Anda di halaman 1dari 44

Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi

VULNUS SCISSUM DORSUM MANUS DIGITI I SINISTRA


PADA PEKERJA AREAL PPIC
PT. GREAT GIANT FOOD

Oleh:
Bela Riski Dinanti, S. Ked
Rizky Bayu Ajie, S.Ked
Diah Septia Liantari, S.Ked
Yolanda Fratiwi, S.Ked
Yuda Ayu Kusuma Wardani, S.Ked
Alvionita Nur F, S.Ked
Tri Agustina Dewi, S.Ked

1118011019
1118011104
1118011033
1118011140
1118011141
1118011003
0818011043

Pembimbing :
dr. Kemas Abdul Hamid

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PT. GREAT GIANT FOOD
JULI 2016

LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui

Laporan Kasus Kasus Kedokteran Okupasi:

VULNUS SCISSUM DORSUM MANUS DIGITI I SINISTRA


PADA PEKERJA AREAL PPIC
PT. GREAT GIANT FOOD

Oleh:
Bela Riski Dinanti, S. Ked
Rizky Bayu Ajie, S.Ked
Diah Septia Liantari, S.Ked
Yolanda Fratiwi, S.Ked
Yuda Ayu Kusuma Wardani, S.Ked
Alvionita Nur F, S.Ked
Tri Agustina Dewi, S.Ked

1118011019
1118011104
1118011033
1118011140
1118011141
1118011003
0818011043

Lampung Tengah, Juli 2016


Pembimbing

dr. Kemas Abdul Hamid

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah serta pertolongan-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan studi kasus dengan judul Vulnus Scissum Dorsum Manus Digiti I Sinistra pada
Pekerja Areal PPIC PT. Great Giant Food dalam rangka menyelesaikan tugas
kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dr. Kemas Abdul
Hamid sebagai pembimbing yang telah memberikan bantuan, saran serta kerjasama
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna sehingga setiap
kritik dan saran untuk pengembangan makalah ini sangat diharapkan demi kesempurnaan
laporan kasus ini dan sebagai bekal penulis dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis
juga berharap kiranya laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi PT Great
Giant Food, mahasiswa dan semua pihak yang membutuhkannya.

Lampung Tengah, Juli 2016

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................


KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................

ii
iii
iv

I.

1
1
3
4
4

PENDAHULUAN .............................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Masalah .........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................
D. Metodologi ....................................................................................

II. ILUSTRASI KASUS .........................................................................


A. Identitas Pasien ..............................................................................
B. Anamnesis Penyakit ......................................................................
C. Anamnesis Okupasi ........................................................................
D. Pemeriksaan Fisik ..........................................................................
E. Diagnosis Okupasi..........................................................................
F. Pemeriksaan Anjuran......................................................................
G. Resume...........................................................................................
H. Kategori kesehatan.........................................................................
I. Penatalaksanaan .............................................................................
J. Prognosis .......................................................................................
III. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).........................................
B. Kecelakaan Kerja............................................................................
C. Vulnus............................................................................................
IV. PEMBAHASAN ................................................................................

5
5
5
6
9
11
12
12
12
12
13
14
14
17
25

V. KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................


A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Saran ..............................................................................................

28

DAFTAR PUSTAKA

33
33
33

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada
pekerja di perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari
pekerja itu sendiri dan lingkungan kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak
pengusaha. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek
perlindungan tenaga kerja yang diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 13
Tahun 2003. Dengan menerapkan teknologi pengendalian keselamatan dan
kesehatan kerja, diharapkan tenaga kerja akan mencapai ketahanan fisik, daya
kerja, dan tingkat kesehatan yang tinggi. Disamping itu keselamatan dan
kesehatan kerja dapat diharapkan untuk menciptakan kenyamanan kerja dan
keselamatan kerja yang tinggi.Jadi, unsur yang ada dalam kesehatan dan
keselamatan kerja tidak terpaku padafaktor fisik, tetapi juga mental, emosional
dan psikologi (Hadiguna,2009).
Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas
Ketenagakerjaan Kemenakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil
Pertemuan

Asia-Europe

Meeting

(ASEM)

Workshop

on

National

Occupational Safety and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di


Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada
tahun 2010 kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.711 kasus.
1.200 kasus di antaranya mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan
menurut Muji Handaya bahwa dengan angka kecelakan kerja tersebut, ratarata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari (Djumena, 2011).

Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahwa penyakit dan


kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, maka upaya pokok kesehatan kerja
adalah pencegahan kecelakaan kerja.Tetapi kecelakaan kerja tidak dapat
dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan,
keputusan, dan organisasi harus memperhitungkan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja dalam perusahaan (Notoatmodjo, 2007).
Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2010 sampai dengan
2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di
tempat kerja, tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun.
Pada tahun 2010 lalu jumlahnya menurun dari 98.711 menjadi jadi 86.368
kasus tahun 2011. Menurut data statistic kementrian kesehatan republic
Indonesia jumlah kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2014 yang paling tinggi
yaitu tahun 2013 berjumlah 35.917 orang. Tahun 2011 berjumlah 9891 orang.
Tahun 2012 berjumlah 21.735 orang, tahun 2014 berjumlah 24. 910 orang.
Pada tahun 2014 provinsi yang memiliki jumlah PAK tinggi adalah Sulawesi
Selatan, Riau, Bali. (Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI).
Angka kejadian kecelakaan kerja di Klinik Pratama PT. GGPC dari bulan
januari hingga juli 2016 sebanyak 159 kasus. Dari 159 kasus tercatat 80 (51%)
kasus vulnus Laceratum (VL), 50 kasus (32%) vulnus eksoriasi (VE) dan 29
kasus (17%) lain-lain (iritasi maya, luka bakar, dislokasi, fraktur dan pingsan).
Angka kejadian vulnus scissum di Klinik Pratama PT. GGF pada bulan
Januari 2016 sebanyak 10 kasus, pada Februari 10 kasus, Maret 19 kasus,
April 20 kasus, Mei 16 kasus, juni 6 kasus, dan Juli 2 kasus. Total angka
kejadian vulnus scissum pada tahun 2016 sampai dengan bulan Juli adalah
sebayak 83 kasus.

Menurut Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans RI


mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena
kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai
pulang ke rumah, dihitung masuk kematian akibat kecelakaan kerja.

