ajmain, mereka bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu syari. Bahkan para Shahabat wanita juga bersemangat menuntut ilmu. Mereka
berkumpul di suatu tempat, lalu Nabi shallallaahu alaihi wa sallam mendatangi mereka untuk
menjelaskan tentang Al-Qur-an, menelaskan pula tentang Sunnah-Sunnah Nabi shallallaahu alaihi wa
sallam. Allah Taala juga memerintahkan kepada wanita untuk belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah di
rumah mereka.
Sebagaimana yang Allah Taala firmankan,
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti
orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari
ayat-ayat Allah dan al-Hikmah (Sunnah Nabimu). Sungguh, Allah Mahalembut, Maha Menge-tahui. [AlAhzaab: 33-34]
Laki-laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur-an dan AsSunnah karena dengan ilmu yang dipelajari, ia akan dapat mengerjakan amal-amal shalih, yang dengan
itu akan mengantarkan mereka ke Surga.
Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang
tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, dan yang lainnya. Yaitu mereka wajib mengetahui ilmu
yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang Tauhid, rukun Islam, rukun
Iman, akhlak, adab, dan muamalah dengan makhluk.
[3]. Majelis-Majelis Ilmu adalah Taman-Taman Surga
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir. Para Shahabat bertanya,
Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu? Beliau menjawab, Yaitu halaqahhalaqah dzikir (majelis ilmu). [7]
Atha' bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, Majelis-majelis dzikir yang dimaksud
adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan
shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya. [8]
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan
tentang tauhid, aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
Buku yang ada di hadapan pembaca merupakan buku Panduan Menuntut Ilmu. Di antara yang penulis
jelaskan di dalamnya adalah keutamaan menuntut ilmu, kiat-kiat dalam meraih ilmu syari, penghalangpenghalang dalam memperoleh ilmu, adab-adab dalam menuntut ilmu, hal-hal yang harus dijauhkan
oleh para penuntut ilmu, perjalanan ulama dalam menuntut ilmu, dan yang lainnya. Penulis jelaskan
masalah menuntut ilmu karena masalah ini sangatlah penting. Sebab, seseorang dapat memperoleh
petunjuk, dapat memahami dan mengamalkan Islam dengan benar apabila ia belajar dari guru, kitab,
dan cara yang benar. Sebaliknya, jika seseorang tidak mau belajar, atau ia belajar dari guru yang tidak
mengikuti Sunnah, atau melalui cara belajar dan kitab yang dibacakan tidak benar, maka ia akan
menyimpang dari jalan yang benar.
Para ulama terdahulu telah menulis kitab-kitab panduan dalam menuntut ilmu, seperti Imam Ibnu Abdil
Barr dengan kitabnya Jaami Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi, Imam Ibnu Jamaah dengan kitabnya Tadzkiratus
Samii, begitu pula al-Khatib al-Baghdadi yang telah menulis banyak sekali kitab tentang berbagai
macam disiplin ilmu, bahkan pada setiap disiplin ilmu hadits beliau tulis dalam kitab tersendiri. Juga
ulama selainnya seperti Imam Ibnul Jauzi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (dalam Majmuu Fataawaa-nya
dan kitab-kitab lainnya), Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (dalam kitabnya Miftaah Daaris Saaadah dan
kitab-kitab lainnya), dan masih banyak lagi para ulama lainnya hingga zaman sekarang ini, seperti
Syaikh bin Baaz, Syaikh al-Albani, dan Syaikh al-Utsaimin rahimahumullaah.
Dalam buku ini, penulis berusaha menyusunnya dari berbagai kitab para ulama terdahulu hingga
sekarang dengan harapan buku ini menjadi panduan agar memudahkan kaum Muslimin untuk menuntut
ilmu, memberikan semangat dalam menuntut ilmu, beradab dan berakhlak serta berperangai mulia yang
seharusnya dimiliki oleh setiap penuntut ilmu. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca sekalian, serta bagi kaum Muslimin. Mudah-mudahan amal ini diterima oleh Allah
Subhaanahu wa Ta'ala dan menjadi timbangan amal kebaikan penulis pada hari Kiamat. Dan mudahmudahan dengan kita menuntut ilmu syari dan mengamalkannya, Allah Azza wa Jalla akan
memudahkan jalan kita untuk me-masuki Surga-Nya. Aamiin.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpah-kan kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam,
keluarga dan para Shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan
hingga hari Kiamat.
[Disalin dari Muqaddimah buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga Panduan Menuntut Ilmu, Penulis
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 Bogor 16001 Jawa Barat
Indonesia, Cetakan Pertama Rabiuts Tsani 1428H/April 2007M]
___________
Foote Notes
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6412), at-Tirmidzi (no. 2304), Ibnu Majah (no.
4170), Ahmad (I/258,344), ad-Darimi (II/297), al-Hakim (IV/306), dan selainnya dari Shahabat Ibnu
Abbas radhiyallaahu anhuma.
[2]. Lihat kitab Taisiir Karimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannaan (hal. 295-296) karya Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sadi (wafat th. 1376 H) rahimahullaah, cet. Muassasah ar-Risalah, th. 1417
H.
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu
anhu, lihat Shahiih al-Jaamiish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits
yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Masud, Abu Said alKhudri, dan al-Husain bin Ali radhiyallaahu anhum
[4]. Lihat Tafsiir al-Qurthubi (VIII/187), dengan diringkas. Tentang pembagian hukum menuntut ilmu
dapat juga dilihat dalam Jaami Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi (I/56-62) oleh Ibnu Abdil Barr.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643),
At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu
Hurairah radhiyallaahu anhu. Lafazh ini milik Muslim.
Jaamiul Uluum wal Hikam (II/297) dan Qawaaid wa Fawaa-id minal Arbaiin an-Nawawiyyah (hal.
316-317).
[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682),
Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu
Darda radhiyallaahu anhu.
[7]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150) dan lainnya, dari Shahabat
Anas bin Malik radhiyallaahu anhu. At-Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan. Lihat takhrij lengkapnya
dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 2562).
[8]. Disebutkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40). Lihat kitab al-Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132).
