Anda di halaman 1dari 8

Kawasan Berikat

24 Apr 2015
Admin Web Bea dan Cukai

FAQ terkait Fasilitas Kawasan Berikat :


Perizinan KB
1. Apakah ada persyaratan bentuk badan hukum yang diperbolehkan untuk mengajukan izin
KB?
Jawab :
Penyelenggaraan maupun pengusahaan KB diberikan kepada perusahaan yang berbadan
hukum, sehingga dibatasi berbentuk PT.
Sedangkan bentuk perusahaan lain seperti CV atau Firma tidak termasuk dalam
pengertian perusahaan yang berbadan hukum.
Referensi :
Pasal 3 ayat (2) dan ayat (7) PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
2. Apakah pendirian KB di luar Kawasan Industri diperbolehkan?
Jawab :
Pendirian KB di luar Kawasan Industri diperbolehkan dengan syarat:
1. Berlokasi di kawasan budidaya yang diperuntukkan bagi kegiatan industri
berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan; sepanjang Kawasan Berikat tersebut di
peruntukkan bagi :
a. perusahaan yang menggunakan Bahan Baku dan/atau proses
produksinya memerlukan lokasi khusus;
b. perusahaan industri mikro dan kecil; dan/atau
c. perusahaan industri yang akan menjalankan industri di
daerah kabupaten atau kota yang belum memiliki kawasan
industri atau yang telah memiliki kawasan industri namun
seluruh kavling industrinya telah habis.
2. Luas lokasi untuk Kawasan Berikat di kawasan budidaya sebagaimana dimaksud

paling sedikit 10.000 m2


Referensi :
Pasal4 ayat (2) dan ayat (3) PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
3. Apakah KB yang berlokasi di luar Kawasan Industri seluas 10.000 m2 harus seluruhnya
bangunan?
Jawab :
KB yang berlokasi diluar kawasan industri dengan luas > 10.000 tidak harus seluruhnya
bangunan. Luas ini ditentukan harus dalam satu hamparan dengan batas-batas yang jelas.
Di dalam lokasi tersebut bisa terdapat lebih dari 1 PDKB dengan luas kurang dari 10.000
m2.
Referensi :

Pasal 4 ayat (4) PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013


4. Apakah format surat rekomendasi dari Pemda tentang penunjukkan kawasan budidaya
peruntukkan industri memiliki format baku?
Jawab :
Tidak ada format baku di dalam surat rekomendasi dari Pemda, namun harus terdapat
keterangan minimal mengenai informasi bahwa di daerah tersebut belum ada kawasan
industri, atau ada kawasan industri tetapi sudah penuh.
5. Apakah merger antara perusahaan TLDDP dengan KB diperbolehkan?
Jawab :
Penggabungan (merger) antara KB dengan perusahaan TLDDP diperbolehkan dengan
mempertimbangkan profil perusahaan KB. Perusahaan TLDDP dapat mengajukan fasilitas
KB dengan memenuhi syarat lokasi.
Referensi :
Pasal 17 PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013
Perluasan KB
6. Apakah perluasan KB tidak dalam satu hamparan diperbolehkan?
Jawab :
Perluasan KB dengan tujuan tempat timbun tidak dalam satu hamparan diperbolehkan
dengan izin dari Kantor Wilayah DJBC yang mengawasi, dengan syarat seperti pengajuan
izin KB baru, serta tanpa keharusan melakukan kegiatan produksi di perluasan KB
tersebut.
Perpindahan barang dari KB ke perluasan KB tujuan tempat timbun menggunakan
dokumen PPB.
Referensi :
Pasal 18 ayat (2) PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013
7. Jika Perusahaan telah memiliki 2 (dua) izin KB, apakah KB tersebut dapat dijadikan
gudang bahan baku dan barang jadi (tempat timbun ) tanpa kegiatan produksi?
Jawab :
Perusahaan yang sudah punya 2 (dua) KB, tetapi salah satunya akan digunakan untuk
tempat timbun saja, harus terlebih dahulu mengajukan permohonan pencabutan KB yang
akan digunakan untuk tempat timbun saja ke Direktur Fasilitas Kepabeanan. Kemudian,
mengajukan permohonan perluasan KB tidak dalam satu hamparan sebagai tempat
timbun.
Alternatif lain, dengan menyekat salah satu KB, kemudian mengajukan izin perluasan KB
sebagai tempat timbun.
Referensi :
Pasal 91 PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
Pasal 18 ayat (2) PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013

