BAB I
PENGANTAR GAS TURBINE GE MS-9001E
Gas turbine MODEL SERIES (MS) 9001E buatan General Electric adalah jenis poros
tunggal (single shaft turbine), siklus sederhana (simple cycle), dual fuel system (sistembahan bakar ganda). Single shaft turbine artinya kompresor dan turbin disambung
sehingga terbentuk satu poros yang didukung oleh tiga bantalan (bearing), sedangkan
simple cycle adalah siklus dimana udara biasa di hisap, dikompresikan oleh kompresor,
kemudian digunakan untuk udara pembakaran pada ruang bakar. Gas panas hasil
pembakaran selanjutnya untuk memutar turbin. Jadi lebih sederhana bila dibandingkan
dengan proses kerja dari instalasi tenaga uap. Gas turbine dapat beroperasi
menggunakan dua jenis bahan bakar (dual fuel system) yaitu natural gas dan minyak,
juga dapat dioperasikan dengan mode Mix (campuran gas dan minyak). Untuk bahan
bakar minyak menggunakan distillate oil (solar) atau biasa disebut HSD (high speed
diesel). Putaran operasi (putaran nominal) turbin sama dengan putaran generator yaitu
3000 rpm karena poros turbin dikopel langsung dengan poros generator. Kapasitas gas
turbine pada kondisi Base Load adalah 107,86 MW dengan bahan bakar natural gas, dan
105,76 MW dengan bahan bakar minyak (solar). Pendingin stator dan rotor generator
menggunakan gas hydrogen. Sistem kontrol gas turbine menggunakan Speedtronic
Mark IV, yaitu berbasis microprocessor dan electro-hydraulic control system.
Kompresor dari unit gas turbine ini adalah jenis Axial Flow, yang terdiri dari 17 tingkat,
sedang turbine terdiri dari 3 tingkat, dengan 14 ruang bakar. Untuk alat start mula dari
gas turbine adalah menggunakan motor listrik (Cranking motor).
1
BAB II
PENGERTIAN DASAR GAS TURBINE
2.1. BAGIAN-BAGIAN GAS TURBINE
Secara garis besar komponen-komponen Gas Turbine terdiri dari : Compressor,
Combustion Chamber (Ruang bakar) dan Turbine. Compressor dan Turbine
disambung satu poros yang didukung oleh tiga bantalan (bearing). Ujung poros
pada sisi udara masuk disambung dengan Accessory gear, yang dipakai untuk
memutar Main Liquid Fuel Pump, Main Lube Oil Pump, Main Hydraulic Oil
Supply Pump, Main Atomizing Air Compressor. Ujung poros pada sisi Exhaust
dikopel dengan poros Generator yang didukung oleh dua bantalan generator
(bearing). Jadi generator,turbin, kompresor,dan motor untuk start mula (cranking
motor) semuanya berada dalam satu poros.
Compressor :
Compressor dari unit gas turbine ini adalah jenis Axial Flow, yang terdiri dari 17
tingkat dengan pressure ratio 10:1.Sudu-sudu putar compressor umumnya disebut
Blades. Udara sebelum masuk sisi hisap compressor melalui Air Inlet Filter, dan
Inlet Guide Vane (IGV). Fungsi dari IGV atau ada yang menyebut CSGV
(Compressor Source Guide Vane) adalah untuk mengarahkan dan
mengatur
aliran udara ke first stage compressor. Posisi Vanes akan mempengaruhi jumlah
aliran udara kompresor. Pada compressor tingkat 11 terdapat 4 buah valve
ekstraksi atau biasa disebut compressor blade valve, sebelah kiri 2 buah atas-
bawah, sebelah kanan 2 buah atas-bawah juga. Ke-empat buah compressor blade
valves tersebut kerjanya serempak karena dikomando dari satu solenoid valve
yang diparallel. Pada saat startup dan shutdown (accelerating dan decelerating
cycle)
extraction compressor tingkat 11 dibuang ke exhaust plenum, dan pada saat full
speed no load akan menutup. Compressor blade valve digunakan untuk proteksi
denyutan atau getaran (pulsation protection) compressor selama turbine startup
dan shutdown. Jika pada saat startup dan shutdown semua valve ektraksi
(compressor bleed valve) tidak membuka maka dapat menimbulkan kerusakan
yang serius pada gas turbine. Untuk itu semua compressor blade valve dilengkapi
dengan limit switch 33CB-1,-2,-3,-4 yang berfungsi sebagai indikasi posisi valve.
