Case Report GGPC
Case Report GGPC
Oleh:
Bela Riski Dinanti, S. Ked
Rizky Bayu Ajie, S.Ked
Diah Septia Liantari, S.Ked
Yolanda Fratiwi, S.Ked
Yuda Ayu Kusuma Wardani, S.Ked
Alvionita Nur F, S.Ked
Tri Agustina Dewi, S.Ked
1118011019
1118011104
1118011033
1118011140
1118011141
1118011003
0818011043
Pembimbing :
dr. Kemas Abdul Hamid
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui
Oleh:
Bela Riski Dinanti, S. Ked
Rizky Bayu Ajie, S.Ked
Diah Septia Liantari, S.Ked
Yolanda Fratiwi, S.Ked
Yuda Ayu Kusuma Wardani, S.Ked
Alvionita Nur F, S.Ked
Tri Agustina Dewi, S.Ked
1118011019
1118011104
1118011033
1118011140
1118011141
1118011003
0818011043
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta pertolongan-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan studi kasus dengan judul Vulnus Scissum Dorsum Manus Digiti I Sinistra pada
Pekerja Areal PPIC PT. Great Giant Food dalam rangka menyelesaikan tugas
kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Kemas Abdul
Hamid sebagai pembimbing yang telah memberikan bantuan, saran serta kerjasama
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna sehingga setiap
kritik dan saran untuk pengembangan makalah ini sangat diharapkan demi kesempurnaan
laporan kasus ini dan sebagai bekal penulis dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis
juga berharap kiranya laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi PT Great
Giant Food, mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ii
iii
iv
I.
1
1
3
4
4
PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................
D. Metodologi ....................................................................................
5
5
5
6
9
11
12
12
12
12
13
14
14
17
25
28
DAFTAR PUSTAKA
33
33
33
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
pekerja di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari
pekerja itu sendiri dan lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak
pengusaha. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13
Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terpaku padafaktor fisik, tetapi juga mental, emosional
dan psikologi (Hadiguna,2009).
Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas
Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil
Pertemuan
Asia-Europe
Meeting
(ASEM)
Workshop
on
National
Sedangkan faktor pekerja dan lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri
yang kurang memadai turut menentukan besarnya proporsi kecelakaan kerja
(Djumena, 2011).
Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan
kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%,
kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di
atas terjadi secara bersamaan.Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah
perilaku dan peralatan yang tidak aman (Prastyo, 2012). Produktivitas pekerja
yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan karena hal tersebut
berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses produksi di
perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan selanjutnya
akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses
produksinya. Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja,
yang juga menjadi sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review Rencana
Strategis Kemenaker trans RI (2012) adalah meningkatnya penerapan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja.
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja
berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Berdasarkan ketentuan diatas maka penulis melakukan suatu
kajian mengenai kecelakaan kerja agar bisa dilakukan evaluasi dan
pencegahan untuk meminimalkan kejadian kecelakaan kerja (Kemenaker
Trans RI, 2012).
B. Masalah
Pasien bekerja selama 7 jam di area PPIC subbagian pembibitan nanas.
Selama proses kerja pasien menggunakan APD, seperti baju kaos tangan
panjang, celana panjang, sepatu boot, sarung tangan, topi, serta alat yang
digunakan berupa golok yang tajam untuk mencari bibit. Golok yang tajam
7
BAB II
ILUSTRASI KASUS
8
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. P
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 31 tahun
Status
: Menikah
Pekerjaan
Pendidikan
: SD
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat
Datang ke BP
: 27 Juli 2016
B. Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama :
Anamnesis diambil dari autoanamnesis pada tanggal 27 Juli 2016
Keluhan Utama
Tempat kerja
Lama
kerja
7 jam/hari
APD :
Baju kaos tangan panjang,
celana panjang, sepatu boot,
sarung tangan, topi, masker
Alat yang digunakan :
Golok, sabit
2. Uraian Tugas
Selama melakukan kegiatan pekerjaan, pasien bekerja selama 7 jam di
plantation bagian PPIC. Selama proses kerja pasien menggunakan APD,
seperti baju kaos tangan panjang, celana panjang, sepatu boot, sarung
tangan, topi, masker, serta alat yang digunakan berupa golok yang tajam
untuk memotong bonggol nanas. Golok yang tajam tersebut dapat
10
Fisik
Tempat Kerja
Plantation
Lama Kerja
7 jam/hari
Plantation
Plantation
Plantation
7 jam/hari
7 jam/hari
7 jam/hari
Duri nanas,
