Refrat Retinoblastoma PDF
Refrat Retinoblastoma PDF
REFERAT
RETINOBLASTOMA
Pembimbing :
dr. Lopo Triyanto. Sp.Bonk (K)
Disusun Oleh:
Annisa Hema Izati
G1A212041
SMF BEDAH
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang penyakit retinoblastoma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat fibrosa yang memberikan bentuk pada
mata. Bagian terdepan sklera adalah kornea yang transparan. Kornea
memudahkan sinar masuk ke bola mata.6,7
c. Uvea
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Terdiri atas iris, badan siliar,
dan koroid. Pada iris terdapat pupil yang berfungsi mengatur jumlah sinar
yang masuk pada mata. Badan siliar terletak di belakang iris dan
menghasilkan akuos humor, yang dikeluarkan melalui trabekulum yang
terletak di pangkal iris di batas kornea dan sklera. 6,7
d. Retina
Retina merupakan membran neurosensoris yang akan mengubah sinar
menjadi rangsangan pada saraf optik untuk kemudian diteruskan ke otak.
Retina merupakan lapisan paling dalam dan mempunyai susunan sebanyak
sepuluh lapis. 6,7
2.
Histologi Retina
Retina adalah lapisan yang tipis, semi transparan, dan terdiri atas
berlapi-lapis jaringan saraf. Retina melapisi sekitar 2/3 bagian bola mata, yaitu
hampir sama luasnya dengan korpus siliaris, dan berakhir pada ora serrata.
Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel pigmen retina
sehingga juga bertumpuk dengan membrana bruch, khoroid dan sklera. Di
sebagian besar tempat, retina dan epitel pigmen retina mudah terpisah hingga
membentuk ruang subretina. Tetapi pada diskus optikus dan ora serata, retina
dan epitel pigmen retina saling melekat kuat.6
Retina mempunyai sepuluh lapisan, dari dalam ke luar, susunannya
adalah sebagai berikut : (1) Membrana limitasi interna, (2) Lapisan serat saraf,
(3) Lapisan sel ganglion, (4) Lapisan plexiform dalam, (5) Lapisan nucleus
dalam, (6) Lapisan plexiform luar, (7) Lapisan nucleus luar, (8) Membrana
limitasi eksterna, (9) Lapisan fotoreseptor (sel batang dan kerucut) dan (10)
Epitel pigmen retina (Gambar 2.2). 6
2.3 Epidemiologi
Retinoblastoma terjadi pada 1 : 15.000 sampai 1 : 20.000 kelahiran hidup.
Tidak ada keterkaitan jenis kelamin atau ras terhadap kejadian RB. Sekitar
sepertiga sampai seperempatnya mampunyai riwayat penyakit keluarga dengan
RB. Survival rate di USA dan Inggris mencapai 90%. RB unilateral adalah yang
tersering ditemukan, dan yang paling jarang adalah RB trilateral. 1-3
3. Stadium retinoblastoma
a. Stadium leukokoria
Pada stadium ini, pasien tidak merasakan gejala apapun hanya penglihatan
menurun sampai visus 0. Saat ini orang tua pasien merasa tidak ada
masalah dengan mata anaknya sehingga kadang dibiarkan, padahal pada
tahap inilah pasien masih bisa diselamatkan dengan tindakan enukleasi.
Jika pada pemeriksaan patologi anatomi nervus optikus sudah terkena
maka tindakan selanjutnya adalah kemoterapi.9
b. Stadium glaukomatosa
Massa tumor sudah memenuhi seluruh bola mata sehingga gejala yang
nampak adalah gejala glaukoma. Gejala lain yang dapat nampak adalah
strabismus, uveitis, dan hifema. Stadium ini biasanya hanya berlangsung
beberapa bulan, sehingga jika terlambat ditangani akan masuk stadium
berikutnya.
Penanganannya
adalah
dengan
enukleasi
dilanjutkan
2.5 Diagnosis
Di USA, kebanyakan kasus terdiagnosis pada keadaan tumor masih terbatas
pada intraokuler, sedangkan pada negara berkembang biasanya terdiagnosis
setelah terjadi penyebaran. Diagnosis RB ditegakkan berdasarkan temuan klinik,
yaitu adanya satu atau lebih massa berwarna keputihan pada retina, maassa
tersebut bias ditemukan dalam korpus vitreus (endofitik) atau pada spatium sub
retina (eksofitik). 11
1. Gejala Awal
Gejala RB yang paling sering adalah leukocoria (56%) atau pupil putih
(Gambar 2.5), namun gejala ini biasanya hilang timbul, tergantung pandangan
mata anak. Gejala ini biasanya ditemukan tidak sengaja oleh orang tua, atau
oleh dokter saat pemeriksaan reflek cahaya.8,11
Gejala lain yang dapat ditemukan adalah mata merah, nyeri, dan
strabismus. Gejala-gejala tersebut biasanya terjadi karena adanya inflamasi
pada mata, peningkatan tekanan intraokuler, dan glaucoma. Jika pasien dating
dengan stadium lanjut dapat ditemukan keluhan penonjolan pada mata yang
bertambah besar. Pada pemeriksaan dapat ditemukan injeksi, hifema atau
hipopion pada kamera okuli anterior, dan ditemukan penonjolan massa pada
satu atau dua mata.8,10,11
Tabel 2.1 Gejala yang sering ditemukan pada kasus retinoblastoma 8
Gejala
1. Leukocoria
2. Strabismus
3. Mata merah dan nyeri
4. Glaukoma
5. Gangguan penglihatan
6. Asimptomatis
7. Selulitis orbital
8. Midriasis unilateral
9. Heterochromia iridis
10. Hifema
Jumlah (%)
56%
20%
7%
7%
5%
3%
3%
2%
1%
1%
2. Anamnesis
Pada pasien dengan kecurigaan RB, maka perlu dilakukan anamnesis
lanjutan. Perlu ditanyakan onset dan durasi kelainan mata, terutama lekocoria
atau strabismus. Kesehatan anak secara keseluruhan juga perlu ditanyakan.
