Psikoterapi
Psikoterapi
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala anugerahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul Psikoterapi yang
merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kejiwaan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis di bimbing oleh dosen pembimbing serta di
bantu oleh beberapa pihak, untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada :
1. Dr. Suhendro, Sp. KJ dan dr. Henny R, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing penulisan
referat
2. Rekan-rekan Co Assisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat
ini
Penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan dan
kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN . 3
I.1. Latar Belakang 3
I.2. Tujuan penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .. 5
2.1. Definisi .. 5
2.2. Tujuan Psikoterapi ................. 5
2.3. Tahap-tahap psikoterapi ................... 7
2.4. Jenis psikoterapi ............ 9
2.5 Efektivitas psikoterapi.. 36
2.6 Hasil terapeutik.. 36
BAB III PENUTUP ........ 37
3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 39
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Saat ini semakin banyak orang yang memiliki masalah dalam hidupnya,
beberapa diantaranya adalah masalah dalam menjalin hubungan dengan orang lain,
masalah yang berhubungan dengan akademik, depresi, kecemasan, trauma, dan
masalah dimasa lalu yang mengganggu fungsi seseorang sehari hari.
Sehingga seringkali dokter dalam menjalankan prakteknya pun akan
menghadapi berbagai macam keluhan sebagai pernyataan penderitaannya. Keluhan
tersebut timbul sebagai akibat adanya gangguan fisik, tetapi dapat pula berkaitan
dengan problem emosional atau kedua-duanya dalam waktu bersamaan. Didalam
kepustakaan disebutkan bahwa sekurang-kurangnya 25 30 % dari pasien yang
berobat ke dokter umum datang dengan problem emosional. Disamping itu dalam
menghadapi penyakitnya, akan selalu ada faktor faktor emosional yang bekerja pada
diri pasien, yang dapat mempengaruhi kondisi penyakitnya. Seperti misalnya : dari
pengalaman beberapa dokter disebutkan bahwa beberapa penderita fraktur, penyakit
infeksi, dan lain-lainnya lebih cepat sembuh apabila ada rasa pengharapan pada
dirinya. Tetapi apabila pasien merasa sedih, putus asa, merasa gagal, merasa
ditinggalkan dan dipersalahkan oleh sanak keluarganya, sehingga kesembuhannya
bisa berjalan lambat. Atau bahkan tidak akan menunjukkan respons terhadap terapi
walaupun pemberian obat, operasi dan lain-lainnya diberikan secara benar dan tepat.
Tidak jarang pula seorang dokter akan menjumpai reaksi emosional pasien yang akan
menghadapi tindakan pembedahan.
Hal ini mempengaruhi mekanisme daya tahan mental yang dapat
menyebabkan terjadinya neurosis, yaitu suatu gangguan jiwa yang secara struktural
tanpa kerusakan organik dan dapat mempengaruhi kepribadian pasien. Adanya konflik
sering bermanifestasi dalam bentuk fenomena tertentu. Semua gangguan mekanisme
daya tahan mental bersifat selalu melawan atau menentang usaha-usaha terapeutik
yang bertujuan untuk mengubah atau meniadakan gangguan tersebut. Hal ini
memunculkan peranan dari terapi alternatif salah satunya adalah psikoterapi.
Banyak orang yang mencari psikoterapi dengan berbagai alasan, tetapi
kebanyakan dari mereka mencari psikoterapi karena mereka membutuhkan bantuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Psikoterapi adalah cara pengobatan dengan ilmu kedokteran terhadap
gangguan mental emosional dengan mengubah pola pikiran, perasaan, dan perilaku
agar terjadi keseimbangan dalam diri individu tersebut.1
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang terandalkan dalam
tatalaksana pasien psikiatri disamping psikofarmaka dan terapi fisik. 6
Psikoterapi adalah terapi yang menggunakan metode dan tehnik psikologik
dan memanfaatkan pengaruh psikologik untuk mencapai hasil terapeutik.
Psikoterapi merupakan suatu seni, dan terapis yang baik dapat membuat
perbedaan yang bermakna. Secara umum, dalam mencari terapi yang cocok untuk
setiap pasien (yaitu, pasien akan merasa nyaman dengan suatu jenis terapi tertentu dan
juga terapisnya). Pasien-pasien menolak untuk diberi psikoterapi kecuali mereka
merasa mendapat keuntungan dan dapat melakukan toleransi terhadap hal-hal yang
dilakukan; angka gugur (drop out) dapat cukup tinggi. Tetapi individual merupakan
yang paling banyak digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok,
keluarga dan perkawinan penggunaannya juga cukup luas. 2.
2.2.
Tujuan Psikoterapi
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya, dengan kata lain membuat
seseorang itu bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik
untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang
tahu dan mengerti tentang dirinya.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.1
terapi
suportif,
psikoterapi
bertujuan
untuk
memulihkan
Tahap-tahap psikoterapi :
1. Wawancara awal
a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan
yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik
(tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)
b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien menceritakan masalah (ada
komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien bekerjasama.
2. Proses terapi
a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis & pasien, pengenalan
penjelasan pengertian perasaan & pengalaman pasien.
b. Pengertian ke tindakan
c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari
pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti
di perilaku & kehidupan sehari-hari.
3. Mengakhiri terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan
lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain)
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi
lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu
agar merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan
hatinya dan dikurangi kecemasannya.6
Seperti telah disebutkan, psikoterapi dilakukan dengan cara percakapan atau
wawancara (interview). Dalam suatu wawancara, tidak dapat dipisahkan antara
sifat terapeutik dan penegakan diagnosis. Biasanya, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan mengandung kedua aspek tersebut, yaitu untuk mengoptimalkan
hubungan interpersonal dengan pasien (sifat terapeutik), dan untuk melengkapi
data dalam usaha menegakkan diagnosis. Dalam melakukan psikoterapi,
wawancara harus lebih mengutamakan aspek terapeutiknya; data yang diperlukan
akan berangsur terkumpul dengan kian membaiknya hubungan interpersonal yang
terjalin antara dokter dengan pasiennya, sehingga berartinya suatu wawancara
tergantung dari sifat hubungan terapis dengan pasiennya tersebut.
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi
secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga
7
mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang
sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (the here and now). Yang kita
amati yaitu :
(1) Apa yang terjadi pada pasien,
(2) Apa yang terjadi pada pewawancara atau terapis sendiri, serta
(3) Apa yang terjadi di antara terapis dan pasiennya.
Dalam berhadapan dengan pasien, dokter atau terapis mempengaruhi pasien
dengan sikap dan perkataannya, dari menit ke menit, saat ke saat. Dalam hal ini,
yang perlu diperhatikan sebetulnya bukan hanya apa yang kita bicarakan, tetapi
juga bagaimana cara kita melakukannya, kapan (saat atau waktu yang tepat) kita
mengungkapkan hal tertentu yang ingin kita sampaikan, serta bagaimana
hubungan antara si penolong (dokter atau terapis) dan yang ditolong (pasien)
tersebut. Hal-hal tersebut dapat membuat pasien menjadi lebih tenang atau
sebaliknya menjadi tegang, lebih terbuka atau tertutup, lebih percaya atau pun
curiga, sehingga dapat disimpulkan bahwa selalu ada pengaruh terapeutik
maupun kontraterapeutik, dan tidak pernah netral sama sekali, karena setiap
orang mempunyai latar belakang kepribadian dan pengalaman hidup yang
berbeda-beda, yang mempengaruhi cara pandang, cara berpikir dan menghayati
segala sesuatu.
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
perilakunya sendiri.
(ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat
menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal,
malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang
dikatakannya
dan
bagaimana ia
mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis
perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar
ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan
profesional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal
dari respons emosional subyektifnya sendiri.
8
2.4
Jenis Psikoterapi
Pemilihan terapi yang sesuai tidak hanya didasarkan pada diagnosis. Tidak
terdapat metode buku masakan sederhana untuk menempatkan seorang individu
dengan diagnosis spesifik ke dalam modalitas pengobatan yang sesuai. Beberapa
faktor disamping diagnosis, perlu dipertimbangkan dengan seksama. Masalah pasien
perlu dipandang dalam konteks kemungkinan penyakit mental bedasarkan biologis
dan dunia intrapsikisnya, gaya kepribadian, kesukaran perilaku dan faktor
sosiokultural. Jadi dua individu pada kategori yang sama pada seluruh aksis DSM IIIR dapat merupakan orang yang sama sekaligus berbeda dan memerlukan intervensi
terpeutk yang berbeda.
Jules Masserman telah menulis pengobatan komprehensif secara ekskuisit
disesuaikan dengan umur, keadaan fisik, pendidikan, tingkat intelektual, status
keluarga dan ekonomi, orientasi budaya dan agama, talenta khusus dan petensialitas
individu, sasaran pengobatan dan banyak factor kemungkinan lain. Analisis vector
saling terkait dari pengaruh fisik social dan metapsikologik kemudian dapat mengarah
pada rasional yang lebih komprehensif untuk, dan penerapan yang lebih spesifik dan
efektif, dari berbagai modalitas terap psikiatrik.
Psikoterapi merupakan hubungan ditambah satu kombinasi tekhnik dari
intervensi psikodinamik hingga psikofarmakologik. Karena psikoterapi dari berbagai
kelompok terapi menjadi lebih berpengalaman apa yang sebenarnya mereka lakukan
dalam terapi menjadi semakin mirip. Unsur unsur psikoterapik dapat dipilih untuk
9
masing masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri ciri ini
dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan
pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, tekhnik
dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.3
1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai
dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang
wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang
multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam
dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika
ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan
Breuer menggunakan tehknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya
untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang
berhubungan dengan gejala mereka. Metoda konsentrasi tersebut akhirnya
menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk
mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor
pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan
salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada
dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model
topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar
(preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap
sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke
kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi
pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset),
dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan
bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls
mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap
sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi
diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.
10
SUPEREGO
SADAR
SADAR
Id
EGO
BAWAH SADAR
BAWAH SADAR
a. Tujuan
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanakkanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis,
dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.
Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaanperasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting
lagi. 3
b. Lingkungan Analisis
Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan
personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh
kendali atas tingkah laku yang impulsive dan interpersonal.3 Lingkungan analisis
yang biasanya adalah pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis
duduk di sebelahnya, sebagian atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien.
Dipan
membantu
ahli
analisis
menimbulkan
regresi
terkendali
yang
perasaan-perasaan,
pengalaman-pengalaman,
asosiasi-asosiasi,
11
netralitas yang kepada pasien, mencoba untuk tidak menanamkan kepribadian atau
sistem nilai dirinya sendiri.4
d. Lama Terapi
Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara
tiga dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesion biasanya dilakukan empat
atau lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit.
Beberapa analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion
yang bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.4
e. MetodaTerapi
Aturan dasar psikoanalisis adalah bahwa pasien setuju untuk jujur
sepenuhnya terhadap ahli analisis dan menceritakan segala sesuatu tanpa pilihpilih. Freud menarnakan teknik yang memungkinkan kejujuran tersebut sebagai
asosiasi bebas.
12
f. Indikasi Terapi
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung
lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan. Hubungan antara konflik dan
gejala rnungkin langsung atau tidak langsung. Psikoanalisis dianggap efektif
dalam mengobati gangguan kecemasan tertentu, seperti fobia dan gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan (gangguan distimik), beberapa
gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan pengendalian impuls dan
gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis adalah kemampuan pasien
untuk membentuk persetujuan analitik dan mempertahankan komitmen terhadap
proses analitik yang semakin dalam yang membawa perubahan internal melalui
peningkatkan kesadaran terhadap diri sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga
mampu membentuk perlekatan transferensi yang kuat kepada ahli analisis
(dinamakan neurosis transferensi), tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal
tersebut mengecualikan sebagian besar pasien psikotik karena kesulitan mereka
dalam membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting untuk perkembangan
dan resolusi neurosis transferensi. Ego pasien dalam analisis harus mampu
mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan suatu bentuk penentangan (acting
out) yang serius atau pindah dan satu pola patologis ke pola lain. Hal tersebut
mengecualikan sebagian besar pasien ketergantungan obat, yang dianggap tidak
mampu karena ego mereka tidak mampu menoleransi frustrasi dan kebutuhan
emosional dan psikoanalisis.4
g. Kontraindikasi Terapi
13
Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masingmasingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi.
Usia. Biasanya, hanyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang
dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup
untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien
individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah.
Calon ideal dalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu
mengikuti aturan asosiasi bebas.
Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja
sama dalam proses.
Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti
social adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.
Analisis
dengan
sifat
hubungan
teman,
saudara
dan
kenalan
di
bersarna-sama
dengan
medikasi
psikotropik
dibandingkan
psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif
tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai
terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam
seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis,
psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam
bidang psikopatologi.4
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya
dan
kepribadiannya.
Untuk
mencapai
tilikan,
klinisi
harus
dan respon pada masa anak anak. Terapi berorientasi tilikan adalah
terapi yang terpilih untuk seorang pasien yang meniiliki kekuatan ego
yang adekuat tetapi, karena satu dan lain alasan, tidak dapat atau tidak
boleh menjalani psikoanalisis.4
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan
yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga
didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan
perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki
batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan
lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa
pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan
pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego
yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat
disanggah
sehingga
pasien
dapat
mencoba
untuk
mencapai
17
impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha
meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien
atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang.
Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional
serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya
berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia
mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan
kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi
konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas
sesudah kecelakaan.2
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadangkadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap,
karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti
harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang
sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih
mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan
bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu
rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang
dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia
harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia
sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak
logis.2
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus
atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi
secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan
kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 2
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia,
cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.2
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi
suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya
dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 2
18
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu
proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker)
kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus.
Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada
psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha
untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani
masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).2
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun
berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya
untuk mencari nafkah kelak.2
c. Beberapa contoh penerapan
- Gangguan psikotik
Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya
dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan
kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistic, seperti
makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan
tidak boleh sering mandi.
o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah
sembuh nanti
o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat
-
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang
menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam
-
mengekspresikan perasaannya.
Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara
berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
19
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan
depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang
mungin akan dihadapinya lagi.1
3. PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok
untuk membuat perubahan tersebut.
Psikoterapi kelompok meliputi spektruin terapi teoritik dalam psikiatri
suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang
psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok
berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan
dengan terapi individual, adalah (1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik
segera dan teman sebaya pasien dan (2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi
untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap
berbagai orang, mendapatkan berbagai transferensi.4
a. Berbagai bentuk terapi kelompok
1. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota
kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat
pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus
anggota yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia
melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai
konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian
interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.
21
kelompok.
Pasien
yang
delusional
dan
yang
mungkin
cukup verbal. Tetapi pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar
untuk diikutii oleh anggota atau ahli terapi.
Frekuensi sesion. Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan
sesion kelompok sekali seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion
adalah penting. Jika digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali
seminggu, sekali dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Panjang sesion.
Pada umumnya, sesion kelompok berlangsung kapan saja dan satu sampai dua
jam, tetapi pembatasan waktu harus tetap.
Peranan Ahli Terapi, Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa
aktifnya atau pasifnya ahli terapi sehanisnya, konsensusnya adalah bahwa
peranan ahli terapi terutama adalah sebaga fasilitator. ldealnya, anggota
kelompok sendiri adalah sumber primer penyembuhan dan perubahan. Iklim
yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang
kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli yang menerapkan teknik; ahli terapi
memberikan pengaruh pribadi yang menarik vaniabel tertentu seperti empati,
kehangatan, dan rasa hormat.4
Memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik
23
Meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe
pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan
untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan
dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka
sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih
membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan
oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi
kelompok kecil.4
Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk
semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya
pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana
pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien
yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau
berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu,
peran
serta
kelompok
mungkin
diharuskan
(sebagai
contohnya,
dalam
penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu
berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok
merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang memilih untuk memasuki terapi
kelompok.4
3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan
untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan
dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya,
relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses
perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam
rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat
proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis
adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun
tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang
jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat
memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari
24
kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka
tinggal bersama di bangsal yang sama.4
4. Kelompok Menolong Diri Sendiri. Kelompok menolong diri sendiri (self-help
group) adalah orang yang ingin mengatasi masalah atau krisis kehidupan tertentu.
Biasanya disusun dengan tugas tertentu, kelompok tersebut tidak berusaha untuk
menggali psikodinamika individual secara sangat mendalam atau untuk mengubah
fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi
pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya,
memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan
terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung.
Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola
perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti
mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4
4. TERAPI JENIS INDIVIDUAL
Psikoterapi wawasan (atau genetik dinamik) (insight psychotherapy)
dibagi menjadi psikoterapi reedukatif dan psiktoerapi rekonstruktif.
a. Psikoterapi reedukatif :
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya
lebih banyak di alam sadar, dengan usaha berencana untuk menyesuaikan diri
kembali, memodifikasikan tujuan dan membangkitkan serta mempergunakan
potensi kreatif yang ada. 2
Cara-cara psikoterapi reedukatif antara lain ialah sebagai berikut:
1. Terapi hubungan antar manusia (relationship therapy)
2. Terapi sikap (attitude therapy)
3. Terapi wawancara (interview therapy)
25
struktur
kepribadian
dan
perluasan
daripada
pertumbuhan
7. TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak
konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah
tentang anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan.
Diperlukan penilaian kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh.
Terapis harus mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat
dari masalah yang di hadapi. Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan
mengenal anggota keluarga. Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap
anggota keluarga, menyadari alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana
nggota keluarga berhubungan dengan terapis serta mengamati hubungan verbal
dan nonverbal antar anggota keluarga dan subkelompok keluarga.4
Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap
masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari
usaha terakhir untuk perubahan.
Nilai perfungsian mutakhir keluarga
1. Amati interaksi di antara anggota keluarga
2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota
keluarga dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga
4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk
melibatkan orang ketiga dalam konflik.
5. Pertahankan posisi empatik dan netral
6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan
7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual.
a. Tujuan
Tujuan terapi adalah
28
1.
2.
3.
untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan
antara generasi
4.
5.
Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang besar di
dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi
juga masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas
medis, dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak
terisolasi.4
b. Teknik Wawancara
Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting:
(1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat.
Bagi ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat,
lebih dan sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis.
(2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat,
tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya.
c. Teknik Terapi
1. Terapi kelompok keluarga
Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu
kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluargakeluarga tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam
kelompok. Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secana efektif
dalam terapi skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan
bersama-sama untuk berbagi situasi mereka.4
29
8.
30
Terapi ini mempunyai landasan utama pada teori belajar/learning theory. Perilaku
yang aneh pada seseorang sebenarnya merupakan akibat yang tidak dikehendaki oleh
seorang tersebut tetapi merupakan hasil dari cara belajar menghadapi situasi tertentu yang
cenderung keliru. Tingkat keberhasilan cukup tinggi dengan menggunakan terapi ini.
Terapi perilaku (behavior therapy) berusaha menghilangkan masalah perilaku
khusus secepat-cepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Burus F. Skinner
merupakan seorang yang terkenal dalam bidang ini.2
Ada tiga cara utama untuk mengawasi atau mengubah perilaku manusia, yaitu:
1. Perilaku dapat diubah dengan mengubah peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya,
yang membangkitkan bentuk perilaku khusus itu. Umpamanya seorang anak yang
tidak berprestasi di sekolah dan nakal di kelas hanya dengan seorang guru tertentu
dapat menjadi efektif dan rajin bila ia dipindahkan ke kelas lain diajar oleh seorang
guru yang lain.
2. Suatu jenis perilaku yang timbul dalam suatu keadaan tertentu dapat diubah atau
dimodifikasi. Umpamanya seorang anak dapat diajar ntuk melihat dirinya sendiri
dalam suatu kegiatan kompromi yang konstruktif dan tidak menunjukkan ledakan
amarah bila ia menghadapi frustasi.
3. Akibatnya suatu perilaku tertentu dapat diubah dan dengan demikian perilaku itu
dapat dimodifikasi. Umpamnya ia dihukum bila ia menganggu orang lain, degnan
demikian rasa bermusuhan mungkin dapat diganti dengan sikap yang lebih kooperatif.
Terapi
perilaku
dapat
dilakukan
secara
individual
ataupun
secara
berkelompok. Indikasi utama ialah gangguan fobik dan perilaku kompulsif, disfungsi
sexual (umpamanya impotensi dan frigiditas) dan deviasi sexual (umpamanya
exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran obsesif, gangguan kebiasaan atau
pengawasan impuls (umpamanya gagap, enuresis dan berjudi secara kompulsif),
gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia) dan reaksi konversi. Terapi perilaku
tidak berguna pada skizofrenia akut, depresi yang hebat dan hipomania.2
9. TERAPI KOGNITIF
Terapi kognitif adalah terapi terstruktur jangka pendek yang menggunakan
kerja sama aktif antara pasien dan ahli terapi untuk mencapai tujuan terapetik. Terapi
ini berorientasi terhadap rnasalah sekarang dan pemecahannya. Terapi biasanya
dilakukan atas dasar individual, walaupun metoda kelompok juga digunakan. Terapi
juga dapat digunakan bersama-sama dengan obat.
31
Menguji pikiran otamatis, dengan berperan sebagai guru, ahli terapis membantu
pasien menguji keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien
menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih lebihan setelah pemeriksaan
yang cermat.
Mengidentifikasi asumsi maladaptif, saat pasien dan ahli terapis terus berusaha
mengidentifiksi pikiran otomatis, pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan
atau anggapan umum yang maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contoh Supaya
gembira saya harus sempurna. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan
kegagalan dan akhirnya depresi.
Menguji keabsahan asumsi maladaftif, mirip dengan pengujian keabsahan pikiran
otomatis adalah menguji keakuratan anggapan maladapatif. Satu tes yang cukup efektif
adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan keabsahan suatu asumsi.
Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia harus selalu membangun
kemampuannya. Ahli terapi dapat bertarya, Mengapa hal tersebut sangat penting bagi
anda?
e. Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku digunakan
untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat. Tujuan keseluruhan
teknik adalah untuk membantu pasien mengerti ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan
mempelajari strategi dan cara baru tnenghadapi masalah tersebut.
Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan
aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan kognitif, latihan
kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan teknik pengalihan.2,4
f. Manfaat
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan
sampai sedang atau bersarna-saina dengan medikasi antidepresan untuk gangguan
depresif berat. Ini adalah salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk
gangguan depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya
meningkatkan kepatuhan dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai
pengobatan putus heroin.4
10.
HIPNOTERAPI
34
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam
kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi
untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau
memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk
asosiasi baru.6
a. Indikasi dan Pemakaian
Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk
mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan
alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi
anestesia, dan pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis.
Hipnosis juga ielah digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil,
pruritis, aforia, dan gangguan konversi.6
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat
mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah
digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.
b. Kontraindikasi
Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal
dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai
oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan
lain dapat terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki
kesulitan dalam tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan
dasar, seperti pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti
pasien obsesif kompu1sif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai
etik yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di
mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance) adalah sangat mudah
disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan tentang apakah pasien akan
melakukan tindakan selama keadaan trance yang mereka rasakan menjijikan pada
keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode moral rnereka. 6
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai
dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa
hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi.
Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan
terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya
35
menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan trance mulai dari
ringan sampai ke trance yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.
Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau
sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu
hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.2,3,4
11. NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien
diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu
narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.
Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan
perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral,
maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak
selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk
narkoanalisa bukan merupakan serum kebenaran yang sungguh-sungguh, seperti
apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).2
2.5
EFEKTIVITAS PSIKOTERAPI
Dari pelbagai penelitian statistik yang telah dilakukan, ternyata di antara
sekian banyak bentuk dan jenis psikoterapi yang ada, tidak satu pun terbukti lebih
unggul daripada yang lain. Walaupun ada banyak jenis psikoterapi yang dapat
diberikan untuk berbagai problem pasien. Dengan pengecualian yang memungkinkan
untuk sejumlah kecil metoda perilaku dan kognitif perilaku tertentu, yang diterapkan
untuk beberapa problem khas tertentu pula, bukti akurat mengenai efektivitas
psikoterapi belum ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang
sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis
psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi,
mengajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka,
mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru, dsb. sayangnya, indikasi
spesifik untuk psikoterapi spesifik umumnya tidak tersedia. Beberapa ahli membantah
36
bahwa banyak metode psikoterapi dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain
mengemukakan bahwa terapi yang terlatih untuk menggunakan teknik tertentu
mungkin kurang penting untuk perbaikan kondisi pasien dibandingkan dengan sifatsifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat, kehangatan yang tidak posesif
serta tulus.
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:
-
2.6
Hasil Terapeutik
Hasil utama dan terakhir dari suatu teknik pertolongan, berupa :
-
BAB III
KESIMPULAN
Telah diuraikan dasar-dasar psikoterapi secara singkat dan terbatas, dimana
psikoterapi merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien
yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam hubungan professional secara sukarela,
dengan maksud menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala gejala yang ada,
mengoreksi prilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara
positif.
. Psikoterapi memang merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat
untuk pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan pada
umumnya. Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun memerlukan waktu
yang tidak sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis yang juga tidak kalah pentingnya.
37
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif, et al. Kapita selekta kedokteran. Media Aesculapius. 2001
2. Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga University,
1998 : hal : 483-497.
3. Tomb, David A: Buku Saku Psikiatri, ed-6, EGC, 2004
4. Kaplan, Sadocks ; Psikoterapi, Sinopsis Psikiatri, Edisi Ketujuh, Jilid 2, hal 383
442.
5. Corey Gerald; Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama.2009
39
40