Anda di halaman 1dari 193

KUMPULAN

/
CONTOH
KULTUM
CERAMAH TERBAIK LENGKAP

DAN

Di artikel kali ini PANDUAN SEO akan berbagi kepada anda beberapa contoh kultum /
ceramah yang bisa di jadikan refrensi materi kultum anda. Dan artikel ini sekaligus untuk
menyambut bulan suci ramadhan yang akan segera tiba. Dan saya selaku admin dari panduan seo
mengucapkan "SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA" bagi yang menjalankannya. Tapi sebelum
ke bahasan utama, sebaiknya anda baca terlebih dahulu yang berikut ini.

Contoh Pembukaan Kultum


Sebelum kita memulai sebuah kultum / ceramah, tentunya kita butuh kaliamat pembukaan. Jika
anda sudah terbiasa berpidato ataupun ceramah tentu hal ini sangatlah mudah. Tapi bagi anda
yang masih pemula atau sama sekali belum pernah ceramah dan belum tau kalimat pembuka dari
sebuah ceramah, disini saya akan membagikannya dan berikut ini adalah contohnya.

Contoh # 1

Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya dan meminta pertolongan, pengampunan, dan petunjukNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan keburukan amal kita. Barang siapa
mendapat dari petunjuk Allah maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barang siapa yang
sesat maka tidak ada pemberi petunjuknya baginya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah, semoga doa dan keselamatan
tercurah pada Muhammad dan keluarganya, dan sahabat dan siapa saja yang mendapat petunjuk
hingga hari kiamat.
Contoh # 2


.




.
.

Segala puji hanya milik Allah dengan pujian yang banyak sebagaimana Allah perintahkan,
maka berhentilah dari segala yang Allah larang dan yang Allah peringatkan. Aku bersaksi
bahwa tiada Ilah yang berhak disembah selain Allah Yang Esa dan Perkasa, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah yang menjadi pemimpin bagi semua
manusia, shalawat dan salam Allah atas beliau, atas keluarga, shahabat dan orang-orang yang
setia mengikuti petunjuknya sampaihari kebangkitan dan hari kembali."
Kultum Tentang Ramadhan

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia


Sebuah nikmat yang sangat besar adalah kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bernafas
di bulan Ramadhan ini. Sehingga kita bisa melaksanakan aktifitas-aktifitas yang bernilai ibadah,
khususnya

puasa.

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia


Umat Islam di seluruh dunia kembali menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kalau kita
perhatikan, di bulan ini ada tiga terminologi agama yang sering muncul dibicarakan baik oleh
kalangan ulama, ustadz, kyai dalam pengajian-pengajian, ataupun masyarakat kebanyakan. Ketiga
terminologi itu adalah Al Quran, puasa (shaum) dan taqwa.
Mengapa ketiga terminologi itu sering muncul dalam berbagai kajian Ramadhan? Tidak bisa
dipungkiri bahwa ketiga term ini mempunyai hubungan yang saling mendukung satu sama lain.
Bukankah Al Quran sebagai firman Tuhan jelas diturunkan pada bulan puasa? Sementara berpuasa
diwajibkan karena ada firman Tuhan dalam Al Quran? Adapun terminologi ketiga taqwa atau
bertaqwa adalah esensi dan tujuan utama diwajibkannya kaum beriman untuk berpuasa, yang
oleh Allah disebut pada akhir ayat tentang perintah berpuasa: agar kamu menjadi orang-orang
yang bertaqwa.
Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia
Oleh karena itu, dapat kita ketahui bahwa salah satu hikmah dari puasa Ramadhan adalah dapat
mengantarkan umat menuju taqwa. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqoroh ayat 183:
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,
Kata taqwa ( ) berasal dari Wiqoyah ( ) yaitu kalimat yang menunjukkan penolakan
terhadap sesuatu. Al-Wiqoyah berarti apa yang menghalangi sesuatu.
Maka, taqwa seorang hamba kepada Robbnya berarti menjadikan penghalang antara dia dengan
apa yang ditakuti dari Robbnya berupa kemurkaan, kemarahan dan siksaanNya yaitu dengan cara
mentaatiNya dan menjauhi maksiat kepadaNya.
Secara bahasa arab, taqwa berasal dari fiil ittaqa-yattaqi, yang artinya berhati-hati, waspada,
takut. Bertaqwa dari maksiat maksudnya waspada dan takut terjerumus dalam maksiat. Secara
istilah, definisi taqwa sebagaimana yang diungkapkan oleh Thalq Bin Habib AlAnazi:


Taqwa adalah mengamalkan ketaatan kepada Allah dengan cahaya Allah (dalil), mengharap
ampunan Allah, meninggalkan maksiat dengan cahaya Allah (dalil), dan takut terhadap adzab
Allah
Demikianlah sifat orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa beribadah, bermuamalah, bergaul,
mengerjakan kebaikan karena ia teringat dalil yang menjanjikan ganjaran dari Allah Taala.
Demikian juga orang bertaqwa senantiasa takut mengerjakan hal yang dilarang oleh Allah dan
Rasul-Nya, karena ia teringat dalil yang mengancam dengan adzab yang mengerikan. Sehingga
orang

yang

bisa

melakukan

hal

tersebut

akan

dimuliakan

di

sisi

Allah.

Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian



(QS. Al Hujurat: 13)

Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang berbahagia


Dalam ayat 2-4 Surat al-Baqoroh, Allah menyebutkan tentang cirri-ciri orang yang bertaqwa:
Artinya: Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada
kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan
sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Kalau dikaitkan dengan pengertian taqwa dari ayat tersebut, maka ciri-ciri orang bertaqwa sebagai
essensi berpuasa menurut al-Quran adalah sebagai berikut:
Pertama, ciri orang bertaqwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib. Nampaknya
Allah memang mendesain puasa sebagai sarana latihan agar orang-orang yang beriman
bertambah kepercayaannya kepada yang ghaib. Dan pusat keghaiban adalah Allah itu sendiri.
Dengan keimanan kepada adanya Dzat yang ghaib yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha

Memperhatikan segala gerak-gerik manusia, seseorang secara tidak langsung dilatih untuk selalu
berbuat baik. Ketika berpuasa, setiap orang beriman sedang di latih untuk menghadirkan yang
ghaib Tuhan dalam segala ruang dan waktu. Bukankah seseorang yang sedang berpuasa tatkala
menyendiri di ruangan kantor, kamar yang terkunci atau tempat lain yang tidak dilihat orang bisa
saja makan, minum dan berpura-pura bahwa dia sedang berpuasa ketika dihadapan orang banyak.
Dengan adanya kesadaran kehadiran yang ghaib atau Allah dalam diri orang yang berpuasa,
kecenderungan untuk berbuat curang atau berbohong akan terhindarkan, dan semangat untuk
selalu berbuat yang terbaik akan tumbuh karena ada kontrol sosial yang melekat dalam dirinya.
Kedua, orang yang bertaqwa adalah orang yang selalu mendirikan shalat. Karakter taqwa ini
pun dalam bulan puasa sedang digembleng oleh Allah. Di bulan puasa umat Islam bukan hanya
dilatih untuk menjalankan shalat yang sipatnya wajib, bahkan shalat yang sunnah seperti shalat
malam (tarawih) sangat dianjurkan di bulan ini. Harapannya, setelah puasa, fungsi shalat sebagai
pencegah dari perbuatan keji dan munkar bisa direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari diluar
ramadhan.
Karakteristik ketiga disebut

orang

bertaqwa

adalah orang

yang

menafkahkan

sebagian

rizkinya. Di bulan ramadhan ini, anjuran untuk zakat, infaq dan shadaqah betul-betul ditekankah.
Dengan menggandakan pahala yang berlipat-lipat, Allah sedang melatih keshalihan sosial seorang
Muslim di bulan ramadhan. Dengan harapan kesadaran sosial menafkahkan harta untuk
membantu fakir miskin terus dijalankan oleh orang Islam diluar ramadhan.
Keempat,

disebut

orang

bertaqwa

kalau

seseorang mempercayai

bahwa

Allah

telah

menurunkan kitab suci kepada Muhammad (Al-Quran) dan kitab-kitab yang turun sebelum
Rasul terakhir itu. Nampaknya Allah ingin melatih orang Islam di bulan ramadhan agar sadar akan
adanya tuntunan hidup menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, yaitu Al-Quran. Membaca dan
mempelajari al Quran sangat ditekankan di bulan ini. Kepercayaan akan adanya kitab sebelum
rasul Muhammad, juga merupakan kepercayaan kepada yang ghaib.
Kelima, ciri orang bertaqwa yang disebut Al Quran adalah orang-orang yang mempercayai
akan adanya hari akhirat. Ini berarti semakin menegaskan karakter pertama orang disebut
taqwa yaitu percaya kepada yang ghaib. Bukankah kepercayaan adanya hari akhirat dan hari
pembalasan juga termasuk kepercayaan kepada yang ghaib. Dengan keyakinan akan adanya hari
akhirat, setiap Muslim diharapkan mempunyai semangat hidup yang optimis untuk selalu berbuat
baik, dengan harapan memperoleh pula kebaikan ketika hidup kembali setelah kematian.
Hadirin wal hadirot Jamaah Sholat Tarawih yang dimulyakan oleh Allah
Lantas apakah hubungan antara puasa dengan ketaqwaan? Syaikh Abdurrahman bin Nashir As
Sadi rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, tentang keterkaitan antara puasa dengan
ketaqwaan: Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa
telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih
luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:
1.

Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan,
minum jima dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua
itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala
dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa

2.

Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan
menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan,
minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa
Allah mengawasinya

3.

Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh
setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi

4.

Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan
tabiat orang yang bertaqwa

5.

Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli
kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang
bertaqwa.

Jamaah sholat tarawih yang dimulyakan Allah


Oleh karena itu, marilah kita di bulan Ramadhan ini berusaha untuk menggapai ketaqwaan kepada
Allah. Karena hanya dengan puasa saja tanpa ada usaha kita menuju ke ketaqwaan juga tidak

akan bisa. misalnya kita hanya rajin ibadah hanya di bulan Ramadhan saja. Setelah keluar bulan
Ramadhan

ibadah

kita

kembali

seperti

semula

atau

bolong-bolong.

Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan
semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi
Allah Taala.

Kultum Tentang Remaja ( Nasihat Untuk Remaja Muslim )


Kami persembahkan nasehat ini untuk saudara-saudara kami terkhusus para pemuda dan remaja
muslim. Mudah-mudahan nasehat ini dapat membuka mata hati mereka sehingga mereka lebih
tahu tentang siapa dirinya sebenarnya, apa kewajiban yang harus mereka tunaikan sebagai
seorang muslim, agar mereka merasa bahwa masa muda ini tidak sepantasnya untuk diisi dengan
perkara yang bisa melalaikan mereka dari mengingat Allah subhanahu wataala sebagai
penciptanya, agar mereka tidak terus-menerus bergelimang ke dalam kehidupan dunia yang fana
dan lupa akan negeri akhirat yang kekal abadi.
Wahai para pemuda muslim, tidakkah kalian menginginkan kehidupan yang bahagia selamanya?
Tidakkah kalian menginginkan jannah (surga) Allah subhanahu wataala yang luasnya seluas langit
dan bumi?
Ketahuilah, jannah Allah subhanahu wataala itu diraih dengan usaha yang sungguh-sungguh
dalam beramal. Jannah itu disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa yang mereka tahu bahwa
hidup di dunia ini hanyalah sementara, mereka merasa bahwa gemerlapnya kehidupan dunia ini
akan menipu umat manusia dan menyeret mereka kepada kehidupan yang sengsara di negeri
akhirat selamanya. Allah subhanahu wataala berfirman:
Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Ali Imran: 185)
Untuk Apa Kita Hidup di Dunia?
Wahai para pemuda, ketahuilah, sungguh Allah subhanahu wataala telah menciptakan kita bukan
tanpa adanya tujuan. Bukan pula memberikan kita kesempatan untuk bersenang-senang saja,
tetapi untuk meraih sebuah tujuan mulia. Allah subhanahu wataala berfirman:
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Adz
Dzariyat: 56)
Beribadah kepada Allah subhanahu wataala dengan menjalankan segala perintah-Nya dan
menjauhi semua larangan-Nya. Itulah tugas utama yang harus dijalankan oleh setiap hamba Allah.
Dalam beribadah, kita dituntut untuk ikhlas dalam menjalankannya. Yaitu dengan beribadah
semata-mata hanya mengharapkan ridha dan pahala dari Allah subhanahu wataala. Jangan
beribadah karena terpaksa, atau karena gengsi terhadap orang-orang di sekitar kita. Apalagi
beribadah dalam rangka agar dikatakan bahwa kita adalah orang-orang yang alim, kita adalah
orang-orang shalih atau bentuk pujian dan sanjungan yang lain.
Umurmu Tidak Akan Lama Lagi
Wahai para pemuda, jangan sekali-kali terlintas di benak kalian: beribadah nanti saja kalau sudah
tua, atau mumpung masih muda, gunakan untuk foya-foya. Ketahuilah, itu semua merupakan
rayuan setan yang mengajak kita untuk menjadi teman mereka di An Nar (neraka).
Tahukah kalian, kapan kalian akan dipanggil oleh Allah subhanahu wataala, berapa lama lagi
kalian akan hidup di dunia ini? Jawabannya adalah sebagaimana firman Allah subhanahu wataala:
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal. (Luqman: 34)
Wahai para pemuda, bertaqwalah kalian kepada Allah subhanahu wataala. Mungkin hari ini kalian
sedang berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang tertawa, berpesta, dan hura-hura
menyambut tahun baru dengan berbagai bentuk maksiat kepada Allah subhanahu wataala, tetapi
keesokan harinya kalian sudah berada di tengah-tengah orang-orang yang sedang menangis
menyaksikan

jasad-jasad

kalian

dimasukkan

ke

liang

lahad

(kubur)

yang

sempit

dan

menyesakkan.
Betapa celaka dan ruginya kita, apabila kita belum sempat beramal shalih. Padahal, pada saat itu
amalan diri kita sajalah yang akan menjadi pendamping kita ketika menghadap Allah subhanahu
wataala. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua dari tiga hal
tersebut akan kembali dan tinggal satu saja (yang mengiringinya), keluarga dan hartanya akan
kembali, dan tinggal amalannya (yang akan mengiringinya). (Muttafaqun Alaihi)
Wahai para pemuda, takutlah kalian kepada adzab Allah subhanahu wataala. Sudah siapkah kalian
dengan timbangan amal yang pasti akan kalian hadapi nanti. Sudah cukupkah amal yang kalian
lakukan selama ini untuk menambah berat timbangan amal kebaikan.
Betapa sengsaranya kita, ketika ternyata bobot timbangan kebaikan kita lebih ringan daripada
timbangan kejelekan. Ingatlah akan firman Allah subhanahu wataala:
Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
(Yaitu) api yang sangat panas. (Al Qariah: 6-11)
Bersegeralah dalam Beramal
Wahai para pemuda, bersegeralah untuk beramal kebajikan, dirikanlah shalat dengan sungguhsungguh, ikhlas dan sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Karena shalat adalah
yang pertama kali akan dihisab nanti pada hari kiamat, sebagaimana sabdanya:
Sesungguhnya amalan yang pertama kali manusia dihisab dengannya di hari kiamat adalah
shalat. (HR. At Tirmidzi, An Nasa`i, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lafazh hadits riwayat
Abu Dawud no.733)
Bagi laki-laki, hendaknya dengan berjamaah di masjid. Banyaklah berdzikir dan mengingat Allah
subhanahu wataala. Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya ia akan memberikan syafaat bagi
pembacanya pada hari kiamat nanti.
Banyaklah bertaubat kepada Allah subhanahu wataala. Betapa banyak dosa dan kemaksiatan
yang telah kalian lakukan selama ini. Mudah-mudahan dengan bertaubat, Allah subhanahu
wataala akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memberi pahala yang dengannya kalian akan
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Wahai para pemuda, banyak-banyaklah beramal shalih, pasti Allah subhanahu wataala akan
memberi kalian kehidupan yang bahagia, dunia dan akhirat. Allah subhanahu wataala berfirman:
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. (An Nahl: 97)
Engkau Habiskan untuk Apa Masa Mudamu?
Pertanyaan inilah yang akan diajukan kepada setiap hamba Allah subhanahu wataala pada hari
kiamat nanti. Sebagaimana yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam
salah satu haditsnya:
Tidak akan bergeser kaki anak Adam (manusia) pada hari kiamat nanti di hadapan Rabbnya
sampai ditanya tentang lima perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, masa mudanya untuk apa
dihabiskan, hartanya dari mana dia dapatkan dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut, dan
sudahkah beramal terhadap ilmu yang telah ia ketahui. (HR. At Tirmidzi no. 2340)
Sekarang cobalah mengoreksi diri kalian sendiri, sudahkah kalian mengisi masa muda kalian untuk
hal-hal yang bermanfaat yang mendatangkan keridhaan Allah subhanahu wataala? Ataukah kalian
isi masa muda kalian dengan perbuatan maksiat yang mendatangkan kemurkaan-Nya?
Kalau kalian masih saja mengisi waktu muda kalian untuk bersenang-senang dan lupa kepada
Allah subhanahu wataala, maka jawaban apa yang bisa kalian ucapkan di hadapan Allah
subhanahu wataala Sang Penguasa Hari Pembalasan? Tidakkah kalian takut akan ancaman Allah
subhanahu wataala terhadap orang yang banyak berbuat dosa dan maksiat? Padahal Allah
subhanahu wataala telah mengancam pelaku kejahatan dalam firman-Nya:
Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu
dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah. (An Nisa:
123)
Bukanlah masa tua yang akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wataala. Oleh karena itu,
pergunakanlah kesempatan di masa muda kalian ini untuk kebaikan.
Ingat-ingatlah selalu bahwa setiap amal yang kalian lakukan akan dipertanggungjawabkan kelak di
hadapan Allah subhanahu wataala.
Jauhi Perbuatan Maksiat

Apa yang menyebabkan Adam dan Hawwa dikeluarkan dari Al Jannah (surga)? Tidak lain adalah
kemaksiatan mereka berdua kepada Allah subhanahu wataala. Mereka melanggar larangan Allah
subhanahu wataala karena mendekati sebuah pohon di Al Jannah, mereka terbujuk oleh rayuan
iblis yang mengajak mereka untuk bermaksiat kepada Allah subhanahu wataala.
Wahai para pemuda, senantiasa iblis, setan, dan bala tentaranya berupaya untuk mengajak umat
manusia seluruhnya agar mereka bermaksiat kepada Allah subhanahu wataala, mereka mengajak
umat manusia seluruhnya untuk menjadi temannya di neraka. Sebagaimana yang Allah subhanahu
wataala jelaskan dalam firman-Nya (yang artinya):
Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena
sesungguhnya setan-setan itu mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala. (Fathir: 6)
Setiap amalan kejelekan dan maksiat yang engkau lakukan, walaupun kecil pasti akan dicatat dan
diperhitungkan di sisi Allah subhanahu wataala. Pasti engkau akan melihat akibat buruk dari apa
yang telah engkau lakukan itu. Allah subhanahu wataala berfirman (yang artinya):
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apapun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. (Az Zalzalah:
Setan juga menghendaki dengan kemaksiatan ini, umat manusia menjadi terpecah belah dan
saling bermusuhan. Jangan dikira bahwa ketika engkau bersama teman-temanmu melakukan
kemaksiatan kepada Allah subhanahu wataala, itu merupakan wujud solidaritas dan kekompakan
di antara kalian. Sekali-kali tidak, justru cepat atau lambat, teman yang engkau cintai menjadi
musuh yang paling engkau benci. Allah subhanahu wataala berfirman:
Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu karena (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan
shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan perbuatan itu). (Al Maidah: 91)
Demikianlah setan menjadikan perbuatan maksiat yang dilakukan manusia sebagai sarana untuk
memecah belah dan menimbulkan permusuhan di antara mereka.
Ibadah yang Benar Dibangun di atas Ilmu
Wahai para pemuda, setelah kalian mengetahui bahwa tugas utama kalian hidup di dunia ini
adalah untuk beribadah kepada Allah subhanahu wataala semata, maka sekarang ketahuilah
bahwa Allah subhanahu wataala hanya menerima amalan ibadah yang dikerjakan dengan benar.
Untuk itulah wajib atas kalian untuk belajar dan menuntut ilmu agama, mengenal Allah subhanahu
wataala, mengenal Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam, dan mengenal agama Islam ini,
mengenal mana yang halal dan mana yang haram, mana yang haq (benar) dan mana yang bathil
(salah), serta mana yang sunnah dan mana yang bidah.
Dengan ilmu agama, kalian akan terbimbing dalam beribadah kepada Allah subhanahu wataala,
sehingga ibadah yang kalian lakukan benar-benar diterima di sisi Allah subhanahu wataala.
Betapa banyak orang yang beramal kebajikan tetapi ternyata amalannya tidak diterima di sisi Allah
subhanahu wataala, karena amalannya tidak dibangun di atas ilmu agama yang benar.
Oleh karena itu, wahai para pemuda muslim, pada kesempatan ini, kami juga menasehatkan
kepada

kalian

untuk

banyak

mempelajari

ilmu

agama,

duduk

di

majelis-majelis

ilmu,

mendengarkan Al Quran dan hadits serta nasehat dan penjelasan para ulama. Jangan sibukkan
diri kalian dengan hal-hal yang kurang bermanfaat bagi diri kalian, terlebih lagi hal-hal yang
mendatangkan murka Allah subhanahu wataala.
Ketahuilah, menuntut ilmu agama merupakan kewajiban bagi setiap muslim, maka barangsiapa
yang meninggalkannya dia akan mendapatkan dosa, dan setiap dosa pasti akan menyebabkan
kecelakaan bagi pelakunya.
Menuntut ilmu agama itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. (HR. Ibnu Majahno.224)
Akhir Kata
Semoga nasehat yang sedikit ini bisa memberikan manfaat yang banyak kepada kita semua.
Sesungguhnya nasehat itu merupakan perkara yang sangat penting dalam agama ini, bahkan
saling memberikan nasehat merupakan salah satu sifat orang-orang yang dijauhkan dari kerugian,
sebagaimana yang Allah subhanahu wataala firmankan dalam surat Al Ashr:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasehat- menasehati dalam kebenaran dan nasehatmenasehati supaya menetapi kesabaran. (Al Ashr: 1-3)

Wallahu taala alam bishshowab.

Kultum yang bertema ahlaq terpuji


KEUTAMAAN ORANG JUJUR
Ciri utama seorang muslim adalah jujur. Bukanlah dikatakan muslim sejati jika seorang masih
berbohong dan menipu. Rasulullah saw dalam kehidupannya sehari hari dikenal sebagai orang
yang dapat dipercaya. Karena itu jujur merupakan akhlak yang sangat baik dan indah menurut
pandangan Allah.
Sesungguhnya jika kita hidup di dunia ini memelihara kejujuran, maka kedamaian akan dapat
dirasakan oleh umat manusia. Orang orang yang selalu bersikap jujur dalam setiap tindakan dan
ucapan, maka ia termasuk golongan yang beruntung. Artinya, ia beruntung di dunia dan
beruntung di akhirat.
Kita semua tentu sangat setuju bahwa jujur merupakan budi pekerti yang mulia. Kejujuran dapat
membimbing manusia menuju kebaikan. Apabila seseorang telah jujur dan mampu menempatkan
suatu kebaikan, maka ia terbimbing menuju ke surgabukankah Rasulullah swa telah bersabda:
Sesungguhnya kejujuran membimbing kea rah kebaikan. Dan kebaikan itu membimbingnya ke
surge. Sesorang yang jujur, maka hingga di sisi Allah ia akan menjadi orang yang jujur dan benar.
Sedangkan sifat dusta membimbing orang pada kejahatan. Lalu kejahatan itu menyeret ke
neraka. Sesorang yang biasa berdusta, maka hingga di sisi Allah kelak tetap menjadi pendusta.
(HR Bukhari Muslim)
Orang yang suka berterus terang dan jujur dalam segala hal kehidupan ini, maka ia termasuk
memiliki sifat kenabian. Sebab tentu saja orang orang yang jujur ini suka sekali dengan
kebenaran. Karena sukanya. Maka ia selalu memelihara akhlaknya diri dari dusta. Karena itu ia
cenderung untuk melakukan kebaikan dan menegakkan kebenaran agama.
Allah berfirman : Dan sebutkanlah dalam Al Kitab tentang Ibrahim, bahwa ia adalah seseorang
yang benar dan jujur, lagi pula seorang nabi. (Q. S. Maryam ayat 41).
Kejujuran itu dekat dengan kebenaran. Kebenaran adalah sesuatu yang disenangi Allah. Jika Allah
senang, maka pastilah dia akan mengasihi. Dan hambaNya yang jujur, maka kelak di hari kiamat
akan disediakan tempat yang menyenangkan yaitu surga.
PENUTUP KULTUM
Demikianlah kultum yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi hadirin semua, jika ada
kekuragan saya mohon maaf.
Pilih kalimat penutupnya

Taqabbalallaahu

minna

waminkum

taqabbal

yaa

kariimu,

wassalaamu'

alaikum

warahmatullaahi wabarakaatuh.
Artinya: "Semoga Allah menerima (apa-apa) yang datangnya dari kami dan dari kalian semua.
Engkaulah yang menerima wahai dzat yang Maha Mulia. Dan semoga keselamatan, kesejahteraan,
dan keberkahan tetap tercurahkan kepada kita semua"

Ihdinash shiraathal mustaqiim, akhiirul kalaami wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wa


barakaatuh.
Artinya: "Semoga memberikan petunjuk kepada kami jalan yang lurus (yakni agama islam).
Sampai disini pembicaraan kami. Dan semoga keselamatan, kesejahteraan, dan keberkahan tetap
tercurahkan kepada kita semua."

Wal'afwu minkum wassalaamu' alaikum warahmatullaahi wa barakaatuh.


Artinya: "Mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian semua. Dan semoga keselamatan,
kesejahteraan, dan keberkahan tetap tercurahkan kepada kita semua".

Mungkin itu saja bahasan kita kali ini tentang contoh kultum /
ceramah, semoga bermanfaat dan kunjungi terus PANDUAN SEO.

KUMPULAN KULIAH TUJUH MENIT


Menu
Widget
Cari

Membiasakan Berbuat
Baik
Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman Jikalau seseorang
hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat
padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka
Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi
Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan
bergegas. (HR. Bukhari)
Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita
lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu.
Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia
akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam.
Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka
dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia
kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat
baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang
lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin
tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka
semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita
membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik,
maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan
hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah
dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat
lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan
sholat jumat sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan
sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas
terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya.
Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan
tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil
tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga
sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik
janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda,
maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan
Rasulullah saw:
Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga
datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk
beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu
lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit
yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian
yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk

yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan
siksanya yang amat pedih. (HR. Tirmidzi)
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu
amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat
yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak
melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan
keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari
ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah.
Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu
secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al
Quran digunakan agar manusia semakin ingat.
Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi
(peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan
peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari. (QS.
Al Israa 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang
dan jangan ditunda. Kalau belum yakin, perluas dan perdalam
ilmu agar kita semakin yakin.
Wallahu alam bish showab.
gatot h. pramono
JUNI 11, 2008 102 KOMENTAR

3 Cara Allah
SWT Mengawasi
Karena taku didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan
menyewa penjaga atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih
terjadi walau hansip sudah dibayar. Hal ini bisa terjadi bila hansip
tersebut lengah atau ketiduran, sehingga si pencuri bisa
melakukan aksinya. Hansip juga manusia!
Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT
mengawasi manusia 24 jam sehari atau setiap detik tidak ada
lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada 3 cara yang
dilakukan Allah SWT:

1
Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak
tanggung-tanggung, Yang Menciptakan kita selalu bersama
dengan kita dimanapun dan kapanpun saja. Bila kita bertiga,
maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang
keenam (QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat
dengan kita yaitu lebih dekat dari urat leher
kita.
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS.
Qaaf 16)

Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.

ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,


seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah
kiri. (QS. Qaaf 17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita
yang baik maupun yang buruk; yang besar maupun yang kecil.
Tidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut kemudian dibukukan
dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49).

3
Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika
kelak nanti meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan
dan kaki akan menjadi saksi bagi kita. Kita tidak akan memiliki
kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk memberikan
kesaksian sebenarnya.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada
Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS. Yaasiin 65)
Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun
dan kapanpun saja dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu
untuk berbuat maksiyat. Tidak ada tempat untuk mengingkari
Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun akan
tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari
perhitungan kelak.
Wallahu alam bish showab.

gatot h. pramono
diolah dari ceramah ust. Zaki

FEBRUARI 11, 2008 109 KOMENTAR

Pentingnya Menghafal
dan Memahami Al Quran
Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama
23 tahun masa kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara
berangsur-angsur kepada Rasulullah SAW dengan perantaraan
malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke dalam hati
Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya. Hal ini
disebutkan dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) : 97.

Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril


itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan
seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya

dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang


beriman.
Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para
shahabatnya. Mereka menuliskannya di pelepah daun daun
kering, batu, tulang dll. Pada saat itu belum ada kertas seperti
zaman modern sekarang ini. Kemudian para shahabat langsung
menghafalnya dan mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di
ajarkan kepada para shahabat-shahabat yang lain. Al Quran
difahami dengan menghafal. Bukan dengan sekedar membaca.
Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan.
Dalam peperangan Yamamah misalnya , banyak para sahabat
pemghafal Quran yang syahid. Melihat kondisi ini Umarpun
meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al
Quran. Abu bakar sempat menolak. Apakah engkau meminta
aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak lakukan ? ujar
beliau. Tapi dengan gigih Umar bin Khattab menjelaskan
urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum muslimin
di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun dapat diyakinkan
dan kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.
Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan
tugas ini. Zaid bin Haritsah pun sempat berkata : Apakah
engkau meminta aku untuk melakukan apa yang Rasulullah tidak
lakukan ?. Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai
mengumpulkan shahifah-sahhifah yang tersebar di tangan para
shahabat yang lain. Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun
disimpan di rumah Hafsah.
Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran
selesai sebanyak 5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain
disebar ke : Makkah, Syria, Basrah dan Kufah. Jadi pada saat itu
para shahabat, tabiit dan thabii tabiin mempelajari al Quran
dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.

Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan


di sekitar kita, diantara teman-teman dan keluarga kita, ada
berapa persen diantara mereka yang hafal Al Quran ? Berapa
persen yang sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita susah
memberikan persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan
kita belum tentu genap semuanya.
Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan
membaca Mushaf Al Quran dan tidak memahami maknanya.
Padahal membaca Al Quran baru langkah awal interaksi Al Quran.
Al Quran sebagai petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi juga
dihafal dan difahami.
Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ?
Tidakkah cukup dengan membaca Mushaf dan membaca
tarjemahan ? Ternyata tidak cukup. Dengan menghafal Al Quran
ada rasa (atau zauk) yang diberikan Allah kepada hati kita. Rasa
ini didapat karena ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang.
Pengulangan kalam-kalam suci itulah yang menjadi makanan
untuk hati. Dan sesuai dengan ayat di Al Baqarah : 97 diatas, Al
Quran itu diturunkan di hati Nabi Muhammad. Bukan di akal
fikiran beliau. Artinya Al Quran itu konsumsi/makanan hati bukan
sekedar fikiran.
Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah,
memahami kehendakNya dan ringan melaksanakan segala
perintah dan menjauhi segala laranganNya. Rasa ini kurang
ada juga sedikit ketika kita hanya membaca. Apalagi bila
membacanya tidak diiringi dengan pemahaman artinya. Dan
membaca tidak diulang-ulang. Efeknya sangat berbeda dengan
mengulang-ulangnya.
Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca
buta Al Quran dan menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan
pemuka-pemuka agama. Tanpa menghilangkan rasa hormat
kepada para penyampai-penyampai risalah agama, kita sebagai
hamba Allah, secara individual juga mempunyai kewajiban

berusaha memahami Al Quran dari aslinya langsung dari firmanfirmanNya.


Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan
mengajarkan kepada kita pengetahuan melalui hati kita dengan
perantaraan ilham. Seperti yang difirmankan Allah SWT dalam
surat Asy Syams ayat 8-10:

Mak
a Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang
mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.
Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita
pernah bingung tentang suatu masalah, kemudian pada suatu
saat kita, cling mememukan cara untuk menyelesaikan masalah
dengan baik. Itulah ilham.
Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal
yang haq dan mana-man yang bathil. Sebagai misal ketika kita
masuk ke tempat maksiat maka hati kita akan terasa tidak enak,
tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih. Furqan
inilah yang dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang
dengan bisikan-bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk
berbuat maksiat dengan iming-iming duniawi yang menggiurkan.
Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang menjadikan
kita mantap mengetahui yang haq dan yang bathil. Seperti
disebutkan oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat 29:

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami


akan memberikan kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan

dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosadosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum
muslimin :

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)
Jadi intinya Al Quan adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir
orang yang hafal dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa
menjadi pedoman hidup seorang muslim secara individual bila
membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum
dilakukan ? Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal
dalam keadaan belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.
Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru.
Sebelum pergi kita dibekali dengan peta, rambu-rambu dan
petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki gunung profesional.
Tetapi kita tidak memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah
kita dijamin akan sampai di puncak gunung semeru dengan
selamat ? Kita mungkin lebih senang bertanya dengan penduduk
setempat. Bila kita bertemu dengan penduduk yang sangat kenal
gunung semeru mungkin kita akan sampai dengan selamat.
Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham jalan ke puncak
gunung, akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau
mungkin kita bisa tersesat ? Padahal bila kita memahami,
petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan mendapat jalan
pintas untuk sampai ke puncak gunung.
Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil
bila sistem pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini.
Sebagai permisalan, bahasa Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita
lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah bisa belajat dari
diktat berbahas Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk

bahasa Arab (sebagai media inti pemahaman Al Quran) maka


ketika berumur 20-25 seorang muslim sudah mulai bisa
memahami Al Quran dengan mandiri.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran
bukan fardhu kifayah yang dibebankan kepada ulama, kiai atau
ustadz. Tapi seperti dicontohkan oleh para sahabat, membaca,
menghafal, memahami dan melaksanakan Al Quran dilakukan
sebagai kewajiban indivial setiap kaum muslimin. Bila secara
individu seorang muslim meningkat kualitasnya, keluarga yang
dibinanya juga akan berkulaitas sehingga akhirnya sebuah
masyarakat madani yang dirindukan selama ini juga dapat
terwujud.
Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah
memberikan taufik dan hidayahNya kepada kita semua sehingga
kita menjadi orang-orang yang mencintai Al Quran, membacanya,
menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya.
Wallahu alam bi shawab

Ummu Alya
JANUARI 4, 2008 23 KOMENTAR

Iman yang Haq


Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh
berpuas diri dengan predikat seorang Muslim. Karena keislaman
seseorang tidak cukup untuk dapat menurunkan pertolongan
Allah dalam kehidupan kita di dunia. Keislaman juga belum tentu
bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Hanya orangorang yang beriman sejati yang mendapatkan semua janji2Nya
yaitu kebahagian dunia dan akhirat.
Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang
sering dipanggil Allah dengan mesra yaa ayyuhal ladzina
aamanu.. ? Allah yang Maha Pengasih telah menyebutkan di
dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila
dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya),
dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orangorang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang
yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa


seorang mukmin yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut>
1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma
Allah
Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum
dan takluk pada Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat ,
Sifat maupun PerbuatanNya. Bisa juga karena takut terhadap
siksa api neraka yang sangat pedih dan terbayangkan dosa dan
kebodohan yang telah dilakukan. Bisa juga gemetar karena
berharap karunia surga dunia maupun akhirat-. Terkadang
gemetar haru mengingat sifat Kasih Sayang dan PengampunNya
ataupun gemetar hati karena melihat Kebesaran ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa
disebut dengan 99 Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu)
menunjukkan Sifat-Sifat Allah yang Agung yang wajib kita ketahui,
fahami dan hayati maknanya. Pemahaman atas makna dan
tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran Asma-asma Allah
itulah yang dapat menghantarkan seseorang pada wajilat
quluubukum
2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat
Tuhan
Ayat dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya
tulen bila dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli)
ataupun bukti aqli yang berupa demonstrasi Kebesaran Allah
dalam penciptaan makhluk-makhlukNya maka bibirnyapun
berucap Subhanallah. Bila membaca Al Quran yang
menyebutkan tentang janji-janji Allah keimanannya bertambah,
semangat hidupnya makin membara dan semakin giat beramal
shalih.
Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit ,
buni dan jagad raya alam semesta maka diapun makin tunduk
dan kagum pada Kuasa Allah. Bahkan ketika melihat betapa
sempurna dan hebatnya pasukan-pasukan Allah yang berupa
misalnya lebah lebah dan madu yang dihasilkan, maka diapun

makin yakin dan kagum pada Allah.


Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan.
Setiap detik yang dilalui dipakai untuk melihat demonstrasi
Kekuasaan Allah, bertafakkur dan kemudian bertasbih kepada
Allah. Dan itu semua makin meningkatkan imannya.
3. Bertawakkal hanya kepada Allah
Bagi orang yang imannya Haq, tidak pernah ada rasa takut dan
gentar menghadapi pernak-pernik dan badai di dalam kehidupan
dunia. Ketergantungannya kepada Allah dan keyakinan bahwa
Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan
langkahnya pasti menapaki roda kehidupan.
. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
Mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari
arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang
bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan
lapang dan mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya
Allah ada. Dan rezeki juga sudah ditanggung oleh Allah Azza wa
Jalla.
4. Mendirikan Shalat
Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat
menjadi obat segala masalah kehidupan. Persis seperti yang
disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW :
Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2
rakaat (HR Bukhari)
Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya.
Menjaga rukun-rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga
kekhusyuannya. Shalat merupakan saat-saat yang indah
bermunajat kepada Allah, mengadukan beban hidup,
memohonkan kemudahan hidup di dunia dan juga kemuliaan
hidup di akhirat. Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka

bahkan shalat merupakan saat beristirahat dari keruwetan hidup.


Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh Bilal adzan dengan
berkata : Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!
Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar
shalat. Mengapa ? Karena shalat itulah yang menghalangi mereka
berbuat maksiat dan mungkar. Semakin baik mutu shalat maka
semakin tinggilah akhlak seseorang
5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai
Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia
bersedekah. Baginya harta karunia Allah yang didalamnya ada
hak fakir miskin. Sedekah adalah tanda syukur kepada Allah
kerena diberi kelapangan dalam harta. Tapi dia juga bersedekah
dalam keadaan sempit karena jalan kemudahan akan datang
dengan derasnya sedekah. Hati orang yang mukmin tidak terikat
oleh harta yang dimiliki. Harta diletakkannya di tangan bukan di
hati
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan
mukmin sejati inilah yang mendapatkan janji Allah yaitu
kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan rezeki yang
halal dan berkah.
Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita
masing-masing. Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ?
Bila sudah, kita harus mensyukuri dan meminta Allah
mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum
memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha semaksimal mungkin
agar kita bisa menjadi seorang mukmin sejati, yang dicintai
Allahu Rabbi.
Ummu Alya
DESEMBER 13, 2007 20 KOMENTAR

Tehnik Menghafal dan


Murajaah Al Quran

Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan


mempunyai kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu
kesulitan ini akan terlampaui. Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu
mengulang hafalan (murajaah). Pada saat hafalan makin
bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang
(diatas 100 ayat), biasanya kita sangat hafal separuh awal dari
surat tersebut. Untuk separuh terakhir sulit bagi kita untuk
mengingatnya. Ini akan ditandai dengan macet ketika saat
memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita
selalu menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai
menghafalkan sebuah surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih
sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-ayat yang akhir.
Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya
kita sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayatayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk
mengetahui ayat selanjutnya. Ayat-ayat setelah ayat macet
menjadi gelap. Ini dikarenakan kita menghafal secara
sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah
ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat sebelumnya macet
maka ayat selanjutnya menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada
cara lain untuk mengingatnya selain membuka mushaf Al Quran.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi
masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan.
Hafalkan surat dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10
ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat potong-potong lagi menjadi 5
ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40
ayat. Caranya adalah sebagai berikut :
1.

Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.

2.

Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan


ayat 5. Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulangulangnya bersama-sama sampai lancar. Gerak-gerakkan jarijari tangan anda sesuai dengan ayat yang sedang di hafal. Bila
menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari
telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari
manis dan ayat 5 gerakkan jari kelingking.

3.

Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerakgerakkan jari-jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh
tangan kanan. Ulang-ulang ayat 6 sampai 10 sampai lancar.
Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan ayat 10

4.

Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan


sambil menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat
yang dilafazkan. Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat
1 sampai 10.

5.

Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan


ayat 31-40.

6.

Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam


surat tsb. Ulang-ulang sampai lancar

Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah


menghafal secara konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya
pendek maka kelompokkan menjadi 10 ayat-10 ayat. Hafalkan per
10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang seperti Al
Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5
ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
1.

Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal


surat ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah
dapat dilakukan sepotong-sepotong di dalam shalat kita.
Misalnya: untuk setiap rakaat shalat kita membaca 10 ayat.
Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah sampai 40
ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup
bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat
yang panjang seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk
setiap rakaat shalat, maka selesai shalat isya kita sudah

murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan shalat2 sunnah


rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan
bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa
mnyelesaikan 286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang
dilakukan sehari semalam!
2.

Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita


sedang menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara
psikologis kita merasa lebih ringan. Dan di dalam memurajaah
surat yang panjang kita mempunyai

3.

Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat.


Bukan hanya ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah
surat-surat yang panjang dan kemudian terputus oleh kondisi
eksternal tamu datang, telfon berdering, anak menangis,
masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat
selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus
mengulangi dari awal surat. Dengan metoda menghafal
konvensional maka kita kita harus selalu mengulangi mulai
dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan
menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas
hafalan ayat-ayat akhir.

4.

Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang
sangat bermanfaat untuk kita

5.

Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet di satu ayat


biasanya akan berhenti memurajaah surat tersebut karena
ayat-ayat yang selanjutnya sangat bergantung pada ayat yang
macet/lupa. Tetapi dengan sistem potong surat ini kita masih
tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet ini.
Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat
independen diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat
tidak hanya dikaitkan dengan ayat yang sebelumnya seperti
dalam sistem menghafal konvensional- tapi juga dikaitkan
dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan
menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika
memori yang terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka
ada pengait yang lain yaitu nomor surat. Percaya atau
tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan merasakan
hasilnya!

Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas.


Bila anda melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel.
Metoda ini menjadikan kita santai dan tidak stres dalam
memurajaah. Karena kita mempunyai petunjuk/milestones
dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst.
Kita akan memurajaah ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja.
Cobalah anda praktekkan dan anda akan terkejut dengan
hasilnya.
Selamat bermurajaah!
Ummu Alya
DESEMBER 13, 2007 52 KOMENTAR

Membangun Peradaban

kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah


mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap
lemah lembut terhadap orang mumin dan bersikap tegas kepada
orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela . (QS Al-Maidah: 54)
Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar
dalam sejarah kehidupan manusia memulai masa kenabiannya di
usia 40 tahun. Dan hanya dalam 23 tahun masa kenabiannya,
beliau mampu membangun dasar peradaban rabbani, yang
menjunjung tinggi aspek superioritas hukum Islam, keseimbangan
peran dan kewajiban antarkomponen masyarakat.
Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu
dapat terbangun sebuah sistem yang mengalami masa kejayaan
selama berabad-abad, maka jawaban yang paling tepat adalah

karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah dalam


membangun peradabannya. Sistem yang mengacu kepada
kitabullah. Sistem ini integral dan komprehensif serta mampu
memecahkan seluruh persoalan hidup manusia.
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok
yang harus dibangun ketika kita ingin membangun (kembali)
sebuah peradaban rabbani. Pertama adalah pilar tarbawi
(pembinaan dan pendidikan), berupa pola belajar-mengajar,
dengan ragam perangkatnya dengan tujuan untuk
menyempurnakan potensi pribadi. Kemudian yang kedua, yaitu
pilar tanzhimi (institusional) berupa pembangunan institusi
internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam kehidupan
bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan
dan hubungan antarbangsa.
Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan
membangun kepribadian individu Muslim dengan Islam pada
seluruh aspek kehidupan. Kemudian pembentukan keluargakeluarga shalihah dengan seluruh nilai dan moralitasnya.
Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan seluruh
interaksi sosial dan pengaturannya yang dinaungi dalam wadah
institusi yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiyah.
Muaranya adalah perubahan peradaban. Perubahan yang berakar
pada tegaknya sistem nilai yang mengacu pada nilai-nilai
transendental dan ilahiyah. Peradaban yang di dalamnya
terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilaikebenaran ilahi.

Herry Nugraha
NOVEMBER 2, 2007 16 KOMENTAR

13 Alasan Agar Sholat


Lebih Khusuk
Dari banyak ibadah kita kepada Allah SWT, ada satu ibadah yang merupakan
kunci dari seluruh ibadah dan amal yang lain dimana kalau kita berhasil
melakukannya maka akan terbuka ibadah atau amal yang lain. Kunci dari segala
ibadah adalah sholat.

Amal yang pertama kali ditanyai Allah pada seorang hamba di


hari kiamat nanti adalah sholat. Bila sholatnya dapat diterima,
maka akan diterima seluruh amalnya, dan bila sholatnya ditolak,
akan tertolah seluruh amalnya.

Pada kenyataannya, bagaimana amalan sholat kita pada umumnya? Seperti


yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:

Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan sholat


namun pada hakikatnya mereka tidak sholat.
Banyak dari kita menganggap bahwa sholat adalah
suatu perintah bukan suatukebutuhan. Jadi sholat sering
dianggap suatu beban dan hanya bersifat menggugurkan
kewajiban. Betapa sering kita rasanya malas untuk sholat, sholat
sambil memikirkan pekerjaan, sholat secepat kilat tanpa
tumakninah, mengakhirkan waktu sholat atau bahkan lupa berapa
rakaat yang telah dilakukan.
Padahal kunci amal ibadah kita adalah sholat. Jadi, kita bisa
memasang strategi dalam hidup dengan memperbaiki sholat kita
terlebih dahulu sehingga amalan yang lain akan mengikuti. Dan
hal ini butuh suatu kesungguhan untuk mencapainya. Tahap awal
untuk mencapai kekhusukan sholat adalah mengetahui kegunaan
bagi diri kita apabila kita dapat melakukan sholat dengan khusuk.
Berikut adalah 13 alasan mengapa kita perlu khusuk dalam
sholat:
1. Mendapatkan keberuntungan yang besar, yaitu masuk
dalam surga firdaus. Hal ini tersebut dalam QS. Al Mukminun 2
dan 11:

2. Solusi terhadap permasalahan kita.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan


sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu (QS. Al Baqarah 45)
Bila ada problema hidup maka sholatlah, bila ada keiinginan
sholatlah, bila akan marah sholatlah. Maka ketika akan
bertemu dua kekuatan utama pada perang Badar, Rosululloh
SAW sholat dan bermunajat kepada Allah SWT agar diberikan
kemenangan dalam perang.
3. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45)

Karena sholat khusuk hanya bisa dilaksanakan dengan


menghadirkan perasaan dekatnya Allah SWT, maka bila akan
berbuat maksiyat akan ingat akan Allah SWT.
4. Melembutkan hati. Terkadang hati kita menjadi keras karena
kesibukan dalam bekerja atau menghadapi masalah kehidupan.
Dengan sholat yang khusuk, hati menjadi lebih lunak karena
kita seringnya kita berserah diri dan merendah dihadapan Allah
SWT.
5. Memupuk kesabaran. Dengan sholat yang dilaksanakan
dengan tumakninah, maka diperlukan waktu beberapa saat
untuk sholat; tidak dengan tergesa-gesa. Hal ini akan
memupuk rasa kesabaran kita.
6. Menghapuskan dosa. Didalam suatu hadits disebutkan bahwa
dosa-dosa kecil kita akan dihapus diantara sholat 5 waktu.
Tentu saja hal ini bila kita menghayati bacaan didalam duduk
diantara dua sujud rabbighfirli dan wafuanni.
7. Menyembuhkan penyakit. Prof. M. Sholeh dari Universitas
Airlangga Surabaya telah meneliti bahwa sholat malam bisa
meningkatkan imunitas tubuh kita. halat bisa mencegah naik
turunnya hormon kortisol yang berperan sebagai indikator
stres. Sedangkan stres merupakan salah satu faktor utama
pemicu penyakit, termasuk kanker. Yang sederhana saja, bila
kita sedang pening atau sakit gigi maka sholatlah dengan
khusuk maka rasa sakit tersebut akan hilang. Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah ada pendapat bahwa sholat juga
merupakan sarana terbaik untuk bermeditasi.
8. Menunggu-nunggu waktu sholat. Karena sholat adalah
kesempatan untuk bermunajat, berdialog dan mencurahkan
hati ke Yang Maha Kuasa, maka waktu sholat akan selalu
ditunggu. Pekerjaan rumah, rapat atau aktifitas lain akan
diberhentikan 10-15 menit sebelum waktu sholat sehingga
memberi kesempatan untuk sholat berjamaah di masjid.
Perasaan untuk menunggu waktu sholat adalah seperti seorang
perjaka yang menunggu waktu untuk bertemu yang dicinta.
9. Mempersiapkan sholat dengan sebaiknya. Karena kita
merasa akan bertemu dengan Yang Maha Agung, maka pakaian
akan diperhatikan seperti baju koko, kopyah dan sarung
digunakan yang bersih. Tidak lupa minyak wangi juga dipakai
agar harum ketika bertemu dengan Yang Maha Pencipta.

10. Menangis dalam sholat. Kesejukan dalam sholat akan


membawa hati untuk bersyukur dan mohon ampun kepada
Allah SWT. Tidak terasa air mata akan mengalir bahkan ketika
sholat Dhuhur di masjid kantor.
11. Merasa sedih ketika sholat akan selesai. Tertanam rasa
ingin berlama-lama dengan Yang Maha Pengasih. Ketika
tasyahud akhir rasanya tidak ingin menyelesaikan sholat.
12. Merasakan nikmatnya sholat di masjid. Akan terasa
suasana sholat di masjid lebih indah dibandingkan sholat di
rumah. Sehingga, keinginan untuk sholat berjamaah di masjid
akan selalu ada. Maka tidak heran ketika sahabat Umar ra
menjual kebunnya dikarenakan terlupa sholat jamaah di masjid
karena sibuk mengurus kebunnnya.
13. Tetap khusuk dalam berzikir. Terkadang dzikir yang kita
lantunkan setelah sholat fardhu hanya mengalir sebatas di
mulut saja tanpa penghayatan dalam hati kita. Setelah sholat
dengan khusuk, maka kekhusukan tersebut akan berlanjut
hingga kita berdzikir.
Allahumma ainni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika. Ya
Allah, bantulah aku dalam mengingatMu dan dan bersyukur
kepadaMu dan perbaiki ibadahku.
Wallahu alam bish showab.

RABU, 29 APRIL 2009

Fastabiqul Khairat
"Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba
kami, lalu di antara mereka ada yang mendzalimi diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang
demikian itu adalah karunia yang amat besar." (QS. Fathir:32)

Allah SWT membagi umat Islam ke dalam tiga bagian. Masing-masing sesuai dengan kadar
perbuatannya. Mereka yang amal buruknya lebih banyak disebut telah mendzalimi dirinya sendiri.
Gambaran mereka disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam masalah sholat, seperti orang yang
sholatnya tidak tepat waktu, bahkan sering mengakhirkan sholatnya sampai hampir masuk waktu
sholat lainnya. Kelompok kedua, adalah umat Islam yang antara amal kebaikan dan keburukannya
seimbang. Disebutkan oleh Ibnu Taimiyah sebagai orang yang melaksanakan kewajibannya, tanpa
mempedulikan sunnah-sunnah, seperti mereka mengerjakan sholat wajib tepat waktu dan berjamaah
hanya saja tidak menambah dengan sholat-sholat sunnah. Adapun yang ketiga adalah mereka yang
amal baiknya lebih banyak dari amal buruknya. Mereka disebut telah melaksanakan ajaran Islam
dengan baik pada setiap kesempatan dan mereka inilah yang dinamai 'Saabiqun Lilkhairaat.
Permisalannya seperti orang yang sholat wajib tepat waktu, berjamaah dan menambah dengan sholatsholat sunnah. Tentunya kita umat Islam hendaknya berupaya untuk menjadi kelompok ketiga
tersebut agar kualitas umat Islam tidak seperti buih laut. Kelihatannya mayoritas secara kuantitas,
tetapi kualitas pemahaman dan aplikasi Islamnya sangat rendah.

Maka dari itu marilah kita memenuhi panggilan Al-Quran 'Fastabiqul Khairaat' (QS. Al-Baqarah:148).
Hal itu berarti kita harus menyingsingkan baju menggunakan setiap potensi dan peluang untuk
kepentingan Islam guna menggapai surga yang lebarnya seluas langit dan bumi, disediakan bagi
mereka yang bertakwa (QS. Al-Imran:123)

Oleh :

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia


DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.42 TIDAK ADA KOMENTAR:

Bisikan Setan
Setan menurut al-Qur'an surah al-An'am ayat 112 dan surah an-Naas dan juga menurut berbagai teks
hadits adalah terdiri dari jin dan manusia. Keduanya aktif bekerja menjalankan misi mereka masingmasing. Salah satu tugas setan adalah membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia, sebagaimana
firman Allah di dalam surah an-Naas, artinya,
"Katakanlah, "Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja
manusia. Ilaah (sembahan) manusia, dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia."

Di dalam ayat-ayat di atas, Allah memerintahkan manusia agar beristi-'adzah (memohon


perlindungan kepadaNya) dari bisikan jahat setan jin dan setan manusia. Alwaswas adalah bisikanbisikan setan yang halus sedang al-khannas terambil dari kata khanasa, yang berarti kembali mundur,
melempem, bersembunyi serta timbul tenggelam. Maksudnya adalah setan kembali menggoda
manusia pada saat manusia lengah dan melupakan Allah, kemudian dia mundur dan melempem pada
saat manusia berdzikir mengingat Allah Ta'ala.

Strategi Setan Memperdaya Manusia

Misi dan pekerjaan setan itu ada dua, pertama, menyuruh manusia melakukan dosa dan kejahatan,
dan yang ke dua, menghalang-halangi manusia dari segala macam bentuk perbuatan baik yang
diridlai Allah Ta'ala. Di dalam Sahih Muslim nomor ke 5109 bersumber dari 'Iyad bin Himar alMujasyi'i, disebutkan bahwa Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,Allah berfirman,
"Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hanif (cenderung kepada
kebenaran), lalu setan-setan mendatangi mereka, dan menyelewengkannya dari agama mereka dan
(setan-setan itu) mengharamkan terhadap mereka apa yang Aku halalkan bagi mereka dan menyuruh
mereka mempersekutukan Aku"

Berdasarkan hadits ini, dapat dikatakan, bahwa yang menyeleweng-kan manusia dari dien (Islam)
adalah setan, termasuk menggelincirkan manusia kepada perbuatan syirik. Namun manusia yang
dapat dikuasai setan, hanya mereka yang tak memperdulikan tuntunan Allah dan menjadikan setan
itu sebagai pembimbing jalan hidupnya. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengemukakan enam tahapan
yang dilalui setan dalam menyesatkan dan mem-perdaya manusia.

Tahap pertama ialah pengafiran atau pemusyrikan manusia. Kalau yang diajak setan itu muslim, yang
beriman teguh, yang tak dapat dikafirkan dan dimusyrikkan, setan akan melangkah ke tahapan
dakwah ke dua, yaitu pem-bid'ahan. Setan pada tahapan ke dua ini berupaya menjadikan orang
Muslim sebagai ahlul bid'ah. Kalau yang didakwahi setan itu kalangan Ahlus Sunnah, yang teguh dan
istiqamah memegang Sunnah, setan melangkah pada tahap yang ke tiga, yaitu menjebak orang Islam
kepada kabair (dosa-dosa besar). Kalau yang bersangkutan beriman teguh, sehingga tak mau
melakukan dosa-dosa besar, setan tetap tidak berputus asa, untuk terus berupaya mencari taktik lain,
dengan melangkah ke tahap yang ke empat, yaitu menjebak manusia dengan dosa-dosa kecil.

Kalau tahap ke empat ini gagal juga, setan melangkah ke tahap ke lima, yaitu menyibukkan manusia
kepada masalah-masalah yang mubah (boleh), sehingga yang bersangkutan menghabiskan waktunya
untuk urus-an-urusan yang mubah, yang dampaknya, lupa menunaikan perbuatan-perbuatan yang
dicintai Allah Ta'ala, yang berpahala, yang semua Muslim diperintahkan mengamalkannya. Kalau
tahap ke lima ini gagal juga, setan melanjutkan strategi gandanya ke tahapan yang ke enam, yaitu
menyi-bukkan manusia dalam urusan-urusan kurang bermanfaat atau yang man-faatnya lebih kecil,
sehingga dampak persoalan-persoalan yang lebih penting dan yang lebih baik jadi tertinggalkan dan
terabaikan. Misalnya, sibuk dengan amalan sunnah, sehingga amalan wajib tertinggalkan.

Adapun perangkap atau jerat-jerat yang dipasang setan tidak terhitung jenis dan jumlahnya, di
antaranya ialah:

1. Mengadu Domba Sesama Muslim dan Buruk Sangka

Di dalam hadits yang diriwayatkan al-Bukhari, Rasulullah bersabda yang artinya, Sesungguhnya iblis
telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang sholeh, tetapi ia berusaha mengadu domba
di antara mereka.".
Caranya ialah menciptakan dan menyebarkan permusuhan, kebencian dan fitnah di antara mereka.
Sikap buruk sangka (terhadap Allah maupun manusia) biasanya datang dari setan. Dalilnya antara
lain ialah hadits Shafiyyah binti Huyay (istri Rasulullah) ia berkata yang artinya, "Ketika Rasulullah
sedang beri'tikaf di masjid, saya mendatanginya pada suatu malam dan bercerita. Kemudian saya
pulang diantar beliau. Ada dua orang Anshar berjalan dan ketika keduanya melihat Rasulullah,
mereka mempercepat langkah. Rasulullah berkata, "Pelan-pelanlah. Dia adalah Shafiyah binti
Huyay". Mereka berkata, "Subhanallah (Maha Suci Allah), Rasulullah!" Rasulullah bersabda,
"Sesungguhnya setan berjalan di tubuh manusia pada peredaran darah, aku khawatir setan itu
melontarkan kejahatan di hati kamu berdua , sehingga timbul prasangka yang buruk." (HR. AlBukhari 240, Muslim 2174-2175).

