Anda di halaman 1dari 48

Kode/Rumpun: 574/Akuntansi

LAPORAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN


SEPEDA MOTOR DI KALANGAN MAHASISWA
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
Dibiayai dengan DIPA Polmed.Kemendikbud
Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan
Nomor: 235/PLS.2/PM/2013

Oleh:
ASMALIDAR,S.E.,M.Si

NIDN 0019047205

Unit Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat


(UPPM)
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan dan
hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat selesai dilaksanakan. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh fenomena banyaknya masyarakat yang menggunakan sepeda motor
sepeda motor sebagai moda transportasi dalam kegiatan sehari-hari, termasuk mahasiswa
Politeknik Negeri Medan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang faktor-faktor yang
medorong mahasiswa untuk menggunakan sepeda motor dan bagaimana upaya yang dapat
diambil agar mahasiswa menggunakan alternative moda transporatasi lainnya. Dengan
demikian, dapat diambil kebijakan untuk mengurangi kemacetan jalan raya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang membantu penelitian ini,
terutama kepada Politeknik Negeri Medan dan Kementrian Pendidikan Nasional yang
mendanai penelitian ini. Terima kasih juga diucapkan kepada seluruh mahasiswa Politeknik
Negeri Medan yang menjadi responden penelitian ini.

Medan, Oktober 2013

Peneliti

ii

ABSTRAK

Kebutuhan alat transportasi yang semakin meningkat sudah tidak dapat dihindari lagi.
Apalagi kemampuan masyarakat untuk memperoleh atau menggunakan alat transportasi
semakin meningkat akibat pendapatan masyarakat yang juga semakin meningkat. Hal ini juga
berlaku bagi mahasiswa di Politeknik Negeri Medan, yang menggunakan sepeda motor
berbagai merek sebagai moda transportasi sehari-hari. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam menggunakan sepeda
motor sebagai moda transportasi dan faktor-faktor yang menjadi menjadi pertimbangan
dalam pemilihan brand sepeda motor tertentu. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Analitical Hierarchy Process (AHP) yang dapat menunjukkan hirarki
prioritas mahasiswa memilih salah satu brand tertentu. Variabel keputusan dalam pemilihan
suatu brand yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga, model, perawatan, harga suku
cadang, pemakaian bahan bakar, kemudahan mendapatkan suku cadang dan harga jual
kembali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang menjadi pertimbangan
dalam membeli sepeda motor adalah kenyamanan sepeda motor, pertimbangan adalah harga
jual kembali sepeda motor, keiritan sepeda motor dalam mengkonsumsi bahan bakar serta
kemudahan suku cadang dan biaya perawatan sepeda motor yang terjangkau. Sedangkan
ketersediaan varian sepeda motor dan harga sepeda motor bukan merupakan faktor penting
yang menjadi pertimbangan dalam membeli sepeda motor. Merek sepeda motor yang paling
disukai mahasiswa Politeknik Negeri Medan adalah Honda. Kemudian disusul oleh Yamaha
dan Kawasaki. Sedangkan Suzuki menjadi merek sepeda motor yang kurang digemari oleh
mahasiswa.
Keywords: Analitical Hierarchy Process, brand, moda transportasi, pilihan sepeda motor

iii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

i
ii
iii
iv
v
vi
vii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2. Permasalahan Penelitian
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Manfaat Penelitian

1
1
3
3
3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Permintaan
2.2. Bauran Pemasaran
2.3. Brand
2.4. Perilaku Konsumen dan Keputusan Pembelian

4
4
4
6
8

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
3.2. Lokasi Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4. Metode Analisis
3.5. Penerapan Model AHP dalam Identifikasi Faktor Penentu
Konsumen dalam Memilih Sepeda Motor

10
10
10
11
11
20

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PEMBAHASAN


4.1. Karakteristik Responden
4.2. Faktor Pendorong Penggunaan Sepeda Motor sebagai Moda
Transportasi Utama
4.3. Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Merek Sepeda Motor

22
22
27

SIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

31
31
31

BAB V

LAMPIRAN

iv

29

DAFTAR GAMBAR

No
Gambar 3.1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Gambar 4.4
Gambar 4.5
Gambar 4.6
Gambar 4.7
Gambar 4.8

Judul Gambar
Halaman
Struktur Hirarki Penelitian
21
Jenis Kelamin Responden
22
Asal Responden
23
Jumlah Sepeda Motor yang Dimiliki oleh Rumah Tangga
23
Responden
Cara Responden Membeli Sepeda Motor
24
Kondisi Sepeda Motor yang Dibeli Responden
25
Kepemilikan Surat Izin Mengemudi
26
Faktor Penentu Pembelian Sepeda Motor
29
Merek Sepeda Motor yang Dipilih Mahasiswa
30

DAFTAR TABEL

No
Tabel 1.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4

Judul Tabel
Halaman
Produksi, Penjualan dan Ekspor Sepeda Motor Indonesia
2
Matriks Perbandingan Berpasangan
16
Skala Penilaian Perbandingan
17
Pembangkit Random (RI)
19
Jangka Waktu Responden Mengganti Sepeda Motor yang Lama
24
dengan yang Sepeda Motor Baru
Jenis Moda Transportasi ke Kampus yang Lebih Disenangi
26
Faktor Pendorong Mahasiswa Menggunakan Sepeda Motor ke
27
Kampus
Pilihan Moda Transportasi jika Terjadi Peningkatan Harga BBM
28

vi

DAFTAR LAMPIRAN

No
Lampiran 1
Lampiran 2

Judul Tabel
Kuesioner Penelitian
Hasil Print Out Analisis AHP dengan Expert Choice

vii

Halaman
34
41

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dalam beberapa tahun
terakhir. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2005
2010 mencapai 5,7% per tahun (BPS, 2011). Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
tersebut menyebabkan kebutuhan alat transportasi yang cukup tinggi pula. Untuk
menjalankan aktivitasnya sehari-hari, masyarakat membutuhkan alat transportasi semakin
besar. Ditambah lagi pertumbuhan penduduk Indonesia yang rata-rata mencapai 1,49% setiap
tahun, sehingga pada tahun 2010 berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
Indonesia mencapai 237,6 juta.
Kebutuhan alat transportasi yang semakin meningkat sudah tidak dapat dihindari lagi.
Apalagi kemampuan masyarakat untuk memperoleh atau menggunakan alat transportasi
semakin meningkat akibat pendapatan masyarakat yang juga semakin meningkat. Pada tahun
2005, pendapatan per kapita masyarakat Indonesia sebesar US$ 1.250. Pendapatan per kapita
tersebut meningkat sebesar 107% pada tahun 2010, menjadi US$ 2.590 (setara dengan
Rp24,3 juta). Besarnya pertumbuhan pendapatan per kapita masyarakat, menyebabkan
masyarakat memiliki kemampuan untuk membeli alat transportasi seperti mobil, sepeda
motor dan lain-lain. Khususnya bagi masyarakat golongan menengah ke bawah, saat ini
sepeda motor menjadi pilihan yang paling utama sebagai alat transportasi. Berdasarkan data
BPS jumlah sepeda motor di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 28,5 juta unit meningkat
jumlahnya menjadi 61,1 juta unit pada tahun 2010 atau tumbuh 114 persen.
Pemilihan sepeda motor sebagai alat transportasi bagi masyarakat golongan menengah ke
bawah dilatarbelakangi pada berbagai faktor seperti pendapatan yang masih belum begitu
besar, transpotasi umum yang semakin buruk, harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang
murah, keiritan penggunaan BBM, dan pengaturan waktu perjalanan yang lebih fleksibel.
Faktor lain yang juga mendukung meningkatnya penggunaan sepeda motor di kalangan
masyarakat yakni mudahnya masyarakat membeli sepeda motor dengan cara kredit. Beberapa
lembaga pembiayaan seperti ADIRA, WOM Finance, dan lain-lain memberikan kemudahan

bagi masyarakat khususnya masyarakat dengan pendapatan menengah ke bawah untuk


membeli sepeda motor.
Pada saat ini pasar sepeda motor dikuasai oleh beberapa brand seperti Honda, Yamaha,
Suzuki dan Kawasaki. Produksi sepeda motor tersebut sudah dilakukan di Indonesia, bahkan
Indonesia sudah mampu mengekspor sebagian sepeda motor yang diproduksi ke luar negeri.
Pada tahun 2006, produksi sepeda motor Indonesia berjumlah 4.458.886 unit. Lima tahun
kemudian (2011), produksi sepeda motor Indonesia menjadi 8.006.293 unit atau tumbuh
79,5%. Besarnya pertumbuhan produksi sepeda motor Indonesia menunjukkan bahwa
permintaan sepeda motor di Indonesia semakin meningkat.
Tabel 1.1 Produksi, Penjualan dan Ekspor Sepeda Motor Indonesia
Tahun
Produksi
Penjualan
2006
4.458.886
4.428.274
2007
4.722.521
4.688.263
2008
6.264.265
6.215.831
2009
5.884.021
5.881.777
2010
7.395.390
7.398.644
2011
8.006.293
8.043.535
Sumber: Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), 2012

