Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Radiologi Fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan hamba-Nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan referat dengan judul Peritonitis Tugas ini ditulis
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas referat dan laporan kasus
ini. Namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta temanteman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih banyak kepada dr. Ramlah
massing, Sp.Rad , selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dengan
tekun dan sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan koreksi selama proses
penyusunan tugas ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa Referat ini masih jauh dari yang diharapkan oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan tugas ini.
Semoga Referat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
PENDAHULUAN ...................................................................................................4
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................30
PENDAHULUAN
(Putri amalia alyani suhri, Ramlah massing)
Peritonitis didefinisikan suatu proses inflamasi membran serosa yang membatasi rongga
abdomen dan organ-organ yang terdapat didalamnya. Peritonitis dapat bersifat lokal maupun
generalisata, infeksius ataupun steril (kimia dan mekanik). Peradangan peritoneum dapat
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, bahan kimia iritan, dan benda asing. 1
Pada keadaan normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri secara inokulasi kecilkecilan. Kontaminasi yang terus menerus, bakteri yang virulen, penurunan resistensi, dan adanya
benda asing atau enzim pencerna aktif, merupakan faktor-faktor yang memudahkan terjadinya
peritonitis. 2
Peradangan peritoneum (peritonitis) merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi
akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis, salpingitis, infeksi
tuba fallopi, rupture kista ovarium, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna,
komplikasi post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. 1,3
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena setiap
keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya tergantung dari kemampuan melakukan
analisis pada data anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 3
peritoneum tetap licin. Pada orang laki-laki peritoneum berupa kantong tertutup; pada orang
perempuan saluran telur (tuba Fallopi) membuka masuk ke dalam rongga peritoneum. 4
Gambar 1 : anatomi peritoneum (5)
mesocolon transversum;
5. Colon sigmoideum terletak intraperitoneal dengan alat penggatung mesosigmoideum;
caecum terletak intraperitoneal;
6. Processus vermiformis terletak
intraperitoneal
dengan
alat
penggantung
mesenterium.7
Dengan demikian, Sebuah organ dikatakan intraperitoneal kalau hampir seluruh organ
tersebut diliputi oleh peritoneum visceral. Gaster, jejunum, ileum, dan lien merupakan contoh
organ-organ intraperitoneal. Organ-organ retroperitoneal terletak dibelakang peritoneum dan
hanya sebagian diliputi oleh peritoneum visceral. Pankreas, ginjal, rectum, colon asendens, dan
colon desendent merupakan contoh organ retroperitoneal.5,7
gambar 3 : Anatomi peritoneum (8)
Peritoneum parietal disarafi oleh saraf aferen somatik dan visceral yang cukup sensitif
terutama pada peritoneum parietal bagian anterior, sedangkan pada bagian pelvis agak kurang
sensitif. Peritoneum visceral disarafi oleh cabang aferen sistem otonom yang kurang sensitif.
Saraf ini terutama memberikan respon terhadap tarikan dan distensi, tetapi kurang respon
terhadap tekanan dan tidak dapat menyalurkan rasa nyeri dan temperature.4
Fungsi utama peritoneum adalah menjaga keutuhan atau integritas organ intraperitoneum.
Menutupi sebagian besar dari organ-organ abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan yang
halus yang memungkinkan organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan.4
B. Definisi
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh selaput
peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen. 1,9 Peritonitis dapat bersifat lokal
maupun generalisata, infeksius ataupun steril (kimia dan mekanik). Rangsangan patologis pada
peritoneum yang disebabkan mikroba mengakibatkan peritonitis infeksi. Rangsangan payologis
yang di sebabkan jejas kimia atau mekanik mengakibatkan peritonitis steril.1
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, peritonitis dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu infeksi
atau steril. Rangsangan patologis pada peritoneum yang disebabkan mikroba mengakibatkan
peritonitis infeksi. Rangsangan patologis yang di sebabkan jejas kimia atau mekanik
mengakibatkan peritonitis steril. Peritonitis infeksi lebih umum didapatkan dalam praktek seharihari bila dibandingkan dengan peritonitis steril. 1,3
D.
