Pembahasan PWS Kia
Pembahasan PWS Kia
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS
KIA) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan
pelayanan KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus. Hal
tersebut di maksudkan agar dapat di lakukan tindak lanjut yang cepat
dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan KIAnya
masuh rendah ataupun wilayah yang membutuhkan penanganan atau
tindak lanjut secara khusus.
Penyajian PWS KIA dapat dipakai sebagai alat motivasi dan
komunikasi kepada sector terkait atau stakeholder yang berkaitan
terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dapat
dijabarkan lebih lanjut bahwa penyajian PWS KIA berkaitan langsung
dengan masyarakat setempat, khususnya aparat yang berperan dalam
pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan pelayanan KIA,
maupun dalam membantu memecahkan masalah non teknis rujukan
kasus resiko tinggi. Dalam hal ini adalah sumber daya masyarakat dan
tokoh agama.
Pelaksanaan PWS KIA baru berarti bila dilengkapi dengan tindak
lanjut berupa perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA. Tindak
lanjut dimaksudkan disini adalah intensifikasi penggerakan sasaran
dan mobilisasi sumber daya yang di perlukan dalam rangka
meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA. Contohnya adalah
bagaimana memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan
minimal 4 kali selama kehamilannya yang dilakukan oleh masyarakat
itu sendiri kader misalnya.
Hasil rekapitulasi PWS KIA di tingkat kabupaten dapat dipakai
untuk menentukan puskesmas yang rawan. Demikian juga PWS KIA
tingkat provinsi, yaitu untuk mengidentifikasi kabupaten mana yang
memerlukan penanganan khusus dan juga untuk menentukan
kabupaten mana yang rawan sehingga masalah-masalah yang dihadapi
tersebut dapat diatasi dengan baik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Program Kesehatan Reproduksi di Wilayah Kerja Bidan
Komunitas
1. Kebijakan Kesehatan Ibu dan Anak
1) Setiap ibu menjalani kehamilan dan persalinan dengan
sehat dan selamat serta bayi lahir sehat
2
seeking care)
Penggunaan buku KIA
Konsep SIAGA (Siap, Antar, Jaga)
Penyediaan dana, transportasi, donor darah untuk
keadaan darurat
Peningkatan penggunaan ASI eksklusif
2) Pemberdayaan Masyarakat
3) Kerjasama lintas sektor, mitra lain termasuk pemerintah
daerah dan lembaga legislatif.
Advokasi dan sosialisasi ke semua stakeholders
Mendorong
adanya
komitmen,
dukungan,
peraturan, dan kontribusi pembiayaan dari berbagai
pihak terkait.
Peningkatan keterlibatan LSM, organisasi profesi,
dan
neonatal esensial.
Penanganan kegawatdaruratan
neonatal
Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
obstetrik
dan
kesehatan
reproduksi
yang
dalam
keluarga
dan
individu
dalam
rangka
meningkatkan kemandirian.
4) Prinsip kemitraan, meliputi koordinasi dalam rangka
kemitraan yang tulus dan setara serta meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat dan kerjasama internasional
5) Prinsip segmentasi sasaran, meliputi keberpihakan pada
keluarga rentan, perhatian khusus pada segmen tertentu
berdasarkan ciri-ciri demografis, sosial, budaya dan
ekonomi
dan
keseimbangan
dalam
memfokuskan
memperoleh
pelayananan
pengobatan
pelaksanaan
Program
melalui
melalui
laporan
kasus AIDS,
6) Pembiayaan
pencegahan
dan
penanggulangan
IMS
remaja
wajib
hidup
reproduksinya
2) Setiap remaja
sehat
untuk
mempunyai
menjamin
hak
yang
kesehatan
sama
dalam
termasuk
pelayanan
informasi
dengan
yang
sebesar-besarnya
untuk
mendukung
dan
mendorong
keterlibatan
dan
kemandirian remaja.
Program Kesehatan Reproduksi Remaja
1) Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan
dengan kebutuhan proses tumbuh kembang remaja dengan
menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu
6
pendekatan
Pelayanan
Kesehatan
Reproduksi
bimbingan
dan
konseling,
Pendidikan
advokasi,
sosialisasi
untuk
membangun
kendali
mutu
pelayanan
melalui
untuk
mengetahui
pemberdayaan
dalam
pelayanan
10
(TT)
lengkap.
(Ukur) Tinggi fundus uteri.