Ekspor
42.448
25.632
62.968
29.815
29.395
31.357

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa produksi dan penjualan sepeda motor di
Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar dari tahun 2006 hingga 2010.Hanya saja
pada tahun 2009, jumlah produksi dan penjualan mengalami penurunan dibanding tahun
2008, diakibatkan terjadinya krisis ekonomi global. Namun pada tahun 2010, produksi dan
penjualan sepeda motor mengalami peningkatan kembali. Hingga tahun 2011, produknya
telah mencapai 8.006.293, sedangkan penjualannya mencapai 8.043.535. Setiap hari
penjualan sepeda motor mencapai 24.429 unit per hari. Lebih besarnya statistik penjualan
sepeda motor dibandingkan produksi sepeda motor menunjukkan adanya sepeda motor impor
yang masuk ke Indonesia. Saat ini dalam Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI),
yang menjadi anggotanya antara lain Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, Kanzen, dan TVS.
Sedangkan brand sepeda motor lainnya masih tidak begitu besar kontribusinya, dan brand ini
diimpor dari negara asalnya. Kelebihan dari produksi sepeda motor Indonesia diekspor ke
beberapa negara.

Bagi mahasiswa, sepeda motor juga merupakan alat transportasi yang paling banyak
digunakan. Penggunaan sepeda motor menjadi alternatif moda transportasi yang mendukung
kegiatan mobilitas mahasiswa. Brand sepeda motor yang digunakan mahasiswa juga sangat
beragam, namun hampir keseluruhannya masih terkonsentrasi pada brand tertentu seperti
Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki. Persaingan yang ketat membuat para produsen
sepeda

motor

mengarahkan

penjualannya

kepada

mekanisme

pasar,

bagaimana

memposisikan pemasar untuk selalu dapat mengembangkan inovasi bentuk dan fitur sepeda
motor.
Berdasarkan data dari AISI (2012), pencapaian penjualan sepeda motor cukup beragam.
Sepanjang Januari hingga April 2012, produsen Honda berhasil membukukan penjualan
1.408.744 unit, pada bulan April 2012, produk Honda mampu terserap pasar sebanyak
344.349 unit. Catatan apik ini membawa Honda di peringkat pertama pasar motor di Tanah
Air, meninggalkan kompetitor lainnya. Sementara itu, Yamaha berada di posisi kedua.
Produsen berlambang garpu tala ini menorehkan penjualan 236.185 unit di bulan April,
adapun total penjualan dari Januari-April sebanyak 948.473 unit. Posisi selanjutnya masingmasing diisi oleh Suzuki dan Kawasaki. Total penjualan Suzuki dari Januari-April sebanyak
168.084 unit, sedangkan di bulan April mereka menjual 30.385 unit. Kawasaki yang masih
mengandalkan segmen motor sport mencatatkan penjualan sebanyak 9.717 unit di bulan lalu,
dengan total penjualan 41.210 unit sepanjang 2012. Dengan demikian persaingan penjualan
sepeda motor di Indonesia cukup tinggi.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat maka produsen sepeda motor harus
mampu memberikan kepuasan terhadap konsumennya seperti menghasilkan produk dengan
kualitas yang baik, harga lebih murah, suku cadang yang terjamin, dan performa mesin.
Mahasiswa sebagai salah satu konsumen sepeda motor juga memiliki faktor-faktor
pendukung dalam memilih satu brand tertentu.
Berdasar uraian di atas, maka perlu dilakukan analisis tentang Faktor Penentu pemilihan
sepeda motor di kalangan mahasiswa Politeknik negeri Medan. Di samping itu, semakin
banyaknya jumlah siswa menyebabkan semakin banyaknya kenderaan bermotor. Peminatan
terhadap sepeda motor tertentu didukung oleh beberapa faktor. Kajian ini akan mengalisis
faktor yang mempengaruhi pemilihan kenderaan roda dua pada Mahasiswa Politeknik
Medan.

1.2. Permasalahan Penelitian


Masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor apa yang mendorong mahasiswa Politeknik Negeri Medan menggunakan sepeda
motor sebagai moda tranportasi ke kampus?
2. Faktor-faktor apakah yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan brand sepeda motor
bagi Mahasiswa Politeknik Negeri Medan?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mendorong mahasiswa Politeknik Negeri Medan
menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi ke kampus
2. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan brand sepeda
motor bagi Mahasiswa Politeknik Negeri Medan

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi tentang faktor utama yang menyebabkan mahasiswa Politeknik
negeri Medan menggunakan sepeda motor sebagai moda tranportasi ke kampus.
2. Menjelaskan faktro-faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan brand sepeda
motor oleh mahasiswa Politeknik Negeri Medan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Secara sederhana, pemilihan seseorang terhadap pembelian suatu barang dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Dalam teori mikro ekonomi ditunjukkan bahwa ada pengaruh yang negatif
antara harga barang dan jumlah barang yang diminta. Dalam pengembangannya faktor-faktor
yang menentukan seseorang dalam memilih sepeda motor dapat dilandasi oleh beberapa
variabel seperti faktor keamanan, kenyamanan, biaya, waktu, fitur kenderaan dan promosi.
2.1.Teori Permintaan
Permintaan merupakan jumlah barang atau jasa yang diminta oleh konsumen pada tingkat
harga yang berlaku tertentu. permintaan (demand) sebagai barang atau jasa yang rela dan
mampu dibeli oleh konsumen. Sementara itu, Sukirno (2002) menjelaskan teori permintaan
sebagai bagaimana seseorang atau atau konsumen sebagai pembeli memiliki sikap bahwa jika
harga suatu barang semakin meningkat maka jumlah barang yang diminta menjadi semakin
menurun.
Hukum permintaan menjelaskan bahwa ada hubungan negatif antara harga dan permintaan.
Hukum permintaan menyatakan bahwa bila harga suatu barang mengalami kenaikan maka
permintaan akan mengalami penurunan.
Selain harga, faktor yang dapat mempengaruhi permintaan barang antara lain adalah selera,
trend, promosi, pendapatan masyarakat, dan lain-lain. Dengan berubahnya variabel-variabel
tersebut maka akan menyebabkan terjadinya perubahan pada permintaan barang.
2.2. Bauran Pemasaran
Dalam meningkatkan penjualannya, maka salah upaya yang dilakukan oleh produsen adalah
melaksanakan bauran pemasaran atau marketing mix. Kegiatan ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang positip terhadap penjualan produk. Persaingan industri sejenis
yang semakin ketat, menyebabkan setiap perusahan harus dapat melakukan strategi bauran
pemasaran yang tepat sehingga dapat memenangkan persaingan.
Dalam melaksanakan kegiatan pemasaran, perusahaan mengkombinasikan empat variabel
dalam strategi pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat dan promosi. Menurut
5

Swasta dan Irawan (2002), marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel atau
kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran perusahaan, yakni produk, struktur
harga, kegiatan promosi dan kegiatan distribusi.
Adapun penjelasan terhadap kegiatan-kegiatan dalam bauran pemasaran adalah:
1. Produk (Product)
Produk adalah variabel pemasaran yang berhubungan langsung dengan keinginan dan
kebutuhan konsumen. Produk dari suatu barang merupakan bagian terpenting dari kegiatan
pemasaran karena jika produsen yang menghasilkan produk yang tidak baik, maka produk
tersebut akan tidak disenangi oleh konsumen. Produk yang dihasilkan harus sesuai dengan
keinginan konsumen dan dengan demikian produk tersebut menjadi diminati oleh masyarakat
dan mendatangkan keuntungan yang besar bagi produsen.
2. Harga (Price)
Harga merupakan nilai dari suatu barang yang ditetapkan oleh produsen. Respon yang
diberikan oleh responden dapat bernilai positip dan dapat pula bernilai negatip. Produsen
akan berespon positip jika harga barang masih lebih rendah dibandingkan harga barang
sejenis di wilayahnya atau masyarakat merasa bahwa barang yang dibeli olehnya masih
relatif terjangkau. Penentuan harga harus berlandaskan kepada harga barang sejenis,
perbedaan produk yang dipasarkan, dan biaya memproduksi barang tersebut.
3. Promosi (Promotion)
Promosi merupakan salah satu aspek penting dalam pemasaran suatau barang. Hal ini
disebabkan karena promosi dapat menimbulkan perubahan dari perusahaan. Promosi tidak
hanya dilakukan oleh perusahaan atau penjual jasa tetapi juga oleh pembeli yang sering
menggunakanannya dengan menggunakan biro jasa promosi.
4. Tempat (Place)
Tempat mengacu kepada dimana barang tersebut akan dipasarkan. Suatu wilayah memiliki
kekhasan masing-masing. Keputusan suatu pimpinan perusahaan untuk menjual suatu produk
pada suatu barang dapat berbeda harganya untuk tempat lain.

