Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu kegiatan favorit yang biasa dilakukan di coffeeshop adalah
tidak sekedar menikmati kopi dan meeting saja, tetapi sudah menjadi bagian
dari gaya hidup masyarakat modern di kota besar di Indonesia. Karena hal
tersebut, kehadiran caf kopi atau specialty coffeeshop semakin menjamur di
setiap sudut kota mulai dari yang ternama hingga yang sederhana
Saat ini terdapat lebih dari 10.000 cafe di Indonesia yang akan terus
tumbuh dan berlomba - lomba untuk memberikan pengalaman unik seiring
dengan perubahan gaya hidup konsumen. Di kota besar seperti di Jakarta ini,
semua serba ada dan akan terus berkembang. Tidak terkecuali dengan
specialty coffeeshop yang makin berkembang dikarenakan semakin
banyaknya fasilitas, komunitas, dan berkembangnya pola hidup konsumen
yang dapat menjadi peluang. Indonesia adalah salah satu penghasil kopi
terbaik di dunia, dan hal itu pula yang memberikan kota kota besar di
Indonesia (contohnya Jakarta) fasilitas yang sangat baik dalam
berkembangnya specialty coffeeshop tersebut.
Namun, dengan munculnya coffeeshop di seluruh penjuru kota, apa
yang membedakan coffeeshop tersebut dengan satu sama lainnya?
Pengalaman apa yang dapat diberikan dari tempat-tempat tersebut? Menurut
konsumen pasti dari segi kenyamanan tempat, fasilitas yang disediakan, dan
pengalaman yang didapat dari berkunjung ke tempat-tempat tersebut.
Jakarta dapat dibilang sebagai surga para penikmat kopi, semua yang
ditawarkan beragam. Dapat disebut sebagai Third Wave Coffee joint karena
tidak hanya menawarkan kopi saja, beberapa coffeeshop juga memfokuskan
tempatnya sebagai tempat bersosialisasi, sebagai tempat bekerja, atau juga
sebagai berkumpulnya membangun komunitas tertentu. Jakarta memberikan
semua yang diimpikan para penikmat kopi dengan adanya third-wave
coffeeshop dari yang sederhana tapi unik, sampai ke skala yang besar dan
mewah.

1.2 Lingkup Proyek Tugas Akhir


Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan di atas, maka ruang lingkup
tugas akhir desain komunikasi visual ini yaitu membuat publikasi yang berbentuk
guide book atau buku panduan mengenai pengenalan kopi dari dasar, hingga
informasi third-wave coffeeshop di Jakarta yang unik, apa yang membedakan
dengan coffeeshop lain. Dan mungkin juga buku ini dapat dijadikan sebagai
catatan perkembangan industri kopi di Jakarta. Dalam pembuatan buku ini
didukung dengan ilmu-ilmu desain grafis.

BAB 2
LANDASAN PERANCANGAN

2.1 Tinjauan Data


2.1.1 Sumber Data
Data-data yang diperoleh untuk menunjang pembahasan serta kajian data
dalam tugas akhir berbentuk publikasi yang berjudul Third-Wave Coffee
Joints in the Big City, diperoleh dari beberapa sumber. Data-data tersebut
antara lain :
1. Literatur:
a. The World Atlas of Coffee (2014) oleh James Hoffmann
b. The Fundamental Of Illustration (Lawrence Zeegen, Crush)
c. Typographic Design : Form and Communication (Carter, Day,
Meggs)
2. Artikel elektronik, forum, website:
a. Artikel The Rise and Rise of Third-Wave Coffee Joints oleh
Audrey Karina di http://manual.co.id/article/rise-rise-coffee-joints/
b.

http://manual.co.id

c. Artikel Regarding the Beans; Third-Wave Hits Home oleh


Andreas

D.

Arditya

and

Adisti

Sukma

Sawitri

di

http://www.thejakartapost.com/news/2014/06/29/regarding-beansthird-wave-coffee-hits-home.html
d. https://en.wikipedia.org/wiki/Third_wave_of_coffee

2.2 Tinjauan Khusus


2.2.1 Teori Publikasi
Publikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pengumuman
atau penerbitan, sedangkan mempublikasi berarti mengumumkan;
menerbitkan; menyiarkan atau menyebarkan (buku, majalah, dan
sebagainya).