Bonggol nanas yang keras,
Lahan kerja dibawah sinar
matahari,
Lahan yang luas tanpa pohon
Kimia
Biologis
Psikologis
yang tinggi,
Ular
Adanya hubungan antara
atasan dan bawahan,
Kumpulan pekerja pada satu
Ergonomi
wilayah
-
11
MATERIAL
METHODE
Kurangnya kesadaran
untuk memakai APD saat
bekerja
Kurangnya pengetahuan
tentang kecelakaan kerja yang
dapat timbul
Dehidrasi
Tidak tersedia air minum
untuk pekerja di areal
Kurangnya sosialisasi
MAN
MACHINE
12
: Baik
: Compos mentis
: 84 kali per menit
: 20 kali per menit
: 36,8 derajat celcius
: 60 kg
: 165 cm
Leher
13
Inspeksi
Palpasi
Thoraks (Paru)
Inspeksi
: gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri
Palpasi
: taktil fremitus dan ekspansi simetris, massa (-)
Perkusi
: sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi
: vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
(Jantung)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Status Lokalis
Lokasi
: Regio manus sinistra
Look
Feel
Move
: Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM baik
E. Diagnosis Okupasi
1. Diagnosa klinis/kerja:
Vulnus scissum dorsum manus digiti I sinistra
2. Identifikasi pajanan yang dialami:
Pajanan fisik : benda tajam yaitu golok
3. Hubungan pajanan dengan penyakit:
Benda tajam menyebabkan luka
4. Signifikansi tingkat pajanan terhadap timbulnya penyakit:
14
Look
Feel
Move
: nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM baik
H. Kategori Kesehatan
15
Farmakologi:
J. Prognosis
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad bonam
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
17
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
18
19
kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan utama yang akan
dijadikan barang
3. Cara Melakukan Pekerjaan, setiap bagian produksi memiliki cara
melakukan pekerjaan yang berbeda yang dimiliki oleh karyawan. Cara
yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas
pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan
pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan
tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin
Menurut Budiono., dkk, (2008:99) faktor yang mempengaruhi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
1. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan
pekerja
yang
sesuai
dengan
kemampuannya
perlu
diperhatikan
2. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya
3. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik
maupun psikososial.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan
kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja
untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam
melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya
yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya. Kesehatan dan
keselamatan kerja bertujuan meraih tingkat keselamatan dan kesehatan kerja
yang tinggi, atau hanya untuk mencegah atau mengendalikan kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja dan hal yang lebih
penting adalah kesehatan dan keselamatan kerja yaitu memiliki visi dan misi
jauh kedepan yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif
serta sejahtera dan juga menciptakan perlindungan baik kepada karyawan,
masyarakat, dan perusahaan.
20
B. Kecelakaan Kerja
1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, apalagi dalam bentuk perencanaan. Kejadian peristiwa
sabotase atau tindakan kriminal diluar lingkup kecelakaan kerja.
Kecelakaan tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderiataan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
diinginkan, datang secara langsung dan tidak terduga, yang dapat
menyebabkan kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan
dengan hubungan kerja di perusahaan (Notoatmodjo, 2007).
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebab yang
di timbulkan. Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup
kemauan untuk mencegahnya. Oleh karena itu pula sebab kecelakaan
harus diteliti dan ditemukan sumber bahaya yang bisa beresiko
menimbulkan kecelakaan dan kerugian, agar untuk selanjutnya dengan
usaha koreksi yang ditujukan kepada penyebab, maka kecelakaan dapat
dicegah dan tidak terulang kembali (Sumamur, 2014).
2. Sebab Kecelakaan Kerja
Sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua golongan penyebab.
Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi
segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu
sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Faktor mekanis dan
lingkungan dapat pula dikelompokkan nenurut keperluan dengan suatu
maksud tertentu. kecelakaan diperusahaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh
dilantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang
21
23
amputasi, jenis luka lainnya, luka dipermukaan, gegar dan remuk, luka
bakar, berbagai macam keracunan mendadak (akut), mati lemas,
pengaruh arus listrik, pengaruh radiasi, berbagai macam jenis luka yang
banyak dan berlainan sifatnya dan lain sebagainya.
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh seperti kepala, leher,
badan, anggota atas, anggota bawah (Anizar, 2009).
Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan,
bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu,
melainkan oleh berbagai faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan
peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan
bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan
terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi
penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut penyebab dapat dipakai
untuk mengolongkan penyebab menurut kelainan atau luka akibat
kecelakaan atau menurut jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya.
Keduanya membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan, tetapi klasifikasi
yang disebut terakhir terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat
dan letak luka atau kelainan ditubuh berguna bagi penelahan tentang
kecelakaan lebih lanjut dan terperinci (Koesyanto, 2007).
4. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut
Olishifki
menyatakan
bahwa
aktivitas
pencegahan
yang
2.
3.
4.
5.
2.
pemeriksaan kesehatan
Standardisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi atau tak
resmi misalkan kontruksi mengenai syarat keselamatan sesuai instruksi
3.
4.
5.
perlindungan diri
Riset medis yang meliputi terutama penelitian tentang efek fisiologi dan
patologis dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan yang tidak
6.
terduga
Penelitian Psikologi yaitu peyelidikan tentang bentuk kejiwaan yang
7.
8.
9.
25
2.
3.
(SMK3)
Mengembangkan organisasi K3 yang efektif dan
Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3 khususnya
dalam manajemen tingkat atas. Selain itu untuk mencegah kecelakaan
kerja dapat dilakukan dengan berbagai upaya pembinaan unsur manusia
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran
K3 meningkat.
sehingga
menghambat
kelancaran
program
mencari
2.
3.
Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu
kerugian material dan dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan
kerja yaitu berupa kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian
ekonomi meliputi kerusakan alat atau mesin, bahan dan bangunan, biaya
pengobatan dan perawatan, tunjangan kecelakaan, jumlah produksi dan
mutu berkurang, kompensasi kecelakaan dan penggantian tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan. Kerugian non ekonomi meliputi penderitaan korban
dan keluarga, hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun pihak
keluarga, keterlambatan aktivitas akibat tenaga kerja lain berkerumun,
berkumpul sehingga aktivitas terhenti sementara dan hilangnya waktu kerja
(Anizar, 2009).
27
2.
C. VULNUS (LUKA)
Carville (1998) mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh. Sedangkan Udjianti (2007) mendefinisikan luka sebagai
keadaan hilang/ terputusnya kontinuitas jaringan. Luka merupakan suatu
28
Stadium I
Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.
Stadium II
Luka Partial Thickness yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan
adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
Stadium III
Luka Full Thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai
bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
29
Stadium IV
Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas (David, 2007).
Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka
berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada
aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam (seng,
kaca), dimana bentuk luka teratur.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Tn. P, laki-laki 31 tahun, datang ke balai pengobatan agro PT. Great Giant
Food dengan keluhan luka terkena golok pada ibu jari tangan kiri. Keluhan
dialami pada saat pasien sedang bekerja di areal planting pada saat pasien sedang
memotong bonggol nanas yang muda dan keras dengan menggunakan golok.
Kemudian golok terlepas dari bonggol nanas dan mengenai tangan kiri pasien dan
mengeluarkan banyak darah. Kejadian terjadi pada pukul 11.30 WIB, dimana pada
saat itu matahari bersinar dengan cukup terik. Pasien menyatakan bahwa saat
bekerja pasien mengalami kelelahan sehingga kurang fokus pada pekerjaannya.
Sebelum dibawa ke balai pengobatan agro pasien sempat membalut bagian tangan
yang terluka dengan menggunakan daun-daunan dan kain tetapi darah pada luka
tetap tidak berhenti mengalir. Kemudian pasien dibawa ke balai pengobatan. Pada
pemeriksaan fisik status lokalis pada dorsum manus digiti I sinistra terdapat
vulnus scissum, nyeri tekan (+), nyeri gerak (+), dan ROM baik.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa klinis Vulnus
scissum dorsum manus digiti I sinistra. Dari anamnesis diketahui saat kejadian ibu
jari kiri pasien terkena golok saat sedang memotong bonggol nanas. Pasien
merasakan nyeri dan darah mengalir dari jari tersebut dan kemudian menyadari
bahwa jarinya terluka. Jenis luka pasien adalah luka sayat dengan kedua sudut
tajam, tepi luka rata, kedalaman luka kurang lebih 0,5 cm, luka kotor. Dari
karakteristik tersebut termasuk dalam luka jenis vulnus scissum oleh karena benda
tajam.
Untuk menentukan bagaimana kronologis terjadinya kecelakaan kerja dan faktor
faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada kasus
31
ini, maka dilakukan dengan analisis menggunakan teori Domino. Konsep dasar
pada teori ini adalah:
1.