2.3. Brand
Brand atau merek merupakan atribut yang mencerminkan identitas yang dapat membedakan
suatu produk perusahaan dengan produk pesaing. Brand perlu diciptakan, dipelihara,
dilindungi untuk meningkatkan citra suatu produk. Para pakar pemasaran mengatakan bahwa
pemberian brand adalah seni dan bagian yang paling penting dalam pemasaran. Selain itu,
brand juga dapat membantu perusahaan untuk menjelaskan posisi pasar dari produk. Brand
menjadi cerminan bagaimana kualitas, nilai, dan karakter dari suatu produk.
Pengertian brand menurut Simamora (2001) adalah nama, tanda, istilah, symbol, desain atau
kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan mendiferensial (membedakan)
barang atau layanan suatu penjual dari barang atau layanan penjual lain. Sedangkan Lamb,
Hair dan McDaniel (2001) berpendapat bahwa pengertian brand sebagai suatu nama, istilah,
symbol, desain atau gabungan keempatnya, yang mengindentifikasikan produk para penjual
dan membedakannya dari produk pesaing.
Pada hakikatnya brad mengindentifikasikan penjual dan pembeli. Menurut Kotler (2000),
brand memiliki enam tingkatan yakni:
1. Atribut (merek mengingatkan pada atribut-artibut tertentu)
2. Manfaat (merek diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional)
3. Nilai (merek menggambarkan nilai dari produsen)
4. Budaya (merek dapat mewakili budaya tertentu)
5. Kepribadian ( merek mencerminkan kepribadian tertentu)
6. Pemakai (merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk)
Dalam membentuk brand, hendaknya produsen tidak hanya menjadikannya sebagai nama
(atribut) saja, tetapi produsen harus membuat tujuan dari brand sehingga pada tingkatan
akhirnya, brand mencerminkan kualitas pemakainya. Bagi produsen brand harus dapat
menjadi image (pandangan) dari produk. Pandangan konsumen terhadap suatu merek
merupakan hal yang sangat penting dalam strategi pemasaran.
Brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek
tertentu (Kotler, 2000) dan (Tjiptono, 2005). Menurut Aaker (dalam Simamora, 2001), brand
image adalah bagaimana merek dipersepsikan konsumen. Lebih lanjut Hapsari (2007)
mengambil beberapa kesimpulan tentangbrand image sebagai berikut:

1.

Brand image merupakan pemahaman konsumen mengenai merek secara keseluruhan.

2.

Brand image tidak semata ditentukan oleh bagaimana pemberian nama yang baik kepada
sebuah produk, tetapi juga dibutuhkan bagaimana cara memperkenalkan produk tersebut
agar dapat menjadi sebuah memori bagi konsumen dalam membentuk suatu persepsi
akan sebuah produk.

3.

Brand image sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau
persepsi konsumen terhadap suatu merek.

4.

Brand image dapat dianggap jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika
mengingat sebuah merek tertentu.

5.

Brand image sangat berpatokan pada pemahaman, kepercayaan, dan pandangan atau
persepsi konsumen terhadap suatu merek.

6.

Brand image dapat dianggap jenis asosiasi yang secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan pada suatu merek.

7.

Brand image yang positif akan membuat konsumen menyukai suatu produk dengan
merek yang bersangkutan di masa depan.

8.

Brand image merupakan faktor yang penting yang dapat membuat konsumen
mengeluarkan keputusan untuk mengkonsumsi bahkan sampai kepada tahap loyalitas di
dalam menggunakan suatu merek produk tertentu, karena brand image mempengaruhi
hubungan emosional antara konsumen dengan suatu merek, sehingga merek yang
penawarannya sesuai dengan kebutuhan akan terpilih untuk dikonsumsi.

2.4. Penelitian Sebelumnya


Sejumlah penelitian telah dilakukan dalam mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
konsumen dalam memilih sepeda motor. Priyana, Deny (2013) melakukan penelitian faktorfaktor yang mempengaruhi konsumden dalam memilih kenderaan roda dua dengan metode
Analytical Hierarchy Process. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 97 responden dan
responden yang diambil adalah konsumen yang memiliki sepeda motor bermerk Honda Supra
X 125R, Suzuki Shogun 125R, Kawasaki Joy dan Kymco Cevira 125R yang berada di
Jakarta. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa model, harga, konsumsi BBM,
performa, fitur, handling dan uji emisi memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen
membeli sepeda motor. Hasil penelitiannya menjumpai bahwa Honda Supra X 125R
merupakan sepeda motor yang menjadi pilihan terbaik bagi para responden, dengan

mengandalkan kriteria harga yang menjadi prioritas utama yang dimiliki sepeda motor
tersebut.
Nafilla (2012) melakukan penelitian tentang analisis persepsi konsumen terhadap keputusan
pembelian sepeda motor di Makasar. Peneliti mewawancarai 100 orang responden yang
memiliki sepeda motor Honda, Yamaha dan Suzuki. Dengan menggunakan metode regresi
berganda, Nafilla mendapati bahawa faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen dalam
memilih sepeda motor adalah nilai kualitas, nilai emosional, nilai fungsional dan nilai sosial.
Variabel yang paling domiman mempengaruhi keputusan pembelian sepeda motor di
Makassar adalah nilai emosional yaitu rasa senang, ingin memiliki dan nyaman
mengendarainya.
Penelitian lain yang menganalisis faktor pendorong seorang konsumen membeli sepeda
motor dilakukan oleh Arsy (2012). Peneliti menganalisis pengaruh faktor budaya, sosial,
pribadi dan psikologis konsumen terhadap keputusan pembelian motor matic Yamaha.
Dengan menggunakan analisis regresi berganda, Arsy menemukan bahwa secara simultan
variabel budaya, sosial, pribadi dan psikologis berpengaruh terhadap keputusan pembelian motor
matic Yamaha. Namun secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian
adalah variabel pribadi yaitu umur, pendapatan, gaya hidup dan kepribadian.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari mahasiswa Politeknik Negeri Medan. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), dan
data lainnya
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Politeknik Negeri Medan yaitu dengan mewawancarai mahasiswa
di Politeknik Negeri Medan yang memiliki sepeda motor sebagai moda transportasi ke
kampus.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Politeknik Negeri Medan yang
menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi ke kampus. Tidak ada informasi yang
pasti tentang jumlah sepeda motor yang digunakan mahasiswa sebagai alat transportasi ke
kampus. Namun sebagai pendekatan maka diasumsikan setiap mahasiswa memiliki sepeda
motor sebagai alat transportasinya. Jumlah mahasiswa aktif Politeknik Negeri Medan pada
Mei 2012 adalah 4538..
Teknik metode sampling yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel penelitian ini
berdasarkan rumus Slovin, yaitu

dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = besarnya error bound (maksimal 10%)

10

Dengan menggunakan rumus slovin, maka jumlah sampel penelitian ini adalah:

n = 97,8 digenapkan menjadi 100 orang

Dengan menggunakan error bound sebesar 10% maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah sebesar 100 orang. Mahasiswa yang menjadi sampel penelitian diambil secara random
(acak).
3.4. Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam peneltian ini meliputi analisis deskriptif dan
Analytical Hierarchy Process (AHP). Secara jelasnya, metode yang digunakan antara lain
sebagai berikut:

3.4.1. Analisis Deskriptif


Analisis ini memberikan gambaran tentang karakteristik tertentu dari data yang telah
dikumpulkan. Data tersebut akan dianalisis sehingga menghasilkan gambaran tentang faktorfaktor yang mendukung mahasiswa Politeknik Negeri Medan untuk menggunakan sepeda
motor sebagai moda transportasi. Analisis data disajikan dalam bentuk tabulasi, gambar
(chart) dan diagram.