8. Apakah perluasan KB tidak dalam satu hamparan yang berbeda lingkup wilayah
pengawasan KPPBC diperbolehkan?
Jawab :
Perluasan KB tidak dalam satu hamparan yang berbeda lingkup wilayah pengawasan
KPPBC diperbolehkan dengan syarat lokasi tetap harus dimiliki atau dikuasai oleh
Perusahaan serta syarat profil risiko hijau atau kuning.
Fasilitas ini pada dasarnya diberikan untuk Perusahaan yang tempat penimbunannya
sudah penuh dan untuk Perusahaan yang bahan bakunya memang perlu untuk ditimbun di
tempat khusus.
9. Apakah pemasukan barang asal lokal ke lokasi KB tidak dalam satu hamparan
diperbolehkan?
Jawab :
Pemasukan barang asal lokal ke lokasi KB tidak dalam satu hamparan diperbolehkan.
Perluasan KB yang tidak dalam satu hamparan (tempat timbun) berstatus bagian dari KB,
sehingga bisa menimbun barang asal impor dan lokal.
Teknis Operasional
IT Inventory, Stock Opname, CCTV, dan Monitoring Room
10. Bagaimana kriteria IT Inventory yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan ?
Jawab :
IT Inventoryminimal memenuhi kriteria minimal:
1. dapat diakses untuk kepentingan pemeriksaan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai.
2.

dapat dipergunakan untuk melakukan pencatatan:


a. pemasukan barang;
b.

pengeluaran barang;

c. barang dalam proses produksi (work in process);


d.

penyesuaian (adjustmet); dan

e. hasil pencacahan (stock opname);


secara kontinu dan realtime di Kawasan Berikat yang bersangkutan.
3.

dapat menghasilkan laporan berupa:


a. laporan pemasukan barang per dokumen pabean;
b.

laporan pengeluaran barang per dokumen pabean;

c. laporan posisi barang dalam proses (WIP);

d.
4.

laporan pertanggungjawaban mutasi barang;

dapat mencatat riwayat perekaman dan penelusuran kegiatan pengguna;

5. harus bisa diakses secara online dari Kantor Pabean dan memberikan data yang
terkini (realtime) ketika diakses oleh Pejabat Bea dan Cukai;
6. pencatatan hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki akses khusus(authorized
access);
7. perubahan pencatatan dan/atau perubahan data hanya dapat dilakukan oleh orang
sesuai dengan kewenangannya;
8. harus dapat menggambarkan keterkaitan dengan dokumen kepabeanan dengan
mencantumkan data jenis, nomor, dan tanggal pemberitahuanpabean
Selanjutnya untuk mempermudah perusahaan dalam memahami IT Inventory, dalam
waktu dekat ini akan diterbitkan revisi IT Inventory Guidance.
Referensi :
Pasal 26 PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013
11. CCTV dan IT InventoryPerusahaan sudah tersambung ke Hanggar. Apakah hal tersebut
sudah masuk kategori online?
Jawab :
IT Inventorydan CCTV suatu perusahaan dikategorikan online apabila sudah tersambung
dengan KPPBC dan bisa diakses secara online.
Ke depannya, jika kriteria profil risiko dipenuhi, Hanggar akan ditarik. Komunikasi
dilakukan melalui sistem yang bisa diakses tersebut dan tidak lagi mengandalkan
pengawasan fisik, tetapi melalui mekanisme Monitoring Room.
12. Apakah perluasan KB (tempat timbun) harus dipasang IT Inventory lagi?
Jawab :
Perluasan KB (tempat timbun) harus dipasangIT Inventory. IT Inventory tidak harus baru,
tetapi harus terhubung dengan IT Inventory induk.
13. Kemana stock opname diajukan pada saat KB mulai beroperasi?
Jawab :
Stock opnamediajukan ke KPPBC dan akan ditunjuk petugas BC untuk mengawasi stock
opname.
14. Apakah stock opname dilakukan pada tahun berjalan atau satu tahun setelah stock opname
terakhir?
Jawab :
Perusahaan wajib stock opname bersama KPPBC sekurang-kurangnya 1 kali dalam 1
tahun, sesuai tahun takwim.

