bakterialis.
Meningitis
fungal
terutama
menyerang
orang
yang
imunokompromis.
Kasus terberat meningitis disebabkan oleh bakteri, yang sebagian besar merupakan
flora normal hidung dan tenggorokan yang terkadang menyebar ke dalam pembuluh darah
menuju meningen menimbulkan manifestasi klinis. Kadang-kadang keberadaan bakteri di
dalam darah menyebabkan syok septik sebagai hasil septikemia.
Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak adalah
Haemophilus influenza, Streptococcus pneumoniae, dan Neisseria meningitidis atau
meningococcus yang merupakan bakteri penyebab meningitis yang paling berbahaya yang
merupakan sebab utama morbiditas dan mortalitas dari infeksi bakteri akut di seluruh
dunia.
Differential diagnosis dari meningitis adalah :
-
Toxic Encepalopathy
Infeksi sistemik
SISTEM VENTRIKULER
Rongga didalam otak yang disebut ventrikel berisi cairan cerebrospinal (CSS). CSS
dibentuk oleh jaringan khusus didalam ventrikel yang disebut pleksus choroideus (Gilman,
1992).
Sistem ventrikular otak (Gambar 2-17) dibentuk terutama oleh empat ventrikulus,
terdiri dari dua ventrikel lateral dan ventrikel ketiga serta keempat yang tidak berpasangan.
Ventrikel lateral adalah bagian terbesar sistem ventrikular dan menempati bagian luas
hemispherium cerebri (Moore, 2002). Masing-masing ventrikel lateral mempunyai kornu
anterior, sela media, kornu posterior, dan kornu inferior atau temporal. Kedua ventrikel
tersebut berhubungan dengan ventrikel ketiga melalui foremen Monro atau foramen
interventrikularis (Duus, 1996). Ventrikel ketiga berupa celah yang sempit antara bagian
diencephalon dextrum dan sinistrum yang dihubungkan dengan ventrikel keempat melaului
akuaduktus Sylvii (aquaductus cerebri). Ventrikulus keempat dalam bagian posterior pons
dan dalam medulla oblongata meluas ke arah postero-inferior, lalu beralih menjadi canalis
sentralis dalam bagian inferior medulla oblongata dan seluruh medulla spinalis (Moore,
2002)
Ventrikel keempat berhubungan dengan rongga subarachnoid melalui tiga foramen:
dua foramen Luschka dan satu foramen Magendie (Duus, 1996). Foramen Luschka terletak
pada atap resesus lateralis ventrikel keempat, sedangkan foramen Magendie terletak pada
garis tengah dari atap ventrikel keempat (Gilman, 1992). CSS mengalir dari tempat
dibentuknya di ventrikel melalui lengkungan cerebrum menuju tempat absobsinya di
ganulasi arakhnoid pada sinus sagitalis (Young, 1997). Jika jalan ini tersumbat, ventrikulus
menggembung, dan menyebabkan kompresi terhadap hemispherium cerebri (Moore, 2002)
Cisterna pontis terdapat pada permukaan anterior pons dan medulla oblongata
Cisterna superior terletak antara bagian posterior corpus callosum dan permukaan
superior cerebellum (Moore, 2002).
Sumber pembuatan CSS untama adalah plexus choroideus. Plexus choroideus
terletak dalam atap-atap ventriculus tertius dan ventrikulus quartus, dan pada dasar tanduk
dan badan kedua ventrikulus lateralis. Meskipun plexus choroideus merupakan sumber
utama CSS dan villi arachnoidea merupaka tempat resopsi CSS terpenting, di tempat lain
(misalnya, melalui pelapis ventrikulus) terjadi pertukaran antara plasma darah dan CSS.
CSS dari ventriculus lateralis dan ventriculus tertius mengalir ke dalam ventriculus quartus
melalui aqueductus mesencephali (aquaductus cerebri). CSS meninggalkan ventrikulus
quartus melalui lubang median dan lateral dan kemudian memasuki spatium
subarachnoideum, dan tertimbun dalam cisterna cerebellomedullaris dan cisterna pontis.
