Anda di halaman 1dari 9

1

KARAKTERISTIK PELLET KAYU SENGON


Djamal Sanusi, Syahidah, Mahdi
Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea Makassar
Email : djamalsanusi@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pellet kayu sengon yang meliputi kadar air, kerapatan,
kadar abu, nilai kalor, dan penyalaan pellet kayu sengon. Kayu sengon dibuat serbuk berukuran 22 mesh dengan
menggunakan hummer mill. Cetakan pellet yang dibuat memiliki 9 lubang berbentuk selinder dengan ukuran
diameter lubang 0,8 cm dan tinggi 6 cm. Setiap lubang diisi sebuk kayu sebanyak 1,5 gram, untuk selanjutnya
dipanaskan sampai mencapai suhu perlakuan yaitu 90C, 110C, dan 130C. Sesudah mencapai setiap suhu
perlakuan tersebut, serbuk dalam cetakan ditekan dengan tekanan 93 kg/cm. Sampel yang telah mengalami
penekanan, didiamkan selama 20 menit, selanjutnya dikeluarkan dari cetakan. Pembuatan pellet diulang sebanyak 3
kali untuk setiap perlakuan suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan suhu 90C, 110C, dan
130C, kadar air pellet masing-masing sebesar 3,87%, 3,55%, dan 3,48%. Kerapatan pellet masing-masing sebesar
790 kg/m, 880 kg/m, dan 960 kg/m. Kadar abu pellet masing-masing sebesar 0,68%, 0,71%, dan 0,73%. Nilai
kalor pellet masing-masing sebesar 18,12 MJ/kg, 18,42 MJ/kg, dan 19,08 MJ/kg. Lama penyalaan pellet masingmasing 4,19 detik, 3,51 detik, dan 2,98 detik. Lama pembakaran pellet masing-masing 8,36 menit, 7,15 menit dan
6,03 menit. Kadar air pellet memenuhi standar pellet Austria, Selandia Baru, dan Swedia. Kerapatan pellet
memenuhi standar Selandia Baru dan Swedia. Kadar abu pellet memenuhi standar Selandia Baru. Nilai kalor pellet
memenuhi standar Austria dan Selandia Baru.
Keywords : Pellet, kadar air, kerapatan, kadar abu, nilai kalor.

Pendahuluan
Pellet kayu adalah serpihan kayu atau sisa-sisa hasil produksi kayu yang berdiameter 6-8 mm dan berukuran
panjang 10-30 mm, dan sudah kering. Serpihan kayu ini kemudian mengalami proses lanjut tanpa campuran kimia,
ditekan dengan tekanan kuat menggunakan mesin khusus. Pellet menghasilkan panas kurang lebih 4,9 kWh/kg
karena memiliki kadar air yang rendah (8-10%), kadar abu (0,5-1%) dengan kerapatan 650 kg/m. Satu kilogram
pellet kayu menghasilkan panas yang sama dengan yang dihasilkan oleh setengah liter minyak (Leaver, 2008).
Pellet kayu yang berbentuk silinder dapat digunakan sebagai bahan bakar kebutuhan rumah tangga, pertanian, dan
industri besar. Pellet kayu merupakan salah satu sumber energi alternatif dan ketersediaan bahan bakunya sangat
mudah ditemukan. Bahan baku pellet kayu berupa limbah eksploitasi seperti sisa penebangan, cabang dan ranting,
limbah industri perkayuan seperti sisa potongan, serbuk gergaji dan kulit kayu, limbah pertanian seperti jerami dan
sekam (Woodpellets, 2000).
Pemanfaatan pellet kayu sebagai bahan pemanas ruangan dan pembangkit listrik telah dimulai sejak dekade
90-an di sebagian besar negara Uni Eropa dan Amerika ketika terjadi lonjakan harga minyak dunia yang
mengakibatkan terjadinya krisis minyak dunia. Pellet kayu merupakan produk yang dibuat dari bahan biomassa
tanaman yang kemudian mengalami proses pengempaan. Pellet kayu merupakan solusi alternatif pengganti minyak
karena memiliki harga yang cukup terjangkau oleh masayarakat Uni Eropa dan Amerika. Tingginya produktifitas dan
permintaan pellet kayu terkait adanya kebijakan dari negara-negara di dunia untuk mengurangi efek pemanasan
global dan pemanfaatan energi alternatif (Leaver, 2008).
Saat ini Indonesia baru mampu menghasilkan pellet kayu sebanyak 40.000 ton/tahun, sedangkan produksi
dunia telah menembus angka 10 juta ton. Jumlah ini belum cukup memenuhi kebutuhan dunia pada tahun 2008
yang diperkirakan mencapai 12,7 juta ton. Peluang mengembangkan bahan bakar ini sangat terbuka luas karena
limbah hasil hutan kita sangat besar, baik dari limbah industri perkayuan maupun dari limbah eksploitasi (Yayasan
Energi Nasional, 2009).
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk memanfaatkan limbah perkayuan
yang cukup tinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pellet kayu sengon, sebagai
salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan.