Kamis, 27 Desember 2007 02:50:27 WIB
MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA Oleh :Al-Ustadz Yazid bin
Kelebihan orang yang menuntut ilmu. Memang tersangat banyak kelebihan yang
telah Allah janjikan kepada mereka yang bergelar penuntut ilmu. Marilah kita
menghayati hadis-hadis yang menceritakan perihal ini. 1- Allah permudahkan bagi
:
penuntut ilmu jalan ke syurgaNya
)) :
((
Maksudnya:
Daripada
Abu
Hurairah
radiallahuanhu berkata: Rasulullah i bersabda: (( Barangsiapa yang menyusuri jalan
untuk menuntut ilmu, maka Allah akan permudahkan baginya jalan untuk ke
syurga.)) { HR Muslim} 2- Malaikat meletakkan sayap menaungi penuntut ilmu dan
makhluk-makluk Allah memohon ampun baginya.
) :
.(
Maksudnya: Daripada Abu Darda radiallahuanhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah i bersabda: (( Barangsiapa yang menyusuri jalan untuk menuntut ilmu,
maka Allah akan permudahkan baginya jalan untuk ke syurga. Sesungguhnya
Malaikat meletakkan sayapnya untuk menaungi penuntut ilmu kerana redha atas
apa yang dilakukannya. Sesungguhnya seorang alim itu akan diminta ampun
baginya makhluk yang di langit dan di bumi hinggakan ikan-ikan di laut. Kelebihan
seorang alim berbanding seorang abid ialah ibarat rembulan kepada bintang-bintang
yang lain, Sesungguhnya para ulama ialah pewaris nabi-nabi, dan sesungguhnya
nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu,
barangsiapa yang mendapatkannya maka dia telah mendapat satu keuntungan yang
besar.)) { HR Abu Daud dan At-TIrmizi} 3- Allah menginginkan kebaikan bagi diri
:
penuntut ilmu. ((
)) :
Maksudnya: Daripada Muawiyah radiallahuanhu berkata: Rasulullah i
bersabda: (( Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka Allah akan
menjadikan dia faham dalam bidang agama.)) { HR Bukhari dan Muslim} 4- Ilmu
:
menjadi amalan yang dapat dijadikan aset di akhirat nanti.
:
((
))
:
."
Maksudnya: Berkata Muaz bin Jabal: Tuntutlah ilmu, sesungguhnya
menuntutnya kerana Allah adalah satu bentuk ketakwaan, mencarinya adalah
ibadah, mengulangkajinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya
kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah, menyampaikannya
kepada ahlinya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dia adalah teman kala
keseorangan dan sahabat ketika bersendirian. 6- Penuntut ilmu tergolong antara
mereka yang bebas dari laknat Allah di muka bumi ini.
: "
))
:
Maksudnya: Daripada Abu Hurairah radiallahuanhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah i bersabda: (( Dunia ini adalah dilaknat. Dilaknat apa yang didalamnya
kecuali berzikir kepada Allah Taala dan apa yang menurut kehendakNya, dan orang
yang alim atau orang yang belajar.)) { HR At-Tirmizi} 7- Penuntut ilmu dianggap
:
sebagai pejuang di jalan Allah.
)) :
:((
Maksudnya: Daripada Anas
radiallahuanhu berkata: Rasulullah i bersabda: (( Barangsiapa yang keluar untuk
menuntut ilmu, maka dia di dalam sabilillah sehinggalah dia pulang.)) { HR AtTirmizi} Begitulah betapa banyaknya kelebihan yang telah Allah sediakan bagi
penuntut ilmu. Tidak kiralah apa-apa ilmu pun, asalkan ilmu itu bermanfaat dan
bukanlah ilmu yang haram seperti belajar mencuri, belajar melakukan perbuatanperbuatan maksiat dan sebagainya. Justeru, sebagai penuntut ilmu, kita haruslah
sentiasa bersemangat tinggi dalam menuntut ilmu. Jadikanlah hadis-hadis ini
sebagai peransang dan motivasi kepada diri sendiri agar kita sentiasa istiqamah di
atas landasanNya, InsyaAllah.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
KEUTAMAAN PUASA
1. Dalil :
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan
dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala
berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung
membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya
karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu
kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan
Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma
kesturi."
2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan
meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah
mubah- kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa
yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan
pelanggaran terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan
kehormatannya. Untuk itu, Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak
meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh
Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah
dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih, semoga kita termasuk orangorang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat, bahwa ada sebagian orang semoga Allah menunjukinyamungkin berpuasa tetapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan
Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji,
maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat
tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi :
"Jibril datang kepadaku dan berkata, 'Wahai Muhammad, siapa yang
menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak
mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah
menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: Amin. " (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya) "' Lihat kitab An Nasha i'hud
Diniyyah, him. 37-39.
Maka seyogianya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk
berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an, dzikir,
do'a dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para
hamba Ailah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang
haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan
yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang
berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api Neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, bersabda:
'"Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka
datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum
sampai kenyang " (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dailami dan Ath-Thabarani dalam AlMu'jam Al-Kabir dan hadits ini hasan).
"Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke shalat Jum 'at lainnya, dan Ramadhan
ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di
antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan. " (HR.Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan
syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar, yaitu perbuatan yang
diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina,
mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan
kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap),
bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan
selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu
diturunkannya Al-Qur'anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar -yang
merupakan malam yang lebih balk daripada seribu bulan- di dalamnya,
niscaya itu sudah cukup, Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Lihat kitab
Kalimaat Mukhtaarah, hlm. 74 - 76.
1. Definisi :
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari
terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta 'ala:
" .dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar.Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam ... "(Al-Baqarah: 187),
2. Kapan dan bagaimana puasa Ramadhan diwajibkan ?
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah
bulan Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal
awal bulan Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal
bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya.
3. Siapa yang wajib berpuasa Ramadhan ?
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil
(berakal), dan mampu untuk berpuasa.
4. Syarat wajibnya puasa Ramadhan ?
Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada empat, yaitu Islam,
berakal, dewasa dan mampu.