Untuk startup , variable inlet guide vanes posisinya close 34 DGA (degree angle)
membatasi aliran udara ke compreesor agar tidak terjadi denyutan atau getaran
(pulsation) selama startup. Fungsi compressor adalah menghisap udara dari luar,
kemudian udara tersebut ditekan (dikompresikan) sehingga menjadi udara
bertekanan tinggi yang digunakan untuk udara pembakaran pada ruang bakar.
Udara bertekanan tinggi tersebut juga digunakan untuk udara pendingin turbine
nozzles, turbine wheels, transition pieces, first stage dan second stage bucket
turbine dll.
Turbine :
Sudu putar turbin disebut Buckets, jumlahnya ada 3 tingkat yaitu First,
Second, dan
sudu tingkat pertama sampai ketiga, karena tekanan gas panas berkurang setelah
melewati setiap tingkat sudu turbin. Nozzles turbin ada 3 tingkat (three stages of
stationary nozzles) yaitu First,Second, dan Third-Stage Turbine Nozzles. Nozzles
turbine gunanya untuk mengarahkan aliran gas panas kecepatan tinggi terhadap
sudu putar turbin, sehingga rotor turbin berputar.Sudu putar turbin tingkat 1 dan 2
didinginkan dengan udara yang diambilkan dari compressor tingkat 16,
disalurkan kedalam lobang rotor turbin dan keluar melalui lobang-lobang kecil
pada pangkal-pangkal buckets turbin tingkat 1 dan 2. Untuk sudu putar turbin
tingkat 3 tidak didinginkan dengan udara.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar 1,2,3,4 dan 5.
.
Tempat
pengambilan udara
pendingin 1st and
2nd stage bucket
turbine pada sudu
compressor antara
Lobang rotor turbine tempat masuknya udara pendingin dari sudu compressor antara tingkat 16 dan 17 m
Gamba
Second
Stage
Bucket
Cooling
Exhaust G
Turbine
Inlet A
Udara sebelum
berfungsi untuk menyaring kotoran, debu atau partikel yang terbawa dalam
udara sebelum masuk ke kompresor. Ada 1152 buah filter elements pada air inlet
filter. Metode pembersihan filternya adalah Self Cleaning Air Filter System
artinya
element
filternya
dibersihkan
secara
otomatis
dan
berurutan
BAB III
10
ada yang rusak atau ada perbaikan (penggantian card modul misalnya, maka
2 Controllers yang lain akan mengambil alih dan gas turbine tetap dapat beroperasi
( fault tolerance ), jadi tingkat keandalannya lebih tinggi. Apabila kerusakan Controller
telah selesai diperbaiki maka controller dapat diaktifkan kembali tanpa shutdown
turbine. Jadi dengan menggunakan hanya 2 dari 3 Controller yang beroperasi system
masih aman dan masih dapat mengontrol. Konfigurasi Controller semacam ini disebut
triple redundant and two-out-of-three voting (2dari3 ). Controller <RST> menggunakan
Mikroprosesor Intel 8086 CPU 16 bit pada modul card HMPJ, hardware dan software
setiap Controller adalah sama. Masing-masing Controller memiliki sensor sendirisendiri sehingga apabila salah satu sensor rusak, maka 2 sensor yang lain yang akan
mengontrol gas turbine. Sebagai contoh speed sensor turbine yang dipasang jumlahnya
ada 3 buah, speed signal dari sensor pertama masuk ke Controller <R>, signal dari
sensor kedua ke Controller <S>, dan dari ketiga ke Controller<T>. Demikian juga pada
exhaust turbine dipasang 24 buah thermocouple, 8 buah signal output thermocouple ke
Controller <R>, 8 ke Controller <S>, 8 ke Controller <T>. Untuk critical analog
outputs, setiap Controller menggerakkan satu coil dari tiga coil yang terpisah pada servo
valve. Jadi critical input dimasukkan ke masing-masing Controller dan untuk non
critical input dimasukkan ke Communicator <C>.
mempunyai power supply sendiri sendiri yaitu power supply <R>, <S>,dan <T>.