Dari sisterna-sisterna ini sebagian CSS mengalir ke inferior, ke spatium subarachnoideum
PEMBAHASAN
Meningitis dibagi menjadi dua golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan serebrospinal yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai
cairan serebrospinalis yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa, dan disebut juga sebagai meningitis tuberkulosis. Penyebab lain seperti lues,
virus, Toxoplasma gondii, Ricketsia, maupun jamur.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piamater yang meliputi
otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain: Neisseria meningitidis, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenza, Streptococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus,
E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa.
Berikut ini pembagian jenis meningitis berdasarkan etiologinya :
I.
yang mengenai piamater dan arakhnoid yang ditandai dengan peningkatan jumlah sel
polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi
dalan cairan serebrospinal. Tiga organisme utama yang dapat menyebabkan meningitis
pyogenik adalah Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus
influenzae.
Epidemiologi
Insidensi dari tipe bakteri penyebab meningitis bervariasi menurut umur penderita,
yaitu sebagai berikut:
Neonatus: basil gram negatif (E. coli, Klebsiella), H. influenzae
Anak-anak: H. influenzae, N. meningitidis, dan S. pneumoniae
Dewasa: S. pneumoniae dan N. Meningitidis
Meningitis bakteria yang paling berbahaya adalah yang disebabkan oleh Neisseria
meningitidis atau meningokokus. Meningokokus merupakan sebab utama morbiditas dan
mortalitas dari infeksi bakteri akut di seluruh dunia.
Setelah ditemukannya antibiotik, angka mortalitas pada pasien yang diobati adalah
sekitar 10%. Pada suatu studi klinik memperlihatkan insidensi dari sekuele neurologis pada
lebih dari 50% kasus orang dewasa dan lebih dari 30% pada anak-anak, 10% daripadanya
dengan tuli sensori neural yang permanen. Angka kematian pada kasus yang tidak diobati
adalah sebesar 75-100%.
Patogenesis
Infeksi dapat mencapai selaput otak melalui:
Hematogen, oleh karena infeksi dari tempat lain seperti faringitis, tonsilitis,
endokarditis, pneumonia, dan infeksi gigi. Pada keadaan ini sering didapatkan
biakan positif pada darah, yang sesuai dengan kuman yang ada di dalam cairan otak
Perkontinuitatum, perluasan dari infeksi yang disebabkan oleh infeksi dari sinus
paranasalis, mastoid, dan abses otak
Implantasi langsung trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal
napas merupakan port dentry utama bagi banyak penyebab meningitis purulenta. Proses
terjadinya meningitis bakterial melalui jalur hematogen diawali dengan perlekatan bakteri
pada sel epitel mukosa nasofaring, mengadakan kolonisasi, kemudian menembus rintangan
mukosa dan memperbanyak diri dalam aliran darah, dan menimbulkan bakteremia.
Selanjutnya bakteri masuk kedalam CSS dan memperbanyak diri di dalamnya. Bakteri ini
menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak.
Mekanisme dari invasi bakteri kedalam ruang subarakhnoid masih belum diketahui.
Salah satu faktor yang berperan mungkin adalah jumlah/konsentrasi bakteri dalam darah.
Virulensi kuman mungkin merupakan faktor yang penting didalam invasi bakteri ke dalam
SSP. Pelepasan lipopolisakarida dari N. meningitidis merupakan salah satu faktor yang
menentukan patogenitas organisme ini. Setelah terjadi invasi ke dalam ruang subarakhnoid,
bakteriemia sekunder dapat terjadi sebagai akibat dari proses supuratif lokal dalam SSP.
Patofisiologi
Mekanisme pertahanan didalam ruang subarakhnoid
Jika bakteri meningen patogen dapat memasuki ruang subarakhnoid, maka berarti
mekanisme pertahanan tubuh tidak adekuat. Pada umumnya didalam CSS yang normal,
kadar dari beberapa komplemen adalah negatif atau minimal. Inflamasi meningen
mengakibatkan sedikit peningkatan konsentrasi komplemen. Konsentrasi komplemen ini
memegang peranan penting dalam opsonisasi dari patogen meningen tidak berkapsul, suatu
proses yang penting untuk terjadinya fagositosis. Aktivitas opsonik dan bakterisidal tidak
didapatkan atau hampir tidak terdeteksi pada pasien dengan meningitis.