Dalam buku Dasar-Dasar Publistik dalam Perkembangannya di


Indonesia menjadi Ilmu Komunikasi (1986) oleh Ton Kerrapati, istilah
publistik berasal dari kata kerja dalam bahasa Latin, yaitu Publicare, yang
berarti mengumumkan. Istilah publikasi dapat diartikan sebagai
pengumuman suatu hal yang disiarkan lewat media elektronik atau
diterbitkan melaui media cetak.

2.2.2 Teori Desain Komunikasi Visual


Dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual (Andi
Yogyakarta, 2007) oleh Adi Kusrianto, desain komunikasi visual adalah
suatu disiplin ilmu yang bertujuan mempelajari konsep-konsep komunikasi
serta ungkapan kreatif melalui berbagai media untuk menyampaikan pesan
dan gagasan secara visual dengan mengelola elemen-elemen garfis yang
berupa bentuk dan gambar, tatanan huruf, serta komposisi warna serta
layout (tata letak atau perwajahan). Dengan demikian, gagasan bisa
diterima oleh orang atau kelompok yang menjadi sasaran penerima pesan.
2.2.3 Teori Ilustrasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Balai Pustaka, 1996),
ilustrasi dibagi menjadi dua jenis yaitu ilustrasi audio dan ilustrasi visual.
Dalam pembahasan ini, jenis ilustrasi yang digunakan adalah ilustrasi
visual. Ilustrasi visual adalah gambar, dapat berupa foto atau lukisan, untuk
membantu memperjelas isi buku, karangan, dan sebagainya; dapat juga
bermakna gambar, desain, diagram untuk penghias halaman sampul.
Adi Kushanto dalam buku Pengantar Desain Komunikasi Visual
(Andi Yogyakarta, 2007) menjelaskan bahwa ilustrasi secara harafiah
berarti gambar yang digunakan untuk menerangkan dan mengisi sesuatu.
Dalam desain grafis, ilustrasi merupakan subjek tersendiri yang memiliki
alur sejarah serta perkembangan yang spesifik atas jenis kegiatan seni itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Ilustrasi bisa berfungsi sebagai
penghias, bisa pula memperjelas teks. Dalam essay yang berjudul
Evaluating Illustration Aesthetically yang ditulis oleh Jaleen Grove

(2011, 8), inti dari ilustrasi adalah bagaimana cara mengkomunikasikan


konsep, baik secara metafor maupun harfiah.
2.2.4 Teori Tipografi
Tipografi adalah inti dari identitas visual yang efektif. Tipografi
dalam identitas visual harus mendukung strategi penempatan atau
postitioning strategy dan informasi dari brand, yang juga harus bersifat
jangka panjang dan tidak terikat oleh tren.
Tipografi menurut Yongky Safanayong dalam Kamus Visual
Tipografi (Oleh Lukman Permana Nikko, 2015) adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang berkenaan dengan huruf, alfabet, aksara,
abjad, font atau type. Implementasinya mencakup berbagai media desain
grafis, baik media cetak maupun media elektronik. Menurut Dr. Naomi
Haswanto, M.Sn., tidak semua orang mampu menciptakan teks yang
memiliki readability, legibility, dan clarity. Dalam buku The
Fundamentals of Typography (AVA Publishing, 2006), dijelaskan:
1.

Legibility, yaitu keterbacaan atau kemampuan untuk mengenali


satu huruf ke huruf lainnya melalui karakteristik dalam typeface
tertentu, seperti x-height, serif atau sans serif

2.

Readability, yaitu kemampuan untuk dapat membaca


keseluruhan huruf (tulisan) yang mana tergantung dari
bagaimana typeface digunakan dan sangat dipengaruhi oleh
pengaturan spacing, tracking, ukuran huruf, hirarki, maupun
kekontrasan satu type dengan type lainnya

3.