Tegangan input power supply <RST> adalah 125 VDC yang diambilkan dari tegangan
battery, sedangkan tegangan outputnya adalah : +5 VDC,
11
Controller <S>
Controller <T>
12
Communicator <C> menggunakan Mikroprosesor Intel 80286 CPU 16 bit pada modul
card HMPK. Gas turbine tidak akan bisa start up bila Communicator <C> rusak
(fault) karena monitor dan membrane switches yang merupakan operator interface
module tidak berfungsi. Tetapi apabila gas turbine sudah normal operasi, maka jika
Communicator <C> gangguan maka gas turbine tetap beroperasi normal karena
system kontrol dikendalikan oleh Controller <RST> . Dalam kondisi operasi darurat
tersebut layar monitor gelap dan printer tidak berfungsi, operator hanya dibimbing
dari Auxiliary Display yang tampilannya sangat terbatas ( seven digit, hexadecimal
display). Maintenance instrument harus segera memperbaiki atau mengganti
Communicator <C> yang rusak tersebut, tetapi jika tidak bisa diatasi dan operator
ingin men shut down gas turbine dapat dilakukan dari membrane switches STOP
dan jangan dilakukan dari Emergency Stop. Menu membrane switches yang masih
berfungsi apabila Communicator <C> rusak adalah : STOP, ALARM RESET,
ALARM SILENCE karena dihubungkan dari software controller <RST>.
Communicator <C> mempunyai power supply sendiri seperti pada Controller <RST>.
Power supply <RST> dan <C> adalah sama, tegangan inputnya adalah 125 VDC, dan
tegangan outputnya adalah : +5 VDC, +15 VDC, -15 VDC.
13
PS = Power Supply
Sistem Kontrol Gas Turbine GE MS9001E
PS
PS
PS
PS
PS
PS
14
Pada gambar 8 menunjukkan sebuah block diagram Speedtronic Mark IV. Ada 3
Controller <R>, <S>, <T> masing-masing memiliki input dan output, dan masingmasing memiliki power supply sendiri. Bagian keempat disebut Communicator <C>,
yang memiliki power supply sendiri juga. Communicator <C> berkomunikasi dengan
Controller <RST> melalui RS232 serial data link. Communicator <C> juga
dihubungkan dengan CRT display, dan operator interface melalui membrane switches.
Dalam hal sistem kontrol menggunakan atau dihubungkan dengan remote control
( DCS misalnya ), maka <C> dapat melakukan komunikasi dengan remote komputer
atau DCS (Distributed control system). Relay output modules memiliki power supply
dua buah yaitu Power Supply Relay 1 <PS.Rel1> dan Power Supply Relay 2
<PS.REL2>. Power supply ini inputnya adalah 125 VDC, dan outputnya 28 VDC,
yang digunakan untuk meng-energize relay 28 VDC. Apabila salah satu Power supply
relay tersebut rusak pada saat gas turbine sedang operasi maka unit tetap aman karena
Power supply relay yang satu masih berfungsi (redundant power supply). Critical
sensor dimasukkan kesetiap Controller <RST>, sehingga setiap controller memiliki
penilaian independen terhadap kondisi turbine. Sebagai contoh, 3 sensor speed signals
dikirim ke masing-masing Controller <RST>, dan output dari Controller <RST>
menggerakkan servo valve untuk mengatur aliran bahan bakar yang masuk ke turbine.
Contoh yang lain, pada exhaust turbine dipasang 24 buah thermocouple untuk
memonitor temperature exhaust yang digunakan untuk feedback Temperature Control,
8 buah thermocouple exhaust ke Controller <R>, 8 ke Controller <S>, dan 8 ke
Controller <T>. Setiap Controller <RST> selanjutnya mengirimkan nilainya ke
Communicator <C>, dan akan dihitung nilai mediannya (median value) dan
15
Gambar 8
Kabel UTP
mengirimkan bias koreksi kembali ke Controller <RST>. Apabila salah satu sensor
speed atau salah satu Controller <RST> ada yang rusak misalnya, maka system control
tetap aman karena 2 Controller masih aktif. Pada servo valve terdapat 3 buah coil yang
digunakan untuk menggerakkan mekanisme servo valve. Masing-masing coil servo
valve dihubungkan ke Controller <RST>, sehingga apabila salah satu Controller
<RST>
mengirim
USB to
Serialtidak
Converter
berfungsi karena 2 coil servo valve masih aktif (coil servo valvenya juga redundant).