5. Kapan anak kecil diperintahkan puasa ?
Para ulama mengatakan Anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk
melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul
pada umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.
SUNNAH-SUNNAH PUASA
boleh bagi mereka tidak berpuasa dan harus meng-qadha serta memberi
makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Jika mereka
berpuasa maka sah puasanya. Adapun jika khawatir atas kesehatan diri
mereka sendiri, maka mereka boleh tidak puasa dan harus meng-qadha
saja. Demikian dikatakan Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan o!eh Abu
Dawud. '7, Lihat kitab Ar Raudhul Murbi', 1/124.
Orang yang tidak kuat berpuasa karena tua atau sakit yang tidak ada
harapan sembuh. Boleh baginya tidak berpuasa dan memberi makan seorang
miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Demikian kata Ibnu Abbas
menurut riwayat Al-Bukhari. Lihat kitab Tafsir Ibnu Kalsir, 1/215.
Sedangkan jumlah makanan yang diberikan yaitu satu mud (genggam
tangan) gandum, atau satu sha' (+ 3 kg) dari bahan makanan lainnya. Lihat
kitab 'Lrmdatul Fiqh, oleh Ibnu Qudamah, hlm. 28.
Hukum jima'pada siang hari bulan Ramadhan.
Diharamkan melakukan jima' (bersenggama) pada siang hari bulan
Ramadhan. Dan siapa yang melanggarnya harus meng-qadha dan membayar
kaffarah mughallazhah (denda berat) yaitu membebaskan hamba sahaya.
Jika tidak mendapatkan, maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut;
jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin; dan jika tidak
punya maka bebaslah ia dari kafarah itu. Firman Allah Ta'ala.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya..." (Al-Baqarah: 285). Lihat kitab Majalisu Syahri
Ramadhan, hlm. 102 - 108.
sebelum atau sesudahnya untuk mengikuti jejak Nabi dan para sahabatnya
yang mulia serta menyelisihi kaum Yahudi.
QIYAM RAMADHAN
1.Dalilnya :
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
"Barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
2. Dari Abdurrahman bin Auf radhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menyebut bulan Ramadhan seraya bersabda :
"Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang diwajibkan Allah puasanya dan
kusunatkan shalat malamnya. Maka barangsiapa menjalankan puasa dan
shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya
bebas dari dosa-dosa seperti saat ketika dilahirkan ibunya." (HR. An-Nasa'i,
katanya: yang benar adalah dari Abu Hurairah)," Menurut Al Arna'uth dalam
"Jaami'ul Ushuul", juz 6, hlm. 441, hadits ini hasan dengan adanya nashnash lain yang memperkuatnya.
2. Hukumnya:
Qiyam Ramadhan (shalat malam Ramadhan) hukumnya sunnah mu 'akkadah
(ditekankan), dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
beliau anjurkan serta sarankan kepada kaum Muslimin. Juga diamalkan oleh
Khulafa' Rasyidin dan para sahabat dan tabi'in. Karena itu, seyogianya
seorang muslim senantiasa mengerjakan shalat tarawih pada bulan
Ramadhan dan shalat malam pada sepuluh malam terakhir, untuk
mendapatkan Lailatul Qadar
3. Keutamaannya:
Qiyamul lail (shalat malam) disyariatkan pada setiap malam sepanjang
tahun. Keutamaannya besar dan pahalanya banyak.
Firman Allah Ta'ala :"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
''( Maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur, untuk
mengejakan shalat malam) , sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya
dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari
rizki yang Kami berikan kepada mereka. "(AsSajdah: 16).
Ini merupakan sanjungan dan pujian dari Allah bagi orang-orang yang
mendirikan shalat tahajjud di malam hari. Dan sanjungan Allah kepada kaum
lainnya dengan firman-Nya :"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan
di akhir-akhir malam mereka momohon ampun (kepada Allah) . " (AdzDzaariyaat: 17-18).
"Dan orang-orangyang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka." (Al-Furqaan: 64).
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi(dengan mengatakan: Hadits ini hasan shahih
dan hadist ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim) dari Abdullah bin Salam,
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :"Wahai sekalian manusia,
sebarkan salam, berilah orang miskin makan, sambungkan tali kekeluargaan
dan shalatlah pada waktu malam ketika semua manusia tidur, niscaya kalian
masuk Surga dengan selamat. "
Juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Bilal, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Hendaklah kamu mendirikan shalat malam karena itu tradisi orang-orang
shalih sebelummu. Sungguh, shalat malam mendekatkan dirimu kepada
Tuhanmu, menghapuskan kesalahan, menjaga diri dari dosa dan
mengusirpenyakit dari tubuh" (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim
dan Adz-Dzahabi menyetujuinya, 1/308),
Dalam hadits kaffarah dan derajat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Dan termasuk derajat: memberi makan, berkata baik, dan mendirikan
shalat malam ketika orang-orang tidur': dinyatakan shahih oleh Al-Bukhari
dan At-Tirmidzi)" Lihat kitab Wazhaa'ifu Ramadhan, oleh Ibnu Qaasim, hlm.
42, 43.
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam :"Sebaik-baik shalat setelah
fardhu adalah shalat malam. " (HR. Muslim).
4. Bilangannya :
Termasuk shalat malam: witir, paling sedikit satu raka'at dan paling banyak
11 raka'at. Boleh melakukan witir dengan satu raka'at saja, berdasarkan
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :"Barangsiapa yang ingin melakukan
witir dengan satu raka'at maka lakukanlah. " HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i.
Atau witir dengan tiga raka'at, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam :"Barangsiapa yang ingin melakukan witir dengan tiga raka 'at
maka lakukanlah. " (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Hal ini boleh dilakukan dengan sekali salam, atau shalat dua raka'at dan
salam kemudian shalat raka'at ketiga.
Atau witir dengan lima raka'at, diiakukan tanpa duduk dan tidak salam
kecuali pada akhir raka'at.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:"Barangsiapa ingin
melakukan witir dengan lima raka'at maka lakukanlah. "(HR. Abu Dawud dan
An-Nasa'i).