Sedangkan faktor pekerja dan lingkungan serta fasilitas alat pelindung diri
yang kurang memadai turut menentukan besarnya proporsi kecelakaan kerja
(Djumena, 2011).
Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan
kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%,
kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di
atas terjadi secara bersamaan.Penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah
perilaku dan peralatan yang tidak aman (Prastyo, 2012). Produktivitas pekerja
yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan karena hal tersebut
berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses produksi di
perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan selanjutnya
akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses
produksinya. Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja,
yang juga menjadi sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review Rencana
Strategis Kemenaker trans RI (2012) adalah meningkatnya penerapan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja.
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja
berpedoman pada Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja dan Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Berdasarkan ketentuan diatas maka penulis melakukan suatu
kajian mengenai kecelakaan kerja agar bisa dilakukan evaluasi dan
pencegahan untuk meminimalkan kejadian kecelakaan kerja (Kemenaker
Trans RI, 2012).
B. Masalah
Pasien bekerja selama 7 jam di area PPIC subbagian pembibitan nanas.
Selama proses kerja pasien menggunakan APD, seperti baju kaos tangan
panjang, celana panjang, sepatu boot, sarung tangan, topi, serta alat yang
digunakan berupa golok yang tajam untuk mencari bibit. Golok yang tajam
7

tersebut dapat menimbulkan resiko kecelakaan kerja seperti terluka dan


terpotong. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan identifikasi terhadap
bahaya potensial yang mungkin ada sebagai resiko kecelakaan kerja.
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan kasus ini antara lain adalah:
1. Mengidentifikasi bahaya potensial lingkungan kerja dan kecelakaan akibat
kerja yang ditemukan pada pekerja PT. GGF di area PPIC.
2. Mencari faktor resiko yang berperan dalam terjadinya kecelakaan akibat
kerja.
3. Memberikan saran yang sesuai untuk mencegah terjadinya kecelakaan
akibat kerja yang sama.
D. Metodologi
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
2. Investigasi terhadap pasien dan tempat kejadian.
3. Penelusuran kepustakaan.

BAB II
ILUSTRASI KASUS
8

A. Identitas Pasien
Nama

: Tn. P

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 31 tahun

Status

: Menikah

Pekerjaan

: Karyawan Tidak Tetap PT.GGF (Bagian Areal PPIC)

Pendidikan

: SD

Suku

: Jawa

Agama

: Islam

Alamat

: Lempuyang Bandar,Way Pengubuan, Lampung Tengah

Datang ke BP

: 27 Juli 2016

B. Anamnesis Penyakit
Keluhan Utama :
Anamnesis diambil dari autoanamnesis pada tanggal 27 Juli 2016
Keluhan Utama

: Luka terkena golok pada ibu jari tangan kiri

Keluhan tambahan : Nyeri pada luka


Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke balai pengobatan dengan keluhan luka terkena golok pada ibu
jari tangan kiri. Keluhan terjadi 30 menit sebelum pasien dibawa ke balai
pengobatan agro. Keluhan dialami pada saat pasien sedang bekerja di areal
planting. Awalnya pasien sedang memotong bonggol nanas dengan
menggunakan golok kemudian pada saat pasien memotong bonggol nanas yang
muda dan keras, golok terlepas dari bonggol nanas dan mengenai tangan kiri
pasien dan mengeluarkan banyak darah. Pasien menyatakan bahwa saat bekerja
pasien megalami kelelahan.
Sebelum dibawa ke balai pengobatan agro pasien sempat membalut bagian
tangan yang terluka dengan menggunakan daun-daunan dan kain tetapi darah
pada luka tetap tidak berhenti mengalir. Kemudian pasien dibawa ke balai

pengobatan dan langsung mendapatkan penanganan berupa pembersihan luka,


penjahitan, dan pemberian obat untuk mengurangi rasa nyeri pada jari tangan
pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami dengan keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada dalam keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
C. Anamnesis Okupasi
1. Jenis pekerjaan
Tabel 1. Anamnesis Okupasi
Jenis
pekerjaan
Pembibitan

Material yang digunakan

Tempat kerja

Lama

Celana dan baju berbahan kaos

Kebun nanas dengan

kerja
7 jam/hari

yang menyerap keringat.

area pekerjaan suhu

Baju yang digunakan berlapis.

panas dan berdebu

APD :
Baju kaos tangan panjang,
celana panjang, sepatu boot,
sarung tangan, topi, masker
Alat yang digunakan :
Golok, sabit
2. Uraian Tugas
Selama melakukan kegiatan pekerjaan, pasien bekerja selama 7 jam di
plantation bagian PPIC. Selama proses kerja pasien menggunakan APD,
seperti baju kaos tangan panjang, celana panjang, sepatu boot, sarung
tangan, topi, masker, serta alat yang digunakan berupa golok yang tajam
untuk memotong bonggol nanas. Golok yang tajam tersebut dapat

10

menimbulkan resiko kecelakaan kerja seperti terluka dan terpotong. Dari


permasalahan tersebut perlu dilakukan identifikasi terhadap bahaya
potensial yang mungkin ada sebagai resiko kecelakaan kerja.
3. Bahaya Potensial
Tabel 2. Bahaya Potensial
Bahaya Potensial
Golok yang tajam,

Fisik

Tempat Kerja
Plantation

Lama Kerja
7 jam/hari

Plantation
Plantation
Plantation

7 jam/hari
7 jam/hari
7 jam/hari

Duri nanas,
Bonggol nanas yang keras,
Lahan kerja dibawah sinar
matahari,
Lahan yang luas tanpa pohon
Kimia
Biologis
Psikologis

yang tinggi,
Ular
Adanya hubungan antara
atasan dan bawahan,
Kumpulan pekerja pada satu

Ergonomi

wilayah
-

4. Analisis Hubungan Pekerjaan Dengan Terjadinya Resiko Kecelakaan


Kerja
Selama melakukan kegiatan pekerjaan, pasien memiliki jam kerja yang
cukup panjang dan keadaan lingkungan kerja yang panas, serta penggunaan
golok pada proses pekerjaannya. Hal tersebut menyebabkan kelelahan
sehingga memudahkan terjadinya kecelakaan kerja seperti terluka dan
terpotong pada tangan. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan
identifikasi terhadap bahaya potensial yang mungkin ada sebagai resiko
kecelakaan kerja.

11

Analisis Hubungan Pekerjaan Dengan Terjadinya Resiko Kecelakaan Kerja


Gambar 1. Diagram Fishbone

Sarung tangan mudah


ditembus benda tajam
MONEY

MATERIAL

METHODE

APD (sarung tangan


yang terbuat dari bahan
katun)
Vulnus scissum karena
golok pada pasien yang
bekerja di bagian
plantation
Pekerja yang tidak
mengikuti prosedur

Kurangnya kesadaran
untuk memakai APD saat
bekerja
Kurangnya pengetahuan
tentang kecelakaan kerja yang
dapat timbul

Kesehatan fisik pekerja


Pekerja yang mengalami
kelelahan

Dehidrasi
Tidak tersedia air minum
untuk pekerja di areal

Kurangnya sosialisasi

MAN

MACHINE

Berdasarkan diagram fishbone di atas dapat ditemukan akar sebab terjadinya


resiko kecelakaan kerja adalah faktor man dan material.
1. Faktor Man
Pekerja yang bekerja di bagian pembibitan dilihat dari faktor man (manusia)
setelah dianalisa terdapat dua faktor yang dapat menimbulkan kecelakaan
kerja berupa vulnus scissum. Faktor pertama yaitu pekerja yang tidak
mengikuti prosedur dikarenakan kurangnya kesadaran tentang aturan atau
tata tertib dalam bekerja, kurangnya kesadaran ini bisi dipicu oleh minimnya