Pemrosesan Hasil Produksi


15. Apakah pemindahtanganan barang modal dari KB ke TLDDP kurang dari 2 tahun
diperbolehkan?
Jawab :
Pemindahtanganan barang modal dari KB ke TLDDP sebelum 2 tahun tidak
diperbolehkan. Izin diajukan ke KPPBC yang mengawasi.
Referensi :
Pasal 32 PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
16. Apakah diperbolehkan pengusaha KB menerima perbaikan barang modal yang bukan
dalam rangka after sales servicedari unit perusahaan yang bukan KB tetapi masih dalam
satu manajemen dengan perusahaan KB?
Jawab :
KB bisa menerima perbaikan barang modal dari KB lain, baik itu after sales
servicemaupun bukan, sepanjang kegiatan usahanya memang terkait. Namun, KB dapat
menerima perbaikan dari TLDDP hanya jika barang modal tersebut adalah barang yang
dulu dia dijual (after sales service).
Alternatif lain, perusahaan bisa membuat divisi service barang dari TLDDP yang
bentuknya bukan KB.
Referensi :
Pasal 71 A PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013
17. Apabila terdapat perkiraan penyusutan yang pada faktanya di lapangan dimungkinkan
penyusutan melebihi dari perkiraan, bagaimana perlakuan konversinya?
Jawab :
Konversi akan dibandingkan dengan kondisi fisiknya.
18. Apakah dapat dilakukan perpanjangan izin atas penjualan lokal barang yang termasuk
intermediate goods?
Jawab :
Ketentuan tentang Intermediate Goods ditetapkan dengan PMK No. 44/PMK.04/2012,
dimana PMK tersebut memberikan batasan penjualan intermediate goods ke lokal lebih
dari 25% dari penjualan intermediate goods yang berlaku s.d. 31 Desember 2014.
Dengan berlakunya PMK No. 120/PMK.04/2013, maka tidak ada lagi penetapan tentang
intermediate goods, dan batasan dibuka s.d. 50%. Batasan penjualan lokal intermediate
goods masih berlaku sampai jangka waktu SKEP berakhir, namun jika masih overkuota,
perusahaan dapat mengajukan permohonan penjualan lokal diatas 50% dengan
rekomendasi Kementrian Perindustrian.
19. Apakah ada batasan kuota barang untuk digabungkan?
Jawab :
Tidak ada batasan kuota untuk barang dengan tujuan penggabungan. Akan tetapi ada
batasan nilai barang yang digabungkan tidak lebih besar dari nilai hasil produksi KB.