2.
3.
4.
Dalam teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan:
1. Lack of control : kurangnya program yang memadai, standar program yang
tidak memadai, adanya kondisi yang tidak memenuhi standar
2. Basic Causes : kemarahan, kecerobohan, kelelahan, salah pengertian, tidak
sengaja
3. Unsafe Acts or Conditions : perencanaan buruk, peralatan tidak aman,
lingkungan berbahaya
4. The Accidents : kecelakaan terjadi ketika kejadian kejadian diatas
bersekongkol menyebabkan sesuatu berjalan salah
5. The Injury : luka luka (cedera) terjadi ketika mengalami kerusakan
Apabila dikaitkan dengan kasus, maka domino pada kasus ini adalah:
32
Lemahnya
Kontrol
Sebab Dasar
Standar uang
kurang, dimana
Kurangnya
kontrol dari pihak
management
sehingga APD
yang tersedia
tidak memadai
Kecerobohan
pekerja
Stress fisik
(kejadian
pukul 11.30)
Pengawasan
kurang
Pengadaan
APD yang
tidak
memadai
(anticutting)
Penyebab
langsung
Unsafe act
Memakai APD
tidak layak
Menggunakan
alat potong
tajam
Unsafe
Condition
Lingkungan
panas terik
APD yang
tidak sesuai
dengan
pkerjaan
dengan
benda tajam
Insiden
Tangan pasien
tertebas golok
saat memotong
nanas (luka
bacok)
Kerugiaan
Luka bacok
pada tangan
Waktu bekerja
berkurang
Secara tidak
langsung
mengurangi
hasil kerja
Kejadian yang dialami oleh pasien merupakan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
menurut UU no 70 tahun 2015 adalah kecelakaan yang terjadi dalam menjalankan
tugas kewajiban; dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,
sehingga kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam
menjalankan tugas kewajibannya; karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung
jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu dalam melaksanakan
tugas; dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya; dan/atau
yang menyebabkan Penyakit Akibat Kerja.
Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank Bird
Jr and George L Germain, Practical Loss Control Leadership, Institute
Publishing, USA 1990), pertama yaiu accident adalah kejadian yang tidak
diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta
benda. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan
kerugian. Nearmiss adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini
hampir menimbulkan kejadian incident ataupun accident. Pada pasien ini kejadian
yang dialami sudah menimbulkan kerugian baik pada manusia maupun harta
benda sehingga tergolong dalam accident.
Untuk melakukan pencegahan akan terjadinya kecelakaan kerja, maka harus
diketahui terlebih dahulu penyebab dari suatu kecelakaan kerja sehingga dapat
dilakukan tindakan perbaikan. Menurut Heinrich dalam teori dominonya
mengemukakan bahwa penyebab kecelakaan kerja didasarkan atas kesalahan
manusia (Human error) sebanyak 88%, kasus kecelakaan disebabkan oleh Unsafe
Action sebanyak 10% dan 2% merupakan takdir dari Tuhan. Namun Teori tersebut
dikembangkan lagi oleh Frank Bird Jr yang dalam bukunya berjudul Practical
Loss Control Leadership, bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh banyak faktor
yang mendukung untuk terjadinya kecelakaan kerja. Pertama yaitu kurang
pengawasan dari segi program standar dan pemenuhan standar, penyebab dasar
terdiri dari faktor personal dan faktor pekerjaan, penyebab langsung terdiri dari
perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman, insiden terdiri dari kontak dengan
energy atau bahan, kerugian meliputi manusia, property, proses dan lingkungan.
Pada pasien faktor yang mendukung untuk terjadinya kecelakaan kerja adalah
faktor penyebab yaitu faktor personal, penyebab langsung yaitu perilaku tidak
aman dan berakibat pada kerugian pada manusia. Kerugian berupa terdapatnya
luka sayat yang seharusnya tidak terjadi.
Pada pasien dilakukan penatalaksanaan secara non farmakologi dan farmakologi.
Secara non farmakologi dilakukan hecting dan pembersihan luka. Dasar dari
tidakan ini bahwa luka yang bersifat akut dan luka dalam harus segera dijahit dan
ditutup untuk mempercepat penyembuhan. Luka yang kurang dari 6 jam, antara
terjadinya luka dan waktu pengevaluasian maka luka tersebut harus dilakukan
penjahitan.