2. Menganggap Baik dan Indah Kebid'ahan.

Ibadah yang sudah baik dari Nabi, oleh setan dimodifikasi, antara lain dilakukan penambahanpenambahan di sana sini atau pun pengurangan-pengurangan. Apa yang tidak disunnahkan Nabi,
dilakukan, sebaliknya yang disunnahkan Nabi justru ditinggalkan.
Sebagian manusia dibisiki agar merekayasa hadits palsu yang disandar kan kepada Rasulullah sambil
berdalih, Kami memang berdusta mengarang hadits, namun bukan dengan niat menentang
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , melainkan membela beliau. Tak terhitung jumlah hadits yang
direkayasa untuk menakut-nakuti manusia dari neraka, agar melakukan amal kebaikan atau pun
menggambarkan surga dengan cara aneh pula.

3. Membisikkan Bahwa Islam Hanyalah Muamalah.

Terkadang setan membisikkan ke dalam hati manusia, "Dien (Islam) adalah muamalah
(pergaulan/akhlak yang baik). Yang penting dalam beragama adalah cukup berbuat baik saja
terhadap sesama manusia, jangan mendustai atau menipu mereka walaupun kamu tidak shalat.
Bukankah Rasulullah mengatakan, bahwa agama adalah muamalah?" Sebagai hasilnya, banya orang
yang berprinsip, tak shalat tak mengapa, asal tidak jahat terhadap sesama manusia. Kepada yang lain,
dibisikinya pula, "Yang penting adalah hati dan niat baik, sepanjang engkau lalui waktu malammu
tanpa menyimpan dengki dan kebencian terhadap manusia, cukuplah sudah. Akibatnya yang
bersangkutan meninggalkan banyak amal shaleh, karena mencu-kupkan diri dengan niat baik saja!

Kepada kalangan yang berkecim-pung di politik, setan jin membisikkan, "Yang penting adalah kita
harus mengenal keadaan riil kaum muslimin dan keadaan musuh-musuh mereka. Dengan demikian
hal paling penting adalah masalah-masalah politik. Ibadah biarlah dilakukan kalangan ahli ibadah
saja.

4. Membisikkan bahwa Islam Hanya Mengatur Hubungan dengan Allah Saja.

Kepada mereka, setan membisik-kan, "Engkau zuhud dengan mening-galkan semua urusan dunia,
termasuk urusan politik." Urusan pemerintahan, biarlah orang kafir saja yang mengatur, karena itu
adalah masalah keduniaan yang tidak ada sangkut pautnya dengan agama, sedang agama hanya
mengatur hubungan dengan Allah saja.

5. Membisikkan Bahwa yang Penting Bersatu.

Datang pula kelompok lain dengan pendapat, "Yang paling penting adalah menyatukan barisan kaum
muslimin. Kelompok ini menjadikan persatuan sebagai hal paling penting, walaupun dibandingkan
masalah aqidah! Dasar mereka ialah musuh-musuh Allah sedang gencar ingin menghabisi Islam.
Memang benar umat Islam harus bersatu, tetapi harus di atas dasar dien, bukan bersatu dalam
kekacauan dan perbedaan aqidah.

6. Menunda Kebaikan atau Melaku-kannya Secara Asal-Asalan.

Salah satu bisikan jahat setan ialah agar umat Islam dalam melakukan kebaikan bersikap menundanunda atau sebaliknya melakukannya, namun dengan tergesa-gesa tanpa perhitungan. Sehingga
akibatnya banyak kebaikan yang tidak terlaksana atau dilakukan namun secara serampangan dan
asal-asalan, baik itu amal yang bersifat individual maupun kolektif

7. Membisiki Manusia Sebagai Orang yang Terbaik

Di sisi lain, setan membisikkan di dalam hati manusia, "Engkau lebih baik dari orang lain, engkau
melakukan shalat, sementara orang lain banyak yang tidak shalat." Setan membisiki setiap orang yang
beribadah agar memperhatikan kelakuan orang-orang yang berada di bawahnya dalam beramal
shaleh, untuk mencegahnya dari beramal lebih baik. Padahal yang dituntut dari kita adalah
sebaliknya yaitu merasa kurang di dalam kebaikan, misalnya kita perhatikan orang yang berpuasa
sunah Senin dan Kamis ketika kita tidak melakukannya. Tetapi setan sangat jahat dan lihai, dengan
berbagai cara, ia memperdayakan kita agar kita merasa sudah cukup, sudah hebat dan sempurna,
sehingga kita merasa tak perlu belajar dari orang lain.

8. Menjadikan Satu Kebaikan Sebagai Penghalang Kebaikan yang Lain

Untuk menjauhkan kita dari tugas dakwah, setan terkadang membisiki hati kita, "Kamu harus

tawadhu, siapa yang tawadhu karena Allah, niscaya akan ditinggikan-Nya. Bukan level kamu
melibatkan diri dalam tugas da'wah! Urusan da'wah hanya untuk orang berilmu tinggi saja! Kalau
kamu melibat-kan diri juga dalam tugas da'wah, kamu berarti sombong, tak tahu diri."
Setan terus menekan kita sampai mencapai derajat di mana kita merasa tak berguna dan tak mampu
memikul tugas da'wah'. Padahal kita akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kemampuan yang
seharusnya kita pergunakan untuk tugas da'wah itu.

Mudah-mudahan Allah senantiasa membantu kita mengalahkan musuh nyata kita, yaitu setan, baik
setan jin maupun manusia. Akhirnya, marilah kita sama-sama berdoa dengan doa yang diajarkan
Allah. Terapinya, membiasakan melakukan dzikir pagi dan sore, banyak-banyak membaca al-Quran,
dan selalu berdzikir memohon perlindungan kepada Allah.

"Wahai Rabbku!, aku berlindung kepadaMu dari bisikan-bisikan jahat setan dan aku berlindung
kepadamu Rabbku mereka mendatangiku" (Al-Mu'minun ayat 97-98). Wallaahu a'lam.

( Muhammad Hanafi Maksum )


DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.42 TIDAK ADA KOMENTAR:

Citi-Ciri Wanita Shalihah


Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar
solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah swt. Mereka
hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu :
Taat kepada Allah dan RasulNya
Taat kepada suami
Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut :
Taat kepada Allah dan RasulNya
Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah swt?
Mencintai Allah swt dan Rasulullah saw melebihi dari segala-galanya.
Wajib menutup aurat
Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya mahramnya.
Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
Berbuat baik kepada ibu & bapa
Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
Bersikap baik terhadap tetangga
Taat kepada suami
Memelihara kewajiban terhadap suami
Sentiasa menyenangkan suami
Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah.

Tidak cemberut di hadapan suami.


Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
Tidak keluar tanpa izin suami.
Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik dan kecantikannya serta kebersihan rumahtangga.
Faktor Yang Merendahkan Martabat Wanita
Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor
luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hakhak palsu wanita.
Faktor-faktor tersebut ialah :
1. Lupa mengingat Allah
Karena terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran
jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah.
Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di
mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya. Firman Allah swt di dalam
surah al-Jathiah, ayat 23: artinya:
"Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah
membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya
dan meletakkan tutupan atas penglihatannya."
Sabda Rasulullah saw: artinya:
"Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah
aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi)
Mengingati Allah swt bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu.
2. Mudah tertipu dengan keindahan dunia
Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu
saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama
bergelimang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah swt hanya
kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit. Firman Allah swt di dalam surah al-An'am: artinya :
"Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri
akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir."

3. Mudah terpedaya dengan syahwat


4. Lemah iman
5. Bersikap suka menunjuk-nunjuk.
Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholich
Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholichah.
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.41 TIDAK ADA KOMENTAR:

Ciri-ciri Orang Yang Matang Beragama Islam


"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang men- jaga kemaluannya kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal
ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas. Dan orang-orang yang memeli- hara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan
janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalat. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi."
(QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)

Ilmu jiwa agama adalah suatu bidang disiplin ilmu yang berusaha mengeksplorasi perasaan dan
pengalaman dalam kehidupan seseorang. Penelitian itu didasarkan atas dua hal yaitu sejauh mana
kesadaran beragama (religious counsciousness) dan pengalaman beragama (religious experience).
Apabila standar itu kita coba terapkan pada seseorang yang secara spesifik beragama Islam, maka
akan kita lihat beberapa standar diantaranya Al-Qur'an dan As-Sunnah dan penjelasan para ulama.

AL-QUR'AN

Kriteria yang diberikan oleh Al-Qur'an bagi mereka yang dikategorikan orang yang matang beragama
Islam cukup bervariasi. Seperti pada sepuluh ayat pertama pada Surah Al-Mu'minun dan bagian akhir
dari Surah Al-Furqan.

Mereka yang khusyu' shalatnya

Menjauhkan diri dari (perbuatan-perbuatan) tiada berguna

Menunaikan zakat

Menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri-isteri yang sah

Jauh dari perbuatan melampaui batas (zina, homoseksual, dan lain-lain)

Memelihara amanat dan janji yang dipikulnya

Memelihara shalatnya (QS. Al-Mu'minun : 1 - 10)

Merendahkan diri dan bertawadlu'

Menghidupkan malamnya dengan bersujud (Qiyamullail)

Selalu takut dan meminta ampunan agar terjauh dari jahanam

Membelanjakan hartanya secara tidak berlebihan dan tidak pula kikir

Tidak menyekutukan allah, tidak membunuh, tidak berzina

Suka bertaubat, tidak memberi persaksian palsu dan jauh dari perbuatan sia-sia, memperhatikan AlQur'an, bersabar, dan mengharap keturunan yang bertaqwa (QS. Al-Furqan : 63 - 67)

AS-SUNNAH

Rasulullah SAW memberikan batas minimal bagi seorang yang disebut muslim yaitu disebut muslim
itu apabila muslim-muslim lain merasa aman dari lidah dan tangannya (HR. Muslim). Sementara ciriciri lain disebutkan cukup banyak bagi orang yang meningkatkan kualitas keimanannya. Sehingga
tidak jarang Nabi SAW menganjurkan dengan cara peringatan, seperti : "Barangsiapa beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya hendaknya dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya
sendiri" (HR. Bukhari). "Tidak beriman seseorang sampai tetangganya merasa aman dari
gangguannya" (HR. Bukhari dan Muslim). "Tidak beriman seseorang kepada Allah sehingga dia lebih
mencintai Allah dan Rasul-Nya dari pada kecintaan lainnya..." (HR. Muslim). Dengan demikian
petunjuk-petunjuk itu mengarahkan kepada seseorang yang beragama Islam agar dia menjaga lidah
dan tangannya sehingga tidak mengganggu orang lain, demikian juga dia menghormati tetangganya,
saudara sesama muslim dan sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Ringkas kata, dia berpedoman kepada petunjuk Al-Qur'an dan mengikuti contoh praktek Rasulullah
SAW, sehingga dia betul-betul menjaga hubungan "hablum minallah" (hubungan vertikal) dan
"hablum minannaas" (hubungan horizontal).

Peringatan shahabat Ali r.a. bahwa klimaks orang ciri keagamaannya matang adalah apabila orang

tersebut bertaqwa kepada Allah SWT. Dan inti taqwa itu ada empat, menurut Ali r.a.

Mengamalkan isi Al-Qur'an

Mempunyai rasa takut kepada Allah sehingga berbuat sesuai dengan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya

Merasa puas dengan pemberian atau karunia Allah SWT meskipun terasa sedikit

Persiapan untuk menjelang kematian dengan meningkatkan kualitas keimanan dan amal shaleh

Sedangkan Ibnul Qoyyim, ulama abad ke 7, menyebutkan 9 kriteria bagi orang yang matang beragama
Islamnya.

Dia terbina keimanannya yaitu selalu menjaga fluktualitas keimanannya agar selalu bertambah
kualitasnya

Dia terbina ruhiyahnya yaitu menanamkan pada dirinya kebesaran dan keagungan Allah serta segala
yang dijanjikan di akherat kelak, sehingga dia menyibukkan diri untuk meraihnya

Dia terbina pemikirannya sehingga akalnya diarahkan untuk memikirkan ayat-ayat Allah Al-Kauniyah
(cipataan-Nya) dan Al-Qur'aniyah (firman-Nya).

Dia terbina perasaannya sehingga segala ungkapan perasaan ditujukan kepada allah, senang atau
benci, marah atau rela, semuanya karena Allah.

Dia terbina akhlaknya dimana kepribadiannya di bangun diatas pondasi akhlak mulia sehingga kalau
berbicara dia jujur, bermuka manis, menyantuni yang tidak mampu, tidak menyakiti orang lain dan
berbagai akhlak mulia

Dia terbina kemasyarakatannya karena menyadari sebagai makhluk sosial, dia harus memperhatikan
lingkungannya sehingga dia berperan aktif mensejahterakan masyarakat baik intelektualitasnya,
ekonominya, kegotang-royongannya, dan lain-lain

Dia terbina keamuannya sehingga tidak mengumbar kemauannya ke arah yang distruktif tetapi justru
diarahkan sesuai dengan kehendak Allah. Kemauan yang mendorongnya selalu beramal shaleh

Dia terbina kesehatan badannya karena itu dia memberikan hak-hak badan untuk ketaatan kepada
Allah karena Rasulullah SAW bersabda : "Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan dicintai Allah
daripada mukmin yang lemah" (HR. Ahmad)

Dia terbina nafsu seksualnya yaitu diarahkan kepada perkawinan yang dihalalkan Allah SWT
sehingga dapat menghasilkan keturunan yang shaleh dan bermanfaat bagi agama dan negara.

Demikian secara ringkas kami paparkan kriteria ideal untuk mengetahui dan mengukur sejauh mana
kematangan beragama Islam seseorang. Sengaja kami batasi agama Islam karena pembahasan ciriciri beragama secara umum terlalu luas. Dan perlu kita ingat dalam kondisi masyarakat yang komplek
dengan problematika kehidupannya, maka sungguh orang yang beragamalah yang akan terhindar
dari penyakit stress, kata Robert Bowley.

Referensi:

Al-Qur'an dan terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah / Penafsir Al-Qur'an

Hadits-hadits Nabi yang terkumpul dalam Shahih Bukhari, Muslim, dan lain-lain

Ilmu Jiwa Agama, Prof. DR. Zakiah Derajat, Bulan Bintang, Jakarta, cet. 15, 1996

Al-Fikrut Tarbawi 'Inda Ibnil Qoyyim, Dr. Hasan bin Ali bin Hasan Al-Hajjaji, Darul Hafidz, Jeddah,
cet. I, 1408 H - 1988 M.

Oleh :

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia


DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.41 TIDAK ADA KOMENTAR:

Berlindung Dari Fitnah


Berlindung kepada Allah, khususnya pada masa-masa fitnah sedang menyebar dan merajalela
merupakan sebuah keharusan dan hal yang amat penting. Dan itu merupakan jalan yang paling tepat
untuk terlepas dari kejahatan fitnah-fitnah itu, baik yang besar atau pun yang kecil.

Jika seseorang memperhatikan berbagai macam fitnah, seperti fitnah kehidupan dunia dengan iming-

iming nafsu dan syahwatnya; Fitnah kematian, penghimpunan manusia di padang Mahsyar, serta
huru-hara Akhirat; Fitnah kekacauan, pembunuhan dan peperangan; Fitnah tersumbatnya suara
kebenaran dan merebaknya kebatilan; Fitnah ujub, besar kepala dan sebagainya, maka sungguh akan
menggugah hati untuk menyelamatkan diri darinya dan mendorong untuk berlindung kepada Allah
subhanahu wataala, minta keselamatan dan terbebas dari segala keburukannya.

Fitnah Dunia

Fitnah dunia beserta isinya, berupa permainan, kesenangan dan syahwat mengharuskan kita untuk
selalu berlindung kepada Allah dari keburukannya. Merupakan fitnah dunia yang sangat besar bagi
seorang laki-laki adalah fitnah (ujian/godaan) wanita. Oleh karena itu Nabi Yusuf alaihis salam
tatkala khawatir terhadap fitnah wanita, beliau mengatakan,
Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk
(memenuhi keinginan mereka)dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh". (QS. 12:33)

Harta benda juga merupakan fitnah yang harus dimintakan perlindungan kepada Allah dari
keburukannya. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam meminta perlindungan dari
jahatnya fitnah kekayaan, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits shahih tatkala berlindung
dari berbagai fitnah dunia, salah satunya adalah, "Dan (aku berlindung) dari buruknya fitnah
kekayaan." (HR. al-Bukhari, merupakan sebuah penggalan hadits)

Keluarga dan anak-anak juga merupakan fitnah dunia sebagaimana firman Allah subhanahu wataala,
artinya,
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 64:14-15)

Oleh karena itu seorang hamba harus memohon kepada Allah agar menjadikan keluarga dan anak
cucunya sebagai qurrata ain, penyejuk hati dan pembawa kebaikan. Seorang muslim sadar bahwa
keluarga dan anak-anak adalah merupakan fitnah dan ujian hidup. Allah subhanahu wataala
berfirman,
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan
keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa. (QS. 25:74)

Nabi shallallahu alaihi wasallam juga mengajarkan doa, "Dan aku berlindung kepada-Mu dari
(keburukan) fitnah hidup."

Fitnah Syetan

Syetan adalah fitnah bagi manusia. Dia selalu menghiasi keburukan sehingga tampak indah dan baik,

agar manusia tertipu dan tersesat. Fitnah syetan termasuk sangat besar. Ia selalu menggoda manusia
dan mendampingi semenjak lahir hingga menjelang kematiannya. Maka Allah subhanahu wataala
menganjur kan agar kita berlindung kepada-Nya dari segala gangguan syetan, sebagaimana dalam
firman-Nya,
Dan katakanlah,Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan. Dan aku
berlindung (pula) kepada Engkau ya Rabbku, dari kedatangan mereka kepadaku". (QS. 23:97-98)

Nabi shallallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa doa dan dzikir kepada Allah merupakan senjata
ampuh bagi seorang muslim untuk menghadapi gangguan syetan. Diriwayatkan dari Utsman bin
Affan radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya,
"Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dan sore (doa), "Dengan menyebut Nama Allah,
yang dengan menyebut-Nya maka tidak berbahaya segala sesuatu yang berada di bumi dan di langit
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Dia ucapkan) sebanyak tiga kali maka tidak akan
membahayakannya segala suatu apapun." (HR.Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad, dan
sanadnya hasan)

Dan tatkala Abu Bakarradhiyallahu anhu, meminta kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
untuk mengajar kan sebuah kalimat (doa) yang diucapkan ketika pagi dan sore hari, maka di antara
yang diajarkan beliau adalah berlindung kepada Allah dari syetan dan sekutunya. Beliau bersabda,
"Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku dan kejahatan syetan beserta sekutunya." (HR
Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ahmad dan al-Hakim, dishahihkan oleh adz-Dzahabi)

Fitnah Akhirat

Fitnah akhirat dimulai sejak seseorang masuk ke alam kubur hingga datangnya hari Kiamat dengan
kedahsyatannya. Semua itu harus dimohonkan perlindungan kepada Allah subhanahu wataala agar
kita selamat dari malapetaka nya, dan dengan keutamaan serta rahmat-Nya kita dimasukkan ke
dalam surga.

Termasuk fitnah akhirat yang besar adalah fitnah kubur, yaitu pertanyaan di kubur terhadap seorang
hamba tentang siapa Rabbnya, apa agamanya, siapa Nabinya dan seterusnya. Jika dia seorang yang
istiqamah di atas agama Allah maka akan selamat dan dapat berbicara serta menjawab sesuai yang
diridhai Allah subhanahu wataala. Jika dia menyepelekan agama dan zhalim maka akan
mendapatkan kerugian dan mengucapkan kalimat kekufuran, kita berlindung kepada Allah dari hal
itu.

Oleh karena itu dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam
berlindung dari adzab kubur.

Fitnah al-Masih ad-Dajjal

Fitnah dajjal adalah termasuk fitnah terbesar yang akan dialami manusia menjelang hari Kiamat, dan
dia merupakan salah satu tanda akan terjadinya Kiamat Kubra (kiamat besar). Tentang kapan
munculnya dajjal, maka tidak seorang pun mengetahuinya, yang penting adalah bahwa seseorang
tidak akan dapat selamat dari fitnah dajjal kecuali atas perlindungan Allah subhanahu wataala.
Sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam meminta perlindungan kepada-Nya dari fitnah dajjal
tersebut.

Dalam sebuah hadits shahih, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, artinya,
"Barang siapa yang membaca sepuluh ayat pertama dari surat al-Kahfi maka akan dijaga dari dajjal."
Dan di dalam riwayat yang lain disebutkan, "Barang siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari
surat al-Kahfi maka akan dijaga dari dajjal." (HR. Muslim)

Fitnah Jahannam

Merupakan salah satu fitnah akhirat adalah fitnah adzab Jahannam. Semoga Allah menjaga kita
darinya. Oleh karena itu Allah subhanahu wataala menganjurkan kepada kita untuk berlindung dari
adzab Jahannam tersebut, sebagaimana firman Allah subhanahu wataala tatkala menyebutkan di
antara sifat hamba Allah, yang artinya
Dan orang-orang yang berkata, "Ya Rabb kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya
azabnya itu adalah kebinasan yang kekal". Sesungguhnya jahannam itu seburuk-buruk tempat
menetap dan tempat kediaman. (QS. 25:65-66)

Dalam sebuah hadits shahih disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam berlindung kepada
Allah dari adzab Jahannam

Fitnah Orang Kafir

Salah satu fitnah yang dihadapi oleh orang mukmin di setiap tempat dan waktu adalah permusuhan
orang-orang kafir. Oleh karena itu Allah subhanahu wataala menyebutkan tentang orang-orang
mukmin pengikut Thalut alaihissalam, tatkala menghadapi musuh mereka Jalut dan tentaranya maka
mereka berlindung kepada Allah dengan berdoa, sebagaimana firman Allah,
Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdo'a, "Ya Rabb kami,
tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokoh- kanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang yang kafir". (QS. 2:250)

Allah subhanahu wataala berfirman tentang kaum Nabi Musa, artinya,


Berkata Musa, "Hai kaumku, jika kamu beriman kepada Allah, maka bertawa-kallah kepada-Nya
saja, jika kamu benar-benar orang yang berserah diri". Lalu mereka berkata, "Kepada Allah-lah kami
bertawakal! Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran fitnah bagi kaum yang zalim, dan
selamatkanlah kami dengan rahmat Engkau dari (tipu daya) orang-orang yang kafir". (QS. 10:84-86)

Allah subhanahu wataala juga menyebutkan tentang Nabi Ibrahim dan kaumnya yang berdoa kepada
Allah,
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan
ampunilah kami Ya Rabb kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana". (QS. 60:5)

Disebutkan dalam sebuah hadits shahih dari Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu dia berkata,
"Ketika terjadi perang Badar, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat ke arah kaum musyrikin
yang berjumlah seribuan orang sedangkan shahabat beliau hanya tiga ratus tiga belas orang. Maka
beliau menghadap kiblat lalu menengadahkan tangan berdoa kepada Rabbnya, "Ya Allah penuhilah
untukku apa yang Kau janjikan, ya Allah datangkanlah kepadaku apa yang Kau janjikan. Ya Allah jika
Kamu binasakan sekelompok ahlul Islam ini, maka Engkau tidak disembah di muka bumi." Nabi
shallallahu alaihi wasallam terus-menerus berdoa dengan menengadahkan tangan, menghadap ke
kiblat sehingga kain yang ada di pundaknya terjatuh. Lalu Abu Bakar radhiyallahu anhu datang
mengambil kain itu kemudian meletakkannya kembali di pundak beliau. Dia lalu mendekat dari arah
belakang Nabi dan berkata, "Wahai Nabi Allah, telah cukup permohonanmu kepada Allah,
sesungguhnya Dia akan memberikan untukmu apa yang Dia janjikan kepadamu. Maka Allah
subhanahu wataala menurunkan ayat, (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada
Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut-turut". (QS. 8:9). (HR Muslim)

Amat banyak saudara kita di negeri Islam yang sedang menghadapi ujian dan cobaan dari orang kafir,
berada dalam penindasan kaum salibis, zionis dan kapitalis. Maka kita hendaknya senantiasa
memohon kepada Allah, agar segera mengentaskan musibah tersebut dengan secepatnya.

Fitnah Ujub dan Bangga Diri

Ujub, terpedaya dan bangga diri merupakan fitnah yang selayaknya dimintakan perlindungan kepada
Allah. Allah subhanahu wataala berfirman,
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. (QS.
17:37)

Fitnah ini hendaknya diwaspadai khusunya oleh para aktivis dakwah, penyebar ilmu, para pejuang
dan orang semisal mereka yang banyak dibutuhkan olah umat Islam di zaman ini. Hendaklah mereka
hati-hati dari fitnah ini, dengan banyak berlindung dan bersandar kepada Allah subhanahu wataala,
agar jangan menjadikan amalnya sebagaimana amal yang Dia firmankan,
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu
yang berterbangan. (QS. 25:23).Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.

Sumber: Kutaib, Dharuratu alluju ilallah inda hudutsil fitan, DR. Abdul Hamid bin Abdur Rahman
al-Suhaibani
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.35 TIDAK ADA KOMENTAR:

Berinteraksi Dengan Al-Qur'an


Penulis: Dr. Yusuf Qardawi Tanggal: 18.02.2004

'Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Qur'an) dan Dia tidak
mengadakan kebengkokan di dalamnya; sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan
siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik,
mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.' ( Al Kahfi: 1-3)

Salawat serta salam bagi Nabi yang mu'jizatnya Al Qur'an, imamnya Al Qur'an, akhlaqnya Al Qur'an,
dan penghias dadanya, cahaya hatinya juga penghilang kesedihannya adalah Al Qur'an: Nabi
Muhammad bin Abdullah, dan keluarganya serta para sahabatnya, yang beriman dengannya,
mendukung dan membantunya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan kepadaanya, mereka adalah
orang-orang yang beruntung, dan seluruh orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari
kiamat.

Amma ba'du:

Rabb kita telah memberikan kemuliaan kepada kita --sebagai kaum

Muslimin-- dengan menganugerahkan kitab suci yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Rabb
kita juga, telah memuliakan kita dengan mengutus nabi yang terbaik yang pernah diutus kepada
manusia. Sesuai firman Allah SWT

'Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebabsebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?' (Al Anbiyaa: 10).

Kitalah, kaum muslimin, satu-satunya umat yang memeliki manuskrip langit yang paling autentik,
yang mengandung firman-firman Allah SWT yang terakhir, yang diberikan untuk menjadi petunjuk
bagi umat manusia. Dan anugerah itu terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata maupun
makna. Karena Allah SWT. telah menjamin untuk memeliharanya, dan tidak dibebankan tugas itu
kepada siapapun dari sekalian makhluk-Nya:

'Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya.' (Al Hijr: 9).

Al Qur'an adalah kitab Ilahi seratus persen: '(Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan

rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi
Maha Tahu.' (Huud:1)

'Dan sesungguhnya Al Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an)
kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha
Bijaksana lagi Maha Terpuji.' ( Fush-shilat: 41-42)

Tidak ada di dunia ini, suatu kitab, baik itu kitab agama atau kitab biasa, yang terjaga dari perubahan
dan pemalsuan, kecuali Al Qur'an.

Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu hurup-pun darinya.

Ayat-ayatnya dibaca, didengarkan, dihapal dan dijelaskan, sebagaimana bentuknya saat diturunkan
oleh Allah SWT kepada nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan ruh yang terpercaya (Jibril).

Al Quran berisikan seratus empat belas surah. Seluruhnya dimulai dengan basmalah
(bismillahirrahmanirrahim). Kecuali satu surah saja, yaitu surah at Taubah. Ia tidak dimulai dengan
basmalah. Dan tidak ada seorang pun yang berani untuk menambahkan basmalah ini pada surah at
Taubah, baik dengan tulisan atau bacaan. Karena, dalam masalah Al Qur'an ini, tidak ada tempat bagi
akal untuk campur tangan.

Perhatian kaum muslimin terhadap Al Quran sedemikian besarnya, hingga mereka juga menghitung
ayat-ayatnya --bahkan kata-katanya, dan malah hurup-hurupnya--. Maka bagaimana mungkin
seseorang dapat menambah atau mengurangi suatu kitab yang dihitung kata-kata dan huruphurupnya itu?!
Tidak ada di dunia ini suatu kitab yang dihapal oleh ribuan dan puluhan ribu orang, di dalam hati
mereka, kecuali Al Qur'an ini, yang telah dimudahkan oleh Allah SWT untuk diingat dan dihapal.
Maka tidak aneh jika kita menemukan banyak orang, baik itu lelaki maupun perempuan, yang
menghapal Al Qur'an dalam mereka. Ia juga dihapal oleh anak-anak kecil kaum Muslimin, dan
mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Demikian juga dilakukan oleh banyak orang
non Arab, namun mereka tidak melewati satu hurup-pun dari Al Qur'an itu. Dan salah seorang dari
mereka, jika Anda tanya: 'siapa namamu?' --dengan bahasa Arab-- niscaya ia tidak akan menjawab!
(Karena tidak paham bahasa Arab!, penj.). Ia menghapal Kitab Suci Rabbnya semata untuk beribadah
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, meskipun ia tidak memahami apa yang ia baca dan ia
hapal, karena ia tertulis dengan bukan bahasanya.

Al Qur'an tidak semata dijaga makna-makna, kalimat-kalimat serta lafazh-lafazhnya saja, namun juga
cara membaca dan makhraj hurup-hurupnya. Seperti kata mana yang harus madd (panjang), mana
yang harus ghunnah (dengung), izhhar (jelas), idgham (digabungkan), ikhfa

(disamarkan) dan iqlab (dibalik). Atau seperti yang digarap oleh suatu ilmu khusus yang dikenal

dengan 'ilmu tajwid Al Qur'an'.

Hingga rasam (metode penulisan) Al Qur'an, masih tetap tertulis dan tercetak hingga saat ini, seperti
tertulis pada era khalifah Utsman bin Affan r.a., meskipun metode dan kaidah penulisan telah
berkembang jauh.

Hingga saat ini, tidak ada suatu pemerintah muslim atau suatu organisasi ilmiah pun, yang berani
merubah metode penulisan Al Qur'an itu, dan menerapkan kaidah-kaidah penulisan yang berlaku
bagi seluruh buku, media cetak, koran dan lainnya yang ditulis dan dicetak, bagi Al Qur'an.

Allah SWT menurunkan Al Qur'an untuk memberikan kepada manusia tujuan yang paling mulia, dan
jalan yang paling lurus.

'Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus.' (Al Israa: 9)

'Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab
itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu

pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.' ( Al Maaidah: 15-16)

Al Qur'an adalah 'cahaya' yang dianugerahkan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, di samping
cahaya fithrah dan akal:

'Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis).' (An Nuur: 35). Dan Al Qur'an mendeskripsikan dirinya
sendiri sebagai cahaya, dalam banyak ayat.

Seperti dalam firman Allah SWT:

'Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad
dengan mu'jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al Qur'an).'
(An Nisaa: 174)

'Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada cahaya (Al

Qur'an) yang telah Kami turunkan.' (At Taghaabun: 8).

Dan berfirman kepada para sahabat Rasulullah Saw dengan firman-Nya:

'Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an).' (Al A'raaf: 157)

Di antara karakteristik cahaya adalah: Dirinya sendiri telah jelas, kemudian ia memperjelas yang lain.
Ia membuka hal-hal yang samar, menjelaskan hakikat-hakikat, membongkar kebatilan-kebatilan,
menolak syubhat (kesamaran), menunjukkan jalan bagi orang-orang yang sedang kebingungan saat
mereka gamang dalam menapaki jalan atau tidak memiliki petunjuk jalan, serta menambah jelas dan
menambah petunjuk bagi orang yang telah mendapatkan petunjuk. Dan jika Al Qur'an
mendeskripsikan dirinya sebagai 'cahaya', dan dia adalah 'cahaya yang istimewa', ia juga
mendeskripsikan Taurat dengan kata yang lain:

'Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi).'

Seperti dalam firman Allah SWT:

'Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang
menerangi)'. (Al Maaidah: 44)

Demikian juga mendeskripsikan Injil seperti itu, seperti dalam firman Allah SWT tentang Nabi 'Isa:

'Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya

(ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) .' (Al Maidah: 46)

Perbedaan dalam dua pengungkapan itu menunjukkan perbedaan antara Al Qur'an dengan kitabkitab suci lainnya. Seperti diungkapkan oleh Al Bushiry dalam Lamiah-nya:

'Maha Besar Allah, sesungguhnya agama Muhammad Dan kitab sucinya adalah kitab suci yang paling
lurus dan paling teguh Jangan sebut kitab-kitab suci lainnya di depannya Karena, saat mentari pagi
telah bersinar, ia akan memadamkan pelita-pelita'.

Hal itu karena Al Qur'an ini datang untuk membenarkan kitab-kitab suci yang telah turun
sebelumnya. Yaitu yang berkaitan dengan pokok-pokok aqidah dan akhlak, sebelum kitab-kitab itu
dipalsukan dan diubah tangan manusia. Al Qur'an juga mengungguli kitab-kitab suci sebelumnya,
yaitu dengan mengoreksi dan meluruskan tambahan-tambahan dan perubahan-perubahan yang telah
disisipkan oleh manusia dalam kitab-kitab itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:

'Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan

sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu.' (AlMaaidah: 48)

Al Qur'an --sebagaimana ia diturunkan oleh Allah SWT-- mempunyai keunggulan-keunggulan yang


membuatnya istimewa dibanding kitab suci lainnya. Ia adalah kitab Ilahi, kitab suci yang menjadi
mukjizat, kitab yang memberikan penjelasan dan dimudahkan untuk dipahami, kitab suci yang
dijamin pemeliharaan keautentikannya, kitab suci bagi agama seluruhnya, kitab bagi seluruh zaman,
dan kitab suci bagi seluruh manusia.

Al Qur'an juga mempunyai maksud dan tujuan yang dibidiknya, di

antaranya: meluruskan kepercayaan-kepercayaan dan pola pandang manusia tentang Tuhan,


kenabian, dan balasan atas amal perbuatan, serta meluruskan pola pandangan tentang manusia,
kemuliaannya dan menjaga hak-haknya, terutama bagi kalangan yang lemah dan tidak berpunya.

Ia juga bertujuan untuk menghubungkan manusia dengan Rabbnya, agar manusia hanya
menyembah-Nya semata dan bertaqwa kepada-Nya dalam seluruh urusannya.

Al Qur'an juga bertujuan untuk membersihakan jiwa manusia, yang jika jiwa itu telah bersih niscaya
bersih dan baiklah seluruh masyarakat. Dan jika jiwa itu rusak, niscaya rusaklah masyarakat
seluruhnya.

Ia juga berusaha membentuk keluarga yang kemudian menjadi pangkal kedirian suatu masyarakat.
Juga mengajarkan sikap adil terhadap kalangan perempuan, yang merupakan pokok utama dalam
bangunan keluarga.

Al Qur'an juga membangun umat yang saleh, yang dianugerahkan amanah untuk menjadi saksi bagi
manusia, yang diciptakan untuk memberikan manfaat bagi manusia dan memberikan petunjuk bagi
mereka.

Setelah itu, mengajak untuk menciptakan dunia manusia yang saling kenal mengenal dan tidak saling
mengisolasi diri, saling memberi maaf dan tidak saling membenci secara fanatik, serta untuk bekerja
sama dalam kebaikan dan ketaqwaan, bukan dalam kejahatan dan permusuhan.

Kita berkewajiban untuk memperlakukan Al Qur'an ini secara baik: dengan menghapal dan
mengingatnya, membaca dan mendengarkannya, serta mentadabburi dan merenungkannya.

Kita juga berkewajiban untuk berlaku baik terhadapnya dengan memahami dan menafsirkannya.
Tidak ada yang lebih baik dari usaha kita untuk mengetahui kehendak Allah SWT terhadap kita. Dan

Allah SWT menurunkan kitab-Nya agar kita mentadabburinya, memahami rahasia-rahasianya, serta
mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendamnya. Dan setiap orang berusaha sesuai dengan kadar
kemampuannya.

Namun yang disayangkan, dalam bidang ini telah terjadi kerancuan yang berbahaya, yaitu dalam
memahami dan menafsirkan Al Qur'an. Oleh karena itu harus dibuat rambu-rambu dan petunjuk
yang mampu menjaga dari kekeliruan dalam usaha ini, serta perlu diberikan peringatan tentang
ranjau-ranjau yang menghadang di jalan, yang dapat berakibat patal jika dilanggar.

Tidak selayaknya umat Al Qur'an mengalami hal yang sama yang pernah terjadi dengan umat Taurat,
yang diungkapkan oleh Al Qur'an dalam

firman-Nya:

'Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat kemudian mereka tiada memikulnya
adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal.' (Al Jumu'ah: 5).

Kita juga harus berlaku baik terhadap Al Qur'an dengan mengikuti petunjuknya, mengerjakan
ajarannya, menghukum dengan syari'atnya serta mengajak manusia mengikuti petunjuknya. Ia
adalah manhaj bagi kehidupan individu, undang-undang bagi aturan politik, serta petunjuk dalam
berdakwah kepada Allah SWT.

Inilah yang berusaha dilakukan buku ini dalam empat bab utamanya, dengan bertumpu --terutama-pada Al Qur'an itu sendiri, karena ia adalah objek kita, namun ia juga petunjuk itu.

Umat kita pada abad-abad pertama --yang merupakan abad-abad yang paling

utama-- telah berinteraksi dengan baik terhadap Al Qur'an. Mereka berlaku baik dalam
memahaminya, mengetahui tujuan-tujuannya, berlaku baik dalam mengimplementasikannya secara
massive dalam kehidupan mereka, dalam bidang-bidang kehidupan yang beragam, serta berlaku baik
pula dalam mendakwahkannya. Contoh terbaik hal itu adalah para sahabat.

Kehidupan mereka telah diubah oleh Al Quran dengan amat drastis dan revolusioner. Al Qur'an telah
merubah mereka dari perilaku-perilaku jahiliyah menuju kesucian Islam, dan mengeluarkan mereka
dari kegelapan ke dalam cahaya. Kemudian mereka diikuti oleh murid-murid mereka dengan baik,
untuk selanjutnya murid-murid generasi berikutnya mengikuti murid-murid para sahabat itu dengan
baik pula. Melalui mereka itulah Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia, membebaskan
negeri-negeri, memberikan kedudukan bagi mereka di atas bumi, sehingga mereka kemudian
mendirikan negara yang adil dan baik, serta peradaban ilmu dan iman.

Kemudian datang generasi-generasi berikutnya, yang menjadikan Al Qur'an terlupakan, mereka


menghapal hurup-hurupnya, namun tidak memperhatikan ajaran-ajarannya. Mereka tidak mampu
berinteraksi secara benar dengannya, tidak memprioritaskan apa yang menjadi prioritas Al Qur'an,
tidak menganggap besar apa yang dinilai besar oleh Al Qur'an serta tidak menganggap kecil apa yang
dinilai kecil oleh Al Qur'an. Di antara merek ada yang beriman dengan sebagiannya, namun kafir
dengan sebagiannya lagi, seperti yang dilakukan oleh Bani Israel sebelum mereka terhadap kitab suci
mereka. Mereka tidak mampu berinteraksi secara baik dengan Al Qur'an, seperti yang dikehendaki
oleh Allah SWT. Meskipun mereka mengambil berkah dengan membawanya serta menghias dindingdinding rumah mereka dengan ayat-ayat Al Qur'an, namun mereka lupa bahwa keberkahan itu
terdapat dalam mengikut dan menjalankan hukum-hukumnya. Seperti difirmankan oleh Allah SWT:

'Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan
bertakwalah agar kamu diberi rahmat.' (Al An'aam: 155)

Tidak ada jalan untuk membangkitkan umat dari kelemahan, ketertinggalan dan keterpecah-belahan
mereka selain dari kembali kepada Al Qur'an ini, dengan menjadikannya sebagai panutan dan imam
yang diikuti. Dan cukuplah Al Qur'an sebagai petunjuk. (qaradawi.net)
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.31 TIDAK ADA KOMENTAR:

BERIMAN KEPADA YANG GHOIB


Beriman adalah ungkapan keyakinan dan kepercayaan terhadap sesuatu. Ghoib adalah segala sesuatu
yang tidak tampak oleh panca indra manusia. Beriman kepada yang ghoib menurut seorang ulama
bernama Abul Aliyah, "Beriman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan Rasul-rasul,
surga dan perjumpaan dengan Allah SWT diakhirat serta hidup sesudah mati, semua itu ghoib."
Sedangkan ulama lain bernama Atho` berkata, "Orang yang beriman kepada Allah SWT berarti dia
beriman kepada yang Ghoib."
Kehidupan kita memang untuk ujian, banyak hal yang Allah SWT berikan kepada kita melalui kitab
suci Al Qur`an dan informasi-informasi Rasulullah SAW dan kita hanya diminta, sebagai orang yang
beriman, untuk meyakininya sedangkan kita tidak pernah melihatnya dan tidak bisa
membuktikannya secara empiris sampai kita mengalaminya nanti. Karena informasi itu dari Allah
SWT melalui Rasul-rasul-Nya, maka kita beriman dan meyakini kebenarannya. Berbeda dengan
orang atheis yang menolak hal seperti itu. Diantara yang harus kita yakini terhadap hal-hal ghoib ini
adalah;
Beriman kepada akan terjadinya hari kiamat ( lihat Q.S Al Qiyamah )
Beriman kepada hari Akhirat. Termasuk beriman kepada hari akhirat adalah ;
Beriman kepada kebangkitan sesudah mati ( lihat Q.S Al Anbiya: 104, dan Al Mukminun: 15-16 ).
Rasulullah SAW bersabda, "Manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat tanpa alas kaki dan
telanjang." ( H.R. Bukhori dan Muslim )
Beriman kepada perhitungan dan pembalasan sesuai dengan perbuatannya ( lihat Q.S Al Ghosiyah:
25-26, Al An`am: 160 dan Al Anbiya : 47 )
Beriman kepada syurga dan neraka. Syurga sebagai tempat yang menyenangkan bagi orang-orang
yang bertaqwa ( lihat Q.S.Al Bayyinah: 7-8 dan Al Ahzab:17 ).Sedangkan neraka sebagai tempat
penyiksaan bagi orang-orang kafir dan dzalim yang ingkar kepada Allah SWT dan tidak mentaati
rasul-rasul-Nya ( lihat Q.S Al Imran:131, Al Kahfi:29 dan Al Ahzab:64-66 ).
Termasuk beriman kepada hari kemudian adalah beriman kepada fitnah dan pertanyaan di kuburan
( H.R Bukhori dan Muslim ). Dan beriman terhadap adanya siksa kubur atau kenikmatan di dalamnya
( lihat Q.S Al An`am:93 dan Ghofir:46 ). Dan Rasulullah SAW memperingnatkan kita agar selalu
berlindung dari adzab kubur (H.R Muslim ).
Paling tidak ada 3 keuntungan bagi orang yang beriman kepada yang Ghoib, yaitu;
Mendorong untuk beramal sholeh dengan harapan pahala dihari kemudian.
Merasa takut untuk bermaksiat karena pedihnya siksaan dihari itu.
Hiburan bagi orang beriman kalau tidak memperoleh kenikmatan dunia karena akan
mendapatkannya yang jauh lebih baik dari dunia dan seisinya.
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Bersilaturrahim dan berbuat baik kepada orang tua merupakan ajaran yang menjadi ketetapan
Kitabullah Al-Qur'an dan Al-Hadits. Allah Ta'ala berfirman: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya". (Al-Isra': 23)
Wa Qadha Rabbuka berarti suatu perintah yang lazim tidak bisa ditawar-tawar lagi dan Alla Ta'budu
Illa Iyahu berarti perintah ibadah yang bersifat individu.
Allah menghubungkan beribadah kepada-Nya dengan berbuat baik kepada orang tua menunjukkan
betapa mulianya kedudukan orang tua dan birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orang tua) di
sisi Allah.
Secara naluri orang tua dengan suka rela mau mengorbankan segala sesuatu untuk memelihara dan
membesarkan anak-anaknya dan anak mendapatkan kenikmatan serta perlindungan sempurna dari
kedua orang tuanya.
Seorang anak selalu merepotkan dan menyita perhatian orang tuanya dan tatkala menginjak masa tua
mereka pun tetap berbahagia dengan keadaan putra-putrinya, akan tetapi betapa cepat seorang anak
melalai-kan semua jasa-jasa orang tuanya, hanya disibukkan dengan isteri dan anak sehingga para
bapak tidak perlu lagi menasihati anak-anaknya hanya saja seorang anak harus diingatkan dan
digugah perasaannya atas kewajib-an mereka terhadap orang tuanya yang sepanjang umurnya
dengan berbagai kesulitan dihabiskan untuk mereka serta mengorbankan segala yang ada demi
kesenangan dan kebahagiaan mereka hingga datang masa lelah dan letih.
Maka berbuat baik kepada kedua orang tua menjadi keputusan mutlak dari Allah dan ibadah yang
menempati urutan kedua setelah beribadah kepada Allah: "Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliha-raanmu". (Al-Isra': 23)
Kibar atau kibarul sin artinya berusia lanjut, umur sudah mulai menua, punggung sudah mulai
membung-kuk dan kulit sudah mulai keriput. 'Indaka yang berarti pemeliharaan yaitu suatu kalimat
yang menggambarkan makna tempat berlindung dan berteduh pada saat masa tua, lemah dan tidak
berdaya.
Allah Ta'ala berfirman: "Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka". (Al-Isra': 23)
Seakan-akan Allah berfirman; Bersopan santunlah kamu kepada orang tua! Dengan demikian ayat
tersebut mengajarkan sikap sopan agar seorang anak tidak menunjukkan sikap kasar serta
menyakitkan hati atau merendahkan kedua orang tua. Allah Ta'ala berfirman: "Dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia".
Ini tingkatan yang lebih tinggi lagi yaitu keharusan bagi anak untuk selalu mengucapkan perkataan
yang baik kepada kedua orang tua dan memperlihatkan sikap hormat serta menghargai. Allah Ta'ala
juga berfirman: "Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang".
Seolah-olah sikap rendah diri memiliki sayap dan sayap tersebut direndahkan sebagai tanda
penghormatan dan penyerahan diri dalam arti sikap rendah diri yang selayaknya diperintahkan
kepada kedua orang tua, seba-gai pengakuan tulus atas kebaikan dan jasa-jasanya.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku kasihilah me-reka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Al-Isra': 24)


Penyebutan kondisi masa kecil yang lemah yang membutuhkan perawatan dari kedua orang tua
meng-ingatkan kepada kondisi yang sama yang sedang dialami orang tua tatkala menginjak lanjut
usia yang selalu membutuhkan kasih sayang dan perawatan semisal. Lalu memohon kepada Allah
agar bisa memberi belas-kasih kepada mereka berdua sebagai pengakuan atas kekurangan dalam
memberi kasihsayang secara sem-purna dan hanya Allahlah yang bisa memberi kasih-sayang atau
perawatan yang sangat sempurna serta hanya Dialah yang mampu membalas semua kebaikan dengan
sempurna yang tidak mungkin bagi anak untuk melakukannya.
Bukti kasih sayang Allah banyak sekali yang tampak pada makhluk lain. Suatu contoh cahaya matahari yang menyinari alam semesta, udara yang dihirup manusia melalui proses paru-paru, air
berfungsi untuk minum, masak dan menyiram tanaman dan kasih sayang ibu terhadap anaknya yang
muncul secara fitrah sebagai bukti nyata kasih sayang Allah Rabb semesta alam.
Orang mulia dan baik kepada kedua orang tua akan selalu tahu kedudukan serta kemuliaan orang tua,
dia merasakan tatkala mencium tangan ibu atau bapak-nya seolah-olah dia bersujud dengan ruh dan
perasaan-nya laksana bersujud kepada Allah, dia mendapatkan jati diri yang sebenarnya sebagai
suatu rahasia dalam kehidupan. Semua itu menjadi bukti penghargaan dan penghormatan kepada
kedua orang tua. Allah Ta'la berfirman: "Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua
orang ibu-bapaknya . Dan jika kedua-nya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti ke-duanya". (AlAnkabut: 8).
Orang tua adalah kerabat terdekat yang mempu-nyai jasa yang tidak terhingga dan kasih sayang yang
besar sepanjang masa sehingga tidak aneh bila hak-haknya juga besar.
Seorang anak wajib mencintai, menghormati dan memelihara orang tua walaupun keduanya musyrik
atau berlainan agama, keduanya berhak untuk diberi kebaik-an dan pemeliharaan bukan mentaati
dan mengikuti kesyrikan atau agamanya. Allah Ta'ala berfirman: "Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang ber-tambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun." (Luqman : 14)
Disebutkan berulang-ulang serta banyak sekali wasiat untuk seorang anak agar berbuat baik kepada
kedua orang tuanya di dalam Al-Qur'an dan wasiat Rasul shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak
disebutkan wasiat orang tua untuk berbuat baik terhadap anaknya kecuali sedikit.

Karena kebaikan dan pengorbanan orang tua berupa jiwa, raga dan kekuatan yang tak terhitung tanpa
berkeluh kesah dan meminta balasan dari anaknya, secara fitrah(naluri) sudah cukup sebagai
pendorong kedua orang tua untuk bersikap demikian tanpa ditekan dengan wasiat. Adapun anak
harus selalu diberi wasiat dan diingatkan agar senantiasa ingat akan jasa-jasa orang yang selama ini
telah mencurahkan jiwa dan raga serta seluruh hidupnya dalam membesarkan dan mendidiknya.
Apalagi seorang ibu selama mengandung mengalami banyak beban berat sebagaimana firman Allah
Ta'ala (ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah), ibu lebih
banyak menderita dalam membesarkan dan mengasuh anaknya, dan penderitaan di saat hamil tidak
ada yang bisa merasakan payahnya kecuali kaum ibu juga.
Al-Bazzar meriwayatkan hadits dari Buraidah dari bapaknya bahwa ada seorang lelaki yang sedang

thawaf sambil menggendong ibunya, lalu dia bertanya kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "
Apakah dengan ini saya sudah menunaikan haknya?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab:
"Belum! Walaupun se-cuil".
Dari Al-Miqdam bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
berwasiat agar kalian berbuat baik kepada ibu-ibumu, sesungguhnya Allah berwa-siat agar berbuat
baik kepada bapak-bapakmu dan sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian agar berbuat baik
kepada sanak kerabatmu". (Dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Silsilah Shahihah)
Anak adalah bagian hidup dan belahan hati orang tua, kasih sayangnya mengalir di dalam darah
daging keduanya.
Dari 'Aqra' bin Habis sesungguhnya dia melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mencium
Hasan, lalu dia berkata: "Sesung-guhnya saya mempunyai sepuluh orang anak dan saya tidak pernah
mencium seorangpun di antara mereka. Beliau bersabda: "Sesungguhnya barangsiapa yang tidak
menyayangi maka tidak akan disayang". (Muttafaq 'alaih)
Al-Ahnaf bin Qais rahimahullah ditanya tentang masalah sikapnya terhadap anak, maka beliau
menjawab: Anak adalah buah hati, belahan jiwa dan tulang punggung, kita rela terhina bagaikan bumi
rela diinjak demi mereka dan bagaikan langit yang siap menaungi hidup mereka dan kita siap menjadi
senjata pelindung bagi mereka dalam menghadapi marabahaya. Jika mereka minta sesuatu
kabulkanlah dan bila marah cari sesuatu yang menye-nangkan hatinya, maka mereka akan membalas
kasih sayangmu dan berterimakasih atas setiap pemberian-mu. Janganlah kalian merasa berat dan
terbebani oleh anakmu, sebab mereka akan mengacuhkan hidupmu dan menghendaki kematianmu
serta segan mendekati-mu.
Apabila seorang anak di mata orang tua keduduk-annya seperti itu, seharusnya anak menempatkan
posisi orang tua tidak kurang dari itu dalam menghormati dan memuliakan orang tua mereka sebagai
bukti balas budi dan pengakuan terhadap kebaikan yang telah didapat dari orang tua. Di samping
tetap melestarikan kewajiban silaturrahim kepada mereka berdua sesuai ketentuan Kitabullah.

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga macam doa
yang pasti terkabulkan; doa orang tua untuk anaknya, doa orang musafir dan doa orang yang
teraniaya". (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, Al-Albani).
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam meminta izin untuk ikut serta berjihad, maka beliau shallallahu 'alaihi
wasallam bertanya: "Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Dia berkata: "Ya, masih hidup". Beliau
bersabda: "Maka berjihadlah dalam (menjaga) keduanya".
Dari Abu Bakrah berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Maukah
kalian aku ceritakan tentang dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Ya wahai Rasu-lullah". Beliau
bersabda:
"Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." Beliau waktu itu bersandar, maka terus
duduk dan bersabda: "Ketahuilah, dan perkataan dusta". (Shahihul Jami')
Dari Abdullah Ibnu Mas'ud berkata: Saya bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:
Apakah amal yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: "Shalat pada waktunya." Saya bertanya:
"Lalu apalagi?" Beliau bersabda: "Berbuat baik kepada orang tua". Saya bertanya: "Kemudian

apalagi?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersab-da: "Jihad di jalan Allah". (Muttafaq 'alaih)
Dari Jabir bin Abdullah sesungguhnya seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya saya
mempunyai harta dan anak, dan bapak saya meng-inginkan hartaku. Maka beliau shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Engkau dan hartamu adalah milik bapakmu". (Muttafaq 'alaih).
Dan petunjuk birrul walidain yang terbaik adalah sikap yang telah ditunjukkan oleh para nabi
'alaihimus shalatu wa salam sebagai simbol anutan dan petunjuk bagi setiap manusia.
Nabi Ismail 'alaihi salam berkata dan ucapannya diabadi-kan dalam firman Allah Ta'ala: "Ia
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang bersabar". (Ash-Shafaat: 102).

Nabi Nuh 'alaihi salam berkata juga dan ucapannya dise-butkan dalam firman Allah Ta'ala: "Ya
Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman". (Nuh: 28)
Nabi Isa 'alaihi salam juga disifati oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya: "Dan berbakti kepada ibuku".
(Maryam: 32)
Nabi Yahya 'alaihi salam juga disifati oleh Allah Ta'ala demikian yang disebutkan dalam firman Allah:
"Dan banyak berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi
durhaka". (Maryam: 14)
Betapa indahnya bila seorang muslim bisa mencontoh dan mengikuti jejak para nabi.
Wahai anakku siang malam sepanjang umurku, aku korbankan untukmu agar kalian berbahagia,
kedua orang tuamu letih dan menderita serta hati gundah bila engkau sedang sakit dan wajahmu
pucat. Anakku tercin-ta. Itulah kalimat yang sering diulang-ulang oleh seorang ibu atau bapak.
Wahai seorang anak! Ingatlah jasa kedua orang tuamu yang besar tatkala engkau masih berada dalam
kandungan, di saat kau masih bayi dan setelah kau menginjak remaja hingga engkau menjadi orang
dewasa. Sekarang tiba saatnya kedua orang tuamu membutuh-kan kasih sayang dan perhatian
darimu. Sementara engkau hanya sibuk mengurusi isteri dan anak-anakmu hingga orang tuamu
engkau abaikan, padahal orang arab jahiliyah dulu menganggap aib dan harga diri jatuh jika ada
seorang anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Peribahasa-peribahasa Arab
menceritakannya, menuduhnya dengan gambaran yang sangat jelek sekali bahkan memberinya
julukan dengan julukan-julukan yang sangat keji. Akan tetapi kita membaca banyak cerita di zaman
sekarang tentang cerita anak-anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya.