12

pengetahuan pekerja akibat kurangnya sosialisasi dari perusahaan mengenai


prosedur dan tata tertib di areal.
Faktor kedua yaitu berhubungan dengan kesehatan fisik pekerja. Pekerja
yang bekerja di areal cenderung untuk mengalami kelelahan, kelelahan ini
salah satunya bisa diakibatkan karena dehidrasi. Kondisi dehidrasi yang
dialami pekerja bisa disebabkan oleh kurangnya intake cairan akibat tidak
disediakannya minuman di sekitar areal.
2. Faktor Material
Pekerja yang bekerja di areal membutuhkan suatu alat pelindung diri (APD)
untuk melindungi saat bekerja. Penggunaan APD yang sangat penting pada
bagian pembibitan yaitu sarung tangan, karena apabila tidak menggunakan
sarung tangan maka tangan akan langsung terpapar dengan pohon nanas dan
alat pemotong bonggol. Sarung tangan yang digunakan oleh pekerja di areal
ini terbuat dari bahan kain/katun yang mudah ditembus oleh benda tajam
seperti golok atau sabit.
D. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum
Kesadaran
Nadi
Pernapasan
Suhu
BB
TB
Status Generalis
Kepala
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Kuku

: Baik
: Compos mentis
: 84 kali per menit
: 20 kali per menit
: 36,8 derajat celcius
: 60 kg
: 165 cm

: hitam tidak mudah dicabut


: konjungtiva merah, sclera anikterik, palpebra tak edem
: simetris, serumen (-), otorea (-)
: normal, deviasi septum (-), rinore (-)
: bibir kering dan pecah-pecah (-)
: tidak tampak pitting nail

Leher
13

Inspeksi
Palpasi

: simetris trakea ditengah, JVP meningkat (-)


: massa (-), pembesaran KGB (-)

Thoraks (Paru)
Inspeksi
: gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri
Palpasi
: taktil fremitus dan ekspansi simetris, massa (-)
Perkusi
: sonor pada seluruh lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi
: vesikuler (+/+) ronki (-/-) wheezing (-/-)
(Jantung)
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: iktus kordis tidak terlihat


: iktus kordis tidak teraba
: redup
: bunyi jantung I II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: perut datar, massa (-)


: nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
: timpani
: bising usus (+)

Status Lokalis
Lokasi
: Regio manus sinistra
Look

: Terdapat vulnus scissum dorsum manus digiti I sinistra

Feel

: Nyeri tekan (+)

Move

: Nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM baik

E. Diagnosis Okupasi
1. Diagnosa klinis/kerja:
Vulnus scissum dorsum manus digiti I sinistra
2. Identifikasi pajanan yang dialami:
Pajanan fisik : benda tajam yaitu golok
3. Hubungan pajanan dengan penyakit:
Benda tajam menyebabkan luka
4. Signifikansi tingkat pajanan terhadap timbulnya penyakit:

14

Terdapat hubungan yang signifikan terhadap timbulnya cidera, terutama


golok yang digunakan untuk memotong bonggol dengan terjadinya luka
atau terpotong pada jari tangan.
5. Identifikasi kerentanan individu:
Tidak terdapat kerentanan individu
6. Investigasi pajanan non okupasi:
Tidak ada pajanan non okupasi pada pasien ini.

7. Penetapan diagnosis penyakit akibat kerja:


Vulnus scissum dorsum manus digiti I sinistra cidera yang timbul akibat
kecelakaan kerja.
F. Pemeriksaan Anjuran
Tidak ada
G. Resume
- Pasien datang dengan keluhan luka terkena golok pada ibu jari tangan kiri
- Pasien bekerja pada bagian planting bagian PPIC
- Bekerja dengan menggunakan golok
- Status lokalis
Lokas

: Regio manus sinistra

Look

: Terdapat scissum dorsum manus digiti I sinistra

Feel

: nyeri tekan (+)

Move

: nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), ROM baik

H. Kategori Kesehatan

15

Kondisi kesehatan mengganggu kemampuan fisik dalam proses kerja, pasien


sulit bekerja karena terdapat luka di tangannya dan terasa nyeri pada saat
digerakkan.
I. Penatalaksanaan
Non farmakologi:

Hecting vulnus scissum 3 jahitan


Menjaga luka agar tetap bersih dan kering
Mengganti perban setiap 3 hari sekali
Menggunakan pelindung saat bekerja (pakaian lengan panjang, sarung
tangan anti cutting)

Farmakologi:

Sistemik : Asam mefenamat 3x500 mg sehari selama 3 hari


Amoxicilin 3x500 mg sehari selama 7 hari

J. Prognosis
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad malam

Quo ad sanationam

: dubia ad bonam

FOTO PASIEN REGIO MANUS SINISTRA

16

Gambar 2. Regio manus sinistra

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Penerapan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada
perusahaan sebenarnya merupakan kewajiban. Hal ini sesuai dengan Pasal 4
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

17

Kesehatan Kerja, bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di


perusahaannya, aturan ini berlaku bagi perusahaan yang mempekerjakan
pekerja atau buruh paling sedikit 100 (seratus) orang; atau mempunyai tingkat
potensi bahaya tinggi.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu bentuk upaya untuk
mencapai situasi perusahaan, dimana para karyawan yang ada didalamnya
selalu merasa sehat dan merasa aman dari suatu ancaman bahaya maupun
resiko yang muncul. Sedangkan tujuan akhir dari suatu program keselamatan
dan kesehatan kerja adalah tidak adanya angka kecelakaan kerja bahkan
hingga tidak adanya angka cidera atau sakit akibat kerja dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan secara menyeluruh (Tarwaka, 2015:25).
Menurut Sucipto (2014:15) bahwa kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan
keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun
emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Lebih
lanjut dijelaskan bahwa fungsi dari keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
1.

Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap resiko dari bahaya

2.

kesehatan di tempat kerja


memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan praktek

3.

kerja termasuk desain tempat kerja


memberikan saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan

4.
5.
6.
7.
8.
9.

kerja dan APD


melaksanakan survailan terhadap kesehatan kerja
terlibat dalam proses rehabilitasi
mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
antisipasi, indentifikasi dan evaluasi kondisi dan praktek berbahaya
buat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan program,
terapkan, dokumentasikan dan informasikan rekan lainnya dalam hal

pengendalian bahaya dan program pengendalian bahaya


10. ukur, periksa kembali keefektifan pengendalian bahaya dan program
pengendalian bahaya.