3.4.2. Analytical Hierarchy Process


Metoda Analytical Hierrchy Process (AHP) awalnya dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie
Saaty dari Wharton Business School sekitar tahun 1970. Metode ini digunakan untuk mencari
rangking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari
berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihanpilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak
dipengaruhi oleh satu faktor saja melainkan multifaktor dan mencakup berbagai jenjang
maupun kepentingan.

11

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk
menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu.
Perbandingan-perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relatif. Metode ini adalah sebuah kerangka
untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan
mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut
kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki,
memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan
mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki
prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan
tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagiannya, serta menjadikan variabel dalam
suatu hirarki (tingkatan). Masalah yang kompleks dapat diartikan bahwa kriteria dari suatu
masalah yang begitu banyak (multikriteria), struktur masalah yang belum jelas,
ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu
orang, serta ketidakakuratan data yang tersedia.
Metode AHP ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan menstruktur
suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik berbagai
pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah
dibuat. Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari
konsistensi, pengukuran dan ketergantungan di dalam dan di luar kelompok elemen
strukturnya.
Analytical Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:
1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan
yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting
dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.

12

2. Homogenity, yaitu mengandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya,


tidak dimungkinkan membandingkan jeruk dengan bola tenis dalam hal rasa, akan tetapi
lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.
3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun
mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).
4. Expectation, yang berarti menonjolkon penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi
dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitatif maupun yang
bersifat kualitatif.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metode AHP didasarkan pada langkah-langkah
berikut:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria
kriteria dan alternaifalternatif pilihan yang ingin di rangking.
3. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap masingmasing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau judgement dari pembuat
keputusan dengan menilai tingkat tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen
lainnya.
4. Menormalkan data yaitu dengan membagi nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang
berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
5. Menghitung nilai eigen vector dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data (preferensi) perlu diulangi. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah
nilai eigen vector maksimum yang diperoleh dengan menggunakan matlab maupun
dengan manual.
6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
7. Menghitung eigen vector dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai eigen vector
merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis pilihan dalam penentuan
prioritas elemenelemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
13

8. Menguji konsistensi hirarki. Jika tidak memenuhi dengan CR < 0, 15; maka penilaian
harus diulang kembali.
Rasio Konsistensi (CR) merupakan batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang ditetapkan
Saaty. Rasio Konsistensi (CR) dirumuskan sebagai perbandingan indeks konsistensi (RI).
Angka pembanding pada perbandingan berpasangan adalah skala 1 sampai 9, dimana:
Skala 1 = setara antara kepentingan yang satu dengan kepentingan yang lainnya
Skala 3 = kategori sedang dibandingkan dengan kepentingan lainnya
Skala 7 = kategori amat kuat dibandingkan dengan kepentingan lainnya
Skala 9 = kepentingan satu secara ekstrim lebih kuat dari kepentingan lainnya.
Prioritas alternatif terbaik dari total rangking yang diperoleh merupakan rangking yang dicari
dalam Analytical Hierarchy Process (AHP) ini.
Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) ada
beberapa prinsip dasar yang harus dipahami antara lain:
a. Decomposition
Sistem yang kompleks dapat dengan mudah dipahami kalau sistem tersebut dipecah menjadi
berbagai elemen pokok, kemudian elemen-elemen tersebut disusun secara hirarkis.
Hirarki masalah disusun untuk membantu proses pengambilan keputusan dengan
memperhatikan seluruh elemen keputusan yang terlibat dalam sistem. Sebagian besar
masalah menjadi sulit untuk diselesaikan karena proses pemecahannya dilakukan tanpa
memandang masalah sebagai suatu sistem dengan suatu struktur tertentu.
Pada tingkat tertinggi dari hirarki, dinyatakan tujuan, sasaran dari sistem yang dicari solusi
masalahnya. Tingkat berikutnya merupakan penjabaran dari tujuan tersebut. Suatu hirarki
dalam metode AHP merupakan penjabaran elemen yang tersusun dalam beberapa tingkat,
dengan setiap tingkat mencakup beberapa elemen homogen. Sebuah elemen menjadi kriteria
dan patokan bagi elemen-elemen yang berada di bawahnya. Dalam menyusun suatu hirarki
tidak terdapat suatu pedoman tertentu yang harus diikuti. Hirarki tersebut tergantung pada

14

kemampuan penyusun dalam memahami permasalahan. Namun tetap harus bersumber pada
jenis keputusan yang akan diambil.
Untuk memastikan bahwa kriteria-kriteria yang dibentuk sesuai dengan tujuan permasalahan,
maka kriteria-kriteria tersebut harus memiliki sifat-sifat berikut:
1) Minimum
Jumlah kriteria diusahakan optimal untuk memudahkan analisis.
2)

Independen
Setiap kriteria tidak saling tumpang tindih dan harus dihindarkan pengulangan kriteria
untuk suatu maksud yang sama.

3) Lengkap
Kriteria harus mencakup seluruh aspek penting dalam permasalahan.
4) Operasional
Kriteria harus dapat diukur dan dianalisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan
dapat dikomunikasikan.
b. Comparative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu
tingkat tertentu dalam kaitannya dengan criteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari
AHP, karena ia akan berpengaruh dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada
sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks
yang dinamakan matriks pairwise comparison.
Yang pertama dilakukan dalam menentapkan prioritas elemen-elemen dalam suatu
pengambilan keputusan adalah dengan membuat perbandingan berpasangan, yaitu
membandingkan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh
kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Dalam perbandingan berpasangan ini, bentuk yang
lebih disukai adalah matriks, karena matriks merupakan alat yang sederhana yang biasa
dipakai, serta memberi kerangka untuk menguji konsistensi. Rancangan matrik ini
mencerminkan dua segi prioritas yaitu, mendominasi dan didominasi.

15

Misalkan terdapat suatu sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif
dibawahnya, Ai sampai An. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat
dibuat dalam bentuk matriks n n, seperti pada tabel 2.1. di bawah ini:

Tabel 3.1. Matriks Perbandingan Berpasangan


C

A1

A2

A3

..

An

A1

a11

a12

a13

a1n

A2

a21

a22

a23

a2n

A3

a31

a32

a33

a3n

..

..

..

..

..

An

an1

an2

an3

ann

Nilai a11 adalah nilai perbandingan elemen A1 (baris) terhadap A1 (kolom) yang menyatakan
hubungan:
a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A1
(kolom) atau
b. Seberapa jauh dominasi A1 (baris) terhadap A1 (kolom) atau
c. Seberapa banyak sifat kriteria C terhadap A1 (baris) dibandingkan dengan A1 (kolom).
Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan
yang disebut Saaty pada tabel 3. Apabila bobot kriteria Ai adalah Wi dan bobot elemen Wj
maka skala dasar 1-9 yang disusun Saaty mewakili perbandingan (Wi/Wj)/1. Angka-angka
absolute pada skala tersebut merupakan pendekatan yang amat baik terhadap perbandingan
bobot elemen Ai terhadap elemen Aj.