Abu Ubaidah At-Taimy dalam kitabnya, Al-'Aqaqah wal Bararah menuturkan beberapa contoh orangorang yang berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan beberapa contoh orang-orang yang durhaka
kepada kedua orang tuanya. Seorang dari bani Qurai' bernama Murrah bin Khattab bin Abdullah bin
Hamzah pernah mengejek dan terkadang memukul orang tuanya, se-hingga bapaknya berkata:
Saya besarkan dia tatkala dia masih kecil bagaikan anak burung yang baru lahir yang masih lemah
tulang-belulangnya. Induknya yang menyuapi makan sampai melihat anaknya sudah mulai berkulit
sempurna.
Dan contoh lain yang durhaka kepada orang tua-nya adalah putra Umi Tsawab Al-Hazaniyah, dia
durhaka kepada ibunya karena isterinya selalu menghalangi untuk berbuat baik kepada ibunya,
sehingga ibunya mengungkapkan kepedihan hati dalam sebuah syair:

Saya mengasuhnya di masa kecil tatkala masih seper-ti anak burung, sementara induknya yang
menyuapi makanan dan melihat kulitnya yang masih baru tumbuh.
Setelah dewasa dia merobek pakaianku dan me-mukul badanku, apakah setelah masa tuaku aku
harus mengajari etika dan adab.
Dan juga Yahya bin Yahya bin Said, suatu ketika dia pernah menyusahkan bapaknya lalu bapaknya
meng-hardiknya dengan menulis syair:
Semenjak lahir dan masa bayi yang masih kecil aku mengasuhmu, dan saya selalu berusaha agar
engkau menjadi orang tinggi dan berkecukupan.
Di malam hari engkau mengeluh sakit hingga tidak bisa tidur. Keluhan itu membuatku gundah dan
ketakutan.
Jiwa selalu gelisah memikirkan keselamatan untuk dirimu, sebab aku tahu setiap jiwa terancam oleh
ke-matian.
Contoh-contoh di atas merupakan sebagian dari beberapa kasus anak durhaka kepada kedua orang
tua-nya yang terjadi pada masa lampau dan sekarang.
Dan di dalam sebagian lagu-lagu masyarakat jahili-yah dahulu, yang sering para wanita lantunkan
adalah: Ya Allah, apa yang harus saya perbuat terhadap anakku yang durhaka, di masa kecil aku
dengan susah payah membesarkannya, setelah menikah dengan seorang putri Romawi dia berbuat
semena-mena terhadapku. Wanita ini mengadu kepada Allah terhadap sikap anaknya yang telah
diasuh dengan susah payah, tetapi setelah menikah dengan wanita nasrani Romawi, dia melupakan
ibunya.
Adapun contoh orang-orang yang berbuat baik kepada orang tua antara lain; cerita tiga orang yang
terjebak dalam gua, di antara mereka ada yang mengata-kan: "Tidak ada cara yang mampu
menyelamatkan kalian kecuali bertawassul dengan amal shalih kalian. Seorang di antara mereka
berdo'a: "Ya Allah saya mempunyai dua orang tua yang lanjut usia dan saya sekeluarga tidak makan
dan minum di malam hari sebelum mereka berdua, pada suatu saat saya pernah pergi jauh untuk
suatu keperluan sehingga saya pulang terlambat dan sesampainya di rumah saya mendapatkan
mereka berdua dalam keadaan tidur. Lalu saya memerah susu untuk malam itu, tetapi mereka berdua
masih tetap tidur pulas, sementara saya tidak suka jika makan dan minum sebelum mereka. Akhirnya
saya menunggu sambil memegang susu hingga mereka berdua ter-bangun, sampai fajar terbit mereka
berdua baru bangun lalu meminum susu. Ya Allah jika perbuatan yang telah aku kerjakan tersebut
termasuk perbuatan ikhlas karena mencari wajahMu, maka hilangkanlah kesulitan kami dari batu
besar ini, lalu batu itu pun bergeser dari mulut gua.
Masih banyak contoh-contoh lain tentang orang-orang yang berbakti kepada orang tua baik di masa
lampau maupun sekarang yang tidak mungkin kita ceritakan seluruhnya, kebaikan tersebut mereka
per-sembahkan kepada orang tua sebagai balasan atas jasa-jasa, perhatian dan pemeliharaan mereka
dan sebagai bukti pengakuan tulus dan akhlak mulia. Ini semua mengharuskan kepada setiap anak
untuk mengingat kebaikan yang selalu mengalir tak ada hentinya hingga akhir hayat.
Sebagian orang-orang shalih sebelum berangkat kerja ada yang menyempatkan diri singgah ke rumah
orang tuanya sambil mencium tangannya untuk memin-ta restu dan menanyakan keadaan serta
kesehatan mereka. Lalu berangkat ke tempat kerja. Sikap mulia dan terpuji ini, sangat baik jika
dipraktekkan dalam kehidupan masyarakat.

Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Abu Hu-rairah bahwa dia berkata bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Celakalah, celakalah". Beliau ditanya: "Siapa wahai
Rasulullah? Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Seseorang yang mendapati orang tuanya,
dan salah satu atau keduanya berusia lanjut, kemudian tidak masuk Surga".
Dari Abdullah bin Umar berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tiga
orang tidak masuk Surga dan tidak dilihat Allah pada hari Kiamat; Orang yang durhaka kepa-da
orang tua, wanita yang menyerupai laki-laki dan dayyuts. (HR. Ahmad)
Durhaka kepada orang tua adalah perbuatan zhalim besar dan sikap tidak tahu diri.
Rasulullah yang mengajari umat manusia etika dan tata krama mengetahui kedudukan dan fungsi
seorang ibu dan bapak kemudian memberikan petunjuk kepada setiap orang mukmin agar menjadi
umat yang bertang-gung jawab.
Di antara bentuk birrul walidain setelah orang tuanya meninggal adalah dengan menyambung
hubung-an kerabat dengan teman dan sahabat orang tuanya.
Dari Abdullah bin Umar berkata sesungguhnya saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah me-nyambung hubungan kerabat
dengan sahabat orang tuanya". (Shahihul Jami', Al-Albani)
Bukti cinta dan berbakti kepada orang tua adalah menghormati dan menjaga hubungan persahabatan
orang tua dengan teman-temannya. Pada saat seseorang mempererat hubungan persahabatan dengan
teman bapaknya, merupakan bukti dalam berbakti kepada orang tua dan pertanda hasil baik
pendidikan orang tua kepada anak.
Imam Muslim dalam kitab shahihnya menyebutkan tentang bab keutamaan menyambung hubungan
persa-habatan dengan teman-teman bapak atau ibu. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Sesungguhnya perbuatan yang terbaik adalah menyambung hubungan persahabatan dengan sahabat orang tuanya".
Dan juga hadits tentang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam meng-hormati teman-teman
Khadijah setelah wafatnya.
Para ulama mengatakan bahwa al-birr bermakna menyambung silaturrahim, menyayangi dan berbuat
ke-baikan serta menjaga persahabatan. Seluruhnya termasuk bagian inti kebaikan. (Kholid Ar Rasyid)
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.30 1 KOMENTAR:

BAHAYA VALENTINE
Memasuki bulan Februari, kita menyaksikan banyak media massa, mal-mal, pusat-pusat hiburan
bersibuk-ria berlomba menarik perhatian para remaja dengan menggelar acara-acara pesta perayaan
yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semua pesta tersebut
bermuara pada satu hal yaitu Valentine's Day atau biasanya disebut hari kasih sayang. Biasanya pada
14 Februari mereka saling mengucapkan "selamat hari Valentine", berkirim kartu dan bunga, saling
bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta.
Sangat disayangkan banyak ABG khususnya teman-teman kita, para remaja putri muslimah yang
terkena penyakit ikut-ikutan dan mengekor budaya Barat atau budaya ritual agama lain akibat
pengaruh TV dan media massa lainnya. Termasuk dalam hal ini perayaan Hari Valentine, yang pada
dasarnya adalah mengenang kembali pendeta St.Valentine. Belakangan, Virus Valentine tidak hanya
menyerang remaja bahkan orang tua pun turut larut dalam perayaan yang bersumber dari budaya
Barat ini.
Sejarah Valentine
Ensiklopedia Katolik menyebutkan tiga versi tentang Valentine, tetapi versi terkenal adalah kisah
Pendeta St.Valentine yang hidup di akhir abad ke 3 M di zaman Raja Romawi Claudius II. Pada
tanggal 14 Februari 270 M Claudius II menghukum mati St.Valentine yang telah menentang beberapa
perintahnya.
Claudius II melihat St.Valentine meng-ajak manusia kepada agama Nashrani lalu dia memerintahkan
untuk menangkapnya. Dalam versi kedua , Claudius II meman-dang para bujangan lebih tabah dalam
berperang daripada mereka yang telah menikah yang sejak semula menolak untuk pergi berperang.
Maka dia mengeluarkan perintah yang melarang pernikahan. Tetapi St.Valentine menentang perintah
ini dan terus mengada-kan pernikahan di gereja dengan sembunyi-sembunyi sampai akhirnya
diketahui lalu dipenjarakan. Dalam penjara dia berkenalan dengan putri seorang penjaga penjara
yang terserang penyakit. Ia mengobatinya hingga sembuh dan jatuh cinta kepadanya. Sebelum
dihukum mati, dia mengirim sebuah kartu yang bertuliskan "Dari yang tulus cintanya, Valentine." Hal
itu terjadi setelah anak tersebut memeluk agama Nashrani ber-sama 46 kerabatnya.
Versi ketiga menyebutkan ketika agama Nashrani tersebar di Eropa, di salah satu desa terdapat
sebuah tradisi Romawi yang menarik perhatian para pendeta. Dalam tradisi itu para pemuda desa
selalu berkum-pul setiap pertengahan bulan Februari. Mereka menulis nama-nama gadis desa dan
meletakkannya di dalam sebuah kotak, lalu setiap pemuda mengambil salah satu nama dari kotak
tersebut, dan gadis yang namanya keluar akan menjadi kekasihnya sepanjang tahun. Ia juga
mengirimkan sebuah kartu yang bertuliskan " dengan nama tuhan Ibu, saya kirimkan kepadamu
kartu ini."
Akibat sulitnya menghilangkan tradisi Romawi ini, para pendeta memutuskan mengganti kalimat
"dengan nama tuhan Ibu" dengan kalimat " dengan nama Pendeta Valentine" sehingga dapat
mengikat para pemuda tersebut dengan agama Nashrani.
Versi lain mengatakan St.Valentine di-tanya tentang Atharid, tuhan perdagangan, kefasihan, makar
dan pencurian, dan Jupiter, tuhan orang Romawi yang terbesar. Maka dia menjawab tuhan-tuhan
tersebut buatan manusia dan bahwasanya tuhan yang sesungguhnya adalah Isa Al Masih, oleh
karenanya ia dihukum mati. Maha Tinggi Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang yang dzalim

tersebut.
Bahkan saat ini beredar kartu-kartu perayaan keagamaan ini dengan gambar anak kecil dengan dua
sayap terbang mengitari gambar hati sambil mengarahkan anak panah ke arah hati yang sebenarnya
itu merupakan lambang tuhan cinta bagi orang-orang Romawi!!!
Hukum Valentine
Keinginan untuk ikut-ikutan memang ada dalam diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi
tercela dalam Islam apabila orang yang diikuti berbeda dengan kita dari sisi keyakinan dan
pemikirannya. Apalagi bila mengikuti dalam perkara akidah, ibadah, syi'ar dan kebiasaan. Padahal
Rasul Shallallaahu 'alaihi wa sallam telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain
Islam: "Barang siapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut ." (HR. At-Tirmidzi).
Bila dalam merayakannya bermaksud untuk mengenang kembali Valentine maka tidak disangsikan
lagi bahwa ia telah kafir, adapun bila ia tidak bermaksud demikian maka ia telah melakukan suatu kemungkaran yang besar. Ibnul Qayyim berkata, "Memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang
khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut haram. Semisal memberi selamat atas
hari raya dan puasa mereka, dengan mengucapkan, "Selamat hari raya!" dan semisalnya. Bagi yang
mengucapkannya, kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu merupakan perbuatan
haram. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutu-kan Allah. Bahkan
perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat
atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Banyak orang yang kurang mengerti agama
terjerumus dalam suatu perbuatan tanpa menyadari buruknya perbuatan tersebut. Seperti orang yang
memberi selamat kepada orang lain atas perbuatan maksiat, bid'ah atau kekufuran maka ia telah
menyiapkan diri untuk mendapatkan kemarahan dan kemurkaan Allah."
Abu Waqid Radhiallaahu 'anhu meriwayatkan: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam saat keluar
menuju perang Khaibar, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut
dengan Dzaatu Anwaath, biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon
tersebut. Para sahabat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam berkata, "Wahai Rasulullah, buatkan
untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath." Maka Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi
Musa, 'Buatkan untuk kami tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan.' Demi Dzat yang
jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum
kalian." (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Adalah wajib bagi setiap orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat untuk melaksanakan wala'
dan bara' ( loyalitas kepada muslimin dan berlepas diri dari golongan kafir) yang merupakan dasar
akidah yang dipegang oleh para salaf shalih. Yaitu mencintai orang-orang mu'min dan membenci
orang-orang kafir serta menyelisihi mereka dalam ibadah dan perilaku. Serta mengetahui bahwa
sikap seperti ini di dalamnya terdapat kemas-lahatan yang tidak terhingga, sebaliknya gaya hidup
yang menyerupai orang kafir justru mengandung kerusakan yang lebih banyak.
Lain dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup mereka akan membuat mereka
senang, lagi pula, menyerupai kaum kafir dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati. Allah
Subhaanahu wa Ta'ala telah berfirman, yang artinya:
" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan Nasrani

menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain.
Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu
termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim ." (Al-Maidah:51)
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling
berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya." (Al-Mujadilah: 22)
"Dan janganlah belas kasihan kepada kedua pezina tersebut mencegah kamu untuk (menjalankan)
agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat." (An-Nur: 2)
Di antara dampak buruk menyerupai mereka adalah: ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka
sehingga terhapuslah As-Sunnah (tuntunan Allah dan Rasul-Nya). Tidak ada suatu bid'ah pun yang
dihidupkan kecuali saat itu ada suatu sunnah yang ditinggalkan. Dampak buruk lainnya, bahwa
dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama
mereka, padahal seorang muslim dalam setiap raka'at shalatnya membaca,
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pu-la jalan) mereka yang sesat." (AlFatihah:6-7)
Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang
mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri
malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela.
Ada seorang gadis mengatakan, bahwa ia tidak mengikuti keyakinan mereka, hanya saja hari
Valentine tersebut secara khusus memberikan makna cinta dan suka citanya kepada orang-orang
yang mempe-ringatinya. Ini adalah suatu kelalaian, padahal sekali lagi perayaan ini adalah dari ritual
agama lain!
Hadiah yang diberikan sebagai ung-kapan cinta adalah sesuatu yang baik, namun bila dikaitkan
dengan pesta-pesta ritual agama lain dan tradisi-tradisi Barat, akan mengakibatkan terobsesi oleh
budaya dan gaya hidup mereka.
Mengadakan pesta pada hari tersebut bukanlah sesuatu yang sepele, tapi lebih mencerminkan
pengadopsian nilai-nilai Barat yang tidak memandang batasan normatif dalam pergaulan antara pria
dan wanita sehingga saat ini kita lihat struktur sosial mereka menjadi porak-poranda.
Alhamdulillah, kita mempunyai pengganti yang jauh lebih baik dari itu semua, sehingga kita tidak
perlu meniru dan menyerupai mereka. Di antaranya, bahwa dalam pandangan kita, seorang ibu
mempunyai kedudukan yang agung, kita bisa mempersembahkan ketulusan dan cinta itu kepadanya
dari waktu ke waktu, demikian pula untuk ayah, saudara, suami dst, tapi hal itu tidak kita lakukan
khusus pada saat yang dirayakan oleh orang-orang kafir.
Semoga Allah senantiasa menjadikan hidup kita penuh dengan kecintaan dan kasih sayang yang tulus,
yang menjadi jembatan untuk masuk ke dalam Surga yang hamparannya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang-orang yang bertakwa. Semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan
orang-orang yang disebutkan:
" Kecintaan-Ku adalah bagi mereka yang saling mencintai karena Aku, yang saling mengunjungi
karena Aku dan yang saling berkorban karena Aku." (Al-Hadits).
Fatwa Syeikh Ibnu Utsaimin:

Pertanyaan:
Pada akhir-akhir ini ini telah tersebar dan membudaya perayaan hari Valentine -terutama di kalangan
pelajar putri, padahal ia merupakan salah satu dari sekian macam hari raya kaum Nashrani. Biasanya
pakaian yang dikenakan berwarna merah lengkap dengan sepatu, dan mereka saling tukar mawar
merah. Bagaimana hukum merayakan hari Valentine ini, dan apa pula saran dan anjuran anda kepada
kaum muslimin. Semoga Allah selalu memelihara dan melindungi anda.
Jawab:
Merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena:
Pertama: ia merupakan hari raya bid'ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari'at Islam.
Kedua : ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat
bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) - semoga Allah meridhai mereka.
Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum,
berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya. Hendaknya setiap muslim merasa bangga dengan
agamanya, tidak menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan dan ikut-ikutan.
Semoga Allah melindungi kaum muslimin dari segala fitnah (ujian hidup), yang tampak ataupun yang
tersembunyi dan semoga meliputi kita semua dengan bimbingan-Nya.
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.29 2 KOMENTAR:

Arti Ibadah
"Dan beribadahlah kepada Tuhanmu sampai mati mendatangimu,"(Al-Hijr:99).
"Dan tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku" (QS. AdzDzariyat:56)
Allah menciptakan kita bukan untuk sia-sia, tetapi karena tujuan mulia yaitu untuk beribadah
kepada-Nya. Ibadah adalah kata yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhoi Allah SWT. Kita
menjalankan perintah Allah dan meninggalkan larangannya-Nya adalah ibadah. Kita berbuat
kebaikan kepada sesama muslim bahkan sesama manusia atau kepada binatang sekalipun karena
Allah adalah ibadah. Jadi Ibadah itu artinya luas bukan hanya ibadah mahdhoh (murni) saja seperti
shalat, puasa, zakat dan haji, seperti dalam penjelasan Nabi saw bahwa cabang-cabang keimanan itu
lebih dari enam puluh atau lebih dari tujuh puluh cabang. Paling utama adalah Lailaha illallah dan
paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalanan. Tapi ibadah itu tidak berarti positif dunia
maupun akhirat sampai memenuhi dua kriteria:
Kriteria pertama, ibadah itu harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah.
Kriteria kedua, ibadah itu harus dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.
Satu syarat saja tidak diterima Allah, sampai betul memenuhi kedua persyaratan itu (lihat surat AlKahfi:110 dan Al-Mulk:2)
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.29 TIDAK ADA KOMENTAR:

Aqidah Salaf As-Sholih


"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." (QS. 4:1)
Pendahuluan
Kebangkitan dunia Islam telah menyadarkan banyak orang tentang kekuatan Islam, meskipun
kebangkitan tersebut tidak melalui kekuasaan. Tetapi Islam memasuki kalbu, otak dan urat nadi
orang yang mencari kebenaran, hanya saja kebangkitan tersebut perlu lebih diarahkan kepada satu
asas dan bingkai yang diterima oleh semua pihak yang secara jujur membawa misi Islam, li'ilaa'i
kalimatillah. Arah dan bingkai tersebut tak lain dan tak bukan adalah manhaj Salafusshalih; berupa
perangkat pemahaman yang utuh dari ajaran Rasulullah saw. Hal tersebut tentunya untuk
menghindari berbagai penyimpangan yang dialamai oleh sebagian ummat Islam. Penyimpangan
tersebut bervariasi; dari yang besar sampai kepada dualisme pemahaman dengan maksud memilahmilah untuk kepentingan tertentu. Hal itu sangat berbahaya, karena dasarnya adalah hawa nafsu.
Karena pemahaman sesungguhnya harus menyeluruh dan kita terima tanpa tawar menawar.
Salaf dan Aqidah
Rasulullah saw sejak diutus oleh Allah SWT, telah mengajarkan aqidah tauhid kepada para shabatnya,
sehingga mengakui kebesaran Allah SWT, keagungan syariat-Nya. Mereka cinta kepada Allah SWT
berharap hanya kepada Allah SWT dan tidak ada yang ditakuti kecuali Allah SWT. Mereka
digambarkan oleh Allah SWT dalam firmanNya, "Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang
diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan):
"Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-easul-Nya", dan
mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb dan
kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqarah:285). Disamping itu Allah berfirman,
"Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (adzab) Rabb mereka (57). Dan
orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka (58), Dan orang-orang yang tidak
mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatu apapun) (59), Dan orang-orang yang memberikan
apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Rabb mereka (60)." (QS. Al-Mukminun:57-60) Untuk melihat keutuhan
aqidah Salaf, marilah kita simak ucapan Sufyan bin Uyainah berikut ini, "Sesungguhnya Allah SWT
telah mengutus nabi kita Muhammad saw, kepada seluruh manusia, untuk menyatakan bahwa tidak
ada ilah selain Allah dan bahwasanya dia (Muhammad) adalah utusan-Nya. Maka tatkala mereka
telah mau mengatakan bersaksi seperti itu, terjaminlah darah dan hartanya, kecuali dengan haknya,
dan hisabnya hanya kepada Allah. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hal itu dari hati nurani
mereka, ia memerintahkan kepadanya (Muhammad) untuk menyuruh mereka sholat. Maka
memerintahlah ia (Muhammad), dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah, seandainya mereka
tidak mau mngerjakannya (sholat) maka sia-sialah ikrar/syahadat mereka tadi, juga sholatnya. Ketika
Allah mengetahui ketulusan hati mereka (dalam mengerjakan perintah tersebut), Allah

memerintahkan kepadanya (Muhammad) agar menyuruh mereka berhijrah menuju Madinah. Maka
ia (Muhammad) memerintah kepada mereka, dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah
seandainya mereka tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat dan sholat mereka. Lalu
ketika Allah mengetahui ketulusan hati mereka (dalam mengerjakan perintah tersebut), Allah
memerintahkan mereka untuk kembali ke Mekkah, memerangi/membunuh bapak dan anak-anak
mereka, sehingga bapak dan anak-anak mereka tersebut mau bersyahadat sebagaimana syahadat
mereka, shalat sebagaimana shalat mereka, dan hijrah sebagaimana mereka hijrah. Mereka mau
mengerjakan hal itu, sampai-sampai ada diantara mereka yang membawa kepala bapaknya, sambil
berkata: "Wahai Rasulullah, inilah kepala pemuka orang-orang kafir." Demi Allah seandainya mereka
tidak mau mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat, shalat dan hijrah mereka. Ketika Allah
mengetahui ketulusan hati mereka. Ia memerintah kepadanya (Muhammad) agar memerintah
mereka bertawaf (mengelilingi) Ka'bah sebagai ibadah dan mencukur rambut mereka sebagai
lambang rendah diri, dan mereka mau mengerjakannya. Demi Allah, seandainya mereka tidak mau
mengerjakannya, niscaya sia-sialah syahadat, shalat, hijrah dan haji serta perlawanan perang (yang
mereka lakukan) terhadap bapak-bapak mereka. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hati
mereka, maka Ia memerintahkan kepadanya (Muhammad) untuk mengambil harta mereka sebagai
sedekah yang menyucikan mereka. Maka ia (Muhammad) memerintah mereka untuk itu, dan mereka
mau mengerjakannya, sehingga mereka membawa harta mereka baik sedikit maupun banyak. Demi
Allah, andaikan mereka tidak mau mengerjakannya, maka sia-sialah syahadat, shalat, hijrah, perang
terhadap bapak mereka dan thawaf mereka. Ketika Allah SWT mengetahui ketulusan hati mereka,
dalam mengerjakan syari'at-syari'at iman dan batas-batasnya;" Ia SWT berkata: "Katakanlah (hai
Muhammad) kepada mereka!" "Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah
Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu." Sufyan berkata:
"Barangsiapa meninggalkan satu prinsip dari ajaran Islam, bagi kami ia adalah kafir. Barangsiapa
meninggalkannya karena malas atau meremehkan, kita akan menghukumnya, dan ia menurut kita
adalah kurang (imannya). Inilah sunnah.....sampaikanlah dari akau, apabila manusia bertanya
kepadamu." (Al-Ajurry, Kitabu Asy-Syari'ah hal. 103 - 104).
Untuk itu kita menggali tauhid sedalam-dalamnya, seperti yang diungkapkan oleh imam Al-Laalikaa'i
yang artinya:
"Sesungguhnya hal yang paling wajib atas seseorang adalah ma'rifat terhadap dien dan apa-apa yang
Allah bebankan kepada hamba-hamba-Nya berupa pemahaman tauhid terhadap-Nya, sifat-sifat-Nya
dan membenarkan utusan-utusan-Nya dengan dalil dan keyakinan, dengan cara istidlal dengan
hujjah dan penjelasan. Dan sebaik-baik ucapan dan hujjah yang rasional adalah Al-Qur'an dan sabda
Rasulullah serta perkataan shahabat, kemudian ijma' para Salaf As-Shaleh dan berpegang teguh
terhadap keseluruhannya sampai hari kiamat serta menjauhi berbagai bid'ah yang diada-adakan oleh
para penyesat, sekalipun hanya mendengarkannya." (Syarh Ushul I'tiqad Ahlus Sunnah wal Jamaah
oleh Al-Laalikaa'i Juz I hal. 9) Demikianlah nasehat dan wasiat dari para ulama salaf, dari kalangan
shahabat, tabi'in dan seterusnya.
Salaf Dan Kaitannya Dengan Ibadah
Secara bahasa, ibadah artinya tunduk dan patuh.
Secara syara', ibadah adalah nama yang mencakup semua kebaikan yang mengarah kepada ridho

Allah SWT. Secara lebih rinci Syaikh Abdurrohman Sa'di menyebutkan yang artinya :"Ibadah adalah
sempurnanya ketaatan dan kepatuhan kepada perintah-perintah Allah, berhenti dari laranganlarangan-Nya, mengendalikan diri dari batasan yang dibuat-Nya dan menerima semua yang
diajarkan-Nya melalui lisan nabi-Nya tanpa menolak atau menyimpangkannya." (Shofwatul Atsr wal
Mafaahim, hal. 46).
Sesuai dengan difinisi diatas, makna ibadah sangat luas, yang mengyangkut dhohir maupun bathin.
Pada makalah ini, kita akan membatasi pada makna dhohirnya saja. Seperti selalu kita baca yang
artinya :
"Katakanlah, Shalatku, korbanku, hidupku dan matiku, hanya untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS.
Al-An'am : 162).
Untuk mengetahui detil dari rincian ibadah dhohiriyah itu, sebaiknya kita simak hadits Rasulullah
SAW yang artinya :
"Dari Mu'adz bin Jabal, telah berkata, 'Aku telah berkata, 'Ya Rasulullah, beritahukannlah aku suatu
amal yang dapat memasukkan aku kedalam jannah dan menjauhkan akau dari neraka.' Nabi
menjawab, 'Engaku telah bertanya tentang suatu perkara besar, dan sesungguhnya itu adalah ringan
bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala atasnya. Engkau menyembah Allah dan jangan
menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mengerjakan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan
Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah.' Kemudian beliau berkata, 'Inginkah engkau
kuberi petunjuk kepadamu akan pintu-pintu kebaikan? Puasa itu adalah perisai dan sedekah itu
menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api dan shalat seorang ditengah malam.'
Kemudian beliau membaca ayat yang artinya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang
mereka berdo'a kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebagian
dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan
untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. As-Sajdah : 16 - 17). Kemudian beliau bersabda,
'Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal dan tiang-tiangnya seta puncak-puncaknya?
Aku menjawab, 'Mau ya Rasulullah', Rasulullah bersabda, 'Pokok amal adalah Islam dan tiangtiangnya adalah shalat dan puncknya adalah jihad.' Kemudian beliau bersabda; 'Maukah aku
beritahukan kepada tentang kunci perkara itu semua?' Aku menjawab, 'Mau,' Maka ia memegang
lidahnya dan bersabda, 'Jagalah ini!' Aku berkata, 'Ya Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa)
karena apa yang kami katakan?' Maka beliau bersabda; 'Semoga selamat engkau! Adakah yang
menjerumuskan orang keatas mukanya, (atau sabdanya, keatas hidungnya). kedalam neraka, selain
buah ucapan mereka?" (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan ia berkata 'Hadits itu hasan shahih).
Keutamaan seseorang tidak hanya ditentukan dari kewajiban-kewajiban yang sudah dikerjakannya,
namun juga oleh sejauh mana ia mengerjakan sunnah-sunnah Rasulullah SAW. Lihatlah wasiat Abu
Bakar Ash-Shiddiq RA kepada Umar bin Khattab RA saat sudah dekat ajalnya. Dalam sebuah riwayat
diriwayatkan yang artinya:
"Sesungguhnya aku akan memberimu sebuah wasit jika kamu mau menerimanya. Sesungguhnya
Allah Azza wa Jalla mempunyai hak-hak dimalam hari yang Ia tidak mau menerimanya disiang hari.
Demikian juga Allah Azza wa Jalla mempunya hak-hak disiang hari yang Ia tidak mau menerimanya
dimalam hari. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima amalan sunnah sebelum

amalan wajib dikerjakan."


Kalau kita perhatikan kehidupan Salaf Ash-Shaleh akan kita dapatkan kesimpulan bahwa mereka
persis seperti pernyataan: "Yaitu pendeta-pendeta diwaktu malam dan joki-joki diwaktu siang."
Bahkan kita dapatkan bagaimana kalau seseorang sudah kecapaian karena kerja keras di siang hari,
sang isteri berperan untuk mengingatkan seperti riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Rojab
Rahimahullah yang artinya: "Suatu malam isteri Habib (yakni Abu Muhammad Al-Fars)
membangunkan dan berkata: Bangun hai Habib, sesungguhnya perjalanan amatlah panjang, sedang
bekal kita sedikit. Rombongan orang-orang shaleh telah berlalu, sedangkan kita tetap berhenti."
(dinukil dari kitab Al-Hujjah fi Sairi Ad-Daljah karangan ibnu Rajab, hal. 67). Yang harus menjadi
catatan kita bahwa sebaik-baik ibadah itu adalah yang kontinyu dan berdasar petunjuk Nabi SAW.
Abu Ubaidah bin Al-Mursanna berkata yang artinya: "Sesungguhnya berlebih-lebihan didalam
beribadah itu buruk, lengahpun buruk, dan sedang-sedang saja itu bagus." Oleh karena itu Ibnu
Mas'ud Rahimahullah mendapatkan bahwa ibadah para tabi'in itu lebih banyak dari para Shahabat,
ucapannya yang artinya: "Kalian (para tabi'in) lebih banyak puasa dan shalat daripada para shahabat
Muhammad SAW padahal mereka lebih baik daripada kalian. Mereka bertanya, 'Apa sebabnya?
Beliau menjawab, 'Karena mereka lebih zuhud dari kalian dalam masalah dunia dan lebih
mengutamakan akhiratnya." Oleh karena itu batasan yang diajarkan oleh Nabi SAW dalam kaitannya
dengan ibadah dhahir ini diantaranya yang artinya: "Rasulullah SAW memerintahkan Abdullah bin
Amru untuk mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu pekan. Dalam riwayat selama tiga hari. Beliau
bersabda, orang yang membaca mengkhatamkannya lebih cepat dari itu tidak akan dapt
memahaminya (Al-Qur'an). Demikian pula masalah puasa (yang paling afdhal) adalah puasa Daud
Alaihissalam. Tidak ada puasa yang lebih afdhal daripada puasa Daud. Dan dalam masalah qiyam,
adalah qiyam Daud."
Semoga kita diberikan hidayah dan kekuatan untuk mengikuti para Salaf Ash-Shaleh Ridhwanullah
alaihim, amin.
TAMAT
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.28 TIDAK ADA KOMENTAR:

Aqidah Islamiyah

"Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orangorang yang dianugerahi ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid
dan orang-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya" (QS. An-Nisa':69)
Pendahuluan
Nilai suatu ilmu itu ditentukan oleh kandungan ilmu tersebut. Semakin besar dan bermanfaat
nilainya semakin penting untuk dipelajarinya. Ilmu yang paling penting adalah ilmu yang
mengenalkan kita kepada Allah SWT, Sang Pencipta. Sehingga orang yang tidak kenal Allah SWT
disebut kafir meskipun dia Profesor Doktor, pada hakekatnya dia bodoh. Adakah yang lebih bodoh
daripada orang yang tidak mengenal yang menciptakannya?
Allah menciptakan manusia dengan seindah-indahnya dan selengkap-lengkapnya dibanding dengan
makhluk / ciptaan lainnya. Kemudian Allah bimbing mereka dengan mengutus para Rasul-Nya
(Menurut hadits yang disampaikan Abu Dzar bahwa jumlah para Nabi sebanyak 124.000 semuanya
menyerukan kepada Tauhid (dikeluarkan oleh Al-Bukhari di At-Tarikhul Kabir 5/447 dan Ahmad di
Al-Musnad 5/178-179). Sementara dari jalan sahabat Abu Umamah disebutkan bahwa jumlah para
Rasul 313 (dikeluarkan oleh Ibnu Hibban di Al-Maurid 2085 dan Thabrani di Al-Mu'jamul Kabir
8/139)) agar mereka berjalan sesuai dengan kehendak Sang Pencipta melalui wahyu yang dibawa oleh
Sang Rasul. Namun ada yang menerima disebut mu'min ada pula yang menolaknya disebut kafir serta
ada yang ragu-ragu disebut Munafik yang merupakan bagian dari kekafiran. Begitu pentingnya
Aqidah ini sehingga Nabi Muhammad, penutup para Nabi dan Rasul membimbing ummatnya selama
13 tahun ketika berada di Mekkah pada bagian ini, karena aqidah adalah landasan semua tindakan.
Dia dalam tubuh manusia seperti kepalanya. Maka apabila suatu ummat sudah rusak, bagian yang
harus direhabilitisi adalah kepalanya lebih dahulu. Disinilah pentingnya aqidah ini. Apalagi ini
menyangkut kebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akherat. Dialah kunci menuju surga.

Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada keyakinan manusia adalah suatu
keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Aqidah menurut terminologi syara' (agama)
yaitu keimanan kepada Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akherat, dan
keimanan kepada takdir Allah baik dan buruknya. Ini disebut Rukun Iman.

Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama. Pertama : Aqidah yaitu keyakinan pada rukun iman
itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan cara-cara perbuatan (ibadah). Bagian ini disebut
pokok atau asas. Kedua : Perbuatan yaitu cara-cara amal atau ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan
seluruh bentuk ibadah disebut sebagai cabang. Nilai perbuatan ini baik buruknya atau diterima atau
tidaknya bergantung yang pertama. Makanya syarat diterimanya ibadah itu ada dua, pertama : Ikhlas
karena Allah SWT yaitu berdasarkan aqidah islamiyah yang benar. Kedua : Mengerjakan ibadahnya
sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Ini disebut amal sholeh. Ibadah yang memenuhi satu syarat
saja, umpamanya ikhlas saja tidak mengikuti petunjuk Rasulullah SAW tertolak atau mengikuti
Rasulullah SAW saja tapi tidak ikhlas, karena faktor manusia, umpamanya, maka amal tersebut
tertolak. Sampai benar-benar memenuhi dua kriteria itu. Inilah makna yang terkandung dalam AlQur'an surah Al-Kahfi 110 yang artinya : "Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shaleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun

dalam beribadah kepada Tuhannya."


Perkembangan Aqidah
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu tersendiri karena masalahnya
sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun terjadi langsung diterangkan
oleh beliau. Makanya kita dapatkan keterangan para sahabat yang artinya berbunyi : "Kita diberikan
keimanan sebelum Al-Qur'an"
Nah, pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman -pemahaman baru
seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan Muawiyah karena melakukan tahkim lewat
utusan masing-masing yaitu Abu Musa Al-Asy'ari dan Amru bin Ash. Timbul pula kelompok Syiah
yang menuhankan Ali bin Abi Thalib dan timbul pula kelompok dari Irak yang menolak takdir
dipelopori oleh Ma'bad Al-Juhani (Riwayat ini dibawakan oleh Imam Muslim, lihat Syarh Shohih
Muslim oleh Imam Nawawi, jilid 1 hal. 126) dan dibantah oleh Ibnu Umar karena terjadinya
penyimpangan-penyimpangan. Para ulama menulis bantahan-bantahan dalam karya mereka.
Terkadang aqidah juga digunakan dengan istilah Tauhid, ushuluddin (pokok-pokok agama), AsSunnah (jalan yang dicontohkan Nabi Muhammad), Al-Fiqhul Akbar (fiqih terbesar), Ahlus Sunnah
wal Jamaah (mereka yang menetapi sunnah Nabi dan berjamaah) atau terkadang menggunakan
istilah ahlul hadits atau salaf yaitu mereka yang berpegang atas jalan Rasulullah SAW dari generasi
abad pertama sampai generasi abad ketiga yang mendapat pujian dari Nabi SAW. Ringkasnya :
Aqidah Islamiyah yang shahih bisa disebut Tauhid, fiqih akbar, dan ushuluddin. Sedangkan manhaj
(metode) dan contohnya adalah ahlul hadits, ahlul sunnah dan salaf.
Bahaya Penyimpangan Pada Aqidah
Penyimpangan pada aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam seluruh kehidupannya,
bukan saja di dunia tetapi berlanjut sebagai kesengsaraan yang tidak berkesudahan di akherat kelak.
Dia akan berjalan tanpa arah yang jelas dan penuh dengan keraguan dan menjadi pribadi yang sakit
personaliti. Biasanya penyimpangan itu disebabkan oleh sejumlah faktor diantaranya :
Tidak menguasainya pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pengertian dan perhatian.
Akibatnya berpaling dan tidak jarang menyalahi bahkan menentang aqidah yang benar.
Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah yang benar. Seperti
firman Allah SWT tentang ummat terdahulu yang keberatan menerima aqidah yang dibawa oleh para
Nabi dalam Surat Al-Baqarah 170 yang artinya : "Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutlah apa
yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." (Apabila mereka akan mengikuti juga),
walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk."
Taklid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormati tanpa melalui seleksi yang tepat sesuai
dengan argumen Al-Qur'an dan Sunnah. Sehingga apabila tokoh panutannya sesat, maka ia ikut
tersesat.
Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang sholeh yang sudah
meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti
perbuatan Tuhan. Hal itu karena menganggap mereka sebagai penengah/arbiter antara dia dengan
Allah. Kuburan-kuburan mereka dijadikan tempat meminta, bernadzar dan berbagai ibadah yang
seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Demikian itu pernah dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh

AS ketika mereka mengagungkan kuburan para sholihin. Lihat Surah Nuh 23 yang artinya : "Dan
jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa', Yaghuts,
Ya'uq dan Nasr."
Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajara Islam disebabkan silau terhadap peradaban Barat
yang materialistik itu. Tak jarang mengagungkan para pemikir dan ilmuwan Barat serta hasil
teknologi yang telah dicapainya sekaligus menerima tingkah laku dan kebudayaan mereka
Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam, sehingga anak tumbuh
tidak mengenal aqidah Islam. Pada hal Nabi Muhammad SAW telah memperingatkan yang artinya :
"Setiap anak terlahirkan berdasarkan fithrahnya, maka kedua orang tuanya yang meyahudikannya,
menashranikannya, atau memajusikannya" (HR: Bukhari).
Apabila anak terlepas dari bimbingan orang tua, maka anak akan dipengaruhi oleh acara / program
televisi yang menyimpang, lingkungannya, dan lain sebagainya.
Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam pembinaan keagamaan
seseorang. Bayangkan, apa yang bisa diperoleh dari 2 jam seminggu dalam pelajaran agama, itupun
dengan informasi yang kering. Ditambah lagi mass media baik cetak maupun elektronik banyak tidak
mendidik kearah aqidah bahkan mendistorsinya secara besar-besaran.
Tidak ada jalan lain untuk menghindar bahkan menyingkirkan pengaruh negatif dari hal-hal yang
disebut diatas adalah mendalami, memahami dan mengaplikasikan Aqidah Islamiyah yang shahih
agar hidup kita yang sekali dapat berjalan sesuai kehendak Sang Khalik demi kebahagiaan dunia dan
akherat kita, Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa' 69 yang artinya : "Dan barangsiapa yang
menta'ati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni'mat Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shaleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
Dan juga dalam Surah An-Nahl 97 yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh baik
laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah
Karena Aqidah Islamiyah bersumber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan
lagi. Berbeda dengan filsafat yang merupakan karya manusia, tentu banyak kelemahannya. Makanya
seorang mu'min harus yakin kebenaran Aqidah Islamiyah sebagai poros dari segala pola laku dan
tindakannya yang akan menjamin kebahagiannya dunia akherat. Dan merupakan keserasian antara
ruh dan jasad, antara siang dan malam, antara bumi dan langit dan antara ibadah dan adat serta
antara dunia dan akherat. Faedah yang akan diperoleh orang yang menguasai Aqidah Islamiyah
adalah :
Membebaskan dirinya dari ubudiyah / penghambaan kepada selain Allah, baik bentuknya kekuasaan,
harta, pimpinan maupun lainnya.
Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah baik dalam keadaan suka maupun duka.
Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada kurang rizki, terhadap
jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh tawakkal
kepad Allah (outer focus of control).

Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa , sekokoh gunung. Dia hanya berharap kepada Allah dan
ridho terhadap segala ketentuan Allah.
Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan / ukhuwah dan persamaan. Tidak beda antara miskin
dan kaya, antara pinter dan bodoh, antar pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan hitam dan
antara Arab dan bukan, kecuali takwanya disisi Allah SWT.
Oleh :
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia
DIPOSKAN OLEH GREENLANDS DI 22.27 TIDAK ADA KOMENTAR:

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Entri (Atom)

Kultum Ramadhan: 3
Obat untuk Penyakit Hati

by Ammi Nur Baits


July 29, 2013

Materi Kultum Ramadhan: 3 Obat untuk Penyakit


Hati
Kultum ramadhan kali ini kita akan membahas masalah tasyfiatun nufus
(penyucian jiwa), dimana menjadi sangat penting untuk pribadi-pribadi
muslim saat ini. Sehingga kewajiban untuk para dai menyampaikannya
kepada kaum muslimin, apalagi di momen yang tepat di bulan Ramadhan
yang Mulia ini. Berikut ini sajiannya:
Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakaatuh,





















Kaum muslimin yang berbahagia
Syukur Alhamdulillah kita haturkan ke hadhirat Allah, Sang Pemberi petunjuk,
Yang menguasai dan mengendalikan seluruh hati manusia. Puji syukur kita
haturkan pula kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya, kita bisa
merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
Hadhirin yang kami hormati,
Seperti yang kita sadari bersama, umumnya manusia sangat sulit untuk
melakukan ibadah kepada Allah. Umumnya manusia sangat malas untuk
diajak melakukan ketaatan kepada Sang Pencipta. Mengapa?
Kita semua akan memiliki jawaban yang sama, karena manusia dibekali
dengan hawa nafsu. Hanya saja, manusia berbeda-beda. Ada yang hawa
nafsunya lebih menguasi dirinya, sehingga dia bergelimang dengan maksiat,
namun dia tidak merasa bersalah. Ada yang hati nuraninya lebih
mendominasi, sehingga dia menjadi hamba yang taat.
Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,
Jika kita perhatikan, sejatinya iman, islam, dan ketaatan kepada Allah adalah
sebuah kenikmatan. Terdapat banyak dalil yang menunjukkan bahwa ibadah
bisa dirasakan kenikmatannya, diantaranya firman Allah ketika menceritakan
salah satu kenikmatan yang Allah berikan kepada para sahabat,
















Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. kalau ia menuruti
kemauan kalian dalam beberapa urusan benar-benarlah kalian mendapat
kesusahan, tetapi Allah menjadikan kalian cinta kepada keimanan dan
menjadikan keimanan itu indah di dalam hati kalian(QS. Al-Hujurat: 7).
Atas petunjuk Allah taala, Allah jadikan para sahabat manusia yang bisa
menikmati lezatnya iman, bahkan Allah jadikan iman itu sesuatu yang indah

pada hati para sahabat. Sehingga kecintaan mereka kepada kebaikan,


mengalahkan segalanya.
Kemudian dalam hadis dari Abbas bin Abdul Mutahalib radhiyallahu anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,














Akan merasakan nikmatnya iman, orang yang ridha Allah sebagai Rabnya,
islam sebagai agamanya, dan Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,
sebagai rasulnya.(HR. Muslim, Turmudzi dan yang lainnya).
Dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebut tiga
kriteria:

Orang yang mentauhidkan Allah dengan sepenuhnya, sebagai bukti dia


ridha Allah sebagai Rabnya,

kemudian dia menjadikan syariat islam sebagai aturan hidupnya,


sebagai bukti dia ridha bahwa islam sebagai agamanya

dan dia mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam


dalam hidupnya
orang yang memiliki 3 kriteria ini akan merasakan lezatnya.
Dalam hadis lain, yang mungkin hadis ini sering kita dengar,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,





Tiga hal, siapa yang memilikinya maka dia akan merasakan lezatnya iman:
Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari pada selainnya, dia mencintai
seseorang hanya karena Allah, dan dia sangat benci untuk kembali kepada
kekufuran, sebagaimana dia benci untuk dilempar ke neraka. (HR. Bukhari,
Muslim dan yang lainnya).
Semua dalil di atas menunjukkan betapa iman, islam, dan segala turunannya,
merupakan kenikmatan dan bisa dirasakan lezatnya.
Hadhirin, jamaah yang kami hormati,
Yang menjadi tanda tanya kita, mengapa banyak orang justru merasa berat
atau bahkan merasa tersiksa ketika melakukan ketaatan? Bisa jadi, bahkan
termasuk kita, seringkali masih menganggap ketaatan itu sesuatu yang sulit
bagi kita. Lalu dimanakah nikmatnya iman itu?
Jamaah yang berbahagia,
Sejatinya kasus semacam ini juga dialami oleh fisik manusia. Seperti yang
kita pahami, hampir semua orang yang mengalami sakit, dia akan susah
makan, dan semua terasa pahit. Selezat apapun jenis makanan yang
diberikan, orang sakit akan merasakannya sebagai sesuatu yang pahit. Soto
pahit, sate pahit, bahkan sitipun pahit rasanya. Kenapa? Karena dia sedang
sakit.
Seperti itu pula, orang yang sedang sakit hati dan mentalnya. Selezat apapun
nutrisi yang diberikan, dia akan merasakan pahit dan berusaha menolaknya.
Dengan ini kita bisa menemukan jawaban, mengapa banyak orang tidak
merasakan nikmatnya iman? Karena kebanyakan manusia, hati dan jiwanya
sedang sakit.
Jamaah yang berbahagia,

Untuk bisa mengembalikan pada kondisi normal, tentu kita harus berusaha
mengobati penyakit itu. Karena jika sakit ini dibiarkan, selamanya kita tidak
bisa merasakan nikmatnya nutrisi dan makanan. Hati sakit yang dibiarkan,
selamanya akan sulit untuk menikmati lezatnya iman.
Lalu bagaimana cara mengobati hati?
Imam Ibnul Qoyim, dalam karyanya Ighatsatul Lahafan (1/16 17)
menjelaskan bahwa ada 3 teori pokok untuk mengobati sesuatu yang sakit.
Teori ini juga digunakan dalam ilmu medis.
Dalam dunia medis, ketika seorang dokter hendak mengobati pasien, dia
akan memberlakukan 3 hal:
Pertama, [ ] [menjaga kekuatan. Ketika mengobati pasien, dokter akan
menyarankan agar pasien banyak makan yang bergizi, banyak istirahat,
tenangkan pikiran, tidak lupa, sang dokter juga memberikan multivitamin.
Semua ini dilakukan dalam rangka menjaga kekuatan fisik pasien.
Ibnul Qoyim menjelaskan, orang yang sakit hati, salah satu upaya yang harus
dia lakukan adalah menjaga kekuatan mentalnya, dengan ilmu yang
bermanfaat dan melakukan berbagai ketaatan. Hatinya harus dipaksa untuk
mendengarkan nasehat dan ilmu yang bersumber dari Al-Quran dan sunah,
serta fisiknya dipaksa untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Karena ilmu
dan amal, merupakan nutrisi bagi hati manusia. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dalam hadis riwayat Bukhari, memisalkan ilmu sebagaimana hujan
dan hati manusia sebagaimana tanah. Karena hati senantiasa butuh nutrisi
berupa ilmu.
Kedua, [ ] [melindungi pasien dari munculnya penyakit yang baru
atau sesuatu yang bisa memparah sakitnya.
Dalam mengobati pasien, tahapan lain yang dilakukan dokter adalah
menyarankan pasien untuk menghindari berbagai pantangan sesuai jenis
penyakit yang diderita pasien.
Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit hati. Seperti yang dijelaskan Ibnul
Qoyim, orang yang sakit harus menghindari segala yang bisa memperparah
panyakit dalam hatinya, yaitu dengan menjauhi semua perbuatan dosa dan
maksiat. Dia hindarkan dirinya dari segala bentuk penyimpangan. Karena
dosa dan maksiat adalah sumber penyakit bagi hati. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam menggambarkan bagaimana bahaya dosa bagi hati
manusia,









{


Sesungguhnya seorang hamba, apabila melakukan perbuatan maksiat maka
akan dititikkan dalam hatinya satu titik hitam. Jika dia meninggalkan maksiat
itu, memohon ampun dan bertaubat, hatinya akan dibersihakn. Namun jika
dia kembali maksiat, akan ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi
hatinya. Itulah yang diistilahkan ar-raan yang Allah sebutkan dalam firmanNya, (yang artinya), Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu
mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (HR. Turmudzi, Ibnu Majah dan
sanadnya dinilai kuat oleh Syuaib Al-Arnauth).
Ketiga, [] [
menghilangkan penyakit yang ada dalam dirinya

Tahapan terakhir, setelah dokter memastikan jenis penyakit yang diderita


pasien, dokter akan memberikan obat untuk menyerang penyakit itu. Dokter
akan memberinkan antibiotik dengan dosis yang sesuai, atau obat lainnya
yang sesuai dengan penyakit pasien.
Di bagian akhir keterangannya untuk pembahasan ini, Ibnul Qoyim
menjelaskan bahwa cara untuk menghilangkan penyakit yang merusak
hati adalah dengan banyak bertaubat, beristighfar, memohon ampunan
kepada Allah. Jika kesalahan itu harus ditutupi dengan membayar kaffarah
maka dia siap membayarnya. Jika terkait dengan hak orang lain, diapun siap
dengan meminta maaf kepadanya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggambarkan,









Orang yang bertaubat dari satu perbuatan dosa, seperti orang yang tidak
melakukan dosa itu. (HR. Ibn Majah).
Karena dengan taubat, berarti dia menghilangkan penyakit hati berupa dosa
dalam dirinya.
Jamaah yang kami hormati,
Obat yang diberika seorang dokter akan berbeda-beda sesuai dengan jenis
dan tingkat penyakit yang diderita pasien.
Dokter akan memberikan penanganan lebih, ketika sakit yang diderita pasien
cukup parah, bahkan sampai harus rawat inap di ICU atau bahkan CCU.
Dengan rentang waktu berbeda-beda, atau bahkan pemberian obat tanpa
batas waktu. Termasuk treatment operasi dan ampuntasi.
Sama halnya dengan mereka yang sakit hatinya. Jika penyakit yang diderita
sangat parah, karena pelanggaran yang dilakukan adalah dosa besar, syariat
memberikan treatment sampai pada taraf hukuman had, seperti cambuk,
potong tangan, pengasingan, qishas, denda, hingga rajam.
Sebagaimana anda tidak dibenarkan untuk menuduh dokter kejam karena
melakukan bedah operasi atau amputasi. Anda juga sangat tidak dibenarkan
mengatakan islam kejam karena memberikan hukuman kematian.
Allahu alam.
Semoga Allah melindungi kita dari segala penyakit hati yang berbahaya, dan
menjadikan hati kita, hati yang sehat, yang bisa merasakan lezatnya iman,
islam, dan amal soleh.
Amiin..













Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan
Pembinawww.KonsultasiSyariah.com)

Sabar
Segala puji bagi allah atas segala yang telah di anugerahkan kepada kita, baik material maupun
nikmat yang immaterial. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad
Saw, sebagai penuntun ummat menuju jalan yang selamat. Marilah kita tingkatkan kualitas dan
kwantitas ketaqwaan kita kepada Allah swt, dengan sungguh-sungguh karena taqwa inilah yang
akan mengantarkan kita kepada kenikmatan dunia dan akhirat alamin ya rabbal alamin
Hadirin yang di muliakan Allah
Kehidupan di dunia ini terasa sangat sigkat, jika dibandingkan dengan kehidupan sebelum atau
sesudah hidup dimuka bumi ini. Tetapi dari kehidupan yang singkat ini, ada banyak sekali hal-hal
yang kita temui, suka, duka, ceria dan nestapa terus selalu mengikuti dan akrab bersahabat
dengan kehidupan kita.
Manusia selalu digelayuti oleh nasib yang berbeda dari hari ke hari tanpa kita ketahui secara
pasti, apa sebenarnya kehendak Allah taala. Karena itulah setiap manusia harus tunduk
dibawah keputusan dan kehendak rabb-Nya. Allah tidak akan merubah sunnanya yang berlaku
untuk hamba-hambanya. Namun tidak kemudian kita men-salah artikan dan berbuat semaunya
berdalih bahwa ini kehendak Allah taala, karena kita sendiri tidak tahu dengan kehendak Allah
taala. Dasar logis ini menjadi pertimbangan setiap manusia untuk memilih perbuatan baik agar
mendapatkan nasib yang baik. Tetapi jika yang kita lakukan sudah maksimal maka dalam tahap
inilah kita semua menyerahkan kepada Allah taala.
Imam Ghazali berpendapat bahwa sabar adalah menguatkan dorongan agama untuk
mengalahkan dorongan nafsu-nya. Jadi kesabaran pada dasarnya adalah konsep agresif untuk
maju dengan cara melepaskan jeratan masalah dan kesediahan. Sesungguhnya Allah sudah
memberikan semua dunia ini dengan segala sunnahnya. Jika kita berbuat yang salah maka
secara sunnatullah kita akan mendapatkan kejelekan. Kausalitas seperti itu telah termaktub di

dalam al Qur'an :



Dan apa musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).
Ada baiknya kalau kita menyimak apa yang ditulis oleh Imam Al Islambuly, bahwa ada seorang
ahlii hadits yang suka mengumpulkan kepompong-kepompong untuk disaksikan bagaimana
perubahan kepompong tersebut keluar dan menjadi kupu-kupu yang indah, tetapi pada suatu
hari, ada kepompong yang menurutnya lambat dalam proses keluarnya, akhirnya kepompong
tersebut di bantu dalam proses pengeluarannya, yang terjadi ternyata justru kepompong tersebut
mati, ayah ahli hadits tersebut akhirnya meberikan fatwa:wahai anakku, pada saat kepompong
keluar menjadi kupu-kupu, sebenarnya mengeluarkan racun-racun yang ada dalam dirinya, jika
tidak ia keluarkan maka ia akan mati, begitu juga dengan kehidupan di dunia, dunia akan
memberikan sesuatu tetapi di sisi lain dunia juga akan meminta sesuatu juga, mustahil dunia
akan memberikan begitu saja.
Filosofi kisah tersebut memberikan pelajaran kepada kita, bahwa dengan melintasi batas
kebenaran yang digariskan, demi untuk mendapatkan sesuatu maka akan menjadikan
ketahanan agamanya menjadi luntur.
Hadirin yang dimulyakan Allah
Tidak dibenarkan dalam kehidupan ini bersifat ambisius, mengejar dunia yang berlebihan, dalam
al-Qur'an kita diperintahkan untuk selalu meminta kepada Allah untuk berbuat sabar dalam
menjalankan perintahnya dan sabar menjalankan shalat dengan penuh ketekunan. (QS al
Baqarah:45)



Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu`, (QS al
Baqarah:45)
Sabar tidak hanya ketika menerima keadaan yang tidak kita inginkan, tetapi sabar juga harus
kita aplikasikan kepada semua aspek kehidupan termasuk bersabar pada saat mendapatkan
nikmat yakni dengan cara membelanjakan dengan cara yang benar sesuai dengan tuntunan
Allah
taala.
Setiap ibadah membutuhkan kesabaran di dalamnya, oleh karena itu sabar adalah bagian dari
tubuh amal itu sendiri. Imam Ali ra berkata:


Sifat sabar itu menempati kedudukan sebagai kepala dari bagian jasad, tidak jasad yang tanpa
kelapa, dan tidak ada keimanan bagi orang yang tidak bersabar.
Hadirin yang berbahagia
Bersabarlah atas segala yang digariskan oleh Allah dan janganlah kita mencari jalan pintas,
untuk kaya kita tidak perlu memelihara tuyul, atau korupsi, untuk menjadi populer jangan menjual
harga diri, untuk hidup terhormat jangan menjelekkan orang al Qur'an :al-Insan:24


Maka bersabarlah kamu untuk (melaksanakan) ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti
orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.
Dari Ibnul Mubarak, pada suatu hari ada orang majusi yang melayat kepada jenazah putranya,
dia berkata:hari ini akan ada orang pandai yang dilakukan oleh orang yang bodoh lima hari

yang akan datang.


Orang bodoh yang tidak tahu betapa besarnya pahala sabar, akan melakukan sedih
berkepanjangan, berbeda dengan orang yang cerdik dan bijak yang di dalamnya ada unsur
kesabaran, ia akan ditimpa kesedihan pada saat musibah itu menimpa, dan tidak berlarut larut
jatuh dalam duka. Sabda Nabi saw :

Sabar itu terdapat pada pukulan pertama
Hadirin yang dimuliakan Allah, mudah mudahan kita semua diberikan kesabaran, sabar dalam
menjalankan perintah, sabar menghadapi musibah dan sabar menjauhi maksiat. Dan dalam
kehidupan sosial kita selalu bisa bersabar dan memberikan kontribusi untuk berbuat sabar.
Rasulullah saw bersabda :sabar itu ada tiga, sabar menghadapi musibah, sabar menjalankan
perintah dan sabar menjauhi maksiat, barang siapa yang sabar menghadapi musibah, sehingga
ditolaknya dengan perbuatan yang baik maka baginya 300 derajat dan barang siapa sabar
menjalankan perintah maka baginya 600 derajat baginya, dan barang siapa sabar dalam
meninggalkan maksiat maka baginya 900 derajat. amin ya rabbal alamin. untuk lebih serunya
lagi
silahkan
baca epistmologi
aqiqah
.

Contoh Ceramah Puasa atau Ramadhan 1435 H / 2014


Amir KataIlmu.com

Contoh Ceramah Puasa atau Ramadhan 1435 H / 2014 Sahabat sekalian, pada kesempatan kali ini Kata
Ilmu akan berbagi artikel mengenai contoh ceramah atau kultum ramadhan, terkadang banyak diantara kita yang
ingin naik ke mimbar untuk memberikan ceramah ramadhan, misalnya seelum shalat Tarawih atau sesudah
shalat Shubuh, Yup berikut ini adalah contoh ceramah ramadhan singkat dan sederhana, simaklah
selengkapnya:

Ceramah Ramadhan 2014


Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah meringankan hati kita dan memudahkan langkah kita
bertemu dalam majelis ini. Semoga keselamatan dan kedamaian tercurah kepada nabi Muhammad SAW,
keluarga dan sahabat yang mulia, serta penerus risalahnya hingga hari akhir nanti.
Kaum muslimin yang berbahagia ...