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, beliau mengatakan:"Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam biasanya shalat malam tiga belas raka'at, termasuk di dalamnya
witir dengan lima raka 'at tanpa duduk di salah satu raka 'atpun kecuali pada
raka'at terakhir. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab AlQur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa
Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan
isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat,
dengan firmanNya " Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka. " (Thaha:123),
2. Firman Allah Ta'ala :" Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah: 15-16).
Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan
Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyakbanyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena
malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali
terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan.
Seperti dinyatakan dalam firman Allah :
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '),
dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).
Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni
dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama
seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar.
Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki
kendaraan. Berdasarkan firman Allah :
"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk,
atau dalam keadaan berbaring... "(A1'Imran: 191).
Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.
Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari empat puluh hari, bila hal
tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : "Betapa
berat beban Al-Qur'an itu bagi orang yang menghafalnya kemudian
melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf,
dasarnya firman Allah Ta 'ala :
"Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. "(Al-Waqi'ah:
79).
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassallam :
"Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali orang yang suci. " (HR.
Malik dalam AlMuwaththa,Ad-Daruquthni dan lainnya)" (Hai ini diperkuat
hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: "Jangan menyentuh Al-qur'an
kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan
menyatakannya shahih).
dalam rom an pertama jika ia mampu. Dan tidaklah mampu atas hal itu
kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang dapat membantunya,
yaitu sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah ucapan para
imam terkemuka dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam
tujuan yang mulia ini." ( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.)
Pembaca dan pendengar Al-Qur'an yang hatinya disibukkan dengan lagu dan
sejenisnya -yang dapat mengakibatkan perubahan firman Allah, padahal kita
diperintahkan untuk memperhatikannya sebenamya menghalangi hatinya
dari apa yang dikehendaki Allah dalam kitab-Nya, memutuskannya dari
pemahaman firman-Nya. Mahasuci firman Allah dari hal itu semua. Imam
Ahmad melarang talhin dalam membaca Al-Qur'an, yaitu yang menyerupai
lagu, beliau berkata : "Itu bid'ah.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Fadhaa 'ilul Qur'an mengatakan: "Sasaran
yang diminta menurut syara' tiada lain yaitu memperindah suara yang dapat
mendorong untuk merenungkan dan memahami Al-Qur'an yang mulia
dengan khusyu', tunduk, dan patuh penuh ketaatan. Adapun suara-suara
dengan lagu yang diada-adakan yang terdiri atas nada dan irama yang
melalaikan, serta aturan musikal, maka Al-Qur'an adalah suci; dari hal ini
dan tak layak jika dalam membacanya diperlakukan demikian." (Lihat kitab
Fadhaa'ilul qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 125-126.)
Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah pun
bersifat Maha Pemurah, Allah Ta'ala Maha Pemurah, kedermawanan-Nya
berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan.
Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang beriman dari umat ini,
seraya menyuruh mereka agar berpuasa. Yaitu menahan dari makan, minum
dan bersenggama dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala. Karena di dalamnya
terdapat penyucian dan pembersihan jiwa, juga menjernihkannya dari
pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang rendah.
Allah menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hal yang sama
juga telah diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari
sanalah mereka mendapat teladan. Maka, hendaknya mereka berusaha
menjalankan kewajiban ini secara lebih sempurna dibanding dengan apa
yang telah mereka kerjakan. (Tafsir Ibn Katsir, 11313.)
Lalu, Dia memberikan alasan diwajibkannya puasa tersebut dengan
menjelaskan manfaatnya yang besar dan hikmahnya yang tinggi. Yaitu agar
orang yang berpuasa mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah,
Yakni dengan meninggalkan nafsu dan kesenangan yang dibolehkan,
semata-mata untuk mentaati perintah Allah dan mengharapkan pahala di
sisi-Nya. Agar orang beriman termasuk mereka yang bertaqwa kepada Allah,
taat kepada semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan dan
segala yang diharamkan-Nya. (Tafsir Ayaatul Ahkaam, oleh Ash Shabuni,
I/192.)
Ketika Allah menyebutkan bahwa Dia mewajibkan puasa atas mereka, maka
Dia memberitahukan bahwa puasa tersebut pada hari-hari tertentu atau
dalam jumlah yang relatif sedikit dan mudah. Di antara kemudahannya yaitu
puasa tersebut pada bulan tertentu, di mana seluruh umat Islam
melakukannya.
Maksudnya, seseorang boleh tidak berpuasa ketika sedang sakit atau dalam
keadaan bepergian, karena hal itu berat baginya. Maka ia dibolehkan
berbuka dan mengqadha'nya sesuai dengan bilangan hari yang
ditinggalkannya, pada hari-hari lain.
Adapun orang sehat dan mukim (tidak bepergian) tetapi berat (tidak kuat)
menjalankan puasa, maka ia boleh memilih antara berpuasa atau memberi
makan orang miskin. Ia boleh berpuasa, boleh pula berbuka dengan syarat
memberi makan kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang
ditinggalkannya. Jika ia memberi makan lebih dari seorang miskin untuk
setiap harinya, tentu akan lebih baik. Dan bila ia berpuasa, maka puasa lebih
utama daripada memberi makanan. Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas radhiallahu
'anhum berkata: "Karena itulah Allah berfirman :
"Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. " (Tafsir Ibnu
Katsir; 1/214)
Firman Allah Ta 'ala :
"(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka)
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghenda ukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Al-Baqarah: 185).
Tafsiran ayat:
Allah menjelaskan bahwa Diri-Nya adalah dekat. Ia mengabulkan do'a orangorang yang memohon, serta memenuhi kebutuhan orang-orang yang
meminta. Tidak ada tirai pembatas antara Diri-Nya dengan salah seorang
hamba-Nya. Karena itu, seyogyanya mereka menghadap hanya kepada-Nya
dalam berdo'a dan merendahkan diri, lurus dan memurnikan ketaatan padaNya semata. (Tafsir Ibnu Katsir, I/218.)
Adapun hikmah penyebutan'Allah akan ayat ini yang memotivasi
memperbanyak do'a berangkaian dengan hukum-hukum puasa adalah
bimbingan kepada kesungguhan dalam berdo'a, ketika bilangan puasa telah
sempurna, bahkan setiap kali berbuka.
Maksudnya, apakah ada yang bisa mengabulkan do'a orang yang kesulitan,
yang diguncang oleh berbagai kesempitan, yang sulit mendapatkan apa yang
ia minta, sehingga tak ada jalan lain ia baru keluar dari keadaan yang
mengungkunginya, selain Allah semata? Siapa pula yang menghilangkan
keburukan (malapetaka), kejahatan dan murka, selain Allah semata?
4. Dari An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda:
"Do'a adalah ibadah." (HR, Abu Daud dan At-TiYmidzi, At-Tirmidzi berkata,
hadits hasan shahih).
Maka sekarang campurilah mereka dan cavilah apa yang telah ditetapkan
oleh Allah untukmu, dan makan minumlah hinngga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi)janganlah kamu campuri mereka itu,
sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertaqwa." (Al-Baqarah:187)
Sebab turunnya ayat :
Tafsiran ayat :
Allah Ta'ala berfirman untuk memudahkan para hamba-Nya sekaligus untuk
membolehkan mereka bersenang-senang (bersetubuh) dengan isterinya
pada malam-malam bulan Ramadhan, sebagaimana mereka dibolehkan pula
ketika malam hari makan dan minum :
"Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa melakukam "rafats"
dengan isteri- isterimu."
Rafats adalah bersetubuh dan hal-hal yang menyebabkan terjadinya. Dahulu,
mereka dilarang melakukan hal tersebut (pada malam hari), tetapi kemudian
Allah membolehkan mereka makan minum dan melampiaskan kebutuhan
biologis, dengan bersenang-senang bersama isteri-isteri mereka. Hal itu
untuk menampakkan anugerah dan rahmat Allah pada mereka.
MANFAAT PUASA
Puasa memiliki beberapa manfaat, ditinjau dari segi kejiwaan, sosial dan
kesehatan, di antaranya:
Beberapa manfaat, puasa secara kejiwaan adalah puasa membiasakan
kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana
menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketaqwaan yang kokoh
dalam diri, yang ini merupakan hikmah puasa yang paling utama.
Firman Allah Ta 'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa. " (Al-Baqarah: 183)
Catatan Penting :
Dalam kesempatan ini, kami mengingatkan kepada para saudaraku kaum
muslimin yang suka merokok. Sesungguhnya dengan cara berpuasa mereka
bisa meninggalkan kebiasaan merokok yang mereka sendiri percaya tentang
bahayanya terhadap jiwa, tubuh, agama dan masyarakat, karena rokok
termasuk jenis keburukan yang diharamkan dengan nash Al-Qur'anul Karim.
Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan
menggantinya dengan yang lebih balk. Hendaknya mereka tidak berpuasa
(menahan diri) dari sesuatu yang halal, kemudian berbuka dengan sesuatu
yang haram, kami memohon ampun kepada Allah untuk kami dan untuk
mereka.
Termasuk manfaat puasa secara sosial adalah membiasakan umat berlaku
disiplin, bersatu, cinta keadilan dan persamaan, juga melahirkan perasaan
kasih sayang dalam diri orang-orang beriman dan mendorong mereka
berbuat kebajikan.
Sebagaimana ia juga menjaga masyarakat dari kejahatan dan kerusakan.
Sedang di antara manfaat puasa ditinjau dari segi kesehatan adalah
membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan
tubuh dari sisa-sisa dan endapan makanan, mengurangi kegemukan dan
kelebihan lemak di perut.
Termasuk manfaat puasa adalah mematahkan nafsu. Karena berlebihan, balk
dalam makan maupun minum serta menggauli isteri, bisa mendorong nafsu
berbuat kejahatan, enggan mensyukuri nikmat serta mengakibatkan
kelengahan.
Di antara manfaatnya juga adalah mengosongkan hati hanya untuk berfikir
dan berdzikir. Sebaliknya, jika berbagai nafsu syahwat itu dituruti maka bisa
mengeraskan dan membutakan hati, selanjutnya menghalangi hati untuk
berdzikir dan berfikir, sehingga membuatnya lengah. Berbeda halnya jika
perut kosong dari makanan dan minuman, akan menyebabkan hati
bercahaya dan lunak, kekerasan hati sirna, untuk kemudian semata-mata
dimanfaatkan untuk berdzikir dan berfikir.
Orang kaya menjadi tahu seberapa nikmat Allah atas dirinya. Allah
mengaruniainya nikmat tak terhingga, pada saat yang sama banyak orangorang miskin yang tak mendapatkan sisa-sisa makanan, minuman dan tidak
pula menikah. Dengan terhalangnya dia dari menikmati hal-hal tersebut
pada saat-saat tertentu, serta rasa berat yang ia hadapi karenanya. Keadaan
itu akan mengingatkannya kepada orang-orang yang sama sekali tak dapat
menikmatinya. Ini akan mengharuskannya mensyukuri nikmat Allah atas
dirinya berupa serba kecukupan, juga akan menjadikannya berbelas kasih
kepada saudaranya yang memerlukan, dan mendorongnya untuk membantu
mereka.
Termasuk manfaat puasa adalah mempersempit jalan aliran darah yang
merupakan jalan setan pada diri anak Adam. Karena setan masuk kepada
anak Adam melalui jalan aliran darah. Dengan berpuasa, maka dia aman dari
gangguan setan, kekuatan nafsu syahwat dan kemarahan. Karena itu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan puasa sebagai benteng untuk
menghalangi nafsu syahwat nikah, sehingga beliau memerintah orang yang
belum mampu menikah dengan berpuasa ( Lihat kitab Larhaa'iful Ma'aarif,
oleh Ibnu Rajab, hlm. 163) sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim)
dalam Shahihnya)
Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga
mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu
hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit
sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan
berbuka dan mengakhirkan sahur . " (HR. Al-Bukhari, I\luslim dan AtTirmidz)
Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan
ibadah dalam keadaan suci.
Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah
diturunkan didalamnya, yakni membaca Al-Qur'anul Karim. Sesungguhnya
Jibril 'alaihis salam pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur'an baginya. (HR.
AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu).Dan pada diri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi kita.
Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolokolok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka
Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. AlBukhari)
Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya cepat
marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan dalih bahwa engkau
sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang, tidak
emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat,
jangan Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan tolaklah
dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kama beupuasa,
hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang
menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku
sedang puasa" (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan)
Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang
mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia menolak melakukan
penghinaan dan caci-maki.
Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan membawa taqwa kepada Allah,
takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agamaNya.
Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun. Dan buah
paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah berfirman : "Agar kamu
bertaqwa. "(Al-Baqarah: 183)
Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal
bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai, dan mematahkan nafsu dari
keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu berkata :
TUJUAN PUASA
Tujuan ibadah puasa adalah untuk menahan nafsu dari berbagai syahwat,
sehingga ia siap mencari sesuatu yang menjadi puncak kebahagiaannya;
menerima sesuatu yang menyucikannya, yang di dalamnya terdapat
kehidupannya yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar
dan dahaga serta mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang
menderita kelaparan di antara orang-orang miskin; menyempitkan jalan
setan pada diri hamba dengan menyempitkan jalan aliran makanan dan
minuman; puasa adalah untuk Tuhan semesta alam, tidak seperti amalanamalan yang lain, ia berarti meninggalkan segala yang dicintai karena
kecintaannya kepada Allah Ta 'ala; ia merupakan rahasia antara hamba
dengan Tuhannya, sebab para hamba mungkin bisa diketahui bahwa ia
meninggalkan hai-hal yang membatalkan puasa secara nyata, tetapi
keberadaan dia meninggalkan hal-hal tersebut karena Sembahannya, maka
tak seorangpun manusiayang mengetahuinya, dan itulah hakikat puasa.
Petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'ala ihi wasallam adalah petunjuk yang
paling sempurna, paling mengena dalam mencapai maksud, serta paling
mudah penerapannya bagi segenap jiwa.
Di antara petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada bulan
Ramadhan adalah :
Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Jibril'alaihis salam
senantiasa membacakan Al-Qur'anul Karim untuk beliau pada bulan
Ramadhan; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca AlQur'anul Karim, shalat, dzikir, i'tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan
beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau
ADAB PUASA
Menjaga lisan dari berbicara tak karuan, menggunjing, mengadu domba dan
dusta.
Setelah berbuka, hendaknya hatinya antara takut dan harap. Sebab ia tidak
tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang
dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang
dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai
melakukan ibadah. (Lihat Mau'idzatul Mukminiin min Ihyaa'i Uluumid Diin,
hlm. 59-60.)
Ya Allah, jadikanlah kami dan segenap umat Islam termasuk orang yang
puasa pada bulan ini, yang pahalanya sempurna, yang mendapatkan Lailatul
Qadar, dan beruntung menerima hadiah dari Tuhan; wahai Dzat Yang Hidup
Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang
Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan segenap
sahabatnya.
Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau dalam puasanya dan
kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat dan dzikirnya yang
lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah sehingga hatinya
dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan Al-Minnatur
Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak lagi
memerlukan makan dan minum.
Mandi antara Maghrib dan Isya'.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa)
tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau
mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteriisterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam
dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi
dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan
turun Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya
turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan
berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti
dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi dengan berhias
secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat dan mensucikan
diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak berguna,
jika ternyata batinnya rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hati
dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah, hendaknya
ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa.
Allah Ta'ala berfirman :"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf:
26).
I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf pada
sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. "
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir
yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan berbagai
kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi
bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah: Memutuskan hubungan dengan
segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq.
Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di
dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih khusus
lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah
dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah,
berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala hal
yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada
Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia
tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga Alllah
memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful
Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang amat besar, bahkan sama
dengan pahala haji. Dalam Shahih nya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan,
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Umrah di bulan Ramadhan menyamai haji, atau beliau bersabda, haji
bersamaku. "
Tetapi wajib diketahui, meskipun umrah di bulan Ramadhan berpahala
menyamai haji, tetapi ia tidak bisa menggugurkan kewajiban haji bagi orang
yang wajib melakukannya.
Demikian pula halnya shalat di Masjidil Haram Makkah dan di Masjid Nabawi
Madinah pahalanya dilipatgandakan, sebagaimana disebutkan dalam hadits
shahih :
"Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu (kali) shalat di masjid-masjid
lain, kecuali Masjidil Haram. " Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya
ia lebih utama. " (HR, Al- Bukhari, Muslim dan lainnya)
LAILATUL QADAR
Engkau. "
"Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua urusan kami, dan
selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. "
"Ya Tuhan kami, terimalah (permohonan) kami, sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Hidup, yang
memiliki keagungan dan kemuliaan."
"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Al-lah dan memohon ampun
kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (A1Maa'idah: 74).
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (At- Taubah: 104).
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kama ke dalam Surga yang
Sebab jika matahari telah terbit dari Barat maka pintu taubat serta merta
ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika dia hendak
meninggal dunia. Allah berfirman :
"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengeriakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajar kepada seseorang di antara
mereka, (barulah) ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku bertaubat sekarang .'
(An- Nisaa': 18)
Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan
maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak
menjemputnya sehingga ia tak lagi memili empatan, lalu baru menyesal,
meratapi atas kelengahannya. Dan sungguh, tak seorang pun meninggal
kecuali ia menyesal. Jika dia orang baik, maka ia menyesal mengapa dia
tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika ia orang jahat maka ia menyesal
mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.
SYARAT-SYARAT TAUBAT
Taubat dari segala dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat itu terjadi
antara hamba dengan Allah, tidak berkaitan dengan hak manusia maka ada
tiga syarat taubat :
Hendaknya ia meninggalkan maksiat tersebut.
Menyesali perbuatannya.
Berniat teguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya.
Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah.
Adapun jika maksiat itu berkaitan dengan hak manusia maka taubat itu
diterima dengan empat syarat. Yakni ketiga syarat di muka, dan yang
keempat hendaknya ia menyelesaikan hak yang bersangkutan.
Jika berupa harta atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya.