18

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah


segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja (PP. RI No. 50 Tahun 2012). Keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan upaya priventif yang kegiatannya terutama adalah identifikasi,
subtitusi, eliminasi, evaluasi dan pengendalian risiko dan bahaya. Identifikasi
bahaya dapat dilakukan salah satunya dengan inspeksi, survey dan monitoring
tempat kerja dan lingkungan kerja (Notoatmodjo, 2007).
Keselamatan adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko yang relative sangat
kecil di bawah tingkatan tertentu. Sedangkan resiko adalah tingkat
kemungkinan terjadinya suatu bahaya yang menyebabkan kecelakaan dan
derajat intensitas bahaya tersebut. Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan ke tingkat
yang lebih baik, baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosial
masyarakat pekerja semua lapangan pekerjaan
2. Mencegah dampak terjadi gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh kegiatan atau kondisi lingkungan kerjanya
3. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari faktor
yang membahayakan kesehatan, dan
4. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerja yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Anoraga dalam Budiono, dkk, (2008). mengemukakan indikator
Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3), meliputi:
1. Lingkungan Kerja yaitu tempat seseorang atau karyawan melakukan
kegiatan dalam beraktivitas bekerja. Lingkungan kerja dalam hal ini
menyangkut kondisi kerja, seperti ventilasi, suhu, penerangan dan
situasinya
2. Alat kerja dan Bahan yaitu suatu hal yang pokok dibutuhkan oleh
perusahaan untuk memproduksi barang. Dalam memproduksi barang alat
kerja sangatlah vital yang digunakan oleh para pekerja dalam melakukan

19

kegiatan proses produksi dan disamping itu adalah bahan utama yang akan
dijadikan barang
3. Cara Melakukan Pekerjaan, setiap bagian produksi memiliki cara
melakukan pekerjaan yang berbeda yang dimiliki oleh karyawan. Cara
yang biasanya dilakukan oleh karyawan dalam melakukan semua aktivitas
pekerjaan, misalnya menggunakan peralatan yang sudah tersedia dan
pelindung diri secara tepat dan mematuhi peraturan penggunaan peralatan
tersebut dan memahami cara mengoperasionalkan mesin
Menurut Budiono., dkk, (2008:99) faktor yang mempengaruhi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:
1. Beban kerja berupa beban fisik, mental dan sosial, sehingga upaya
penempatan

pekerja

yang

sesuai

dengan

kemampuannya

perlu

diperhatikan
2. Kapasitas kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya
3. Lingkungan kerja yang berupa faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik
maupun psikososial.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan
kesehatan Kerja (K3) adalah suatu bentuk usaha atau upaya bagi para pekerja
untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam
melakukan pekerjaan yang mana pekerjaan tersebut dapat mengancam dirinya
yang berasal dari individu sendiri dan lingkungan kerjanya. Kesehatan dan
keselamatan kerja bertujuan meraih tingkat keselamatan dan kesehatan kerja
yang tinggi, atau hanya untuk mencegah atau mengendalikan kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja dan hal yang lebih
penting adalah kesehatan dan keselamatan kerja yaitu memiliki visi dan misi
jauh kedepan yaitu mewujudkan tenaga kerja yang sehat, selamat, produktif
serta sejahtera dan juga menciptakan perlindungan baik kepada karyawan,
masyarakat, dan perusahaan.

20

B. Kecelakaan Kerja
1. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan.
Tidak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur
kesengajaan, apalagi dalam bentuk perencanaan. Kejadian peristiwa
sabotase atau tindakan kriminal diluar lingkup kecelakaan kerja.
Kecelakaan tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material ataupun penderiataan dari yang paling ringan sampai
kepada yang paling berat. Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak
diinginkan, datang secara langsung dan tidak terduga, yang dapat
menyebabkan kerugian pada manusia, perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubungan
dengan hubungan kerja di perusahaan (Notoatmodjo, 2007).
Kecelakaan tidak terjadi secara kebetulan, melainkan ada penyebab yang
di timbulkan. Oleh karena itu kecelakaan dapat dicegah, asal kita cukup
kemauan untuk mencegahnya. Oleh karena itu pula sebab kecelakaan
harus diteliti dan ditemukan sumber bahaya yang bisa beresiko
menimbulkan kecelakaan dan kerugian, agar untuk selanjutnya dengan
usaha koreksi yang ditujukan kepada penyebab, maka kecelakaan dapat
dicegah dan tidak terulang kembali (Sumamur, 2014).
2. Sebab Kecelakaan Kerja
Sebab kecelakaan akibat kerja hanya ada dua golongan penyebab.
Golongan pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan, yang meliputi
segala sesuatu selain manusia. Golongan kedua adalah faktor manusia itu
sendiri yang merupakan penyebab kecelakaan. Faktor mekanis dan
lingkungan dapat pula dikelompokkan nenurut keperluan dengan suatu
maksud tertentu. kecelakaan diperusahaan dapat disusun menurut
kelompok pengolahan bahan, mesin penggerak dan pengangkat, terjatuh
dilantai dan tertimpa benda jatuh, pemakaian alat atau perkakas yang

21

dipegang dengan tangan, luka bakar, dan lain sebagainya (Sumamur,


2014).
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh empat hal yaitu
1. Peralatan kerja dan perlengkapan
2. Tidak tersedianya alat pengaman dan pelindung bagi tenaga kerja
3. Keadaan tempat kerja yang tidak memenuhi syarat, seperti faktor fisik
dan faktor kimia yang tidak sesuai dengan persyaratan yang tidak
diperkenankan
4. Pekerja kurang pengetahuan dan pengalaman tentang cara kerja dan
keselamatan kerja serta kondisi fisik dan mental pekerja yang kurang
baik. (Sucipto, 2014).
Kemudian disimpulkan pula bahwa penyebab kecelakaan dikarenakan 2
faktor utama yaitu faktor pekerjaan (jam kerja) dan faktor manusia (umur
pekerja, pengalaman, tingkat pendidikan dan keterampilan, lama bekerja
dan kelelahan).
Menurut Santoso (2004) bahwa dalam hasil penelitian bahwa 80- 85%
kecelakaan disebabkan karena faktor manusia. Unsur faktor manusia
tersebut antara lain:
1. Ketidakseimbangan fisik atau kemampuan fisik tenaga kerja (tidak
sesuai berat badan, kekuatan dan jangkauan, posisi tubuh yang
menyebabkan lebih lemah, kepekaan tubuh, kepekaan panca indra
terhadap bunyi, cacat fisik, dan cacat sementara),
2. Ketidakseimbangan kemampuan psikologis pekerja (rasa takut atau
phobia, gangguan emosional, sakit jiwa, tingkat kecakapan, tidak
mampu memahami)
3. Kurang pengetahuan (kurang pengalaaman, kurang orientasi, kurang
latihan memahami tombol)
4. Kurang terampil (kurang mengadakan latihan praktik, penampilan
kurang, kurang kreatif)
5. Stres mental (emosi berlebihan, beban mental berlebihan, pendiam dan
tertutup, problem dengan suatu yang tidak dipahami, frustasi, sakit
mental)
22