E. Klasifikasi
Berdasarkan sumber dan terjadinya kontaminasi mikrobial, peritonitis diklasifikasikan
menjadi: primer, sekunder, dan tersier, peritonitis kimia, dan abses peritonitis. 1,2,9
1. Peritonitis primer sering disebabkan oleh persebaran kuman secara hematogen, biasanya
diakibatkan kondisi immunocompromized (AIDS, Kanker, Kelainan Imunologis yang
lain). Ditemukan pada penderita serosis hepatis yang disertai asites, sindrom nefrotik,
metastasis keganasan, dan pasien dengan peritoneal dialisis. Kejadian peritonitis primer
kurang dari 5% kasus bedah.
7
2. Peritonitis sekunder sering disebabkan oleh proses patologis yang berkaitan dengan organ
dalam (visceral). Peritonitis sekunder merupakan jenis peritonitis yang paling umum,
lebih dari 90% kasus bedah. Contoh peritonitis sekunder adalah peritonitis yang
disebabkan oleh perforasi organ dalam dan trauma. Perforasi lambung karena
penggunaan ibuprofen dan NSAID yang lain termasuk dalam perforasi sekunder.
3. Peritonitis tersier adalah peritonitis yang tidak secara langsung berkaitan dengan proses
patologis organ dalam. Kejadian peritonitis tersier kurang dari 1% kasus bedah. Contoh
peritonitis tersier adalah pasien peritonitis primer atau sekunder post-operative yang
sudah dirawat beberapa hari dan tidak menunjukkan tanda-tanda resolusi klinis (proses
pengurangan gejala dan penyembuhan). Biasanya pada peritonitis tersier, terapi antibiotik
dan operasi sudah tidak memberikan respon. Angka resistensi antibiotik sangat tinggi
pada peritonitis tersier.
4. Peritonitis kimia disebabkan oleh bahan iritan seperti empedu, darah, barium atau
substansi lain atau inflamasi transmural organ visceral tanpa inokulasi bakteri dari rongga
peritoneum.
5. Peritoneal abscess menjelaskan pembentukan koleksi cairan yang terinfeksi dikemas oleh
eksudat fibrin , omentum , dan / atau organ visceral yang berdekatan . Mayoritas abses
terjadi setelah SP . pembentukan abses mungkin komplikasi operasi .
F. Patogenesis
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa.
Kantong-kantong nanah (abses) terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel
menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya
menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita-pita fibrosa, yang kelak
dapat mengakibatkan obstuksi usus. 3
Peradangan menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan membran mengalami
kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi secara cepat dan agresif, maka dapat menimbulkan
kematian sel. Pelepasan berbagai mediator, seperti misalnya interleukin, dapat memulai respon
hiperinflamatorius, sehingga membawa ke perkembangan selanjutnya dari kegagalan banyak
8
organ. Karena tubuh mencoba untuk mengkompensasi dengan cara retensi cairan dan elektrolit
oleh ginjal, produk buangan juga ikut menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah
jantung, tapi ini segera gagal begitu terjadi hipovolemia. 9
Organ-organ didalam cavum peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami oedem.
Oedem disebabkan oleh permeabilitas pembuluh darah kapiler organ-organ tersebut meninggi.
Pengumpulan cairan didalam rongga peritoneum dan lumen-lumen usus serta oedem seluruh
organ intra peritoneal dan oedem dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal
menyebabkan hipovolemia. Hipovolemia bertambah dengan adanya kenaikan suhu, masukan
yang tidak ada, serta muntah. 9
Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan lumen usus, lebih lanjut meningkatkan
tekanan intra abdomen, membuat usaha pernapasan penuh menjadi sulit dan menimbulkan
penurunan perfusi. 9
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi
menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktivitas
peristaltik berkurang sampai timbul ileus paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang.
Cairan dan elektrolit hilang kedalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan
sirkulasi dan oliguria.Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung-lengkung usus yang meregang
dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus. 3
G. Diagnosis
1) Pemeriksaan klinis
a. Anamnesis
Dari anamnesis, dapat di temukan beberapa gejala sebagai berikut :
Nyeri abdomen
Nyeri abdomen merupakan gejala yang hamper selalu ada pada
peritonitis. Nyeri biasanya datang dengan onset yang tiba-tiba, hebat dan
pada penderita dengan perforasi nyerinya didapatkan pada seluruh bagian
abdomen. 1,9
Seiring dengan berjalannya penyakit, nyeri dirasakan terusmenerus, tidak ada henti-hentinya, rasa seperti terbakar dan timbul
dengan berbagai gerakan. Nyeri biasanya lebih terasa pada daerah dimana
terjadi peradangan peritoneum. Menurunnya intensitas dan penyebaran
dari nyeri menandakan adanya lokalisasi dari proses peradangan, ketika
intensitasnya bertambah meningkat diserta dengan perluasan daerah nyeri
menandakan penyebaran dari peritonitis.9
b. Pemeriksaan fisis
Tanda Vital
Tanda vital sangat berguna untuk menilai derajat keparahan atau
komplikasi yang timbul pada peritonitis. Pada keadaan asidosis metabolic
dapat dilihat dari frekuensi pernafasan yang lebih cepat daripada normal
sebagai mekanisme kompensasi untuk mengembalikan ke keadaan
normal. Takikardi, berkurangnya volume nadi perifer dan tekanan nadi
yang menyempit dapat menandakan adanya syok hipovolemik. Hal-hal
seperti ini harus segera diketahui dan pemeriksaan yang lebih lengkap
harus dilakukan dengan bagian tertentu mendapat perhatian khusus untuk
mencegah keadaan yang lebih buruk.7,9
Inspeksi
Tanda paling nyata pada penderita dengan peritonitis adalah
adanya distensi dari abdomen. Akan tetapi, tidak adanya tanda distensi
abdomen tidak menyingkirkan diagnosis peritonitis, terutama jika
penderita diperiksa pada awal dari perjalanan penyakit, karena dalam 2-3
hari baru terdapat tanda-tanda distensi abdomen. Hal ini terjadi akibat
10
Auskultasi
Auskultasi harus dilakukan dengan teliti dan penuh perhatian.
Suara usus dapat bervariasi dari yang bernada tinggi pada seperti
obstruksi intestinal sampai hamper tidak terdengar suara bising usus pada
peritonitis berat dengan ileus. Adanya suara borborygmi dan peristaltic
yang terdengar tanpa stetoskop lebih baik daripada suara perut yang
tenang. Ketika suara bernada tinggi tiba-tiba hilang pada abdomen akut,
penyebabnya kemungkinan adalah perforasi dari usus yang mengalami
strangulasi.9
Perkusi
Penilaian dari perkusi dapat berbeda tergantung dari pengalaman
pemeriksa. Hilangnya pekak hepar merupakan tanda dari adanya
perforasi intestinal, hal ini menandakan adanya udara bebas dalam cavum
peritoneum yang berasal dari intestinal yang mengalami perforasi.
Biasanya ini merupakan tanda awal dari peritonitis. 9
Jika terjadi pneumoperitoneum karena rupture dari organ
berongga, udara akan menumpuk di bagian kanan abdomen di bawah
diafragma, sehingga akan ditemukan pekak hepar yang menghilang.9
Palpasi
Palpasi adalah bagian yang terpenting dari pemeriksaan abdomen
pada kondisi ini. Kaidah dasar dari pemeriksaan ini adalah dengan
palpasi daerah yang kurang terdapat nyeri tekan sebelum berpindah pada
daerah yang dicurigai terdapat nyeri tekan. Ini terutama dilakukan pada
anak dengan palpasi yang kuat langsung pada daerah yang nyeri
membuat semua pemeriksaan tidak berguna. Kelompok orang dengan
kelemahan dinding abdomen seperti pada wanita yang sudah sering
melahirkan banyak anak dan orang yang sudah tua, sulit untuk menilai
adanya kekakuan atau spasme dari otot dinding abdomen. Penemuan
11
yang paling penting adalah adanya nyeri tekan yang menetap lebih dari
satu titik. Pada stadium lanjut nyeri tekan akan menjadi lebih luas dan
biasanya didapatkan spasme otot abdomen secara involunter. Orang yang
cemas atau yang mudah dirangsang mungkin cukup gelisah, tapi di
kebanyakan kasus hal tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan
perhatiannya. Nyeri tekan lepas timbul akibat iritasi dari peritoneum oleh
suatu proses inflamasi. Proses ini dapat terlokalisir pada apendisitis
dengan perforasi local, atau dapat menjadi menyebar seperti pada
pancreatitis berat. Nyeri tekan lepas dapat hanya terlokalisir pada daerah
tersebut atau menjalar ke titik peradangan yang maksimal.9
Pada peradangan di peritoneum parietalis, otot dinding perut
melakukan spasme secara involunter sebagai mekanisme pertahanan.
Pada peritonitis, reflek spasme otot menjadi sangat berat seperti papan.7,9
2) Pemeriksaan radiologi
Pada peritonitis dilakukan foto polos abdomen 3 posisi.
1) Tiduran telentang (supine), sinar dari arah vertikal dengan proyeksi
anteroposterior (AP).
2) Duduk atau setengah duduk atau berdiri kalau memungkinkan, dengan sinar
horizontal proyeksi AP.
3) Tiduran miring ke kiri (left lateral decubitus = LLD), dengan sinar horizontal,
proyeksi AP.
Ditambah dengan foto thoraks duduk atau setengah duduk.10
Interpretasi dari gambaran radiologi yaitu berdasarkan cairan dan kadar gas pada
usus dan pola mukosanya. Tanda utamanya yaitu :
1) Retensi dari gas dan fluid level di usus kecil dan usus besar.
2) Tanda-tanda inhibisi, penurunan pergerakan usus.
3) Perubahan pola mukosa, edema usus.
4) Perkaburan dari flank stripe, retroperitoneal fat
12
Gambar 4 : Posisi erect. Udara bebas di subdiafragma pada foto radiologi (12)
13
Gambar 6 : Riglers sign, foto radiologi abdomen yang terlihat ketika terdapat
udara pada dua sisi dari usus.(13)
Gambar 7 : foot ball sign. Berbentuk oval, biasanya pada bayi(13)
14
Gambar 8 : Falciform ligament sign. Radiografi abdominal posisi supine pada pasien
menunjukkan adanya udara di ruang subphrenic bilateral dan kepadatan linear pada bagian
ventral.(13)
15
Gambar 9 : triangle sign. Udara bebas yang terperangkap di antara 3 loop usus.(13)
16
17
Gambar 14 : Wet peritonitis MRI. (A) menunjukkan assites berat dengan multiple septa. (B)
menunjukkan penebalan peritoneal yang difus, halus dan teratur. (16)
18
Gambar 15 : (A) kelenjar getah bening yang membesar dengan nekrosis sentral.
(B) kalsifikasi limfonodus berat dapat ditemukan. (16)
19
H. Diagnosa banding
1. Appendicitis
Pada appendicitis akut biasanya tidak diperlukan pemeriksaan radiologic lagi
mengingat gejala yang spesifik. Gejala appendicitis kronik merupakan sakit perut
kronik berulang di sekitar pusat, disertai panas ringan dan kadang-kadang muntah.10
Gambaran radiologic foto polos abdomen dapat berupa bayangan apendikolit.