3.4. Menghubungkan Komputer atau Laptop dengan Mark IV
Controller <R>
Controller <S>
Controller <T>
Kita dapat menghubungkan komputer atau laptop dengan Mark IV untuk keperluan
modifikasi <C> dan <RST> Sequencing Function (Ladder Diagram) dengan cara,
Port USB
Port Parallel DB-25 pada card HMPK kita hubungkan ke Laptop, melalui USB to
16
Serial Converter, bisa dilihat pada gambar 9. Untuk software Laptop bisa
menggunakan operating system Microsoft Windows 2000 atau Windows XP, dengan
cara sebagai berikut : Click Start; Programs; Accessories; Communications; Hyper
Terminal. Selanjutnya kita bisa melakukan komunikasi data dengan Communicator
<C>. Sequencing data dan Control Constants data pada Mark IV disimpan pada 2 set
memori EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) yaitu
Primary EEPROM dan Backup EEPROM. Control Constants data adalah parameter
yang diperlukan bila kita ingin fine-tune turbine control, protection, dan sequencing
functions, dan dapat dirubah nilainya secara langsung dari Mark IV tanpa
menggunakan Laptop. Untuk modifikasi atau menambah Sequencing Function kita
perlu menggunakan komputer atau laptop, Sebagai contoh pada gambar 10, kita akan
membuat Sequencing Function sebagai berikut :
L14HSXL63QA2L
L1Z
L52QA1A
L4QA
L14HSZ
17
L14HSX
ANF
L63QA2L
OR
L1Z
OR = OR Logic Variable
LDF
L52QA1A
ORF
L14HSZ
ANS
STO
Setelah kita buat Sequencing Instructionnya pada Laptop, dan kita download ke
Primary EEPROM pada Communicator <C> maka sequencing function yang kita
buat telah tersimpan di Primary EEPROM <C>. Selanjutnya kita lakukan download
sequencing function dari Communicator <C> ke Controller <RST>, dengan cara
mematikan, kemudian
18
BAB IV
PRINSIP KERJA SISTEM KONTROL MARK IV
Gas Turbine dikendalikan atau dikontrol dengan cara mengatur aliran bahan bakar ke
ruang bakar turbine (combustion chambers). Sebuah signal control, yang dinamakan
Fuel Stroke Reference atau disingkat FSR, menentukan aliran bahan bakar.
FSR yang rangenya 0 sampai 100 % adalah signal perintah untuk pembukaan valve
bahan bakar. FSR secara independen dihitung di masing masing 3 Controllers <R>,
<S>, <T>. 3 FSR dari masing masing Controllers ini adalah hardware-voted,
artinya setiap FSR menggerakkan 1 coil dari 3 coil servo valve. Jumlah arus dari 3
coils menginduksi medan magnet di torque motor servo valve. Posisi servo valve akan
menentukan pembukaan valve bahan bakar yang akan mengontrol aliran bahan bakar
keruang pembakaran. Dua arus dalam coil servo akan mengkompensasi arus ketiga
yang rusak (fault). Ini adalah konsep sistem kontrol Mark IV two-out-of-three
voting. Untuk lebih jelasnya mengenai servo valve dapat dilihat pada gambar 11
dan gambar 12.
19
20
21
pada Controller <RST> seperti terlihat pada gambar, sehingga apabila 1 buah LVDT
rusak tidak akan men shutdown gas turbine. Akan lebih handal kalau sensor LVDT
nya ada 3 buah sehingga masing masing masuk ke Controller <R>,<S>,<T>.
REF = adalah Reference atau signal perintah aliran bahan bakar ( FSR )
4.1. FSR Minimum Value Gate
Sistem kontrol gas turbine dibagi menjadi beberapa fungsi yaitu : Start Up Control,
Acceleration Control, Speed Control, Temperature Control, Shut down Control, dan
Manual Control. Tetapi control loop utamanya hanya 3 yaitu : Start UP Control,
Speed Control, dan Temperature Control. Gas turbine GE mengendalikan atau
mengontrol aliran bahan bakar ke ruang bakar menggunakan
metode
FSR
Minimum Value Gate. Input dari FSR Minimum Value Gate adalah signal FSR dari
masing-masing fungsi kontrol yaitu : FSRSU, FSRACC, FSRN, FSRST, FSRSD,
FSRMAN, seperti terlihat pada gambar 13, dan gambar 14.
22
FSRSU
FSRT
FSRSD
23
24
Sebagai contoh dapat kami tampilkan data dari Gas Turbine GT1.2 yang kami ambil
pada tgl 16 Februari 2010 : Unit beroperasi pada mode Base Load Combined Cycle
dengan bahan bakar 100% Oil, IGV Full Open 85 DGA. Harga FSRSU=100%,
FSRACC=75,2%, FSRMAN=100%, FSRSD=100%, FSRN=74,6%, FSRT=68,4%,
maka output Minimum Value Gate yang terendah adalah FSRT =68,4%. Jadi sistem
kontrol
gas
turbine
pada
saat
Base
Load
dikendalikan
oleh
FSRT
(FSR=FSRT=68,4%). Hanya satu fungsi kontrol yang dapat mengontrol aliran bahan
bakar ke gas turbine pada suatu waktu.
4.2. Speed Signal & Speed Relay
Bagian penting dari proses start-up / shutdown sequence control gas turbine adalah
penggunaan Speed Relay, dimana speed relay tersebut bukan berbentuk hardware
melainkan speed relay software. Speed sensor atau magnetic pickup yang dipasang
pada gas turbine jumlahnya ada 3 buah, masing masing masuk ke Controller <R>,
<S>, dan <T>. Signal output dari speed sensor adalah frequency (Hertz) yang identik
dengan putaran turbine (rpm) , selanjutnya oleh Controller <RST> dirubah menjadi
signal speed yang dinamakan TNH, yang digunakan sebagai signal feedback untuk
Speed Control selama turbine normal operasi, dan mengetrip turbine pada keadaan
overspeed. Signal speed TNH juga dirubah melalui software comparator pada
Controller <RST> menjadi Speed Relay, yang akan digunakan untuk proses
start-up / shutdown sequence gas turbine. Ada 7 Speed Relay yang digunakan untuk
proses start-up / shutdown sequence gas turbine. Sebagai contoh dapat dilihat pada
gambar 15, software comparator untuk Speed Relay 14 HM, untuk Speed Relay yang
25
lain prinsip kerjanya sama, hanya harga Control Constantnya yang berbeda.
TNK14HM1 dan TNK14HM2 adalah harga Control Constant yang telah di SET di
Mark IV.
<R><S><T> SOFTWARE
SPEED LEVEL DETECTORS
TNH
10% SPEED
TNK14HM1
A
A>B
B
A
9,5% SPEED
TNK14HM2
A<B
B
26
Pickup
(ON)
0,06 %
8,4 %
10 %
50 %
60 %
85 %
95 %
Dropout(O
FF)
0,31 %
2,8 %
9,5%
40 %
50 %
84,5 %
94,5 %
27
beroperasi melalui Minimum Value Gate (lihat gambar 13 dan 14), untuk memastikan
bahwa Speed Control dan Temperature Control dapat membatasi FSR jika diperlukan.
Selama proses startup, tingkat kenaikan putaran turbine dan temperature exhaust
dibatasi untuk melindungi bagian-bagian turbine dari excessive mechanical dan
thermal stresses. Untuk proses start-upnya dimulai dengan Cranking motor running,
2 second kemudian starting clutch engaged (solenoid 20TU-1 Torque converter
energize), putaran turbine 0 rpm naik sampai 10% speed ditandai dengan L14HM on,
dan akan mengaktifkan system purging. Purging digunakan untuk membersihkan
ruang bakar dan exhaust duct agar tidak ada campuran gas yang mudah terbakar.
Setting Purge Timer atau Turbine Vent Timer L2TV adalah 60 second. Setelah purge
timer selesai, putaran turbine menjadi 24% Speed, starting clutch disengaged
(solenoid 20TU-1 Torque converter de-energize) dan putaran menuju turun (coasting
down). Pada putaran 9,5% Speed L14HM off, starting clutch engaged kembali,
putaran menuju naik, dan pada 10% Speed L14HM on, dimulai firing dengan
menetapkan FSR Firing = 21% (Control Constant FSKSU_FI=21%). Apabila dalam
60 second tidak terjadi penyalaan dalam ruang bakar (Flame detector tidak
mendeteksi api) maka gas turbine akan trip, dan muncul alarm Failure to Ignite
(Firing timer L2F=60 second). Tetapi jika terjadi penyalaan dalam ruang bakar maka
akan dilanjutkan dengan proses Warm-UP selama 60 second ( warm-up timer L2W
di set = 60 second ). Pada proses Warm-UP aliran bahan bakar FSR diturunkan dari
21% menjadi 12% (Control Constant FSKSU_WU Warm-up FSR di SET= 12%).