6. Stres fisik (badan sakit, beban tugas berlebihan, kurang istirahat,


kelelahan sensori, terpapar bahan berbahaya, terpapar panas yang
tinggi, kekurangan oksigen), dan
7. Motivasi menurun (mau bekerja bila ada penguatan atau hadiah
(reward), frustasi berlebihan, tidak mendapat intensif produksi, tidak
mendapat pujian dari hasil kerjanya dan terlalu tertekan).
Kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor manusia (unsafe action)
dan faktor lingkungan (unsafe condition) (Anizar, 2009). Faktor unsafe
action dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti ketidak seimbangan fisik
tenaga kerja (cacat), kurang pendidikan, mengangkut beban berlebihan,
bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja. Faktor unsafe condition
disebabkan oleh berbagai hal yaitu peralatan yang sudah tidak layak pakai,
ada api di tempat bahaya, pengamanan gedung yang kurang standar,
terpapar bising, terpapar radiasi, pencahayaan dan ventilasi yang kurang
atau berlebihan, kondisi suhu yang membahayakan, dalam keadaan
pengamanan yang berlebihan, sistem peringatan yang berlebihan dan sifat
pekerjaan yang mengandung potensi bahaya.
3. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO) tahun 1962 adalah sebagai berikut:
1. Kecelakaan menurut jenis kecelakaan seperti terjatuh, tertimpa benda
jatuh, tertumbuk atau terkena berbagai jenis benda, terkecuali benda
jatuh, terjepit oleh benda, gerakan yang melebihi kemampuan, pengaruh
suhu tinggi, terkena arus listrik, kontak dengan bahan berbahaya atau
radiasi dan bergai jenis lain, termasuk kecelakaan yang datanya tidak
cukup atau berbagai macam kecelakaan lain yang belum masuk
klasifikasi tersebut.
2. Klasifikasi menurut penyebab seperti mesin. Alat angkut dan alat angkat,
peralatan lain, berbagai jenis bahan, zat dan radiasi dan lingkungan kerja.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan seperti patah tulang,
dislokasi atau keseleo, regang otot atau urat, memar luar dalam yang lain,

23

amputasi, jenis luka lainnya, luka dipermukaan, gegar dan remuk, luka
bakar, berbagai macam keracunan mendadak (akut), mati lemas,
pengaruh arus listrik, pengaruh radiasi, berbagai macam jenis luka yang
banyak dan berlainan sifatnya dan lain sebagainya.
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh seperti kepala, leher,
badan, anggota atas, anggota bawah (Anizar, 2009).
Klasifikasi tersebut yang bersifat jamak adalah pencerminan kenyataan,
bahwa kecelakaan akibat kerja jarang sekali disebabkan oleh suatu,
melainkan oleh berbagai faktor. Penggolongan menurut jenis menunjukkan
peristiwa yang langsung mengakibatkan kecelakaan dan menyatakan
bagaimana suatu benda atau zat sebagai penyebab kecelakaan menyebabkan
terjadinya kecelakaan, sehingga sering dipandang sebagai kunci bagi
penyelidikan sebab lebih lanjut. Klasifikasi menurut penyebab dapat dipakai
untuk mengolongkan penyebab menurut kelainan atau luka akibat
kecelakaan atau menurut jenis kecelakaan terjadi yang diakibatkannya.
Keduanya membantu dalam usaha pencegahan kecelakaan, tetapi klasifikasi
yang disebut terakhir terutama sangat penting. Penggolongan menurut sifat
dan letak luka atau kelainan ditubuh berguna bagi penelahan tentang
kecelakaan lebih lanjut dan terperinci (Koesyanto, 2007).
4. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Menurut

Olishifki

menyatakan

bahwa

aktivitas

pencegahan

yang

profesional adalah memperkecil (menekan) kejadian yang membahayakan


dari mesin, cara kerja, material dan struktur perencanaan memberikan alat
pengaman agar tidak membahayakan sumber daya yang ada dalam
perusahaan tersebut, memberikan pendidikan (training) kepada karyawan
tentang kecelakaan dan keselamatan kerja, memberikan alat pelindung diri
tertentu terhadap tenaga kerja yang berada pada area yang membahayakan
(Santoso, 2008).
Pencegahan kecelakaan kerja dapat dilakukan dengan :
1.

pengamatan resiko bahaya di tempat kerja


24

2.
3.
4.
5.

pelaksanaan SOP secara benar di tempat kerja


pengendalian faktor bahaya di tempat kerja
peningkatan pengetahuan tenaga kerja terhadap keselamatan kerja dan
pemasangan peringatan bahaya kecelakaan di tempat kerja. Selain itu
upaya pencegahan kecelakaan kerja juga perlu disediakan sarana untuk
menanggulangi kecelakaan di tempat kerja seperti penyediaan P3K,
penyediaan peralatan dan perlengkapan tanggap darurat (Sucipto,
2014).

Upaya pencegahan kecelakaan kerja menurut Sumamur (2014) dapat


dilakukan melalui 12 hal yaitu:
1.

peraturan perundangan yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai


kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, kontruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri,
tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, P3K dan

2.

pemeriksaan kesehatan
Standardisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi atau tak
resmi misalkan kontruksi mengenai syarat keselamatan sesuai instruksi

3.
4.

peralatan industri dan Alat Pelindungan Diri (APD)


Pengawasan terhadap ketentuan undang-undang yang wajib dipatuhi,
Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan bentuk bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengamanan, pengujian alat

5.

perlindungan diri
Riset medis yang meliputi terutama penelitian tentang efek fisiologi dan
patologis dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan yang tidak

6.

terduga
Penelitian Psikologi yaitu peyelidikan tentang bentuk kejiwaan yang

7.

menyebabkan terjadinya kecelakaan


Penelitian tentang statistik dilakukan untuk menetapkan jenis
kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam

8.

perkerjaan apa, apa sebab-sebabnya


Pendidikan diarahkan pada pendidikan keselamatan dan kurikulum

9.

teknik, beberapa sekolah pelatihan


Pelatihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khusunya tenaga kerja
yang baru, dalam keselamatan kerja

25

10. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan


lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat,
11. Asuransi yaitu pemberian insentif finansial untuk meningkatkan
pencegahan kecelakaan misalkan dalam bentuk pengurangan premi
yang dibayar oleh perusahaan jika tindakan keselamatan sangat baik,
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan yaitu merupakan ukuran
utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pola kecelakaan
terjadi pada suatu perusahaan sangat bergantung kepada tingkat
kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
Menurut Ramli (2009), banyaknya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor
manajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan.
Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain :
1.

Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

2.
3.

(SMK3)
Mengembangkan organisasi K3 yang efektif dan
Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3 khususnya
dalam manajemen tingkat atas. Selain itu untuk mencegah kecelakaan
kerja dapat dilakukan dengan berbagai upaya pembinaan unsur manusia
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga kesadaran
K3 meningkat.

Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk mencari


penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa yang salah.
Dengan mengetahui dan mengenal penyebab kecelakaan maka dapat
disusun suatu rencana pencegahannya, yang mana hal ini merupakan
program K3 yang pada hakikatnya adalah rumusan dari suatu strategi
bagaimana menghilangkan atau mengendalikan potensi bahaya yang sudah
diketahui (Tarwaka, 2008).
Beberapa asas pencegahan kecelakaan kerja menurut Anizar (2009:9) dapat
dilakukan baik oleh pihak manajemen perusahaan maupun oleh pihak
pekerja atau tenaga kerja. Manajemen perusahan dengan cara memberikan
pelatihan untuk karyawan, pemeriksaan kesehatan, memberikan demonstrasi
26

tentang penggunaan alat pelindung diri, pelaksanaan housekeeping yang


baik, pemberian sanksi dan memberikan insentif kepada pekerja jika terjadi
kecelakaan. Pencegahan oleh tenaga kerja yaitu dengan cara memakai alat
pelindung diri, menyadari pentingnya keselamatan kerja dan mematuhi
peraturan yang berlaku di tempat kerja.
5. Dampak atau Kerugian Kecelakaan Kerja
Menurut Sucipto (2014) bahwa akibat atau dampak dari adanya kecelakaan
kerja yaitu
1.

Kerugian bagi instansi, seperti biaya pengangkutan korban kerumah


sakit, biaya pengobatan, biaya penguburan jika sampai meninggal
dunia, hilangnya waktu kerja korban dan rekan kerjanya yang
menolong

sehingga

menghambat

kelancaran

program

mencari

2.

pengganti atau melatih tenaga baru.


Kerugian bagi korban seperti cacat atau meinggal dunia sehingga

3.

mengakibatkan hilangnya pencari nafkah bagi keluarga.


Kerugian bagi masyarakat dan negara seperti beban biaya akan
dibebankan sebagai biaya produksi yang mengakibatkan dinaikkannya
harga produksi perusahaan tersebut dan merupakan pengaruh bagi harga
dipasaran.

Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu
kerugian material dan dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan
kerja yaitu berupa kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi. Kerugian
ekonomi meliputi kerusakan alat atau mesin, bahan dan bangunan, biaya
pengobatan dan perawatan, tunjangan kecelakaan, jumlah produksi dan
mutu berkurang, kompensasi kecelakaan dan penggantian tenaga kerja yang
mengalami kecelakaan. Kerugian non ekonomi meliputi penderitaan korban
dan keluarga, hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun pihak
keluarga, keterlambatan aktivitas akibat tenaga kerja lain berkerumun,
berkumpul sehingga aktivitas terhenti sementara dan hilangnya waktu kerja
(Anizar, 2009).

27

Menurut Koesyanto (2007) bahwa kecelakaan kerja dapat menimbulkan


lima jenis kerugian yaitu kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan
kesedihan, kelainan dan cacat serta kematian. Kejadian kecelakaan besar
dengan kerugian besar biasanya dilaporkan, sedangkan kejadian kecelakaan
kecil tidak dilaporkan. Padahal biasanya kejadian kecelakaan kecil adalah
10 kali kejadian kecelakaan besar. Maka dari itu, Kejadian kecelakaan kecil
menyebabkan dampak kerugian yang besar pula.
Kerugian akibat kecelakaan kerja dikategorikan atas kerugian langsung dan
kerugian tidak langsung (Ramli, 2009). Kerugian langsung adalah kerugian
akbiat kecelakaan yang langsung dirasakan dan membawa dampak terhadap
ogranisasi seperti biaya pengobatan dan kompensasi serta kerusakan sarana
produksi. Kerugian tidak langsung adalah kerugian yang tidak terlihat
sehingga sering disebut juga dengan kerugian tersembunyi misalnya
kerugian jam kerja, kerugian produksi, kerugian sosial, menimbulkan citra
negatif dan kepercayaan konsumen menurun.
Pada dasarnya, akibat dari peristiwa kecelakaan kerja dapat dilihat dari
besar kecilnya biaya yang dikeluarkan. Secara garis besar kerugian akibat
kecelakaan kerja dapat dikelompokkan menjadi dua:
1.

Kerugian atau biaya langsung yaitu suatukerugian yang dapat dihitung


secara langsung dari mulai terjadinya peristiwa sampai dengan tahap
rehabilitasi seperti penderitaan tenaga kerja, baiaya pertolongan

2.

pertama pada kecelakaan, biaya pengobatan dan lain sebagainya,


Kerugian atau biaya tidak langsung atau terselubung merupakan
kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu yang tidak
terlihat pada waktu dan beberapa waktu setelah terjadinya kecelakaan
(Tarwaka, 2008).

C. VULNUS (LUKA)
Carville (1998) mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian
jaringan tubuh. Sedangkan Udjianti (2007) mendefinisikan luka sebagai
keadaan hilang/ terputusnya kontinuitas jaringan. Luka merupakan suatu
28

kerusakan kontinuitas sel-sel kemudian diikuti dengan penyembuhan luka yang


merupakan pemulihan kontinuitas tersebut, serta rusaknya kesatuan/ komponen
jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau
hilang (Brunner, 2002). Beberapa efek yang akan muncul diantaranya
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stress simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta kematian sel
(Navy, 2009).
Luka adalah kerusakan anatomi karena hilangnya kontinuitas jaringan oleh
sebab dari luar. Luka terbagi menjadi dua yaitu Luka tertutup (Vulnus
Occlusum) dan Luka terbuka (Vulnus Appertum). Jenis-jenis luka tertutup
adalah Memar (Contusio), Bula, Hematoma, Sprain, Dislokasi, Close Fracture.
Jenis-jenis luka terbuka adalah Luka iris (Scissum), Tusuk (Ictum), Bakar
(Combustio), Lecet (Excoriasi/Abrasio), Tembak (Sclopetum), Laserasi,
Penetrasi, Avulsi, Open Fracture. Luka Gigit (Vulnus Morsum), dan
Amputatum.
Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka, dibagi menjadi

Stadium I
Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi
pada lapisan epidermis kulit.

Stadium II
Luka Partial Thickness yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan
adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.

Stadium III
Luka Full Thickness yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi
kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai
bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya
sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai
otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan
atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.

29

Stadium IV
Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas (David, 2007).

Vulnus scissum adalah luka sayat atau iris yang di tandai dengan tepi luka
berupa garis lurus dan beraturan. Vulnus scissum biasanya dijumpai pada
aktifitas sehari-hari seperti terkena pisau dapur, sayatan benda tajam (seng,
kaca), dimana bentuk luka teratur.