Sesungguhnya setiap ibadah mempunyai dua potensi yang selalu beriringan satu sama lainnya. Satu sisi sebuah
ibadah mungkin akan menjadi ladang pahala kita yang akan kita panen di kampung akhirat nanti. Tapi sisi lain,
jika kita tidak memenuhi syarat, adab dan rukunnya bisa jadi sebuah ibadah justru menjadi fitnah bagi kita di hari
akhir nanti. Naudzu billah min dzalika ...
Contoh yang paling jelas dalam masalah ini terdapat dalam sebuah ayat yang sudah sama-sama kita hafal
bersama, dalam surat al-Maun disebutkan ancaman Allah SWT kepada orang-orang yang shalat. Allah berfirman
dalam kitabnya yang mulia :

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya (QS Al
Maun 3)

Ayat di atas begitu lugas mengingatkan pada kita bahwa sholat bisa menjadi fitnah dan ancaman di akhirat nanti
saat kita menjalankan tidak sesuai aturannya.
Kaum muslimin yang berbahagia ...
Lalu bagaimana dengan ibadah puasa Ramadhan kita ? Apakah ada ancaman tentang puasa yang kita
jalankan ? Sungguh setidaknya ada dua dalil yang juga mengingatkan kita dengan gamblang tentang bahayanya
orang berpuasa jika tidak memenuhi adab dan aturannya. Dalil pertama, Rasulullah SAW telah memberikan
prediksi bagaimana banyak orang yang berpuasa tanpa hasil apapun keculai hanya lapar dahaga. Beliau
bersabda dari lisannya yang mulia :
===


.
Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan
betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR
An-NAsai)
===
Dalil di atas seharusnya menjadi warning atau peringatan dini bagi kita dalam meniti hari-hari Ramadhan kita,
agar tidak termasuk golongan yang celaka dalam arti berpuasa tanpa pahala. Peringatan berikutnya adalah
dalam lafadz doa Jibril alaihissalam, dimana ia mendoakan keburukan kepada mereka yang mendapati
Ramadhan tapi tidak mendapat ampunan dari Allah SWT. Diriwayatkan dalam hadits yang panjang :

Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam naik mimbar lalu bersabda: Amin, Amin,
Amin. Para sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata demikian, wahai Rasulullah? Kemudian beliau
bersabda, Baru saja Jibril berkata kepadaku: Allah melaknat seorang hamba yang melewati
Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan, Amin, kemudian Jibril berkata lagi, Allah
melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun tidak membuatnya
masuk Jannah (karena tidak berbakti kepada mereka berdua), maka aku berkata: Amin. Kemudian
Jibril berkata lagi. Allah melaknat seorang hambar yang tidak bershalawat ketika disebut namamu,
maka kukatakan, Amin (HR Ibnu Khuzaimah dishahihkan oleh Albani )

Naudzu billah tsumma naudzu billah ... ibaratnya dalam pepatah bahasa kita, sudah jatuh tertimpa tangga. Tidak
mendapatkan ampunan dalam ramadhan sudah merupakan musibah luar biasa, belum lagi ditambah doa laknat
dati Jibril alaihissalam yang diaminkan oleh Rasulullah SAW yang mulia ..!. Semoga kita tidak termasuk dalam
dua golongan yang disebutkan dalam dua hadits yang saya sebutkan di atas.
Kaum muslimin yang berbahagia ..

Rasanya menjadi penting bagi kita untuk mengetahui mengapa orang yang berpuasa bisa mendapat kecelakaan
yang sedemikian buruk semacam itu. Setidaknya ada empat kesalahan orang berpuasa yang bisa
menjerumuskan mereka dalam dosa dan kehinaan, mari bersama merenungkannya.
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang sudah sangat populer di telinga kita : Innamal amaalu binniyaaat.
Yaitu : Sesungguhnya setiap amal bergantung pada niatnya ....( HR Muttafaqi Alaih). Maka berpuasa tanpa
keikhlasan ibaratnya surat perjanjian tanpa stempel dan materai, menjadi tidak berlaku dan sia sia begitu saja.
Pertanyaannya adalah, puasa semestinya melatih orang untuk ikhlas, karena ia merupakan ibadah antara
seorang hamba dan Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda :
Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi SAW bersabda:

Semua amal manusia adalah miliknya, kecuali puasa, sesungguhnya ia adalah milik-Ku dan Aku yang
akan memberikan balasannya, (H.R. Bukhari).

Tapi sungguh sayang sekali, ternyata masih ada yang ternoda keikhlasannya dalam berpuasa karena godaan
riya, harta maupun kecenderungan diri pribadi. Puasa diliputi riya, karena ingin dianggap, dihargai dan dipuji
orang lain sebagai orang yang berpuasa. Bisa jadi karena ewuh pakewuh dengan mertua, atau takut dengan
pimpinan di kantor, atau mungkin ingin eksis di tengah rekan sejawat. Semua itu sungguh meluruhkan pahala
puasa yang mulia. Ada pula orang yang berpuasa karena mengincar harta, mungkin saja ini lebih banyak terjadi
pada anak-anak kita yang mengidamkan hadiah dari para orangtua saat lebaran nanti, karena mampu
menyelesaikan puasa dengan sempurna. Selain itu, ada juga yang berpuasa dengan bersemangat, bukan
karena kewajiban semata tetapi juga karena keinginan pribadi untuk diet dan menurunkan berat badan. Sungguh
ini semua jika tidak dihapus dalam hati, akan mengotori keikhlasan puasa kita, dan kita terjerumus dalam
golongan mereka yang berpuasa tanpa pahala.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Yang kedua adalah mereka yang berpuasa tanpa ilmu. Tidak mengetahui mana yang membatalkan dan mana
yang tidak. Maka mereka menjalani puasa tanpa aturan, atau memahami tidak dengan sepenuhnya benar.
Akibatnya, puasa mereka menjadi begitu rapuh dan tanpa makna. Menyangka telah melakukan hal yang benar
padahal sejatinya salah. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :

seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) . (HR
Ibnu Majah).

Maka marilah meningkatkan kualitas ibadah puasa kita dengan memahami sepenuhnya hukum-hukum
seputarnya. Mari terus membaca, mengkaji dan bertanya, agar bisa menjalankan seluruh rangkaian ibadahnya
dengan keyakinan yang nyaris sempurna.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Golongan orang berpuasa yang celaka ketiga adalah mereka yang berpuasa hanya dari makan minum dan
berhubungan badan semata, dan merasa bahwa dengan itu mereka sudah memenuhi semua ketentuan dan
tuntutan puasa. Barangkali kita perlu mengingat lebih dalam himbauan rasulullah SAW berkaitan dalam masalah
ini :
===



Barang siapa yang tidak meninggalkan berkata dusta dan beramal kedustaan, maka Allah SWT tidak
membutuhkan dia meninggalkan makan dan minumnya (HR Bukhori).

===
Mereka dalam masalah ini berpuasa tetapi tidak mampu menundukkan nafsu dan emosinya. Maka mereka
menodai siang hari ramadhan dengan lisan yang tak terjaga dari ghibah, marah dan berkata dusta, atau anggota
badan yang tidak terjaga dari dosa dan kemaksiatan.
Kaum muslimin yang berbahagia ..
Yang keempat adalah mereka yang menjalankan ibadah puasa dengan penuh kemalasan, dalam arti tidak
menyadari kemuliaan bulan Ramadhan yang bertaburan berkah. Mereka tidak menyadari dan memahami bahwa
Ramadhan bukan hanya bulan puasa saja, tetapi lebih dari itu ia adalah bulan musim kebaikan yang disyariatkan
banyak amal kebaikan. Rasulullah SAW bersabda tentang bulan mulia ini :

(Bulan dimana) dibuka pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka, syetan-syetan dibelenggu. Dan
berserulah malaikat : wahai pencari kebaikan, sambutlah. Wahai pencari kejahatan, berhentilah
(demikian) sampai berakhirnya ramadhan ( HR Ahmad)

Golongan ini berpuasa tetapi tidak menjalankan tarawih, tilawah dan tadarus. Tidak pula berusaha untuk
bersedakah, memberi berbuka pada orang yang berpuasa. Atau tidak pula menyempatkan diri untuk itikaf dan
amal kebaikan secara umum. Mereka hanya berpuasa dan menjadikan puasa sebagai alasan untuk bermalasmalasan di siang hari, lalu makan pestapora di malam hari.
Akhirnya, semoga kita terhindar dari peringatan Rasulullah SAW tentang mereka yang berpuasa tapi sia-sia
dalam pahalan dan keutamannya. Semoga Allah SWT menjaga kita agar tidak terjerumus dalam empat golongan
mereka yang berpuasa tapi celaka. Wallahu alam bisshowab.
Demikialan contoh ceramah ramadhan terbaru 2014, semoga artikel ini tentunya dapat memberikan manfaat dan
ispirasi bagi yang membutuhkan.[ki]

kumpulan Ceramah Agama


Jumat, 16 Maret 2012

KEMATIAN
ASALAMMUALAIKUM WR WB .
Hadirin yang kami muliakan
KEMATIAN suatu kata yang tidak asing ditelinga kita, akan tetapi dapat menggetarkan hati setiap
insan yang bernyawa, Mengapa .??? Karna kematian merupakan suatu KENISCAYAAN yang akan
dialami oleh setiap makhluk yang bernyawa , Entah dia seorang kaya atau seorang yang miskin entah
dia seorang yang muda atau yang tua entahh dia seorang pejabat tinggi maupun rakyat kecil . PASTI
akan mengalami kematian .
Berkenaan dengan ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur an surat Al-Imran ayat 185 yang artinya : "
Sesungguhnya setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian dan sesungguhnya semua
amalan akan disempurnakan diakhirat nanti ". Berkenaan dengan ayat diatas tadi jelas sekali bahwa
setiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian .

Ada suatu riwayat, suatu ketika Rasul SAW ditanya oleh salah seorang sahabat : " Ya
Rasulullah ketika engkau telah tiada maka kepada siapa lagi hamba meminta NASEHAT . Rasul SAW
menjawab: Wahai sahabat sesungguhnya aku telah meninggalkan 2 NASEHAT kepada kamu :
Nasehat yang pertama adalah nasehat yang berbicara dan nasehat yang kedua adalah nasehat yang
diam .Lalu sahabat kemudian bertanya lagi kepada Rasul Saw . : ya.. Rasulullah apakah nasehat
Berbicara itu ya Rasul dan apakah nasehat yang diam itu ya.. Rasulullah. Rasulullah kemudian
menjawab : wahai sahabat wahai sahabatku nasehat yang berbicara itu ialah Al-Quran dan yang diam
itu adalah kematian .
Rasulullah SAW pernah ditanya oleh salah seorang sahabat , ya Rasulullah siapakah orang yang
paling berakal dan siapakah orang yang paling bijaksana .?
.Rasulullah SAW menjawab, Orang
yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang
paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia
dan akhirat.
Hadirin yang berbahagia kematian merupakan universitas terbaik dalam kehidupan kita ,
Mengapa ...??? . Karna seperti kita ketahui bersama bahwa kita sering diperhadap dengan suatu
kejadian yang berkaitan dengan kematian . Ketika kita sama-sama memandinkan mayat , menyolati
mayat , mengkafani simayat , dan mengantarkan mayat sampai di tempat peristiraharan terakhirnya .
Dann kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita selanjutnya akan dipanggil . mungkin
tahun ini , bulan ini , dan bahkan besok pun kita tidak pernah akan mengetahui kapan giliran kita
selanjutnya akan dipanggil . Berikut ini sedikit nasehat yang ingin disampaikan oleh guru kematian
diantaranya .

Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga


Tak ada satu buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa
berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa
lama lagi jatah waktu pentasnya di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana
tak seorang pun tahu di mana kematian akan menjemputnya.
Ketika seorang manusia melalaikan nilai waktu pada hakekatnya ia sedang
menggiring dirinya kepada jurang kebinasaan. Karena tak ada satu detik
pun waktu terlewat melainkan ajal kian mendekat. Allah swt mengingatkan
itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, "Telah dekat kepada manusia hari
menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian
lagi berpaling (daripadanya)."
Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia, dan ajal sudah di depan mata.
Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan, "Ya Allah, mundurkan ajalku
sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar
ketinggalan." Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan,
kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.
Allah swt berfirman dalam surah Ibrahim ayat 44, "Dan berikanlah
peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang
azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang zalim: Ya Tuhan kami,
beri tangguhlah kami walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami
akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul."
2. Kematian mengingatkan bahwa kita bukan siapa-siapa
Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan dengan pentas sandiwara, maka
kematian adalah akhir segala peran. Apa pun dan siapa pun peran yang
telah dimainkan, ketika sutradara mengatakan habis, usai sudah
permainan. Semua kembali kepada peran yang sebenarnya.
Lalu, masih kurang patutkah kita dikatakan orang gila ketika bersikeras
akan tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun.
Padahal, sandiwara sudah berakhir.
Sebagus-bagusnya peran yang kita mainkan, tak akan pernah melekat
selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat peran sebagai orang kaya.
Silakan kita menangis ketika berperan sebagai orang miskin yang
menderita. Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk selamanya. Semuanya
akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada sang
sutradara untuk dimasukkan kedalam laci-laci peran.
Teramat naif kalau ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan
menjadi orang yang kaya dan berkuasa selamanya. Pun begitu, teramat naif
kalau ada manusia yang merasa akan terus menderita selamanya. Semua

berawal, dan juga akan berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian.
3. Kematian mengingatkan bahwa kita tak memiliki apa-apa
Fikih Islam menggariskan kita bahwa tak ada satu benda pun yang boleh
ikut masuk ke liang lahat kecuali kain kafan. Siapa pun dia. Kaya atau
miskin. Penguasa atau rakyat jelata Semuanya akan masuk lubang kubur
bersama bungkusan kain kafan. Cuma kain kafan itu.
Itu pun masih bagus. Karena, kita terlahir dengan tidak membawa apa-apa.
Cuma tubuh kecil yang telanjang.
Lalu, masih layakkah kita mengatasnamakan kesuksesan diri ketika kita
meraih keberhasilan. Masih patutkah kita membangga-banggakan harta
dengan sebutan kepemilikan. Kita datang dengan tidak membawa apa-apa dan
pergi pun bersama sesuatu yang tak berharga.
Ternyata, semua hanya peran. Dan pemilik sebenarnya hanya Allah. Ketika
peran usai, kepemilikan pun kembali kepada Allah. Lalu, dengan keadaan
seperti itu, masihkah kita menyangkal bahwa kita bukan apa-apa. Dan,
bukan siapa-siapa. Kecuali, hanya hamba Allah. Setelah itu, kehidupan
pun berlalu melupakan peran yang pernah kita mainkan.
4. Kematian mengingatkan bahwa hidup sementara
Kejayaan dan kesuksesan kadang menghanyutkan anak manusia kepada sebuah
khayalan bahwa ia akan hidup selamanya. Hingga kapan pun. Seolah ia
ingin menyatakan kepada dunia bahwa tak satu pun yang mampu memisahkan
antara dirinya dengan kenikmatan saat ini.
Ketika sapaan kematian mulai datang berupa rambut yang beruban, tenaga
yang kian berkurang, wajah yang makin keriput, barulah ia tersadar.
Bahwa, segalanya akan berpisah. Dan pemisah kenikmatan itu bernama
kematian. Hidup tak jauh dari siklus: awal, berkembang, dan kemudian
berakhir.
5. Kematian mengingatkan bahwa hidup begitu berharga
Seorang hamba Allah yang mengingat kematian akan senantiasa tersadar
bahwa hidup teramat berharga. Hidup tak ubahnya seperti ladang pinjaman.
Seorang petani yang cerdas akan memanfaatkan ladang itu dengan menanam
tumbuhan yang berharga. Dengan sungguh-sungguh. Petani itu khawatir, ia
tidak mendapat apa-apa ketika ladang harus dikembalikan.
Mungkin, inilah maksud ungkapan Imam Ghazali ketika menafsirkan surah
Al-Qashash ayat 77, "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) dunia" dengan menyebut, "Ad-Dun-ya
mazraatul akhirah." (Dunia adalah ladang buat akhirat).
Ingat hadirin kematian itu begitu dekat dan sangatlah dekat . Maka dari itu saya
mengingatkan kepada seluruh hadirn marilah kita jadikan kematian sebagai guru terbaik kita
agar kelak datang waktunya kita dipanggil kita telah siap untuk menghadapnya . Rasul SAW
bersabda : cukuplah kematian itu menjadi nasehat . WASALAM
Diposkan oleh Kumpulan Ceramah di 18.58

Hindari Sifat Dengki


Ada satu penyakit hati yang sangat berbahaya dan harus diberantas oleh orangorang yang beriman. Penyakit itu bernama hasad, atau iri atau sering juga disebut
dengan dengki. Anak-anak ABG sering menamainya dengan sirik. Hasad adalah
penyakit hati yang muncul ketika orang lain mendapatkan nikmat, baik itu berupa
nikmat duniawi maupun nikmat ukhrawi. Ketika nikmat ini ada pada orang lain
kemudian hati kita merasa tidak senang, tidak ridha dengan kenikmatan itu maka
itulah yang disebut dengan dengki.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan paling tidak ada dua bahaya
dari sifat dengki. Yang pertama adalah dengki bisa mencukur agama kita. Amalamal shaleh kita bisa terhapus dengan penyakit hati tersebut.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Jagalah dirimu dari sifat hasad, karena hasad itu dapat memakan kebaikan
sebagaimana api memakan kayu bakar (HR. Abu Dawud)
Maka dari itu mari kita hindarkan diri dari sifat iri dan dengki. Mari kita tukar sifat iri
dan dengki itu dengan sifat al-ghibthoh. Sifat al-ghibthoh adalah sifat yang mirip
dengan iri dan dengki, persamaannya adalah dia muncul ketika ada kenikmatan
pada orang lain. Namun perbedaannya adalah jika iri dan dengki adalah perasaan
tidak senang jika nikmat itu tidak dihilangkan dan beralih kepada dirinya,
sedangkan al-ghibthoh adalah merasa senang ketika orang lain mendapatkan suatu
kenikmatan dan ia juga sangat ingin jika kenikmatan itu ada pada dirinya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Tidak diperbolehkan hasud kecuali kepada dua orang, yakni kepada seorang lakilaki yang diberikan al-Quran oleh Allah Subhanahu wa Taala sedangkan dia
mengamalkannya siang dan malam; dan kepada seorang laki-laki yang diberikan
harta oleh Allah Subhanahu wa Taala lalu dia menginfakkannya di jalan yang benar
siang dan malam. (HR Bukhari dan Muslim)
Mari kita hindarkan dan berantas dari hati-hati kita ini sifat iri dan dengki. Ucapkan
selamat kepada orang-orang yang mendapat kenikmatan dan mari kita mohon
kepada AllahSubhanahu wa Taala agar nikmat yang didapatkan saudara kita juga
kita dapatkan.[]

Kamis, 05 Desember 2013

Bertaqwalah





Untuk mengawali jumpa kita pada saat ini, marilah kita menyanjungkan puja dan
puji syukur kita kehadirat Allah SWT. Karena dengan limpahan rahmat dan
hidayahnyalah sampai saat ini kita masih ditaqdirkan oleh Allah menjadi orang yang
beriman dan Islam, mudah mudahan nikmat iman dan islam ini dapat kita miliki sampai
akhir hayat kita.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi Muhammad saw.
Beliaulah yang memperjuangkan Islam sampai ke penjuru dunia sehingga kita
bisa membedakan mana yang hak dan yang batil dan masih menjadi muslim dengan
hidayah Allah swt.
Tak lupa kepada saudara protocol saya ucapkan rasa terima kasih yang amat
dalam sehingga saya berkesempatan untuk menyampaikan isi pidato saya ini
Taqwa adalah sebuah kata yang sudah taka sing lagi, pendek kalimatnya tetapi
mempunyai arti yang sangat luas, semua orang berbicara taqwa dari kanak kanak
sampai kakek kakek dari tk sampai perguruan tinggi, seluruhnya berbicara taqwa.
Bahkan bahkan disetiap acara pelantikan pelantikan disitu kita dengar taqwa taqwa dan
taqwa, karena seringnya diucapkan sampai sampai mengalami pergeseran arti, padahal
para ulama mendefinisikan yaitu:


Melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya
Saudara saudara kaum muslimin Rahimakumullah!
Kita sebagai muslim marilah kita bertaqwa kepada Allah agar kita mendapatkan
rahmat dan maghfirah dari Allah derajat taqwa ini hanya bias dimiliki dan
diperintahkan hanya kepada orang orang yang beriman kepada Allah



Hai orang orang yang beriman bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah
dengan sebenar benarnya taqwa dan janganlah kalian semua mati keculi dalam
keadaan islam (Qs. Al imron 102).
Kita sebagai muslimin harus konsisten dengan taqwa itu kapan dan dimanapun
kita berada disitu kita harus bertaqwa, jangan taqwa waktu di masjid atau di rumah saja,
tetapi taqwa harus menjadi milik kita selama hayat masih dikandung badan.
Di kantor bertaqwa, di pasar bertaqwa, di kebun bertaqwa jangan sampai keluar
dari masjid taqwanya hilang kalau saya keluar masjid bawa taqwa, saya tidak akan g osib,
kalau ke kantor saya bawa taqwa saya tidak akan korupsi karena taqwa ditunda di
masjid dan rumah sehingga kemaksiatan merajalela di mana mana.

Saudara saudaraku kaum muslimin rahimakumullah


Sekarang timbul pertanyaan apa sih tanda tanda orang yang bertaqwa itu? Mari
kita lihat dalam surat Al Baqarah ayat 3-4:
1.

Yaitu orang orang yang percaya kepada hal hal yang ghoib percaya adanya surga dan
neraka percaya adanya jin dan syetan percaya bahwa setan jin itu ada

2.

Orang orang yang mendirikan sholat, kenapa disini dijumpai kata kata mendirikan?
Karena

yang

dimaksud

dengan

mendirikan

yaitu:

menjalankan

secara

berkesinambungan dan terus menerus, serta realitakan pelajaran pelajaran yang dapat
diambil dari sholat itu dalam kehidupan sehari hari contoh: dalam sholat kita
mengucapkan: hanya allah yang maha besar selain Allah semuanya kecil, kembali ke
masyarakat sombongnya hilang.
3.

Menginfaqkan sebagian hartanya yang Allah berikan kepadanya membelanjakan di


jalan Allah

4.

Yaitu orang orang yang percaya terhadap apa apa yang diturunka kepada nabi
Muhammad dan percaya terhadap apa apa yang diturunkan sebelum nabi Muhammad
yaitu kitab kitab yang diturunkan kepada nabi nadi sebelum beliau.

Seperti begini

ini kita percaya bahwa soekarno adalah oresiden pertama RI percaya sekedar percaya
tetapi tidak wajib mengikutinya karena masanya telah lewat. Sekarang masa reformasi
jadi yang diikuti sekarang adalah masa reformasi jadi yang wajib diikuti adalah era
reformasi ini dan sekarang bukan masa taurat dan injil maka teurat dan injil tidak wajib
kita ikuti tetapi yang wajib kita ikuti adalah al quran karena akan terus berlaku sampai
akhir zaman
5.

Orang orang yang percaya dan yakin akan adanya akhirat, saya juga percaya akan
adanya akhirat percaya bukan sekedar percaya, yang buta akan semakin buta tetapi
percaya yang membiaskan dalam kehidupan sehari harinya
Orang yang percaya akhirat itu jalannya tidah angkuh orang yang percaya akhirat
itu ngomongnya enggak asal ngomong tetapi mereka yang percaya akhirat itu hidupnya
atau gayanya betul betul di pertimbangkan.
Saudara saudaraku kaum muslimin Rahimakumullah...
inilah yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan kali ini terima kasih atas segala
perhatiannya.



Diposkan oleh Zainal Masri di 23.54 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini

Reaksi:

PERAN & TANGGUNG JAWAB PEMUDA

,









:


Sebelum saya mulai pidato, saya saya ingin menajak kepada seluruh hadirin
untuk selalu dan senantiasa puja dan puji syukur kehadirat Allah swt. Yang telah
memberikan kesempatan kepada kita semua untuk menggunakan segala fasilitas yang
ada di muka bumi ini untuk kita nikmati bersama.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada buah hati siti aminah,
putra sayyi Abdullah tak lain dan tak bukan adalah junjungan kita nabi besar
Muhammad saw. Sehibngga kita bias dianggap dan disebut umat serta pengikut beliau
di hari kiamat kelak amiiin ya robbal alamiiin.
Hadirin sekalian yang berbahagia:
Pada

kesempatan

yang

berbahagia

ini, saya

akan

memberikan

sebuah

temapembicaraan saya tentang :


PERAN & TANGGUNG JAWAB PEMUDA

Berbicara tentang generasi muda, sering kali kita mendapatkan dalam banyak
artikel (tulisan) bahkan kita sendiri menyaksikan peran partisipasi pemuda yang
sangatlah besar dan berarti dalam membangun, menyumbangkan, dan mendukung
perkembangan bangsa mereka adalah harapan harapan bangsa yang akan berjuang demi
masa depan bangsa, mereka adalah harapan bangsa yang akan berjuang demi masa
depan yang lebih cerah, demikian juga, mereka dalam waktu yang sama merupakan
harapan islam di hari esok yang akan mempertahankan undang undang islam dan
melindunginya dari gaya hidup barat yang merusak, yang akan menjadi peminpin pada
masa selanjutnya sebagaimana sering diteriakkan: sosok pemuda sekarang ini adalah
sosok pemimpin masa depan terlihat dari pemuda seperti tadi.
Pernyataan ini mendorong kita untuk memperhatikan eksistensi pemuda di masa
yang akan datang, karena dengan melihat semua fakta kita sadar, betapa pentingnya
peran pemuda untuk masa depan suatu bangsa, pemuda dianggap melambangkan
semangat yang tidak pernah redup, pemuda dianggap melambangkan keberanian yang
tidak pernah luntur dan pemuda dianggap melambangkan kekuatan yang tidak pernah
luntur.

Hadirin sebangsa setanah air yg saya cintai..


Karena itulah agama kita menganjurkan agar menjadi seorang pemimpin islam
yang fleksibel bagi masyarakat yang akhirnya harus mempersembahkan sumbangan bagi
masyarakat islam secara luas.
Ironisnya di era yang canggih ini kita menyaksikan perbuatan kaum muda yang
selalu bertentangan dengan hukum hukum islam bahkan sengaja menghindari hokum
islam itu sendiri dasn mengikuti kebudayaan barat, kita tidak dapat membayangkan dan
menggambarkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang jika mayoritas kaum
pemuda tidak memperdulikan tanggungjawabnya kita harus sadar, majunya bangsa dan
Negara bergantung kepada kita.

Saudara saudaraku sekalian!


Yang terakhir namun tak kurang pentingnya, saya mengajak saudara saudara
untuk mempersiapkan generasi muda yang mampu menggantikan generasi tua di masa
depan. Juga saya berharap kepada kaum muslimin sekalian dimanapun mereka berada
agar selalu beramar maruf nahi munkar, dan tidak lupa mari kita kembangkan skill dan
potensi kita untuk mrnggapai masa sdepan yang lebih cemerlang
Sebagai ungkapan terakhir saya ucapkan terima kasih atas segala perhatian dan
memohon maaf atas segala kekurangan



Diposkan oleh Zainal Masri di 23.45 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Link ke posting ini

Reaksi:

PERANAN PEMUDA DALAM KONTEKS ISLAM







Baiklah saudara saudaraku sekalian yang berbahagia pada kesempatan kali ini
saya akan membawakan sebuah pidato dengan judul:

PERANAN PEMUDA DALAM KONTEKS ISLAM


Saudara saudaraku sekalian !
Kita sama sama tahu bahwasanya bangsa kita ini sedang dilanda kemiskinan
yang dahsyat sekali sampai sampai banya saudara kita yang tinggal di bawah kolong
jembatan dan berapa banyak pula saudara saudara kita yang mati kelaparan dan berapa
banyak pula saudara saudara kita yang perutnu\ya busung hanya menanti sesuap nasi,
ditambah lagi penguasa negri kita yang seakan akan mereka tidak tahu tentang nasib
yang mereka alami seperti di atas tadi dan mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan
pada bangsa kita, padahal mereka melakukan kedzoliman yang berlarut larut, maka
saudara jangan heran jika Allah menurunkan kehancuran pada bangsa kita ini. Allah
telah berfirman dalam Al-quran yang artinya sebagai berikut:
Allah tidak akan menghancurkan suatu negeri kecuali hambaNya berbuat dzolim
kepadaNya.
Saudara saudaraku sekalian!
Disinilah letak peran pemuda dalam konteks Islam kalau kita lihat artikel artikel,
maka peranan pemuda sangatlah vital dalam bangsa ini karena merekalah yang akan
menjaga bangsa ini dan merekalah yang akan menjaga undang undang Islam di Negara
ini maka pepatah mengatakan:
HARI INI PEMUDA SIAPA TAHU BESOK JADI SEORANG PEMIMPIN
Saking pentingnya peranan pemuda dalam membangun bangsa maka bung karno
pernah berkata : berikan kepada saya sepuluh orang pemuda maka akan aku
goncangkan seluruh dunia ini, dan juga peranan pemuda sangatlah penting dalam dalam
mempertahankan agama islam, islam tidak mungkin akan hilang dari dunia, tapi Allah
tidak menjamin islam akan abadi di Indonesia, islam tidak mungkin akan hilang dari
dunia ini tapi Al-quran tidak pernah menjamin bahwa islam akan abadi di gontor ini
kalau kita tidak menjaga, memelihara, dan mengamankannya, berkorban dan berjuang
untuknya dan mewariskannya kepada saudara saudara kita.
Maka untuk itu saudara saudara sekalian perkuatlah tali persaudaraan karena
dengan persaudaraanlah kita dapat menggoncang dunia, jangan kita memandang warna
kulit walaupun kulit saya dan kulit orang lain berbeda akan tetrapi daran yang mengalir
dalam tubuh kita ini adalah darah yang yang sama yuaitu darah orang islam sedangkan
darah orang islam yang satu dengan yang lain adalah sama dan kita bersaudara.


Orang Islam dengan orang Islam lain adalah bersaudara
Saya kira sampai di sini dahulu pidato saya kali ini dan jikalau anda mendapatkan
kesalahan saya mohon maaf yang sebesar besarnya, sekian


Ayat Al-Quran dan Hadits Tentang Sabar
Posted by: salsabilayugoJuly 21, 2014 Reply

Ayat Al-Quran Tentang Sabar :


Allah SWT SWT berfirman :
1. Hai orang-orang yang beriman. Bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiaga-siaga (diperbatasan negrimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu
beruntung.(Q.S AL Imran 200).
2. Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, kehilangan jiwa (kematian) dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar
gembira kepada orang-orang yang sabar.
(Q.S. AL-Baqarah 155).
3. Sungguh akan dibayar upah (pahalah) orang-orang yang sabar dengan tiada batas
hitungan. (Q.S. Az-Zumar 10).
4. Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan (Q.S. Asy-Syuura 43).
5. Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
(mengerjakan shalat) sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Q.S. Al-Baqarah
153).
6. Kami (Allah) pasti akan menguji kamu, hingga nyata dan terbukti mana yang pejuang dan
mana yang sabar dari kamu (Q.S. Muhammad 31).
Lebih lengkap lagi tentang Ayat Al-Quran Tentang Sabar
Hadits
Tentang
Sabar
:
1. Abu Malik (Alharits) bin Ashim Al-Asjary r.a berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. :
Kebersihan (kesucian) itu sebagian dari iman, dan ucapan: Alhamdulillah, memenugi
timbangan dan Subhanallah serta Alhamdulillah memenuhi apa yang ada diantara langit dan
bumi, sembahyang sebagai pelita (cahaya), sedekah sebagai bukti iman, kesabaran itu
penerangan, Quran sebagai bukti yang membenarkan kamu atau yang menentang kamu,
semua manusia pada waktu pagi menjual dirinya, ada yang membebaskan dan yang
membinasakan dirinya. (H.R. MUSLIM).
2. Abu Jahja (Shuhaib) bin Sinan Arrumy r.a berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w : Sangat
mengagumkan keadaan seorang mumin, sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik, dan
tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mumin : jika mendapat nimat ia
bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya, dan bila menderita kesusahan (ia) sabar, maka
kesabaran itu lebih baik baginya.
(H.R. MUSLIM)
3. Anas bin Malik r.a berkata : Pada suatu hari Rasulullah s.a.w berjalan melalui seorang
wanita yang sedang menangis diatas kuburan. Maka Nabi s.a.w. bersabda : Bertaqwalah
kepada Allah SWT dan sabarlah. Dijawab oleh wanita (itu) : enyalah kau daripadaku, kau
tidak menderita bala musibah ku ini. Wanita itu tidak mengetahui bahwa yang berbicara itu
adalah Rasulullah s.a.w. kemudian ia diberi tahu bahwa itu tadi Nabi s.a.w. Maka segeralah
wanita itu pergi ke rumah Nabi s.a.w dan disana ia tidak menemukan juru kunci atau penjaga
pintu sehingga dapat masuk dengan tidak bersusah payah, lalu berkata : Sebenarnya saya
tidak mengetahui bahwa yang berbicara tadi adalah engakau ya Rasulullah s.a.w. Maka sabda
Nabi s.a.w : Sesengguhnya kesabaran itu hanyalah pada pukulan yang pertama dari bala.

(H.R. BUCHARI dan MUSLIM)


4. Anas r.a berkata: Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w berasabda: Allah SWT telah
berfirman: Apabila Saya menguji seorang hamba-Ku dengan buta kedua matanya, kemudian
ia sabar, maka Saya akan menggantikannya dengan surga.
(H.R. BUCHARI)

Ceramah Singkat Tentang Berbakti Kepada Orang Tua


Ceramah singkat tentang Birrul Walidain (Berbakti kepada orang tua)
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Allah SWT Yg Telah Memberikan Kita Beribu Ribu
Nikmat Terutama Nikmat Iman , Islam , & Sehat Walafiat Sehingga Kita Dapat Berkumpul
Di Tempat Yg Insya allah Di Muliakan OlehAllah
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW, yang diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini sebagai
rahmatan lil alamiin, yang telah menggempur kesesatan dan mengibarkan
panji-panji kebenaran, serta memperjuangkan islam hingga sampai
kepada kita
Berdirinya Saya Disini Ingin Memberikan Sedikit Ilmu Saya Tentang Berbakti Kepada Orang
Tua Berbakti Kepada Orang Tua Itu Wajib Karena Orang Tua Telah Mengasuh & Mendidik
Kita Sampai Sekarang Ini Seperti Yg Sudah Di Jelaskan Di Dalam Surat Al Isra Ayat 23 Yg
Artinya Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik baiknya.
Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam
pemliharaanmu, maka sekali kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan
yang mulia
Begitulah Alquran menggambarkan tentang bagaimana manusia harus berbuat baik kepada
kedua orang tua. Karena memang sudah sepantasnya dan seharusnya bagi seorang anak untuk
berbuat baik kepada kedua orang tuanya, yang demikian itu karena betapa besar jasa
keduanya kepada sang anak.
Alquran juga menyinggung bagaimana pengorbanan orang tua terhadap anaknya ketika sang
anak masih dalam kandungan. Betapa susah dan payahnya sang ibu dalam menjaga
kandungannya agar sang anak terlahir dengan sehat dan sempurna. Bagaimana sakitnya
derita yang di tanggung sang ibu ketika menanti detik detik kelahiran, dia berjuang sekuat
tenaga antara hidup dan mati demi si mungil pujaan hati. Dan seberapa banyak keringat yang
di keluarkan sang ayah dalam mencari nafkah untuk membahagiakan sang anak yang
nantinya akan menjadi pelita ke hidupan mareka, kata kata lelah tidak pernah terucap dari
bibir sang ayah tatkala melihat senyum bahagia dari bibir mungil Si Penyejuk Mata.
Maka dengan tegas Allah memerintahkan dalam al quran Surah Al luqman ayat 14
Firmannya.
Dan kami perintahkan kepada manusia ( berbuat baik ) kepada dua orang ibu bapanya ;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah dan

menyapihnya dalam dua tahun ., bersyukurlah kepada Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada Kulah kembalimu
Al quran adalah kitab pegangan umat Islam yang sangat sempurna, semua hal-hal yang
berhubungan dengan kehidupan ini telah tercantum dalam kitab yang mulia itu, dan tak
terkecuali tentang hakul awlad alal walid dan hakul walid alal awlad (hak anak terhadap
orang tua dan hak orang tua terhadap anak).
Demikianlah Kultum Dari Saya
Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua
Jika Ada Kesalahan Kata Saya Minta Maaf
Wassalamualaikum Wr.Wb

KULTUM 10 HAL YANG MENYEBABKAN MANUSIA


MASUK NERAKA

BY FADHIL ZA SEPTEMBER 4, 2009


OLEH Fadhil ZA

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

(Al-Araaf 179)

Dalam surat Al-Araaf ayat 179 ini Allah menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang
menyebabkan manusia dan jin terjerumus masuk kedalam neraka jahanam, antara lain :

1.

Mereka mempunyai hati namun tidak digunakannya untuk memahami ayat-ayat


Allah

2.

Mereka mempunyai mata namun tidak dipergunakannya untuk melihat tanda


kekuasaan Allah

3.

Mereka mempunyai telinga namun tidak digunakannya untuk mendengarkan


nasehat dan ayat-ayat Allah.

Keadaan mereka tersebut diatas bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi dari
itu,dan mereka termasuk kedalam kelompok orang yang lalai.
Hati yang sakit
Hati manusia ada yang sehat bercahaya menerangi kehidupan diri dan lingkungannya
dan ada pula yang sakit dan gelap serta merongrong kehidupan diri dan lingkungannya.

Hati yang sehat dipenuhi dengan rasa Iman, takwa, tawakkal, sabar, dan sangat cinta
mendengarkan nasehat dan ayat Quran, membawa rahmat dan manfaat bagi diri dan
lingkungannya.
Hati yang sakit dan gelap dipenuhi rasa takut, cemas,kecewa, dendam, benci, sombong,
ria, suka dipuji, tamak, cinta dunia dan lain sebagainya. Orang yang ada penyakit dalam
hatinya merasa benar sendiri, dan sulit menerima nasehat saran atau kritik dari orang
lain. Mereka enggan untuk sujud dan tunduk pada Allah. Seluruh usaha dan kegiatannya
hanya ditujukan untuk meraih kehidupan dunia, mereka mengabdi pada kepentingan
syahwatnya. Mereka berusaha memuaskan kebutuhan syahwat dan nafsunya dengan
berbagai cara, tidak peduli halal dan haram. Inilah orang yang telah ditutup hatinya oleh
Allah dengan pernyataannya dalam surat Al Baqarah ayat 7 dan Jatsiyah ayat 23 :
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka
ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Al Baqarah 7)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?
Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat).
Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(Al Jatsiyah 23)
Peliharalah hati dari berbagai penyakit yang dapat membutakan hati dari menerima
kebenaran. Hati yang dipenuhi penyakit hanya akan mendorong seseorang untuk
mengerjakan perbuatan keji dan mungkar yang akan nmenjerumuskannya kedalam api
neraka jahannam yang panas membakar.
Mata yang buta
Orang yang buta mata hatinya tidak mampu melihat tanda tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah yang banyak bertebaran dilangit dan bumi ini. Kalau diperhatikan
sebenarnya pada penciptaan langit dan bumi serta tumbuh2an dan hewan yang terdapat
didarat, laut maupun angkasa serta pada diri manusia sediri, terdapat tanda tanda
kekuasaan dan kebesaran Allah bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Namun
sedikit sekali orang yang mampu melihat tanda kebesaran Allah tersebut, walaupun
matanya sehat, tidak buta dan dapat melihat dengan jelas. Mereka hanya mampu
melihat benda disekitarnya dengan jelas, namun tidak mampu melihat tanda kebesaran
Allah yang ada pada benda tersebut. Kalau mereka mampu memanfaatkan matanya
dengan benar mereka akan dapat melihat tanda kebesaran Allah pada sesuatu yang
mereka lihat itu.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (Ali Imran 190)
Namun sayang sebagian besar manusia tidak mampu mengambil pelajaran dari berbagai
kejadian yang mereka lihat dan alami. Berbagai kejadian yang mereka alami dan lihat
berlalu begitu saja. Mereka menganggap itu sebagai hukum alam, suatu kejadian atau
materi hadir dalam kehidupan mereka dari tiada menjadi ada, dan kembali menjadi tiada
hanya karena suatu proses alami saja. Kita hidup, mati kemudian berlalu begitu saja ,
tidak ada lagi kehidupan sesudah mati, semua itu terjadi karena proses alam.
Fikiran, cita cita dan usaha mereka seluruhnya ditujukan hanya untuk kehidupan dunia.
Mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan, tidak peduli
halal dan haram. Mereka tidak paham kalau kehidupan ini ada yang memiliki dan
mengaturnya,sikap ini menggiring mereka untuk maasuk kedalam api neraka jahannam
yang panas membakar.
Telinga yang tuli
Sebagian manusia ada yang telinga batinnya tuli, mereka lebih tertarik mendengar
musik, cerita gosip, berbagai berita dan kejadian didunia yang menarik hati. Mereka
tidak tertarik untuk mendengar nasehat, kajian agama, ataupun ayat-ayat Quran.
Mereka terlalu asyik dengan kehidupan dunia, enggan mendengar lantunan ayat Quran
yang menasehati atau kajian tentang Iman, Tauhid, kebesaran Allah, kehidupan akhirat
yang banyak diperdengarkan melalui media radio, televisi maupun ceramah umum.
Mereka lebih suka mendengar suara musik, nyanyian, berita politik dan kejadian dari
segala penjuru dunia.
Hati yang penuh penyakit, mata hati yang buta, telinga batin yang tuli menyebabkan
mereka hidup bagai binatang ternak, yang tujuan hidupnya hanya untuk makan minum,
tidur dan mendapatkan kesenangan dunia. Seluruh usahanya hanya ditujukan untuk
kehidupan dunia, mereka lalai dari mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat, itulah
yang menyebabkan mereka terjerumus kedalam jurang neraka yang dalam. Bersihkan
hati dari berbagai penyakit, latih mata dan telinga untuk memahami tanda kebesaran
Allah dialam ini. Insya Allah selamat hidup didunia dan akhirat.

Contoh pidato agama islam tentang bersyukur


Contoh pidato agama islam tentang bersyukur

Berikut ini adalah teks Contoh naskah pidato agama islam yang bertemakan tentang pelajaran
bagaiman cara bersyukur yang sebenarnya. Qvae sangat bahagia jika Contoh naskah pidato
agama islam tentang bersyukur ini bisa bermanfaat bagi anda, ketika anda mencari sebuah
contoh pidato agama di mein pencari kemudian anda mengunjungi Contoh naskah
pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur ini, kami berharap sungguh jika contoh
pidato agama islam tentang bagaiman cara bersyukur ini bisa menjawab apa yang anda cari dari
mesin pencari.
Berikut Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana cara bersyukur.
Salam Sejahtera wahai para ahli bersyukur.
Marilah kita panjatkan segala puji dan puji syukur atas semua anugrah yang di berikan tuhan
kepada kita. karna dengan kita bersyukur kita akan mengetahui betapa besar anugrah yang
harus kita syukuri.
Solawat dan salam kita haturkan pada Nabi Muhammad SAW sebagai ungkapan rasa syukur
atas semua yang nabi ajakan kepada kita.
Para pelopor, bersyukurlah


"Agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."(Quran Surat.
Fathir:30).
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku),maka pasti azab-Ku sangat berat."(Quran Surat. ibrahim [14]:)
Para Pelopor, Pada kesmpatan ini, melalui contoh pidato agama isalam ini Qvae akan sedikit
menjelaskan tentang bentuk dari perwujudan rasa syukur kita.
Syukur itu diwujudkan dalam tiga aspek :
1. Syukur dengan hati, yaitu menyadari dan menyakini bahwa semua nikmat dan karunia yang
diperoleh merupakan anugerah Allah dan berasal dari-Nya.
2. Syukur dengan lisan, yaitu dengan memuji Allah sebanyak-banyaknya.
3. Syukur dengan perbuatan, yaitu taat beribada kepada-Nya dan menggunakan karunia itu
untuk kebaikan.
Mari kita renungkan, tentang semua yang kita miliki tentang semua yang kita imikan, tentang
semua kekurangan yang kita miliki, dan bersyukurlah. Bersyukur itu adalah bagaimana kita
merasa bersyukur atas semua anugrah yang di anugrahkan kepada kita. Bersyukur itu
mengungkapkan rasa terima kasih atas semua yang yang di miliki.
Para pelopor, Bersyukurlah atas semua kelebihan, bersyukurlah atas semua kekurangan yang
kita miliki, dan bersyukurlah atas semua penderitaan yang tersa, dan bersyukurlah atas semua
airmata yang membuat kita berduka. Dan bersyukurlah Karena ada rahasia di balik rahasia,
Maha sempurna tuhan beserta rencananya. Bersyukurlah.
Wassalam.

Demikian Contoh naskah pidato agama islam tentang bagaimana kita bersyukur, Contoh pidato
ini beisa anda gunakan untuk ceramah agama anda ketika anda menginginkan tema tentang
bersyukur.
Terimakasih atas kunjungan anda di Contoh naskah pidato agama islam tentang rasa syukur ini,
dan kami akan sangat senang jika contoh naskah pidato agama islam ini bisa bermanfaat bagi
anda,
Dan kami akan sangat senang jika anda bisa memanfaatkan Contoh pidato agama Qvae yang
lain, ataupun contoh pidato tentang pendidikan juga contoh pidato tentang Motivasi.
Terimakasih.

Ceramah Keutamaan Shalat


Thursday, July 24, 2008

KEUTAMAAN SHALAT
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia

Puji dan syukur kita persembahkan kehadirat Allah SWT yang telah memerintahkan
hamba-Nya unutuk mendirikan shalat lima waktu untuk mencapai ridha dan dan
syurga-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
serta
keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa menegakkan shalat dalam
kehidupannya. Demikian pula marilah kita berupaya meningkatkan taqwa kita
kepada
Allah SWT sebagai perisai kehidupan ini
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Shalat menurut bahasa berarti Doa dan menurut syariat shalat adalah ibadah
yang banyak gerakannya dan banyak ucapannya, dibuka dengan takbir dan ditutup
dengan salam.
Shalat diperintahkan oleh Allah SWT kepada Nabi Besar Muhammad SAW bersama
umatnya pada saat beliau melakukan perjalanan Isra dan Miraj pada tanggal 27
Rajab, tahun yang ke dua belas dari masa keNabian. Jadi perintah shalat
diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW secara langsung tanpa
perantaraan Malaikat Jibril, ini adalah isyarat akan pentingnya ibadah shalat.
Dalam Al-Quran dan Hadits banyak ditemukan dalil-dalil yang mewajibkan atau
memfardhukan sahalat, dalam
Al-Quran surat Al isra ayat 78 Allah berfirman :
Artinya :
Tegakkanlah shalat pada saat tergelincirnya matahari sampai gelapnya malam dan
terbitnya fajar.
Berdasarkan keterangan beberapa hadits pada saat tergelincirnya matahari, disitu
terdapat dua shalat yaitu shalat dzuhur dan shalat ashar, di dalam gelapnya
malam terdaoat dua shalat yaitu shalat magrib dan shalat isya
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Adapun fungsi dan peranan shalat adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengingat Allah SWT
Dan dengan mengingat Allah SWT, Allah SWT pasti akan mengingat kita. Dan bila
Allah SWT mengingat kita paling tidak kita akan merasakan kebahagiaan dan
ketentraman bathin.
2. Untuk mencegah kita dari mengerjakan dosa dan kemungkaran, sebagaimana
firmannya dalam surat Al-Ankabut ayat 15 :
Artinya :

Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.


3. Syhalat mengjarkan kita untuk menghargai dan disiplin waktu.
Menurut para ilmuan waktu adalah tata tertib alam semesta yang bergerak.
Sedangkan ruang adalah tata tertib alam semesta yang tidak bergerak
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Semua waktu shalat yang lima adalah waktu yang telah ditetapkan oleh Allah
SWTdan Rasul-Nya bagi kita untuk beribadah kepada-Nya, merupakan waktu yang
terpenting, maqbul dan bersejarah.
Secara singkat berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib yang
artinya:
- Waktu shalat zuhur adalah saat dimana semua makhluk bertasbih kepada
tuhannya
- Waktu shalat ashar adalah saat Nabi Adam a.s memakan buah Khuldi
- Waktu shalat maghrib adalah saat Allah SWT menerima taubat Nabi Adam a.s
- Waktu shalat isya adalah saat yang dipergunakan oleh semua rasul untuk
beribadah
- Waktu shalat subuh adalah saat dimana orang-orang kafir bersujud kepada
syaitan.
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Selanjutnya disampaikan tentang keutamaan dan keitimewaan shalat :
1. Shalat itu mendidik kita untuk meninggalkan sifat-sifat tercela.
2. Pada waktu kita berdiri didalam shalat maka banyak keuntungan dan
keistimewaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada kita.
3. Bila kita menjaga shalat dengan baik, maka Allah SWT menjanjikan surga
Firdaus
Kaum Muslimin sidang Jumat yang berbahagia
Di dalam Al-Quran Allah juga memberikan kritikan yang membangun kepada ummat
islam yang shalatnya tidak teratur, mereka yang riya dan kikir. Dalam Al-Quran
Allah SWT berfirman :
Artinya :
Maka Celakalah orang-orang yang shalat, yaitu orang yang lalai dalam shalatnya,
orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang yang
bnerguna.
Jadi kesimpulannya bahwa orang yang shalat hendaklah senantiasa menjaga
shalatnya secara teratur, mengerjakannya secara ikhlasm, rajin berzakat serta
bersifat pemurah.
Pada akhirnya marilah kita tingkatkan kualitas shalat kita, mengajak mereka yang
belum menjalankannya dengan dasar bahwa shalat mengantarkan manusia dalam
memperoleh keselamatan dunia hingga di akhirat kelak. Amin Ya Rabbal Alamin

KASIH SAYANG IBU SEPANJANG MASA


Assalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh.
Alhamdulillahirobbil alamin,Assholatuwassala muala Asyrofil Ambiyaiwal mursalin Sayyidina
Muhammadiw waala alihi Washohbihi Ajmain.Robbighfirli Waliwalidayya Warhamhuma kama
Robbayani ShoghiroAMMA BADU
Yang saya Hormati,Dewan Juri yang Adil dan bijaksana dalam mengambil setiap keputusan.para

Hadirin,Wali Santri,Simpatisan,tak lupa pula rekan2 Santri yang slalu dekat di hati.
Awal dari segalanya,Marilah kita sama2 memanjatkan Puji dan Syukur Kehadirat AllAh SWT,yang
mana telah melimpahkan Taufiq Hidayah dan Inayahnya,sehingga pada malam hari ini kita bisa
bertatap jumpa di tempat yang penuh dengan barokah ini.
Sholawat beriringkan salam,marilah senantiasa kita sanjungkan kepada seorang Insan
Pilihan,Sarjana tanpa gelar _ kepada orang kafir tak pernah gentar,yakni Sayyidina Wamaulana
Muhammad SAW.
ALJANNATU TAHTA AQDAMIL UMMAHAT Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu
Maasirol hadirin Rohimakumullah. Pada kesempatan yang berbahagia ini,Izinkanlah saya untuk
menyampaikan sebuah pidato singkat yang berjudul KASIH SAYANG IBU SEPANJANG MASA
Begitu tingginya derajat seorang Ibu di hadapan AllAh SWT,itu karena begitu besarnya pengorbanan
yang diberikan Ibu kepada seorang anaknya.mulai sejak berada di dalam kandungan,sampai ketika
iya melahirkan sibuah hati ke dunia.yang terkadamg,tidak sedikat di antara mereka yang harus
merelakan nyawanya.
Tapipernahkah kita berfikir untuk membalas Budi jasanya ???
Itulah tanda Tanya besar yang mesti kita telaah dan kita jawab.
. . . . . . . . . . . . . . boleh cerita Paaak ? . . . . . . . . . . . . . .boleh cerita Buuuk ?
Sebuah kisah di jaman Rosulullah SAW.pada suatu ketika ada salah seorang Sahabat bertanya,
Wahai Rosulullah,bagaimana andai kata saat saya sedang Sholat lalu ada seseorang yang
memanggil ?Lanjutkanlah Shalatmu,jawab Rosulullah.Lalu Sahabat tadi kembali bertanya,bagaimana
jikalau yang memanggil itu adalah Ibuku ya Rosul ? Lantas apa kata beliauBatalkan Sholatmu,dan
hampirilah Ibumu.
Sahabat2 Santri yang berbahagia. Apa mungkin di antara yang hadir di tempat ini,sudah merasa ..?
Mungkin kita bisa berkaca pada sebuah kisah tadi,bagaimana semestinya bersikap kepada orang
tua,khususnya terhadap Ibu yang telah melahirkan kita ke dunia.
Jujurterkadang tidak dalam keadaan Sholatpun,kita dipanggil Ibu tidak menjawab,apalagi
menghampiri beliau.
Orang bijak bilang Orang tua kaya,anak jadi raja dan ratuTapi jikalau anak kaya,tak jarang dari
Orang tua yang jadi pembantu (Naudzubillahimin dzalik) untuk itu mulailah dari sekarang,kita
cintai ,kita hormati,serta kita taati beliau.apapun yang mereka lakukan,itu adalah salah satu bentuk
kasih sayang kepada kitakarena mereka tau apa yang terbaik untuk kita, KASIH SAYANG IBU
SEPANJANG MASA...!
Mungkin inilah apa yang dapat saya sampaikan,lebih dan kurangnya mohon maaf yang sebesar
besarnya.
Hedenallah Waiyyakum Ajmain,
Summassalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh
Diposkan oleh misbahul hasan di 09.16

Khutbah Jumat ini menjelaskan tentang kewajiban dan keutamaan berbakti kepada kedua orang
tua serta larangan keras menyakiti kedua orang tua kita, berdasarkan dalil-dalil dari Alquran dan
hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Semoga nasihat ini bermanfaat bagi seluruh umat
Islam. [Redaksi KhotbahJumat.com]
KHUTBAH PERTAMA












:

Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Segala puji hanyalah untuk Allah Subhanahu wa Taala yang memiliki kesempurnaan pada
seluruh nama dan sifat-Nya. Kita memuji-Nya dan memohon pertolongan-Nya, serta memohon
ampunan-Nya. Kita berlindung kepada-Nya atas kesalahan diri-diri kita dan kejelekan amalanamalan kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa AllahSubhanahu wa Taala curahkan
kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya, serta kepada seluruh kaum
muslimin yang benar-benar mengikuti petunjuknya. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada yang
berhak untuk diibadahi, kecuali hanya Allah Subhanahu wa Taala semata dan aku bersaksi
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menjalankan
kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya dan kewajiban yang harus ditunaikan terhadap hambahamba-Nya.
Jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, bahwa kewajiban paling besar yang harus ditunaikan oleh seorang hamba setelah
kewajibannya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya adalah kewajiban dalam
memenuhi hak orangtua. Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya,


Beribadahlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun dan berbuat baiklah kalian kepada kedua orangtua. (An-Nisa: 36)
Di dalam ayat lainnya, Allah Subhanahu wa Taala berfirman,




Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orangtuanya, ibunya
telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah-payah (pula).
(Al-Ahqaf: 15)
Semakna dengan ayat tersebut Allah Subhanahu wa Taala berfirman,


Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan
menyapihnya dalam dua tahun. (Luqman: 14)
Pada dua ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Taala menjelaskan betapa pentingnya kewajiban
berbakti kepada orangtua dengan menggambarkan betapa besarnya pengorbanan dan jasa
orangtua terutama ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya bagi seorang anak untuk
berbuat baik kepada orangtuanya, karena orang yang berakal tentu tidak akan melupakan
kebaikan orang lain terhadapnya apalagi membalas kebaikannya dengan menyakitinya. Maka,

apakah layak bagi seorang anak untuk melupakan kebaikan orangtuanya sehingga tidak berbuat
baik kepadanya? Begitu pula, tentu lebih tidak pantas lagi bagi seorang anak untuk menyakiti
orangtuanya yang telah terus-menerus berbuat baik kepadanya dengan mengeluarkan
pengorbanan yang sangat besar bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya.
Hadirin rahimakumullah,
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga telah menyebutkan besarnya keutamaan berbakti kepada
orangtua. Bahkan, lebih besar dari jihad di jalan Allah Subhanahu wa Taala. Hal ini
sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari sahabat Abdullah ibnu Masud radhiallahu
anhu, beliau berkata,

: : . : : .
:
:


Aku bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Amalan apakah yang paling dicintai
oleh Allah Subhanahu wa Taala? Beliau shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Shalat pada
waktunya. Aku berkata, Kemudian apa? Nabi shallallahu alaihi wa sallam menjawab,
Berbakti kepada orang tua. Aku berkata, Kemudian apa? Beliau shallallahu alaihi wa sallam
menjawab, Kemudian jihad di jalan Allah. (H.R. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari ayat-ayat dan hadits di atas serta yang lainnya, seseorang akan memahami dengan jelas
betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orangtua.
Hadirin rahimakumullah,
Kewajiban berbuat baik kepada orangtua semasa hidup mereka tidaklah melihat kepada siapa
dan bagaimana keadaan orangtua. Bahkan, Allah Subhanahu wa Taala memerintahkan kepada
hamba-hamba-Nya untuk berbuat baik kepada orangtuanya meskipun seandainya keduanya
dalam keadaan kafir sekalipun. Sebagaimana dalam berfirman-Nya,



Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, namun pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik. (Luqman: 15)
Di dalam ayat tersebut kita memahami bahwa berbuat baik kepada orangtua tidaklah gugur,
karena keduanya dalam keadaan kafir, serta memerintahkan untuk berbuat syirik atau
melakukan kekafiran, meskipun perintah keduanya yang berupa kemungkaran tetap tidak boleh
ditaati.
Kaum muslimin yang semoga dirahmati Allah Subhanahu wa Taala,
Berbuat baik kepada orangtua sangat banyak caranya dan sangat luas cakupannya. Bisa
dilakukan dengan ucapan, perbuatan, maupun dengan harta.
Berbuat baik dengan ucapan, maka bisa dilakukan dengan menjaga tutur kata yang baik dan
tidak menyakitkan serta dengan berlemah-lembut ketika berbicara kepadanya. Sedangkan
berbuat baik dengan perbuatan, bisa dilakukan dengan membantu menyiapkan keperluankeperluannya atau melakukan pekerjaan-pekerjaan lainnya untuk meringankan bebannya serta
memenuhi perintah-perintah-Nya, selama bukan dalam bentuk berbuat maksiat kepada

Allah Subhanahu wa Taala. Sedangkan berbuat baik dengan harta, bisa dilakukan dengan
menginfakkan sebagian dari hartanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Hadirin rahimakumullah,
Berbuat baik kepada orangtua juga tidaklah terbatas pada saat keduanya masih hidup. Bahkan,
di saat keduanya sudah meninggal dunia pun, berbuat baik kepadanya masih bisa dilakukan.
Asy-Syaikh Abdul Aziz ibnu Abdullah ibnu Baz rahimahullah, salah seorang ulama terkemuka di
Saudi Arabia mengatakan, Disyariatkan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala untuk yang
telah meninggal dunia, begitu pula bersedekah atas namanya dengan berbuat baik berupa
memberikan bantuan kepada fakir miskin, (yaitu) seseorang mendekatkan diri kepada
AllahSubhanahu wa Taala dengan perbuatan tersebut dan kemudian berdoa kepada
Allah Subhanahu wa Taala agar menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan
ibunya atau selain keduanya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. Hal ini
karena Nabi bersabda (yang artinya), Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah
amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih
yang berdoa untuknya. Disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa ada
seseorang bertanya kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam,

:




Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia dan beliau belum sempat
berwasiat namun aku yakin kalau beliau sempat berbicara tentu beliau ingin bersedekah,
apakah beliau (ibuku) akan mendapatkan pahala jika aku bersedekah atas namanya? Nabi
shallallahu alaihi wa sallam menjawab, Benar. (Muttafaqun alaih)
Begitu pula (akan bermanfaat untuk orang yang telah meninggal dunia) amalan ibadah haji atas
nama si mayit, demikian pula ibadah umrah, serta membayarkan utang-utangnya. Semua itu
akan bermanfaat untuk yang meninggal sebagaimana telah datang dalil-dalil
yang syari menunjukkan hal tersebut. (Majmu Fatawa wa Maqalat, 4/342)
Termasuk amalan berbakti kepada orangtua yang bisa dilakukan sepeninggal mereka adalah
menghubungi kerabat dan teman-teman mereka. Bahkan juga dengan menghubungi atau
berbuat baik kepada keluarga dari teman-teman orang tua kita. Hal itu sebagaimana disebutkan
dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari sahabat Abdullah
ibnu Umar ibn Al-Khaththab radhiallahu anhuma, bahwa beliau berjalan menuju kota Makkah
dan mengendarai keledai yang ditungganginya untuk beristirahat di saat lelah. Ketika beliau
sudah bosan duduk di atas kendaraannya, lewatlah di depan beliau seorang badui dan
berkatalah beliau (kepada badui tersebut), Apakah engkau Fulan ibnu Fulan? Orang badui
tersebut menjawab, Benar. Maka, beliau (sahabat Abdullah ibn Umar radhiallahu anhuma)
memberikan keledainya kepada badui tersebut seraya mengatakan, Naikilah kendaraan ini.
Kemudian beliau juga memberikan kain surbannya yang sedang dipakai seraya mengatakan,
Pakailah kain ini untuk diikatkan sebagai penutup kepalamu. Maka, berkatalah orang-orang
kepada sahabat Abdullah ibn Umar radhiallahu anhuma, Mudah-mudahan Allah
mengampunimu. Engkau berikan kepadanya keledai yang engkau tunggangi di saat ingin
beristirahat dari kelelahan dan engkau berikan imamah yang sedang engkau ikatkan di
kepalamu. Maka, Abdullah ibn Umar mengatakan, Sesungguhnya dia adalah teman (orangtua
saya) Umar ibn Al-Khaththab, dan sungguh saya mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Sesungguhnya, termasuk dari perbuatan paling baik dalam berbakti kepada orang tua adalah
seseorang berbuat baik kepada keluarga orang yang dicintai (teman) ayahnya. (H.R. Muslim)
Lihatlah hadirin rahimakumullah, betapa luasnya kesempatan untuk berbakti kepada orangtua.
Apakah kita akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjalankan kewajiban yang mulia ini?
Lihatlah pula betapa besarnya semangat para sahabat dalam menjalankan kewajiban berbakti
kepada orang tua. Maka bagaimanakah dengan kita? Sudahkah kita mengikuti jalan salafush
shalih dalam amalan ini?
Hadirin rahimakumullah,
Seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya maka dia akan mendapatkan balasan yang
sangat besar dari Allah Subhanahu wa Taala bukan hanya di akhirat kelak, namun juga di dunia.
Di antaranya adalah bahwa orang-orang yang berbuat baik kepada orang tuanya, maka akan
berbuat baik pula anak-anaknya kepadanya. Karena sebagaimana yang ditunjukkan oleh dalildalil yang syari bahwa balasan seseorang adalah sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya.
Di samping itu, seseorang yang berbuat baik kepada orang tua juga akan diberi jalan keluar dari
kesulitan yang menimpanya. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits yang dikeluarkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya yang menceritakan tentang kisah tiga
orang yang ketika masuk untuk beristirahat di dalam gua. Tiba-tiba ada batu besar yang jatuh
menutup pintu gua. Maka dalam kesulitan tersebut, ketiga orang tadi bertawassul memohon
pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menyebutkan amalan shalih yang
pernah mereka lakukan. Pada akhirnya batu yang menutup pintu goa pun terbuka sehingga
mereka bisa keluar dari gua tersebut. Di antara amal shalih yang disebutkan oleh salah satu dari
mereka adalah perbuatan baiknya kepada orangtuanya.
Maka, di antara sebab yang akan menjadikan seseorang memperoleh jalan keluar dari kesulitankesulitannya adalah dengan menjalankan amalan yang mulia ini. Begitu pula di antara balasan
bagi seseorang yang berbuat baik kepada orangtuanya adalah akan dimudahkannya dirinya
dalam mencari rezeki dan dipanjangkan umurnya. Sebagaimana tersebut dalam sabda
Nabi shallallahu alaihi wa sallam,


Barang siapa senang untuk diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah
rahimnya. (H.R. Muslim)
Berbakti kepada orang tua masuk ke dalam keumuman hadits ini karena termasuk penunaian
silaturahim, dan bahkan silaturahim yang paling tinggi adalah menghubungi orang tua. Akhirnya,
mudah-mudahan AllahSubhanahu wa Taala selalu memberikan taufik-Nya kepada kita semua
untuk bisa berbakti kepada orangtua.Walhamdulillahi Rabbil alamin.
KHUTBAH KEDUA











Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Marilah kita selalu bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Taala dengan menjalankan kewajiban
yang telah diperintahkan oleh-Nya. Sesungguhnya dengan bertakwalah seseorang akan
mendapatkan akibat yang baik dan hasil akhir yang membahagiakan.