Dilakukan proses warm-up time atau waktu pemanasan untuk meminimalkan
thermal stresses selama proses awal start-up. Setelah menyelesaikan periode
28
pemanasan (warm-up periode), torque converter akan keposisi maksimum torsi dan
startup control akan menaikkan harga FSR, untuk dimulai fase Acceleration dari
proses startup. Speed Relay L14HA akan on dan menunjukkan turbine sedang proses
akselerasi atau percepatan.Setelah putaran naik menjadi 60% speed, Speed Relay
L14HC akan on, yang mengakibatkan solenoid 20TU-1 deenegize ( starting clutch
disengaged ), dan pada posisi ini turbine sudah dianggap mampu memutar dirinya
sendiri dan tidak dibantu lagi dari Cranking motor (self sustaining speed). Setelah
putaran naik sampai 95%, Speed Relay L14HS on, fase startup berakhir, dan FSR
dikendalikan oleh SPEED CONTROL. Pada fase ini semua peralatan bantu telah dishutdown. Misalnya Auxiliary lube oil Pump akan shutdown dan diambil alih oleh
Main lube oil Pump, Auxiliary Hydraulic oil Pump akan shutdown dan diambil alih
Main Hydraulic Oil Pump dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 16, Mark IV Start-up Curve. Dari pengamatan dilapangan, proses dari
start-up sampai Full speed no load ( 3000 rpm ) gas turbine membutuhkan
waktu 15 menit.
29
BAB V
30
SPEED CONTROL
Speed Control atau Speed Governors digunakan untuk mengatur putaran dan beban
(load) gas turbine generator agar frekuensi generator tetap stabil terhadap adanya
variasi beban atau gangguan pada system. Penyimpangan frekuensi dari nilai nominal
harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Speed Control merupakan
system control closed loop, dimana signal feedback aktual putaran turbine (TNH)
dibandingkan dengan set point putaran (TNR). Selisih antara TNR dan TNH ini,
menghasilkan sebuah error, yang digunakan untuk mengontrol putaran turbine. TNH
singkatan dari Turbine Speed High Pressure, sedangkan TNR adalah Turbine Speed
Reference. TNR pada display Mark IV dinamakan TNH SET. Ada dua jenis sistem
Speed Control turbine yaitu, Droop Speed Control dan Isochronous Control.
V.1 Droop Speed Control
Untuk menerangkan mengenai Droop speed Control dan Isochronous Control di
banyak buku-buku referensi speed control memang masih agak membingungkan,
untuk itu akan kami coba menerangkan dari gas turbine generator sebelum dan
sesudah masuk jaringan. Dimisalkan turbine sudah mencapai rated speed (3000 rpm)
dan generator breaker masih open, putaran turbine (TNH) dapat diubah naik atau
turun dengan mengubah set point putaran (TNR). Menaikkan TNR dapat dilakukan
dari Governor Control Switch Raise/Lower pada panel generator. Apabila TNR kita
set = 104% (3120 rpm), maka putaran turbine (TNH) akan menyamakan
31
104% (3120 rpm). Jadi Set point putaran turbine (TNR) mengatur putaran turbine
bila unit belum parallel dengan jaringan. Ketika generator breaker closed, berarti
generator sudah terhubung ke jaringan maka akan terjadi Load Sharing (berbagi
beban) dengan generator lain, sehingga putaran turbine generator ditentukan oleh
frekuensi system (frekuensi jaringan). Putaran turbine (TNH) tidak dapat lagi diubah
dengan mengubah set point putaran turbine (TNR), karena mereka semua terhubung
bersama dalam jaringan dan rotor generator mereka terkunci (terikat) pada
sinkronisme atau synchronous speed. Sekarang frekuensi generator ditentukan oleh
frekuensi jaringan, sehingga tidak ada generator dapat berputar lebih cepat atau lebih
lambat dibandingkan dengan generator lainnya. Jadi TNR berfungsi untuk mengatur
beban bila unit sudah paralel ( masuk jaringan ), dan Speed Control loop berpindah
sebagai Load Control loop. TNR bisa dinaikkan atau diturunkan secara manual
menggunakan Governor Switch Raise / Lower pada Generator control panel, atau
secara Auto melalui Speedtronic Mark IV. Pada kondisi ideal (ambient temperature
sesuai desain ) rated load (base load) gas turbine MS9001E adalah 107,86 MW bila
beroperasi menggunakan natural gas, dan 105,76 MW bila menggunakan Distillate
oil. Ketika mode operasi Base Load tersebut, TNR akan berada pada = 104%, dan
TNH akan tetap pada 100% bila frekuensi jaringan stabil. Jadi pada kondisi generator