16

Tabel 3.2 Skala Penilaian Perbandingan


Skala tingkat
kepentingan
1

Definisi

Keterangan

Sama pentingnya

Kedua elemen mempunyai pengaruh yang sama


Pengalaman dan penilaian sedikit memihat satu
elemen dibandingkan dengan pasangannya
Pengalaman dan penilaian sangat memihak satu
elemen dibandingkan dengan pasangannya
Satu elemen sangat disukai dan secara praktis
dominasinya sangat nyata dibandingkan dengan
elemen pasangannya
Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai
dibandingkan dengan pasangannya, pada tingkat
keyakinan yang tertinggi
Diberikan bila terdapat keraguan penilaian antara
dua penilaian yang berdekatan
Bila aktivitas i memperoleh suatu angka bila
dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki
nilai kebalikannya bila dibandingkan i

Sedikit lebih penting

Lebih penting

Sangat penting

Mutlak lebih penting

2,4,6,8

Nilai tengah

Kebalikan

Aij = 1/Aji

Sumber: Thomas L. Saaty (1991)


Saaty menyusun angka-angka absolute sebagai skala penilaian berdasarkan kemampuan
manusia untuk menilai secara kualitatif, yaitu melalui ungkapan sama, lemah, amat kuat, dan
absolute atau ekstrim.
Penilaian yang dilakukan oleh banyak partisipan akan menghasilkan pendapat yang berbeda
satu sama lain. AHP hanya memerlukan satu jawaban untuk matriks perbandingan. Jadi
semua jawaban dari partisipan harus dirata-ratakan. Dalam hal ini Saaty memberikan metode
perataan dengan rata-rata geometric atau geometric mean. Rata-rata geometric dipakai karena
bilangan yang dirata-ratakan adalah deret bilangan yang sifatnya rasio dan dapat mengurangi
gangguan yang ditimbulkan salah satu bilangan yang terlalu besar atau terlalu kecil.
Teori rata-rata geometric menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan yang melakukan
perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban atau nilai numerik untuk setiap
pasangan. Untuk mendapatkan nilai tertentu dari semua nilai tersebut, masing-masing nilai
harus dikalikan satu sama lain kemudian hasil perkalian itu dipangkatkan dengan 1/n. Secara
sistematis dituliskan sebagai berikut:
aij = (z1. z2. z3. . zn)1/n
dengan:
17

aij =

Nilai rata-rata perbandingan berpasangan kriteria Ai dengan Aj untuk n partisipan

Zi =

Nilai perbandingan antara A1 dengan Ai untuk partisipan i, dengan i = 1, 2, 3, , n

n=

Jumlah partisipan

c. Synthesis of Priority
Dari setiap matriks Pairwise Comparison kemudian dicari eigenvector dari setiap matriks
Pairwise Comparison untuk mendapatkan local priority. Karena matriks Pairwise
Comparison terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus
dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut
bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur
sintesis dinamakan priority setting.
d. Logical Consistency
Salah satu asumsi utama model AHP yang membedakannya dengan model-model
pengambilan keputusan lain adalah tidak adanya syarat konsistensi mutlak. Dengan model
AHP yang memakai persepsi manusia sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin
terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara
konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini
maka manusia dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak.
Pengukuran konsistensi dari suatu matriks itu sendiri didasarkan atas eigenvalue maksimum.
Dengan eigenvalue maksimum, inkonsistensi yang biasa dihasilkan matriks perbandingan
dapat diminumkan.
Rumus dari indeks konsistensi adalah:
CI = (maks n) ( n 1)
Dengan:
CI = indeks konsistensi
(maks = eigenvalue maksimum
n = orde maktrik
18

dengan merupakan eigenvalue dan n ukuran matriks. Eigenvalue maksimum suatu matriks
tidak akan lebih kecil dari nilai n sehingga tidak mungkin ada nilai CI negatif. Makin dekat
eigenvalue maksimum dengan besarnya matriks, makin konsisten matriks tersebut dan
apabila sama besarnya maka matriks tersebut konsisten 100% atau inkonsistensi 0%. Dalam
pemakaian sehari-hari CI tersebut biasa disebut indeks inkonsistensi karena rumus (2.2) di
atas memang lebih cocok untuk mengukur inkonsistensi suatu matriks.
Indeks inkonsistensi di atas kemudian diubah dalam bentuk rasio inkonsistensi dengan cara
membaginya dengan suatu indeks random. Indeks random menyatakan rata-rata konsistensi
dari matriks perbandingan berukuran 1 sampai 10 yang didapatkan dari suatu eksperimen
oleh Oak Ridge National Laboratory dan kemudian dilanjutkan oleh Wharton School.

Tabel 3.3 Pembangkit Random (RI)


N

10

RI

0.58

0.9

1.12

1.24

1.32

1.41

1.45

1.49

CR = CI/RI
CR = Rasio konsistensi
RI = Indeks random

Selanjutnya konsistensi responden dalam mengisi kuesioner diukur. Pengukuran konsistensi


ini dimaksudkan untuk melihat ketidak konsistensinan respon yang diberikan responden. Sato
dalam Chow and Luk (2005) telah menyusun nilai CR (Consistency Ratio) yang diizinkan
adalah CR < 0,15.

3.5. Penerapan Model AHP Dalam Mengidentifikasi Faktor Penentu Konsumen Dalam
Memilih Sepeda Motor
Penerapan model AHP dalam mengidentifikasi faktor penentu konsumen dalam memilih
sepeda motor sebagai moda trasnportasi di kalangan mahasiswa Politeknik Negeri Medan
dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

19

a. Penetapan sasaran studi


b. Penyusunan kriteria meliputi: Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki.
c. Penyusunan Alternatif meliputi : harga, model, perawatan, harga suku cadang, pemakaian
bahan bakar, kemudahan mendapatkan sparepart, dan harga jual kembali.
d. Penetapan bobot kriteria melalui kuisoner dimana mahasiswa Politeknik Negeri Medan
menjadi responden.
e. Penyusunan nilai masing-masing yakni Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki menurut
variabel-variabel operasional yang diturunkan dari kriteria
f. Perhitungan nilai hirarki prioritas pilihan jenis alternatif berdasarkan perkalian bobot
kriteria dan masing-masing dari penilaian kriteria.
Penyusunan kuisoner merupakan hal yang sangat penting untuk mendapatkan penilaian
kriteria yaitu dengan cara memasukkan elemen-elemen ke dalam perbandingan secara
berpasangan untuk memberikan penilaian tingkat kepentingan masing-masing elemen.
Penilaian dapat dilakukan dengan komparasi berpasangan yaitu dengan membandingkan
setiap elemen dengan elemen lainnya pada setiap kriteria sehingga didapat nilai kepentingan
elemen dalam bentuk pendapat yang bersifat kualitatif tersebut digunakan skala penilaian
Saaty sehingga akan diperoleh nilai pendapat dalam bentuk angka (kuantitatif).
Berdasarkan penjelasan di atas maka hirarki penentuan urutan faktor penentu pemilihan
sepeda motor sebagai moda transportasi mahasiswa Politeknik Negeri Medan adalah sebagai
berikut:

20

Mengidentifikasi faktor penentu


mahasiswa Politeknik Negeri Medan
dalam memilih sepeda motor

Honda

Harga

Model

Yamaha

Perawatan

Suzuki

Harga Suku
Cadang

Bahan Bakar

Kawasaki

Harga Jual
Kembali

Kemudahan
Suku Cadang

Gambar 3.1 Struktur Hirarki Penelitian

Dalam analisis Analitical Hierarchy Process digunakan perangkat lunak Expert Choice versi
11.

21

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


Pada bagian awal analisis penelitian dijelaskan tentang karakteristik responden. Gambaran
tentang karakteristik responden memberikan informasi secara deskriptif tentang profil
mahasiswa yang menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi ke kampus.
Karakteristik pertama yang dianalisis adalah jenis kelamin. Berdasarkan jenis kelamin,
mahasiswa yang menjadi responden relatif berimbang, yaitu 51,0% perempuan dan 49,0%
lak-laki.

Perempuan
51%

Laki-laki
49%

Gambar 4.1. Jenis Kelamin Responden

Karakteristik kedua yang diteliti dalam kajian ini adalah asal mahasiswa. Bagi sebagian
mahasiswa di Politeknik Negeri Medan yang berasal dari luar kota tentunya akan
menggunakan moda transportasi ini karena mereka menyewa kamar (kos) dan menggunakan
sepeda motor sebagai moda transportasi. Sedangkan bagi mahasiswa yang berasal dari Kota
Medan moda transportasi dapat bermacam-macam seperti membawa mobil, di antar anggota
keluarga, dan lain-lain.

22

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,0% mahasiswa yang menjadi responden berasal dari
Kota Medan. Sedangkan yang berasal dari kabupaten/kota lainnya di Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 38,0%. Sebagian kecil lagi yakni sekitar 4,0% responden berasal dari Provinsi
Sumatera Utara. Mereka berasal dari Jambi, Aceh, Papua dan Lampung.

Medan

58.0

Kab/Kota Lain di Provinsi Sumut

38.0

Di luar Provinsi Sumut

4.0

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

Persen

Gambar 4.2. Asal Responden

Padatnya lalu lintas Kota Medan ditandai oleh banyaknya sepeda motor yang dimiliki untuk
setiap rumah tangga. Kajian ini mendapati rata-rata rumah tangga responden memiliki 2,4
unit sepeda motor atau dengan kata lain, ada 240 unit sepeda motor yang dimiliki 100
responden penelitian ini.