30

BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien Tn. P, laki-laki 31 tahun, datang ke balai pengobatan agro PT. Great Giant
Food dengan keluhan luka terkena golok pada ibu jari tangan kiri. Keluhan
dialami pada saat pasien sedang bekerja di areal planting pada saat pasien sedang
memotong bonggol nanas yang muda dan keras dengan menggunakan golok.
Kemudian golok terlepas dari bonggol nanas dan mengenai tangan kiri pasien dan
mengeluarkan banyak darah. Kejadian terjadi pada pukul 11.30 WIB, dimana pada
saat itu matahari bersinar dengan cukup terik. Pasien menyatakan bahwa saat
bekerja pasien mengalami kelelahan sehingga kurang fokus pada pekerjaannya.
Sebelum dibawa ke balai pengobatan agro pasien sempat membalut bagian tangan
yang terluka dengan menggunakan daun-daunan dan kain tetapi darah pada luka
tetap tidak berhenti mengalir. Kemudian pasien dibawa ke balai pengobatan. Pada
pemeriksaan fisik status lokalis pada dorsum manus digiti I sinistra terdapat
vulnus scissum, nyeri tekan (+), nyeri gerak (+), dan ROM baik.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosa klinis Vulnus
scissum dorsum manus digiti I sinistra. Dari anamnesis diketahui saat kejadian ibu
jari kiri pasien terkena golok saat sedang memotong bonggol nanas. Pasien
merasakan nyeri dan darah mengalir dari jari tersebut dan kemudian menyadari
bahwa jarinya terluka. Jenis luka pasien adalah luka sayat dengan kedua sudut
tajam, tepi luka rata, kedalaman luka kurang lebih 0,5 cm, luka kotor. Dari
karakteristik tersebut termasuk dalam luka jenis vulnus scissum oleh karena benda
tajam.
Untuk menentukan bagaimana kronologis terjadinya kecelakaan kerja dan faktor
faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja pada kasus

31

ini, maka dilakukan dengan analisis menggunakan teori Domino. Konsep dasar
pada teori ini adalah:
1.

Kecelakaan adalah sebagai suatu hasil dari serangkaian kejadian yang


berurutan. Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya

2.

Penyebab penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik

3.

Kecelakaan tergantung kepada lingkungan fisik kerja dan lingkungan sosial


kerja

4.

Kecelakaan terjadi karena kesalahan manusia

Dalam teori Domino Heinrich, kecelakaan terdiri atas lima faktor yang saling
berhubungan:
1. Lack of control : kurangnya program yang memadai, standar program yang
tidak memadai, adanya kondisi yang tidak memenuhi standar
2. Basic Causes : kemarahan, kecerobohan, kelelahan, salah pengertian, tidak
sengaja
3. Unsafe Acts or Conditions : perencanaan buruk, peralatan tidak aman,
lingkungan berbahaya
4. The Accidents : kecelakaan terjadi ketika kejadian kejadian diatas
bersekongkol menyebabkan sesuatu berjalan salah
5. The Injury : luka luka (cedera) terjadi ketika mengalami kerusakan
Apabila dikaitkan dengan kasus, maka domino pada kasus ini adalah:

32

Lemahnya
Kontrol

Sebab Dasar

Standar uang
kurang, dimana
Kurangnya
kontrol dari pihak
management
sehingga APD
yang tersedia
tidak memadai

Kecerobohan
pekerja
Stress fisik
(kejadian
pukul 11.30)
Pengawasan
kurang
Pengadaan
APD yang
tidak
memadai
(anticutting)

Penyebab
langsung

Unsafe act
Memakai APD
tidak layak
Menggunakan
alat potong
tajam
Unsafe
Condition
Lingkungan
panas terik
APD yang
tidak sesuai
dengan
pkerjaan
dengan
benda tajam

Insiden

Tangan pasien
tertebas golok
saat memotong
nanas (luka
bacok)

Kerugiaan

Luka bacok
pada tangan
Waktu bekerja
berkurang
Secara tidak
langsung
mengurangi
hasil kerja

Kejadian yang dialami oleh pasien merupakan kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja
menurut UU no 70 tahun 2015 adalah kecelakaan yang terjadi dalam menjalankan
tugas kewajiban; dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas,
sehingga kecelakaan itu disamakan dengan kecelakaan yang terjadi dalam
menjalankan tugas kewajibannya; karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung
jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir itu dalam melaksanakan
tugas; dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya; dan/atau
yang menyebabkan Penyakit Akibat Kerja.
Ada tiga jenis tingkat kecelakaan berdasarkan efek yang ditimbulkan (Frank Bird
Jr and George L Germain, Practical Loss Control Leadership, Institute
Publishing, USA 1990), pertama yaiu accident adalah kejadian yang tidak
diinginkan yang menimbulkan kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta
benda. Incident adalah kejadian yang tidak diinginkan yang belum menimbulkan
kerugian. Nearmiss adalah kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini
hampir menimbulkan kejadian incident ataupun accident. Pada pasien ini kejadian
yang dialami sudah menimbulkan kerugian baik pada manusia maupun harta
benda sehingga tergolong dalam accident.
Untuk melakukan pencegahan akan terjadinya kecelakaan kerja, maka harus
diketahui terlebih dahulu penyebab dari suatu kecelakaan kerja sehingga dapat
dilakukan tindakan perbaikan. Menurut Heinrich dalam teori dominonya
mengemukakan bahwa penyebab kecelakaan kerja didasarkan atas kesalahan
manusia (Human error) sebanyak 88%, kasus kecelakaan disebabkan oleh Unsafe
Action sebanyak 10% dan 2% merupakan takdir dari Tuhan. Namun Teori tersebut
dikembangkan lagi oleh Frank Bird Jr yang dalam bukunya berjudul Practical
Loss Control Leadership, bahwa kecelakaan kerja disebabkan oleh banyak faktor
yang mendukung untuk terjadinya kecelakaan kerja. Pertama yaitu kurang
pengawasan dari segi program standar dan pemenuhan standar, penyebab dasar
terdiri dari faktor personal dan faktor pekerjaan, penyebab langsung terdiri dari
perilaku tidak aman dan kondisi tidak aman, insiden terdiri dari kontak dengan
energy atau bahan, kerugian meliputi manusia, property, proses dan lingkungan.

Pada pasien faktor yang mendukung untuk terjadinya kecelakaan kerja adalah
faktor penyebab yaitu faktor personal, penyebab langsung yaitu perilaku tidak
aman dan berakibat pada kerugian pada manusia. Kerugian berupa terdapatnya
luka sayat yang seharusnya tidak terjadi.
Pada pasien dilakukan penatalaksanaan secara non farmakologi dan farmakologi.
Secara non farmakologi dilakukan hecting dan pembersihan luka. Dasar dari
tidakan ini bahwa luka yang bersifat akut dan luka dalam harus segera dijahit dan
ditutup untuk mempercepat penyembuhan. Luka yang kurang dari 6 jam, antara
terjadinya luka dan waktu pengevaluasian maka luka tersebut harus dilakukan
penjahitan.
Luka akut adalah luka yang kurang dari satu minggu.dari luka tersebut juga harus
dievaluasi apakah mengancam jiwa atau tidak, menilai jumlah perdarahan pada
saat luka maupun penyakit penyerta. Bila perlu harus diketahui juga riwayat status
imunisasi tetanus. Luka yang berlangsung kurang dari 5 hari dan termasuk dalam
luka bersih maka tidak perlu dilakukan imunisasi tetanus, namun apabila luka
tersebut kotor maka disarankan untuk imunisasi tetanus. Pada pasien ini tidak
diberikan imunisasi tetanus karena pada balai pengobatan agro tidak tersedia
imunisasi tetanus.
Pada pemeriksaan luka harus diperhatikan adanya benda asing disekitar luka
seperti tanah, rumput, daun, dan lain-lain yang merupakan sumber infeksi, maka
harus dilakukan pembersihan luka secara aseptik dan antiseptik sebelum
dilakukan penjahitan. Pembersihan luka dilakukan dengan pemberian garam
fisiologis atau larutan salin. Setelah luka diirigasi maka dibersihkan kembali
dengan larutan povidone iodine atau larutan antiseptik lainnya.
Pada pasien juga harus dievaluasi adanya cedera pembuluh darah, tulang, saraf,
tendon, maupun adanya fraktur ataupun dislokasi persendian. Setelah luka
dipastikan bersih kemudian dilakukan proses pencahitan (hecting) untuk