sudah masuk jaringan atau sudah berbeban, TNH tidak bisa menyamakan dengan
TNR. Error signal yang merupakan selisih antara TNR dikurangi TNH pada rated load
(base load), itulah yang dinamakan Droop Speed Control atau biasa disebut Speed
Droop. Untuk Gas turbine MS9001E Muara Karang, TNR pada kondisi Base Load
=104%, TNH = 100%, jadi Speed Droopnya = 104% - 100% = 4%. Jika Speed Droop
32
diSet 4%, maka perubahan 1% Speed akan menghasilkan perubahan dalam aliran
bahan bakar yang setara dengan 25% rated load. Gas turbine dengan speed droop
lebih kecil akan merespon perubahan beban lebih cepat dibandingkan dengann speed
droop yang lebih besar, tetapi bila speed droopnya terlalu kecil bisa mengakibatkan
frekuensi generator berosilasi. Speed Droop adalah Proportional Control, yang tidak
memiliki integral control, outputnya adalah proportional / sebanding dengan besarnya
error yang terjadi. Berikut definisi Speed Droop yang kami himpun dari berbagai
sumber :
Speed Droop adalah karakteristik governor yaitu besarnya perubahan putaran
turbin terhadap putaran nominal untuk perubahan beban 100%. Speed Droop
4% artinya putaran turbine akan turun 4% dari putaran nominal, bila turbine
dari beban 0% langsung dibebani 100%, atau sebaliknya putaran turbine akan
naik 4% jika beban turbine dilepas (dihilangkan dari 100% menjadi 0%).
Speed Droop adalah sensifitas unit terhadap perubahan frekuensi jaringan,
yang memiliki speed droop kecil akan menanggung prosentase perubahan
beban lebih banyak.
33
34
TNR = TNH + MW
100% TNH = 3000 RPM
104% TNR = 100% TNH + 115 MW ( dimisalkan Base Loadnya = 115 MW )
103% TNR = 100% TNH + 86,25 MW
102% TNR = 100% TNH + 57,5 MW
101% TNR = 100% TNH +28,75 MW
1% Droop = 25% Base Load
diperlukan, untuk menyamakan actual turbine speed signal dengan set point signal
pada summing junction. Selama perbedaan antara signal TNR dan TNH ada,
integrator akan terus menaikkan atau menurunkan FSR sampai tidak ada error signal.
Ini adalah system yang bekerja cepat yang akan mempertahankan putaran turbine
stabil atau konstan meskipun terjadi perubahan beban. Isochronous control adalah
35
Proportional Integral Control. Untuk gas turbine MS9001E di Muara Karang tidak
menggunakan Isochronous Control.
Base Load
Part Load
= Speed Control
Dengan Zero Load atau Full Speed no Load pada bagian bawah dan Base Load pada
bagian atas, Part Load (partial load) adalah beban diantara Zero Load dan Base Load
(mendekati Base Load). Jika Gas Turbine beroperasi pada Part Load maka system
control yang bekerja adalah Speed Control. Ketika unit beroperasi pada Base Load
36
( Generator Breaker Close ) dengan beban yang besarnya sesuai dengan harga setpoint
yang telah ditentukan pada Speedtronic turbine control system.Untuk Gas Turbine
Generator Muara Karang diset pada harga 5MW (Control Constant LK90SPIN).
37
100%
Max Limit
FSR Max
FSR Min
Min Limit
FSRN
17%
MEDIAN SELECT
FSKRN1
15.05% / %N
Speed FSR
Droop Gain
FSKRN2
TNR
TNH
Reference
Error Signal
+
+
+
Feed Back
L83ISOK
L83ISOK
FSRNI
FSKRN1
FSKRN2
TNR
TNH
FSRN
FSRNI
39
BAB VI
TEMPERATURE CONTROL
Temperature control pada gas turbine bekerja pada beban maximum atau base load,
dan digunakan untuk mengontrol atau membatasi aliran bahan bakar agar turbine
40
firing temperature tidak melebihi design temperature yang diijinkan sehingga tidak
akan merusak atau memperpendek umur dari komponen hot gas path turbine.
Komponen hot gas path turbine tersebut adalah combustion liner, transition piece,
turbine nozzle, buckets turbine, stator shrouds, dan lain sebagainya. Firing
temperature adalah temperature gas panas pada first stage nozzle turbine, yang
temperaturenya sangat tinggi yaitu mencapai 1124 deg C. Karena temperaturenya
sangat tinggi maka sulit untuk mengukur secara langsung menggunakan temperature
sensor seperti thermocouple. Dari hubungan thermodinamika dan gas turbine
performance calculations, maka firing temperature Tf dapat dihitung secara empiris
menggunakan fungsi dari exhaust temperature dan compressor discharge pressure
(CPD). Firing temperature juga dapat ditentukan sebagai fungsi dari exhaust
temperature dan konsumsi bahan bakar atau perintah aliran bahan bakar (FSR).