2
Bahan dan Metode
Persiapan Bahan
Kayu sengon dipotong-potong kecil seperti batang korek api, kemudian digiling dengan menggunakan
hummer mill untuk dijadikan serbuk dengan ukuran lolos saringan 22 mesh dan tertahan pada saringan 40 mesh.
Proses Pembuatan Pellet
Serbuk kayu ditimbang sebanyak 1,5 gram kemudian dimasukkan ke setiap lubang alat cetak yang terdiri
atas 9 lubang dengan diameter lubang masing-masing 0,8 cm dan tinggi lubang 6 cm. Alat cetak yang telah berisi
serbuk dipanaskan hingga mencapai suhu yang di kehendaki yaitu 90C, 110C, dan 130C, kemudian dipress
dengan tekanan 93 kg/cm. Sesudah mengalami pengepresan, didiamkan selama 20 menit dan sampel dikeluarkan
dari alat cetak. Pembuatan pellet pada setiap suhu perlakuan diulang sebanyak 3 kali.
Variabel Pengamatan
Kadar air sampel dihitung dengan rumus :

KA =

BaBkt
x 100
Bkt

Ba
Bkt

: Berat sebelum dikeringkan dalam tanur.


: Berat setelah dikeringkan dalam tanur.

Kerapatan sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

K(g/cm) =

Berat sampel kering tanur


Volume sampel keringtanur

Kadar abu sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

Kadar abu =

Berat abu
x 100
Berat sampel

Pengukuran nilai kalor dilakukan dengan menggunakan alat perioxide bomb calorimeter digital.
Uji nyala adalah waktu yang dibutuhkan mulai saat pembakaran sampai sampel menyala. Uji bakar adalah waktu
yang dibutuhkan mulai saat sampel terbakar sampai sampel habis terbakar.
Rancangan Percobaan
Model rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 3 kali ulangan. Model
matematisnya adalah sebagai berikut:
Yij = + i + ij
Keterangan :
Yij : Hasil pengamatan pada satuan percobaan ke- i, pada pengamatan ke- j

: Nilai tengah populasi.


i
: Pengaruh perlakuan ke- i.
ij
: Pengaruh galat dari suatu percobaan pada ulangan ke- j yang
memperoleh perlakuan ke- i
Hasil dan Pembahasan
Karakteristik Pellet

3
Hasil perhitungan karakteristik pellet kayu sengon yang meliputi kadar air, karapatan, kadar abu, nilai kalor,
penyalaan, dan pembakaran disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Karaktersitik Pellet Kayu Sengon dan Standar Pellet Austria, Selandia Baru, dan Swedia
Perlakuan
Standar Pellet Kayu
Karakteristik Pellet
Selandia
90C
110C
130C
Austria
Swedia
Baru
Kadar Air (%)

3,87

3,55

3,48

Maks 12

Maks 8

Maks 10

Kerapatan (kg/m)

790

880

960

Min 641

Min 600

Kadar Abu (%)

0,68

0,71

0,73

Maks 0,5

Maks 1

Maks 0,7

Nilai Kalor (MJ/kg)

18,12

18,42

19,08

Min 18

Min19,1

Min 16,9

Penyalaan (Detik)

4,19

3,51

2,98

Pembakaran (Menit)

8,36

7,15

6,03

Kadar air pellet kayu sengon yang dihasilkan dari perlakuan suhu 90C, 110C, dan 130C memenuhi
standar yang ditetapkan oleh Austria, Selandia Baru, dan Swedia. Kerapatan pellet kayu sengon memenuhi standar
Selandia Baru dan Swedia. Kadar abu pellet kayu sengon memenuhi standar Selandia Baru. Nilai kalor pellet kayu
sengon memenuhi standar Austria dan Swedia. Lama penyalaan pada perlakuan suhu 90C, 110C, dan 130C
masing-masing 4,19 detik, 3,51 detik dan 2,98 detik. Lama pembakaran pada perlakuan suhu 90C, 110C, dan
130C masing-masing 8,36 menit, 7,15 menit, dan 6,03 menit.
Kadar Air
Kadar air pellet kayu sengon sesaat setelah dikeluarkan dari alat cetak pellet pada perlakuan suhu 90C
sebesar 3,87%, perlakuan 110C sebesar 3,55%, dan perlakuan suhu 130C sebesar 3,48% seperti dapat dilihat
pada Gambar 1.
4
3.9

3.87

3.8
3.7
Kadar Air (%)

3.55

3.6

3.48

3.5
3.4
3.3
3.2
90oC

110oC

130oC

Perlakuan Suhu

Gambar 1. Kadar air pellet kayu sengon pada perlakuan suhu 90C, 110C, dan 130C

Kadar air pellet kayu sengon yang mengalami perlakuan suhu 90C sebesar 3,87% perlakuan suhu 110C
sebesar 3,55%, dan perlakuan suhu 130C sebesar 3,48%. Semakin tinggi suhu perlakuan, kadar air pellet semakin
rendah. Hal ini disebabkan oleh karena pemanasan pada suhu tinggi akan lebih banyak air yang diuapkan dari
sampel. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan suhu terhadap kadar air pellet kayu sengon tidak menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata.
Kerapatan
Kerapatan pellet kayu sengon pada perlakuan suhu 90C sebesar 790 kg/m, perlakuan suhu 110C sebesar
880 kg/m, dan perlakuan suhu 130C sebesar 960 kr/m seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

1200
1000
800
Kerapatan (kg/m3)

880

960

790

600
400
200
0
90oC

110oC

130oC

Perlakuan Suhu

Gambar 2. Kerapatan Rata-Rata Pellet Kayu Sengon pada Perlakuan Suhu 90C, 110C, dan 130C
Analisis ragam pengaruh perlakuan suhu terhadap kerapatan pellet kayu sengon menunjukkan pengaruh
yang berbeda nyata. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan suhu terhadap kerapatan pellet kayu sengon,
maka dilakukan uji beda nyata jujur yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji BNJ Pengaruh Perlakuan Suhu terhadap Kerapatan Pellet Kayu Sengon
Uji BNJ (0,05)
Kerapatan
Perlakuan Suhu
Rata-rata (kg/m)
32.34
90C
790
110C
880
130C
960
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 5%

a
b
c

Semakin tinggi perlakuan suhu pada pembuatan pellet, kerapatan pellet yang dihasilkan juga semakin tinggi.
Penggunaan suhu yang tinggi menyebabkan air terikat dalam dinding sel keluar, sehingga ikatan antara gugus OH
selulosa dan air terlepas, dan digantikan dengan ikatan antar gugus-gugus OH selulosa yang berdekatan.
Terputusnya ikatan gugus OH dan air menyebabkan dinding sel menyusut dan pada akhirnya volume sampel
menjadi lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan suhu yang tinggi akan menghasilkan kerapatan yang
tinggi. Hill (2006) mengemukakan bahwa karbon pada struktur lignin menjadi terurai, di mana semakin banyak
karbon yang terurai akan mengakibatkan derajat kristalinitas tinggi, sehingga ikatan antar struktur lignin yang lain
semakin erat. Nakano et al. (1983) dalam Coto (2005) menemukan bahwa kristalinitas selulosa meningkat dengan
pemanasan pada suhu 120C - 200C pada pemanasan dengan udara atau nitrogen.

5
Kadar Abu
Kadar abu pellet kayu sengon pada perlakuan suhu 90C sekitar 0,68%, perlakuan suhu 110C sebesar
0,71%, dan perlakuan suhu 130 C sebesar 0,73% seperti dapat dilihat pada Gambar 3.
0.74

0.73

0.73
0.72

0.71

0.71
0.7
Kadar Abu (%) 0.69
0.68

0.68

0.67
0.66
0.65
90oC

110oC

130oC

Perlakuan Suhu

Gambar 3. Kadar Abu Rata-Rata Pellet Kayu Sengon pada Perlakuan Suhu 90C, 110C, dan 130C
Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan suhu terhadap kadar air pellet kayu sengon menunjukkan pengaruh
yang berbeda tidak nyata. Kadar abu kayu sengon lebih tinggi daripada kadar abu kayu yang digunakan sebagai
bahan pembuatan pellet di Austria dan Swedia. Menurut Fengel dan Wegener (1984), kadar abu tumbuhan berkayu
dari daerah temperate berkisar 0,2% 0,5%, tetapi pada tumbuhan berkayu dari daerah tropis pada umumnya lebih
dari 1%. Kadar abu pellet kayu sengon sebesar 0,68% - 0,73% termasuk rendah jika dibandingkan dengan kadar
abu kayu tropis yang pada umumnya lebih besar dari 1%. Hal ini disebabkan karena pada saat kayu dibuat menjadi
serbuk sebagian mineral terutama silika terbuang. Smook (1974), mengemukakan bahwa proses perubahan dimensi
dari log menjadi chip dan serbuk menyebabkan penurunan kadar mineral kayu.
Nilai Kalor
Nilai kalor pellet kayu sengon pada perlakuan suhu 90C sebesar 18,12 MJ/kg, perlakuan suhu 110C
sebesar 18,42 MJ/Kg, dan perlakuan suhu 130 C sebesar 19,08 MJ/kg seperti dapat dilihat pada Gambar 4.

19.2

19.08

19
18.8
18.6
Nilai Kalor (MJ/Kg)

18.42

18.4
18.2

18.12

18
17.8
17.6
90oC

110oC

130oC

Perlakuan Suhu

Gambar 4. Nilai Kalor Rata-rata Pellet Kayu Sengon pada Perlakuan Suhu 90C, 110C dan 130C
Analisis ragam pengaruh perlakuan suhu terhadap nilai kalor pellet kayu sengon menunjukkan pangaruh
yang berbeda nyata. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan suhu terhadap nilai kalor pellet kayu sengon,
maka dilakukan uji beda nyata jujur yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Uji BNJ Pengaruh Perlakuan Suhu terhadap Nilai Kalor Pellet Kayu Sengon
Perlakuan Suhu

Nilai Kalor
Rata-rata (MJ/kg)

90C
18,12
110C
18,42
130C
19,08
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 5%

Uji BNJ (0,05)


0.177
a
b
c

Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi perlakuan suhu, nilai kalor pellet semakin tinggi. Nilai kalor
pellet dipengaruhi oleh kerapatan pellet, pada kerapatan pellet yang tinggi menghasilkan nilai kalor yang tinggi pula.
Nilai kalor pellet juga dipengaruhi oleh kadar air, semakin tinggi kadar air nilai kalor semakin rendah. Sudrajat (1983),
mengemukakan bahwa semakin tinggi kadar air yang dikandung oleh suatu bahan kayu, maka nilai kalor yang
diperoleh akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena panas yang tersimpan dalam pellet kayu terlebih dahulu
digunakan untuk mengeluarkan air yang ada sebelum kemudian menghasilkan panas yang dapat dipergunakan
sebagai panas pembakaran.
Lama Penyalaan
Lama penyalaan pellet kayu sengon pada perlakuan suhu 90C sebesar 4,19 detik, perlakuan suhu 110 C
sebesar 3,51 detik, dan perlakuan suhu 130C sebesar 2,98 detik, seperti dapat dilihat pada Gambar 5.

7
4.5
4
3.5
3
2.5
Lama Penyalaan (detik)
2
1.5
1
0.5
0

4.19
3.51
2.98

90oC

110oC

130oC

Perlakuan Suhu

Gambar 5. Lama Penyalaan Pellet Kayu Sengon pada Perlakuan Suhu 90 C, 110 C, dan 130C
Analisis ragam pengaruh perlakuan suhu terhadap lama penyalaan pellet kayu sengon menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan suhu terhadap lama penyalaan
pellet kayu sengon, maka dilakukan uji beda nyata jujur yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Uji BNJ Pengaruh Perlakuan Suhu terhadap Lama Penyalaan Pellet Kayu Sengon
Uji BNJ (0,05)
Perlakuan Suhu
Lama Penyalaan Rata-rata (detik)
0.37
90C
4,19
a
110C
3,51
b
130C
2,98
c
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 5%
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi perlakuan suhu pemanasan, semakin cepat pellet kayu
sengon menyala. Pada suhu pemanasan 90C, lama penyalaan 4,19 detik, sedangkan pada suhu pemanasan 130C
lama penyalaan 2,98 detik. Semakin tinggi suhu pemanasan, semakin banyak lignin yang terurai dan meleleh
membungkus permukaan pellet. Komponen lignin lebih mudah terbakar dan memiliki nilai kalor yang lebih tinggi
daripada komponen selulosa. Hal ini menyebabkan pellet kayu sengon yang dihasilkan dari perlakuan suhu 130C
lebih cepat terbakar.
Lama Pembakaran
Lama pembakaran pellet kayu sengon pada perlakuan suhu 90C, sebesar 8,36 menit, pada perlakuan suhu
110 C sebesar 7,51 menit dan pada perlakuan suhu 130 C sebesar 6,03 menit seperti dapat dillihat pada Gambar
6.

8.36
7.51

8
7

6.03

6
5
Lama Pembakaran (menit) 4
3
2
1
0
90oC

110oC

130oC

Perlakuan Suhu

Gambar 6. Lama Pembakaran Pellet Kayu Sengon pada Perlakuan Suhu 90 C, 110 C, dan 130 C
Analisis ragam pengaruh perlakuan suhu terhadap lama pembakaran pellet kayu sengon menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata. Untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan suhu terhadap lama pembakaran
pellet kayu sengon, maka dilakukan uji beda nyata jujur yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji BNJ Pengaruh Perlakuan Suhu terhadap Lama Pembakaran Pellet Kayu Sengon
Uji BNJ (0,05)
Lama Pembakaran Rata-rata
Perlakuan Suhu
(menit)
0.52
90C
8,36
110C
7,15
130C
6,03
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan nilai yang berbeda tidak nyata pada taraf 5%

a
b
c

Semakin tinggi perlakuan suhu pemanasan, semakin cepat pellet kayu sengon terbakar habis. Pada suhu
pemanasan 90C, waktu yang dibutuhkan pellet kayu sengon terbakar habis 8,16 menit, sedangkan pada suhu
pemanasan 130 C, hanya membutuhkan waktu 6,03 menit untuk membakar habis pellet kayu sengon. Hal ini ada
hubungannya dengan kadar air pellet. Pada kadar air yang tinggi, pellet yang terbakar mula-mula panas pembakaran
digunakan untuk mengeluarkan air, dan setelah semua air dalam pellet habis menguap barulah massa kayu pellet
terbakar.
Kesimpulan
1.
2.
3.

Mutu pellet kayu sengon sangat dipengaruhi oleh suhu pemanasan, semakin tinggi suhu pemanasan semakin
baik mutu pellet yang dihasilkan.
Pellet kayu sengo yang dihasilkan dari perlakuan suhu pemanasan 130C memiliki mutu yang lebih baik
daripada perlakuan suhu pemanasan 90 C dan 110 C.
Karakteristik pellet kayu sengon yang dihasilkan dari perlakuan suhu pemanasan 130 C, seperti kadar air,
kerapatan dan nilai kalor memenuhi standar Austria, Selandia Baru, dan Swedia, kecuali kadar abu yang hanya
memenuhi standar Selandia Baru.
Daftar Pustaka

Coto, Z. 2005. Penurunan Kadar Air Keseimbangan dan Peningkatan Stabilitas Dimensi Kayu dengan Pemanasan
dan Pengekanan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu Tropis 3 (1): 27 31.
Fengel, D. and G. Wegener, 1984. Wood Chemistry, Ultrasructure and Reaction. Walter de Gruyer, New York.
Leaver, R. H., 2008. Fuel Pellet Kayu dan Pasar Residential, www.green.com (22 Februari 2010).
Smook, B,. A., 1994. Hand Book for Pulp and Paper Technologists, Canadian Pulp and Paper Assosiation.

9
Sudrajat, R., 1983. Pengaruh Bahan Baku, Jenis Perekat dan Tekanan Kempa terhadap Kualitas Briket Arang. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.
Woodpellets, 2000. Sejarah Pellet Kayu. The Prepatory Meeting for Pellet Club Japan. Jepang (22 Februari 2010).
Yayasan Energi Nasional, 2009. Wood Pellet Heating. http://www.nrbp.org/papers/032.pdf. (2 Maret 2010).

Anda mungkin juga menyukai