70

62.0

60

Persen

50
40

35.0

30
20

Rata-rata: 2,4 unit


sepeda motor/keluarga
2.0
1.0

10
0
1 - 2 unit

3 - 4 unit

5 - 6 unit

7 - 8 unit

Gambar 4.3 Jumlah Sepeda Motor yang Dimiliki oleh Rumah Tangga Responden
23

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden (62,0%) hanya memiliki 12
unit sepeda motor. Sedangkan yang memiliki 3-4 unit sepeda motor per rumah tangga
mencapai 35,0%. Kajian ini juga menjumpai ada rumah tangga yang memiliki 78 unit
sepeda motor di rumah tangganya. Namun jumlahnya sangat kecil yaitu 1,0%.

Tunai
51.0%

Cicil
49.0%

Gambar 4.4. Cara Responden Membeli Sepeda Motor

Untuk mendapatkan sepeda motor, konsumen dapat membelinya dalam bentuk tunai maupun
kredit. Sebanyak 51,0% responden memilih membeli sepeda motor secara tunai dan 49,0%
membeli secara menyicil.
Tabel 4.1 Jangka Waktu Responden Mengganti Sepeda Motor yang Lama dengan yang
Sepeda Motor Baru
No
1
2
3
4
5
6

Jangka Waktu
Kurang dari 1 tahun
1 3 tahun
4 6 tahun
7 9 tahun
10 15 tahun
Lebih dari 15 tahun
Total

Frequency
(%)
11,0
41,0
33,0
6,0
5,0
4,0
100,0

Cara Membeli (%)


Tunai
8,0
17,0
21,0
3,0
1,0
1,0
51,0

Cicilan
3,0
24,0
12,0
3,0
4,0
3,0
49,0

Sumber: Data Primer

Lama waktu kepemilikan sepeda motor yang dipilih oleh responden cukup bervariasi.
Sebagian besar (41,0%) responden menggunakan sepeda motor selama 13 tahun dan
menggantinya dengan yang baru. Sedangkan responden yang menggunakan sepeda motor 4-6
24

tahun sebanyak 33,0%. Di antara responden tersebut, 11,0% responden mengaku mengganti
sepeda motornya kurang dari 1 tahun dan sekitar 4,0% responden baru mengganti sepeda
motor yang digunakannya setelah di atas 15 tahun. Bagi responden yang lama sekali
mengganti sepeda motornya yaitu di atas 10 tahun dikarenakan cara pembelian mereka yang
berbentuk cicilan. Dengan demikian, mereka masih belum dapat mengganti sepeda motor
yang baru sebelum cicilan mereka selesai dibayarkan.

Bekas
(Second
hand)
13.0%

Baru
87.0%

Gambar 4.5 Kondisi Sepeda Motor yang Dibeli Responden

Definisi jenis sepeda motor yang dibeli oleh responden dalam penelitian ini dari kondisi
sepeda motor yaitu sepeda motor baru dan bekas (second hand). Hasil kajian mendapati
bahwa sekitar 87,0% responden membeli sepeda motor baru sebagai alat transportasi ke
kampus dan 13,0% responden mengaku memberli sepeda motor bekas (second hand).
Untuk menuju kampus, mahasiswa dapat menggunakan beberapa moda transportasi. Hasil
penelitian dengan menggunakan ranking pilihan moda transportasi yang lebih disenangi,
menunjukkan bahwa pilihan utama mahasiswa sebagai moda transportasi ke kampus adalah
sepeda motor. Selanjutnya mobil dan bus yang nyaman walaupun ongkosnya mahal. Moda
transportasi becak, sudaco dan bus yang kurang nyaman dengan ongkos murah berada pada
urutan berikutnya. Sedangkan sepeda merupakan moda transportasi yang tidak disukai oleh
mahasiswa.

25

Tabel 4.2 Jenis Moda Transportasi ke Kampus yang Lebih Disenangi


Jenis Moda Transportasi
Urutan
Sepeda motor
1
Mobil
2
Bus nyaman namun mahal
3
Becak
4
Sudaco
5
Bus kurang nyaman dengan murah
6
Sepeda
7
Sumber: Data Primer

Dalam mengendarai kenderaan, setiap pengendara harus memiliki izin yang dikenal dengan
nama Surat Izin Mengemudi (SIM). Surat izin ini merupakan bukti registrasi dan identifikasi
yang diberikan Polri kepada seseorang yang telah memenuhi syarat administrasi, sehat
jasmani dan rohani serta memahami perarutan lalu lintas dan terampil mengemudikan
kenderaan bermotor. Untuk dapat mengemudikan sepeda motor, seseorang harus memiliki
SIM C. Apabila pengemudi tidak memiliki SIM maka yang bersangkutan dapat dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp1.000.000
(satu juta rupiah).

Memiliki
SIM C
51.0%

Tidak
Punya
SIM C
49.0%

Gambar 4.6 Kepemilikan Surat Izin Mengemudi

Kepemilikan SIM C sebagai tanda kelayakan mengemudikan sepeda motor ternyata tidak
sepenuhnya dipenuhi oleh mahasiswa yang membawa sepeda motor. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sekitar 51,0% responden memiliki SIM C yang berlaku dan 49,0%
26

responden tidak memiliki SIM C atau SIM C yang dimiliki sudah tidak berlaku. Cukup
tingginya mahasiswa yang tidak memiliki surat izin mengemudi yang berlaku menunjukkan
bahwa tingkat kesadaran berlalu lintas di kalangan mahasiswa masih cukup rendah.

4.2. Faktor Pendorong Penggunaan Sepeda Motor sebagai Moda Transportasi Utama
Penggunaan sepeda motor di kalangan mahasiswa sudah menjadi sebuah tren. Berbagai
alasan menjadi faktor pendorong bagi kalangan anak muda untuk menggunakan kenderaan
bermotor jenis ini sebagai moda transportasi. Faktor-faktor yang mendorong mereka
menggunakan sepeda motor dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 4.3 Faktor Pendorong Mahasiswa Menggunakan Sepeda Motor ke Kampus


Faktor pendorong

Lebih cepat sampai di tempat tujuan


Lebih praktis (dapat memperkirakan waktu sampai ditujuan)
Menghindari kemacetan
Lebih ekonomis dibandingkan naik kenderaan lain
Transportasi umum yang tersedia tidak memadai
Terlanjur dibelikan oleh orang tua
Tidak ada pilihan lain, hanya sepeda motor yang tersedia
Terpengaruh lingkungan (saudara, teman, tetangga, dll)

Frekuensi (%)
86
85
79
78
47
46
31
28

Urutan
1
2
3
4
5
6
7
8

*Responden boleh memilih lebih dari 1 (satu) jawaban

Sumber: Data Primer

Hasil penelitian menunjukkan bawah faktor utama pendorong mahasiswa menggunakan


sepeda motor ke kampus adalah faktor kecepatan sampai di tempat tujuan. Kepadatan lalu
lintas terutama pada pagi dan siang hari, menyebabkan mahasiswa memiliki cara cepat untuk
sampai ke kampus agar tidak terlambat mengikuti perkuliahan. Dari 100 responden yang
ditanya, 86 orang menjawab bahwa sepeda motor dapat membawa mereka cepat sampai ke
tempat tujuan.
Faktor pendorong kedua bagi mahasiswa untuk menggunakan sepeda motor adalah
kepraktisan dari sepeda motor. Mahasiswa menganggap bahwa dengan menggunakan sepeda
motor, mereka dapat memperkirakan waktu yang lebih pasti untuk mencapai tempat tujuan.
Alasan ini wajar dipilih mahasiswa karena mahasiswa sebagai kaum muda lebih pragmatis

27

dalam bertindak karena bentuk sepeda motor yang lebih kecil akan dapat dikenderai dengan
mudah untuk memasuki celah-celah sempit di kemacetan lalu lintas.
Faktor pendorong ketiga dan keempat yang mendorong mahasiswa menggunakan sepeda
motor adalah faktor menghindar dari kemacetan dan efisiensi akibat biaya operasional sepeda
motor masih lebih murah dibandingkan moda transportasi lainnya. Menggunakan sepeda
motor berarti dapat menghemat pengeluaran untuk transportasi ke kampus dan lainnya. Orang
tua memilih membelikan sepeda motor juga memiliki pertimbangan efisiensi karena harga
BBM subsidi pemerintah yang masih terjangkau dibandingkan jika menggunakan moda
transportasi lain seperti Becak dan Angkutan Kota (Sudaco).
Hal yang menarik lainnya dalam penelitian ini adalah tanggapan mahasiswa untuk berpindah
kepada moda transportasi lain jika harga BBM dinaikkan berdasarkan harga pasar dunia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 40,0% mahasiswa akan beralih menggunakan
transportasi umum yang murah yang disiapkan pemerintah. Sementara yang masih tetap
menggunakan sepeda motor sebanyak 38,0%. Sebagian mahasiswa lainnya menggunakan
cara yang lain seperti menggunakan sepeda (12,0%) atau berjalan kaki ke kampus (10,0%).
Tabel 4.4 Pilihan Moda Transportasi jika Terjadi Peningkatan Harga BBM
Respon
Tetap menggunakan sepeda motor
Menggunakan transporatasi umum murah yang
disiapkan pemerintah
Menggunakan sepeda
Berjalan kaki
Jumlah

Frekuensi
38
40
12
10
100,0%

Sumber: Data Primer

28

4.3. Faktor Pertimbangan dalam Pemilihan Merek Sepeda Motor


Kepuasan konsumen terhadap pemilihan merek sepeda motor yang dimilikinya didukung
oleh bergai pertimbangan yang bersifat pribadi. Banyak hal yang mendorong konsumen
dalam memutuskan untuk membeli sepeda motor seperti harga, keragaman model,
kemudahan dalam perawatan, konsumsi bahan bakar, kemudahan dalam mendapatkan suku
cadang, harga juga kembali dan kenyamanan dalam berkendara. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang mendorong mahasiswa di Politeknik
Negeri Medan untuk memilih merek sepeda motor yang dimilikinya.

Gambar 4.7 Faktor Penentu Pembelian Sepeda Motor

Untuk menganalisis urutan faktor penentu dalam memilih sepeda motor digunakan analisis
AHP (Analitical Hierarchy Process). Salah satu syarat utama untuk menggunakan hasil
analisis ini adalah rendahnya angka rasio konsistensi. Hasil output dengan menggunakan
software Expert Choice diperoleh angka inkonsistensi 0,02. Angka ini dibawah batas yang
ditentukan yaitu 0,15.
Berdasarkan analisis dengan menggunakan AHP (Analitical Hierarchy Process) diperoleh
hasil koefisien seperti gambar di atas. Penentuan faktor penting dalam pembelian sepeda
motor ditandai dengan angka koefisien yang paling tinggi. Hasil penelitian menunjukan
faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam membeli sepeda motor adalah kenyamanan
sepeda motor. Faktor ini sangat penting mengingat pengendara menjadi lebih nyaman dan
selamat sampai di tempat tujuan. Untuk itu, konsumen akan mementingkan aspek kualitas
sepeda motor. Urutan kedua yang menjadi pertimbangan adalah harga jual kembali sepeda
motor dan keiritan dalam mengkonsumsi bahan bakar. Faktor ini menunjukkan bahwa

29

responden menginginkan nilai aset yang tidak begitu turun nilainya dan efisiensi pada biaya
operasional.
Faktor pendorong berikutnya adalah kemudahan suku cadang dan biaya perawatan sepeda
motor yang terjangkau. Sedangkan faktor keragaman model dan harga sepeda motor menjadi
faktor yang kurang diperhitungkan dalam membeli sepeda motor.

Gambar 4.8 Merek Sepeda Motor yang Dipilih Mahasiswa

Merek sepeda motor yang beredar di Kota Medan cukup beragam. Namun secara umum ada
4 (empat) merek yang paling laku di pasaran. Berdasarkan hasil penelitian, mahasiswa
Politeknik Negeri Medan paling menyukai sepeda motor bermerek Honda. Kemudian disusul
oleh Yamaha dan Kawasaki. Sedangkan Suzuki menjadi merek sepeda motor yang kurang
digemari oleh mahasiswa.

30

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil kajian ini adalah:
a. Faktor utama yang mendorong mahasiswa menggunakan sepeda motor ke kampus adalah
faktor kecepatan sampai di tempat tujuan, kepraktisan dari sepeda motor, menghindar dari
kemacetan dan efisiensi. Sedangkan faktor transportasi umum yang kurang layak, tidak
ada pilihan lain selain sepeda motor dan pengaruh lingkungan bukan merupakan faktor
penting yang mendorong mahasiswa menggunakan sepeda motor ke kampus.
b. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam membeli sepeda motor adalah
kenyamanan sepeda motor, pertimbangan adalah harga jual kembali sepeda motor,
keiritan sepeda motor dalam mengkonsumsi bahan bakar serta kemudahan suku cadang
dan biaya perawatan sepeda motor yang terjangkau. Sedangkan ketersediaan varian
sepeda motor dan harga sepeda motor bukan merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam membeli sepeda motor.
c. Merek sepeda motor yang paling disukai mahasiswa Politeknik Negeri Medan adalah
Honda. Kemudian disusul oleh Yamaha dan Kawasaki. Sedangkan Suzuki menjadi merek
sepeda motor yang kurang digemari oleh mahasiswa.
d. Kepemilikan SIM C sebagai tanda kelayakan mengemudikan sepeda motor ternyata tidak
sepenuhnya dipenuhi oleh mahasiswa yang membawa sepeda motor. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa sekitar 51,0% responden memiliki SIM C yang berlaku dan 49,0%
responden tidak memiliki SIM C atau SIM C yang dimiliki sudah tidak berlaku. Cukup
tingginya mahasiswa yang tidak memiliki surat izin mengemudi yang berlaku
menunjukkan bahwa tingkat kesadaran berlalu lintas di kalangan mahasiswa masih cukup
rendah.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diusulkan dari kajian ini adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan sepeda motor masih menjadi moda transportasi utama mahasiswa Politeknik
Negeri Medan. Namun hasil penelitian menunjukkan ada tren penurunan penggunaan
sepeda motor apabila pemerintah menaikkan harga BBM sesuai dengan harga pasar tetapi
dibarengi dengan kebijakan penyediaan angkutan umum yang murah. Mahasiswa juga
31

akan menggunakan moda transportasi alternatif lainnya ke kampus yaitu dengan


bersepeda. Oleh karena itu, pemerintah dapat mengurangi kepadatan lalu lintas yang
disebabkan oleh sepeda motor jika dapat menyediakan angkutan umum yang bagus dan
murah. Di beberapa kampus di dalam dan luar negeri juga menyediakan sepeda sebagai
moda transportasi di lingkungan kampus sehingga kampus menjadi lebih bersih dari
pencemaran asap kenderaan bermotor.
b. Salah satu syarat penting dalam berkendera adalah memiliki surat izin mengemudi. Hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa masih banyak terdapat mahasiswa yang tidak
memeliki SIM C. Untuk itu, perlu dipertimbangkan agar pihak yang berwenang yaitu Polri
mendatangi kampus-kampus untuk membuat sosialisasi tentang pentingnya kepemilikan
surat izin mengemudi serta membuatnya secara masal.

32

DAFTAR PUSTAKA

Arsy, Rakhmat Mokhtar An. 2012. Pengaruh Faktor budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis
Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Motor Matic Yamaha (Study kasus pada
PT. Tunas Kencana Deta Bekasi. Fakultas Ekonomi Universitas Gunadharma. Skripsi,
Tidak dipublikasikan.
Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Indonesia
Hapsari, Ajeng, P 2007. Celebrity Endorser, Typical-Person Endorser Iklan Televisi dan
Brand Image Produk (Studi Kasus Pada Pond's Age Miracle), Bandung: Fakultas
Ekonomi Universitas Padjadjaran.
Kotler Philip dan Gary Amstrong. 2001.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedelapan,

Lamb, Charles W., Joseph F. Hair dan Carl McDaniel, (2001), Pemasaran, Edisi Pertama,
Jakarta: Salemba Empat
Nafilla, S.T..2012. Analisis Persepsi Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sepeda
Motor di Makasar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin. Skripsi,
tidak dipublikasikan.
Priyana, Deny.2013. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumen Dalam
Memilih Kendaraan Roda Dua Dengan Metode Analytical Hierarchy Process, Jakarta:
LPPM Universitas Azzahra.
Simamora, Bilson. 2001. Remarketing for Business Recovery, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sukirno, Sadono, 2002. Pengantar Mikroeonomi, Jakarta: Rajawali Press.
Swasta, Basu dan Irawan , 2002. Manajemen Pemasaran Modern, Yogyakarta: Liberty.
Tjiptono Fandi, 2005.Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia Publishing.