Hubungan ini diperlihatkan pada gambar 19. Lines Constant Firing Temperature
digunakan untuk membatasi exhaust temperature gas turbine. Dipilihnya exhaust
temperature untuk menentukan firing temperature karena temperaturnya lebih rendah
sehingga memungkinkan untuk memasang temperature sensor seperti thermocouple.
Exhaust temperature tersebut temperaturenya 549 deg C untuk operasi base load
simple cycle, dan 554 deg C untuk operasi base load combined cycle.
Exhaust temperature sensornya menggunakan thermocouple type K, jumlahnya ada
24 buah dipasang pada exhaust plenum.
41
ISOTHERMAL
CONSTANT
FIRING TE
MP (LINEA
RIZED)
COMPRESSOR DISCHARGE PRESSURE (CPD)
42
ISOTHERMAL
CONSTANT
FIRING TE
MP (LINEA
RIZED)
FUEL STROKE REFERENCE (FSR)
43
Control constant TTKn_K (FSR bias corner) dan TTKn_M (FSR bias slope) dengan
data FSR menentukan setpoint FSR bias exhaust temperature ( TTRXS ). Besarnya
nilai control constant telah di SET pada Mark IV. Temperature control bias program
juga memilih setpoint isothermal TTKn_I. Selanjutnya program akan memilih harga
minimum dari 3 setpoint melalui Min Sel, yaitu setpoint CPD bias, setpoint FSR
bias, dan setpoint isothermal. Output dari Min Sel akan digunakan sebagai setpoint
exhaust temperature control (TTRXB). Selama normal operasi dengan bahan bakar
gas atau minyak, yang dipilih adalah CPD bias control dengan isothermal limit.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar 20, Software Temperature Control Reference.
Logic sequence L83JTn (Temperature Control Curve Select), dimana n adalah 0
sampai 3 yaitu :
L83JT0 = Simple Cycle Base Temperature Control Curve
L83JT1 = Simple Cycle Peak Temperature Control Curve
L83JT2 = Combined Cycle Base Temperature Control Curve
L83JT3 = Combined Cycle Peak Temperature Control Curve
Untuk Gas turbine MS9001E di Muara Karang tidak ada mode operasi Peak Load,
yang ada hanya Base Load, sehingga yang digunakan hanya L83JT0 dan L83JT2.
TTKn_K (FSR bias corner) adalah harga control constant yang telah diSET, dimana
n adalah 0 sampai 3 dengan harga setting nya sebagai berikut :
45
Apabila TTRXP lebih kecil dari TTRXS maka Temperature Control yang bekerja
adalah CPD bias, dan bila TTRXP lebih besar dari TTRXS maka Temperature Control
yang bekerja adalah FSR bias ( TTRXP dan TTRXS melewati Min Sel ).
Rumusnya adalah sbb:
TTRXP = TTKn_I (( CPD - TTKn_C ) * TTKn_S )
TTRXS = TTKn_I (( FSR - TTKn_K ) * TTKn_M )
Kita tidak boleh merubah harga Control Constant Temperature Control karena akan
merubah bentuk curvenya yang dapat menimbulkan kerusakan atau memperpendek
umur dari komponen Hot Gas Path Turbine.
47
549 deg C
TTRX
(TTXM)
Deg C
10.05 bar
TTK0_I
TTK0_C
TTK0_S
CPD ( BAR )
Primary Exhaust Temperature Control
76,6 %
549 deg C
TTK0_I
TTRX
(TTXM)
Deg C
TTK0_K
TTK0_M
FSR %
Back Up Exhaust Temperature Control
48
10.17 bar
554 deg C
TTK2_I
TTRX
(TTXM)
Deg C
TTK2_C
TTK2_S
CPD ( BAR )
Primary Exhaust Temperature Control
79,4 %
554 deg C
TTK2_I
TTRX
(TTXM)
Deg C
TTK2_K
TTK2_M
FSR %
Back Up Exhaust Temperature Control
49
50
51
control
command
program
membandingkan
setpoint
exhaust
52
DAFTAR PUSTAKA
IV
CONTROL-DESCRIPTION
AND
AND
53