Dengan enema barium non filling appendix, appendix tampak tidak bergerak,
pengisian appendik tidak rata atau tertekuk dan adanya retensi barium setelah 24-48
jam. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya edema appendiks. 10
Gambar 17 : Apendikolit dengan appendicitis (18)
21
22
Gambar 22 : kolesistitis akut. Penebalan dinding GB, berbagai macam kalkuli kecil,
dalam GB (20)
3. Pankreatitis
Pankreatitis akut merupakan suatu keadaan inflamasi pancreas memiliki banyak
etiologi, namun mayoritas disebabkan oleh batu empedu dan penyalahgunaan
alkohol. 22
Pada sinar-X dada polos sering menunjukkan efusi pleura (kandungan amylase
yang tinggi); hal ini lebih umum terjadi pada sisi kiri. Suatu film abdomen dapat
menunjukkan batu empedu, tidak adanya gas pada abdomen (abdomen tanpa gas),
atau ileus. Suatu sentinel loop of bowel dapat terlihat pada region peripankreas.
Distensi usus mengaburkan detail pada pemeriksaan ultrasonografi walaupun hal-hal
berikut dapat terlihat : pancreas yang membesar dengan dilatasi ductus pancreas; batu
empedu; pembentukan pseudokista; abses; dilatasi duktus bilier komunis. USG tidak
cukup. CT dapat melukiskan pancreas yang oedem dan membesar dengan akurat dan
berbagai komplikasinya seperti nekrosis, perdarahan dan pengumpulan cairan.22
Gambar 23 : Sentinel loop sign (23)
24
25
I. Penatalaksanaan
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran cerna
dengan penghisapan nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb)
atau penyebab radang lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakantindakan menghilangkan nyeri. 1,3,9
Resusitasi dengan larutan saline isotonik sangat penting.Pengembalian volume
intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi, dan mekanisme
pertahanan.Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus dipantau untuk
menilai keadekuatan resusitasi. 9
Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri dibuat.
Antibiotik berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian diubah jenisnya setelah
hasil kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada organisme mana yang dicurigai
menjadi penyebab.Antibiotika berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah.
Harus tersedia dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia akan berkembang
selama operasi. 9
Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan operasi
laparotomi. Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan jalan
masuk ke seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup.Jika peritonitis terlokalisasi,
26
insisi ditujukan diatas tempat inflamasi.Tehnik operasi yang digunakan untuk mengendalikan
kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari saluran gastrointestinal.Pada
umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus menerus dapat dicegah dengan menutup,
mengeksklusi, atau mereseksi viskus yang perforasi. 9
Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan menggunakan
larutan kristaloid (saline). Agar tidak terjadi penyebaran infeksi ketempat yang tidak
terkontaminasi maka dapat diberikan antibiotika ( misal sefalosporin ) atau antiseptik (misal
povidon iodine) pada cairan irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya tidak
dilakukan lavase peritoneum, karena tindakan ini akan dapat menyebabkan bakteria
menyebar ketempat lain.2
Drainase (pengaliran) pada peritonitis umum tidak dianjurkan, karena pipa drain itu
dengan segera akan terisolasi/terpisah dari cavum peritoneum, dan dapat menjadi tempat
masuk bagi kontaminan eksogen. Drainase berguna pada keadaan dimana terjadi kontaminasi
yang terus-menerus (misal fistula) dan diindikasikan untuk peritonitis terlokalisasi yang tidak
dapat direseksi. 2
J. Prognosis
Prognosis penyakit ini baik pada peritonitis local dan ringan sedangkan prognosisnya
buruk (mematikan) pada peritonitis generalisata yang disebabkan oleh organism virulen. 3
K. Kajian islam
Kesehatan adalah investasi terbesar. Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Hidup
Sehat adalah keinginan, harapan setiap individu, kesehatan yang prima bukanlah hadiah bukan
pula warisan akan tetapi hidup sehat membutuhkan usaha dan perjuangan. Karena manusia
ingin hidup sehat banyak teori yang diciptakan, untuk kembali ke alam atau back to nature.