(Pemberian) Tablet zat besi minimal 90 tablet
selama kehamilan
6. Test terhadap penyakit menular seksual/VDRL
7. Temu wicara/konseling.
8. Test/pemeriksaan Hb.
9. Test/pemeriksaan urin protein.
10. Test reduksi urin.
11. Perawatan payudara (tekan pijat payudara).
12. Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil).
13. Terapi yodium kapsul (khusus daerah endemic
gondok).
14. Terapi obat malaria (untukdaerahendemis malaria).
2) Penjaringan (Deteksi) Dini Kehamilan Berisiko
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan ibu hamil
berisiko yang dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan
tenaga kesehatan.
3) Kunjungan Ibu Hamil
Maksudnya adalah kontak ibu hamil dengan tenaga
profesional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai
standar yang ditetapkan.
4) Kunjungan Baru Ibu Hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan.
5) Kunjungan Ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
kedua dan seterusnya untuk mendapatkan pelayanan
antenatal sesuai dengan standar selama satu periode
kehamilan berlangsung.
6) K4
11
antenatal
serta
kemampuan
program
dalam
menggerakkan masyarakat.
RUMUS:
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat
pelayanan antenatal oleh tenaga
kesehatan disuatu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui
Proyeksi, dihitung berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan
menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
13
ibu
hamil
di
suatu
wilayah,
di
samping
X100%
manajemen
program
KIA dalam
pertolongan
x 100%
x 100%
x 100%
X 100%
Keluarga
Berencana
di
samping
menggambarkan
penanganan/pemberian
tindakan
terakhir
untuk
yang
kemudian
ditindak
lanjuti
sesuai
dengan
X 100%
penghitungan
cakupan
pemberian
ASI
eksklusif
19
Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang
akan membentuk koloni di kulit dan usus bayi sebagai
perlindungan diri.
Grafik cakupan K1
Grafik cakupan K4
Pengumpulan data
Pengolahan data
x 100%
. x 100%
. x 100%
. x 100%
a. Menentukan
target
rata-rata
per
bulan
untuk
22
Des 90,0%
Nov 82,5%
Okt 75,0 %
Sep 67,5%
Ags 60,0%
Juli 52,5%
Juni 45%
Target 30,0%
Mei 37,5%
Apr 30,0%
Mar 22,5%
Feb 15,0%
Jan 7,5 %
% kumulatif 55
% bulan ini 14
% bulan lalu 10
TREND
48
6
8
40
7,5
7,5
22,5
7,5
10
15
6
4
40
9
7
Pusk
_
Desa
Cakupan
terhadap target
lalu
Di
Di
atas
bawah
Naik
23
Turun
Tetap
Status Desa
Baik
+
Kurang
+
Baik
Jelek
Cukup
bulanan
yang
meningkat
atau
tetap
jika
25
Seorang bidan harus mencatat setiap ibu hamil, bayi baru lahir
(neonatus), bayi dan anak balita, yang ada di desanya. Sehingga setiap
bulan dia dapat melakukan analisis dan penelusuran data di desanya.
Bidan harus mengaitkan data dari kohort ibu, kohort bayi dan kohort
anak balita untuk pendataan sadaran maupun cakupan pelayanan, jika
jumlah sasaran bayi di wilayahnya tidak sesuai dengan sasaran bayi,
perlu ditelusuri apakah ada kematian, ada persalinan di tolong tenaga
kesehatan luar wilayah atau ada bayi baru pindah atau sebab yang lain.
Notifikasi risiko tinggi pada ibu hamil selain perlu lebih diperhatikan
ibunya juga bayinya, dalam tatalaksana dan renca tindak lanjut juga
memperhatikan bayinya, jia dideteksi gawat janin, prematur atau BBLR
harus disarankan persalinan di fasilitas yang memadai.
Analisis dan penelusuran data kohort yang dapat dilakukan oleh
bidan untuk meningkatkan kinerja bidan, contohnya :
1) Dari data kohort ditemukan :
a. Ibu T, 19 tahun, punya jamkesmas, hamil anak pertama,
HPHT tanggal 21 Februari 2008, taksiran partus tanggal
7 September 2008, rencana persalinan oleh bidan,
tempat persalinan di rumah, pendamping persalinan
suami, transportasi dari suami, donor darah dari suami,
datang ANC pertama kali tanggal 25 April 2008 pada
usia 9 minggu, dengan hasil pemeriksaan BB 37 kg,
Tekanan Darah 90/60 dan LILA 22 cm dan anemia.
Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku KIA. Tanggal 15
April 2008 keguguran ditolong oleh dukun.
b. Ibu Tar, 39 tahun, termasuk masyarakat miskin, tidak
punya jamkesmas, hamil anak ke 6, pernah melahirkan 5
26
tempat
persalinan
di
rumah,
pendamping
Masalah
HPHT 1/2/08,
Muda
mempunyai P4K,
Rencana
rencana tempat
persalinan di
persalinan di rumah,
Rumah
mendukung)
ke 9 BB 37 kg, TD
tab Fe)
Anemia
Konseling tunda
22
Dukun
Tanggal 15/4/08
keguguran, ditolong
dukun di rumah
Banyak
G6 P5 H5, P4K
di rumah
lengkap, rencana
ANC 1 trimester 2
masyarakat untuk
27
tempat persalinan di
mendukung)
Anemia
Berikan tablet Fe
Pastikan mendapatkan
Jamkesmas
KTM/Jamkesmas
Rencanakan persalinan di
RS (untuk melakukan kontap
dan persiapan komplikasi)
Konseling KB kontap
(libatkan suami)
2) Contoh analisis dan penelusuran data kohort bayi dan anak balita
yang dapat dilakukan oleh bidan untuk meningkatkan kinerja
berdasarkan data dari register kohort :
a. Bayi D umur 6 hari, kehaliran di bidan swasta, kunjungan
neonatal 1 oleh bidan wilayah diberikan vit K 1 tetapi
belum HB 0, bayi belum mempunyai buku KIA.
b. Bayi Y umur 6 bulan, kelahiran di bidan wilayah, asuhan
BL
lengkap,
kunjungan
neonatal
lengkap,
sudah
Contoh Kasus
Masalah
kelahiran di bidan
vaksin HB 0.
28
tentang belum
terpenuhinya
neonatal 1 oleh
bidan
swasta
K1 tetapi belum HB
0,
bayi belum
untuk :
mempunyai buku
KIA.
- Sosialisasi standar
asuhan BBL.
- Memenuhi ketersediaan
buku KIA di fasilitas
swasta dan koordinasi
laporan.
Bayi Y umur 6
bulan,
kelahiran di bidan
wilayah, asuhan
BBL
imunisasi untuk
pelaksanaan imunisasi
neonatal lengkap,
sudah kunjungan
bayi
I, sudah imunisasi
dan usul :
1, Polio 2, DPT-HB
3
belum dilatih.
- Memperkuat
pilek berobat ke
bidan
pelaksanaan PWS
29
luar wilayah.
imunisasi.
Taksiran
persalinan
K4
23
Pn
Jumlah bayi
sampai dengan
bulan Juni
24
Bentuk pertanyaan
sederhana untuk
bidan menganalisa
Kn 1
10
Siapa
neonatus
yang belum
Kn 1? Apa
jenis
pelayanan
yang belum
didapatkan,
Vit K1 atau
HB 0 atau
konseling
menyusui
Kn lengkap
7
Neonatus dengan
komplikasi yang K By
ditangani
2
8
Dari bayi yang
belum Kby 1 atau
Kby 2 atau Kby 3
atau Kby 4
bagaimana status
gizi masing-masing
bayi? bagaimana
status imunisasi
masing-masing
bayi? apa jenis
pelayanan yang
belum didapatkan?