Jamaah jumah rahimakumullah,


Setelah kita mengetahui betapa tinggi dan mulianya amalan berbakti kepada orang tua, maka
tentu saja tidak semestinya bagi kita untuk menganggap remeh amalan ini. Apalagi
Allah Subhanahu wa Taala telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk menjalankan
kewajiban ini di saat yang sangat sulit untuk dijalankan. Yaitu di saat orang tua telah berusia
lanjut, yang dalam usia tersebut tentunya orang tua dalam keadaan semakin lemah badan dan
cara berpikirnya, sehingga bisa membuat seorang anak akan merasa capai dalam
mengurusinya. Dalam keadaan demikian, seorang anak bisa terkena rasa bosan dan bahkan
jengkel dengan perkataan maupun perbuatan yang dilakukan oleh orangtua. Namun, dalam
keadaan yang demikian pun seorang anak harus bersabar dan tidak menyakiti orangtuanya
dalam bentuk apapun. Hal ini tentu menunjukkan betapa ditekankannya kewajiban ini.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,




{ 23}


Jika salah seorang di antara kedua orang tua atau kedua-duanya telah berumur lanjut (dan
mereka) dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah, Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah memelihara aku sewaktu kecil. (Al-Isra: 23-24)
Di dalam ayat tersebut pula Allah Subhanahu wa Taala melarang hamba-hamba-Nya menyakiti
orang tua, meskipun dengan ucapan yang hanya menunjukkan kekesalan. Maka perbuatan
menyakiti yang lebih dari itu lebih besar dosanya. Di dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa
Taala juga memerintahkan agar seorang anak berbuat baik kepada orangtuanya. Yaitu dengan
mengucapkan tutur kata yang sopan dengan merendahkan diri di hadapannya serta mendoakan
kebaikan untuk keduanya.
Hadirin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita berupaya untuk memperbaiki diri dalam menjalankan kewajiban kita
kepada orang tua. Marilah kita senantiasa mengingat betapa tingginya amalan ini di sisi
Allah Subhanahu wa Taala dan betapa besarnya pengorbanan orang tua kepada kita terlebih di
saat masih dalam kandungan dan saat persalinan, serta setelah dilahirkan sebagai seorang
bayi. Kedua orang tua telah mengerahkan tenaga dan pikirannya, serta hartanya untuk merawat
kita. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk berbakti kepadanya. Siapapun orang
tua kita dan bagaimanapun keadaan orang tua kita. Apakah mereka orang yang miskin, cacat
dan tidak berpangkat atau bahkan seandainya keduanya belum mendapatkan hidayah sehingga
masih dalam keadaan kafir, berbuat bidah, atau terjatuh pada kemaksiatan lainnya. Hal tersebut
tidaklah membuat gugurnya kewajiban kita dalam berbakti kepada orangtuanya. Bahkan,
seseorang harus tetap berkata yang baik dan tidak menyombongkan dirinya, baik dengan harta
dan kedudukannya, serta ilmunya di hadapan orang tuanya. Namun, dia harus berusaha
membantu keperluan keduanya selama tidak melanggar syariat dan berusaha untuk menjadi
sebab turunnya hidayah Allah Subhanahu wa Taala kepada keduanya.
Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Taala memberikan kemudahan kepada kita untuk
berbakti kepada orang tua, serta memberikan kepada kita kemudahan untuk senantiasa ikhlas
dalam menjalankannya.




.


.
.




.

.

Dalil-dalil Tentang Kewajiban dan Keutamaan Puasa


Ramadhan
Diposting: 17-07-2012 || 46,794 klik

Dalil-dalil tentang kewajiban puasa Ramadhan sangatlah banyak dalam nash-nash AlQur`an dan Sunnah. Di antaranya adalah firman Allah Tala,


.

.




.
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kalian agar kalian bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, barang siapa di
antara kalian sakit atau berada dalam perjalanan (lalu berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia
tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya, (jika mereka tidak
berpuasa), membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan
dengan kerelaan hati, itulah yang lebih baik baginya. Berpuasa lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) AlQur`an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara
yang hak dan yang bathil). Oleh karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa yang sakit atau berada dalam perjalanan (lalu
berbuka), (dia wajib berpuasa) sebanyak hari yang ia tinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Hendaklah kalian mencukupkan bilangan

(bulan) itu dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian supaya
kalian bersyukur. [Al-Baqarah: 183-185]
Dalam hadits Abdullah bin Umar riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Nabi shallallhu alaihi wa sallam menerangkan
bahwa puasa adalah salah satu rukun Islam yang agung dan mulia,








Islam dibangun di atas lima (perkara, pondasi): Syahadat L Ilha Illallh wa Anna Muhammadan Abduhu wa
Rasluhu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berhaji ke Rumah Allah, dan berpuasa Ramadhan.
Juga dalam hadits Thalhah bin Ubaidullah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, ketika seorang
Araby bertanya kepada Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam tentang Islam, beliau bersabda,

. : .

. . : .

. :

.
.


. :

Shalat lima waktu (diwajibkan) dalam sehari dan semalam. Maka, ia berkata, Apakah ada kewajiban lain
terhadapku? Beliau menjawab, Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah. Juga puasa Ramadhan. Maka, ia
berkata, Apakah ada kewajiban lain terhadapku? Beliau menjawab, Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah,
dan Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam menyebutkan (kewajiban) zakat terhadapnya. Maka, ia berkata,
Apakah ada kewajiban lain terhadapku? Beliau menjawab, Tidak ada, kecuali hanya ibadah sunnah.
Kemudian, orang tersebut pergi seraya berkata, Demi Allah, saya tidak akan menambah di atas hal ini dan tidak
akan menguranginya. Maka, Rasulullah shallallhu alaihi wa sallambersabda, Ia telah beruntung apabila
jujur..
Selain itu, hadits yang semakna dengan ini diriwayatkan pula oleh Al-Bukhry dan Muslim dari hadits Anas bin
Malik radhiyallhu anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Jbir bin Abdillah radhiyallhu anhum.
Selanjutnya, dalil lain terdapat dalam hadits Umar bin Khaththab radhiyallhu anhuriwayat Muslim ,dan hadits
Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, tentang kisah Jibril yang masyhur ketika beliau
bertanya kepada Rasulullahshallallhu alaihi wa sallam tentang Islam, Iman, Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat.
Ketika ditanya tentang Islam, Nabi shallallhu alaihi wa sallam menjawab,







.
Islam adalah bahwa engkau bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah, engkau menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa Ramadhan, serta
berhaji ke rumah (Allah) bila engkau sanggup menempuh jalan untuk itu.
Berdasarkan dalil-dalil di atas, para ulama bersepakat bahwa siapapun yang mengingkari kewajiban puasa
dianggap kafir, keluar dari Islam, dan dianggap telah mengingkari suatu perkara, yang kewajibannya telah
dimaklumi secara darurat dalam syariat Islam.
Seluruh dalil di atas menunjukkan keutamaan puasa yang sangat besar dan menunjukkan bahwa betapa agung
nikmat dan rahmat Allah bagi umat Islam.

Allah Subhnahu wa Tal dan Rasul-Nya telah menjelaskan berbagai macam keutamaan puasa secara umum
dan keutamaan puasa Ramadhan secara khusus. Agar kita dapat bersegera dalam hal menggapai rahmat Allah
dan bergembira terhadap karunia dan nikmat-Nya, berikut ini, kami menyebutkan beberapa keutamaan puasa. Di
antaranya adalah:

Pertama, ampunan dan pahala yang sangat besar bagi orang yang berpuasa.
Allah Jalla Tsan`uhu menyebutkan sederet orang-orang yang beramal shalih, yang di antara mereka adalah
laki-laki dan perempuan yang berpuasa, kemudian menyatakan pahala untuk mereka dalam firman-Nya,



Allah telah menyediakan, untuk mereka, ampunan dan pahala yang besar. [Al-Ahzb: 35]

Kedua, puasa adalah tameng terhadap api neraka.


Dalam riwayat Al-Bukhry dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallhu anhu, Nabishallallhu alaihi wa
sallam bersabda,




dan puasa adalah tameng. Bila salah seorang dari kalian berada pada hari puasa, janganlah ia berbuat siasia dan janganlah ia banyak mendebat. Kalau orang lain mencercanya atau memusuhinya, hendaknya ia
berkata, Saya sedang berpuasa..
Juga dalam hadits Jbir, Utsman bin Abil sh, dan Abu Hurairah radhiyallhu anhuriwayat Imam Ahmad dan
selainnya, Rasulullah shallallhu alaihi wa sallambersabda,


Puasa merupakan tameng terhadap neraka, seperti tameng salah seorang dari kalian pada peperangan.

Ketiga, puasa adalah pemutus syahwat.


Dalam hadits Abdullah bin Masud radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu
alaihi wa sallam bersabda,




Wahai sekalian pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah karena hal
tersebut lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan barangsiapa yang belum mampu,
hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya (puasa itu) adalah pemutus syahwatnya.

Keempat, orang yang berpuasa mendapat ganjaran khusus di sisi Allah.


Hal tersebut karena puasa merupakan bagian kesabaran, sementara sabar terbagi tiga: sabar dalam hal
menjalankan ketaatan, sabar dalam hal meninggalkan larangan, dan sabar dalam hal menerima ketentuan Allah.
Orang yang berpuasa telah melakukan tiga jenis kesabaran ini seluruhnya, bahwa ia sabar dalam hal menjalankan ketaatan yang diperintah dalam pelaksanaan puasa, sabar dalam hal meninggalkan segala hal yang
dilarang dan diharamkan dalam pelaksanaan puasa, serta sabar dalam hal menjalani kepedihan terhadap lapar,
haus, dan kelemahan pada tubuh. Karena puasa merupakan bagian kesabaran, wajar jika orang yang berpuasa
mendapatkan pahala khusus yang tidak terhingga sebagaimana orang yang sabar mendapat pahala seperti itu.
Allah Subhnahu wa Tal berfirman,


Sesungguhnya, hanya orang-orang yang bersabarlah yang pahala mereka dicukupkan tanpa batas. [AzZumar: 10]

Kelima, orang yang berpuasa memiliki dua kegembiraan.

Keenam, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau wangian kasturi.
Tiga keutamaan yang disebut terakhir termaktub dalam hadits Abu Hurairahradhiyallhu anhu riwayat AlBukhry dan Muslim bahwa Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam bersabda,





.

Setiap amalan Anak Adam, kebaikannya dilipatgandakan menjadi sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat. Allah
Azza wa Jalla berfirman, Kecuali puasa. Sesungguhnya, (amalan) itu adalah (khusus) bagi-Ku dan Aku yang
akan memberikan pahalanya karena (orang yang berpuasa) meninggalkan syahwat dan makanannya karena
Aku. Bagi orang yang berpuasa, ada dua kegembiraan: kegembiraan ketika dia berbuka puasa dan
kegembiraan ketika dia berjumpa dengan Rabb-nya. Sesungguhnya, bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum di sisi Allah daripada baukasturi. (Lafazh hadits adalah milik Imam Muslim)

Ketujuh, puasa sehari di jalan Allah menjauhkan wajah seseorang dari neraka sejauh perjalanan selama tujuh
puluh tahun.
Dalam hadits Abu Said Al-Khudry radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu
alaihi wa sallam bersabda,





Tidak seorang hamba pun yang berpuasa sehari di jalan Allah, kecuali, karena (amalannya pada) hari itu, Allah
akan menjauhkan wajahnya dari neraka (sejauh perjalanan) selama tujuh puluh tahun.

Kedelapan, pintu khusus di surga bagi orang-orang yang berpuasa.


Dalam

hadits

Sahl

bin

Saad

As-Sidy radhiyallhu

anhum riwayat

Al-Bukhry

dan

Muslim,

Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya, di surga, ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyn. Orang-orang yang berpuasa akan masuk
melaluinya pada hari kiamat. Tidak ada seorang pun yang melewatinya, kecuali mereka. Dikatakan, Di mana
orang-orang yang berpuasa? Lalu mereka memasukinya. Jika (orang) terakhir dari mereka telah masuk, (pintu)
itupun dikunci sehingga tidak ada seorang pun yang melaluinya.

Kesembilan, puasa termasuk kaffarah (penggugur) dosa hamba.


Dalam hadits Hadzaifah Ibnul Yamn radhiyallhu anhum riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Nabi shallallhu
alaihi wa sallam bersabda,




Fitnah seseorang terhadap keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya dapat ditebus dengan puasa, shalat,
shadaqah, serta amar maruf dan nahi mungkar.(Konteks hadits adalah milik Imam Muslim)
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Muslim, Rasulullahshallallhu alaihi wa
sallam bersabda,




Shalat lima waktu, (dari) Jumat ke Jumat, dan (dari) Ramadhan ke Ramadhan, adalah penggugur dosa
(seseorang pada masa) di antara waktu tersebut sepanjang ia menjauhi dosa besar.
Bahkan, puasa menjadi bagian kaffarah pada beberapa perkara seperti pelanggaran sumpah[1], zhihr [2],
sebagian amalan haji[3], pembunuhan Ahludz Dzimmah orang yang berada di bawah perjanjian tanpa
sengaja[4], dan pembunuhan hewan buruan saat ihram[5].

Kesepuluh, puasa termasuk amalan yang mengakibatkan seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Dalam

haditsnya

riwayat Ibnu Abi Syaibah, Ahmad, An-Nas`i, Ibnu

Hibban, dan lain-lain, Abu

Ummah radhiyallhu anhu berkata kepada Nabi shallallhu alaihi wa sallam,

. .

Wahai Rasulullah, perintahlah saya untuk mengerjakan suatu amalan, yang dengannya, saya dimasukkan ke
dalam surga. Beliau bersabda, Berpuasalah, karena (puasa) itu tak ada bandingannya..

Kesebelas, puasa memberi syafaat pada hari kiamat.


Dalam hadits Abdullah bin Amr radhiyallhu anhum, Rasulullah shallallhu alaihi wa sallam bersabda,


. .
.
Puasa dan Al-Qur`an akan memberi syafaat untuk seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata,
Wahai Rabb-ku, saya telah melarangnya terhadap makanan dan syahwat pada siang hari, maka izinkanlah saya
untuk memberi syafaat baginya. Al-Qur`an berkata, Saya telah menghalanginya dari tidur malam, maka
izinkanlah saya untuk memberi syafaat baginya. (Beliau) bersabda, Maka, keduanya mendapat izin untuk
mensyafaati (hamba) tersebut.. (HR. Ahmad, Muhammad bin Nash Al-Marwazy, Al-Hkim, dan selainnya.
Dihasankan oleh Syaikh Al-Albany dalam Tammul Minnah hal. 394-395)

Kedua belas, pada Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka ditutup, serta syaithan
dibelenggu.

Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu alaihi wa
sallam bersabda,


Jika Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surgadibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan
dibelenggu.

Ketiga belas, orang yang berpuasa pada Ramadhan, karena keimanan dan hal mengharap pahala, dosadosanya diampuni.
Dalam hadits Abu Hurairah radhiyallhu anhu riwayat Al-Bukhry dan Muslim, Rasulullah shallallhu alaihi wa
sallam bersabda,


Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan hal mengharap pahola, dosa-dosanya yang telah
lalu akan diampuni.

Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah


Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan Ulama
Tidak diragukan lagi bahwasanya pengetahuan para penuntut ilmu terhadap
kemuliaan yang besar yang akan mereka dapati dengan menuntut ilmu dan
kedudukan yang tinggi yang akan mereka peroleh, akan menjadikan mereka paling
bersemangat dalam menempuh jalannya ilmu dan belajar, dan beradab dengan
adab-adab yang syar'i yang akan menambah kedudukan dan keutamaan mereka di
sisi Allah Subhaanah, serta akan meninggikan kemuliaan mereka dan akan
terbuktilah kemanfaatan mereka terhadap manusia.
Ayat-ayat Al-Qur`an yang Menjelaskan Keutamaan Menuntut Ilmu dan
Kedudukan Ulama
Allah Ta'ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka
miliki dari kedudukan dan ketinggian:

"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang


yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran." (Az-Zumar:9)
Dan Allah juga berfirman:

"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya
keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia
dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan
kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan
panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Di antara dalil yang menunjukkan atas keutamaan ilmu dan wajibnya meminta
tambahan darinya adalah firman Allah Ta'ala yang memerintahkan RasulNya shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (agama)."


(Thaahaa:114)

Allah Subhaanahu Wa Ta'ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi


wa sallam untuk meminta tambahan dari sesuatu kecuali meminta tambahan dari
ilmu dan ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu syar'i yang akan menjadikan
seorang hamba mengenal Rabbnya Subhaanah dan mengetahui apa-apa yang
diwajibkan atas seorang mukallaf dari perkara agamanya dalam ibadah dan
muamalahnya. (Fathul Baarii 1/141)
Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan memberikan kepada
mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam
firman-Nya:

"Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan


As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi AlHikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orangorang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269)
Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya.
(Akhlaaqul 'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy hal.9)
Demikian juga di antara dalil-dalil yang menguatkan akan pentingnya ilmu dan
keharusan mencarinya adalah firman Allah Ta'ala yang artinya:
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi)
melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad:19)
Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana
dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhariy. (Shahiihul Bukhaariy, Kitaabul 'Ilmi, Baabul 'Ilmi
Qablal 'Amal)
Adapun ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mempunyai buah yang agung, dan
yang paling menonjolnya adalah adanya rasa khasy-yah kepada Allah Subhaanah
dari pemiliknya. Maka ulama adalah manusia yang paling takut kepada Rabbnya,
karena apa yang telah mereka pelajari dari ilmu yang akan menambah pengetahuan
mereka kepada Rabbnya dan akan mengokohkan keimanan yang ada pada hati-hati
mereka. Allah Ta'ala berfirman:

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah


ulama." (Faathir:28)
Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan
pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala berfirman:

"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)
Hadits-hadits yang Menerangkan Keutamaan Menuntut Ilmu dan
Kedudukannya
Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus hadits yang mulia, di mana
dalam hadits-hadits tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan
kepada ilmu dan menganjurkan atasnya serta menerangkan kedudukan ulama dan
kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya dimiliki oleh mereka agar berakhlak
dengannya dan bersemangat atasnya.
Di dalam Shahiihul Bukhaariy, misalnya, terdapat lebih dari seratus hadits yang
menjelaskan masalah ilmu, mencarinya dan anjuran atasnya, dan sungguh Al-Imam
Al-Bukhariy telah menyendirikan pembahasan ilmu dengan membuat satu kitab
khusus (yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan beliau tempatkan setelah Kitabul
Iman.
Demikian juga kitab-kitab sunnah lainnya yang padanya terdapat sejumlah hadits
yang banyak dari hadits-hadits yang marfu' dan atsar-atsar yang mauquf kepada

shahabat dan tabi'in, yang semuanya mengisyaratkan kepada kedudukan yang


agung yang kembalinya kepada ulama, dan kedudukan yang tinggi yang Allah
muliakan penuntut ilmu dengannya.
Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
1. Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan


pahamkan dia tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih)
Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan yang terbesar yang
Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak mau tafaqquh fiddiin
(mempelajari dan memahami agamanya) berarti telah diharamkan dari berbagai
kebaikan.
2. Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam, beliau bersabda:
"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan
yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah
yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan
di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah
memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa minum
darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air
hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa
menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan
orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan
apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada yang
lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali dengan ilmu
tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (HR. AlBukhariy)
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar
bersemangat terhadap ilmu dan belajar, yaitu beliau shallallahu 'alaihi wa
sallam memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa dengan hujan
yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air hujan tersebut
untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakan orang yang mendengar
ilmu yang beliau bawa dengan bumi/tanah yang bermacam-macam yang air hujan
turun padanya:
- Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya
kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu
memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumputrumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
- Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di
mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam
keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami
apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka
orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil
manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya,
tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya,
maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat
menerima/menampung air.
Tidaklah dikumpulkan dalam perumpamaan tersebut antara dua kelompok yang
pertama kecuali karena kebersamaan mereka dalam kemanfaatan dari ilmu yang
mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan
disendirikanlah kelompok ketiga yang tercela karena tidak adanya kemanfaatan
darinya. (Fathul Baarii 1/177)

Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang
yang menempuh jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat pada dirinya dan
manusia pun mengambil manfaat darinya dan antara orang yang rela dengan
kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian
sedikit pun dari warisannya para Nabi.
3. Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:













"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah
akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan
sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk
penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun
untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan
yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya
keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti
keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya
ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun
dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang
mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak."
(HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul
Ushuul 8/6)
Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan
didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya
untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya, demikian juga
makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di lautan dan
makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah
Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut
ilmu dan mendo'akan kebaikan untuknya.
Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah
orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia
meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas
hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan
berebutan kepadanya.
4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata: Aku mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia
menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadangkadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang
mendengarnya." (HR. At-Tirmidziy no.2659 dan isnadnya shahih, lihat Jaami'ul
Ushuul 8/18)
Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan yang besar bagi
penuntut ilmu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akannya
dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari
ilmu, menghapal hadits, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada yang
lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun
terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia

telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur.


5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
bersabda:

"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya


kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang
anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa
pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir
kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari
generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya
dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri.
Dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai
kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk
manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya tersebut.

Wallaahu A'lam WaHuwal Muwaffiq. Diringkas dari Aadaabu Thaalibil 'Ilmi hal.10-18.

3 Amal yang Pahalanya Tidak Terputus


Posted on Januari 26, 2012 by Admin

16 Votes

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah

amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang
sholeh (HR. Muslim no. 1631)
Allah memberi ganjaran sekecil apa pun amal yang kita perbuat. Meski hanya sebesar dzarrah atau debu:
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar
zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar [An Nisaa
40]
Setiap kebaikan yang kita lakukan mulai dari kewajiban seperti sholat, puasa, zakat hingga amal yang sunnah
insya Allah akan dibalas Allah pahala yang berlipat ganda.
Bahkan ada orang yang karena mampu setiap tahun pergi berhaji atau umrah dengan berharap mendapat
pahala yang besar. Sesungguhnya itu baik. Namun sayangnya saat kita meninggal, kita tidak akan mendapat
pahala itu lagi. Saat kita mati, terputus amal kita selain 3 amal yang di atas.
Oleh karena itu agar pahala kita terus mengalir meski kita telah tiada, hendaknya kita berusaha mengerjakan 3
amal yang di atas. Bagaimana pun kita tidak tahu berapa banyak dosa atau maksiyat yang telah kita perbuat.
Berapa banyak orang yang kita sakiti. Jadi kalau pahalanya pas-pasan, bisa jadi akhirnya kita terjerembab ke
neraka jahannam.

Sedekah Jariyah
Menurut Imam al-Suyuti (911 H) ada 10 amal yang pahalanya terus menerus mengalir, yaitu: 1) ilmu yang
bermanfaat, 2) doa anak sholeh, 3) sedekah jariyah (wakaf), 4) menanam pohon kurma atau pohon-pohon yang
buahnya bisa dimanfaatkan, 5) mewakafkan buku, kitab atau Al Quran, 6) berjuang dan membela tanah air, 7)
membuat sumur, 8) membuat irigasi, 9) membangun tempat penginapan bagi para musafir, 10) membangun
tempat ibadah dan belajar.
Itu hanya contoh kecil saja. Tentu saja sedekah jariyah tidak terbatas pada hal yang di atas. Segala hal yang
bermanfaat yang bisa dinikmati masyarakat umum seperti membangun jalan, jembatan, website atau TV yang
bermanfaat insya Allah pahalanya akan terus mengalir kepada kita selama yang kita bangun itu masih
memberikan manfaat.
Menanam pohon mangga atau pohon kurma sehingga buahnya bisa dinikmati atau pun pohon yang rindang
seperti pohon Beringin sehingga orang bisa berteduh pun bisa mendapatkan pahala.
Membangun masjid pun pahalanya amat besar dan tetap akan mengalir selama masih ada orang yang
memakainya untuk beribadah:
Hadits riwayat Usman bin Affan ra: Barang siapa yang membangun sebuah masjid karena
mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga.
(H.R Bukhari dan Muslim)

Ilmu yang Bermanfaat


Ilmu akan bermanfaat jika kita sendiri terlebih dahulu mengamalkannya. Kemudian kita ajarkan ke orang lain.
Jika orang yang kita ajarkan itu juga mengamalkan ilmunya, insya Allah kita akan mendapat pahala meski kita
telah tiada.
Kita bisa menjadi guru, dosen, atau mendirikan sekolah/pesantren sehingga ilmu yang bermanfaat bisa diajarkan
ke orang banyak.
Di zaman sekarang ini kita bisa mengajarkan ilmu ke banyak orang sekaligus. Dengan membuat buku yang
bermanfaat, kita dapat membayangkan bagaimana kalau ada 1 juta orang yang membaca buku tersebut dan
mengamalkannya.
Dengan membuat website yang berisi ilmu yang bermanfaat misalnya website Islam sehingga puluhan ribu
orang bisa membaca dan mengamalkan ilmunya, insya Allah juga akan mendapat pahala. Jika ada orang yang
meng-copy-paste tulisan anda, jangan sedih. Justru mereka membantu menyebarkan ilmu anda sehingga jika
website anda tutup karena anda tidak membayar sewa domain atau hosting, ilmu anda tetap tersebar dan
dinikmati orang lain.
Mendirikan TV Islam atau TV Komunitas yang bisa memberikan ilmu yang bermanfaat pun insya Allah akan
mendapat pahala.

Bagaimana jika kita bukan orang yang pintar atau ilmu kita cetek? Jangan sedih. Dengan membantu ulama
sehingga ilmunya tersebar, membantu penerbitan buku yang bermanfaat, membantu pembuatan dan
pemeliharaan website atau TV Islam juga bisa membuat anda ikut mendapat pahala. Karena Allah menghitung
setiap amal yang kita lakukan sekecil apa pun amal itu!
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya
Allah amat berat siksa-Nya. [Al Maa-idah 2]
Rasulullah saw. bersabda:

:

:
.
Dari Abu Musa Al Asyari ra. dari Nabi Muhammad saw bersabda:
Orang mukmin itu bagi mukmin lainnya seperti bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.
Kemudian Nabi Muhammad menggabungkan jari-jari tangannya. Ketika itu Nabi Muhammad duduk, tibatiba datang seorang lelaki meminta bantuan. Nabi hadapkan wajahnya kepada kami dan bersabda:
Tolonglah dia, maka kamu akan mendapatkan pahala. Dan Allah menetapkan lewat lisan Nabi-Nya apa
yang dikehendaki. Imam Bukhari, Muslim, dan An Nasai.


Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan
mendapat pahala seperti orang yang melakukannya. [HR Muslim, 3509].
Jadi jika kita turut andil dalam menyebarkan ilmu yang bermanfaat, insya Allah, Allah akan melihatnya.

Anak Soleh yang Mendoakannya


Jika kita punya anak soleh yang mendoakan kita, insya Allah kita akan mendapat pahala juga karena kita telah
berjasa mendidik mereka sehingga jadi anak yang saleh.
Oleh karena itu jika kita diamanahi anak oleh Allah, hendaknya kita didik mereka sebaik mungkin hingga jadi
anak yang saleh. Seorang ibu jangan ragu untuk meninggalkan pekerjaannya di kantor agar bisa fokus mendidik
anaknya.
Lalu bagaimana jika kita tidak punya anak kandung?
Di situ tidak dijelaskan apakah anak saleh itu anak kandung atau bukan. Jadi jika kita memelihara anak yatim
pun kita tetap akan dapat pahala jika mereka jadi anak yang saleh dan mendoakan kita.
Dari Abu Ummah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang membelai kepala anak yatim
karena Allah SWT, maka baginya kebaikan yang banyak daripada setiap rambut yang diusap. Dan barang
siapa yang berbuat baik kepada anak yatim perempuan dan lelaki, maka aku dan dia akan berada di
syurga seperti ini, Rasulullah SAW mengisyaratkan merenggangkan antara jari telunjuk dan jari
tengahnya. (Hadis riwayat Ahmad)
Dari situ jelas bahwa orang yang memelihara anak yatim dengan penuh kasih sayang insya Allah akan masuk
surga. Surganya pun bukan surga tingkat rendah. Tapi surga tingkat tinggi karena berada di dekat Nabi
Muhammad SAW laksana jari telunjuk dengan jari tengah.
Paling tidak jika ada anak dari saudara kita atau sepupu kita, santuni mereka. Bantu mereka.
Menyumbang ke keluarga miskin yang ada anaknya pun atau panti asuhan insya Allah bisa mendapatkan
pahala.

Abdul Qadir Jawas

Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga..//


Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim ....
Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami
berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa
yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah
sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah semata, tiada
sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam adalah
hamba dan Rasul-Nya.
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya
dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.[Ali Imran: 102]
Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu
(Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah
memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan
Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasimu. [An-Nisaa': 1]
Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang
benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa
mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh ia menang dengan kemenangan yang besar. [Al-Ahzaab:
70-71]
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur-an) dan sebaik-baik petunjuk adalah
petunjuk Muhammad shallallaahu alaihi wa sallam (As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara
yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bidah, setiap
bidah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.

Amma badu:
Kepada saudara-saudaraku seiman dan seaqidah...
Mensyukuri nikmat-nikmat Allah adalah wajib hukumnya. Allah Subhaanahu wa Taaala berfirman:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku
dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. [Al-Baqarah: 153]
Juga firman-Nya:
Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menghitungnya.
Sesungguhnya manusia sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). [Ibrahim : 34]
Allah Subhanahu wa Taala mengingatkan bahwa manusia sangat zhalim dan sangat kufur karena
mereka tidak mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepada mereka.
Di antara nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat Islam, iman, rizki, harta, umur, waktu
luang, dan kesehatan untuk beribadah kepada Allah dengan benar dan untuk menuntut ilmu syari.
Manusia diberikan dua kenikmatan, namun banyak di antara mereka yang tertipu. Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam bersabda:
Dua nikmat yang banyak manusia tertipu dengan keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.[1]
Banyak di antara manusia yang tidak mengguna-kan waktu sehat dan waktu luangnya dengan sebaikbaiknya. Ia tidak gunakan untuk belajar tentang Islam, tidak ia gunakan untuk menimba ilmu syari.
Padahal dengan menghadiri majelis taklim yang mengajarkan Al-Quran dan As-Sunnah menurut
pemahaman para Shahabat, akan bertambah ilmu, keimanan, dan ketakwaannya kepada Allah
Subhanahu wa Taala. Juga dapat menambah amal kebaikannya.
Semoga melalui majelis taklim yang kita kaji dari kitab-kitab para ulama Salaf, Allah memberikan
hidayah kepada kita di atas Islam, ditetapkan hati dalam beriman, istiqamah di atas Sunnah, serta
diberikan hidayah taufik oleh Allah untuk dapat melaksanakan syariat Islam secara kaffah (menyeluruh)
dan kontinyu hingga kita diwafatkan oleh Allah Subhanahu wa Taala dalam keadaan mentauhidkan Allah
dan melaksanakan Sunnah. Semoga Allah senantiasa memudahkan kita untuk selalu menuntut ilmu
syari, diberikan kenikmatan atasnya, dan diberikan pemahaman yang benar tentang Islam dan Sunnah
menurut pemahaman Salafush Shalih.
Seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam
yang benar berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam
adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallaahu alaihi wa sallam diutus dengan membawa ilmu
dan amal shalih.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar
dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. [Al-Fat-h: 28]
Yang dimaksud dengan al-hudaa (petunjuk) dalam ayat ini adalah ilmu yang bermanfaat. Dan yang
dimaksud dengan diinul haqq (agama yang benar) adalah amal shalih. Allah Taala mengutus Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam untuk menjelaskan kebenaran dari kebatilan, menjelaskan
Nama-Nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-perbuatan-Nya, hukum-hukum dan berita yang datang
dari-Nya, serta memerintahkan untuk melakukan segala apa yang bermanfaat bagi hati, ruh, dan jasad.
Beliau shallallaahu alaihi wa sallam menyuruh ummat-nya agar mengikhlaskan ibadah semata-mata
karena Allah Taala, mencintai-Nya, berakhlak yang mulia, beradab dengan adab yang baik dan
melakukan amal shalih. Beliau shallallaahu alaihi wa sallam melarang ummatnya dari perbuatan syirik,
amal dan akhlak yang buruk, yang berbahaya bagi hati, badan, dan kehidupan dunia dan akhiratnya. [2]
Cara untuk mendapat hidayah dan mensyukuri nikmat Allah adalah dengan menuntut ilmu syari.
Menuntut ilmu adalah jalan yang lurus untuk dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil,
Tauhid dan syirik, Sunnah dan bidah, yang maruf dan yang munkar, dan antara yang bermanfaat dan
yang membahayakan. Menuntut ilmu akan menambah hidayah serta membawa kepada kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Seorang Muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan keislamannya tanpa berusaha untuk
memahami Islam dan mengamalkannya. Pernyataannya harus dibuktikan dengan melaksanakan

konsekuensi dari Islam. Karena itulah menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi.
[1]. Menuntut Ilmu Syari Wajib Bagi Setiap Muslim Dan Muslimah
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.[3]
Imam al-Qurthubi rahimahullaah menjelaskan bahwa hukum menuntut ilmu terbagi dua:
Pertama, hukumnya wajib; seperti menuntut ilmu tentang shalat, zakat, dan puasa. Inilah yang
dimaksudkan dalam riwayat yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu (hukumnya) wajib.
Kedua, hukumnya fardhu kifayah; seperti menuntut ilmu tentang pembagian berbagai hak, tentang
pelaksanaan hukum hadd (qishas, cambuk, potong tangan dan lainnya), cara mendamaikan orang yang
bersengketa, dan semisalnya. Sebab, tidak mungkin semua orang dapat mempelajarinya dan apabila
diwajibkan bagi setiap orang tidak akan mungkin semua orang bisa melakukannya, atau bahkan
mungkin dapat menghambat jalan hidup mereka. Karenanya, hanya beberapa orang tertentu sajalah
yang diberikan kemudahan oleh Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya.
Ketahuilah, menuntut ilmu adalah suatu kemuliaan yang sangat besar dan menempati kedudukan tinggi
yang tidak sebanding dengan amal apa pun.[4]
[2]. Menuntut Ilmu Syari Memudahkan Jalan Menuju Surga
Setiap Muslim dan Muslimah ingin masuk Surga. Maka, jalan untuk masuk Surga adalah dengan
menuntut ilmu syari. Sebab Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan
darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang kesulitan
(dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutupi
(aib) seorang muslim, maka Allah menutupi (aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong
hamba selama hamba tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan mempelajarinya di antara
mereka, melainkan ketenteraman turun atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi
mereka, dan Allah menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa
yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya. [5]
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam
rangka menuntut ilmu syari, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.
Berjalan menuntut ilmu mempunyai dua makna:
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis
para ulama.
Kedua : Menempuh jalan (cara) yang mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti
menghafal, belajar (sungguh-sungguh), membaca, menelaah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan
berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang dapat mengantarkan
seseorang untuk mendapatkan ilmu syari.
Allah akan memudahkan jalannya menuju Surga mempunyai dua makna. Pertama, Allah akan
memudah-kan memasuki Surga bagi orang yang menuntut ilmu yang tujuannya untuk mencari wajah
Allah, untuk mendapatkan ilmu, mengambil manfaat dari ilmu syari dan mengamalkan konsekuensinya.
Kedua, Allah akan memudahkan baginya jalan ke Surga pada hari Kiamat ketika melewati shirath dan
dimudahkan dari berbagai ketakutan yang ada sebelum dan sesudahnya. Wallaahu alam.
Juga dalam sebuah hadits panjang yang berkaitan tentang ilmu, Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam
bersabda.
Barangsiapa yang berjalan menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalannya menuju Surga.
Sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha
dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang mengajarkan kebaikan akan
dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air.
Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang.
Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar
tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu,
maka sungguh, ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.[6]

Jika kita melihat para Shahabat radhiyallaahu anhum ajmain, mereka bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu syari. Bahkan para Shahabat wanita juga bersemangat menuntut ilmu. Mereka
berkumpul di suatu tempat, lalu Nabi shallallaahu alaihi wa sallam mendatangi mereka untuk
menjelaskan tentang Al-Qur-an, menelaskan pula tentang Sunnah-Sunnah Nabi shallallaahu alaihi wa
sallam. Allah Taala juga memerintahkan kepada wanita untuk belajar Al-Qur-an dan As-Sunnah di
rumah mereka.
Sebagaimana yang Allah Taala firmankan,
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti
orang-orang Jahiliyyah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatilah Allah dan RasulNya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait, dan
membersihkan kamu dengan sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari
ayat-ayat Allah dan al-Hikmah (Sunnah Nabimu). Sungguh, Allah Mahalembut, Maha Menge-tahui. [AlAhzaab: 33-34]
Laki-laki dan wanita diwajibkan menuntut ilmu, yaitu ilmu yang bersumber dari Al-Qur-an dan AsSunnah karena dengan ilmu yang dipelajari, ia akan dapat mengerjakan amal-amal shalih, yang dengan
itu akan mengantarkan mereka ke Surga.
Kewajiban menuntut ilmu ini mencakup seluruh individu Muslim dan Muslimah, baik dia sebagai orang
tua, anak, karyawan, dosen, Doktor, Profesor, dan yang lainnya. Yaitu mereka wajib mengetahui ilmu
yang berkaitan dengan muamalah mereka dengan Rabb-nya, baik tentang Tauhid, rukun Islam, rukun
Iman, akhlak, adab, dan muamalah dengan makhluk.
[3]. Majelis-Majelis Ilmu adalah Taman-Taman Surga
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Apabila kalian berjalan melewati taman-taman Surga, perbanyaklah berdzikir. Para Shahabat bertanya,
Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud taman-taman Surga itu? Beliau menjawab, Yaitu halaqahhalaqah dzikir (majelis ilmu). [7]
Atha' bin Abi Rabah (wafat th. 114 H) rahimahullaah berkata, Majelis-majelis dzikir yang dimaksud
adalah majelis-majelis halal dan haram, bagaimana harus membeli, menjual, berpuasa, mengerjakan
shalat, menikah, cerai, melakukan haji, dan yang sepertinya. [8]
Ketahuilah bahwa majelis dzikir yang dimaksud adalah majelis ilmu, majelis yang di dalamnya diajarkan
tentang tauhid, aqidah yang benar menurut pemahaman Salafush Shalih, ibadah yang sesuai Sunnah
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, muamalah, dan lainnya.
Buku yang ada di hadapan pembaca merupakan buku Panduan Menuntut Ilmu. Di antara yang penulis
jelaskan di dalamnya adalah keutamaan menuntut ilmu, kiat-kiat dalam meraih ilmu syari, penghalangpenghalang dalam memperoleh ilmu, adab-adab dalam menuntut ilmu, hal-hal yang harus dijauhkan
oleh para penuntut ilmu, perjalanan ulama dalam menuntut ilmu, dan yang lainnya. Penulis jelaskan
masalah menuntut ilmu karena masalah ini sangatlah penting. Sebab, seseorang dapat memperoleh
petunjuk, dapat memahami dan mengamalkan Islam dengan benar apabila ia belajar dari guru, kitab,
dan cara yang benar. Sebaliknya, jika seseorang tidak mau belajar, atau ia belajar dari guru yang tidak
mengikuti Sunnah, atau melalui cara belajar dan kitab yang dibacakan tidak benar, maka ia akan
menyimpang dari jalan yang benar.
Para ulama terdahulu telah menulis kitab-kitab panduan dalam menuntut ilmu, seperti Imam Ibnu Abdil
Barr dengan kitabnya Jaami Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi, Imam Ibnu Jamaah dengan kitabnya Tadzkiratus
Samii, begitu pula al-Khatib al-Baghdadi yang telah menulis banyak sekali kitab tentang berbagai
macam disiplin ilmu, bahkan pada setiap disiplin ilmu hadits beliau tulis dalam kitab tersendiri. Juga
ulama selainnya seperti Imam Ibnul Jauzi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (dalam Majmuu Fataawaa-nya
dan kitab-kitab lainnya), Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (dalam kitabnya Miftaah Daaris Saaadah dan
kitab-kitab lainnya), dan masih banyak lagi para ulama lainnya hingga zaman sekarang ini, seperti
Syaikh bin Baaz, Syaikh al-Albani, dan Syaikh al-Utsaimin rahimahumullaah.
Dalam buku ini, penulis berusaha menyusunnya dari berbagai kitab para ulama terdahulu hingga
sekarang dengan harapan buku ini menjadi panduan agar memudahkan kaum Muslimin untuk menuntut
ilmu, memberikan semangat dalam menuntut ilmu, beradab dan berakhlak serta berperangai mulia yang
seharusnya dimiliki oleh setiap penuntut ilmu. Mudah-mudahan buku ini bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca sekalian, serta bagi kaum Muslimin. Mudah-mudahan amal ini diterima oleh Allah
Subhaanahu wa Ta'ala dan menjadi timbangan amal kebaikan penulis pada hari Kiamat. Dan mudahmudahan dengan kita menuntut ilmu syari dan mengamalkannya, Allah Azza wa Jalla akan
memudahkan jalan kita untuk me-masuki Surga-Nya. Aamiin.

Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpah-kan kepada Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam,
keluarga dan para Shahabat beliau, serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan kebaikan
hingga hari Kiamat.
[Disalin dari Muqaddimah buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga Panduan Menuntut Ilmu, Penulis
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 Bogor 16001 Jawa Barat
Indonesia, Cetakan Pertama Rabiuts Tsani 1428H/April 2007M]
___________
Foote Notes
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 6412), at-Tirmidzi (no. 2304), Ibnu Majah (no.
4170), Ahmad (I/258,344), ad-Darimi (II/297), al-Hakim (IV/306), dan selainnya dari Shahabat Ibnu
Abbas radhiyallaahu anhuma.
[2]. Lihat kitab Taisiir Karimir Rahmaan fii Tafsiir Kalaamil Mannaan (hal. 295-296) karya Syaikh
Abdurrahman bin Nashir as-Sadi (wafat th. 1376 H) rahimahullaah, cet. Muassasah ar-Risalah, th. 1417
H.
[3]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu
anhu, lihat Shahiih al-Jaamiish Shaghiir (no. 3913). Diriwayatkan pula oleh Imam-imam ahli hadits
yang lainnya dari beberapa Shahabat seperti Ali, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Masud, Abu Said alKhudri, dan al-Husain bin Ali radhiyallaahu anhum
[4]. Lihat Tafsiir al-Qurthubi (VIII/187), dengan diringkas. Tentang pembagian hukum menuntut ilmu
dapat juga dilihat dalam Jaami Bayaanil Ilmi wa Fadhlihi (I/56-62) oleh Ibnu Abdil Barr.
[5]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643),
At-Tirmidzi (no. 2646), Ibnu Majah (no. 225), dan Ibnu Hibban (no. 78-Mawaarid), dari Shahabat Abu
Hurairah radhiyallaahu anhu. Lafazh ini milik Muslim.
Jaamiul Uluum wal Hikam (II/297) dan Qawaaid wa Fawaa-id minal Arbaiin an-Nawawiyyah (hal.
316-317).
[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (V/196), Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682),
Ibnu Majah (no. 223), dan Ibnu Hibban (no. 80 al-Mawaarid), lafazh ini milik Ahmad, dari Shahabat Abu
Darda radhiyallaahu anhu.
[7]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 3510), Ahmad (III/150) dan lainnya, dari Shahabat
Anas bin Malik radhiyallaahu anhu. At-Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan. Lihat takhrij lengkapnya
dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 2562).
[8]. Disebutkan oleh al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Faqiih wal Mutafaqqih (no. 40). Lihat kitab al-Ilmu
Fadhluhu wa Syarafuhu (hal. 132).
Kamis, 27 Desember 2007 02:50:27 WIB
MENUNTUT ILMU JALAN MENUJU SURGA Oleh :Al-Ustadz Yazid bin

Kelebihan orang yang menuntut ilmu. Memang tersangat banyak kelebihan yang
telah Allah janjikan kepada mereka yang bergelar penuntut ilmu. Marilah kita
menghayati hadis-hadis yang menceritakan perihal ini. 1- Allah permudahkan bagi



:

penuntut ilmu jalan ke syurgaNya




)) :






((

Maksudnya:
Daripada
Abu
Hurairah


radiallahuanhu berkata: Rasulullah i bersabda: (( Barangsiapa yang menyusuri jalan
untuk menuntut ilmu, maka Allah akan permudahkan baginya jalan untuk ke
syurga.)) {HR Muslim} 2- Malaikat meletakkan sayap menaungi penuntut ilmu dan



makhluk-makluk Allah memohon ampun baginya.




) :



.(
















Maksudnya: Daripada Abu Darda radiallahuanhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah i bersabda: (( Barangsiapa yang menyusuri jalan untuk menuntut ilmu,
maka Allah akan permudahkan baginya jalan untuk ke syurga. Sesungguhnya
Malaikat meletakkan sayapnya untuk menaungi penuntut ilmu kerana redha atas
apa yang dilakukannya. Sesungguhnya seorang alim itu akan diminta ampun
baginya makhluk yang di langit dan di bumi hinggakan ikan-ikan di laut. Kelebihan
seorang alim berbanding seorang abid ialah ibarat rembulan kepada bintang-bintang
yang lain, Sesungguhnya para ulama ialah pewaris nabi-nabi, dan sesungguhnya
nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, tetapi mereka mewariskan ilmu,
barangsiapa yang mendapatkannya maka dia telah mendapat satu keuntungan yang
besar.)) {HR Abu Daud dan At-TIrmizi} 3- Allah menginginkan kebaikan bagi diri

:

penuntut ilmu. ((









)) :











Maksudnya: Daripada Muawiyah radiallahuanhu berkata: Rasulullah i



bersabda: (( Barangsiapa yang dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka Allah akan
menjadikan dia faham dalam bidang agama.)) {HR Bukhari dan Muslim} 4- Ilmu

:

menjadi amalan yang dapat dijadikan aset di akhirat nanti.






:

((

))
:

Maksudnya: Daripada Abu Hurairah radiallahuanhu berkata: Rasulullah i


bersabda: (( Apabila matinya seorang anak Adam itu, maka akan terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, atau ilmu yang dimanfaatkan
dengannya (oleh orang lain), atau anak soleh yang mendoakannya.)) {HR Muslim} 5
Menuntut ilmu dikira antara ibadah dan jihad.






" :



."




Maksudnya: Berkata Muaz bin Jabal: Tuntutlah ilmu, sesungguhnya
menuntutnya kerana Allah adalah satu bentuk ketakwaan, mencarinya adalah
ibadah, mengulangkajinya adalah tasbih, mengkajinya adalah jihad, mengajarkannya
kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah, menyampaikannya
kepada ahlinya adalah mendekatkan diri kepada Allah. Dia adalah teman kala
keseorangan dan sahabat ketika bersendirian. 6- Penuntut ilmu tergolong antara


mereka yang bebas dari laknat Allah di muka bumi ini.


: "

))
:






Maksudnya: Daripada Abu Hurairah radiallahuanhu berkata: Aku mendengar
Rasulullah i bersabda: (( Dunia ini adalah dilaknat. Dilaknat apa yang didalamnya
kecuali berzikir kepada Allah Taala dan apa yang menurut kehendakNya, dan orang
yang alim atau orang yang belajar.)) {HR At-Tirmizi} 7- Penuntut ilmu dianggap


:

sebagai pejuang di jalan Allah.





)) :









:((




Maksudnya: Daripada Anas
radiallahuanhu berkata: Rasulullah i bersabda: (( Barangsiapa yang keluar untuk
menuntut ilmu, maka dia di dalam sabilillah sehinggalah dia pulang.)) {HR AtTirmizi} Begitulah betapa banyaknya kelebihan yang telah Allah sediakan bagi
penuntut ilmu. Tidak kiralah apa-apa ilmu pun, asalkan ilmu itu bermanfaat dan
bukanlah ilmu yang haram seperti belajar mencuri, belajar melakukan perbuatanperbuatan maksiat dan sebagainya. Justeru, sebagai penuntut ilmu, kita haruslah
sentiasa bersemangat tinggi dalam menuntut ilmu. Jadikanlah hadis-hadis ini
sebagai peransang dan motivasi kepada diri sendiri agar kita sentiasa istiqamah di
atas landasanNya, InsyaAllah.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN


1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu:
Adalah Rasulullah SAW memberi khabar
gembira kepada para sahabatnya dengan
bersabda, "Telah datang kepadamu bulan
Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah
mewajibkan kepadamu puasa didalamnya;
pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka,
pintu-pintu neraka ditutup dan para setan
diikat; juga terdapat pada bulan ini malam
yang lebih baik daripada seribu bulan,
barangsiapa tidak memperoleh kebaikannya
maka dia tidak memperoleh apa-apa'." (HR.
Ahmad dan An-Nasa'i).

2. Dari Ubadah bin AshShamit, bahwa Rasulullah bersabda:


"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, AIlah
mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus
dosa-dosa dan mengabulkan do'a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu
pada bulan ini dan membanggakanmu kepada para malaikat-Nya, maka
tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang yang
sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini. " (HR.AthThabrani, dan para periwayatnya terpercaya).
Al-Mundziri berkata: "Diriwayatkan oleh An-Nasa'i dan Al-Baihaqi, keduanya
dari Abu Qilabah, dari Abu Hurairah, tetapi setahuku dia tidak pemah
mendengar darinya."
3. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu
'alahi wasallam bersabda:
"Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan
kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan
ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap
hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga),'Hampir tiba
saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta
mereka menuju kepadamu, 'pada bulan ini para jin yang jahat diikat
sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan
diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. "Beliau ditanya,
'Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar' Jawab beliau, 'Tidak.
Namun ovang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan
amalnya.' " (HR. Ahmad)'"
Isnad hadits tersebut dha'if, dan di antara bagiannya ada nash-Nash lain
yang memperkuatnya.

KEUTAMAAN PUASA
1. Dalil :
Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah
radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi bersabda:
"Setiap amal yang dilakukan anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan
dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Ta'ala
berfirman, 'Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung
membalasnya. la telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya
karena-Ku.' Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu
kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan
Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum daripada aroma
kesturi."
2. Bagaimana ber-taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah?
Perlu diketahui, bahwa ber-taqarrub kepada Allah tidak dapat dicapai dengan
meninggalkan syahwat ini -yang selain dalam keadaan berpuasa adalah
mubah- kecuali setelah ber-taqarrub kepada-Nya dengan meninggalkan apa
yang diharamkan Allah dalam segala hal, seperti: dusta, kezhaliman dan
pelanggaran terhadap orang lain dalam masalah darah, harta dan
kehormatannya. Untuk itu, Nabi bersabda : "Barangsiapa tidak
meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta maka Allah tidak butuh

dengan puasanya dari makan dan minum." (HR. Al-Bukhari).