Ada yang membuat teori puasa sampai 24 jam, ada juga ahli kesehatan yang mengajarkan
gerakan-gerakan tubuh agar tetap fit.26
Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia'' demikian sabda Nabi
Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai
dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah memantapkan dirinya
27
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Daley. J. B. 2015. Peritonitis And Abdominal Sepsis. University
Of Tennessee Health Science Center College Of Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/180234-overview#showall
2. Schrock.
T.
R.
2000. Peritonitis
Dan
Massa
L.
M.,
Lester.
Konsep
.B.
Klinis
1995. Usus
Proses-Proses
2006.
Anatomi
Dan
Fisiologi
Untuk
29
5. The
peritoneum.
http://teachmeanatomy.info/abdomen/areas/peritoneum/
6. Levy, Angela D.
Mike.
2012.
Rad
potioning
test
3.
https://www.studyblue.com/notes/note/n/rad-positoning-test3/deck/3947471
9. Schwartz. S. J., Shires. S. T. S., Spencer. F.C. 2000.
Peritonitis Dan Abces Intraabdomen Dalam Intisari PrinsipPrinsip Ilmu Bedah, Ed.6. Jakarta : Egc.
10. Rasad S, Kartoleksono S, Ekayuda I. 1999. Abdomen Akut,
Dalam Radiologi Diagnostik, P 256-257, Jakarta : Gaya Baru.
11. Dahl, Friman. J. 1960. Roentgen Examination Acute Abdominal
Diseases. Usa : Charles C Thomas.
12. Introduction to abdominal radiography pneumoperitoneum.
http://www.swansea-radiology.co.uk/tm_abdominal_radiograph_pneumoperitoneum.html
13. Jones J, Weekrakody Y. Pneumoperitoneum.
http://radiopaedia.org/articles/pneumoperitoneum
14. Levy, Angela. 2009. Peritoneum And Mesentery, Part II,
Pathology. Department Of Radiologic Pathology, Armed Forces
Institute Of Pathology, Washington Dc Associate.
http://www.radiologyassistant.nl/en/p4a6c7bba1ef26/peritoneum-and-mesentery-part-iipathology.html
15. Danhert, Wolfgang.1993. Radiology Review Manual. Usa :
Williams & Wiskins.
30
Meconium
Peritonitis.
http://radiopaedia.org/articles/meconium-peritonitis
18. Appendicolith with Appendicitis.
http://learningradiology.com/archives2013/COW%20557Appendicolith/appylithcorrect.html
19. Acute
Appendicitis.
http://radiopaedia.org/cases/acute-
appendicitis-8
20. Cholecystitis.
http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/radio/curriculum/sur
gery/cholecystitis_list2.htm
21. Cholecystitis. http://radiopaedia.org/articles/cholecystitis
22. Patel, Pradip R. 2007. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua.
Jakarta : Erlangga.
23. Abdominal
ray
findings
in
Acute
Pancreatitis.
http://acuteabd.weebly.com/acute-pancreatitis-xray.html
24. Shreshta
K.
2015.
Acute
pancreatitis.
http://epomedicine.com/clinical-cases/acute-pancreatitis-casediscussion/
25. Romero-Urquhar Glenda L. 2015. Acute pancreatitis imaging.
http://emedicine.medscape.com/article/371613-overview
26. Kenre, Ishak. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam
Prespektif Islam.
27. Suwardi, Muhammad. 2009. Al-Quran The Amazing Secret.
Jakarta : Ufuk Press
28. Djamal, Rasmal. 2013. Hadis Tentang Kesehatan Dalam Islam.
http://www.teknoislam.com/2013/10/hadist-tentang-kesehatandalam-islam.html
31
BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
REFERAT
JUNI 2016
PERITONITIS
Pembimbing :
dr. Ramlah Massing, Sp.Rad
Oleh :
Putri Amalia Alyani Suhri, S.Ked
10542 0319 11
STASE RADIOLOGI
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI
32
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016
33