Induksi inflamasi ruang subarakhnoid.
Lipopolisakarida menyebabkan inflamasi melalui perannya dalam pelepasan
mediator inflamasi seperti IL-1 dan TNF ke dalam CSS.
Perubahan dari sawar darah otak
Perubahan dari permeabilitas sawar darah otak merupakan akibat dari vasogenic
cerebral edema, peningkatan volume CSS, peningkatan tekanan intrakranial dan kebocoran
protein plasma ke dalam CSS.
Peningkatan tekanan intrakranial
Peningkatan tekanan intrakranial merupakan akibat dari kombinasi keadaan edema
cerebri, peningkatan volume CSS dan peningkatan dari volume darah cerebral
Perubahan dari cerebral blood flow
Abnormalitas dari cerebral blood flow disebabkan oleh peninggian tekanan intra
kranial, hilangnya autoregulasi, vaskulitis dan trombosis dari arteri, vena dan sinus cerebri
Manifestasi Klinis
tanda meningen
N. II
N. III, IV, VI
: ptosis, diplopia
N. V
: fotofobia
N. VII
: paresis fasial
Waterhouse-
Friedrechsen)
Peningkatan tekanan intrakranial: papil edema, delirium sampai dengan tidak sadar
ventrikulitis
abses otak
paresis
hidrosefalus
epilepsi
artritis
SIADH
Tanda klinis awal: demam, nyeri kepala, kekakuan leher, konvulsi umum dan
gangguan kesadaran.
Diagnosa sulit: demam dan sakit kepala, atau hanya gejala nyeri di leher atau
abdomen atau keadaan febris dengan kebingungan dan delirium, sedangkan gejala
kaku kuduk belum muncul.
Pada anak-anak: infeksi subakut yang memburuk beberapa hari setelah infeksi
telinga atau infeksi saluran pernafasan atas, atau sebagai infeksi fulminan akut .
Pada lansia: subfebris dengan kebingungan atau perubahan perilaku yang ringan.
Tanda awal: subfebris dan perubahan perilaku ringan demam tinggi, letargi,
iritabilitas, hipotermi, kejang, menonjolnya fontanel, malas menyusu, muntah, dan
respiratory distress dapat terjadi.
Dapat ditemukan efusi subdural unilateral maupun bilateral. Umur yang muda,
evolusi penyakit yang cepat, jumlah PMN yang rendah, dan peningkatan protein
yang bermakna pada CSS berhubungan dengan pembentukan efusi.
Meningitis Meningococcal
Meningitis Pneumococcal
onset:
tiba-tiba
&
singkat
prognosis
pada
umumnya baik
mortalitas <5%
dewasa
didahului oleh infeksi pada
paru, telinga, sinus, atau katup
jantung
dicurigai pada penderita yang
alkoholik,
splenektomi,
meningitis bakterial yang
rekuren, sickle cell anemia,
dan fraktur tulang tengkorak
basiler
prognosis biasanya buruk bila
diikuti koma, kejang, dan
peningkatan protein CSS
mortalitas 20%
Tanda lokalisatorik yang khas untuk meningitis purulenta pada umumnya adalah kaku
kuduk dan likuor yang memperlihatkan ciri- ciri:
1. Pleositosis polinuklearis (PMN) yang berjumlah lebih dari 1000/mm3
2. Kadar glukosa yang rendah karena digunakan dalam metabolisme bakteri
3. Protein dalam liquor meninggi
4. Preparat dan biakan liquor menperlihatkan adanya bakteri penyebab.
Pemeriksaan Penunjang
Penurunan glukosa
Peningkatan protein
Kultur CSS
Tes LA: antigen bakteri pada CSS, spesifisitas 100%; sensitivitas 80% untuk
Haemophillus dan Pneumococcus, dan 50% untuk Meningococcus
PCR: deteksi asam nukleat bakteri pada CSS, tersedia untuk semua organisme
penyebab yang dicurigai. Spesifisitas dan sensitivitas PCR tidak diketahui,
dan penundaan keluarnya hasil (3-5 hari) mengakibatkan tes kurang
membantu dibanding kombinasi dari pewarnaan gram, kultur, dan tes LA.
Kultur darah
Pengobatan
A. Umum
-
Ventilasi
B. Kausa
Lama pemberian antibiotika minimal tidak diketahui secara pasti, tetapi jika
bakteri penyebab adalah S. pneumoniae, H. infuenzae, N. meningitidis secara
praktis diberikan paling kurang selama 10 hari atau paling kurang 7 hari
setelah bebas demam. Bila dilakukan pembedahan maka antibiotika
dilanjutkan sampai paling kurang 72 jam paska pembedahan. Jika bakteri
penyebab adalah organisme kurang sensitif seperti kuman gram negatif
enterik, L. monocytogenes, Streptococcus grup B, atau setelah trauma maupun
pembedahan, pemberian antibiotika dilanjutkan sampai 2-3 minggu atau lebih
lama.
Pada kasus yang sulit dimana kuman penyebabnya relatif sulit dibasmi, seperti
kuman batang gram negatif enterik, Listeria, S. aureus, maka lumbal punksi
harus dilakukan 72 jam setelah pemberian antibiotika. Dilakukan pemeriksaan
jumlah sel, hitung jenis, kadar protein dan glukosa CSS serta kultur untuk
memastikan apakah CSS sudah steril atau belum.
antibiotik
intratekal.
Ini
bisa
menunjukkan
bahwa
fokus
infeksi
Terapi inisial:
Organisme
Antibiotik
Haemophilus
Kloramfenikol
Pneumococcus
Anak-anak
Dewasa
Terapi alternatif
(mg/kgBB/hr)
100
2-4 g/hr
Ampisilin
dan/atau
200
6-12 g/hr
Cefuroxime
cefotaxime
Benzil penicilin
180
20 juta units
Kloramfenikol
Cefotaxime
Cefotaxime
Listeria sp.
180
200
20 juta units
6-12 g/hr
Cefuroxime
Kloramfenikol
Cetatamine
Ampisilin
Ampisilin
200
8 g/hr
Gentamisin
Kloramfenikol
Gentamisin
5-7
5-7
Cotrimoxasole
mg/kgBB/hr
II.
MENINGITIS SEROSA
Meningitis Tuberkulosa
Merupakan manifestasi klinis paling sering dari infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium
tuberculosis
yang
mengenai
arakhnoid,
piamater,
dan
cairan
Tanda
Adenopati (paling sering servikal)
Anorexia
Tuberkel koroidal
Batuk
Rigiditas nuchal
Papil edema
CNS
Nyeri kepala
Meningismus
Perubahan tingkat kesadaran
Komplikasi
Meningitis tuberkulosa dapat memberikan berbagai macam komplikasi seperti
berikut:
Arteritis
Infiltrasi eksudat pada pembuluh darah kortikal atau meningel menyebabkan proses
inflamasi yang terutama mengenai arteri kecil dan sedang sehingga menimbulkan
vaskulitis.
Secara mikroskopis, tunika adventitia pembuluh darah mengalami perubahan dimana
dapat ditemukan sel-sel radang tuberkulosis dan nekrosis perkejuan, kadang juga dapat
ditemukan bakteri tuberkulosis. Tunika intima juga dapat mengalami transformasi serupa
atau mengalami erosi akibat degenerasi fibrinoid-hialin, diikuti proliferasi sel sub endotel
reaktif yang dapat sedemikian tebal sehingga menimbulkan oklusi lumen. Vaskulitis
dapat menyebabkan timbulnya spasme pada pembuluh darah, terbentuknya thrombus
dengan oklusi vascular dan emboli yang menyertainya, dilatasi aneurisma mikotik
dengan rupture serta perdarahan fokal. Vaskulitis yang terjadi menimbulkan infark serebri
dengan lokasi tersering pada distribusi a. serebri media dan a. striata lateral.