36

merekatkan jaringan setelah itu dilakukan pemberian salep antibiotik untuk


mencegah infeksi dan ditutup dengan kasa steril. Prinsip perawatan luka yaitu
menjaga luka tetap bersih. Pada pasien telah dilakukan prosedur tersebut di balai
pengobatan agro.
Selain dilakukan penanganan terhadap luka, juga dapat dilakukan beberapa
metode penatalaksanaan non farmakologi yang terdiri dari metode lingkungan dan
kunjungan ketempat kerja, metode personal, dan metode kesehatan.
Pada metode lingkungan dan kunjungan ketempat kerja perlu dilakukan
identifikasi bahaya potensial, dilakukan kunjungan ke tempat kerja untuk
mengevaluasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan akibat kerja
dengan cara obsevasi langsung dan memberikan solusi untuk meminimalkan
kejadian kecelakaan kerja di areal khusunya di bagian PPIC. Selain itu dapat
dilakukan substitusi berupa penggantian alat kerja berupa sarung tangan bahan
kain atau katun dengan sarung tangan anti cutting. Secara administratif dilakukan
sosialisasi kepada pekerja mengenai prosedur kerja sesuai dengan aturan dan
bahaya yang ditimbulkan serta resiko pekerjaan tersebut. Kemudian bisa
dilakukan perekayasaan pada areal tempat kerja dengan membuat pos persediaan
air minum di setiap titik areal kebun nanas.
Pada metode personal langkah yang bisa dilakukan yaitu meggunakan alat
pelindung diri yang sudah disediakan oleh perusahaan, menghindari kondisi
kelelahan dan heidrasi dengan cara intake oral, baik asupan makanan dan
minuman sebelum bekerja maupun pada saat bekerja. Pada metode kesehatan
dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan awal dan berkala dengan
menyertakan riwayat penyakit yang pernah diderita selama ini.
Secara medikamentosa, pada pasien ini diberikan terapi obat anti nyeri (NSID)
sebagai obat simtomatik untuk anti nyeri dengan dosis yang diberikan 3 x 500 mg
selama 3 hari dan diminum setelah makan. Selain itu pasien juga diberikan
antibiotik spektrum luas amoxicilin 3 x 500 mg selama 7 hari. Penggunaan

37

antibiotik ini diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder karena luka
yang dialami oleh pasien termasuk dalam luka kotor yang berpotensi untuk terjadi
infeksi. Edukasi yang dilakukan kepada pasien berupa anjuran kontrol setelah 3
hari, menjaga luka agar tidak terkena air, dan menjaga luka tetap bersih dan
kering.

BAB V

38

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari kelima penyebab terjadinya kecelakaan kerja pada diagram fishbone,
penyebab utama pada kasus ini adalah :
5. Dari faktor man yang menjadi akar permasalahannya adalah kurangnya
sosialisai dan tidak tersedianya air minum di areal.
6. Dari faktor material yang menjadi akar permasalahannya adalah sarung
tangan mudah ditembus benda tajam.
B. Saran
Saran Bagi Karyawan
Pada saat merasa kelelahan pekerja disarankan untuk beristirahat sejenak.
Melatih keterampilan dalam penggunaan alat yang tajam agar tidak terluka
atau terpotong.
Saran Bagi Pihak Manajemen
Memberi pelatihan bagi tenaga kerja dalam kesehatan dan keselamatan
kerja
Memberi pelatihan dan penyuluhan khusunya kepada pekerja tentang
penggunaan APD yang baik dan benar.
Disediakan air minum pada saat kegiatan di areal baik pemanenan,
pembibitan maupun penanaman nanas.
Penggantian sarung tangan bahan kain dengan sarung tangan anti cutting.

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industry. Graha Ilmu:
Yogyakarta

39

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. Edisi ke-8. Jakarta:
EGC
Budiono AMS, R.M.S Jusuf dan Adriana Pusparini. 2008. Bunga Rampai Higiene
Perusahaan Ergonomi (HIPERKES) dan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Carville, Keryln. 1998. Wound Care Manual 3rd Edition .Osborne Park, Western
Australia.Silver Chain Foundation.
David. 2007. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan luka. Universitas
Airlangga: Surabaya.
Djumena, 2011. Kecelakaan Kerja di Indonesia Tergolong Tinggi. http://bisnis
keuangan. kompas.com/. Diakses tanggal 03 Maret 2012.
Fildes J, Meredith JW. 22008. Advanced trauma life support for doctors. 8 th ed.
Chicago: American college of surgeons committee on trauma.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC
Hadiguna, R. A., 2009. Manajemen Pabrik: Pendekatan Sistem untuk Efisiensi
dan Efektivitas. Bumi Aksara, Jakarta.
Herry Koesyanto. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang: UPT
UNNES Press
Jamsostek. 2014. Kinerja, 2014 Jamsostek Bayar Klaim Rp12,89 T. Jakarta
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT, Rineka
Cipta
Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Maksyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: rhineka cipta
PPRI No 70, 2015. Jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian bagi pegawai
aparatur negara. Jakarta : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70
tahun 2015.
Prastyo E, 2012 Angka Kecelakaan Kerja di Indonesia Turun, Angka Kematian
Memprihatinkan. Tersedia di http://kelanakota. Suara surabaya.net/.
Diakses pada 27 Juli 2016.
Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI. 2015. Situasi kegiatan kerja:
Kemenkes RI

40

Ramli S. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


Dian Rakyat.
Riyadina W. 2007. Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami oleh Pekerja
Industri di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jurnal Makara
Kesehatan. 11(1): 25-31.
Santoso G. 2004. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Cetakan
Pertama, Jakarta: Prestasi Pustaka.
Semer NB, 2013. Dasar-dasar perawatan luka. Los Angeles : global HELP.
Sucipto CD. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Gosyen Publising:
Yogjakarta.
Sumamur P.K. 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), CV.
Bandung: Sagung Seto
Tarwaka. 2008. Buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press
Udjianti, WJ. 2007. Pengkajian Pasien dan Luka. Short course wound care
update. JW Marriot Surabaya.
Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenaga kerjaan.
Wiersema LS, 2011. List of Surgical Wound Classifications Last. Diakses dari :
http://www.livestrong.com/article/220345-list-of-surgical-woundclassifications/ , List of Surgical Wound Classifications pada tanggal 28
Juli 2016.

41

LAMPIRAN

42

Gambar 3. Tn.P dengan Vulnus Scissum

Gambar 4. Vulnus Scissum akibat benda tajam

43

44

Anda mungkin juga menyukai