Jika berupa had (hukuman) atas tuduhan atau sejenisnya maka hendaknya
had itu ditunaikan atau ia meminta maaf darinya.
Jika berupa ghibah (menggunjing) maka ia harus memohon maaf.
Ia wajib meminta ampun kepada Allah dari segala dosa. Jika ia bertaubat
dari sebagian dosa, maka taubat itu diterima di sisi Allah, dan dosa-dosanya
yang lain masih tetap ada. Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur'an, Sunnah
dan Ijma' yang menunjukkan wajibnya melakukan taubat. Dalil-dalil yang
dimaksud telah kita uraikan di muka. Allah menyeru kita untuk bertaubat
dan ber-istighfar, Ia menjanjikan untuk mengampuni dan menerima taubat
kita, merahmati kita manakala kita bertaubat kepada-Nya serta mengampuni
dosa-dosa kita, dan sungguh Allah tidak mengingkari janji-Nya.
Ya Allah, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Amin.
Dan dalam Musnad Imam Ahmad dengan sanad hasan disebutkan: "Dan
(dosanya) yang Kemudian. "
"Barangsiapa mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar, karena iman dan
mengharap pahala dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,
dan barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman
dan mengharap pahala dari (Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu." An-Nasa'i menambahkan: "Diampuni dosanya, baik yang telah
lalu maupun yang datang belakangan. "
Ibnu Hibban dan A1Baihaqi meriwayatkan dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya
(ketentuan -ketentuannya) serta memelihara hal-hal yang harus dijaga,
maka dihapus dosanya yang telah lalu. "
Hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bahwa tiga faktor ini yakni puasa,
shalat malam di bulan Ramadhan dan shalat pada malam Lailatul Qadar,
masing-masing dapat menghapus dosa yang telah lampau, dengan syarat
meninggalkan segala bentuk dosa besar.
Oleh karena itu mereka berdo'a (memohon kepada Allah) selama 6 (enam)
bulan agar dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan, kemudian berdo'a
lagi selama 6 (enam) bulan berikutnya agar semua amalnya diterima.
hingga dia mati. Yaitu keimanan yang benar, amal shalih yang dilakukan
semata-mata karena Allah, sesuai dengan tuntunan As-Sunnah dan
senantiasa dalam keadaan demikian hingga mati. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang diyakini
(ajal)." (AI-Hijr: 99).
Di sini Allah tidak menjadikan batasan waktu bagi amalan seorang mukmin
selain kematian.
Jika keberadaan ampunan dan pembebasan dari api neraka itu tergantung
kepada puasa Ramadhan dan pelaksanaan shalat di dalamnya, maka di kala
hari raya tiba, Allah memerintahkan hamba-Nya agar bertakbir dan
bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada mereka,
seperti kemudahan dalam pelaksanaan ibadah puasa, shalat di malam
larinya, pertolongan-Nya terhadap mereka dalam nelaksanakan puasa
tersebut, ampunan atas segala dosa dan pembebasan dari api Neraka. Maka
sudah selayaknya bagi mereka untuk memperbanyak dzikir, takbir dan
bersyukur kepada Tuhannya serta selalu , bertaqwa kepada-Nya dengan
sebenar-benar ; ketaqwaan. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan hendaklah kama mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya
kamu bersyukur. "(Al-Baqarah: 185).
Wahai para pendosa demikian halnya kita semua, janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah, karena perbuatan-perbuatan jelekmu. Alangkah
banyak orang sepertimu yangdibebaskan dari Neraka dalam bulan ini,
berprasangka baiklah terhadap Tuhanmu dan bertaubatlah atas segala
dosamu, karena sesungguhnya Allah tidak akan membinasakan seseorang
pun melainkan karena ia membinasakan dirinya sendiri. Allah Ta 'ala
berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kama berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagri Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53).
PERINGATAN
Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, Dzat yang tiada
Tuhan yang haq kecuali Dia, Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri. Tuhanku,
ampunilah dosaku dan terimalah taubatku karena sesungguhnya hanya
Engkaulah Yang Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Ya Allah aku
telah berbuat banyak kezhaliman terhadap diriku sendiri dan tiada yang
dapat mengampuni dosa melainkan Engkau, maka ampunilah aku dengan
ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam selalu
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, segenap keluarga dan para sahabat
beliau.
CATATAN PENTING
1. Pada bulan Ramadhan tidak sedikit orang yang membuat berbagai variasi
pada menu makanan dan minuman mereka. Walaupun hal itu diperbolehkan,
tetapi tidak dibenarkan israf (erlebih-lebihan) dan melampaui batas. Justeru
seharusnya adalah menyederhanakan makanan dan minuman. Allah Ta 'ala
berfirman :
"Makan dan minumlah dan janganlah kalian berbuat israf (berlebih-lebihan),
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf. " (AlA'raaf: 31),
Ayat ini termasuk pangkal ilmu kedokteran. Sebagian salaf berkomentar:
"Allah mengklasifikasikan seluruh ilmu kedokteran hanya dalam setengah
ayat," lantas membacakan ayat ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/210.)
Ayat ini menganjurkan makan dan minum yang merupakan penopang utama
bagi kelangsungan hidup seseorang, kemudian melarang berlebih-lebihan
dalam hal tersebut karena dapat membahayakan tubuh. Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
Ramadhan merupakan bilangan hari, yang berlalu dengan cepat dan menjadi
saksi ketaatan bagi orang-orang yang taat, sekaligus sebagai saksi bagi para
Oleh karena itu, mereka yang selalu mengakhirkan shalat dan bermalasmalasan dalam melaksanakannya serta menghalangi dirinya sendiri dari
keutamaan dan pahala shalat berjamaah yang agung berarti memiliki sifatsifat orang munafik.
Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka; Dan apabila mereka mendirikan shalat mereka
mendirikannya dengan malas." ( An-Nisaa': 142).
Tetapi lebih utama lagi jika ia habiskan malam harinya dengan membaca dan
mempelajari Al-Qur'an, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu
a'alaihi wasallam bersama Jibril 'alaihis salam.
Maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim yang selalu berharap rahmat
Tuhannya dan takut terhadap siksaNya- memanfaatkan kesempatan penting
ini, dengan berdo'a dan mohon ampun kepada Allah untuk dirinya, kedua
orang tuanya, anak-anaknya, segenap kaum muslimin dan para
penguasanya. Memohon ampun dan bertaubat kepada Allah di setiap malam
bulan Ramadhan dan di setiap saat dari umurnya yang terbatas sebelum
maut menjemput, amal perbuatan terputus dan penyesalan berkepanjangan.
Allah Ta'ala berfirman :
"Dan bertaubatlah kalian semua orang-orang yang beuiman supaya kalian
beruntung." (An-Nuur: 31),
FATWA-FATWA PENTING
ZAKAT FITRAH
Diantara dalil yang menganjurkan untuk menunaikan zakat fitrah adalah :
1. Firman Allah Ta'ala:"Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
shalat" (Al-A'la: 14-15)
2. Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia
berkata :" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat
fitrah bagi orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki dan perempuan,
anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan
agar (zakat fituah tersebut) ditunaikan sebelum orang-orang melakukan
shalat 'Id (hari Raya) " (Muttafaq 'Alaih)
Setiap muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang
dalam tanggungannya sebanyak satu sha' (+- 3 kg) dari bahan makanan
yang berlaku umum di daerahnya. Zakat tersebut wajib baginya jika masih
memiliki sisa makanan untuk diri dan keluarganya selama sehari semalam.
Zakat tersebut lebih diutamakan dari sesuatu yang lebih bermanfaat bagi
fakir miskin.
Adapun waktu pengeluarannya yang paling utama adalah sebelum shalat 'Id,
boleh juga sehari atau dua lari sebelumnya, dan tidak boleh mengakhirkan
mengeluaran zakat fitrah setelah hari Raya. Dari Ibnu Abbas radhiallahu
'anhu :"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fihrah
sebagai penyuci orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan ucapan kotor, dan
sebagai pemberian makan kepada fakir miskin.
"Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat 'Id, maka zakatnya
diterima, dan barang siapa yangmembayarkannya setelah shalat 'Id maka ia
adalah sedekah biasa. "(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
(Dan diriwayatkan pula Al Hakim, beliau berkata : shahih menurut kriteria
Imam Al-Bukhari.)
Zakat fitrah tidak boleh diganti dengan nilai nominalnya(*),(*)''' Berdasarkan
hadits Abu Said Al Khudhri yang menyatakan bahwa zakat fithrah adalah dari
HARI RAYA
Hari raya adalah saat berbahagia dan bersuka cita. Kebahagiaan dan
kegembiraan kaum mukminin di dunia adalah karena Tuhannya, yaitu apabila
mereka berhasil menyempurnakan ibadahnya dan memperoleh pahala
amalnya dengan kepercayaan terhadap janji-Nya kepada mereka untuk
mendapatkan anugerah dan ampunan-Nya. Allah Ta 'ala berfirman :
Pada saat hari Raya 'Idul Fitri, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengenakan
pakaian terbaiknya dan makan kurma -dengan bilangan ganjil tiga, lima atau
tujuh- sebelum pergi melaksanakan shalat 'Id. Tetapi pada 'Idul Adha beliau
tidak makan terlebih dahulu sampai beliau pulang, setelah itu baru memakan
sebagian daging binatang sembelihannya.
Beliau mengakhirkan shalat 'Idul Fitri agar kaum muslimin memili empatan
untuk membagikan zakat fitrahnya, dan mempercepat pelaksanaan shalat
'Idul Adha supaya kaum muslimin bisa segera menyembelih binatang
kurbannya.
Beliau selalu melalui jalan yang berbeda ketika yang terkenal sangat
bersungguh-mengikuti sunnah Nabi shallallahu berangkat dan pulang (dari
shalat) 'Id.' Beliau selalu mandi sebelum shalat 'Id.
Hadits ini menunjukkan bahwa shalat 'Id itu hanya dua raka'at, demikian
pula mengisyaratkan tidak disyari'atkan shalat sunnah yang lain, baik
sebelum atau sesudahnya. Allah Mahatahu segala sesuatu, shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, seluruh anggota
keluarga dan segenap sahabatnya.
bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. AlBazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah
shahih.")
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan
Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah
(tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung
dalam hadits Tsauban di muka.
Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan
memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses
pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan
dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa
Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.
Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga
maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) "
(Al-Hijr: 99)
Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah
yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah
Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun, karena
hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai
pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah
satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hambaNya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa
dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam
semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan
sahabatnya.
RAHASIA PUASA
Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang
mulia pada tahun ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita.
Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak
keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun
di akhirat kelak.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa
a.Menguatkan Jiwa.
Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh
hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi
keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan
mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada
perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa
mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak
mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala
dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar
akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu
itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang
benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada
kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam
firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat
berdasarkan ilmu-Nya (QS 45:23).
Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang
berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi
(HR. Tirmidzi).
b.Mendidik Kemauan.
Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh
dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh
berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus
mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk
menyimpang begitu besar.
Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran.
Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang
muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat
seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau
kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan
membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan
yang dialami sangat sulit.
c.Menyehatkan Badan.
Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga
akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak
hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh
para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu
meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu,
perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang
masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam,
isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan,
sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.
harta, kikir dan sebagainya. Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 9:103).
Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, maka
sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan
tahun ini dengan penuh rasa gembira sehingga kegembiraan kita ini akan
membuat kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan nanti dengan ringan
meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat.
Kegembiraan kita terhadap datangnya bulan Ramadhan harus kita tunjukkan
dengan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan Ramadhan tahun
sebagai momentum untuk mentarbiyyah (mendidik) diri, keluarga dan
masyarakat kearah pengokohan atau pemantapan taqwa kepada Allah Swt,
sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan
dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai
macam persoalan besar. Kita tentu harus prihatin akan kondisi bangsa kita
yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya diatasi dengan
memantapkan iman dan taqwa, tapi malah dengan menggunakan cara
sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu pertentangan dan perpecahan
yang justeru menjauhkan kita dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.