Clarity, yaitu kejelasan huruf untuk dilihat, memiliki fungsi yang


jelas dan mudah dibaca

Dalam pemilihan typeface, haruslah yang fleksibel dan mudah


digunakan. Tipografi juga dapat digunakan sebagai gambar, yang mana
digunakan sebagai alat komunikasi visual yang berbicara menggunakan
visualnya daripada arti dari tulisan itu sendiri. Biasanya Tipografi sebagai
gambar digunakan dalam logo agar lebih cepat dan mudah ditangkap oleh
masyarakat.

2.2.5 Teori Layout dan Grid System


Menurut Merriam-Webster, layout didefinisikan sebagai Sebuah
perancangan atau desain atau tata letak dari sesuatu yang ditata. Dalam
buku Layout, Dasar & Penerapannya karya Surianto Rustan (Gramedia,
Agustus 2008), layout diartikan sebagai tata letak elemen-elemen desain
terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung
konsep/pesan yang dibawanya.
Prinsip layout antara lain:
1.

Hierarchy atau urutan, yang mana menunjukkan pada aliran


membaca

2.

Emphasis atau penekanan menunjuk pada objek-objek


penting dalam urutan pembacaan

3.

Balance atau keseimbangan menunjuk pada pembagian berat


ruang, termasuk ruang isi dan kosong (ruang sela).

4.

Unity atau kesatuan menunjuk pada usaha menciptakan


kesatuan objek, termasuk ruang secara keseluruhan.

5.

Rhythm atau irama menunjuk pada kontrol estetik tampilan


keseluruhan. Konsistensi adalah kunci utamanya. Konsistensi
selain sebagai kontrol estetik terutama berguna bagi
koordinasi keseluruhan material yang dilayout.

Selain prinsip-prinsip layout yang diatas, ada beberapa teori layout


menurut Frank F. Jefkin (1997), yaitu :
1.

The Law of Variety : sebuah layout harus dibuat bervariasi


untuk menghindari kesan monoton

2.

The Law of Balance : dalam sebuah layout mata pembaca


sebaiknya bergerak secara wajar, jadi sebaiknya dimulai
dengan urutan yang ada

3.

The Law of Harmony : bagian dari layout sebaiknya


dirancang secara harmonis dan tidak meninggalkan kesan
monoton

4.

The Law of Scale : perpaduan warna terang dan gelap akan


menghasilkan sesuatu yang kontras. Hal ini dapat dipakai
untuk memberi tekanan pada bagian-bagian tertentu dalam
layout

Dalam buku Making and Breaking the Grid (Rockport Publishers,


Inc., 2002) oleh Timothy Samara, grid adalah prinsip pengaturan dalam
desain grafis yang pengaruhnya terus tertanam dalam penggunaannya dan
diperebutkan dalam pendidikan desain, diagungkan sekaligus dibenci
karena kemutlakannya dan gamabarannya. Grid berbentuk struktur
(biasanya dua dimensi) yang terdiri dari serangkaian garis lurus yang
berpotongan (vertikal, horisontal, dan sudut) atau melengkung yang
berguna untuk sebagai garis bantu dalam menyusun konten.
Anatomi grid tersusun diantaranya atas:
1.

Coloumn atau kolom, yaitu baris vertikal atas type yang


membentuk pembagian horizontal (kiri ke kanan atau kanan
ke kiri, tergantung dari aksara atau huruf yang digunakan)
diantara margin

2.

Margin, yaitu negative space atau space kosong diantara


garis tepi format dan konten, yang mana mengelilingi dan
mempertegas area dimana type dan image akan ditata

3.

Flowlines, yaitu baris yang memecah space menjadi garisgaris horizontal

4.

Modules, yaitu unit individual dari sebuah space atau ruang


yang dipisahkan oleh interval reguler yang mana ketika
diulang akan membentuk baris dan kolom

5.

Spatial zones atau zona spasial, yaitu kumpulan dari beberap


module yang membentuk bidang

Tipe-tipe grid diantaranya adalah:


1.

Manuscript grid, merupakan grip paling sederhana diantara


grid lainnya, yang mana strukturnya adalah area berbentuk
segi empat yang hampir mengambil habis area dalam satu
halaman

2.

Coloumn grid, terdiri dari beberapa kolom yang membentuk


paragraf

3.

Modular grid, pada dasarnya adalah coloumn grid dengan


banyak flowlines yang membagi kolom menjadi baris dan
membentuk modul

4.

Hierarchy grid, yaitu memiliki arah baca yang baik

2.2.7 Teori Warna


Dalam buku Design Elements: Color Fundamentals (Rockport
Publishers, 2012), warna digunakan untuk menarik perhatian pengamat dan
mengkomunikasikan sebuah informasi di lingkungan yang sibuk dengan
cepat. Teori-teori warna terdiri dari:
1. Hue, yaitu nama lain dari warna
2. Saturation, yaitu intensitas suatu warna
3. Value, yaitu terang gelap suatu warna. Penambahan warna hitam
atau putih akan merubah value sebuah warna. Hue ditambah putih
disebut tints, sedangkan hue ditambah hitam disebut shades
4. Color temperature atau temperatur warna, terdiri dari wam color
atau warna hangat (kuning, jingga, merah, cokelat) dan cool color
atau warna dingin (biru, hijau, ungu)
5. Warna terdiri dari warna primer (merah, kuning, biru), warna
sekunder (jingga (merah + kuning), hijau (kunging + biru), dan
ungu (merah + biru)), dan warna tersier (red orange (merah +
jingga), yellow orange (kuning + jingga), yellow green (kuning +
hijau), blue green (biru + hijau), blue violet (biru + ungu), dan red
violet (merah + ungu)).
6. Warna yang berlawanan atau complementary hues adalah warna
yang saling berseberangan dalam lingkaran warna atau color
wheel.
7. Monochromatic adalah variasi suatu warna yang terdiri dari hue,
tints, dan shades, sedangkan achromatic yang berarti tanpa warna
adalah variasi hitam menuju putih.

2.3 Analisa S.W.O.T


Strength (Kekuatan)
1. Membawakan suatu hal baru yang segar, dimana di dalam buku tersebut
menggunakan ilustrasi, tipografi, dan bentuk-bentuk visual lainnya sebagai
media untuk menyampaikan pesan yang disampaikan dengan visual
campuran ilustrasi dan kolase.
2. Memberi manfaat informatif dan edukatif.

3. Banyaknya sumber yang mudah didapat.


4. Buku ilustratif sehingga lebih menarik untuk dibaca.
Weakness (Kelemahan)
1. Buku ilustratif kerap dianggap sebagai buku untuk anak-anak.
2. Informasi yang diberikan dianggap hanya itu-itu saja tanpa membaca lebih
dalam lagi.
Opportunities (Peluang)
1. Belum banyak buku ilustratif dan informatif berkonsep Third-Wave
Coffeeshop
2. Meningkatkan awareness masyarakat akan kopi di Indonesia, khusunya di
Jakarta
3. Memberi pengetahuan dan informasi ke pembaca
Threat (Ancaman)
1. Kurangnya minat membaca masyarakat Indonesia
2. Perasaan pesimis terhadap manfaat yang akan didapat dari sebuah buku.
3. Tidak semua orang menyukai dan tertarik dengan kopi.

BAB 3
PERMASALAHAN, TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Identifikasi Masalah


Beberapa masalah yang ditemukan diantaranya adalah:
1. Masih jarang buku tentang thirdwave coffeeshop lokal.
2. Hanya bersifat informatif saja tidak cukup, sebuah buku juga harus
menarik untuk dibaca.
3. Mengumpulkan dan menyeleksi data-data yang on-point untuk dimasukan
ke dalam buku, karena sebisa mungkin buku yang akan dikembangkan
tidak memberikan informasi yang itu-itu saja.

3.2 Rumusan Masalah


Bagaimana merancang buku publikasi yang ilustratif, informatif dan juga
menarik. Bagaimana merubah cara pandang masyarakat terhadap perkembangan
industri kopi di Jakarta.
3.3 Tujuan dan Manfaat Desain
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca dengan cara yang kreatif.
2. Mengkomunikasikan potensi industri kopi yang sedang sangat berkembang di
Jakarta.
3. Menyampaikan pesan dengan cara yang tidak menggurui dan lebih kepada
memanfaatkan penggunaan elemen visual seperti ilustrasi dan tipografi
4. Menambah variasi jenis dan bentuk buku sehingga dapat membawa suasan
baru yang menyegarkan.

Anda mungkin juga menyukai