Inti pernyataan ini, bahwa tidak sempurna ber-taqarrub kepada Allah Ta'ala
dengan meninggalkan hal-hal yang mubah kecuali setelah ber-taqarrub
kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang haram.
Dengan demikian, orang yang melakukan hal-hal yang haram kemudian bertaqarrub kepada Allah dengan meninggalkan hal-hal yang mubah, ibaratnya
orang yang meninggalkan hal-hal yang wajib dan ber-taqarrub dengan halhal yang sunat.
Jika seseorang dengan makan dan minum berniat agar kuat badannya dalam
shalat malam dan puasa maka ia mendapat pahala karenanya. Juga jika
dengan tidurnya pada malam dan siang hari berniat agar kuat beramal
(bekerja) maka tidurnya itu merupakan ibadah.
Jadi orang yang berpuasa senantiasa dalam keadaan ibadah pada siang dan
malam harinya. Dikabulkan do'anya ketika berpuasa dan berbuka. Pada
siang harinya ia adalah orang yang berpuasa dan sabar, sedang pada malam
harinya ia adalah orang yang memberi makan dan bersyukur.
3. Syarat mendapat pahala puasa :
Di antara syaratnya, agar berbuka puasa dengan yang halal. Jika berbuka
puasa dengan yang haram maka ia termasuk orang yang menahan diri dari
yang dihalalkan Allah dan memakan apa yang diharamkan Allah, dan tidak
dikabulkan do'anya.
Orang berpuasa yang berjihad :
Perlu diketahui bahwa orang mukmin pada bulan Ramadhan melakukan dua
jihad, yaitu :
Jihad untuk dirinya pada siang hari dengan puasa.
Jihad pada malam hari dengan shalat malam.
Barangsiapa yang memadukan kedua jihad ini, memenuhi segala hak-haknya
dan bersabar terhadapnya, niscaya diberikan kepadanya pahala yang tak
terhitung. Lihat Lathaa'iful Ma 'arif, oleh Ibnu Rajab, him. 163,165 dan 183.

KEKHUSUSAN DAN KEISTIMEWAAN BULAN RAMADHAN


1. Puasa Ramadhan adalah rukun keempat dalam Islam. Firman
Allah Ta'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa. "(Al-Baqarah : 183).
Sabda Nabi :
Islam didirikan di atas lima sendi, yaitu: syahadat tiada sembahan yang haq
selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi hajike Baitul Haram. "
(Hadits Muttafaq 'Alaih).
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa,
dan salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa,
pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah telah menjadikan
ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya. Firman
Allah dalam hadits yang disampaikan oleh Nabi:
"Puasa itu untuk-Ku dan Aku langsung membalasnya. Orang yang berpuasa
mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan

kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang


berpuasa lebih harum dari pada aroma kesturi." (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dan sabda Nabi :
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari
Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. " (Hadits Muttafaq
'Alaih).
Maka untuk memperoleh ampunan dengan puasa Ramadhan, harus ada dua
syarat berikut ini:
Mengimani dengan benar akan kewajiban ini.
Mengharap pahala karenanya di sisi Allah Ta 'ala.
2. Pada bulan Ramadhan diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat
manusia dan berisi keterangan-keterangan tentang petunjuk dan pembeda
antara yang haq dan yang bathil.
3. Pada bulan ini disunatkan shalat tarawih, yakni shalat malam pada bulan
Ramadhan, untuk mengikuti jejak Nabi, para sahabat dan Khulafaur
Rasyidin. Sabda Nabi:
"Barangsiapa mendirikan shalat malam Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
4. Pada bulan ini terdapat Lailatul Qadar (malam mulia), yaitu malam yang
lebih baik daripada seribu bulan, atau sama dengan 83 tahun 4 bulan. Malam
di mana pintu-pintu langit dibukakan, do'a dikabulkan, dan segala takdir
yang terjadi pada tahun itu ditentukan. Sabda Nabi :
"Barangsiapa mendirikan shalatpada Lailatul Qadar karena iman dan
mengharap pahala, dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Malam ini terdapat pada sepuluh malam terakhir, dan diharapkan pada
malam-malam ganjil lebih kuat daripada di malam-malam lainnya. Karena
itu, seyogianya seorang muslim yang senantiasa mengharap rahmat Allah
dan takut dari siksa-Nya, memanfaatkan kesempatan pada malam-malam
itu dengan bersungguh-sungguh pada setiap malam dari kesepuluh malam
tersebut dengan shalat, membaca Al-Qur'anul Karim, dzikir, do'a, istighfar
dan taubat yang sebenar-benamya. Semoga Allah menerima amal ibadah
kita, mengampuni, merahmati, dan mengabulkan do'a kita.
5. Pada bulan ini terjadi peristiwa besar yaitu Perang Badar, yang pada
keesokan harinya Allah membedakan antara yang haq dan yang bathil,
sehingga menanglah Islam dan kaum muslimin serta hancurlah syirik dan
kaum musyrikin.
6. Pada bulan suci ini terjadi pembebasan kota Makkah Al-Mukarramah, dan
Allah memenangkan Rasul-Nya, sehingga masuklah manusia ke dalam
agama Allah dengan berbondong-bondong dan Rasulullah menghancurkan
syirik dan paganisme (keberhalaan) yang terdapat di kota Makkah, dan
Makkah pun menjadi negeri Islam.
7. Pada bulan ini pintu-pintu Surga dibuka, pintu-pintu Neraka ditutup dan
para setan diikat.
Betapa banyak berkah dan kebaikan yang terdapat dalam bulan Ramadhan.

Maka kita wajib memanfaatkan kesempatan ini untuk bertaubat kepada Allah
dengan sebenar-benarnya dan beramal shalih, semoga kita termasuk orangorang yang diterima amalnya dan beruntung.
Perlu diingat, bahwa ada sebagian orang semoga Allah menunjukinyamungkin berpuasa tetapi tidak shalat, atau hanya shalat pada bulan
Ramadhan saja. Orang seperti ini tidak berguna baginya puasa, haji,
maupun zakat. Karena shalat adalah sendi agama Islam yang ia tidak dapat
tegak kecuali dengannya. Sabda Nabi :
"Jibril datang kepadaku dan berkata, 'Wahai Muhammad, siapa yang
menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan itu habis dan ia tidak
mendapat ampunan, maka jika mati ia masuk Neraka. Semoga Allah
menjauhkannya. Katakan: Amin!. Aku pun mengatakan: Amin. " (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya) "' Lihat kitab An Nasha i'hud
Diniyyah, him. 37-39.
Maka seyogianya waktu-waktu pada bulan Ramadhan dipergunakan untuk
berbagai amal kebaikan, seperti shalat, sedekah, membaca Al-Qur'an, dzikir,
do'a dan istighfar. Ramadhan adalah kesempatan untuk menanam bagi para
hamba Ailah, untuk membersihkan hati mereka dari kerusakan.
Juga wajib menjaga anggota badan dari segala dosa, seperti berkata yang
haram, melihat yang haram, mendengar yang haram, minum dan makan
yang haram agar puasanya menjadi bersih dan diterima serta orang yang
berpuasa memperoleh ampunan dan pembebasan dari api Neraka.
Tentang keutamaan Ramadhan, bersabda:
'"Aku melihat seorang laki-laki dari umatku terengah-engah kehausan, maka
datanglah kepadanya puasa bulan Ramadhan lalu memberinya minum
sampai kenyang " (HR. At-Tirmidzi, Ad-Dailami dan Ath-Thabarani dalam AlMu'jam Al-Kabir dan hadits ini hasan).
"Shalat lima waktu, shalat Jum'at ke shalat Jum 'at lainnya, dan Ramadhan
ke Ramadhan berikutnya menghapuskan dosa-dosa yang dilakukan di
antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan. " (HR.Muslim).
Jadi hal-hal yang fardhu ini dapat menghapuskan dosa-dosa kecil, dengan
syarat dosa-dosa besar ditinggalkan. Dosa-dosa besar, yaitu perbuatan yang
diancam dengan hukuman di dunia dan siksaan di akhirat. Misalnya: zina,
mencuri, minum arak, mencaci kedua orang tua, memutuskan hubungan
kekeluargaan, transaksi dengan riba, mengambil risywah (uang suap),
bersaksi palsu, memutuskan perkara dengan selain hukum Allah.
Seandainya tidak terdapat dalam bulan Ramadhan keutamaan-keutamaan
selain keberadaannya sebagai salah satu fardhu dalam Islam, dan waktu
diturunkannya Al-Qur'anul Karim, serta adanya Lailatul Qadar -yang
merupakan malam yang lebih balk daripada seribu bulan- di dalamnya,
niscaya itu sudah cukup, Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya. Lihat kitab
Kalimaat Mukhtaarah, hlm. 74 - 76.

HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN

1. Definisi :
Puasa ialah menahan diri dari makan, minum dan bersenggama mulai dari

terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Firman Allah Ta 'ala:
" .dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar.Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam ... "(Al-Baqarah: 187),
2. Kapan dan bagaimana puasa Ramadhan diwajibkan ?
Puasa Ramadhan wajib dikerjakan setelah terlihatnya hilal, atau setelah
bulan Sya'ban genap 30 hari. Puasa Ramadhan wajib dilakukan apabila hilal
awal bulan Ramadhan disaksikan seorang yang dipercaya, sedangkan awal
bulan-bulan lainnya ditentukan dengan kesaksian dua orang yang dipercaya.
3. Siapa yang wajib berpuasa Ramadhan ?
Puasa Ramadhan diwajibkan atas setiap muslim yang baligh (dewasa), aqil
(berakal), dan mampu untuk berpuasa.
4. Syarat wajibnya puasa Ramadhan ?
Adapun syarat-syarat wajibnya puasa Ramadhan ada empat, yaitu Islam,
berakal, dewasa dan mampu.
5. Kapan anak kecil diperintahkan puasa ?
Para ulama mengatakan Anak kecil disuruh berpuasa jika kuat, hal ini untuk
melatihnya, sebagaimana disuruh shalat pada umur 7 tahun dan dipukul
pada umur 10 tahun agar terlatih dan membiasakan diri.

6 Syarat sahnya puasa.


Syarat-syarat sahnya puasa ada enam :
Islam : tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
Akal : tidak sah puasa orang gila sampai kembali berakal.
Tamyiz : tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang balk
dengan yang buruk).
Tidak haid : tidak sah puasa wanita haid, sebelum berhenti haidnya.
Tidak nifas : tidak sah puasa wanita nifas, sebelum suci dari nifas.
Niat : dari malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib. Hal ini
didasarkan pada sabda Nabi : "Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada
malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya. " (HR.Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi. Ia adalah hadits mauquf
menurut At-Tirmidzi.
Dan hadits ini menunjukkan tidak sahnya puasa kecuali diiringi dengan niat
sejak malam hari, yaitu dengan meniatkan puasa di salah satu bagian
malam.

SUNNAH-SUNNAH PUASA

Sunah puasa ada enam :


Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam, selama tidak dikhawatirkan
terbit fajar.
Segera berbuka puasa bila benar-benar matahari terbenam.
Memperbanyak amal kebaikan, terutama menjaga shalat lima waktu pada
waktunya dengan berjamaah, menunaikan zakat harta benda kepada orangorang yang berhak, memperbanyak shalat sunat, sedekah, membaca AlQur'an dan amal kebajikan lainnya.
Jika dicaci maki, supaya mengatakan: "Saya berpuasa," dan jangan
membalas mengejek orang yang mengejeknya, memaki orang yang
memakinya, membalas kejahatan orang yang berbuat jahat kepadanya;
tetapi membalas itu semua dengan kebaikan agar mendapatkan pahala dan
terhindar dari dosa.
Berdo'a ketika berbuka sesuai dengan yang diinginkan. Seperti membaca
do'a :
"Ya Allah hanya untuk-Mu aku beupuasa, dengan rizki anugerah-Mu aku
berbuka. Mahasuci Engkau dan segala puji bagi-Mu. Ya Allah, terimalah
amalku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui "
Berbuka dengan kurma segar, jika tidak punya maka dengan kurma kering,
dan jika tidak punya cukup dengan air.

HUKUM ORANG YANG TIDAK BERPUASA RAMADHAN

Diperbolehkan tidak puasa pada bulan Ramadhan bagi empat golongan :


Orang sakit yang berbahaya baginya jika berpuasa dan orang bepergian
yang boleh baginya mengqashar shalat. Tidak puasa bagi mereka berdua
adalah afdhal, tapi wajib menggadhanya. Namun jika mereka berpuasa maka
puasa mereka sah (mendapat pahala). Firman Allah Ta'ala:
" ..Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain... " (Al-Baqarah:184).
Maksudnya, jika orang sakit dan orang yang bepergian tidak berpuasa maka
wajib mengqadha (menggantinya) sejumlah hari yang ditinggalkan itu pada
hari lain setelah bulan Ramadhan.
Wanita haid dan wanita nifas: mereka tidak berpuasa dan wajib mengqadha.
Jika berpuasa tidak sah puasanya. Aisyah radhiallahu 'anha berkata :
"Jika kami mengalami haid, maka diperintahkan untuk mengqadha puasa
dan tidak diperintahkan menggadha shalat. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).
Wanita hamil dan wanita menyusui, jika khawatir atas kesehatan anaknya

boleh bagi mereka tidak berpuasa dan harus meng-qadha serta memberi
makan seorang miskin untuk setiap hari yang ditinggalkan. Jika mereka
berpuasa maka sah puasanya. Adapun jika khawatir atas kesehatan diri
mereka sendiri, maka mereka boleh tidak puasa dan harus meng-qadha
saja. Demikian dikatakan Ibnu Abbas sebagaimana diriwayatkan o!eh Abu
Dawud. '7, Lihat kitab Ar Raudhul Murbi', 1/124.
Orang yang tidak kuat berpuasa karena tua atau sakit yang tidak ada
harapan sembuh. Boleh baginya tidak berpuasa dan memberi makan seorang
miskin untuk setiap hari yang ditinggalkannya. Demikian kata Ibnu Abbas
menurut riwayat Al-Bukhari. Lihat kitab Tafsir Ibnu Kalsir, 1/215.
Sedangkan jumlah makanan yang diberikan yaitu satu mud (genggam
tangan) gandum, atau satu sha' (+ 3 kg) dari bahan makanan lainnya. Lihat
kitab 'Lrmdatul Fiqh, oleh Ibnu Qudamah, hlm. 28.
Hukum jima'pada siang hari bulan Ramadhan.
Diharamkan melakukan jima' (bersenggama) pada siang hari bulan
Ramadhan. Dan siapa yang melanggarnya harus meng-qadha dan membayar
kaffarah mughallazhah (denda berat) yaitu membebaskan hamba sahaya.
Jika tidak mendapatkan, maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut;
jika tidak mampu maka memberi makan 60 orang miskin; dan jika tidak
punya maka bebaslah ia dari kafarah itu. Firman Allah Ta'ala.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya..." (Al-Baqarah: 285). Lihat kitab Majalisu Syahri
Ramadhan, hlm. 102 - 108.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA


Makan dan minum dengan sengaja. Jika dilakukan karena lupa maka tidak
batal puasanya.
Jima' (bersenggama).
Memasukkan makanan ke dalam perut. Termasuk dalam hal ini adalah
suntikan yang mengenyangkan dan transfusi darah bagi orang yang
berpuasa.
Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan,
ciuman atau sebab lainnya dengan sengaja. Adapun keluar mani karena
mimpi tidak membatalkan puasa karena keluamya tanpa sengaja.
Keluarya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah
haid, atau nifas batallah puasanya, baik pada pagi hari atau sore hari
sebelum terbenam matahari.
Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari perut
melalui mulut. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam .
Barangsiapa yang muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang
barangsiapa yang muntah dengan sengaja maka wajib qadha. " (HR. Ahmad,
Abu Dawud, Ibnu Majah dan At-Tirmidzi).
Dalam lafazh lain disebutkan : "Barangsiapa muntah tanpa disengaja, maka

ia tidak (wajib) mengganti puasanya)." DiriwayatRan oleh Al-Harbi


dalamGharibul Hadits (5/55/1) dari Abu Hurairah secara maudu' dan
dishahihRan oleh AI-Albani dalam silsilatul Alhadits Ash-Shahihah No. 923.
Murtad dari Islam -semoga Allah melindungi kita darinya. Perbuatan ini
menghapuskan segala amal kebaikan. Firman Allah Ta'ala: Seandainya
mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan. "(Al-An'aam: 88).
Tidak batal puasa orang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa
karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian pula jika tenggorokannya
kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja.
Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna empat puluh hari, maka
hendaknya ia mandi, shalat dan berpuasa.
Kewajiban orang yang berpuasa :
Orang yang berpuasa, juga lainnya, wajib menjauhkan diri dari perbuatan
dusta, ghibah (menyebutkan kejelekan orang lain), namimah (mengadu
domba), laknat mendo'akan orang dijauhkan dari rahmat Allah) dan
mencaci-maki. Hendaklah ia menjaga telinga, mata, lidah dan perutnya dari
perkataan yang haram, penglihatan yang haram, pendengaran yang haram,
makan dan minum yang haram.

Puasa yang disunatkan:


Disunatkan puasa 6 hari pada bulan Syawwal, 3 hari pada setiap
bulan (yang afdhal yaitu tanggal 13, 14 dan 15; disebut shaumul biidh), hari
Senin dan Kamis, 9 hari pertama bulan Dzul Hijjah (lebih ditekankan tanggal
9, yaitu hari Arafah), hari 'Asyura (tanggal 10 Muharram) ditambah sehari

sebelum atau sesudahnya untuk mengikuti jejak Nabi dan para sahabatnya
yang mulia serta menyelisihi kaum Yahudi.

PESAN DAN NASEHAT


Manfaatkan dan pergunakan masa hidup Anda, kesehatan dan masa muda
Anda dengan amal kebaikan sebelum maut datang menj emput.
Bertaubatlah kepada Allah dengan sebenar-benar taubat dalam setiap waktu
dari segala dosa dan perbuatan terlarang. Jagalah fardhu-fardhu Allah dan
perintah-perintah-Nya serta jauhilah apa-apa yang diharamkan dan dilarangNya, baik pada bulan Ramadhan maupun pada bulan lainnya.
Jangan sampai Anda menunda-nunda taubat, lain Anda pun mati dalam
keadaan maksiat sebelum sempat bertaubat, karena Anda tidak tahu apakah
Anda dapat menjumpai lagi bulan Ramadhan mendatang atau tidak?
Bersungguh-sungguhlah dalam mengurus keluarga, anak-anak dan siapa
saja yang menjadi tanggung jawab Anda agar mereka taat kepada Allah dan
menjauhkan diri dari maksiat kepada-Nya. Jadilah suri tauladan yang baik
bagi mereka dalam segala bidang, karena Andalah pemimpin mereka dan
bertanggung jawab atas mereka di hadapan Allah Ta'ala. Bersihkan rumah
Anda dari segala bentuk kemungkaran yang menjadi penghalang untuk

berdzikir dan shalat kepada Allah.


Sibukkan diri dan keluarga Anda dalam hal yang bermanfaat bagi Anda dan
mereka. Dan ingatkan mereka agar menjauhkan diri dari hal yang
membahayakan mereka dalam agama, dunia dan akhirat mereka.
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua untuk amal yang
dicintai dan diridhai-Nya. Shalawat dan salam semoga juga dilimpahkan
Allah kepada Nabi kita Muhammad, segenap keluarga dan para sahabatnya.

QIYAM RAMADHAN

1.Dalilnya :
1. Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda :
"Barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala (dari Allah) niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
2. Dari Abdurrahman bin Auf radhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam menyebut bulan Ramadhan seraya bersabda :
"Sungguh, Ramadhan adalah bulan yang diwajibkan Allah puasanya dan
kusunatkan shalat malamnya. Maka barangsiapa menjalankan puasa dan
shalat malam pada bulan itu karena iman dan mengharap pahala, niscaya
bebas dari dosa-dosa seperti saat ketika dilahirkan ibunya." (HR. An-Nasa'i,
katanya: yang benar adalah dari Abu Hurairah)," Menurut Al Arna'uth dalam
"Jaami'ul Ushuul", juz 6, hlm. 441, hadits ini hasan dengan adanya nashnash lain yang memperkuatnya.
2. Hukumnya:
Qiyam Ramadhan (shalat malam Ramadhan) hukumnya sunnah mu 'akkadah
(ditekankan), dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan
beliau anjurkan serta sarankan kepada kaum Muslimin. Juga diamalkan oleh
Khulafa' Rasyidin dan para sahabat dan tabi'in. Karena itu, seyogianya
seorang muslim senantiasa mengerjakan shalat tarawih pada bulan
Ramadhan dan shalat malam pada sepuluh malam terakhir, untuk
mendapatkan Lailatul Qadar

3. Keutamaannya:
Qiyamul lail (shalat malam) disyariatkan pada setiap malam sepanjang
tahun. Keutamaannya besar dan pahalanya banyak.
Firman Allah Ta'ala :"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya
''( Maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur, untuk
mengejakan shalat malam) , sedang mereka berdo'a kepada Tuhannya
dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari
rizki yang Kami berikan kepada mereka. "(AsSajdah: 16).
Ini merupakan sanjungan dan pujian dari Allah bagi orang-orang yang
mendirikan shalat tahajjud di malam hari. Dan sanjungan Allah kepada kaum
lainnya dengan firman-Nya :"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; dan

di akhir-akhir malam mereka momohon ampun (kepada Allah) . " (AdzDzaariyaat: 17-18).
"Dan orang-orangyang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri
untuk Tuhan mereka." (Al-Furqaan: 64).
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi(dengan mengatakan: Hadits ini hasan shahih
dan hadist ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim) dari Abdullah bin Salam,
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :"Wahai sekalian manusia,
sebarkan salam, berilah orang miskin makan, sambungkan tali kekeluargaan
dan shalatlah pada waktu malam ketika semua manusia tidur, niscaya kalian
masuk Surga dengan selamat. "
Juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Bilal, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Hendaklah kamu mendirikan shalat malam karena itu tradisi orang-orang
shalih sebelummu. Sungguh, shalat malam mendekatkan dirimu kepada
Tuhanmu, menghapuskan kesalahan, menjaga diri dari dosa dan
mengusirpenyakit dari tubuh" (Hadits ini dinyatakan shahih oleh Al-Hakim
dan Adz-Dzahabi menyetujuinya, 1/308),
Dalam hadits kaffarah dan derajat, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Dan termasuk derajat: memberi makan, berkata baik, dan mendirikan
shalat malam ketika orang-orang tidur': dinyatakan shahih oleh Al-Bukhari
dan At-Tirmidzi)" Lihat kitab Wazhaa'ifu Ramadhan, oleh Ibnu Qaasim, hlm.
42, 43.
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasalllam :"Sebaik-baik shalat setelah
fardhu adalah shalat malam. " (HR. Muslim).
4. Bilangannya :
Termasuk shalat malam: witir, paling sedikit satu raka'at dan paling banyak
11 raka'at. Boleh melakukan witir dengan satu raka'at saja, berdasarkan
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :"Barangsiapa yang ingin melakukan
witir dengan satu raka'at maka lakukanlah. " HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i.
Atau witir dengan tiga raka'at, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam :"Barangsiapa yang ingin melakukan witir dengan tiga raka 'at
maka lakukanlah. " (HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i)
Hal ini boleh dilakukan dengan sekali salam, atau shalat dua raka'at dan
salam kemudian shalat raka'at ketiga.
Atau witir dengan lima raka'at, diiakukan tanpa duduk dan tidak salam
kecuali pada akhir raka'at.
Berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:"Barangsiapa ingin
melakukan witir dengan lima raka'at maka lakukanlah. "(HR. Abu Dawud dan
An-Nasa'i).
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, beliau mengatakan:"Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam biasanya shalat malam tiga belas raka'at, termasuk di dalamnya
witir dengan lima raka 'at tanpa duduk di salah satu raka 'atpun kecuali pada
raka'at terakhir. " (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Ketiga hadits tersebut dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban.


Atau witir dengan tujuh raka'at; dilakukan sebagaimana lima raka'at.
Berdasarkan penuturan Ummu Salamah radhiallahu 'anha :"Nabi shallallahu
'alaihi wasallam biasanya melakukan witir dengan tujuh dan lima raka 'at
tanpa diselingi dengan salam dan ucapan. "(HR, Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu
Majah).
Boleh juga melakukan witir dengan sembilan, sebelas, atau tiga belas
raka'at. Dan yang afdhal adalah salam setiap dua rakaat kemudian witir
dengan satu raka'at.
Shalat malam pada bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan
atas shalat malam lainnya.
5. Waktunya :
Shalat malam Ramnahaan mencakup shalat pada permulaan malam dan
pada akhir malam.
6. Shalat Tarawih:
Shalat tarawih terrnasuk qiyam Ramadhan. Karena itu, hendaklah
bersungguh-sungguh dan memperhatikannya serta mengharapkan pahala
dan balasannya dari Allah. Malam Ramadhan adalah kesempatan yang
terbatas bilangannya dan orang mu'min yang berakal akan
memanfaatkannya dengan baik tanpa terlewatkan.
Jangan sampai ditinggalkan shalat tarawih, agar memperoleh pahala dan
ganjarannya. Dan jangan pulang dari shalat tarawih sebelum imam selesai
darinya dan dari shalat witir, agar mendapatkan pahala shalat semalam
suntuk. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam :
"Barangsiapa mendirikan shalat malam bersama imam sehingga selesai,
dicatat baginya shalat semalam suntuk. " (HR. Para penulis kitab
Sunan,dengan sanad shahih) Lihat kitab Majalisu Syahri Ramndhan, oleh
Syaikh Ibnu Utsaimin, him. 26-30.
Shalat tarawih adalah sunat, dilakukan dengan berjama'ah lebih utama.
Demikian yang masyhur dilakukan para sahabat, dan diwarisi oleh umat ini
dari mereka generasi demi generasi. Shalat ini tidak ada batasannya. Boleh
melakukan shalat 20 raka'at, 36 raka'at, 11 raka'at, atau 13 raka'at;
semuanya baik. Banyak atau sedikitnya raka'at tergantung pada panjang
atau pendeknya bacaan ayat. Dalam shalat diminta supaya khusyu',
bertuma'ninah, dihayati dan membaca dengan pelan; dan itu tidak bisa
dengan cepat dan tergesa-gesa. Dan sepertinya lebih baik apabila shalat
tersebut hanya dilakukan 11 raka'at.(Yaitu berdasarkan hadits Aisyah
radiallahu'anha yang artinya : " Tiadalah Rasulullah shalallahu 'alaihi
wasallam menambah (rakaat), baik di bulan Ramadhan atau (di bulan) lainya
lebih dari sebelas rakaat". (HR. Al-Bukhari dan An-Nasa'i)

MEMBACA AL-QUR'ANUL KARIM DI BULAN RAMADHAN DAN LAINNYA

Segala puji bagi Allah, yang telah menurunkan kepada hamba-Nya kitab AlQur'an sebagai penjelasan atas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang muslim. Semoga shalawat dan salam senantiasa

tercurah kepada hamba dan rasul-Nya Muhammad, yang diutus Allah


sebagai rahmat bagi alam semesta.
Adalah ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah dan
takut akan siksa-Nya untuk memperbanyak membaca Al-Qur'anul Karim
pada bulan Ramadhan dan buian-bulan lainnya untuk mendekatkan diri
kepada Allah Ta'ala, mengharap ridha-Nya, memperoleh keutamaan dan
pahala-Nya. Karena Al-Qur'anul Karim adalah sebaik-baik kitab, yang
diturunkan kepada Rasul termulia, untuk umat terbaik yang pernah
dilahirkan kepada umat manusia; dengan syari'at yang paling utama, paling
mudah, paling luhur dan paling sempurna.

Al-Qur'an diturunkan untuk dibaca oleh setiap orang muslim, direnungkan


dan dipahami makna, perintah dan larangannya, kemudian diamalkan.
Sehingga ia akan menjadi hujjah baginya di hadapan Tuhannya dan pemberi
syafa'at baginya pada hari Kiamat.

Allah telah menjamin bagi siapa yang membaca Al-Qur'an dan mengamalkan
isi kandungannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat,
dengan firmanNya " Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka. " (Thaha:123),

Janganlah seorang muslim memalingkan diri dari membaca kitab Allah,


merenungkan dan mengamalkan isi kandungannya. Allah telah mengancam
orang-orang yang memalingkan diri darinya dengan firman-Nya :
"Barangsiapa berpaling dari Al-Qur'an maka sesungguhnya ia akan memikul
dosa yang besar di hari Kiamat. " (Thaha : 100),
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari
Kiamat dalam keadaan buta. " (Thaha: 124),

Di antara keutamaan Al-Qur'an :

1. Firman Allah Ta 'ala :"Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur'an)


untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar
gembira bagi orang-orang yang berserah diri. " (An-Nahl: 89),

2. Firman Allah Ta'ala :" Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki
orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus. " (Al-Ma'idah: 15-16).

3. Firman Allah Ta 'ala :"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu


pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi ouang-orang yang
beriman. " (Yunus: 57).

4. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :"Bacalah Al-Qur'an, karena


ia akan datang pada hari Kiamat sebagai pemberi syafa 'at bagi

pembacanya. " (HR. Muslim dari Abu Umamah).

5. Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu 'anhu, katanya : Aku mendengar


Rasul shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :"Didatangkan pada hari
KiamatAl-Qur'an dan para pembacanya yang mereka itu dahulu
mengamalkannya di dunia, dengan didahului oleh surat Al Baqarah dan Ali
Imran yang membela pembaca kedua surat ini. " (HR, Muslim).

6. Dari Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu, katanya: Rasulullah shallallahu


'alaihi wasallam bersabda:"Sebaik-baik kalian adalah orang yang
mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya. " (HR. Al-Bukhar)

7. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu, katanya : Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda:"Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka
baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya.
Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam
satu huruf dan mim satu huruf. " (HR. At-Tirmidzi, katanya: hadits hasan
shahih).
8. Dari Abdullah bin Amr bin Al 'Ash radhiallahu 'anhuma, bahwa Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :"Dikatakan kepada pembaca AlQur'an: "Bacalah, naiklah dan bacalah dengan pelan sebagaimana yang telah
kama lakukan di dunia, karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang
kamu baca. "(HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dengan mengatakan: hadits
hasan shahih).
9. Dari Aisyah radhiallahu 'anhu, katanya : Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:"Orang yang membaca Al-Qur'an dengan mahir adalah bersama
para malaikat yang mulia lagi taat, sedangkan orang yang membaca AlQuran dengan tergagap dan susah membacanya baginya dua pahala. "
(Hadits Muttafaq 'Alaih).
Dua pahala, yakni pahala membaca dan pahala susah payahnya.
10. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :"Tidak boleh hasut kecuali dalam dua perkaua, yaitu: orang yang
dikaruniai Allah Al-Qur'an lalu diamalkannya pada waktu malam dan siang,
dan orang yang dikaruniai Allah harta lalu diinfakkannya pada waktu malam
dan siang "(Hadits Muttafaq 'Alaih).
Yang dimaksud hasut di sini yaitu mengharapkan seperti apa yang dimiliki
orang lain. ( Lihat kitab Riyadhus Shaalihiin, hlm. 467-469.
Maka bersungguh-sungguhlah -semoga Allah menunjuki Anda kepada jalan
yang diridhaiNya untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim dan membacanya
dengan niat yang ikhlas untuk Allah Ta'ala. Bersungguh-sungguhlah untuk
mempelajari maknanya dan mengamalkannya, agar mendapatkan apa yang
dijanjikan Allah bagi para ahli Al-Qur'an berupa keutamaan yang besar,
pahala yang banyak, derajat yang tinggi dan kenikmatan yang abadi. Para
sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dahulu jika mempelajari
sepuluh ayat dari Al-Qur'an, mereka tidak melaluinya tanpa mempelajari
makna dan cara pengamalannya.
Dan perlu Anda ketahui, bahwa membaca Al-Qur'an yang berguna bagi
pembacanya, yaitu membaca disertai merenungkan dan memahami
maknanya, perintah-perintahnya dan larangan-larangannya. Jika ia
menjumpai ayat yang memerintahkan sesuatu maka ia pun mematuhi dan
menjalankannya, atau menjumpai ayat yang melarang sesuatu maka iapun

meninggalkan dan menjauhinya. Jika ia menjumpai ayat rahmat, ia


memohon dan mengharap kepada Allah rahmat-Nya; atau menjumpai ayat
adzab, ia berlindung kepada
Allah dan takut akan siksa-Nya. Al-Qur'an itu menjadi hujjah bagi orang
yang merenungkan dan mengamalkannya; sedangkan yang tidak
mengamalkan dan memanfaatkannya maka Al-Qur'an itu menjadi hujjah
terhadap dirinya (mencelakainya).
Firman Allah Ta 'ala :"lni adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan
supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapatkan pelajaran."
(Shad: 29).
Bulan Ramadhan memiliki kekhususan dengan Al-Qura'nul Karim,
sebagaimana firman Allah: "Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan
permulaan Al-Qur'an ... "(Al-Baqarah: 185).
Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bertemu dengan Jibril pada bulan Ramadhan setiap malam untuk
membacakan kepadanya Al-Qur'anul Karim.
Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-Qur'an pada bulan
Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga membacakan Al-Qur'an kepada
orang yang lebih hafal. Dan juga menunjukkan dianjurkannya
memperbanyak bacaan Al-Qur'an pada bulan Ramadhan.
Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari AlQur'anul Karim, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah seraya membaca
kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali turunlah
ketenangan atas mereka, serta mereka diliputi rahmat, dikerumuni para
malaikat dan disebut-sebut oleh Allah kepada para malaikat di hadapan-Nya.
" (HR. Muslim).
Ada dua cara untuk mempelajari Al-Qur'anul Karim:
1. Membaca ayat yang dibaca sahabat Anda.
2. Membaca ayat sesudahnya. Namun cara pertama lebih baik.

Dalam hadits Ibnu Abbas di atas disebutkan pula mudarasah antara Nabi dan
Jibril terjadi pada malam hari. Ini menunjukkan dianjurkannya banyakbanyak membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan pada malam hari, karena
malam merupakan waktu berhentinya segala kesibukan, kembali
terkumpulnya semangat dan bertemunya hati dan lisan untuk merenungkan.
Seperti dinyatakan dalam firman Allah :
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu '),
dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. "(Al-Muzzammil: 6).
Disunatkan membaca Al-Qur'an dalam kondisi sesempurna mungkin, yakni
dengan bersuci, menghadap kiblat, mencari waktu-waktu yang paling utama
seperti malam, setelah maghrib dan setelah fajar.
Boleh membaca sambil berdiri, duduk, tidur, berjalan dan menaiki
kendaraan. Berdasarkan firman Allah :

"(Yaitu) orang-orang yang dzikir kedada Allah sambil berdiri, atau duduk,
atau dalam keadaan berbaring... "(A1'Imran: 191).
Sedangkan Al-Qur'anul Karim merupakan dzikir yang paling agung.

KADAR BACAAN YANG DISUNATKAN

Disunatkan mengkhatamkan Al-Qur'an setiap minggu, dengan setiap hari'


membaca sepertujuh dari Al-Qur'an dengan melihat mushaf, karena melihat
mushaf merupakan ibadah. Juga mengkhatamkannya kurang dari seminggu
pada waktu-waktu yang mulia dan di tempat-tempat yang mulia, seperti:
Ramadhan, Dua Tanah Suci dan sepuluh hari Dzul Hijjah karena
memanfaatkan waktu dan tempat. Jika membaca Al-Qur'an khatam dalam
setiap tiga hari pun baik, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
kepada Abdullah bin Amr :
"Bacalah Al-Qur'an itu dalam setiap tiga hari "( Lihat kitab Fadhaa'ilul qur'an,
oleh Ibnu Katsir, him. 169-172 dan Haasyiatu Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu
Qaasim, hlm. 107.)

Dan makruh menunda khatam Al-Qur'an lebih dari empat puluh hari, bila hal
tersebut dikhawatirkan membuatnya lupa. Imam Ahmad berkata : "Betapa
berat beban Al-Qur'an itu bagi orang yang menghafalnya kemudian
melupakannya."
Dilarang bagi yang berhadats kecil maupun besar menyentuh mushaf,
dasarnya firman Allah Ta 'ala :
"Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan. "(Al-Waqi'ah:
79).
Dan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassallam :
"Tidak dibenarkan menyentuh Al-Qur'an ini kecuali orang yang suci. " (HR.
Malik dalam AlMuwaththa,Ad-Daruquthni dan lainnya)" (Hai ini diperkuat
hadits Hakim bin Hizam yang lafazhnya: "Jangan menyentuh Al-qur'an
kecuali jika kamu suci." (HR. Ath-Thabrani dan Al-Hakim dengan
menyatakannya shahih).

AL-QUR'ANUL KARIM SYARI'AT SEMPURNA

Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwaafaqaat mengatakan : "Sudah menjadi


kesepakatan bahwa kitab yang mulia ini adalah syari'at yang sempurna,
sendi agama, sumber hikmah, bukti kerasulan, cahaya penglihatan dan
hujjah. Tiada jalan menuju Allah selainnya, tiada keselamatan kecuali
dengannya dan tidak ada yang dapat dijadikan pegangan sesuatu yang
menyelisihinya. Kalau demikian halnya, mau tidak mau bagi siapa yang
hendak mengetahui keuniversalan syariat, berkeinginan mengenal tujuantujuannya serta mengikuti jejak para ahlinya harus menjadikannya sebagai
kawan bercakap dan teman duduknya sepanjang siang dan malam dalam
teori dan praktek; maka dekat waktunya ia mencapai tujuan dan menggapai
cita-cita serta mendapati dirinya termasuk orang-orang pendahulu, dan

dalam rom an pertama jika ia mampu. Dan tidaklah mampu atas hal itu
kecuali orang yang senantiasa menggunakan apa yang dapat membantunya,
yaitu sunnah yang menjelaskan kitab ini. Selainnya, adalah ucapan para
imam terkemuka dan salaf pendahulu yang dapat membimbingnya dalam
tujuan yang mulia ini." ( Lihat AI Muwafaqaat, oleh Asy-Syathibi, 31224.)

HUKUM MELAGUKAN AL-QUR'AN

Pembaca dan pendengar Al-Qur'an yang hatinya disibukkan dengan lagu dan
sejenisnya -yang dapat mengakibatkan perubahan firman Allah, padahal kita
diperintahkan untuk memperhatikannya sebenamya menghalangi hatinya
dari apa yang dikehendaki Allah dalam kitab-Nya, memutuskannya dari
pemahaman firman-Nya. Mahasuci firman Allah dari hal itu semua. Imam
Ahmad melarang talhin dalam membaca Al-Qur'an, yaitu yang menyerupai
lagu, beliau berkata : "Itu bid'ah.
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Fadhaa 'ilul Qur'an mengatakan: "Sasaran
yang diminta menurut syara' tiada lain yaitu memperindah suara yang dapat
mendorong untuk merenungkan dan memahami Al-Qur'an yang mulia
dengan khusyu', tunduk, dan patuh penuh ketaatan. Adapun suara-suara
dengan lagu yang diada-adakan yang terdiri atas nada dan irama yang
melalaikan, serta aturan musikal, maka Al-Qur'an adalah suci; dari hal ini
dan tak layak jika dalam membacanya diperlakukan demikian." (Lihat kitab
Fadhaa'ilul qur'an, oleh Ibnu Katsir, him. 125-126.)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan: "Irama-irama yang dilarang para


ulama untuk membaca Al-Qur'an yaitu yang dapat memendekkan huruf yang
panjang, memanjangkan yang pendek, menghidupkan huruf yang mati dan
mematikan yang hidup. Mereka lakukan hal itu supaya sesuai dengan irama
lagu-lagu yang merdu. Jika hal itu dapat mengubah aturan Al-Qur'an dan
menjadikan harakat sebagai huruf, maka haram hukumnya. (Lihat Haasyiatu
Muqaddimatit Tafsiir, oleh Ibnu Qaasim, him. 107.)

SEDEKAH DI BULAN RAMADHAN

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas


raldhiallahu 'anhuma, ia berkata :
"Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan, dan
beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril
untuk membacakan kepadanya Al-Qur'an. Jibril menemui beliau setiap
malam pada bulan Ramadhan, lalu membacakan kepadanya Al-Qur'an.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketika ditemui Jibril lebih dermawan
dalam kebaikan daripada angin yang berhembus.

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan:


"Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya. "

Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah radhiallahu 'anha :


"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika masuk bulan Ramadhan
membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta. "

Kedermawanan adalah sifat murah hati dan banyak memberi. Allah pun
bersifat Maha Pemurah, Allah Ta'ala Maha Pemurah, kedermawanan-Nya
berlipat ganda pada waktu-waktu tertentu seperti bulan Ramadhan.

Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah manusia yang paling


dermawan, juga paling mulia, paling berani dan amat sempurna dalam
segala sifat yang terpuji; kedermawanan beliau pada bulan Ramadhan
berlipat ganda dibanding bulan-bulan lainnya, sebagaimana kemurahan
Tuhannya berlipat ganda pada bulan ini.

Berbagai pelajaran yang dapat diambil dari berlipatgandanya kedermawanan


Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di bulan Ramadhan :
Bahwa kesempatan ini amat berharga dan melipatgandakan amal kebaikan.
Membantu orang-orang yang berpuasa dan berdzikir untuk senantiasa taat,
agar memperoleh pahala seperti pahala mereka; sebagaimana siapa yang
membekali orang yang berperang maka ia memperoleh seperti pahala orang
yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan balk keluarga orang
yang berperang maka ia memperoleh pula seperti pahala orang yang
berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid dari Nabi shallallahu
'alaihi wasallam beliau bersabda:
"Barangsiapa memberi makan kepada orang yang berpuasa maka baginya
seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikitpun dari
pahalanya. " (HR. Ahmad dan At-Tirmidzi).

Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma kepada para hamba-Nya


dengan rahmat, ampunan dan pembebasan dari api Neraka, terutama pada
Lailatul Qadar Allah Ta 'ala melimpahkan kasih-Nya kepada para hamba-Nya
yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba Allah
niscaya Allah Maha Pemurah kepadanya dengan anugerah dan kebaikan.
Balasan itu adalah sejenis dengan amal perbuatan.
Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama termasuk sebab masuk
Surga. Dinyatakan dalam hadits Ali radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"Sungguh di Surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luamya dapat
dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. " Maka
berdirilah kepada beliau seorang Arab Badui seraya berkata: Untuk siapakah
ruangan-ruangan itu wahai Rasulullah? jawab beliau: "Untuk siapa saja yang
berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan shalat malam ketika
orang-orang dalam keadaan tidur. " (HR. At-Tirmidzi dan Abu Isa berkata,
hadits ini gharib)
Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang
mukmin dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik.
Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang dari perkataan kotor
dan perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat

menghantarkan pelakunya kepada Allah Ta 'ala.

Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat


menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api Neraka Jahannam,
terutama jika ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah hadits
bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api Neraka, sebagaimana
perisai dalam peperangan " ( Hadits riwayat Ahmad, An-Nasa'i dan Ibnu
Majah dari Ustman bin Abil-'Ash; juga diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah
dalam Shahihnya serta dinyatakan shahih oleh Hakim dan disetujui AdzDzahabi.) Hadits riwayat Ahmad dengan isnad hasan dan Al-Baihaqi.
Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Nabi Shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa itu perisai dan benteng kokoh yang melindungi seseorang) dari api
Neraka"
Dan dalam hadits Mu'adz radhiallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam dapat menghapuskan dosa
sebagaimana air memadamkan api" (Hadist riwayat At-Tirmidzi dan katrrnya.
"Hadits hasan shnhih. "
Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa dapat
menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang mesti
dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan orang tidak
terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya. Dan dengan
sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat terlengkapi. Karena
itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar zakat fitrah untuk
mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan perbuatan keji.

Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat


membantu orang lain yang berpuasa agar kuat dengan makan dan minum
maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya
karena Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain.Untuk
itu disyari'atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang-orang
yang berpuasa bersamanya, karena makanan ketika itu sangat disukainya,
maka hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut, agar ia
termasuk orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya
menjadi orang yang bersyukur kepada Allah atas nikmat makanan dan
minuman yang dianugerahkan kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak
mendapatkan anugerah tersebut. Sungguh nikmat ini hanyalah dapat
diketahui nilainya ketika tidak didapatkan. (Lihat kitab Larhaa'iful Ma'arif,
oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178.)
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya (kepada kita semua). Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah kepada Nabi kita Muhammad,
segenap keluarga dan sahabatnya.

TAFSIRAN AYAT-AYAT TENTANG PUASA

Allah Ta'ala berfirman :


"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kama agar kamu
bertaqwa. (Yaitu) dalam beberapa hari yang teutentu. Maka barangsiapa di
antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka) maka
(wajiblah baginya bevpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada harihari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika
mereka tidak beupuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang
miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan,
maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui "(Al-Baqarah: 183-184)

Allah berfirman yang ditujukan kepada orang-orang beriman dari umat ini,
seraya menyuruh mereka agar berpuasa. Yaitu menahan dari makan, minum
dan bersenggama dengan niat ikhlas karena Allah Ta'ala. Karena di dalamnya
terdapat penyucian dan pembersihan jiwa, juga menjernihkannya dari
pikiran-pikiran yang buruk dan akhlak yang rendah.

Allah menyebutkan, di samping mewajibkan atas umat ini, hal yang sama
juga telah diwajibkan atas orang-orang terdahulu sebelum mereka. Dari
sanalah mereka mendapat teladan. Maka, hendaknya mereka berusaha
menjalankan kewajiban ini secara lebih sempurna dibanding dengan apa
yang telah mereka kerjakan. (Tafsir Ibn Katsir, 11313.)
Lalu, Dia memberikan alasan diwajibkannya puasa tersebut dengan
menjelaskan manfaatnya yang besar dan hikmahnya yang tinggi. Yaitu agar
orang yang berpuasa mempersiapkan diri untuk bertaqwa kepada Allah,
Yakni dengan meninggalkan nafsu dan kesenangan yang dibolehkan,
semata-mata untuk mentaati perintah Allah dan mengharapkan pahala di
sisi-Nya. Agar orang beriman termasuk mereka yang bertaqwa kepada Allah,
taat kepada semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan dan
segala yang diharamkan-Nya. (Tafsir Ayaatul Ahkaam, oleh Ash Shabuni,
I/192.)

Ketika Allah menyebutkan bahwa Dia mewajibkan puasa atas mereka, maka
Dia memberitahukan bahwa puasa tersebut pada hari-hari tertentu atau
dalam jumlah yang relatif sedikit dan mudah. Di antara kemudahannya yaitu
puasa tersebut pada bulan tertentu, di mana seluruh umat Islam
melakukannya.

Lalu Allah memberi kemudahan lain, seperti disebutkan dalam firman-Nya:


"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. " (Al-Baqarah: 184)

Karena biasanya berat, maka Allah memberikan keringanan kepada mereka


berdua untuk tidak berpuasa. Dan agar hamba mendapatkan kemaslahatan
puasa, maka Allah memerintahkan mereka berdua agar menggantinya pada
hari-hari lain. Yakni ketika ia sembuh dari sakit atau tak iagi melakukan
perjalanan, dan sedang dalam keadaan luang. (Lihat kitab Tafsiirul Lat'nifil
Mannaan fi Khulaashati Tafsiiril Qur'an, oleh Ibnu Sa'di, hlm. 56.)

Dan firman Allah Ta 'ala :


"Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari lain." (Al-Baqarah : 184)

Maksudnya, seseorang boleh tidak berpuasa ketika sedang sakit atau dalam
keadaan bepergian, karena hal itu berat baginya. Maka ia dibolehkan
berbuka dan mengqadha'nya sesuai dengan bilangan hari yang
ditinggalkannya, pada hari-hari lain.

Adapun orang sehat dan mukim (tidak bepergian) tetapi berat (tidak kuat)
menjalankan puasa, maka ia boleh memilih antara berpuasa atau memberi
makan orang miskin. Ia boleh berpuasa, boleh pula berbuka dengan syarat
memberi makan kepada satu orang miskin untuk setiap hari yang
ditinggalkannya. Jika ia memberi makan lebih dari seorang miskin untuk
setiap harinya, tentu akan lebih baik. Dan bila ia berpuasa, maka puasa lebih
utama daripada memberi makanan. Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas radhiallahu
'anhum berkata: "Karena itulah Allah berfirman :
"Dan berpuasa lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. " (Tafsir Ibnu
Katsir; 1/214)
Firman Allah Ta 'ala :
"(Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu maka hendaklah ia berpuasa pada
bulan itu. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka)
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghenda ukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur." (Al-Baqarah: 185).

Allah memberitahukan bahwa bulan yang di dalamnya diwajibkan puasa bagi


mereka itu adalah bulan Ramadhan. Bulan di mana Al-Qur'an yang
dengannya Allah memuliakan umat Muhammad-diturunkan untuk pertama
kalinya. Allah menjadikan Al-Qur'an sebagai undang-undang serta peraturan
yang mereka pegang teguh dalam kehidupan. Di dalamnya terdapat cahaya
dan petunjuk. Dan itulah jalan kebahagiaan bagi orang yang ingin menitinya.
Di dalamnya terdapat pembeda antara yang hak dengan yang batil, antara
petunjuk dengan kesesatan dan antara yang halal dengan yang haram.
Allah menekankan puasa pada bulan Ramadhan karena bulan itu adalah
bulan diturunkannya rahmat kepada segenap hamba, Dan Allah tidak
menghendaki kepada segenap hamba-Nya kecuaii kemudahan. Karena itu
Dia membolehkan orang sakit dan musafir berbuka puasa pada hari-hari
bulan Ramadhan (Tqfsir Ayarul Ahkam oleh Ash Shabuni, I/192), dan
memerintahkan mereka menggantinya, sehingga sempurna bilangan satu
bulan. Selain itu, Dia juga memerintahkan memperbanyak dzikir dan takbir
ketika selesai melaksanakan ibadah puasa, yakni pada saat sempurnanya'
bulan Ramadhan. Karena itu Allah berfirman :
"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghenda ukaran
bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah

kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu,


agar kama bersyukur. " (Al- Baqarah: 185).
Maksudnya, bila Anda telah menunaikan apa yang diperintahkan Allah, taat
kepada-Nya dengan menjalankan hal-hal yang diwajibkan dan meninggalkan
segala yang diharamkan serta menjaga batasan-batasan (hukum)-Nya,
maka hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur karenanya. ')"
(Tafsir Ibnu Karsir, 1/218)
Lalu Allah berfirman :
"Dan apabila para hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdo 'a apabila ia memohon Kepada-Ku maka hendaklah
mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku, dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Al-Baqarah:186)
Sebab Turunnya ayat :

Diriwayatkan bahwa seorang Arab badui bertanya : "Wahai Rasulullah,


apakah Tuhan kita dekat sehingga kita berbisik atau jauh sehingga kita
berteriak (memanggil-Nya ketika berdo'a)?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
hanya terdiam, sampai Allah menurunkan ayat di atas. ' (Tafsir Ibnu Katsir;
I/219.)

Tafsiran ayat:
Allah menjelaskan bahwa Diri-Nya adalah dekat. Ia mengabulkan do'a orangorang yang memohon, serta memenuhi kebutuhan orang-orang yang
meminta. Tidak ada tirai pembatas antara Diri-Nya dengan salah seorang
hamba-Nya. Karena itu, seyogyanya mereka menghadap hanya kepada-Nya
dalam berdo'a dan merendahkan diri, lurus dan memurnikan ketaatan padaNya semata. (Tafsir Ibnu Katsir, I/218.)
Adapun hikmah penyebutan'Allah akan ayat ini yang memotivasi
memperbanyak do'a berangkaian dengan hukum-hukum puasa adalah
bimbingan kepada kesungguhan dalam berdo'a, ketika bilangan puasa telah
sempurna, bahkan setiap kali berbuka.

Anjuran dan Keutamaan Do'a:

Banyak sekali nash-nash yang memotivasi untuk berdo'a, menerangkan


fadhilah (keutamaan)nya dan mendorong agar suka melakukannya. Di
antaranya adalah sebagai berikut :

1. Firman Allah Ta 'ala :


"Dan Tuhanmu berfirman: Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu." (Ghaafir: 60). Di dalamnya Allah memerintahkan
berdo'a dan Dia menjamin akan mengabulkannya.

2. Firman Allah Ta'ala :


"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. "


(Al-A'raaf: 55).
Maksudnya, berdo'alah kepada Allah dengan menghinakan diri dan secara
rahasia, penuh khusyu' dan merendahkan diri. "Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas." Yakni tidak menyukai orangorang yang melampaui batas, baik dalam berdo'a atau lainnya, orang-orang
yang melampaui batas dalam setiap perkara. Termasuk melampaui batas
dalam berdo'a adalah permintaan hamba akan berbagai hal yang tidak
sesuai untuk dirinya atau dengan meninggikan dan mengeraskan suaranya
dalam berdo'a.
Dalam Shahihain, Abu Musa Al-Asy'ari berkata: "Orang-orang meninggikan
suaranya ketika berdo'a, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Wahai sekalian manusia, kasihanilah dirimu, sesungguhnya kamu tidak
berdo'a kepada Dzat yang tuli, tidak pula ghaib. Sesungguhnya Dzat yang
kama berdo'a pada-Nya itu Maha Mendengar lagi Maha Dekat. "

3. Firman Allah Ta 'ala : "Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang


yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang
menghilangkan kesusahan?" (An Naml: 62).

Maksudnya, apakah ada yang bisa mengabulkan do'a orang yang kesulitan,
yang diguncang oleh berbagai kesempitan, yang sulit mendapatkan apa yang
ia minta, sehingga tak ada jalan lain ia baru keluar dari keadaan yang
mengungkunginya, selain Allah semata? Siapa pula yang menghilangkan
keburukan (malapetaka), kejahatan dan murka, selain Allah semata?

4. Dari An-Nu'man bin Basyir radhiallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, beliau bersabda:
"Do'a adalah ibadah." (HR, Abu Daud dan At-TiYmidzi, At-Tirmidzi berkata,
hadits hasan shahih).

Dari Ubadah bin Asb-Shamit radhiallahu 'anhu ia berkata, sesungguhnya


Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tidak ada seorang muslim yang berdo'a kepada Allah di dunia dengan suatu
permohonan kecuali Dia mengabulkannya, atau menghilangkan daripadanya
keburukan yang semisalnya, selama ia tidak meminta suatu dosa atau
pemutusan kerabat. " Maka berkatalah seouang laki-laki dari kaum: "Kalau
begitu, kita memperbanyak (do'a). "
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Allah memberikan
kebaikan-Nya lebih banyak daripada yang kalian minta" (HR. At-Tirmidzi, ia
berkata, hadits hasan shahih), (Lihat kitab Riyaadhus Shaalihiin, hlm. 612
dan 622)
Lalu Allah Ta'ala berfirman :
"Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteriisterimu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian
bagi mereka. Allah mengetahui bahrvasanya kamu tidak dapat menahan
nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.

Maka sekarang campurilah mereka dan cavilah apa yang telah ditetapkan
oleh Allah untukmu, dan makan minumlah hinngga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi)janganlah kamu campuri mereka itu,
sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah
kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
manusia, supaya mereka bertaqwa." (Al-Baqarah:187)
Sebab turunnya ayat :

Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra' bin 'Azib, bahwasanya ia


berkata :
"Dahulu, para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, jika seseorang (dari
mereka) berpuasa, dan telah datang (waktu) berbuka, tetapi ia tidur
sebelum berbuka, ia tidak makan pada malam dan siang harinya hingga
sore. Suatu ketika Qais bin Sharmah Al-Anshari dalam keadaan puasa,
sedang pada siang harinya bekerja di kebun kurma. Ketika datang waktu
berbuka, ia mendatangi isterinya seraya berkata padanya: "Apakah engkau
memiliki makanan ?" Ia menjawab: "Tidak, tetapi aku akan pergi mencarikan
untukmu." Padahal siang harinya ia sibuk bekerja, karena itu ia tertidur.
Kemudian datanglah isterinya. Tatkala ia melihat suaminya (tertidur) ia
berkata: "Celaka kamu." Ketika sampai tengah hari, ia menggauli (isterinya).
Maka hal itu diberitahukan kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, sehingga
turunlah ayat ini :
"Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteriisterimu. "
Maka mereka sangat bersuka cita karenanya, kemudian turunlah ayat
berikut :
"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. (Lihat kitab Ash Shahiihul Musnad min Asbaabin Nuzuul,
hlm. 9.)

Tafsiran ayat :
Allah Ta'ala berfirman untuk memudahkan para hamba-Nya sekaligus untuk
membolehkan mereka bersenang-senang (bersetubuh) dengan isterinya
pada malam-malam bulan Ramadhan, sebagaimana mereka dibolehkan pula
ketika malam hari makan dan minum :
"Dihalalkan bagimu pada malam hari bulan puasa melakukam "rafats"
dengan isteri- isterimu."
Rafats adalah bersetubuh dan hal-hal yang menyebabkan terjadinya. Dahulu,
mereka dilarang melakukan hal tersebut (pada malam hari), tetapi kemudian
Allah membolehkan mereka makan minum dan melampiaskan kebutuhan
biologis, dengan bersenang-senang bersama isteri-isteri mereka. Hal itu
untuk menampakkan anugerah dan rahmat Allah pada mereka.

Allah menyerupakan wanita dengan pakaian yang menutupi badan. Maka ia


adalah penutup bagi laki-laki dan pemberi ketenangan padanya, begitupun
sebaliknya.
Ibnu Abbas berkata: "Maksudnya para isteri itu merupakan ketenangan

bagimu dan kamu pun merupakan ketenangan bagi mereka."


Dan Allah membolehkan menggauli para isteri hingga terbit fajar. Lalu Dia
mengecualikan keumuman dibolehkannya menggauli isteri (malam hari
bulan puasa) pada saat i'tikaf. Karena ia adalah waktu meninggalkan segala
urusan dunia untuk sepenuhnya konsentrasi beribadah. Pada akhirnya Allah
menutup ayat-ayat yang mulia ini dengan memperingatkan agar mereka
tidak melanggar perintah-perintah-Nya dan melakukan hal-hal yang
diharamkan serta berbagai maksiat, yang semua itu merupakan batasanbatasan-Nya. Hal-hal itu telah Dia jelaskan kepada para hamba-Nya agar
mereka menjauhinya, serta taat berpegang teguh dengan syari'at Allah
sehingga mereka menjadi orang-orang yang bertaqwa. (Tafsir Ayaatil
Ahkaam, oleh Ash-Shabuni, I/93.)

PELAJARAN DARI AYAT-AYAT TENTANG PUASA


Umat Islam wajib melakukan puasa Ramadhan.

Kewajiban bertaqwa kepada Allah dengan melakukan segala perintah-Nya


dan menjauhi semua larangan-Nya.
Boleh berbuka di bulan Ramadhan bagi orang sakit dan musafir. Keduanya
wajib mengganti puasa sebanyak bilangan hari mereka berbuka, pada harihari lain.
Firman Allah Ta 'ala :
"Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,
pada hari-haui lain, "adalah dalil wajibnya mengqadha' bagi orang yang
berbuka pada bulan Ramadhan karena udzur, baik sebulan penuh atau
kurang, juga merupakan dalil dibolehkannya mengganti hari-hari yang
panjang dan panas dengan hari-hari yang pendek dan dingin atau
sebaliknya.

Tidak diwajibkan berturut-turut dalam mengqadha' puasa Ramadhan, karena


Allah Ta 'ala berfirman :"Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari lain, " tanpa mensyaratkan puasa
secara berturut-turut. Maka, dibolehkan berpuasa secara berturut-turut atau
secara terpisah- pisah. Dan yang demikian itu lebih memudahkan manusia.
Orang yang tidak kuat puasa karena tua atau sakit yang tidak ada harapan
sembuh, wajib baginya membayar fidyah; untuk setiap harinya memberi
makan satu orang miskin.
Firman Allah Ta 'ala :"Dan berpuasa lebih baik bagimu"
menunjukkan bahwa melakukan puasa bagi orang yang boleh berbuka
adalah lebih utama, selama tidak memberatkan dirinya.
Di antara keutamaan Ramadhan adalah, Allah mengistimewakannya dengan
menurunkan Al-Qur'an pada bulan tersebut, sebagai petunjuk bagi segenap

hamba dan untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya.


Bahwa kesulitan menyebabkan datangnya kemudahan. Karena itu Allah
membolehkan berbuka bagi orang sakit dan musafir.

Kemudahan dan kelapangan Islam, yang mana ia tidak membebani


seseorang di luar kemampuannya.

Disyari'atkan mengumandangkan takbir pada malam 'Idul Fitri. Firman Allah


Ta 'ala :
"Dan hendaklah kama mengagungkan Allah (mengumandangkan takbir) atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu. "
Wajib bersyukur kepada Allah atas berbagai karunia dan taufik-Nya,
sehingga bisa menjalankan puasa, shalat dan membaca Al-Qur'anul Karim,
dan hal itu dengan mentaati-Nya dan meninggalkan maksiat terhadap-Nya.
Anjuran berdo'a, karena Allah memerintahkannya dan menjamin akan
mengabulkannya.
Kedekatan Allah dari orang yang berdo'a pada-Nya berupa dikabulkannya
do'a, dan dari orang yang menyembah-Nya berupa pemberian pahala.
Wajib memenuhi seruan Allah dengan beriman kepada-Nya dan tunduk
mentaati-Nya. Dan yang demikian itu adalah syarat dikabulkannya do'a.
Boleh makan dan minum serta melakukan hubungan suami isteri pada
malam-malan bulan Ramadhan, sampai terbit fajar, dan haram
melakukannya pada siang hari. Waktu puasa adalah dari terbitnya fajar yang
kedua, hingga terbenamnya matahari.
Disyari'atkan i'tikaf di masjid-masjid. Yakni diam di masjid untuk melakukan
ketaatan kepada Allah dan totalitas ibadah di dalamnya. Ia tidak sah, kecuali
dilakukan di dalam masjid yang di situ diselenggarakan shalat lima waktu.
Diharamkan bagi orang yang beri'tikaf mencumbu isterinya. Bersenggama
merupakan salah satu yang membatalkan i'tikaf.
Wajib konsisten dengan mentaati perintah-perintah Allah dan laranganlarangan-Nya. Allah Ta'ala berfirman :"ltulah larangan-larangan Allah maka
kamujangan mendekatinya."
Hikmah dari penjelasan ini adalah terealisasinya taqwa setelah mengetahui
dari apa ia harus bertaqwa (menjaga diri).
Orang yang makan dalam keadaan ragu-ragu tentang telah terbitnya fajar
atau belum adalah sah puasanya, karena pada asalnya waktu malam masih
berlangsung.
Disunnahkan makan sahur, sebagaimana disunnahkan mengakhirkan
waktunya.
Boleh mengakhirkan mandi jinabat hingga terbitnya fajar.
Puasa adalah madrasah rohaniyah, untuk melatih dan membiasakan jiwa
berlaku sabar. (Lihat kitab Al Ikliil Istinbaathit Tanziil, oleh As-Suyuthi, hlm.
24-28; dan Taisirul Lathifill Mannaan, oleh Ibn Sa'di, hlm. 56-58.)

MANFAAT PUASA

Puasa memiliki beberapa manfaat, ditinjau dari segi kejiwaan, sosial dan
kesehatan, di antaranya:
Beberapa manfaat, puasa secara kejiwaan adalah puasa membiasakan
kesabaran, menguatkan kemauan, mengajari dan membantu bagaimana
menguasai diri, serta mewujudkan dan membentuk ketaqwaan yang kokoh
dalam diri, yang ini merupakan hikmah puasa yang paling utama.
Firman Allah Ta 'ala :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertaqwa. " (Al-Baqarah: 183)

Catatan Penting :
Dalam kesempatan ini, kami mengingatkan kepada para saudaraku kaum
muslimin yang suka merokok. Sesungguhnya dengan cara berpuasa mereka
bisa meninggalkan kebiasaan merokok yang mereka sendiri percaya tentang
bahayanya terhadap jiwa, tubuh, agama dan masyarakat, karena rokok
termasuk jenis keburukan yang diharamkan dengan nash Al-Qur'anul Karim.
Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan
menggantinya dengan yang lebih balk. Hendaknya mereka tidak berpuasa
(menahan diri) dari sesuatu yang halal, kemudian berbuka dengan sesuatu
yang haram, kami memohon ampun kepada Allah untuk kami dan untuk
mereka.
Termasuk manfaat puasa secara sosial adalah membiasakan umat berlaku
disiplin, bersatu, cinta keadilan dan persamaan, juga melahirkan perasaan
kasih sayang dalam diri orang-orang beriman dan mendorong mereka
berbuat kebajikan.
Sebagaimana ia juga menjaga masyarakat dari kejahatan dan kerusakan.
Sedang di antara manfaat puasa ditinjau dari segi kesehatan adalah
membersihkan usus-usus, memperbaiki kerja pencernaan, membersihkan
tubuh dari sisa-sisa dan endapan makanan, mengurangi kegemukan dan
kelebihan lemak di perut.
Termasuk manfaat puasa adalah mematahkan nafsu. Karena berlebihan, balk
dalam makan maupun minum serta menggauli isteri, bisa mendorong nafsu
berbuat kejahatan, enggan mensyukuri nikmat serta mengakibatkan
kelengahan.
Di antara manfaatnya juga adalah mengosongkan hati hanya untuk berfikir
dan berdzikir. Sebaliknya, jika berbagai nafsu syahwat itu dituruti maka bisa
mengeraskan dan membutakan hati, selanjutnya menghalangi hati untuk
berdzikir dan berfikir, sehingga membuatnya lengah. Berbeda halnya jika
perut kosong dari makanan dan minuman, akan menyebabkan hati
bercahaya dan lunak, kekerasan hati sirna, untuk kemudian semata-mata
dimanfaatkan untuk berdzikir dan berfikir.

Orang kaya menjadi tahu seberapa nikmat Allah atas dirinya. Allah
mengaruniainya nikmat tak terhingga, pada saat yang sama banyak orangorang miskin yang tak mendapatkan sisa-sisa makanan, minuman dan tidak
pula menikah. Dengan terhalangnya dia dari menikmati hal-hal tersebut
pada saat-saat tertentu, serta rasa berat yang ia hadapi karenanya. Keadaan
itu akan mengingatkannya kepada orang-orang yang sama sekali tak dapat
menikmatinya. Ini akan mengharuskannya mensyukuri nikmat Allah atas
dirinya berupa serba kecukupan, juga akan menjadikannya berbelas kasih
kepada saudaranya yang memerlukan, dan mendorongnya untuk membantu
mereka.
Termasuk manfaat puasa adalah mempersempit jalan aliran darah yang
merupakan jalan setan pada diri anak Adam. Karena setan masuk kepada
anak Adam melalui jalan aliran darah. Dengan berpuasa, maka dia aman dari
gangguan setan, kekuatan nafsu syahwat dan kemarahan. Karena itu Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menjadikan puasa sebagai benteng untuk
menghalangi nafsu syahwat nikah, sehingga beliau memerintah orang yang
belum mampu menikah dengan berpuasa ( Lihat kitab Larhaa'iful Ma'aarif,
oleh Ibnu Rajab, hlm. 163) sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan
oleh Al-Bukhari dan Muslim)

BERPUASA TAPI MENINGGALKAN SHALAT

Barangsiapa berpuasa tapi meninggalkan shalat, berarti ia meninggalkan


rukun terpenting dari rukun-rukun Islam setelah tauhid. Puasanya sama
sekali tidak bermanfaat baginya, selama ia meninggalkan shalat. Sebab
shalat adalah tiang agama, di atasnyalah agama tegak. Dan orang yang
meninggalkan shalat hukumnya adalah kafir. Orang kafir tidak diterima
amalnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Perjanjian antara kami dan mereka adalah shalat, barangsiapa
meninggalkannya maka dia telah kafir. " (HR. Ahmad dan Para penulis kitab
Sunan dari hadits Buraidah radhiallahu 'anhu) At-Tirmidzi berkata : Hadits
hasan shahih, Al-Hakim dan Adz-Dzahabi menshahihkannya.

Jabir radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda:
(Batas) antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat."

(HR. Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).


Tentang keputusan-Nya terhadap orang-orang kafir, Allah berfirman :"Dan
Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan. "(Al-Furqaan: 23).
Maksudnya, berbagai amal kebajikan yang mereka lakukan dengan tidak
karena Allah, niscaya Kami hapus pahalanya, bahkan Kami menjadikannya
sebagai debu yang beterbangan.
Demikian pula halnya dengan meninggalkan shalat berjamaah atau
mengakhirkan shalat dari waktunya. Perbuatan tersebut merupakan maksiat
dan dikenai ancaman yang keras. Allah Ta'ala berfirman:
"Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu) orang-orang yang
lalai dari shalatnya. " (Al-Maa'un: 4-5).
Maksudnya, mereka lalai dari shalat sehingga waktunya berlalu. Kalau Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengizinkan shalat di rumah kepada orang
buta yang tidak mendapatkan orang yang menuntunnya ke masjid,
bagaimana pula halnya dengan orang yang pandangannya tajam dan sehat
yang tidak memiliki udzur.?
Berpuasa tetapi dengan meninggalkan shalat atau tidak berjamaah
merupakan pertanda yang jelas bahwa ia tidak berpuasa karena mentaati
perintah Tuhannya.Jika tidak demikian, kenapa ia meninggalkan kewajiban
yang utama (shalat)? Padahal kewajiban-kewajiban itu merupakan satu
rangkaian utuh yang tidak terpisah-pisah, bagian yang satu menguatkan
bagian yang lain.
Catatan Penting:
Setiap muslim wajib berpuasa karena iman dan mengharap pahala Allah,
tidak karena riya' (agar dilihat orang), sum'ah (agar didengar orang), ikutikutan orang, toleransi kepada keluarga atau masyarakat tempat ia tinggal.
Jadi, yang memotivasi dan mendorongnya berpuasa hendaklah karena
imannya bahwa Allah mewajibkan puasa tersebut atasnya, serta karena
mengharapkan pahala di sisi Allah dengan puasanya.
Demikian pula halnya dengan Qiyam Ramadhan (shaiat malam/tarawih), ia
wajib menjalankannya karena iman dan mengharap pahala Allah, tidak
karena sebab lain. Karena itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :"Barangsiapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu, barangsiapa
melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap
pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan
barangsiapa melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar karena iman dan
mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. "
(Muttafaq 'Alaih).
Secara tidak sengaja, kadang-kadang orang yang berpuasa terluka, mimisan
(keluar darah dari hidung), muntah, kemasukan air atau bersin di luar
kehendaknya. Hal-hal tersebut tidak membatalkan puasa. Tetapi orang yang
sengaja muntah maka puasanya batal, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:
"Barangsiapa muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha' atasnya,
Ctetapi) barangsiapa sengaja muntah maka ia wajib mengqadha' puasanya.
" (HR.Imam Lima kecuali An-Nasa'i) (Al Arna'uth dalam Jaami'ul Ushuul,
6/29 berkata : "Hadits ini shahih.")

Orang yang berpuasa boleh meniatkan puasanya dalam keadaan junub


(hadats besar), kemudian mandi setelah terbitnya fajar. Demikian pula
halnya dengan wanita haid, atau nifas, bila sudi sebelum fajar maka ia wajib
berpuasa. Dan tidak mengapa ia mengakhirkan mandi hingga setelah terbit
fajar, tetapi ia tidak boleh mengakhirkan mandinya hingga terbit matahari.
Sebab ia wajib mandi dan shalat Shubuh sebelum terbitnya matahari, karena
waktu Shubuh berakhir dengan terbitnya matahari.
Demikian pula halnya dengan orang junub, ia tidak boleh mengakhirkan
mandi hingga terbitnya matahari. Ia wajib mandi dan shalat Shubuh sebelum
terbit matahari. Bagi laki-laki wajib segera mandi, sehingga ia bisa
mendapatkan shalat jamaah.
Di antara hal-hal yang tidak membatalkan puasa adalah: pemeriksaan darah,
(Misalnya dengan mengeluarkan sample (contoh) darah dari salah satu
anggota tubuh) suntik yang tidak dimaksudkan untuk memasukkan
makanan. Tetapi jika memungkinkan- melakukan hal-hal tersebut pada
malam hari adalah lebih baik dan selamat, sebab Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda :"Tinggalkan apa yang membuatmu ragu, kerjakan
apa yang tidak membuatmu ragu. " (HR. An- Nasa'i dan At-Tirmidzi, ia
berkata: hadits hasan shahih)
Dan beliau juga bersabda :"Barangsiapa menjaga (dirinya) dari berbagai
syubhat maka sungguh dia telah berusaha menyucikan agama dan
kehormatannya." ( Muttafaq 'Alaih)
Adapun suntikan untuk memasukkan zat makanan maka tidak boleh
dilakukan, sebab hal itu termasuk kategori makan dan minum. (Lihat kitab
Risaalatush Shiyaam, oleh Syaikh Abdul Azis bin Baz, hlm. 21-22)
Orang yang puasa boleh bersiwak pada pagi atau sore hari. Perbuatan itu
sunnah, sebagaimana halnya bagi mereka yang tidak dalam keadaaan
puasa.

PUASA YANG SEMPURNA

Saudaraku kaum muslimin, agar sempurna puasamu, sesuai dengan


tujuannya, ikutilah langkah-langkah berikut ini :

Makanlah sahur, sehingga membantu kekuatan fisikmu selama berpuasa;


Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
"Makan sahurlah kalian, sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat berkah. "
HR.'Al-Bukhari dan Muslim)
"Bantulah (kekuatan fisikmu) untuk berpuasa di siang hari dengan makan
sahur, dan untuk shalat malam dengan tidur siang " (HR. Ibnu Khuzaimah

dalam Shahihnya)
Akan lebih utama jika makan sahur itu diakhirkan waktunya, sehingga
mengurangi rasa lapar dan haus. Hanya saja harus hati-hati, untuk itu
hendaknya Anda telah berhenti dari makan dan minum beberapa menit
sebelum terbit fajar, agar Anda tidak ragu-ragu.
Segeralah berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Manusia senantiasa dalam kebaikan, selama mereka menyegerakan
berbuka dan mengakhirkan sahur . " (HR. Al-Bukhari, I\luslim dan AtTirmidz)
Usahakan mandi dari hadats besar sebelum terbit fajar, agar bisa melakukan
ibadah dalam keadaan suci.
Manfaatkan bulan Ramadhan dengan sesuatu yang terbaik yang pernah
diturunkan didalamnya, yakni membaca Al-Qur'anul Karim. Sesungguhnya
Jibril 'alaihis salam pada setiap malam di bulan Ramadhan selalu menemui
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk membacakan Al-Qur'an baginya. (HR.
AL-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu).Dan pada diri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ada teladan yang baik bagi kita.
Jagalah lisanmu dari berdusta, menggunjing, mengadu domba, mengolokolok serta perkataan mengada-ada. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa tidak meninggalkan pevkataan dan perbuatan dusta maka
Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan minum." (HR. AlBukhari)
Hendaknya puasa tidak membuatmu keluar dari kebiasaan. Misalnya cepat
marah dan emosi hanya karena sebab sepele, dengan dalih bahwa engkau
sedang puasa. Sebaliknya, mestinya puasa membuat jiwamu tenang, tidak
emosional. Dan jika Anda diuji dengan seorang yang jahil atau pengumpat,
jangan Anda hadapi dia dengan perbuatan serupa. Nasihati dan tolaklah
dengan cara yang lebih baik. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Puasa adalah perisai, bila suatu hari seseorang dari kama beupuasa,
hendaknya ia tidak berkata buruk dan berteriak-teriak. Bila seseorang
menghina atau mencacinya, hendaknya ia berkata 'Sesungguhnya aku
sedang puasa" (HR. Al- Bukhari, Muslim dan para penulis kitab Sunan)
Ucapan itu dimaksudkanagar ia menahan diri dan tidak melayani orang yang
mengumpatnya Di samping, juga mengingatkan agar ia menolak melakukan
penghinaan dan caci-maki.
Hendaknya Anda selesai dari puasa dengan membawa taqwa kepada Allah,
takut dan bersyukur pada-Nya, serta senantiasa istiqamah dalam agamaNya.

Hasil yang baik itu hendaknya mengiringi Anda sepanjang tahun. Dan buah
paling utama dari puasa adalah taqwa, sebab Allah berfirman : "Agar kamu
bertaqwa. "(Al-Baqarah: 183)
Jagalah dirimu dari berbagai syahwat (keinginan), bahkan meskipun halal
bagimu. Hal itu agar tujuan puasa tercapai, dan mematahkan nafsu dari
keinginan. Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu berkata :

"Jika kamu berpuasa, hendaknya berpuasa pula pendengaranmu,


penglihatanmu dan lisanmu dari dusta dan dosa-dosa, tinggalkan menyakiti
tetangga, dan hendaknya kamu senantiasa bersikap tenang pada hari kama
beupuasa jangan pula kamu jadikan hari berbukamu sama dengan hari
kamu berpuasa."
Hendaknya makananmu dari yang halal. Jika kamu menahan diri dari yang
haram pada selain bulan Ramadhan maka pada bulan Ramadhan lebih
utama. Dan tidak ada gunanya engkau berpuasa dari yang halal, tetapi kamu
berbuka dengan yang haram.
Perbanyaklah bersedekah dan berbuat kebajikan. Dan hendaknya kamu lebih
baik dan lebih banyak berbuat kebajikan kepada keluargamu dibanding pada
selain bulan Ramadhan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang
yang paring dermawan, dan beliau lebih dermawan ketika bulan Ramadhan.
Ucapkanlah bismillah ketika kamu berbuka seraya berdo'a :"Ya Allah,
karena-Mu aku berpuasa, dan atas rezki-Mu aku berbuka. Ya Allah terimalah
daripadaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
"(44) (Lihat Mulhaq (bonus) Majalah Al WaLul Islami bulan Ramadhan, 1390
H.hlm.38-40.)

TUJUAN PUASA

Tujuan ibadah puasa adalah untuk menahan nafsu dari berbagai syahwat,
sehingga ia siap mencari sesuatu yang menjadi puncak kebahagiaannya;
menerima sesuatu yang menyucikannya, yang di dalamnya terdapat
kehidupannya yang abadi, mematahkan permusuhan nafsu terhadap lapar
dan dahaga serta mengingatkannya dengan keadaan orang-orang yang
menderita kelaparan di antara orang-orang miskin; menyempitkan jalan
setan pada diri hamba dengan menyempitkan jalan aliran makanan dan
minuman; puasa adalah untuk Tuhan semesta alam, tidak seperti amalanamalan yang lain, ia berarti meninggalkan segala yang dicintai karena
kecintaannya kepada Allah Ta 'ala; ia merupakan rahasia antara hamba
dengan Tuhannya, sebab para hamba mungkin bisa diketahui bahwa ia
meninggalkan hai-hal yang membatalkan puasa secara nyata, tetapi
keberadaan dia meninggalkan hal-hal tersebut karena Sembahannya, maka
tak seorangpun manusiayang mengetahuinya, dan itulah hakikat puasa.

PETUNJUK NABI DALAM BERPUASA

Petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'ala ihi wasallam adalah petunjuk yang
paling sempurna, paling mengena dalam mencapai maksud, serta paling
mudah penerapannya bagi segenap jiwa.
Di antara petunjuk puasa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada bulan
Ramadhan adalah :
Memperbanyak melakukan berbagai macam ibadah. Jibril'alaihis salam
senantiasa membacakan Al-Qur'anul Karim untuk beliau pada bulan
Ramadhan; beliau juga memperbanyak sedekah, kebajikan, membaca AlQur'anul Karim, shalat, dzikir, i'tikaf dan bahkan beliau mengkhususkan
beberapa macam ibadah pada bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau

lakukan pada bulan-bulan lain.


Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyegerakan berbuka dan menganjurkan
demikian, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta menganjurkan
dan memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Beliau
menghimbau agar berbuka dengan kurma, jika tidak mendapatkannya maka
dengan air.
Nabi'shallallahu 'alaihi wasallam melarang orang yang berpuasa dari ucapan
keji dan caci-maki. Sebaliknya beliau memerintahkan agar ia mengatakan
kepada orang yang mencacinya, "Sesungguhnya aku sedang puasa."
Jika beliau melakukan perjalanan di bulan Ramadhan, terkadang beliau
meneruskan puasanya dan terkadang pula berbuka. Dan membiarkan para
sahabatnya memilih antara berbuka atau puasa ketika dalam perjalanan.
Beliau shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendapatkan fajar dalam keadaan
junub sehabis menggauli isterinya maka beliau segera mandi setelah terbit
fajar dan tetap berpuasa.
Termasuk petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah membebaskan
dari qadha' puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan
bahwasanya Allahlah yang memberinya makan dan minum.
Dan dalam riwayat shahih disebutkan bahwa beliau bersiwak dalam keadaan
puasa. Imam Ahmad meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam menuangkan air di atas kepalanya dalam keadaan puasa. Beliau
juga melakukan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) serta berkumur
dalam keadaan puasa. Tetapi beliau melarang orang berpuasa melakukan
istinsyaq secara berlebihan. (Lihat kitab Zaadul Ma'ad fi Hadyi Khairil 'Ibaad,
I/320-338 )

PUASA YANG DISYARI'ATKAN

Puasa yang disyari'atkan adalah puasanya anggota badan dari dosa-dosa,


dan puasanya perut dari makan dan mimum. Sebagaimana makan dan
minum membatalkan dan merusak puasa, demikian pula halnya dengan
dosa-dosa, ia memangkas pahala puasa dan merusak buahnya, sehingga
memposisikannya pada kedudukan orang yang tidak berpuasa.
Karena itu, orang yang benar-benar berpuasa adalah orang yang puasa
segenap anggota badannya dari melakukan dosa-dosa; lisannya berpuasa
dari dusta, kekejian dan mengada-ada; perutnya berpuasa dari makan dan
minum; kemaluannya berpuasa dari bersenggama.
Bila berbicara, ia tidak berbicara dengan sesuatu yang menodai puasanya,
bila melakukan suatu pekerjaan ia tidak melakukan sesuatu yang merusak
puasanya. Ucapan yang keluar darinya selalu bermanfaat dan baik, demikian
pula dengan amal perbuatannya. Ia laksana wangi minyak kesturi, yang
tercium oleh orang yang bergaul dengan pembawa minyak tersebut. Itulah
metafor (perumpamaan) bergaul dengan orang yang berpuasa, ia akan
mengambil manfaat dari bergaul dengannya, aman dari kepalsuan, dusta,
kejahatan dan kezhaliman.
Dalam hadits riwayat Imam Ahmad disebutkan :
"Dan sesungguhnya ban (mulut) orang puasa itu lebih harum di sisi AIlah

daripada aroma minyak kesturi. "(HR. At-Tirmidzi dan ia berkata, hadits


hasan shahih gharib).
Inilah puasa yang disyari'atkan. Tidak sekedar nahan diri dari makan dan
minum. Dalam sebuah menahan diri dari makan dan minum".
Dalam hadits shahih disebutkan :
"Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta
kedunguan maka Allah tidak butuh terhadap puasanya dari makan dan
minum .(HR. Al-Bukhari, Ahmad dan lainnya)
Dalam hadits lain dikatakan :
Betapa banyak orang puasa, bagian dari puasanya (hanya) lapar dan
dahaga. " (HR. Ahmad, hadits hasan shahih) (Dan ia menshahihkan hadits
ini.)

SEBAB-SEBAB AMPUNAN DI BULAN RAMADHAN

Dalam bulan Ramadhan banyak sekali sebab-sebab turunnya ampunan. Di


antara sebab-sebab itu adalah :
Melakukan puasa di bulan ini. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala Allah,
niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu. "(Hadits Muttafaq 'Alaih)
Melakukan shalat tarawih dan tahajiud di dalamnya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi ruasallam bersabda:
"Barang siapa melakukan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu. " (Hadits
Muttafaq 'Alaih)
Melakukan shalat dan ibadah lain di malam Lailatul Qadar.
Yaitu pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Ia adalah malam yang
penuh berkah, yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'anul Karim. Dan pada
malam itu pula dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa melakukan shalat di malam Lailatul Qadar kavena iman dan
mengharap pahala Allah, niscaya ia diampuni dosanya yang telah lalu .
(Hadits Muttafaq 'Alaih)
Memberi ifthar (makanan untuk berbuka) kepada orang yang berpuasa.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa yang di dalamnya (bulan Ramadhan) memberi ifthar kepada
orang berpuasa, niscaya hal itu menjadi sebab) ampunan dari dosa~osanya,
dan pembebasan dirinya dari api Neraka. " (HR. Ibnu Khuzaimah (dan ia
menshahihkan hadits ini), Al-Baihaqi dan lainnya).

Beristighfar : Meminta ampunan serta berdo'a ketika dalam keadaan puasa,


berbuka dan ketika makan sahur. Do'a orang puasa adalah mustajab
(dikabulkan), baik ketika dalam keadaan puasa ataupun ketika berbuka Allah
memerintahkan agar kita berdo'a dan Dia menjamin mengabulkannya.
Allah berfirman :"Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya
Aku mengabulkannya untukmu . "(Ghaafir: 60),Dan dalam sebuah hadits
disebutkan:
"Ada tiga macam orang yang tidak ditolak do'anya. Di antaranya
disebutkan,"orang yang berpuasa hingga ia berbuka" (HR. Ahmad, AtTirmidzi, An-Nasaa'i dan Ibnu Majah). (Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban
dalam kitab Shahih mereka masing-masing, dan At-Tirmidzi mengatakannya
hadits shahih hasan.)

Karena itu, hendaknya setiap muslim memperbanyak, dzikir, do'a dan


istighfar di setiap waktu, terutama pada bulan Ramadhan, ketika sedang
berpuasa, berbuka dan ketika sahur, di saat turunnya Tuhan di akhir malam.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tuhan kami Yang Mahasuci dan Maha tinggi turun pada setiap malam ke
langit dunia, (yaitu) ketika masih berlangsung sepertiga malam yang akhir
seraya berfirman "Barangsiapa berdo'a kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan
untuknya, barangsiapa memohon kepada-Ku, niscaya Aku memberinya dan
barangsiapa memohon ampunan kepada-Ku, niscaya Aku mengampuninya. "
(HR.Muslim).

Di antara sebab-sebab ampunan yaitu istighfar (permohonan ampun) para


malaikat untuk orang-orang berpuasa, sampai mereka berbuka. Demikian
seperti disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di muka, yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad.

Jika sebab-sebab ampunan di bulan Ramadhan demikian banyak, maka


orang yang tidak mendapatkan ampunan di dalamnya adalah orang yang
memiliki seburuk-buruk nasib. Kapan lagi ia mendapatkan ampunan jika ia
tidak diampuni pada bulan ini? Kapan dikabulkannya (permohonan) orang
yang ditolak pada saat Lailatul Qadar? Kapan baiknya orang yang tidak
menjadi baik pada bulan Ramadhan ?

Dahulu, ketika datang bulan Ramadhan, umat Islam senantiasa berdo'a :


"Ya Allah, bulan Ramadhan telah menaungi kami dan telah hadir maka
serahkanlah ia kepada kami dan serahkanlah kami kepadanya Karuniailah
kami kemampuan untuk berpuasa dan shalat di dalamnya, karuniailah kami
di dalamnya kesungguhan, semangat, kekuatan dan sikap rajin. Lain
lindungilah kami didalamnya dari berbagal fitnah '

Mereka berdo'.kepada Allah selama enam bulan agar bisa mendapatkan


Ramadhan, dan selama enam bulan (berikutnya) mereka berdo'a agar
puasanya diterima. Di antara, do'a mereka itu adalah :
"Ya Allah serahkanlah aku kepada Ramadhan, dan serahkan Ramadhan
kepadaku, dan Engkau menerimanya daripadaku dengan rela." (Lihat
Lathaa'iful Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203.)

ADAB PUASA

Ketahuilah -semoga Allah merahmatimu-, bahwasanya puasa tidak sempurna


kecuali dengan merealisasikan enam perkara:

Menundukkan pandangan serta menahannya dari pandangan-pandangan liar


yang tercela dan dibenci.

Menjaga lisan dari berbicara tak karuan, menggunjing, mengadu domba dan
dusta.

Menjaga pendengaran dari mendengarkan setiap yang haram atau yang


tercela.

Menjaga anggota tubuh lainnya dari perbuatan dosa.

Hendaknya tidak memperbanyak makan.

Setelah berbuka, hendaknya hatinya antara takut dan harap. Sebab ia tidak
tahu apakah puasanya diterima, sehingga ia termasuk orang-orang yang
dekat kepada Allah, ataukah ditolak, sehingga ia termasuk orang-orang yang
dimurkai. Hal yang sama hendaknya ia lakukan pada setiap selesai
melakukan ibadah. (Lihat Mau'idzatul Mukminiin min Ihyaa'i Uluumid Diin,
hlm. 59-60.)

Ya Allah, jadikanlah kami dan segenap umat Islam termasuk orang yang
puasa pada bulan ini, yang pahalanya sempurna, yang mendapatkan Lailatul
Qadar, dan beruntung menerima hadiah dari Tuhan; wahai Dzat Yang Hidup
Kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang
Memiliki Keagungan dan Kemuliaan. Semoga shalawat dan salam senantiasa
dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad, keluarga dan segenap
sahabatnya.

TENTANG SEPULUH HARI AKHIR DI BULAN RAMADHAN

Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata :


"Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli
istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan Keluarganya . "
Demikian menurut lafazh Al-Bukhari.
Adapun lafazh Muslim berbunyi :
"Menghidupkan malam(nya), membangunkan keluarganya, dan bersungguh-

sungguh serta mengencangkan kainnya.

Dalam riwayat lain, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu


anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh
(hari) akhir (bulan Ramadhan), hal yang tidak beliau lakukan pada bulan
lainnya. "

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengkhususkan sepuluh hari terakhir


bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang tidak beliau lakukan pada
bulan-bulan yang lain, di antaranya:
Menghidupkan malam: Ini mengandung kemungkinan bahwa beliau
menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau
menghidupkan sebagian besar daripadanya. Dalam Shahih Muslim dari
Aisyah radhiallahu 'anha, ia berkata:
"Aku tidak pernah mengetahui Rasulullah shallallahu alaihi wasallam shalat
malam hingga pagi. "
Diriwayatkan dalam hadits marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali :
"Barangsiapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang
muslim, lalu puasa pada siang harinya dan melakukan shalat pada sebagian
malamnya, juga menundukkan pandangannya, menjaga kemaluan, lisan dan
tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera
berangkat untuk shalat Jum'at; sungguh ia telah puasa sebulan (penuh),
menerima pahala yang sempurna, mendapatkan Lailatul Qadar serta
beruntung dengan hadiah dari Tuhan Yang Mahasuci dan Maha tinggi. " Abu
Ja 'far berkata: Hadiah yang tidak serupa dengan hadiah-hadiah para
penguasa. (HR. Ibnu Abid-Dunya).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan keluarganya untuk


shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir, sedang pada malam-malam
yang lain tidak.
Dalam hadits Abu Dzar radhiallahu 'anhu disebutkan:
"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam melakukan shalat
bersama mereka (para sahabat) pada malam dua puluh tiga (23), dua puluh
lima (25), dan dua puluh tujuh (27) dan disebutkan bahwasanya beliau
mengajak (shalat) keluarga dan isteri-isterinya pada malam dua puluh tujuh
(27) saja. "

Ini menunjukkan bahwa beliau sangat menekankan dalam membangunkan


mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar di
dalamnya.

At-Thabarani meriwayatkan dari Ali radhiallahu 'anhu :


"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam membangunkan
keluarganya pada sepuluh akhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil
maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. "

Dan dalam hadits shahih diriwayatkan :


"Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengetuk (pintu)
Fathimah dan Ali radhiallahu 'anhuma pada suatu malam seraya berkata:
Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat ?" (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Beliau juga membangunkan Aisyah radhiallahu 'anha pada malam hari, bila
telah selesai dari tahajudnya dan ingin melakukan (shalat) witir.

Dan diriwayatkan adanya targhib (dorongan) agar salah seorang suami-isteri


membangunkan yang lain untuk melakukan shalat, serta memercikkan air di
wajahnya bila tidak bangun). (Hadits riwayat Abu Daud dan lainnya, dengan
sanad shahih.)

Dalam kitab Al-Muwaththa' disebutkan dengan sanad shahih, bahwasanya


Umar radhiallahu 'anhu melakukan shalat malam seperti yang dikehendaki
Allah, sehingga apabila sampai pada pertengahan malam, ia membangunkan
keluarganya untuk shalat dan mengatakan kepada mereka: "Shalat! shalat!"
Kemudian membaca ayat ini :
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. " (Thaha: 132).

Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengencangkan kainnya.


Maksudnya beliau menjauhkan diri dari menggauli isteri-isterinya.
Diriwayatkan bahwasanya beliau tidak kembali ke tempat tidurnya sehingga
bulan Ramadhan berlalu.

Dalam hadits Anas radhiallahu 'anhu disebutkan :


"Dan beliau melipat tempat tidurnya dan menjauhi isteri-isterinya (tidak
menggauli mereka).
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beri'tikaf pada malam sepuluh terakhir
bulan Ramadhan. Orang yang beri'tikaf tidak diperkenankan mendekati
(menggauli) isterinya berdasarkan dalil dari nash serta ijma'. Dan
"mengencangkan kain" ditafsirkan dengan bersungguh-sungguh dalam
beribadah.
Mengakhirkan berbuka hingga waktu sahur.
Diriwayatkan dari Aisyah dan Anas uadhiallahu 'anhuma, bahwasanya
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada malam-malam sepuluh (akhir
bulan Ramadhan) menjadikan makan malam (berbuka)nya pada waktu
sahur.Dalam hadits marfu' dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu, ia berkata :
"Janganlah kalian menyambung (puasa). Jika salah seorang dari kamu ingin
menyambung (puasanya) maka hendaknya ia menyambung hingga waktu
sahur (saja). " Mereka bertanya: "Sesungguhnya engkau menyambungnya
wahai Rasulullah ? "Beliau menjawab: "Sesungguhnya aku tidak seperti
kalian. Sesungguhnya pada malam hari ada yang memberiku makan dan
minum. "(HR. Al-Bukhari).

Ini menunjukkan apa yang dibukakan Allah atas beliau dalam puasanya dan
kesendiriannya dengan Tuhannya, oleh sebab munajat dan dzikirnya yang
lahir dari kelembutan dan kesucian beliau. Karena itulah sehingga hatinya
dipenuhi Al-Ma'ariful Ilahiyah (pengetahuan tentang Tuhan) dan Al-Minnatur
Rabbaniyah (anugerah dari Tuhan) sehingga mengenyangkannya dan tak lagi
memerlukan makan dan minum.
Mandi antara Maghrib dan Isya'.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu 'anha :
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika bulan Ramadhan (seperti biasa)
tidur dan bangun. Dan manakala memasuki sepuluh hari terakhir beliau
mengencangkan kainnya dan menjauhkan diri dari (menggauli) isteriisterinya, serta mandi antara Maghrib dan Isya."
Ibnu Jarir rahimahullah berkata, mereka menyukai mandi pada setiap malam
dari malam-malam sepuluh hari terakhir. Di antara mereka ada yang mandi
dan menggunakan wewangian pada malam-malam yang paling diharapkan
turun Lailatul Qadar.
Karena itu, dianjurkan pada malam-malam yang diharapkan di dalamnya
turun Lailatul Qadar untuk membersihkan diri, menggunakan wewangian dan
berhias dengan mandi (sebelumnya), dan berpakaian bagus, seperti
dianjurkannya hal tersebut pada waktu shalat Jum'at dan hari-hari raya.
Dan tidaklah sempurna berhias secara lahir tanpa dibarengi dengan berhias
secara batin. Yakni dengan kembali (kepada Allah), taubat dan mensucikan
diri dari dosa-dosa. Sungguh, berhias secara lahir sama sekali tidak berguna,
jika ternyata batinnya rusak.
Allah tidak melihat kepada rupa dan tubuhmu, tetapi Dia melihat kepada hati
dan amalmu. Karena itu, barangsiapa menghadap kepada Allah, hendaknya
ia berhias secara lahiriah dengan pakaian, sedang batinnya dengan taqwa.
Allah Ta'ala berfirman :"Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. " (Al-A'raaf:
26).
I'tikaf. Dalam Shahihain disebutkan, dari Aisyah radhiallahu 'anha :
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa beri'tikaf pada
sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, sehingga Allah mewafatkan beliau. "
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir
yang di dalamnya dicari Lailatul Qadar untuk menghentikan berbagai
kesibukannya, mengosongkan pikirannya dan untuk mengasingkan diri demi
bermunajat kepada Tuhannya, berdzikir dan berdo'a kepada-Nya.
Adapun makna dan hakikat i'tikaf adalah: Memutuskan hubungan dengan
segenap makhluk untuk menyambung penghambaan kepada AI-Khaliq.
Mengasingkan diri yang disyari'atkan kepada umat ini yaitu dengan i'tikaf di
dalam masjid-masjid, khususnya pada bulan Ramadhan, dan lebih khusus
lagi pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Sebagaimana yang telah
dilakukan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Orang yang beri'tikaf telah mengikat dirinya untuk taat kepada Allah,
berdzikir dan berdo'a kepada-Nya, serta memutuskan dirinya dari segala hal
yang menyibukkan diri dari pada-Nya. Ia beri'tikaf dengan hatinya kepada
Tuhannya, dan dengan sesuatu yang mendekatkan dirinya kepada-Nya. Ia
tidak memiliki keinginanlain kecuali Allah dan ridha-Nya. Sembga Alllah
memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kita. (Lihat kitab Larhaa'iful

Ma'aarif, oleh Ibnu Rajab, him. 196-203)

UMRAH DI BULAN RAMADHAN

Umrah di bulan Ramadhan memiliki pahala yang amat besar, bahkan sama
dengan pahala haji. Dalam Shahih nya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan,
bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Umrah di bulan Ramadhan menyamai haji, atau beliau bersabda, haji
bersamaku. "
Tetapi wajib diketahui, meskipun umrah di bulan Ramadhan berpahala
menyamai haji, tetapi ia tidak bisa menggugurkan kewajiban haji bagi orang
yang wajib melakukannya.
Demikian pula halnya shalat di Masjidil Haram Makkah dan di Masjid Nabawi
Madinah pahalanya dilipatgandakan, sebagaimana disebutkan dalam hadits
shahih :
"Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu (kali) shalat di masjid-masjid
lain, kecuali Masjidil Haram. " Dalam riwayat lain disebutkan: "Sesungguhnya
ia lebih utama. " (HR, Al- Bukhari, Muslim dan lainnya)

LAILATUL QADAR

Allah Ta 'ala berfirman :


"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (AlQur'an) saat Lailatul Qadar (malam kemuliaan).
Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?
Lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk
mengatur segala uuusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar. "(Al-Qadr: 15),

Allah memberitahukan bahwa Dia menurunkan Al-Qur'an pada malam


Lailatul Qadar, yaitu malam yang penuh keberkahan. Allah Ta'ala
berfirman :"Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi."(Ad-Dukhaan: 3)
Dan malam itu berada di bulan Ramadhan, sebagaimana firman Allah Ta
'ala :"Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an. "(AlBaqarah: 185).
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu berkata :"Allah menurunkan Al-Qur'anul Karim
keseluruhannya secara sekaligus dari Lauh Mahfudh ke Baitul'Izzah (langit
pertama) pada malam Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan secara
berangsur-angsur kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sesuai
dengan konteks berbagai peristiwa selama 23 tahun."

Malam itu dinamakan Lailatul Qadar karena keagungan nilainya dan


keutamaannya di sisi Allah Ta 'ala. Juga, karena pada saat itu ditentukan
ajal, rizki, dan lainnya selama satu tahun, sebagaimana firman Allah :"Pada
malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. " (Ad-Dukhaan: 4).
Kemudian, Allah berfirman mengagungkan kedudukan Lailatul Qadar yang
Dia khususkan untuk menurunkan Al-Qur'anul Karim:"Dan tahukah kamu
apakah Lailatul Qadar itu?" ( Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/429.)
Selanjutnya Allah menjelaskan nilai keutamaan Lailatul Qadar dengan
firman-Nya:"Lailatul Qadar itu lebih baik dari pada seribu bulan. "
Maksudnya, beribadah di malam itu dengan ketaatan, shalat, membaca,
dzikir dan do'a sama dengan beribadah selama seribu bulan, pada bulanbulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar. Dan seribu bulan sama
dengan 83 tahun 4 bulan.
Lalu Allah memberitahukan keutamaannya yang lain, juga berkahnya yang
melimpah dengan banyaknya malaikat yang turun di malam itu, termasuk
Jibril 'alaihis salam. Mereka turun dengan membawa semua perkara,
kebaikan maupun keburukan yang merupakan ketentuan dan takdir Allah.
Mereka turun dengan perintah dari Allah. Selanjutnya, Allah menambahkan
keutamaan malam tersebut dengan firman-Nya : "Malam itu (penuh)
kesejahteraan hingga terbit fajar" (Al-Qadar: 5)
Maksudnya, malam itu adalah malam keselamatan dan kebaikan seluruhnya,
tak sedikit pun ada kejelekan di dalamnya, sampai terbit fajar. Di malam itu,
para malaikat -termasuk malaikat Jibril- mengucapkan salam kepada orangorang beriman.
Dalam hadits shahih Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyebutkan
keutamaan melakukan qiyamul lail di malam tersebut. Beliau bersabda :
"Barangsiapa melakukan shalat malam pada saat Lailatul Qadar karena iman
dan mengharap pahala Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. " (Hadits Muttafaq 'Alaih)
Tentang waktunya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Carilah Lailatul Qadar pada (bilangan) ganjil dari sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan. " (HR. Al-Bukhari, Muslim dan lainnya).
Yang dimaksud dengan malam-malam ganjil yaitu malam dua puluh satu,
dua puluh tiga, dua puluh lima, dua puluh tujuh, dan malam dua puluh
sembilan.
Adapun qiyamul lail di dalamnya yaitu menghidupkan malam tersebut
dengan tahajud, shalat, membaca Al-Qur'anul Karim, dzikir, do'a, istighfar
dan taubat kepada Allah Ta 'ala.
Aisyah radhiallahu 'anha berkata, aku bertanya:
"Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika aku mengetahui lailatul Qadar, apa
yang harus aku ucapkan di dalamnya?" Beliau menjawab, katakanlah :
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, Engkau mencintai
Pengampunan maka ampunilah aku. " (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hadits
hasan shahih).

Pelajaran dari surat Al-Qadr :


Keutamaan Al-Qur'anul Karim serta ketinggian nilainya, dan bahwa ia
diturunkan pada saat Lailatul Qadar.
Keutamaan dan keagungan Lailatul Qadar, dan bahwa ia menyamai seribu
bulan yang tidak ada Lailatul Qadar di dalamnya.
Anjuran untuk mengisi kesempatan-kesempatan baik seperti malam yang
mulia ini dengan berbagai amal shalih.
Jika Anda telah mengetahui keutamaan-keutamaan malam yang agung ini,
dan ia terbatas pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan maka
seyogyanya Anda bersemangat dan bersungguh-sungguh pada setiap malam
dari malam-malam tersebut, dengan shalat, dzikir, do'a, taubat dan istighfar.
Mudah-mudahan dengan demikian Anda mendapatkan Lailatul Qadar,
sehingga Anda berbahagia dengan kebahagiaan yang kekal yang tiada
penderitaan lagi setelahnya Di malam-malam tersebut, hendaknya Anda
berdo'a dengan do'a-do'a bagi kebaikan dunia-akhirat, di antaranya :

"Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang merupakan penjaga urusanku,


dan perbaikilah untukku duniaku yang di dalamnya adalah kehidupanku, dan
perbaikilah untukku akhiratku yang kepadanya aku kembali, dan jadikanlah
kehidupan (ini) menambah untukku dalam setiap kebaikan, dan kematian
menghentikanku dari setiap kejahatan. Ya Allah bebaskanlah aku dari (siksa)
api Neraka, dan lapangkanlah untukku ritki yang halal, dan palingkanlah
daripadaku kefasikan jin dan manusia, wahai Dzat Yang Hidup dan terus
menerus mengurus (makhluk-Nya)"
"Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan jagalah kami dari siksa Neraka. Wahai Dzat Yang Hidup lagi
terus menerus mengurus (makhluk-Nya), wahai Dzat Yang Memiliki
Keagungan dan Kemulyaan. "
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon hal-hal yang menyebabkan
(turunnya) rahmat-Mu, ketetapan ampunan-Mu, keteguhan dalam kebenaran
dan mendapatkan segala kebaiikan, selamat dari segala dosa, kemenangan
dengan (mendapat) Surga serta selamat dari Neraka. Wahai Dzat Yang Maha
Hidup dan terus menerus mengurusi makhluk-Nya, Wahai Dzat yang
memiliki Keagungan dan Kemuliaan. "
"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu pintu-pintu kebajikan, kesudahan
(hidup) dengannya serta segala yang menghimpunnya, secara lahir-batin, di
awal maupun di akhirnya, secara terang- terangan maupun rahasia. YaAllah,
kasihilah keterasinganku di dunia dan kasihilah kengerianku di dalam kubur
serta kasihilah berdiriku di hadapanmu kelak di akhirat. Wahai Dzat Yang
Mahahidup, yang memiliki Keagungan dan Kemuliaan. "
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan,
'afaaf (pemeliharaan dari segala yang tidak baik) serta kecukupan. "
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai pengampunan
maka ampunilah aku. "

"Ya Allah, aku mengharap rahmat-Mu maka janganlah Engkau pikulkan


(bebanku) kepada diriku sendiri meski hanya sekejap mata, dan perbaikilah
keadaanku seluruhnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain

Engkau. "
"Ya Allah, jadikanlah kebaikan sebagai akhir dari semua urusan kami, dan
selamatkanlah kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. "
"Ya Tuhan kami, terimalah (permohonan) kami, sesungguhnya Engkau Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui, wahai Dzat Yang Maha Hidup, yang
memiliki keagungan dan kemuliaan."

"Semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, segenap


keluarga dan para sahabatnya. "

TAUBAT DAN ISTIGHFAR

A. Ayat-ayat tentang taubat :


Allah Ta'ala berfirman :
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. " (Az-Zumar: 53),

"Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya sendiri,


kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. "(An-Nisa': 110).

"Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan


kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan.
"(AsySyuura: 25).
"Orang-orang yang mengevjakan kejahatan kemudian bertaubat sesudah itu
dan beriman, sesungguhnya Tuhan kamu, sesudah taubat yang disertai
dengan iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang "(Al-A'raaf:
153),

"Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang


beriman supaya kamu beruntung. "(An- Nuur: 31).

"Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Al-lah dan memohon ampun
kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (A1Maa'idah: 74).
"Tidakkah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan menerima zakat, dan bahwasanya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang?" (At- Taubah: 104).
"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kalian kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kama ke dalam Surga yang

mengalir di bawahnya sungai-sungai. (At-Tahriim:8).


"Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,
beriman, beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar. (Thaaha: 82).
'Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain daripada Allah?
Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui. Mereka itu Balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan
Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di
dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang-orangyang beramal. "(Ali
Imraan: 135-136).
Firman Allah Ta 'ala:'Mereka ingatAllah, maksudnya mereka ingat keagungan
Allah, ingat akan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya, pahala
dan siksa-Nya sehingga mereka segera memohon ampun kepada Allah dan
mereka mengetahui bahwasanya tidak ada yang dapat mengampuni dosadosa selain daripada Allah.
Dan firman Allah Ta'ala:"Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu."
Yakni mereka tidak tetap melakukannya padahal mereka mengetahui hal itu
dilarang dan bahwa ampunan Allah bagi orang yang bertaubat daripadanya.
Dalam hadits disebutkan :
"Tidaklah (dianggap) melanjutkan (perbuatan keji) orang yang memohon
ampun, meskipun dalam sehari ia ulangi sebanyak 70 kali. " (HR. Abu Ya'la
Al-Maushuli, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Al-Bazzaar dalam Musnadnya, Ibnu
Katsiir mengatakan, ia hadits hasan; TafsiY Ibnu Katsir, 1/408).

B. Hadits-hadits tentang taubat :

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah
ampun kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak
100 kali " (HR. Muslim).

Demikianlah keadaan Rasul shallallahu 'alaihi wasallam, padahal beliau telah


diampuni dosa-dosanya, baik yang lain maupun yang akan datang. Tetapi
Rasul shallallahu 'alaihi wasallam adalah hamba yang pandai bersyukur,
pendidik yang bijaksana, pengasih dan penyayang. Semoga shalawat dan
salam yang sempurna dilimpahkan Allah kepada beliau.

Abu Musa radhiallahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi


wasallam :
"Sesungguhnya Allah membentangkan Tangan-Nya pada malam hari agar
beutaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan
Tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di
malam hari, sehingga matahari terbit dari Barat (Kiamat). "(HR. Muslim)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalkam bersabda:


"Barangsiapa bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, niscaya Allah
menerima taubatnya. " (HR.Muslim)

Sebab jika matahari telah terbit dari Barat maka pintu taubat serta merta
ditutup.
Demikian pula tidak ada gunanya taubat seseorang ketika dia hendak
meninggal dunia. Allah berfirman :
"Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengeriakan
kejahatan (yang) hingga apabila datang ajar kepada seseorang di antara
mereka, (barulah) ia mengatakan: 'Sesungguhnya aku bertaubat sekarang .'
(An- Nisaa': 18)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (nyawanya)
belum sampai di kerongkongan. " (HR At-Tirmidzi, dan ia menghasankannya).

Karena itu setiap muslim wajib bertaubat kepada Allah dari segala dosa dan
maksiat di setiap waktu dan kesempatan sebelum ajal mendadak
menjemputnya sehingga ia tak lagi memili empatan, lalu baru menyesal,
meratapi atas kelengahannya. Dan sungguh, tak seorang pun meninggal
kecuali ia menyesal. Jika dia orang baik, maka ia menyesal mengapa dia
tidak memperbanyak kebaikannya, dan jika ia orang jahat maka ia menyesal
mengapa ia tidak bertaubat, memohon ampun dan kembali kepada Allah.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda:
"Barangsiapa senantiasa beristighfar, niscaya Allah menjadikan untuk setiap
kesedihannya kelapangan dan untuk setiap kesempitannya jalan keluar, dan
akan diberi-Nya rezki dari arah yang tiada disangka-sangka. " (HR. Abu
Daud) (Lihat kitab Lathaa'iful Ma'arif, oleh Ibnu Rajab, hlm. 172-178 )

Imam Al-Auza'i ditanya: "Bagaimana cara beristighfar? Beliau menjawab:


"Hendaknya mengatakan : "Astaghfirullah, astaghfirullah. " Artinya, aku
memohon ampunan kepada Allah.

Anas radhiallahu 'anhu meriwayatkan, aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi


wasallam bersabda, Allah berfirman :
"Allah Ta'ala berfirman:"Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau
memohon dan mengharap kepadaKu, niscaya Aku ampuni dosa-dosamu
yang lalu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa dosamu
sampai ke awan langit, kemudian engkau memohon ampun kepadaku,
niscaya Aku mengampunimu dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika engkau datang kepadaku dengan dosa-dosa sepenuh
bumi dan kamu menemuiKu dalam keadaan tidak menyekutukanKu dengan
sesuatu pun, niscaya Aku datangkan untukmu ampunan sepenuh bumi
(pula). " (HR. At-Tirmidzi, ia berkata hadits ini hasan),

Dalam hadits di atas disebutkan tiga sebab mendapatkan ampunan :


Berdo'a dengan penuh harap.

Beristighfar, yaitumemohon ampu"an kepadaAllah.

Merealisasikan tauhid, dan memurnikannya dari berbagai bentuk syirik,


bid'ah dan kemaksiatan. Hadits di atas juga menunjukkan luasnya rahmat
Allah, ampunan, kebaikan dan anugerah-Nya yang banyak.

SYARAT-SYARAT TAUBAT

Taubat dari segala dosa hukumnya adalah wajib. Jika maksiat itu terjadi
antara hamba dengan Allah, tidak berkaitan dengan hak manusia maka ada
tiga syarat taubat :
Hendaknya ia meninggalkan maksiat tersebut.
Menyesali perbuatannya.
Berniat teguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut selama-lamanya.
Apabila salah satu syarat ini tidak terpenuhi, maka taubatnya tidak sah.
Adapun jika maksiat itu berkaitan dengan hak manusia maka taubat itu
diterima dengan empat syarat. Yakni ketiga syarat di muka, dan yang
keempat hendaknya ia menyelesaikan hak yang bersangkutan.
Jika berupa harta atau sejenisnya maka ia harus mengembalikannya.
Jika berupa had (hukuman) atas tuduhan atau sejenisnya maka hendaknya
had itu ditunaikan atau ia meminta maaf darinya.
Jika berupa ghibah (menggunjing) maka ia harus memohon maaf.
Ia wajib meminta ampun kepada Allah dari segala dosa. Jika ia bertaubat
dari sebagian dosa, maka taubat itu diterima di sisi Allah, dan dosa-dosanya
yang lain masih tetap ada. Banyak sekali dalil-dalil dari Al-Qur'an, Sunnah
dan Ijma' yang menunjukkan wajibnya melakukan taubat. Dalil-dalil yang
dimaksud telah kita uraikan di muka. Allah menyeru kita untuk bertaubat
dan ber-istighfar, Ia menjanjikan untuk mengampuni dan menerima taubat
kita, merahmati kita manakala kita bertaubat kepada-Nya serta mengampuni
dosa-dosa kita, dan sungguh Allah tidak mengingkari janji-Nya.
Ya Allah, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima
taubat lagi Maha Penyayang.
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. Amin.

BERPISAH DENGAN RAMADHAN

Disebutkan dalam Shahihain sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu


Hurairah radhiallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:

"Barangsiapa puasa bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala


dari (Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. "

Dan dalam Musnad Imam Ahmad dengan sanad hasan disebutkan: "Dan
(dosanya) yang Kemudian. "
"Barangsiapa mendirikan shalat pada malam Lailatul Qadar, karena iman dan
mengharap pahala dari Allah niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,
dan barangsiapa mendirikan shalat malam di bulan Ramadhan karena iman
dan mengharap pahala dari (Allah), niscaya diampuni dosa-dosanya yang
telah lalu." An-Nasa'i menambahkan: "Diampuni dosanya, baik yang telah
lalu maupun yang datang belakangan. "

Ibnu Hibban dan A1Baihaqi meriwayatkan dari Abu Sa'id, bahwa Rasulullah
shallallahu 'alihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya
(ketentuan -ketentuannya) serta memelihara hal-hal yang harus dijaga,
maka dihapus dosanya yang telah lalu. "

Ampunan dosa tergantung pada terjaganya sesuatu yang harus dijaga


seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan segala yang
haram. Mayoritas ulama berpendapat bahwa ampunan dosa tersebut hanya
berlaku pada dosa-dosa kecil, hal itu berdasarkan hadits riwayat Muslim,
bahwasanya Nabi shallallahu 'alihi wasallam bersabda:
"Shalat lima waktu, Jum'at sampai dengan Jum'at berikutnya dan Ramadhan
sampai Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa yang terjadi di antara
waktu-waktu tersebut, selama dosa-dosa besar ditinggalkan. "

Hadits ini memiliki dua konotasi :


Pertama : Bahwasanya penghapusan dosa itu terjadi dengan syarat
menghindari dan menjauhi dosa-dosa besar.

Kedua : Hal itu dimaksudkan bahwa kewajiban-kewajiban tersebut hanya


menghapus dosa-dosa kecil. Sedangkan jumhur ulama berpendapat, bahwa
hal itu harus disertai dengan taubat nashuha (taubat yang semurnimurninya).

Hadits Abu Hurairah di atas menunjukkan bahwa tiga faktor ini yakni puasa,
shalat malam di bulan Ramadhan dan shalat pada malam Lailatul Qadar,
masing-masing dapat menghapus dosa yang telah lampau, dengan syarat
meninggalkan segala bentuk dosa besar.

Dosa besar adalah sesuatu yang mengandung hukuman tertentu di dunia


atau ancaman keras di akhirat; seperti zina, mencuri, minum arak,
melakukan praktek riba, durhaka terhadap orang tua, memutuskan tali
keluarga dan memakan harta anak yatim secara zhalim dan semena-mena.

Dalam firman-Nya, Allah Ta 'ala menjamin orang-orang yang menjauhi dosa

besar akan diampuni semua dosa kecil mereka:


"Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu
dilarang mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu
(dosa-dosa kecilmu) dan Kami memasukkanmu ke tempat yang mulia
(Surga). "(An-Nisaa': 31).

Barangsiapa melaksanakan puasa dan amal kebajikan lainnya secara


sempurna, maka ia termasuk hamba pilihan. Barangsiapa yang curang dalam
pelaksanaannya, maka Neraka Wail pantas untuknya. Jika Neraka Wail
diperuntukkan bagi orang yang mengurangi takaran di dunia, bagaimana
halnya dengan mengurangi takaran agama.

Ketahuilah bahwa para salafus shalih sangat bersungguh-sungguh dalam


mengoptimalkan semua pekerjaannya, lantas memperhatikan dan
mementingkan diterimanya amal tersebut dan sangat khawatir jika ditolak.
Mereka itulah orang-orang yang diganjar sesuai dengan perbuatan mereka
sedangkan hatinya selalu gemetar (karena takut siksa Tuhannya).

Mereka lebih mementingkan aspek diterimanya amal daripada bentuk amal


itu sendiri, mengenai hal ini Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang
bertaqwa. " (Al-Maa'idah:27).

Oleh karena itu mereka berdo'a (memohon kepada Allah) selama 6 (enam)
bulan agar dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan, kemudian berdo'a
lagi selama 6 (enam) bulan berikutnya agar semua amalnya diterima.

Banyak sekali sebat-sebab didapatnya ampunan di bulan Ramadhan oleh


karena itu barangsiapa yang tidak mendapatkan ampunan tersebut, maka
sangatlah merugi. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Jibril mendatangiku seraya berkata; 'Barangsiapa yang mendapati bulan
Ramadhan, lantas tidak mendapatkan ampunan, kemudian mati, maka ia
masuk Neraka serta dijauhkan Allah (dari rahmat-Nya). 'Jibril berkata
lagi;'Ucapkan amin' maka kuucapkan, 'Amin.' " (HR. Ibnu Hibban dan Ibnu
Khuzaimah)

Ketahuilah saudaraku, bahwasanya puasa di bulan Ramadhan, melaksanakan


shalat di malam harinya dan pada malam Lailatul Qadar, bersedekah,
membaca Al-Qur'an, banyak berdzikir dan berdo'a serta mohon ampunan
dalam bulan mulia ini merupakan sebab diberikannya ampunan, jika tidak
ada sesuatu yang menjadi penghalang, seperti meninggalkan kewajiban
ataupun melanggar sesuatu yang diharamkan. Apabila seorang muslim
melakukan berbagai faktor yang membuatnya mendapat ampunan dan tiada
sesuatu pun yang menjadi penghalang baginya, maka optimislah untuk
mendapatkan ampunan. Allah Ta 'ala berfirman :
" Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat,
beriman dan beramal shalih, kemudian tetap dijalan yang benar. " (Thaaha :
82).

Yakni terus melakukan hal-hal yang menjadi sebab didapatnya ampunan

hingga dia mati. Yaitu keimanan yang benar, amal shalih yang dilakukan
semata-mata karena Allah, sesuai dengan tuntunan As-Sunnah dan
senantiasa dalam keadaan demikian hingga mati. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu apa yang diyakini
(ajal)." (AI-Hijr: 99).
Di sini Allah tidak menjadikan batasan waktu bagi amalan seorang mukmin
selain kematian.
Jika keberadaan ampunan dan pembebasan dari api neraka itu tergantung
kepada puasa Ramadhan dan pelaksanaan shalat di dalamnya, maka di kala
hari raya tiba, Allah memerintahkan hamba-Nya agar bertakbir dan
bersyukur atas segala nikmat yang telah dianugerahkan kepada mereka,
seperti kemudahan dalam pelaksanaan ibadah puasa, shalat di malam
larinya, pertolongan-Nya terhadap mereka dalam nelaksanakan puasa
tersebut, ampunan atas segala dosa dan pembebasan dari api Neraka. Maka
sudah selayaknya bagi mereka untuk memperbanyak dzikir, takbir dan
bersyukur kepada Tuhannya serta selalu , bertaqwa kepada-Nya dengan
sebenar-benar ; ketaqwaan. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan hendaklah kama mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya
kamu bersyukur. "(Al-Baqarah: 185).
Wahai para pendosa demikian halnya kita semua, janganlah kamu berputus
asa dari rahmat Allah, karena perbuatan-perbuatan jelekmu. Alangkah
banyak orang sepertimu yangdibebaskan dari Neraka dalam bulan ini,
berprasangka baiklah terhadap Tuhanmu dan bertaubatlah atas segala
dosamu, karena sesungguhnya Allah tidak akan membinasakan seseorang
pun melainkan karena ia membinasakan dirinya sendiri. Allah Ta 'ala
berfirman:
"Katakanlah: "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri
mereka sendiri, janganlah kama berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagri Maha Penyayang. (Az-Zumar: 53).

Sebaiknya puasa Ramadhan diakhiri dengan istighfar (permohonan ampun),


karena istighfar merupakan penutup segala amal kebajikan; seperti shalat,
haji dan shalat malam. Demikian pula dengan majlis-majlis, sebaiknya
ditutup dengannya. Jika majlis tersebut merupakan tempat berdzikir maka
istighfar adalah pengukuh baginya, namun jika majlis tersebut tempat
permainan maka istighfar berfungsi sebagai pelebur dan penghapus dosa.
(Lihat kitab Lathaaiful-Ma'aarif; oleh Ibnu Rajab, hlm. 220-228)

PERINGATAN

Sebagian orang apabila datang bulan Ramadhan, mereka bertaubat,


mendirikan shalat dan melaksanakan badah puasa. Namun jika Ramadhan
lewat mereka kembali meninggalkan shalat dan melakukan perbuatan
maksiat. Mereka inilah seburuk-buruk manusia, karena mereka tidak
mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan saja. Tidakkah mereka tahu
bahwa pemilik bulan-bulan itu adalah Satu, berbagai bentuk kemaksiatan
adalah haram di setiap waktu dan Allah Maha Mengetahui setiap gerak-gerik
mereka di mana saja dan kapan saja. Maka sebaiknya mereka cepat-cepat

bertaubat nashuha, yakni dengan meninggalkan berbagai bentuk


kemaksiatan, menyesalinya dan bertekad untuk tidak mengulanginya di
masa mendatang, sehingga taubatnya diterima Allah dan diampuni segala
dosanya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orangyang
beriman supaya kamu beruntung. (An-Nuur: 31).

Dan dalam ayat yang lain Allah Ta 'ala berfirman :


" Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat
yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam Surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai " (At-Tahrim:8).

Barangsiapa mohon ampunan kepada Allah dengan lisannya, namun hatinya


tetap terpaut dengan kemaksiatan dan bertekad untuk kembali
melakukannya selepas Ramadhan, lalu dia benar-benar melaksanakan
niatnya tersebut, maka puasanya tertolak dan tidak diterima.

Aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, Dzat yang tiada
Tuhan yang haq kecuali Dia, Yang Maha hidup dan Berdiri Sendiri. Tuhanku,
ampunilah dosaku dan terimalah taubatku karena sesungguhnya hanya
Engkaulah Yang Maha Menerima taubat dan Maha Penyayang. Ya Allah aku
telah berbuat banyak kezhaliman terhadap diriku sendiri dan tiada yang
dapat mengampuni dosa melainkan Engkau, maka ampunilah aku dengan
ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang. Semoga shalawat dan salam selalu
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, segenap keluarga dan para sahabat
beliau.

CATATAN PENTING

1. Pada bulan Ramadhan tidak sedikit orang yang membuat berbagai variasi
pada menu makanan dan minuman mereka. Walaupun hal itu diperbolehkan,
tetapi tidak dibenarkan israf (erlebih-lebihan) dan melampaui batas. Justeru
seharusnya adalah menyederhanakan makanan dan minuman. Allah Ta 'ala
berfirman :
"Makan dan minumlah dan janganlah kalian berbuat israf (berlebih-lebihan),
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat israf. " (AlA'raaf: 31),
Ayat ini termasuk pangkal ilmu kedokteran. Sebagian salaf berkomentar:
"Allah mengklasifikasikan seluruh ilmu kedokteran hanya dalam setengah
ayat," lantas membacakan ayat ini. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir 2/210.)

Ayat ini menganjurkan makan dan minum yang merupakan penopang utama
bagi kelangsungan hidup seseorang, kemudian melarang berlebih-lebihan
dalam hal tersebut karena dapat membahayakan tubuh. Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:

"Makanlah, minumlah, berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa disertai


dengan berlebih-lebihan dan kesom an. " (HR. Abu Daud dan Ahmad, AlBukhari meriwayatkannya secara mu'allaq)

Nabi shallallahu halaihi wasallam bersabda lagi :


'Tiada tempat yang lebih buruk, yang dipenuhi anak Adam daripada
perutnya, cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat menopang
tulang punggungnya (penyambung hidupnya) jika hal itu tidak bisa dihindari
maka masing-masing sepertiga bagian untuk makanannya, minumnya dan
nafasnya. " (HR. Ahmad, An-Nasaa'i, Ibnu Majah dan At-Tfrmidzi, beliau
berkomentar: Hadits ini Hasan, dan hadits ini merupakan dasar utama bagi
semua dasar ilmu kedokteran). (Lihat Al Majmu'atul Jalilah, hlm. 452.)

Malik bin Dinar radhiallahu'anhu berkata: "Tidak pantas bagi seorang


mukmin menjadikan perutnya sebagai tujuan utama, dan nafsu syahwat
mengendalikan dirinya."
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata: "Jika Anda menghendaki badan
sehat dan tidur sedikit, maka makanlah sedikit saja."
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Sungguh, di antara yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian
adalah nafsu yang menyesatkan dalam perut dan kemaluanmu serta hal-hal
yang dapat menyesatkan hawa nafsu. " (HR.Ahmad).

Ketahuilah, bahwa dampak teringan akibat berlebih-lebihan dalam makan


dan minum adalah banyak tidur dan malas melaksanakan shalat tarawih
serta membaca Al-Qur'an, baik di waktu malam atau di siang hari.
Barangsiapa yang banyak makan dan minumnya, maka akan banyak
tidurnya sehingga tidak sedikit kerugian yang menimpanya.

Karena ia telah menyia-nyiakan detik-detik Ramadhan yang mulia dan


sangat berharga yang tidak dapat digantikan dengan waktu lain serta tidak
ada yang menyamainya. Ketahuilah bahwa waktumu terbatas dan detak
nafasmu terkalkulasi rapi, sedangkan dirimu nanti akan dimintai
pertanggungjawaban atas waktumu, dan kamu akan diganjar atas perbuatan
yang kamu lakukan di dalamnya. Maka janganlah sekali-kali kamu menyianyiakannya tanpa amal perbuatan dan jangan kamu biarkan umurmu pergi
percuma, terutama pada bulan dan musim yang mulia dan agung ini.

2. Jika diperhatikan, banyak manusia yang menghabiskan siang hari di bulan


Ramadhan hanya untuk tidur mendengkur, sementara malamnya mereka
habiskan untuk mengobrol dan bermain-main, sehingga mereka tidak
merasakan puasa sedikit pun bahkan tidak sedikit yang meninggalkan shalat
berjamaah -semoga Allah menunjukinya. Hal ini mengandung bahaya dan
kerugian yang sangat besar bagi mereka, karena Ramadhan adalah musim
segala ibadah seperti melaksanakan shalat, puasa, membaca Al-Qur'an,
dzikir, berdo'a dan mohon ampunan.

Ramadhan merupakan bilangan hari, yang berlalu dengan cepat dan menjadi
saksi ketaatan bagi orang-orang yang taat, sekaligus sebagai saksi bagi para

tukang maksiat atas semua perbuatan maksiatnya.

Seyogyanya setiap muslim selalu memanfaatkan waktunya dalam hal-hal


yang berguna, janganlah memperbanyak makan di malam hari dan tidur di
slang hari, jangan pula menyia-nyiakan sedikit pun waktunya tanpa berbuat
amal shalih atau mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Diriwayatkan dari Hasan Al-Bashri rahimahullah, bahwasanya ia berkata:


"Sesungguhnya Allah Ta'ala menjadikan bulan Ramadhan sebagai saat untuk
berlomba-lomba dalam amal kebajikan dan bersaing dalam melakukan amal
shalih. Maka satu kaum mendahului lainnya dan mereka menang, sedangkan
yang lain terlambat dan mereka pun kecewa."
Ketahuilah bahwa siang dan malam hari itu merupakan gudang bagi manusia
yang sarat dengan simpanan amal baik atau buruknya. Kelak pada hari
Kiamat akan dibuka gudang ini untuk (diperlihatkan dan diserahkan kepada)
pemiliknya. Orang-orang yang bertakwa akan mendapati simpanan mereka
berupa penghargaan dan kemuliaan, sedangkan orang-orang pendosa yang
menyia-nyiakan waktunya akan mendapatkan kerugian dan penyesalan.

3. Sebagian orang malah begadang sepanjang malam, yang hal tersebut


hanya membawa dampak negatif, baik berupa obrolan kosong, permainan
yang tidak ada manfaatnya ataupun keluyuran di jalanan.

Mereka makan sahur di pertengahan malam dan tertidur sehingga tidak


melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Dalam hal inl banyak hal-hal yang
dilarang, di antaranya adalah:

Begadang tanpa manfaat, padahal Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sangat


membenci tidur sebelum shalat Isya' dan berbicara sesudahnya, kecuali
dalam hal-hal yang baik, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Ibnu
Mas'ud :
"Tidak diperkenankan bercakap-cakap di malam hari kecuali bagi orang yang
sedang mengerjakan shalat atau sedang bepergian. " (HR. Ahmad, As-Suyuti
menandainya sebagai hadits hasan).
Tersia-siakannya waktu yang amat mahal di bulan Ramadhan dengan
percuma, padahal manusia akan merugi sekali dari setiap waktunya yang
berlalu tanpa diisi dengan dzikir sedikit pun kepada Allah.
Mendahulukan sahur sebelum saat yang dianjurkan dan disunnahkan yakni
di akhir malam sebelum fajar.
Dan musibah terbesar adalah ia tertidur hingga meninggalkan shalat Shubuh
tepat pada waktunya dengan berjamaah, padahal pahalanya sebanding
dengan melaksanakan shalat separuh malam bahkan semalam suntuk,
sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Utsman radhiallahu 'anhu
bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barangsiapa mendirikan shalat Isya' dengan berjamaah; maka ia bagaikan
melaksanakan shalat separuh malam; dan barangsiapa shalat shubuh
berjamaah maka ia bagaikan shalat semalam suntuk. " (HR. Muslim).

Oleh karena itu, mereka yang selalu mengakhirkan shalat dan bermalasmalasan dalam melaksanakannya serta menghalangi dirinya sendiri dari
keutamaan dan pahala shalat berjamaah yang agung berarti memiliki sifatsifat orang munafik.
Allah Ta 'ala berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka; Dan apabila mereka mendirikan shalat mereka
mendirikannya dengan malas." ( An-Nisaa': 142).

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:


"Sesungguhnya shalat yang terberat bagi orang-orang munafik adalah shalat
Isya' dan Shubuh, jika mereka mengetahui pahalanya, niscaya mereka
mendatanginya kendatipun dengan merangkak." (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Maka sudah selayaknya -terutama di bulan Ramadhan- setiap muslim segera
tidur setelah melaksanakan shalat tarawih, dan secepatnya bangun di akhir
malam, kemudian shalat malam dan menyibukkan diri dengan dzikir, do'a,
istighfar dan taubat sebelum dan seusai sahur hingga shalat fajar.

Tetapi lebih utama lagi jika ia habiskan malam harinya dengan membaca dan
mempelajari Al-Qur'an, sebagaimana yang telah dilakukan Nabi shallallahu
a'alaihi wasallam bersama Jibril 'alaihis salam.

Allah Ta'ala memuji dan menyanjung orang-orang yang memohon ampunan


di akhir malam, sebagaimana dalam firman-Nya :
"Mereka sedikit sekali ridur di malam hari, dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampunan kepada Allah). " (Adz-Dzaariyaat:17-l8).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah Ta'ala turun ke langit dunia setiap malam sewaktu malam tinggal
sepertiga bagian akhir, lantas berfirman, 'Barangsiapa berdo'a akan Aku
kabulkan. Barangsiapa yang memohon pasti Aku perkenankan. Barangsiapa
minta ampun niscaya Aku mengampuninya, hingga terbit fajar. " (HR.
Muslim)

Maka sudah sepantasnya bagi setiap muslim yang selalu berharap rahmat
Tuhannya dan takut terhadap siksaNya- memanfaatkan kesempatan penting
ini, dengan berdo'a dan mohon ampun kepada Allah untuk dirinya, kedua
orang tuanya, anak-anaknya, segenap kaum muslimin dan para
penguasanya. Memohon ampun dan bertaubat kepada Allah di setiap malam
bulan Ramadhan dan di setiap saat dari umurnya yang terbatas sebelum
maut menjemput, amal perbuatan terputus dan penyesalan berkepanjangan.
Allah Ta'ala berfirman :
"Dan bertaubatlah kalian semua orang-orang yang beuiman supaya kalian
beruntung." (An-Nuur: 31),

Ya Allah terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat


dan Maha Penyayang.

Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan ke haribaan Nabi


Muhammad, segenap keluarga dan para sahabatnya.

FATWA-FATWA PENTING

A. Fatwa RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM sekitar


Puasa:
Seorang sahabat bertanya kepada beliau: "Wahai Rasulullah, Saya lupa
sehingga makan dan minum, padahal saya sedang berpuasa." Beliau
menjawab :
"Allah telah memberimu makan dan minum" (HR. Abu Daud). Dan dalam
riwayat Ad-Daruquthni dengan sanad shahih disebutkan
"Sempurnakan puasamu dan kamu tidak wajib mengqadhanya,
sesungguhnya Allah telah memberimu makan dan minum" peristiwa itu
terjadi pada hari pertama di bulan Ramadhan.
Pernah juga beliau ditanya tentang benang putih dan hitam, jawab
beliau :"Yaitu terangnya siang dan gelapnya malam." (HR. An-Nasa 'i).
"Seorang sahabat bertanya: "Saya mendapati shalat shubuh dalam keadaan
junub, lain saya berpuasa -bagaimana hukumnya-? Jawab beliau :
"Aku juga pernah mendapati Shubuh dalam keadaan junub, lantas aku
berpuasa. "Ia berkata: "Engkau tidak seperti kami wahai Rasulullah, karena
Allah telah mengampuni semua dosamu baik yang lalu ataupun yang
belakangan. Nabi shallallahu halaihi wasallam menjawab : "Demi Allah,
sungguh aku berharap agar aku menjadi orang yang paling takut kepada
Allah dan paling tahu akan sesuatu yang bisa dijadikan alat bertakwa. "(HR.
Muslim).
Beliau pernah ditanya tentang puasa di perjalanan, maka beliau
menjawab :"Terserah Kamu, boleh berpuasa boleh pula berbuka "(HR.
Muslim).
Hamzah bin 'Amr pernah bertanya: "Wahai Rasulullah, saya mampu
berpuasa dalam perjalanan, apakah saya berdosa?" Beliau menjawab :
"Ia adalah rukhshah (keringanan) dari Allah, barangsiapa mengambilnya baik
baginya dan barangsiapa lebih suka berpuasa maka ia tidak berdosa. " (HR.
Muslim).
Sewaktu ditanya tentang meng-qadha' puasa dengan tidak berturut-turut,
beliau menjawab :
"Hal itu kembali kepada dirimu (tergantung kemampuanmu), bagaimana
pendapatmu jika salah seorang di antara kamu mempunyai tanggungan
hutang lalu mencicilnya dengan satu dirham dua dirham, tidakkah itu
merupakan bentuk pelunasan? Allah Maha Pemaaf dan Pengampun. " (HR.
Ad-DaYuquthni, isnadnya hasan).
Ketika ditanya oleh seorang wanita: "Wahai Rasulullah, ibu saya telah
meninggal sedangkan ia berhutang puasa nadzar, bolehkah saya berpuasa

untuknya? Beliau menjawab :


"Bagaimana pendapatmu jika ibumu memiliki tanggungan hutang lantas
kamu lunasi, bukankah itu membuat lunas hutangnya? la berkata, 'Benar'.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Puasalah untuk ibumu.' Hadits
Muttafaq 'Alaih) (Lihat I'laarnul Muwaqqii'in 'An Rabbil 'Aalamiin, oleh Ibnul
Qayyim, 4/266-267)
B. Sebagian Fatwa IBNU TAIMIYAH
Beliau ditanya tentang hukum berkumur dan memasukkan air ke rongga
hidung (istinsyaq), bersiwak, mencicipi makanan, muntah, keluar darah
meminyaki rambut dan memakai celak bagi seseorang yang sedang
berpuasa;
Jawaban beliau : "Adapun berkumur dan memasukkan air ke rongga hidung
adalah disyari'atkan, hal ini sesuai dengan kesepakatan para ulama. Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya juga melakukan hal itu,
tetapi beliau berkata kepada Al-Laqiit bin Shabirah :
"Berlebih-lebihanlah kamu dalam menghirup air ke hidung kecuali jika kamu
sedang berpuasa. " (HR. Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasaa'i dan Ibnu Maajah
serta dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak melarang istinsyaq bagi orang yang
berpuasa, tetapi hanya melarang berlebih-lebihan dalam pelaksanaannya
saja.
Sedangkan bersiwak adalah boleh, tetapi setelah zawal (matahari condong
ke barat) kadar makruhnya diperselisihkan, ada dua pendapat dalam
masalah ini dan keduanya diriwayatkan dari Imam Ahmad, namun belum
ada dalil syar'i yang menunjukkan makruhnya, yang dapat menggugurkan
keumuman dalil bolehnya bersiwak.
Mencicipi makanan hukumnya makruh jika tanpa keperluan yang memaksa,
tapi tidak membatalkan puasa. Adapun jika memang sangat perlu, maka hal
itu bagaikan berkumur, dan boleh hukumnya.
Adapun mengenai hukum muntah-muntah, jika memang disengaja dan
dibikin-bikin maka batal puasanya, tetapi jika datang dengan sendirinya
tidak membatalkan. Sedangkan memakai minyak rambut jelas tidak
membatalkan puasa.
Mengenai hukum keluar darah yang tak dapat dihindari seperti darah
istihadhah, luka-luka, mimisan (keluar darah dari hidung) dan lain
sebagainya adalah tidak membatalkan puasa, tetapi keluarnya darah haid
dan nifas membatalkan puasa sesuai dengan kesepakatan para ulama.
Adapun mengenakan celak (sipat mata) yang tembus sampai ke otak, maka
Imam Ahmad dan Malik berpendapat: Hal itu membatalkan puasa, tetapi
Imam Abu Hanifah dan Syafi'i berpendapat: hal itu tidak membatalkan.
(Lihat Majmu' Fataawaa, oleh Ibnu Taimiyah, 25/266-267. Wallahu A 'lam.
Ibnu Taimiyah menambahkan dalam "Al-Ikhtiyaaraat": "Puasa seseorang
tidak batal sebab mengenakan celak, injeksi (suntik), zat cair yang
diteteskan di saluran air kencing, mengobati luka-luka yang tembus sampai
ke otak dan luka tikaman yang tembus ke dalam rongga tubuh. Ini adalah
pendapat sebagian ulama. (Lihat Al Ikhtiyaraatul Fiqhiyah, hlm. 108)
Wallahu A 'lam ':

C. Sebagian Fatwa SYAIKH ABDURRAHIMAN NASIR ASSA'DI


Beliau ditanya tentang orang yang meninggal sebelum melunasi puasa
wajibnya, bagaimana hukumnya?
Jawaban beliau: "Jika ia meninggal sebelum membayar puasa wajibnya,
seperti orang yang meninggal dalam keadaan berhutang puasa Ramadhan,
kemudian diberikan kepadanya kesehatan, namun dia belum sempat
menunaikannya, maka waijb baginya memberi makan kepada satu orang
miskin setiap hari sesuai dengan jumlah puasa yang ia tinggalkan. Menurut
Ibnu Taimiyah, jika puasanya diwakili maka sah hukumnya, hal ini kuat
sumber hukumnya.
Kondisi kedua: Ia meninggal sebelum dapat nenunaikan tanggungan
hutangnya seperti sakit di bulan Ramadhan dan mati di pertengahannya,
sedangkan ia tidak berpuasa karena sakit tersebut atau bahkan sakitnya
berlangsung terus hingga ajalnya tiba. Hal ini tidak menjadikannya wajib
membayar kaffarah meskipun kematiannya setelah rentang waktu yang
cukup lama, karena ia tidak gegabah dan melalaikannya, demikian pula ia
tidak meninggalkannya kecuali adanya udzur syar'i. (Lihat Al Irsyaadu Ilaa
Ma'rifatil Ahkaam, hlm. 85-86.)
Dari Aisyah radhiallahu 'anha, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Barangsiapa meninggal dunia sedangkan in punya ranggungan puasa, maka
walinya boleh berpuasa menggantikannya. "(Muttafaq 'Alaih).
Hadits ini menunjukkan anjuran berpuasa kepada orang yang masih hidup
untuk si mayit, dan bahwasanya jika seseorang meninggal dalam keadaan
memiliki hutang puasa, maka boleh digantikan oleh walinya."
Imam Nawawi berkomentar: "Para ulama berbeda pendapat tentang mayit
yang memiliki tanggungan puasa wajib; seperti puasa Ramadhan, qadha'
dan nadzar ataupun yang lain. Apakah wajib diqadha untuknya?
Dalam masalah ini Imam Syafi'i memiliki dua pendapat, yang terpopuler
adalah, Tidak wajib diganti puasanya, sebab puasa pengganti untuk si mayit
pada asalnya tidak sah. Adapun pendapat kedua, 'Disunnahkan bagi walinya
untuk berpuasa sebagai pengganti bagi si mayit, hingga si mayit terbebas
dari tanggungannya dan tidak usah membayar kaffarah (memberi makan
orang miskin sesuai dengan bilangan puasa yang ditinggalkannya). Pendapat
inilah yang benar dan terbaik menurut keyakinan kami. Dan pendapat inipun
dibenarkan oleh para penelaah madzhab kami -yang menghimpun dan
menyatukan disiplin ilmu fiqh dan hadits- berdasarkan hadits-hadits shahih
diatas. (Lihat Al Majmu'atul Jalilah, hlm. 158.) Wallahu A 'lam. "
D. Beberapa Fatwa ulama NEJED (ARAB SAUDI)
Syaikh Abdullah bin Syaikh Muhammad ditanya mengenai mulai kapan
seorang anak yang menginjak dewasa diperintah melakukan ibadah puasa?
Beliau menjawab: "Anak yang belum dewasa jika ia mampu berpuasa maka
pantas diperintah melaksanakannya, dan bila meninggalkannya diberi
hukuman.
Syaikh Hamd bin Atiq ditanya tentang seorang wanita yang mendapati darah
sebelum terbenam matahari, apakah puasanya dinyatakan sah?

Beliau menj awab : "Puasanya tidak sempurna pada hari itu."


Syaikh Abdulah bin Syaikh Muhammad ditanya mengenai orang yang makan
(berbuka) di bulan Ramadhan, bagaimana hukumnya? Beliau menjawab :
"Orang yang makan di siang hari bulan Ramadhan atau minum harus diberi
pelajaran (dengan hukuman) supaya jera."
Syaikh Abdullah Ababathin ditanya tentang orang yang berpuasa
mendapatkan aroma sesuatu, bagaimana hukumnya?
Beliau menjawab : "Semua aroma yang tercium oleh orang yang sedang
menunaikan ibadah puasa tidak membatalkan puasanya kecuali bau rokok,
jika ia menciumnya dengan sengaja maka batallah puasanya.
Tetapi jika asap rokok masuk ke hidungnya tanpa disengaja tidak
membatalkan, sebab amat sulit untuk menghindarinya. Wallahu A'lam"
Semoga sbalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, segenap keluarga dan sababatnya,
amin.

ZAKAT FITRAH
Diantara dalil yang menganjurkan untuk menunaikan zakat fitrah adalah :
1. Firman Allah Ta'ala:"Sesungguhnya beruntunglah orang yang
membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia
shalat" (Al-A'la: 14-15)
2. Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu, ia
berkata :" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat
fitrah bagi orang merdeka dan hamba sahaya, laki-laki dan perempuan,
anak-anak dan orang dewasa dari kaum muslimin. Beliau memerintahkan
agar (zakat fituah tersebut) ditunaikan sebelum orang-orang melakukan
shalat 'Id (hari Raya) " (Muttafaq 'Alaih)
Setiap muslim wajib membayar zakat fitrah untuk dirinya dan orang yang
dalam tanggungannya sebanyak satu sha' (+- 3 kg) dari bahan makanan
yang berlaku umum di daerahnya. Zakat tersebut wajib baginya jika masih
memiliki sisa makanan untuk diri dan keluarganya selama sehari semalam.
Zakat tersebut lebih diutamakan dari sesuatu yang lebih bermanfaat bagi
fakir miskin.
Adapun waktu pengeluarannya yang paling utama adalah sebelum shalat 'Id,
boleh juga sehari atau dua lari sebelumnya, dan tidak boleh mengakhirkan
mengeluaran zakat fitrah setelah hari Raya. Dari Ibnu Abbas radhiallahu
'anhu :"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah mewajibkan zakat fihrah
sebagai penyuci orang yang berpuasa dari kesia-siaan dan ucapan kotor, dan
sebagai pemberian makan kepada fakir miskin.
"Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat 'Id, maka zakatnya
diterima, dan barang siapa yangmembayarkannya setelah shalat 'Id maka ia
adalah sedekah biasa. "(HR. Abu Daud dan Ibnu Majah)
(Dan diriwayatkan pula Al Hakim, beliau berkata : shahih menurut kriteria
Imam Al-Bukhari.)
Zakat fitrah tidak boleh diganti dengan nilai nominalnya(*),(*)''' Berdasarkan
hadits Abu Said Al Khudhri yang menyatakan bahwa zakat fithrah adalah dari

limajenis makanan pokok (Muttafaq 'Alaih). Dan inilah pendapat jumhur


ulama. Selanjutnya sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksud
adalah makanan pokok masing-masing negeri. Pendapat yang melarang
mengeluarkan zakat fithrah dengan uang ini dikuatkan bahwa pada zaman
Nabi shallallahu alaihi wasallam juga terdapat nilai tukar (uang), dan
seandainya dibolehkan tentu beliau memerintahkan mengeluarkan zakat
dengan nilai makanan tersebut, tetapi beliau tidak melakukannya. Adapun
yang membolehkan zakat fithrah dengan nilai tukar adalah Madzhab Hanafi.
Karena hal itu tidak sesuai dengan ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan diperbolehkan bagi jamaah (sekelompok manusia) memberikan jatah
seseorang, demikian pula seseorang boleh memberikan jatah orang banyak.
Zakat fitrah tidak boleh diberikan kecuali hanya kepada fakir miskin atau
wakilnya. Zakat ini wajib dibayarkan ketika terbenamnya matahari pada
malam 'Id. Barangsiapa meninggal atau mendapat kesulitan (tidak memiliki
sisa makanan bagi diri dan keluarganya, pen.) sebelum terbenamnya
matahari, maka dia tidak wajib membayar zakat fitrah. Tetapi jika ia
mengalaminya seusai terbenam matahari, maka ia wajib membayarkannya
(sebab ia belum terlepas dari tanggungan membayar fitrah).

HIKMAH DISYARI'ATKANNYA ZAKAT FITRAH

Di antara hikmah disyari'atkannya zakat fitrah adalah :


a. Zakat fitrah merupakan zakat diri, di mana Allah memberikan umur
panjang baginya sehingga ia bertahan dengan nikmat-l\lya.
b. Zakat fitrah juga merupakan bentuk pertolongan kepada umat Islam, baik
kaya maupun miskin sehingga mereka dapat berkonsentrasi penuh untuk
beribadah kepada Allah Ta'ala dan bersukacita dengan segalaanugerah
nikmat-Nya.
c. Hikmahnya yang paling agung adalah tanda syukur orang yang berpuasa
kepada Allah atas nikmat ibadah puasa. (Lihat Al Irsyaad Ila Ma'rifatil
Ahkaam, oleh Syaikh Abd. Rahman bin Nashir As Sa'di, hlm. 37. )
d. Di antara hikmahnya adalah sebagaimana yang terkandung dalam hadits
Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma di atas, yaitu puasa merupakan pembersih
bagi yang melakukannya dari kesia-siaan dan perkataan buruk, demikian
pula sebagai salah satu sarana pemberian makan kepada fakir miskin.
Ya Allah terimalah shalat kami, zakat dan puasa kami serta segala bentuk
ibadah kami sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan selalu kepada Nabi Muhammad,
segenap keluarga dan sahabatnya. Amin.

HARI RAYA
Hari raya adalah saat berbahagia dan bersuka cita. Kebahagiaan dan
kegembiraan kaum mukminin di dunia adalah karena Tuhannya, yaitu apabila
mereka berhasil menyempurnakan ibadahnya dan memperoleh pahala
amalnya dengan kepercayaan terhadap janji-Nya kepada mereka untuk
mendapatkan anugerah dan ampunan-Nya. Allah Ta 'ala berfirman :

"Katakanlah: "Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu


mereka bergembira.
Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan. " (Yunus: 58).
Sebagian orang bijak berujar: "Tiada seorang pun yang bergembira dengan
selain Allah kecuali karena kelalaiannya terhadap Allah, sebab orang yang
lalai selalu bergembira dengan permainan dan hawa nafsunya, sedangkan
orang yang berakal merasa Senang dengan Tuhannya."
Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam tiba di Madinah, kaum Anshar
memiliki dua hari istimewa, mereka bermain-main di dalamnya, maka Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu)
'Idul fitri dan 'Idul Adha (HR.Abu Daud dan An-Nasa'i dengan sanad hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa menampakkan rasa suka cita di hari Raya
adalah sunnah dan disyari'atkan. Maka diperkenankan memperluas hari Raya
tersebut secara menyeluruh kepada segenap kerabat dengan berbagai hal
yang tidak diharamkan yang bisa mendatangkan kesegaran badan dan
melegakan jiwa, tetapi tidak menjadikannya lupa untuk ta'at kepada Allah.

Adapun yang dilakukan kebanyakan orang di saat hari Raya dengan


berduyun-duyun pergi memenuhi berbagai tempat hiburan dan permainan
adalah tidak dibenarkan, karena hal itu tidak sesuai dengan yang
disyari'atkan bagi mereka seperti melakukan dzikir kepada Allah. Hari Raya
tidak identik dengan hiburan, permainan dan penghambur-hamburan
(harta), tetapi hari Raya adalah untuk berdzikir kepada Allah dan
bersungguh-sungguh dalam beribadah. Makanya Allah gantikan bagi umat ini
dua buah hari Raya yang sarat dengan hiburan dan permainan dengan dua
buah Hari Raya yang penuh dzikir, syukur dan ampunan.
Di dunia ini kaum mukminin mempunyai tiga hari Raya: hari Raya yang
selalu datang setiap minggu dan dua hari Raya yang masing-masing datang
sekali dalam setiap tahun.
Adapun hari Raya yang selalu datang tiap minggu adalah hari Jum'at, ia
merupakan hari Raya mingguan, terselenggara sebagai pelengkap
(penyempurna) bagi shalat wajib lima kali yang merupakan rukun utama
agama islam setelah dua kalimat syahadat.
Sedangkan dua hari Raya yang tidak berulang dalam waktu setahun kecuali
sekali adalah:
1. 'Idul Fitri setelah puasa Ramadhan, hari raya ini terselenggara sebagai
pelengkap puasa Ramadhan yang merupakan rukun dan asas Islam
keempat. Apabila kaum muslimin merampungkan puasa wajibnya, maka
mereka berhak mendapatkan ampunan dari Allah dan terbebas dari api
Neraka, sebab puasa Ramadhan mendatangkan ampunan atas dosa yang
lain dan pada akhirnya terbebas dari Neraka.

Sebagian manusia dibebaskan dari Neraka padahal dengan berbagai dosanya


ia semestinya masuk Neraka, maka Allah mensyari'atkan bagi mereka hari
Raya setelah menyempurnakan puasanya, untuk bersyukur kepada Allah,
berdzikir dan bertakbir atas petunjuk dan syari'at-Nya berupa shalat dan
sedekah pada hari Raya tersebut.
Hari Raya ini merupakan hari pembagian hadiah, orang-orang yang berpuasa

diberi ganjaran puasanya, dan setelah hari Raya tersebut mereka


mendapatkan ampunan.
2. 'Idul Adha Oiari Raya Kurban), ia lebih agung dan utama daripada 'Idul
Fitri. Hari Raya ini terselenggara sebagai penyempurna ibadah haji yang
merupakan rukun Islam kelima, bila kaum muslimin merampungkan ibadah
hajinya, niscaya diampuni dosanya.
Inilah macam-macam hari Raya kaum muslimin di dunia, semuanya
dilaksanakan saat rampungnya ketakwaan kepada Yang Maha Menguasai dan
Yang Maha Pemberi, di saat mereka berhasil memperoleh apa yang
dijanjikan-Nya berupa ganjaran dan pahala. (Lihat Lathaa'iful Ma'arif, oleh
Ibnu Rajab, hlm. 255-258)

PETUNJUK NABI DI HARI RAYA

Pada saat hari Raya 'Idul Fitri, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengenakan
pakaian terbaiknya dan makan kurma -dengan bilangan ganjil tiga, lima atau
tujuh- sebelum pergi melaksanakan shalat 'Id. Tetapi pada 'Idul Adha beliau
tidak makan terlebih dahulu sampai beliau pulang, setelah itu baru memakan
sebagian daging binatang sembelihannya.

Beliau mengakhirkan shalat 'Idul Fitri agar kaum muslimin memili empatan
untuk membagikan zakat fitrahnya, dan mempercepat pelaksanaan shalat
'Idul Adha supaya kaum muslimin bisa segera menyembelih binatang
kurbannya.

Mengenai hal tersebut, Allah Ta 'ala berfirman :


"Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah " (Al Kautsar: 2).
Ibnu Umar sungguh-sungguh dalam mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam tidak keluar untuk shalat 'Id kecuali setelah terbit matahari, dan
dari rumah sampai ke tempat shalat beliau senantiasa bertakbir.

Nabi shallallahu blaihi wasallam melaksanakan shalat' Id terlebihdahulu baru


berkhutbah, dan beliau shalat duaraka'at Pada rakaat pertama beliau
bertakbir 7 kali berturut-turut dengan Takbiratul Ihram, dan berhenti
sebentar di antara tiap takbir. Beliau tidak mengajarkan dzikir tertentu yang
dibaca saat itu. Hanya saja ada riwayat dari Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu,
ia berkata: "Dia membaca hamdalah dan memuji Allah Ta 'ala serta
membaca shalawat.

Dan diriwayatkan bahwa Ibnu Umar mengangkat kedua tangannya pada


setiap bertakbir.

Sedangkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam setelah bertakbir membaca


surat Al-Fatihah dan "Qaf" pada raka'at pertama serta surat "Al-Qamar" di
raka'at kedua.

Kadang-kadang beliau membaca surat "Al-A'la" pada raka'at pertama dan


"Al-Ghasyiyah" pada raka'at kedua. Kemudian beliau bertakbir lalu ruku'
dilanjutkan takbir 5 kali pada raka'at kedua lain membaca Al-Fatihah dan
surat. Setelah selesai beliau menghadap ke arah jamaah, sedang mereka
tetap duduk di shaf masing-masing, lalu beliau menyampaikan khutbah yang
berisi wejangan, anjuran dan larangan.

Beliau selalu melalui jalan yang berbeda ketika yang terkenal sangat
bersungguh-mengikuti sunnah Nabi shallallahu berangkat dan pulang (dari
shalat) 'Id.' Beliau selalu mandi sebelum shalat 'Id.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa memulai setiap khutbahnya


dengan hamdalah, dan bersabda :
"Setiap perkara yang tidak dimulai dengan hamdalah, maka ia terputus (dari
berkah). " (HR.Ahmad dan lainnya).

Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, ia berkata :


"Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menunaikan shalat 'Id dua
raka'at tanpa disertai shalat yang lain baik sebelumnya ataupun sesudahnya.
" (HR. Al Bukhari dan Muslim dan yang lain).

Hadits ini menunjukkan bahwa shalat 'Id itu hanya dua raka'at, demikian
pula mengisyaratkan tidak disyari'atkan shalat sunnah yang lain, baik
sebelum atau sesudahnya. Allah Mahatahu segala sesuatu, shalawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, seluruh anggota
keluarga dan segenap sahabatnya.

KEUTAMAAN PUASA ENAM HARI DI BULAN SYAWAL

Abu Ayyub Al-Anshari radhiallahu 'anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu


'alaihi wasallam bersabda :
"Barangsiapa berpuasa penuh di bulan Ramadhan lalu menyambungnya
dengan (puasa) enam hari di bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti ia
berpuasa selama satu tahun . (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi shallallahu
'alaihi wasalllam bersabda:

"Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan,


sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan
(puasa) dua bulan, maka itulah bagaikan berpuasa selama setahun penuh." (
Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam "Shahih" mereka.)

Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam


bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadham lantas disambung dengan enam hari di

bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. AlBazzar) (Al Mundziri berkata: "Salah satu sanad yang befiau miliki adalah
shahih.")

Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan
Syawal menyamai pahala puasa satu tahun penuh, karena setiap hasanah
(tebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung
dalam hadits Tsauban di muka.

Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di


antaranya :
1. Puasa enam hari di buian Syawal setelah Ramadhan, merupakan
pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
2. Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi
sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti
perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (dilengkapi) dengan
perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu
yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidak
sempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan
menyempurnakannya.
3. Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterimanya puasa
Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima amal seorang hamba, pasti
Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian
orang bijak mengatakan: "Pahala'amal kebaikan adalah kebaikan yang ada
sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikan kemudian
melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda atas
terkabulnya amal pertama.
Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu
diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal
yang pertama.
4. Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di muka- dapat
mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lain. Orang yang berpuasa
Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada hari Raya'ldul Fitri yang
merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah 'Idul
Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada
nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa.
Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur seorang hamba
atas pertolongan dan ampunan yang telah dianugerahkan kepadanya adalah
dengan berpuasa setelah Ramadhan. Tetapi jika ia malah menggantinya
dengan perbuatan maksiat maka ia termasuk kelompok orang yang
membalas kenikmatan dengan kekufuran. Apabila ia berniat pada saat
melakukan puasa untuk kembali melakukan maksiat lagi, maka puasanya
tidak akan terkabul, ia bagaikan orang yang membangun sebuah bangunan
megah lantas menghancurkannya kembali. Allah Ta'ala berfirman:
"Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan
benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali
"(An-Nahl: 92)
5. Dan di antara manfaat puasa enam hari bulan Syawal adalah amal-amal
yang dikerjakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya
pada bulan Ramadhan tidak terputus dengan berlalunya bulan mulia ini,

selama ia masih hidup.

Orang yang setelah Ramadhan berpuasa bagaikan orang yang cepat-cepat


kembali dari pelariannya, yakni orang yang baru lari dari peperangan fi
sabilillah lantas kembali lagi. Sebab tidak sedikit manusia yang berbahagia
dengan berlalunya Ramadhan sebab mereka merasa berat, jenuh dan lama
berpuasa Ramadhan.

Barangsiapa merasa demikian maka sulit baginya untuk bersegera kembali


melaksanakan puasa, padahal orang yang bersegera kembali melaksanakan
puasa setelah 'Idul Fitri merupakan bukti kecintaannya terhadap ibadah
puasa, ia tidak merasa bosam dan berat apalagi benci.

Seorang Ulama salaf ditanya tentang kaum yang bersungguh-sungguh dalam


ibadahnya pada bulan Ramadhan tetapi jika Ramadhan berlalu mereka tidak
bersungguh-sungguh lagi, beliau berkomentar:
"Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah secara benar
kecuali di bulan Ramadhan saja, padahal orang shalih adalah yang beribadah
dengan sungguh-sunggguh di sepanjang tahun."

Oleh karena itu sebaiknya orang yang memiliki hutang puasa Ramadhan
memulai membayarnya di bulan Syawal, karena hal itu mempercepat proses
pembebasan dirinya dari tanggungan hutangnya. Kemudian dilanjutkan
dengan enam hari puasa Syawal, dengan demikian ia telah melakukan puasa
Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal.

Ketahuilah, amal perbuatan seorang mukmin itu tidak ada batasnya hingga
maut menjemputnya. Allah Ta'ala berfirman :
"Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal) "
(Al-Hijr: 99)
Dan perlu diingat pula bahwa shalat-shalat dan puasa sunnah serta sedekah
yang dipergunakan seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah
Ta'ala pada bulan Ramadhan adalah disyari'atkan sepanjang tahun, karena
hal itu mengandung berbagai macam manfaat, di antaranya; ia sebagai
pelengkap dari kekurangan yang terdapat pada fardhu, merupakan salah
satu faktor yang mendatangkan mahabbah (kecintaan) Allah kepada hambaNya, sebab terkabulnya doa, demikian pula sebagai sebab dihapusnya dosa
dan dilipatgandakannya pahala kebaikan dan ditinggikannya kedudukan.
Hanya kepada Allah tempat memohon pertolongan, shalawat dan salam
semoga tercurahkan selalu ke haribaan Nabi, segenap keluarga dan
sahabatnya.

RAHASIA PUASA
Sebagai muslim yang sejati, kedatangan dan kehadiran Ramadhan yang
mulia pada tahun ini merupakan sesuatu yang amat membahagiakan kita.
Betapa tidak, dengan menunaikan ibadah Ramadhan, amat banyak
keuntungan yang akan kita peroleh, baik dalam kehidupan di dunia maupun
di akhirat kelak.
Disinilah letak pentingnya bagi kita untuk membuka tabir rahasia puasa

sebagai salah satu bagian terpenting dari ibadah Ramadhan.


Dr. Yusuf Qardhawi dalam kitabnya Al Ibadah Fil Islam mengungkapkan ada
lima rahasia puasa yang bisa kita buka untuk selanjutnya bisa kita rasakan
kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan.

a.Menguatkan Jiwa.
Dalam hidup hidup, tak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh
hawa nafsunya, lalu manusia itu menuruti apapun yang menjadi
keinginannya meskipun keinginan itu merupakan sesuatu yang bathil dan
mengganggu serta merugikan orang lain. Karenanya, di dalam Islam ada
perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam arti berusaha untuk bisa
mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuat kita tidak
mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi. Manakala
dalam peperangan ini manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar
akan terjadi karena manusia yang kalah dalam perang melawan hawa nafsu
itu akan mengalihkan penuhanan dari kepada Allah Swt sebagai Tuhan yang
benar kepada hawa nafsu yang cenderung mengarahkan manusia pada
kesesatan. Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam
firman-Nya yang artinya: Maka pernahkah kamu melihat orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya
sesat
berdasarkan ilmu-Nya (QS 45:23).

Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa


nafsunya yang membuat jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan demikian,
manusia akan memperoleh derajat yang tinggi seperti layaknya malaikat
yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk dan membuka pintupintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah Swt, Rasulullah Saw
bersabda yang artinya:

Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang
berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi
(HR. Tirmidzi).

b.Mendidik Kemauan.
Puasa mendidik seseorang untuk memiliki kemauan yang sungguh-sungguh
dalam kebaikan, meskipun untuk melaksanakan kebaikan itu terhalang oleh
berbagai kendala. Puasa yang baik akan membuat seseorang terus
mempertahankan keinginannya yang baik, meskipun peluang untuk
menyimpang begitu besar.
Karena itu, Rasulullah Saw menyatakan: Puasa itu setengah dari kesabaran.
Dalam kaitan ini, maka puasa akan membuat kekuatan rohani seorang
muslim semakin prima. Kekuatan rohani yang prima akan membuat
seseorang tidak akan lupa diri meskipun telah mencapai keberhasilan atau
kenikmatan duniawi yang sangat besar, dan kekuatan rohani juga akan
membuat seorang muslim tidak akan berputus asa meskipun penderitaan
yang dialami sangat sulit.

c.Menyehatkan Badan.
Disamping kesehatan dan kekuatan rohani, puasa yang baik dan benar juga

akan memberikan pengaruh positif berupa kesehatan jasmani. Hal ini tidak
hanya dinyatakan oleh Rasulullah Saw, tetapi juga sudah dibuktikan oleh
para dokter atau ahli-ahli kesehatan dunia yang membuat kita tidak perlu
meragukannya lagi. Mereka berkesimpulan bahwa pada saat-saat tertentu,
perut memang harus diistirahatkan dari bekerja memproses makanan yang
masuk sebagaimana juga mesin harus diistirahatkan, apalagi di dalam Islam,
isi perut kita memang harus dibagi menjadi tiga, sepertiga untuk makanan,
sepertiga untuk air dan sepertiga untuk udara.

d.. Mengenal Nilai Kenikmatan.


Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah
berikan kepada manusia, tapi banyak pula manusia yang tidak pandai
mensyukurinya. Dapat satu tidak terasa nikmat karena menginginkan dua,
dapat dua tidak terasa nikmat karena menginginkan tiga dan begitulah
seterusnya. Padahal kalau manusia mau memperhatikan dan merenungi, apa
yang diperolehnya sebenarnya sudah sangat menyenangkan karena begitu
banyak orang yang memperoleh sesuatu tidak lebih banyak atau tidak lebih
mudah dari apa yang kita peroleh.
Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh memperhatikan dan
merenungi tentang kenikmatan yang sudah diperolehnya, tapi juga disuruh
merasakan langsung betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan
kepada kita. Hal ini karena baru beberapa jam saja kita tidak makan dan
minum sudah terasa betul penderitaan yang kita alami, dan pada saat kita
berbuka puasa, terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya
berupa sebiji kurma atau seteguk air. Disinilah letak pentingnya ibadah
puasa guna mendidik kita untuk menyadari tinggi nilai kenikmatan yang
Allah berikan agar kita selanjutnya menjadi orang yang pandai bersyukur
dan tidak mengecilkan arti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah
memang sedikit dan kecil.
Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik
dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang
artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasati Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih (QS 14:7).
e.Mengingat dan Merasakan Penderitaan Orang Lain.
Merasakan lapar dan haus juga memberikan pengalaman kepada kita
bagaimana beratnya penderitaan yang dirasakan orang lain. Sebab
pengalaman lapar dan haus yang kita rasakan akan segera berakhir hanya
dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah kapan akan
berakhir. Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan
rasa solidaritas kita kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami
penderitaan yang hingga kini
masih belum teratasi, seperti penderitaan saudara-saudara kita di Ambon
atau Maluku, Aceh dan di berbagai wilayah lain di Tanah Air serta yang
terjadi di berbagai belahan dunia lainnya seperti di Chechnya, Kosovo, Irak,
Palestina dan sebagainya.
Oleh karena itu, sebagai simbol dari rasa solidaritas itu, sebelum Ramadhan
berakhir, kita diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian
setahap demi setahap kita bisa mengatasi persoalan-persoalan umat yang
menderita. Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang
miskin dan menderita, pi juga bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan
demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang berkaitan dengan harta seperti gila

harta, kikir dan sebagainya. Allah berfirman yang artinya: Ambillah zakat
dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui (QS 9:103).

SAMBUT DENGAN GEMBIRA.

Karena rahasia puasa merupakan sesuatu yang amat penting bagi kita, maka
sudah sepantasnyalah kalau kita harus menyambut kedatangan Ramadhan
tahun ini dengan penuh rasa gembira sehingga kegembiraan kita ini akan
membuat kita bisa melaksanakan ibadah Ramadhan nanti dengan ringan
meskipun sebenarnya ibadah Ramadhan itu berat.
Kegembiraan kita terhadap datangnya bulan Ramadhan harus kita tunjukkan
dengan berupaya semaksimal mungkin memanfaatkan Ramadhan tahun
sebagai momentum untuk mentarbiyyah (mendidik) diri, keluarga dan
masyarakat kearah pengokohan atau pemantapan taqwa kepada Allah Swt,
sesuatu yang memang amat kita perlukan bagi upaya meraih keberkahan
dari Allah Swt bagi bangsa kita yang hingga kini masih menghadapi berbagai
macam persoalan besar. Kita tentu harus prihatin akan kondisi bangsa kita
yang sedang mengalami krisis, krisis yang seharusnya diatasi dengan
memantapkan iman dan taqwa, tapi malah dengan menggunakan cara
sendiri-sendiri yang akhirnya malah memicu pertentangan dan perpecahan
yang justeru menjauhkan kita dari rahmat dan keberkahan dari Allah Swt.

MAKNA SURAT AL FATIHAH

JULI 21, 2008 / TIRTAAMIJAYA

Pembaca blog yang budiman, surat Al Fatihah dikenal sebagai intisari Al


Quran , karena itu pada saat melaksanakan sholat, surat Al Fatihah harus
dibacakan dalam setiap rakaat
Dalam pengalaman saya sebagai penyembuh spiritual selama sekitar 30
tahun, ternyata semua pasien saya yang terserang berbagai penyakit,
baik itu medis maupun non medis, semuanya tidak tahu arti dan makna
dari Al Fatihah
Hampir semuanya hanya hapal bahasa arabnya tapi tidak tahu artinya
Memang sebagian kecil ada yang tahu artinya, tapi hanya sebagian kecil
dari ayat nya saja.
Dari pengalaman ini, saya berkesimpulan bahwa kalau mau hidup
selamat, terbebas dari berbagai penyakit dan masalah, setiap orang yang
mengaku beragama Islam, mutlak harus memahami dengan baik dan
benar makna dari Surat Al Fatihah
Karena itu saya tayangkan cuplikan Tadabbur Al Fatihah dari weblog
Tadabbur Qur.an milik Ustadz Fadhilza untuk memahami makna Surat Al
Fatihah secara baik dan benar
( Pak Fadhilza, saya minta izin ya, menyebar luaskan Tadabbur Al
Fatihah milik bapak)
INILAH ARTI/MAKNA DARI SURAT AL FATIHAH:
Ayat 1: Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang.
Rasakan betapa besar kasih sayang Allah kepada kita semua, bayangkan
semua nikmat yang telah kita terima dariNya. Nikmat udara yang kita
hirup, nikmat penglihatan, nikmat pendengaran, nikmat sehat. Apakah
kita sudah berterima kasih padaNya??. Rasakan kasih sayang dan
sifatnya yang maha pengasih serta pemurah. Rasakan getaran dihati
anda, hingga timbul dorongan untuk menangis. Silahkan menangis jika
dorongan itu memang kuat. Jangan tahan tangisan anda.
Ayat 2: Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Rasakan betapa mulianya Allah, betapa Agungnya Dia , hanya Dialah
yang berhak dipuji. Dialah Tuhan penguasa Alam semesta yang maha
mulia dan Maha terpuji. Rasakan betapa hina dan tidak berartinya kita
dihadapan Dia. Lenyapkan semua kesombongan diri dihadapaNya.
Rasakan getaran yang dahsyat didada anda
Ayat 3: Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Rasakan seperti pada ayat pertama


Ayat 4: Yang menguasai hari pembalasan
Bayangkan seolah olah anda berada dihapan Allah di padang Mahsyar
kelak. Dia lah penguasa tunggal dihari itu. Bagaimana keadaan anda
dihari itu? Rasakan dan hayati ayat tadabbur yang anda dengar. Biarkan
airmata anda mengalir . Menangislah dihadapan Allah pada hari ini ,
disaat pintu taubat masih terbuka. Jangan sampai anda menangis kelak
dihari berbangkit ketika pintu taubat telah tertutup
Ayat 5: Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya
kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
Inilah pengakuan anda bahwa hanya Dia yang anda sembah, dan hanya
padaNya anda mohon pertolongan. Buatlah pengakuan dengan tulus dan
iklas.
Ayat 6: Tunjukilah kami jalan yang lurus
Mohonlah padanya agar ditunjuki jalan yang lurus. Jalan yang penuh
dengan rahmat dan berkahNya. Dengarkan dan hayati kalimat tadabbur
yang anda dengar
Ayat 7: (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau
anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Bayangkan jalan orang orang yang telah mendapat nikmat , kebahagian
dan kesuksesan sebagai karunia dari sisinya. Berharaplah untuk
mendapat kebahagian seperti orang itu.
Bayangkan pula jalan orang orang yang mendapat murka dan azabnya
Bayangkan pula jalan yang ditempuh orang yang sesat mohon agar
dijauhkan dari jalan itu.
Jika anda orang yang berhati peka pasti anda akan menangis, mendengar
bacaan tadabbur ini. Jika anda belum merasakan getaran apapun dihati
anda. Ulangi terus tadabbur ini. Gunung saja akan hancur mendengar
ayat Quran , hati anda tidak sebesar gunung bukan? Mudah mudahan
Allah tidak mengunci mati hati anda ..

Anda mungkin juga menyukai