Adanya penurunan berat badan atau selera makan dapat menjadi salah satu
gejala yang perlu diwaspadai. Pertanyaan tentang penglihatan yang perlu
ditanyakan adalah apakah pasien mengalami gangguan penglihatan, seperti
penglihatan kurang fokus, perbedaan gerakan mata kanan dan kiri, atau
kesulitan meraih benda, dan ada atau tidaknya nistagmus. Pertanyaan lain
adalah ada tidaknya riwayat trauma, terutama pada mata, serta riwayat
penyakit keluarga dengan retinoblastoma.8,10,11
3. Pemeriksaan Fisik
Pasien anak yang diduga RB harus mendapatkan pemeriksaan fisik dan
penunjang lengkap oleh onkologis anak dan dokter mata. Pemeriksaan mata
pada anak yang tidak kooperatif dapat dilakukan dengan pengaruh anestesi
(examination under anesthesia). Beberapa hasil pemeriksaan yang dapat
ditemui pada pemeriksaan yaitu :
a. Penurunan visus, biasanya dapat ditemukan pada anak yang sudah
dapat berkomunikasi dan kooperatif
b. Cover/uncover test dapat ditemukan adanya strabismus
c. Injeksi
d. Leukocoria
e. Hifema dan atau hipopion
f. Pada pasien kooperatif dapat dilakukan pemeriksaan slit lamp,
biasanya dapat ditemukan adanya uveitis atau glaucoma
g. Peningkatan tekanan intraokuler
h. Pemeriksaan funduskopi dilakukan dengan anestesi. Lesi kecil dapat
terlihat sebagai area tembus cahaya atau lesi berbentuk seperti kubah.
Pada lesi yang lebih besar, dapat ditemukan area berwarna keputihan
seperti kapur. Tumor endofitik tumbuh kea rah corpus vitreum,
sedangkan eksofitik tumor tumbuh ke spatium subretina.4,5,8
10
maupun
ekstrakranial,
adanya
pinealblastoma/
trilateral
11
b. Homer Wright rosettes, rosettes yang tidak mempunyai lumen dan sel
terbentuk mengelilingi masa proses eosinofilik
c. Fleurettes, adalah focus sel tumor yang mana menunjukkan
differensiasi fotoreseptor, kelompok sel dengan proses pembentukan
sitoplasma dan tampak menyerupai karangan bunga.11
12
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi yang akan dijelaskan adalah klasifikasi menurut Reese-Ellsworth
dan International classification of intraocular retinoblastoma.