33

LAMPIRAN 1. KUESIONER PENELITIAN

I. Identitas Responden
1. Jurusan
2. Jenis Kelamin

:
:

3. Asal Daerah (Kota/Kab)

4. Pekerjaan Orang Tua

5. Jabatan / Pangkat
Orang Tua

6. Jumlah Sepeda Motor yang


dimiliki keluarga

7. Seberapa lama Saudara/Keluarga mengganti sepeda motor yang lama?


a. di bawah 1 tahun

c. 4 6 tahun

e. 10 15 tahun

b. 1 3 tahun

d. 7 9 tahun

f. di atas 15 tahun

8. Bagaimana Saudara/Keluarga membeli sepeda motor?


a. Tunai

b. Cicilan

9. Jenis kepemilikan sepeda motor yang Saudara/Keluarga miliki?


a. Membeli dari baru

b. Membeli bekas / second hand

34

10. Faktor yang mendorong Saudara membeli sepeda motor saat ini (jawaban boleh lebih dari
satu)
Faktor
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Jawaban ()
Ya
Tidak

Pilihan Sendiri
Mengikuti saran teman
Mengikuti saran keluarga
Terpengaruh iklan
Terpengaruh pameran
Terpengaruh bonus
Terpengaruh diskon
Kehandalan sepeda motor

11. Faktor pendorong menggunakan sepeda motor (jawaban boleh lebih dari 1 (satu) dan beri
tanda cek () )
No

Faktor Pendorong Menggunakan Sepeda Motor

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lebih cepat sampai di tempat tujuan


Lebih praktis
Sudah dibelikan oleh orang tua
Lebih ekonomis dibandingkan naik kenderaan lain
Transportasi umum yang tersedia tidak memadai
Kemacetan
Terpengaruh lingkungan (saudara, teman, tetangga, dll)
Tidak ada pilihan lain, hanya sepeda motor yang tersedia
Lainnya:

Jawaban
Ya
Tidak

12. Apakah Anda Memiliki SIM C yang masih berlaku? (lingkari jawaban anda)
a. Ya
b. Tidak
13. Menurut Anda moda transportasi mana yang lebih anda sukai untuk pergi ke kampus?
Moda Transportasi
a. Mobil
b. Sepeda Motor
c. Bus Umum yang nyaman (AC, bersih) namun
mahal
d. Bus Umum yang kurang nyaman tetapi murah
e. Becak
f. Sepeda
g. Sucado
h. Lainnya:

Urutan (1 s.d 8)

35

14. Jika pemerintah meningkatkan harga BBM kembali menjadi harga pasar, namun
pemerintah menyiapkan transportasi umum yang murah, bagaimana sikap Saudara?
No
a.
b.
c.
d.
e.

Faktor Pendorong Menggunakan Sepeda Motor

Jawaban
Ya
Tidak

Tetap menggunakan sepeda motor


Menggunakan transporatasi umum murah yang disiapkan
pemerintah
Menggunakan sepeda
Berjalan kaki
Lainnya:

II. Prioritas Keputusan Pemilihan Sepeda Motor


Petunjuk Pengisian.
Berilah tanda cek () pada kolom skala kriteria (A) atau pada kolom skala kriteria (B) yang
sesuai dengan pendapat anda
Definisi Kode:
1: Kedua kriteria sama penting (equal importance)
3: Kriteria (A) sedikit lebih penting dibanding dengan kriteria (B)
5: Kriteria (A) lebih penting dibandingkan dengan kriteria (B)
7: Kriteria (A) sangat lebih penting dibandingkan dengan kriteria (B)
9: Kriteria (A) mutlak lebih penting dibandingkan dengan (B)
Nilai 2,4,6,8, merupakan nilai ditengah-tengah dari keputusan. Misalnya Saudara ragu-ragu
antara nilai 3 dan 5, maka pilih skala 4.

Contoh:
Menurut Saudara, faktor apa yang lebih menjadi prioritas dalam memilih Sepeda Motor
No Faktor
(A)
9
1
Harga

Skala
6 5

Skala
5 6

Faktor
(B)
Model

Jika Saudara memberi tanda () pada skala 7 di kolom B, artinya adalah Faktor (B) yakni Model
lebih disukai dibandingkan Faktor A (Harga). Namun jika Faktor A (Model) dirasakan lebih
disukai dibanding Faktor B (Model), Saudara dapat memberikan tanda () pada kolom 7 di
skala Faktor (A) seperti contoh berikut:

36

No Faktor
(A)
9
1
Harga

Skala
6 5

Skala
5 6

Faktor
(B)
Model

PERTANYAAN:
1. Menurut Saudara, faktor apa yang penting dalam membeli sepeda motor?
No Faktor
(A)
9
1
Harga
2.
3.

Harga
Harga

4.
5.

Harga
Harga

6.

Harga

7.

Harga

Skala
6 5

No Faktor (A)
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Keragaman
Model
Keragaman
Model
Keragaman
Model
Keragaman
Model
Keragaman
Model
Keragaman
Model

Skala
6 5

Skala
5 6

Skala
5 6

Faktor
(B)
Keragaman
Model
Perawatan
Harga Suku
Cadang
Bahan Bakar
Kemudahan
Suku Cadang
Harga Jual
Kembali
Kenyamanan
dalam
mengendarai
Faktor
(B)
Perawatan
Harga Suku
Cadang
Bahan Bakar
Kemudahan
Suku Cadang
Harga Jual
Kembali
Kenyamanan
dalam
mengendarai

37

No Faktor
(A)
9
1.
Perawatan
2.
3.

Perawatan
Perawatan

4.

Perawatan

5.

Perawatan

No Faktor
(A)
1.
Harga
Suku
Cadang
2.
Harga
Suku
Cadang
3.
Harga
Suku
Cadang
4.
Harga
Suku
Cadang
No Faktor
(A)
1.
Bahan
Bakar
2.
Bahan
Bakar
3.
Bahan
Bakar

Skala
6 5

Skala
6 5

Skala
5 6

Skala
5 6

Faktor
(B)
Harga Suku
Cadang
Bahan Bakar
Kemudahan
Suku Cadang
Harga Jual
Kembali
Kenyamanan
dalam
mengendarai
Faktor
(B)
Bahan Bakar
Kemudahan
Suku Cadang
Harga Jual
Kembali
Kenyamanan
dalam
mengendarai

No Faktor
(A)
9
1.
Kemudahan
Suku
Cadang
2.
Kemudahan
Suku
Cadang

Skala
6 5

Skala
6 5

Skala
5 6

Skala
5 6

Faktor
(B)
Kemudahan
Suku Cadang
Harga Jual
Kembali
Kenyamanan
dalam
mengendarai

Faktor
(B)
Harga Jual
Kembali
Kenyamanan
dalam
mengendarai
38

No Faktor
(A)
1.
Harga Jual
Kembali

Skala
6 5

Skala
5 6

Faktor
(B)
Kenyamanan
dalam
mengendarai

2. Menurut Saudara, sepeda motor apa yang lebih Saudara sukai


No Jenis
(A)
9
1
Honda
2.
Honda
3.
Honda

No Jenis
(A)
9
1.
Yamaha
2.
Yamaha
No Jenis
(A)
1.
Suzuki

Skala
6 5

Skala
5 6

Jenis
(B)
Yamaha
Suzuki
Kawasaki

Skala
6 5

Skala
5 6

Skala
6 5

Skala
5 6

Jenis
(B)
Suzuki
Kawasaki
Jenis
(B)
Kawasaki

Terima kasih atas partisipasi Saudara menjawab kuesioner ini.

39

LAMPIRAN 2 HASIL PRINT OUT ANALISIS AHP DENGAN EXPERT CHOICE

1. Matriks Perbandingan Berpasangan Faktor Penentu Pembelian Sepeda Motor

2. Prioritas Faktor Penentu Pembelian Sepeda Motor

40

3. Matriks Perbandingan Berpasangan Jenis Sepeda Motor yang Dipilih Mahasiswa

2. Prioritas Jenis Sepeda Motor yang Dipilih Mahasiswa

41

Anda mungkin juga menyukai