Pengeluaran Hasil Produksi


20. Apakah pengeluaran bahan baku yg tidak sesuai kebutuhan produksi perusahaan ke
TLDDP untuk perusahaan industri diperbolehkan?
Jawab :
Pengeluaran bahan baku yang tidak sesuai kebutuhan produksi KB ke TLDDP untuk
perusahaan industri diperbolehkan, dengan mengajukan permohonan ke Kepala KPU atau
Kepala Kantor Wilayah DJBC melalui Kantor Pabean.
Referensi :
Pasal 30 PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
Pasal 53 PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013
21. Apakah Hasil Produksi KB boleh dipindahkan ke KB lain?
Jawab :
Hasil produksi KB boleh dipindahkan ke KB lain sesuai izin dari KPPBC dalam hal :
1. Barang hasil produksi tersebut merupakan barang modal KB tujuan
2. Barang hasil produksi tersebut dipergunakan untuk digabungkan bersama barang
lain/diolah lebih lanjut.
Tidak diperbolehkan adanya pengiriman hasil produksi dari satu KB ke KB lain hanya
untuk diekspor bersama-sama tanpa diolah atau digabungkan terlebih dahulu.
Referensi :
Pasal 26 ayat (1) PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
22. Apakah ekspor langsung dari perluasan KB tidak dalam satu hamparan diperbolehkan?
Jawab :
Di dalam perluasan KB tidak dalam satu hamparan hanya boleh dilakukan penimbunan,
dan atas barang hasil produksi yang ditimbun di dalamnya boleh langsung di ekspor.
Pergerakan dari induk KB ke lokasi perluasan menggunakan dokumen PPB.
23. Bagaimana mekanisme perhitungan bea masuk dan PDRI untuk penjualan barang jadi
rusak ke TLDDP?
Jawab :
Bea masuk berdasarkan harga penyerahan, sedangkan tarif berdasarkan klasifikasi HS
barang jadi.
Referensi :
Pasal 31 PMK 147/PMK.04/2011 jo. PMK 120/PMK.04/2013
24. Apakah penjualan barang Hasil Produksi KB tujuan TLDDP diperbolehkan?
Jawab :
Penjualan hasil produksi KB untuk di jual lokal dapat dilakukan paling banyak 50% dari
total nilai realisasi tahun sebelumnya. Namun, penjualan lokal bisa lebih dari 50% apabila
ada rekomendasi dari Kementrian Perindustrian.
Referensi :

Pasal 46 PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013


25. Apakah nilai persentase over kuota suatu perusahaan tahun sebelumnya masih akan
digunakan tahun berikutnya ?
Jawab :
Jika tahun sebelumnya perusahaan over kuota, maka kuota tahun berikutnya akan
dikurangi. Namun apabila selama 2 tahu berturut-turut perusahaan mengalami over kuota,
maka dikenakan sanksi pembekuan selama 3 bulan. Selama periode pembekuan
perusahaan diwajibkan melakukan realisasi ekspor maupun penjualan ke KB lainnya.
Referensi :
Pasal 46 PER-57/BC/2011 jo. PER-35/BC/2013
26. Bagaimana perlakuan pemindahtanganan pengemas untuk KB dalam satu manajemen?
Jawab :
Pemindatanganan pengemas antar KB dalam satu manajemen diperbolehkan
.
Referensi :
Pasal 55 PER 35/BC/2013
Miscellaneous
27. Fasilitas apa yang sebaiknya dipilih Perusahaan?
Jawab :
Perusahaan sebaiknya memilih fasilitas kepabeanan yang cocok dengan kondisi
perusahaan. Perusahaan dapat berkonsultasi ke KPPBC mengenai fasilitas kepabeanan apa
yang sesuai dengan kondisi perusahaan.
28. Apakah kebijakan FTA bisa diaplikasikan untuk perusahaan KB?
Bagaimana prosedurnya?
Jawab :
KB bisa menggunakan fasilitas FTA. Prosedurnya sudah diatur di PER35/BC/2013.Perusahaan bisa menggunakan FTA dengan syarat perusahaan tidak
menggunakan BC 2.3 pada saat impor, tetapi menggunakan BC 2.0. Pemasukan barang ke
KB nantinya menggunakan BC 4.0.
29. Mengapa ada pembedaan perlakuan antara KB yang berada di Kawasan Industri dan di
kawasan budidaya peruntukan industri?
Jawab :
Dengan berlokasi di luar kawasan industri, ada risiko tersendiri untuk DJBC terkait
pengawasannya. Selain itu, kebijakan pemerintah secara umum mengarahkan perusahaan
industri masuk ke Kawasan Industri.
30. Persyaratan pengajuan Corporate Guarantee salah satunya ada sertifikat profiling,
sementara profiling yang ditetapkan saat ini belum ada sertifikat ataupun surat
keputusannya. Bagaimana penyelesaiannya?
Jawab :
Untuk SKEP profiling, bisa langsung mengajukan permohonan, kemudian dengan

mempertimbangkan hasil profiling KPPBC. KPPBC kemudian bisa langsung menetapkan


apakah Perusahaan bisa dapat CG atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai