Komponen
Brankial eferen
Asal
Nukleus fasialis
Fungsi
Otot-otot ekspresi
wajah: M.platisma,
m.stilohioideus,
Saraf intermediat
Viseral eferen
Viseral
Nukleus
m.digastrikus
Nasal,
lakrimal,
salivatorius
kelenjar
liur
superior
(sublingual
dan
submandibular)
aferen Ganglion genikuli Pengecapan
2/3
spesial
Somatik aferen
anterior lidah
Ganglion genikuli Telinga luar, bagian
kanalis auditorius,
permukaan
membran
luar
timpani
(sensibilitas)
II.
Nervus fasialis
intermediate
muncul
di
antara
vestibulokoklearis. 1
saraf
fasialis
motorik
dengan
Gambar 3. Letak nukleus nervus fasialis di batang otak dilihat dari dorsal1
maka kehilangan pengecapan total (ageusia) jarang terjadi. Dari nukleus tersebut
impuls dikirim ke talamus kontralateral (nukleus ventroposteromedial) menuju ke
regio presentralis korteks area 43 dan insula area 52.1
Serat eferen sekretorik. Nervus intermedius terdiri dari serat parasimpatis yang
berasal dari nukleus salivatorius superior. Seratnya meninggalkan nukleus menuju
ganglion geniculatum lanjut ke ganglion pterigopalatina dan menuju glandula
lakrimal serta mukosa nasal. Sebagian lagi menuju ganglion submandibula, lewat
nervus lingualis. Ganglion submandibula bertanggung jawab untuk sekresi
glandula submandibularis dan sublingualis berupa saliva. Aferen dari sistem ini
berasal dari sistem nervus olfaktorius. Glandula lakrimal menerima input dari
hipotalamus (emosi). Hal ini mengakibatkan jika mencium bau yang enak akan
terjadi sekresi saliva. Dan jika emosi meningkat atau sedih maka akan terjadi
lakrimasi. 1
13
jika lesi terjadi di nukleus nervus fasialis maka semua otot fasial ipsilateral lesi
akan mengalami paralisis perifer.1
Berikut ini perbedaan lesi nervus fasialis perifer dan sentral, gambar:
Gambar 12. Perbedaan terjadinya lesi perifer dan sentral nervus fasialis10
Lesi pada nukleus fasialis biasanya terjadi karena stroke atau tumor.
Serabut di serebelopontin dapat rusak akibat meningitis basalis, neuroma akustik,
meningioma, kelainan A.basilaris.6
Nukleus fasialis juga menerima impuls dari talamus yang mengarahkan
gerakan ekspresi emosional otot wajah. Selain itu juga berhubungan dengan
ganglia basalis. Jika bagian dari sistem piramidal ini yang terkena lesi maka akan
terjadi penurunan ekspresi wajah (hipomimia atau amimia) seperti pada penyakit
14
Parkinson, atau reaksi hiperkinetik yang menyebabkan spasme mimetik fasial atau
blefarospasme. Hubungan dengan talamus dan ganglia basalis tersebut tidak
diketahui secara terperinci.1
Bells palsi merupakan lesi idiopatik pada nervus fasialis yang terjadi pada
25 dari 100.000 orang per tahunnya. Karakteristiknya berupa paresis flasid dari
semua otot wajah (termasuk otot dahi), tergantung lokasi lesinya. 1
Gambar 13. Bells palsi tidak dapat menutup mata pada sisi yang sakit10
Pemberian prednisolon 1mg/kg/ hari selama 5 hari menunjukkan
perbaikan klinis pada Bells palsi. Beberapa kasus penyembuhan sempurna tanpa
defisit neurologis. Beberapa di antaranya mengalami kontraktur pada wajah atau
gerakan abnormal asesorius (sinkinesia). Sinkinesia adalah otot otot tidak dapat
digerakkan satu persatu, selalu timbul gerakan bersama, misalnya jika disuruh
menutup mata maka sudut mulut pun terangkat, jika disuruh menggembungkan
pipi mata ikut merapat. Fenomena crocodile tears merupakan fenomena unik yang
terjadi di mana terjadinya lakrimasi involunter ketika pasien makan. Hal ini dapat
terjadi karena serat saraf yang tadinya menuju ke glandula salivatorius mengalami
degenerasi dan mengakibatkan berubahnya haluannya menuju ke glandula
lakrimal, sehingga impuls yang menginduksi saliva mengakibatkan terjadinya
lakrimasi. Kontraktur pada wajah dapat dilihat dengan plika nasolabial yang lebih
jelas pada sisi yang sakit akibat tertariknya otot.1,6
15
16
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Baehr, Frotscher. Duus Topical Diagnosis in Neurology: Anatomy,
Fisiology, Sign, Simptom. Edisi 4. New York: Mc-Graw Hill companies.
2005;167-175.
2. Netter. Atlas of Human Anatomy. Philadelpia: McGrawHill; 2005
3. Mardjono, Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat. 2000;
159-163.
4. Soepardi, iskandar. Telinga Hidung Tenggorok Kepala leher. Edisi 5.
Jakarta: FK UI. 2001;85-87.
5. Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC.1997; 139152.
6. Tobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: FK UI.
2007; 55-60.
7. Netter FH, Craig JA, Perkins J, Hansen JT, Koeppen BM. Atlas of
Neuroanatomy and Neurophysiology. USA: ICON; 2002.
8. Eyesthetica [homepage on the Internet]. USA: Eyesthetica; c2012 [cited
2012 Jun 2]. USA; [about 1 screen]. Available from:
http://www.eyesthetica.com/storage/pictures/sd3-2.png?
__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1297885704339
9. Juwono. Pemeriksaan Klinik neurologik Dalam Praktek. Jakarta: FK UI.
1996; 34-36.
10. Hitcounter [homepage on the Internet]. Amber Munir; c2012 [ cited 2012
Jun
3].
Amber;
Available
from:
http://cranialnerves-
pathways.blogspot.com/
11. Howshealth [homepage on the Internet]. USA: Your online doctor; c2009-
12
[cited
2012
Jun
3].
USA;
http://howshealth.com/ramsay-hunt-syndrome/
18
Available
from: