Anda di halaman 1dari 7

Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari hasil pembekuan magma. Karena
hasil pembekuan, maka ada unsur kristalisasi material penyusunnya. Komposisi
mineral yang menyusunnya merupakan kristalisasi dari unsur-unsur secara
kimiawi, sehingga bentuk kristalnya mencirikan intensitas kristalisasinya.
Didasarkan atas lokasi terjadinya pembekuan, batuan beku dikelompokkan menjadi
dua yaitu betuan beku intrusif dan batuan beku ekstrusif (lava). Pembekuan batuan
beku intrusif terjadi di dalam bumi sebagai batuan plutonik; sedangkan batuan beku
ekstrusif membeku di permukaan bumi berupa aliran lava, sebagai bagian dari
kegiatan gunung api. Batuan beku intrusif, antara lain berupa batholith, stock
(korok), sill, dike (gang) dan lakolith dan lapolith (Gambar V.1). Karena
pembekuannya di dalam, batuan beku intrusif memiliki kecenderungan tersusun
atas mineral-mineral yang tingkat kristalisasinya lebih sempurna dibandingkan
dengan batuan beku ekstrusi. Dengan demikian, kebanyakan batuan beku intrusi
dalam (plutonik), seperti intrusi batolith, bertekstur fanerik, sehingga tidak
membutuhkan pengamatan mikroskopis lagi. Batuan beku hasil intrusi dangkal
seperti korok gunung api (stock), gang (dike), sill, lakolith dan lapolith umumnya
memiliki tekstur halus karena sangat dekat dengan permukaan.

Gambar V.1. Macam-macam morfometri intrusi batuan beku, yaitu batholith, stock,
sill dan dike
Jenis dan sifat batuan beku ditentukan dari tipe magmanya. Tipe magma
tergantung dari komposisi kimia magma. Komposisi kimia magma dikontrol dari
limpahan unsur-unsur dalam bumi, yaitu Si, Al, Fe, Ca, Mg, K, Na, H, dan O yang
mencapai hingga 99,9%. Semua unsur yang berhubungan dengan oksigen (O)

maka disebut sebagai oksida, SiO2 adalah salah satunya. Sifat dan jenis batuan
beku dapat ditentukan dengan didasarkan pada kandungan SiO 2 di dalamnya
(Tabel V.1).
Tabel V.1. Tipe batuan beku dan sifat-sifatnya (Nelson, 2003)

Menurut keterdapatannya, berdasarkan tatanan tektonik dan posisi pembekuannya


(Tabel V.2), batuan beku diklasifikasikan sebagai batuan intrusi plutonik (dalam)
berupa granit, syenit, diorit dan gabro. Intrusi dangkal yaitu dasit, andesit, basaltik
andesitik, riolit, dan batuan gunung api (ekstrusi yaitu riolit, lava andesit, lava basal.
Tabel V.2. Klasifikasi batuan beku berdasarkan letak / keterdapatannya.

Berdasarkan komposisi mineralnya, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi


tiga, tergantung dari persentase mineral mafik dan felsiknya. Secara umum,
limpahan mineral di dalam batuan, akan mengikuti aturan reaksi Bowen. Hanya
mineral-mineral dengan derajad kristalisasi tertentu dan suhu kristalisasi yang
relatif sama yang dapat hadir bersama-sama (sebagai mineral asosiasi; Tabel V.3)
Tabel V.3. Bowen reaction series yang berhubungan dengan kristalisasi mineral
penyusun dalam batuan beku

V.2. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Komposisi Mineralnya


(a) Kelompok batuan beku intrusi plutonik
1) Batuan beku basa dan ultra-basa: dunit, peridotit
Kelompok batuan ini terbentuk pada suhu 1000-1200 o C, dan melimpah pada
wilayah dengan tatanan tektonik lempeng samudra, antara lain pada zona
pemekaran lantai samudra dan busur-busur kepulauan tua. Dicirikan oleh
warnanya gelap hingga sangat gelap, mengandung mineral mafik (olivin dan
piroksen klino) lebih dari 2/3 bagian; batuan faneritik (plutonik) berupa gabro dan
batuan afanitik (intrusi dangkal atau ekstrusi) berupa basalt dan basanit.
Didasarkan atas tatanan tektoniknya, kelompok batuan ini ada yang berseri toleeit,
Kalk-alkalin maupun alkalin, namun yang paling umum dijumpai adalah seri batuan
toleeit.
Kelompok batuan basa diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar dengan
didasarkan pada kandungan mineral piroksen, olivin dan plagioklasnya; yaitu basa
dan ultra basa (Gambar V.2). Batuan beku basa mengandung mineral plagioklas
lebih dari 10% sedangkan batuan beku ultra basa kurang dari 10%. Makin tinggi
kandungan piroksen dan olivin, makin rendah kandungan plagioklasnya dan makin
ultra basa (Gambar V.2 bawah). batuan beku basa terdiri atas anorthosit, gabro,
olivin gabro, troktolit (Gambar V.2. atas). Batuan ultra basa terdiri atas dunit,
peridotit, piroksenit, lherzorit, websterit dan lain-lain (Gambar V.2 bawah).

Gambar V.2. Klasifikasi batuan beku basa (mafik) dan ultra basa (ultra mafik;
sumber IUGS classification)
2) Batuan beku asam intermediet
Kelompok batuan ini melimpah pada wilayah-wilayah dengan tatanan tektonik
kratonik (benua), seperti di Asia (daratan China), Eropa dan Amerika. Kelompok
batuan ini membeku pada suhu 650-800oC. Dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok, yaitu batuan beku kaya kuarsa, batuan beku kaya feldspathoid (foid)
dan batuan beku miskin kuarsa maupun foid. Batuan beku kaya kuarsa berupa
kuarzolit, granitoid, granit dan tonalit; sedangkan yang miskin kuarsa berupa syenit,

monzonit, monzodiorit, diorit, gabro dan anorthosit (Gambar V.3). Jika dalam
batuan beku tersebut telah mengandung kuarsa, maka tidak akan mengandung
mineral foid, begitu pula sebaliknya.

Gambar V.3. Klasifikasi batuan beku bertekstur kasar yang memiliki persentasi
kuarsa, alkali feldspar, plagioklas dan feldspathoid lebih dari 10% (sumber IUGS
classification)
(b) Kelompok batuan beku luar
Kelompok batuan ini menempati lebih dari 70% batuan beku yang tersingkap di
Indonesia, bahkan di dunia. Limpahan batuannya dapat dijumpai di sepanjang
busur vulkanisme, baik pada busur kepulauan masa kini, jaman Tersier maupun
busur gunung api yang lebih tua. Kelompok batuan ini juga dapat dikelompokkan
sebagai batuan asal gunung api. Batuan ini secara megaskopis dicirikan oleh
tekstur halus (afanitik) dan banyak mengandung gelas gunung api. Didasarkan
atas kandungan mineralnya, kelompok batuan ini dapat dikelompokkan lagi

menjadi tiga tipe, yaitu kelompok dasit-riolit-riodasit, kelompok andesit-trakiandesit


dan kelompok fonolit (Gambar V.4).

Gambar V.4. Klasifikasi batuan beku intrusi dangkal dan ekstrusi didasarkan atas
kandungan kuarsa, feldspar, plagioklas dan feldspatoid (sumber IUGS
classification)
Tata nama tersebut bukan berarti ke empat unsur mineral harus menyusun suatu
batuan, dapat salah satunya saja atau dua mineral yang dapat hadir bersamasama. Di samping itu, ada jenis mineral asesori lain yang dapat hadir di dalamnya,
seperti horenblende (amfibol), piroksen ortho (enstatit, diopsid) dan biotit yang
dapat hadir sebagai mineral asesori dengan plagioklas dan feldspathoid.
Pada prinsipnya, feldspatoid adalah mineral feldspar yang terbentuk karena
komposisi magma kekurangan silika, sehingga tidak cukup untuk mengkristalkan
kuarsa. Jadi, limpahan feldspathoid berada di dalam batuan beku berafinitas

intermediet hingga basa, berasosiasi dengan biotit dan amfibol, atau biotit dan
piroksen, dan membentuk batuan basanit dan trakit-trakiandesit. Batuan yang
mengandung plagioklas dalam jumlah yang besar, jarang atau sulit hadir bersamasama dengan mineral feldspar, seperti dalam batuan beku riolit.

Anda mungkin juga menyukai