rencana
operasional
jangka
pendek
untuk
dapat
Jumlah bumil K1
sampai bulan
Juni
24
Rencana
Bulan Juli
23
Bekerja sama
dengan kader dan
dukun bayi untuk
mencari ibu hamil
baru dan sisa ibu
K4
Taksiran
Persalinan
Memastikan ibu K1
yang seharusnya
sudah memasuki
K4 agar melakukan
pemeriksaan K4
31
Mempersiapkan
diri untuk
Menolong
persalinan yang
akan terjadi pada
Pn
5
Mengkaji dan
menindaklanjuti
keadaan dari satu
ibu yang K4 tetapi
tidak Pn,
dan untuk
persiapan lebih
lanjut ke persalinan
yang aman
memastikan agar
tidak terjadi lagi
pertolongan yang
tidak ditolong oleh
tenaga kesehatan
Contoh Rencana Tindak Lanjut Bagi Bidan Desa untuk ibu hami
32
Jumlah bayi
sampai dengan
bulan Juni
24
Rencana
Bulan Juli
Neonatus dengan
komplikasi yang
ditangani
Kn 1
Kn lengkap
10
Memastikan Kn1
mendapatkan Kn2
dan Kn3
Kunjungan
neonatus yang
tidak tercakup Kn
1 atau Kn2 atau
Kn3 untuk
memberikan jenis
pelayanan yang
belum didapatkan
(Vit K1, HB 0, dll)
Membuat atau
memperbarui peta
neonatus risiko
Tinggi
Pemeriksaan
Manajemen
Terpadu Bayi
Muda untuk
neonatus risiko
tinggi yang tidak
tercakup Kn1 atau
Kn2 atau Kn3
Kunjungan bayi
segera untuk
status gizi tidak
naik, imunisasi
belum lengkap,
belum Vit A
Kemitraan
dengan kader
untuk mengajak
bayi yang belum
Kby 1, 2, 3, 4
datang ke
Posyandu
Mencari kelahiran
baru :
- Koordinasi
dengan bidan
luar wilayah
- Kemitraan
dengan kader,
dukun
K By
33
Neonat
us
Bulin
Bumil
Nama
desa
Pddk#
No
Cakupan Puskesmas
Cakupan (%)
K1
K4
Pn
RENCANA INTERVENSI
KN1
Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA (validasi data).
Mengusahakan agar setiap persalinan dibawa ke Puskesmas/Poskesdes
441
357
427
12
10
12
11
11
11
11
108
80
117
83
60
67
36
11
182
11
136
443
12
12
11
133
33
secara teratur
Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan PWS-KIA (validasi data).
Bumil dan bulin di luar wilayah yang mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tersebut tetap dilaporkan ke dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
Mengusahakan agar setiap persalinan dibawa ke Puskesmas/Poskesdes
27
Kunjungan oleh bidan/dokter pada setiap bufas dan neonates
Memberikan hadiah pada bumil yang bersalin di tenaga kesehatan
Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan kader agar setiap bumil periksa
teratur dan bersalin oleh nakes
34
35
penyelenggaraan
pelayanan
KIA
perlu
kebutuhan
antara
lain
perbaikan
mutu
pelayanan.
2) Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama
yang berstatus jelek, perlu prioritas intervensi sesuai
dengan permasalahan.
3) Intervensi
penyediaan
yang
bersifat
logistik)
teknis
harus
(termasuk
dibicarakan
segi
dalam
dan/atau
kabupaten/kota
(untuk
rapat
dinas
mendapat
kesehatan
bantuan
dari
kabupaten/kota).
Diagram di bawah menunjukkan alur pengolahan, analisis dan
pemanfaatan PWS KIA.
36
3
7
Alur pengolahan data, analisis dan pemanfaatan data PWS KIA di tingkat
Puskesmas.
Umpan Balik :
Umpan Balik dari Puskesmas
:
Umpan Balik dari Kabupaten/Kota :
Umpan Balik dari Propinsi
:
Umpan Balik dari Pusat
:
1 bulan sekali
1 bulan sekali
3 - 6 bulan sekali
6 - 12 bulan sekali
kemudian
dikirimkan
ke
dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Di puskesmas disusun PWS KIA tingkat puskesmas
(per
desa/kelurahan)
kabupaten/kota
dan
disusun
di
PWS
dinas
KIA
kesehatan
tingkat
berdasarkan
hasil
PWS
KIA kepada
tim
musrenbang.
b) Pemanfaatan Indikator Pemantauan
Dalam upaya melibatkan lintas sektor terkait, khususnya
para aparat setempat, dipergunakan indikator indikator yang
terpilih untuk menggambarkan wilayahnya yaitu :
1. Cakupan K4, yang menggambarkan
kualitas
pelayanan KIA
2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN),
yang menggambarkan tingkat keamanan persalinan.
3. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan.
4. Cakupan kunjungan nifas/neonatus.
5. Cakupan penanganan komplikasi neonatus.
6. Cakupan kunjungan bayi.
7. Cakupan kunjungan balita.
8. Cakupan pelayanan KB aktif.
Penyajian indikator indikator tersebut kepada lintas
sektor ditujukan sebagai alat advokasi, informasi dan
komunikasi dalam menyampaikan kemajuan maupun
permasalahan operasional program KIA, sehingga para
aparat dapat memahami program KIA dan memberikan
bantuan sesuai kebutuhan.
Indikator pemantauan ini dapat dipergunakan dalam
berbagai pertemuan lintas sektor di semua tingkat
administrasi pemerintah secara berkala dan disajikan setiap
bulan, untuk melihat kemajuan suatu wilayah. Bagi wilayah
yang cakupannya masih rendah diharapkan lintas sektor
39
dapat
menindak
lanjuti
sesuai
kebutuhan
dengan
PWS KIA
Merencanakan Fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan
puskesmas
Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
Pihak yang terlibat meliputi :
Subdinas/Bidang yang menangani KIA dari Dinas
dari
Dinas
Kesehatan
Propinsi
dan
Kabupaten/Kota.
Selain itu, pertemuan juga dapat melibatkan RSU. Hal ini
penting karena PWS KIA mempunyai pendekatan wilayah.
Dengan demikian semua pelayanan KIA dari fasilitas pelayanan
40
PWS KIA
Merencanakan Fasilitasi tingkat kabupaten/kota dan
puskesmas
Menyusun mekanisme pemantauan kegiatan, dll
41
Kesehatan Kabupaten/Kota.
Subdinas/Bidang yang menangani Puskesmas dan RS
Pengendalian
Perencanaan,
pelaksanaan
42
dan
pemantauan
kegiatan
Evaluasi /Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menilai kemajuan cakupan
program KIA dan merencanakan kegiatan tindak lanjut.
D. Pelaksanaan PWS KIA di Tingkat Puskesmas
Langkah-langkah
atau
urutan
yang
dilaksanakan
meliputi:
Pertemuan reorientasi
Pertemuan ini merupakan pertemuan dengan tujuan :
Bidan di Desa
Bidan Koordinator
Kepala Puskesmas
Petugas Gizi
P2PL
Data Operator
Farmasi
Pertemuan Sosialisasi
Fokus pertemuan ini adalah untuk lintas sektor tingkat
kecamatan dan desa, dengan tujuan untuk sosialisasi
tentang PWS KIA, menyepakati peran lintas sektor
dalam PWS KIA dan menyusun mekanisme pemantauan
43
kegiatan.
Pihak yang terlibat meliputi :
Puskesmas
Camat
Kepala Desa
Dewan Kelurahan
LKMD
PKK
Koramil
Polsek
Perencanaan
pelaksanaan
dan
pemantauan
kegiatan
Implementasi PWS KIA Puskesmas.
Puskesmas melaksanakan kegiatan PWS KIA melalui
pengumpulan, pengolahan, analisis, penelusuran dan
pemanfaatan data PWS KIA sesuai dengan yang
diterangkan pada pembahasan sebelumnya.
Termasuk dalam implementasi PWS KIA di Puskesmas
adalah pemanfaatan PWS KIA dalam Lokakarya Mini,
Pertemuan Bulanan Kecamatan dan Musrenbangcam.
44
Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil hasil
pembahasan
implementasi
PWS
KIA
di
tingkat
puskesmas.
Puskesmas,
Pertemuan
Bulanan
Desa
dan
Musrenbangdes.
Tindak lanjut :
Kegiatan ini bertujuan untuk menindaklanjuti hasil hasil
pembahasan
implementasi
45
PWS
KIA
di
tingkat
60
46
Data pelayanan:
1) Jumlah K1.
2) Jumlah K4.
3) Jumlah ibu hamil beresiko yang dirujuk oleh masyarakat.
4) Jumlah ibu hamil beresiko yang dilayani oleh tenaga kesehatan.
5) Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga profesional.
6) Jumlah bayi berusia kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh
tenaga kesehatan minimal 2 kali.
Sumber data yang diperlukan untuk melaksanakan PWS-KIA
umumnya berasal dari
1) Register Kohort ibu dan bayi.
2) Laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan
dukun bayi.
3) Laporan dari dokter/ bidan praktik swasta.
4) Laporan dari fasilitas pelayanan selain puskesmas yang berada di
wilayah puskesmas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja
47
secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat.
Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas,
ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita.
Tujuan PWS-KIA adalah Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus menerus. Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWSKIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam
program KIA.Ditetapkan 6 indikator PWS-KIA yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
3.2 Saran
Bagi Mahasiswa diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa dalam memberikan pelayanan kebidanan yang sesuai dengan standar
praktek bidan. Penulispun mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat.
Pedoman pemantuan wilayah setempat.2010
Kemenkes, Dirjen bina gisi dan KIA.2011.Kebijakan dan program kementrian
kesehatan dalam pelaksanaan PKH. Yogyakarta
48
49