Luka akut adalah luka yang kurang dari satu minggu.dari luka tersebut juga harus
dievaluasi apakah mengancam jiwa atau tidak, menilai jumlah perdarahan pada
saat luka maupun penyakit penyerta. Bila perlu harus diketahui juga riwayat status
imunisasi tetanus. Luka yang berlangsung kurang dari 5 hari dan termasuk dalam
luka bersih maka tidak perlu dilakukan imunisasi tetanus, namun apabila luka
tersebut kotor maka disarankan untuk imunisasi tetanus. Pada pasien ini tidak
diberikan imunisasi tetanus karena pada balai pengobatan agro tidak tersedia
imunisasi tetanus.
Pada pemeriksaan luka harus diperhatikan adanya benda asing disekitar luka
seperti tanah, rumput, daun, dan lain-lain yang merupakan sumber infeksi, maka
harus dilakukan pembersihan luka secara aseptik dan antiseptik sebelum
dilakukan penjahitan. Pembersihan luka dilakukan dengan pemberian garam
fisiologis atau larutan salin. Setelah luka diirigasi maka dibersihkan kembali
dengan larutan povidone iodine atau larutan antiseptik lainnya.
Pada pasien juga harus dievaluasi adanya cedera pembuluh darah, tulang, saraf,
tendon, maupun adanya fraktur ataupun dislokasi persendian. Setelah luka
dipastikan bersih kemudian dilakukan proses pencahitan (hecting) untuk
36
37
antibiotik ini diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder karena luka
yang dialami oleh pasien termasuk dalam luka kotor yang berpotensi untuk terjadi
infeksi. Edukasi yang dilakukan kepada pasien berupa anjuran kontrol setelah 3
hari, menjaga luka agar tidak terkena air, dan menjaga luka tetap bersih dan
kering.
BAB V
38
A. Kesimpulan
Dari kelima penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada diagram fishbone,
penyebab utama pada kasus ini adalah :
5. Dari faktor man yang menjadi akar permasalahannya adalah kurangnya
sosialisai dan tidak tersedianya air minum di areal.
6. Dari faktor material yang menjadi akar permasalahannya adalah sarung
tangan mudah ditembus benda tajam.
B. Saran
Saran Bagi Karyawan
Pada saat merasa kelelahan pekerja disarankan untuk beristirahat sejenak.
Melatih keterampilan dalam penggunaan alat yang tajam agar tidak terluka
atau terpotong.
Saran Bagi Pihak Manajemen
Memberi pelatihan bagi tenaga kerja dalam kesehatan dan keselamatan
kerja
Memberi pelatihan dan penyuluhan khusunya kepada pekerja tentang
penggunaan APD yang baik dan benar.
Disediakan air minum pada saat kegiatan di areal baik pemanenan,
pembibitan maupun penanaman nanas.
Penggantian sarung tangan bahan kain dengan sarung tangan anti cutting.
DAFTAR PUSTAKA
Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industry. Graha Ilmu:
Yogyakarta
39
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC
Budiono AMS, R.M.S Jusuf dan Adriana Pusparini. 2008. Bunga Rampai Higiene
Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Carville, Keryln. 1998. Wound Care Manual 3rd Edition .Osborne Park, Western
Australia.Silver Chain Foundation.
David. 2007. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan luka. Universitas
Airlangga: Surabaya.
Djumena, 2011. Kecelakaan Kerja di Indonesia Tergolong Tinggi. http://bisnis
keuangan. kompas.com/. Diakses tanggal 03 Maret 2012.
Fildes J, Meredith JW. 22008. Advanced trauma life support for doctors. 8 th ed.
Chicago: American college of surgeons committee on trauma.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Hadiguna, R. A., 2009. Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk Efisiensi
dan Efektivitas. Bumi Aksara, Jakarta.
Herry Koesyanto. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang: UPT
UNNES Press
Jamsostek. 2014. Kinerja, 2014 Jamsostek Bayar Klaim Rp12,89 T. Jakarta
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT, Rineka
Cipta
Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Maksyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: rhineka cipta
PPRI No 70, 2015. Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian bagi pegawai
aparatur negara. Jakarta : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70
tahun 2015.
Prastyo E, 2012 Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Turun, Angka Kematian
Memprihatinkan. Tersedia di http://kelanakota. Suara surabaya.net/.
Diakses pada 27 Juli 2016.
Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. 2015. Situasi kegiatan kerja:
Kemenkes RI
40
41
LAMPIRAN
42
43
44