Tabel 2.2 Klasifikasi retinoblastoma menurut Reese-Ellsworth 1,10
Group
A
B
Group I
Tumor soliter, ukuran kurang Tumor multiple, ukuran
dari 4 diameter disc, pada
tidak melebihi 4 diameter
atau di belakang equator
disc, semua pada atau di
belakang equator
Group II
Tumor soliter, ukuran 4-10
Tumor multipel, ukuran 4diameter disc, pada atau di
10 diameter disc, pada atau
belakang equator
di belakang equator
Group III
Terdapat lesi di anterior
Tumor soliter lebih besar
equator
dari 10 diameter disc, di
belakang equator
Group IV
Tumor multiple, beberapa
Ada lesi yang meluas ke
besarnya lebih dari 10
anterior ora serrate
diameter disc
Group V
Massive seeding melibatkan Vitreous seeding
lebih dari setengah retina
Tabel 2.3 International classification of intraocular retinoblastoma 8,11
Group A
Group B
Group C
Group D
Group E
13
2.7 Tatalaksana
Tatalaksana retinoblastoma melibatkan pendekatan multidisiplin. Dokter
mata, dokter onkologi, dokter ahli radioterapi, dokter patologi, dan konselor
genetik merupakan para ahli yang harus dapat bekerja sama untuk manajemen
pasien secara komprehensif. Secara umum, tatalaksana RB dibagi menjadi
tatalaksana intraokuler pada asal tumor, dan ekstraokuler yang merupakan
penyebaran tumor. Tatalaksana tersering pada RB unilateral adalah enukleasi
bulbi, dengan cure rate > 95%. Kasus RB bilateral biasanya ditangani dengan
kemoterapi atau external beam radiation (EBR).8
Tujuan utama tatalaksana RB intraokuler adalah untuk mempertahankan
kehidupan. Mempertahankan organ dan fungsi penglihatan merupakan tujuan
sekunder dan tertier. Terdapat beberapa metode tatalaksana RB intraokuler,
meliputi terapi fokal (krioterapi, laser fotokoagulopati, termoterapi transpupilary,
termoterapi transsklera, dan plaque brachytherapy), terapi local (external beam
radiotherapy/ EBR, enukleasi), dan terapi sistemik (kemoterapi). Terapi fokal
terutama untuk tumor dengan ukuran kecil, sedangkan terapi local dan sistemik
digunakan untuk terapi RB lebih lanjut.8
1. Krioterapi
Krioterapi dilakukan pada tumor ukuran kecil, yaitu diameter maksimal 4 mm,
dan ketebalan maksimal 2 mm. Biasanya dilakukan tiga kali dalam interval 46 minggu sampai terjadi regresi tumor. Krioterapi dilakukan dengan alat yang
dapat mengeluarkan suhu 60 sampai 80 C, sehingga terjadi krionekrosis
tumor.1,4,12
2. Terapi laser
Terapi laser dilakukan pada tumor primer dengan ukuran kecil, atau tumor
dengan ukuran besar yang telah mengecil setelah kemoterapi. Terapi laser
tidak efektif pada massa yang telah memenuhi korpus vitreus. Laser
dimasukkan ke dalam mata melalui oftalmoskop atau mikroskop indirek. Dua
gelombang yang umum digunakan adalah cahaya hijau dengan panjang
gelombang 532 nM dan cahaya inframerah dengan panjang gelombang 810
nM. Tujuan terapi ini adalah untuk menghambat aliran darah ke tumor,
sehingga terjadi nekrosis jaringan tumor.1,4,5
14
3. Plaque brachyterapi
Terapi ini diindikasikan pada tumor dengan ukuran diameter kurang dari 16
mm, dan ketebalannya kurang dari 8 mm. metodenya adalah dengan
memancarkan gelombang radioaktif ke tumor melalui sclera. Materi radioaktif
yang biasa digunakan adalah Ruthenium 106 dan Iodine 125. Keuntungan
terapi ini adalah kerusakan minimal pada struktur normal di sekitarnya.4,5
4. Enukleasi
Enukleasi adalah tindakan yang paling umum dilakukan pada pasien RB yang
sudah berkembang. Enukleasi biasanya dilanjutkan dengan terapi lainnya,
untuk mencegah metastasis. Tindakan ini biasanya dilakukan pada RB
intraokuler yang sudah diikuti adanya neovaskularisasi iris, glaucoma
sekunder, invasi tumor ke kamera okuli anterior, tumor mengisi > 75% korpus
vitreus, tumor nekrosis dengan inflamasi orbital sekunder, dan tumor yang
berhubungan dengan adanya hifema atau hemoragik vitreus.4,5,8
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada tindakan enukleasi adalah :
a. Manipulasi minimal
b. Menghindari perforasi mata
c. Mendapatkan tunggul nervus optikus > 15 mm
d. Melakukan inspeksi hasil enukleasi, untuk mengetahui perluasan tumor ke
ekstraokuler dan keterlibatan nervus optikus
e. Jaringan segar hasil enukleasi segera dikirim ke laboratorium untuk
pemeriksaan patologi anatomi.8
5. Kemoterapi
Kemoreduksi adalah istilah yang menjelaskan proses reduksi volume tumor
dengan kemoterapi. RB dengan kemoterapi saja bukanlah tindakan kuratif
yang efektif, karena kemoterapi ini harus diikuti dengan terapi local lainnya.
Gabungan kemoterapi dan terapi fokal dapat meminimalisis kebutuhan untuk
enukleasi atau EBR.4,5,8,12
Tabel menjelaskan regimen kemoterapi yang sering digunakan. Terapi standar
digunakan untuk RB dengan ukuran kecil dan sedang (ICIOR grup A sampai
C), sedangkan dosis tinggi untuk tumor yang lebih lanjut (ICIOR grup D).
15
Dosis tinggi
16
2.9 Prognosis
1. Prognosis terhadap kehidupan
Tumor yang tidak diterapi dapat mengakibatkan invasi local dan
metastastis, dan biasanya pasien akan meninggal dalam jangka waktu
kurang dari 2 tahun. Kasus yang jarang, dapat terjadi perhentian
pertumbuhan tumor secara spontan dan membentuk retinoma, atau
nekrosis dan menyebabkkan phtisis bulbi.4,12
Tumor dengan ukuran kecil atau sedang, jika diterapi dengan tepat
dapat mempunyai survival rate
17
DAFTAR PUSTAKA