Anda di halaman 1dari 4

Makna Baru Kuku Pada Cerpen Peri Kunang-Kunang dan Dongeng Emak Dalam

Kumpulan Cerpen Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang Karya Guntur


Alam.
(Kajian semiologi Ferdinand de Saussure)
Oleh kelompok 4
Hembing Kriswanto 14020144027
Rindi Setya Rahayu 14020144027

Di dalam kumpulan cerpen Magi Perempuan dan Malam Kunang-Kunang Karya


Guntur Alam yang berisi dua puluh satu cerpen yang membahas mengenai mitos yang
disertai hal-hal magis dan juga mengenai kematian. Namun, dalam beberapa cerita tentang
mitos dan kematian tersebut terdapat sebuah ucapan atau tuturan mengenai sebuah kuku di
dalam cerpen yang berjudul peri kunang-kunang dan dongeng emak dalam kumpulan
cerpen magi perempuan dan malam kunang-kunang yang hubungannya dengan penderitaan
bahkan kematian.

Menurut Saussure dalam (Noth, 2006: 57) semiologi adalah ilmu yang mengkaji
kehidupan tanda-tanda dalam masyarakat. Semiologi akan memperlihatkan apa saja yang
menyusun tanda-tanda itu, serta hukum apa yang mengaturnya.
Menurut perbandingan yang dikemukakan Saussure, tanda linguistik bisa diibaratkan
dua sisi pada selembar kertas: Pemikiran itu sisi depan sedangkan bunyi sisi belakkangnya.
Oleh sebab itu, kita tidak bisa memotong bagian depan tanpa merusak bagian belakangnya.
Perbandingan tanda dua sisi itu telah menggiring kearah penamaan tanda kaum Saussure
sebagai tanda diadik atau bilateral. Saussure mendefinisikan tanda linguistik sebagai suatu
entitas psikologis dua sisi yang terdiri atas konsep dan pencintraan-bunyi (Noth, 2006: 59).
Mengenai dua sisi yang menyusun suatu tanda, Saussure kemudian memperkenalkan
istilah baru signifie (untuk konsep), dan signifiant (untuk pencitraan-bunyi). Terjemahan
bahasa Inggris untuknya adalah petanda (signified) dan penanda (signifier). Dua istilah itu
menggabungkan karena menunjukkan perbandingan yang memisahkannya dari satu sama
lain dan dari keseluruhan yang merupakan bagian-bagiannya. Tanda [signe] menunjukkan
keseluruhan yang memiliki petanda dan penanda sebagai dua bagiannya (Noth, 2006: 60).
Di dalam semiologi Saussure menampilkan tiga istilah yakni tanda bahasa (sign),
penanda (signifier) dan petanda (signified). Menurut Saussure bahwa terdapat dua sisi dalam
tanda bahasa, yakni sisi penanda yang berupa imaji bunyi dan petanda yang berupa
konsepnya. Kalau kita menyebut kata pohon maka tergambarkan dalam pikiran kita fkonsep
pohon. Sebaliknya bila kita ingin menampilkan konsep pohon segera pula kita mengeluarkan
imaji bunyinya (Zaimar,2014:10-11).

Demikian mengenai kajian semiologi Saussure bahwa tanda bahasa terdapat


terminology yakni penanda (signifier yang berarti citra bunyi, misal suara, kata, dan lain
sebagainya, sedangkan petanda (signified) yang berarti konsepnya. Hubungan keduanya
bersifat arbriter atau manasuka yang mengacu konvensional masyarakat.

Petanda

Tanda
Penanda
Masuk pada pembahasan di sini mengenai makna baru Kuku pada cerpen berjudul
peri kunang-kunang dan dongeng emak dalam kumpulan cerpen magi perempuan dan
malam kunang-kunang karya Guntur Alam yang hubungannya dengan penderitaan bahkan
kematian.
Pada dasarnya sebuah kuku pada jari-jemari manusia pada jika dipandang secara
realitas sesungguhnya adalah sebuah kuku dengan sewajarnya.
Di sini makna kuku dalam cerpen yang berjudul peri kunang-kunang dan dongeng emak
dalam kumpulan cerpen magi perempuan dan malam kunang-kunang akan dianalisis tanda
baru yang pada dasarnya masih saling berkaitan atau malah sebaliknya sesuai horizon
harapan atau pendapat yang dipertanggung jawabkan sesuai bukti.

Penanda : kuku
Demikian kuku adalah sebagai penanda atau citra bunyi. Sebuah kuku yang jika
analogikan akan muncul tanda baru yang memiliki dasaran yang kuat. Lihatlah kutipan
sebagai berikut;

Lalu, bujang lapuk itu medekati Halik yang masih berputar dengan kunangkunang. Aku dan Dul menahan napas. Bujang tua itu mencabuti satu per
satu kuku Halik. Satu per satu. Melemparnya ke dalam ketel. Semua.
Hingga tak bersisa. Dan ia mencengkeram Halik. Halik meringis. Kunangkunang semakin banyak. Berputar-putar. Meliuk dalam irama tubuh
(Alam,2015:16).
Di depanku, emak masih berkomat-kamit menguraikan cerita. jari-jemarinya
yang hitam kapalan terlihat gemetarmembuka lembar berikutnya. Aku
melihat getar itu. ujung-ujung kukunya menghitam, dimasuki getah karet
yang mengeras (Alam,2015:80).

Berdasarkan kutipan di atas bahwa terdapat citraan bunyi tentang sebuah kuku. Kuku
sesuai realitas sebenarnya kuku manusia. Namun, jika terkait dengan kuku yang ada dalam
teks kutipan di atas bahwa kuku si tokoh Halik yang dicabuti oleh bujang lapuk penjaga limas
tersebut.

Petanda : Kunang-kunang dan Racun.

Di dalam petanda ini sesuai apa yang bisa dikonsep dari penanda yang ada yakni kuku.
Demikian di dalam konsep kuku tersebut adalah kunang-kunang. Kunang-kunang di sini tidak
lepas dari mitos masyarakat. Lihatlah kutipan berikut;
Kunang-kunang datang berkumpul ketika ia panggil, aku menelan ludah
melihat mimik Liman yang menakutkan, dan kunang-kunang itu datang
dari kuku orang mati. Kuku hantu. Kuku betina iblis (Alam,2015:13).
Aku menatap jemari emak yang membelai pipiku. Kuku-kuku hitam
beracun itu sejangkal dari mataku. Aku membayangkan kuku beracun itu
yang akan menebarkan kutuk paling mematikan untuk sang guru. Dari ujung
kuku-kukunya yang menghitam, racun dan mantra paling laknat berkumpul
(Alam,2015:81-82).
Aku sedang membaca halaman terakhir buku dongeng bergambar itu.
penyihir cantik yang tak pernah menua itu menghujamkan sebilah kuku
beracunnya ke tubuh sang guru. Dongengnya sudah tamat, kini kamu bisa
menceritakannya secara lengkap, ucap emak sambil berjalan ke arahku
dengan kuku hitam yang meneteskan darah (Alam,2015:84).
Berdasarkan kutipan di atas bahwa petanda kunang-kunang ada kaitanya dengan mitos
di masyarakat bahwa kunang-kunang berasal dari kuku orang sudah meninggal atau kuku

hantu. Lain halnya dengan konsep racun dengan kuku. Bahwa pada sebuah kuku terdapat
racun misal terdapat luka pada bagian kulit anda kemudian terasa gatal dan anda
mengukurnya dengan kuku maka luka tersebut akan bertambah parah bahwa berakibat fatal.

Simpulan
Demikian kumpulan cerpen magi perempuan dan malam kunang-kunang karya
Guntur Alam bahwa dari sekian banyak cerpen yang ada. Terdapat dua cerpen yang dianalisis
yakni yang berjudul peri kunang-kunang dan dongeng emak. Pada proses menganalisis
terdapat pemfokusan yakni tanda kuku pada dua cerpen tersebut, namun masih ada hubungan
dengan judul yakni magi perempuan dan malam kunang-kunang. Terdapat horizon harapan
sebuah kematian yang ada atau tidaknya hubungan atau keterkaitan antara kuku, kunangkunang, dan racun dalam proses semiologi Saussure di atas. Pada dasarnya kematian akan
datang pada setiap yang hidup dengan jalan manapun.

Anda mungkin juga menyukai