Hidrosefalus
Arakhnoiditis
Adalah suatu proses peradangan kronik dan fibrous dari leptomeningen (arakhnoid
dan pia mater). Biasanya terjadi pada kanalis spinalis. Arakhnoiditis spinal dapat terjadi
karena tuberkulosa, terjadi sebelum maupun sesudah munculnya gejala klinis meningitis
tuberkulosis. Bila tuberkel submeningeal pecah ke dalam rongga subarakhnoid, akan
menyebabkan penimbunan eksudat dan jaringan fibrosa sehingga terjadi perlengketan di
leptomeningen medulla spinalis. Gejala klinis timbul akibat adanya kompresi local pada
medulla spinalis atau terkenanya radiks secara difus.
Arakhnoiditis spinal paling sering mengenai pertengahan vertebra thorakalis, diikuti
oleh vertebra lumbalis dan vertebra servikalis. Biasanya perlekatan dimulai dari dorsal
medulla spinalis. Gejala pertama biasanya berupa nyeri spontan bersifat radikuler, diikuti
oleh gangguan motorik berupa paraplegi atau tetraplegi. Gangguan sensorik dapat
bersifat segmental di bawah level penjepitan. Kemudian dapat terjadi retensi kandung
kemih. Pemeriksaan penunjang untuk arakhnoiditis dapat dengan mielografi. Bisa
didapatkan blok parsial atau total, dapat juga memberikan gambaran tetesan lilin.
Sekuele
Dapat terjadi sekuele hemiparesis spastik, ataksia, dan paresis saraf cranial persisten.
Pada 50 % anak dengan kejang pada saat meningitis dapat meninggalkan sekuele
gangguan kejang. Atrofi N Optikus dapat terjadi dengan gangguan visual yang bervariasi
sampai buta total. Syringomielia dapat terjadi komplikasi pada masa konvalesen sebagai
akibat dari vaskulitis pembuluh darah medulla spinalis karena mielomalasia iskemik.
Berbagai gangguan endokrin dapat terjadi sebagai akibat dari arteritis atau kalsifikasi dan
infark selanjutnya pada proksimal hipotalamus dan kelenjar pituitary.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk meningitis tuberkulosa:
1. Tuberculin skin test
2. Foto roentgen: adenopati hilar, ,infiltrasi nodular lobus atas, pola milier
3. Computed tomography atau Magnetic Resonance Imaging: hidrosefalus & basilar
meningeal enhancement pasca kontras
4. Pemeriksaan cairan serebrospinal: limfositik pleositosis, pewarnaan tahan asam
dan kultur
5. Pemeriksaan mata untuk koroid tuberkel
6. Pewarnaan urin dan sputum dan kultur untuk bakteri tahan asam
Abnormalitas CSS yang klasik ada pada meningitis tuberkulosa adalah:
1. Peningkatan tekanan pembukaan
2. Peningkatan konsentrasi protein antara 100-500 mg/dl
3. Jumlah sel leukosit antara 10-500 sel/mm dengan limfosit predominan
4. Penurunan konsentrasi glukosa (< 50% gula darah)
Abnormalitas CSS yang ditemukan pada meningitis tuberkulosa:
1. Peningkatan jumlah leukosit antara 10-500 sel/mm dengan limfosit predominan
2. Peningkatan konsentrasi protein antara 100-500 mg/dl
3. Penurunan konsentrasi glukosa (< 50% gula darah)
4. Kultur positif pada 75 % kasus membutuhkan 3-6 minggu untuk tumbuh
5. Penurunan konaentrasi klorida
6. Rasio bromida serum/cairan serebrospinal yang rendah
7. Assay asam tuberculostearic positif
Pengobatan
A. Umum
- Bed rest dan Tirah baring
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Ventilasi
- Cegah dehidrasi atau koreksi elektrolit inbalance
B. Kausa
1. Obat Anti Tuberkulosa
Tabel di bawah ini menunjukkan dosis obat anti tuberkulosa secara umum yang dipakai
(di Indonesia) secara harian maupun berkala dan disesuaikan dengan berat badan pasien.
penderita TB paru, sputum BTA negative, roentgen positif dengan kelainan paru
luas
Pengobatan tahap intensif adalah dengan paduan RHZE (E). Bila setelah 2 bulan
BTA menjadi negative, maka diteruskan dengan tahap lanjutan. Bila setelah 2
bulan masih tetap positif maka tahap intensif diperpanjang lagi selama 2-4
minggu dengan 4 macam obat. Ada beberapa ahli yang merekomendasikan
pengobatan 2HRZE/ 7 HR
2. Steroid
Pada pasien dengan penurunan kesadaran dan peningkatan tekanan intracranial,
kortikosteroid dapat menguntungkan, karena patofisiologi koma dan peningkatan tekanan
intracranial sama pada kedua penyakit itu. Pada pasien dengan presentasi meningitis yang
subakut, kortikosteroid mungkin sedikit menguntungkan bila edema serebri dan
peningkatan tekanan intracranial bukan merupakan etiologi dari komplikasi neurologis.
Dexamethasone menurunkan edema otak, menurunkan resistensi outflow CSS,
menurunkan produksi sitokin inflamasi, menurunkan jumlah leukosit, sehingga masa
inflamasi di ruang subarakhnoid berkurang, dan meminimalisasi kerusakan di sawar
darah otak.
Meningitis Viral/Aseptik
Definisi
Berdasarkan definisi, merupakan suatu penyakit dengan gambaran klinis
meningitis, abnormalitas CSS yang ringan, dan bersifat jinak. Kriteria definit untuk
aseptic meningitis diantaranya:
1. onset akut;
2. tanda dan gejala rangsang meningeal;
3. abnormalitas CSS tipikal untuk meningitis dengan sel mononuclear predominan;
4. bakteri tidak tampak pada pewarnaan dan kultur CSS;
5. tidak ada focus infeksi parameningeal;
6. perjalanan penyakit bersifat jinak dan self limited.
Gambaran Klinis
Penderita dengan meningitis virus tampak sakit akut, mengeluh nyeri kepala
frontal atau retro-orbital, fotofobia, nyeri otot, mual,muntah, tapi tetap sadar dan
waspada. Yang paling dikeluhkan adalah nyeri kepala grippe-like. Pada pemeriksaan
fisik, ada tanda-tanda iritasi meningeal, pasien lethargi, tapi tidak comatose. Keberadaan
defisit neurologis fokal tipikal untuk encephalitis viral, terutama herpes simplex virus
encephalitis. Defisit neurologis fokal
ditandai dengan nyeri kepal, kaku kuduk, fotofobia, dan ensefalopati. Pemeriksaan CSS
menunjukkan peningkatan protein (<100 mg/dl), pleositosis mononuclear (<200 sel/mm)
dan konsentrasi glukosa yang normal atau sedikit meningkat. Meningitis aseptic yang
disebabkan Virus HIV dapat sembuh sendiri, tapi mungkin memerlukan 4 minggu untuk
sembuh sempurna.
Virus mumps dan virus koriomeningitis limfositik adalah 2 dari beberapa etiologi
virus dari meningitis aseptic. Masa inkubasi keduanya adalah 21 hari. Komplikasi
neurologis paling sering dari kedua virus ini adalah meningitis. Mumps dan meningitis
akibat vaksin Mumps tampak dengan gejala demam, nyeri kepala dan muntah. Mumps
ensefalitis tampak dengan adanya demam, penurunan kesadaran, kejang dan defisit
neurologis fokal. Abnormalitas CSS yang tipikal pada meningitis mumps berupa :
1. Tekanan pembukaan normal;
2. Leukosit count 300-600 sel/mm, dengan limfosit predominan, walau leukosit
PMN predominan pada stadium awal;
3. Konsentrasi protein yang normal atau sedikit meningkat;
4. Konsentrasi glukosa normal pada mayoritas kasus, tapi konsentrasi glukosa 20-40
mg/dL dapat tampak pada 10-20 % kasus.
Meningitis mumps merupakan self-limmiting illness dengan kesembuhan sempurna.
Enterovirus
Mumps
Arthropod-borne viruses
Non-viral
-
Mycobacterium tuberkulosis
Listeria monocytogenes
Mycoplasma pneumoniae
Lain-lain
-
pleositosis :
-
Sarcoidosis
Migraine
Vasculitis
Meningeal carcinomatosis
Pemeriksaan Rutin
Pemeriksaan rutin pada cairan serebrospinalis
-
Kimia
Kultur virus
Antigen Cryptococcal
Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan neurologis, studi neuroimaging, dan pemeriksaan CSS, semua
pasien sebaiknya melakukan chest X-ray, darah, urine, kultur tenggorokan dan tinja, dan
serologis HIV dan sifilis.
II.3.
3-28 bulan sejak awal infeksi. Gejala klinis sangat minim, sering asimtomatik, hanya
dapat dibuktikan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal. Bila tidak diobati sesudah
beberapa tahun, dapat menimbulkan vaskulitis, serta dapat memberikan gejala seperti
stroke.
Pada sebagian penderita, gejala baru timbul setelah 15-20 tahun kemudian setelah
terjadi invasi ke dalam parenkim otak, ditandai dengan adanya gangguan kepribadian,
tingkah laku yang lambat laun menimbulkan kelumpuhan dinamakan Demensia
Paralitika. Sering terjadi kebutaan karena Neuritis optika. Bila gejala menyerang medulla
spinalis dan batang otak, maka sering terjadi kelainan pupil mata.
Yang menarik dari lues adalah dapat menyerang semua system syaraf dan
presentasi klinik dapat begitu bervariasi.
CDC merekomendasikan intravenous aqueous crystaline penicillin G 2-4 jutaU
setiap 4 jam selama 10-14 hari untuk pengobatan neurosyphilis. Regimen alternatifnya
adalah 2,4 jutaU intramusculer setiap hari dengan Probenecid, 500 mg oral 4x sehari,
keduanya selama 10-14 hari.
II.4.
Meningitis Jamur
Banyak terjadi pada individu dengan AIDS; yang mendapat transplantasi organ;
kemoterapi imunosupresif atau terapi kortikosteroid kronik; dan pada keganasan
limforetikular.
Jamur yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Cryptococcus
neoformans dan Coccidioides immites.
Kondisi yang diasosiasikan dapat meningkatkan resiko untuk meningitis
diantaranya
kehamilan;
hemodialisis;
kemoterapi
imunosupresif
(terutama
A. Umum
- Bed rest dan Tirah baring
- Diet tinggi kalori tinggi protein
- Ventilasi
- Cegah dehidrasi atau koreksi elektrolit inbalance
B. Kausa
Terapi yang direkomendasikan pada pengobatan meningitis jamur
Organisme
Obat antifungal
Cryptococcus neoformans
Pasien Non-AIDS
plus
Flucytosine 150 mg/kg/hari
Untuk 6 minggu
atau
Amfoterisin B 0.4-0.6 mg/kg/hari
Pasien AIDS
Coccidioides immites
Histoplasma capsulatum
Opening pressure
Bacterial
Viral
Fungal
Tuberculosa
N / tinggi
N / tinggi
Tinggi
< 300
20-500
50-500
<20
<50
~20
Tinggi
Tinggi
>80
Sangat Tinggi
(100-500)
< 40
< 40
Gram stain
Kultur (% positif)
25
25-50
50-80
Tekanan
M. purulenta
M. serosa
M. viral
Normal
Warna
keruh
opalesen
Jernih
Tes Nonne
kuning/hijau
kuning
Tes Pandy
++/+++
++/+++
-/+
Jumlah sel
--/+++
++/+++
-/+
Hitung Jenis
1000-10.000
200-500
50-100
Protein
Polimorf
Limfositer
Limfositer
Glukosa
100-500 mg%
100-500 mg%
50-100 mg%
Bakteri
normal
(-) dengan
pewarnaan/kultur
pewarnaan/kultur
pewarnaan/kultur
DAFTAR PUSTAKA
Adams & Victor's Principles Of Neurology 7th edition, 2000
Diktat Neurologi Klinis, Bagian Ilmu penyakit saraf,1993.
Pedoman Nasiona penanggulangan Tuberkulosis, Depkes, 2002
WHO, TB a clinical manual for South East Asia, 1997