Trauma Tendon Tangan
Trauma Tendon Tangan
PENDAHULUAN
Manusia bergantung pada kompleksitas struktur tangan untuk bertahan hidup.
Spesialisasi jari-jari ini tidak hanya menolong kita untuk makan tetapi juga turut
mengekspresikan pikiran kita melalui gerakan dan bahasa tangan. Kulit tangan,
jari-jari dan otot-otot kecil tangan merupakan struktur primer untuk fungsi ini.
Otot-otot panjang dan pendek terinsersi ke tulang untuk memberi gerakan jarijari dan tangan yang unik.1
Trauma tangan sering terjadi dan merupakan 5 10 % kunjungan ke Unit Gawat
Darurat di seluruh dunia. Kompleksitas tangan dan kesamaan gambaran klinik
pada trauma yang berbeda memberi pemahaman akan anatomi dan fungsi
tangan, teknik pemeriksaan fisis yang baik dan pengetahuan akan indikasi terapi
yang dibutuhkan oleh dokter UGD.2
Tendon merupakan jaringan ikat yang dibentuk khas, padat, putih dengan
struktur paralel, inelastis, adheren fibril dan sel-sel jarang yang berselang-seling
serta pembuluh darah. Tendon memiliki hubungan saraf intratendinosa dan
paratendinosa dari otot dan juga saraf regional.3 Trauma tendon fleksor sering
terjadi dan predominan pada pria dengan usia antara 15 30 tahun.4
Penanganan di masa lampau, untuk semua bagian, didasari pada premis bahwa
immobilisasi absolut dari bagian yang terluka untuk beberapa waktu, umumnya
tidak kurang satu minggu, sangat dibutuhkan. Disimpulkan bahwa metode
perbaikan trauma tendon yang menawarkan keuntungan terbesar adalah dengan
mobilisasi dini bagian terluka dengan tentunya perlindungan secara hati-hati
terhadap resiko terpisahnya ujung jahitan dari tendon.5
Zona V: Proksimal
Letaknya di proksimal ligamentum carpal transversum. Bagian proksimal zona ini
tepat pada tautan muskulotendinosa.4
Anatomi Tendon Ekstensor Tangan
PEMERIKSAAN KLINIS
Trauma Tendon Fleksor Tangan
Meski deformitas berat tidak ditemukan, posisi tangan sering memberi petunjuk
tendon fleksor mana yang terpotong.4 Posisi normal tangan menunjukkan jari
telunjuk dalam posisi sedikit fleksi dan jari kelingking paling fleksi.9 Jika kedua
tendon jari terpotong, maka jari akan berada dalam posisi hiperekstensi.4
Fungsi tendon biasanya dievaluasi dengan gerakan aktif volunter jari, biasanya
secara langsung oleh pemeriksa. Tindakan manuver yang dilakukan dahulu pada
tangan pemeriksa atau tangan penderita yang sehat sebelum pada tangan yang
terluka dapat membantu. Jika luka pada distal pergelangan, jari yang terluka
ditahan untuk memperoleh gerakan sendi spesifik. Dengan sendi proksimal
interphalanx ditahan, fleksor digitorum profunda diduga terpotong jika sendi
distal interphalanx tidak dapat fleksi secara aktif. Jika sendi proksimal
interphalanx dan distal interphalanx keduanya tidak dapat fleksi secara aktif
dengan tahanan pada sendi metacarpophalangeal, maka kedua tendon fleksor
mungkin terpotong.4
Pada ibu jari, untuk pemeriksaan tendon fleksor pollicis longus, sendi
metacarpophalangeal ibu jari ditahan. Jika tendon fleksor pollicis longus
terpotong, fleksi pada sendi interphalangeal tidak ada. Sedangkan jika luka
terletak pada pergelangan, sendi jari dapat fleksi secara aktif meskipun tendon
jarinya terpotong. Hal ini dikarenakan interkomunikasi tendon fleksor digitorum
profunda pada pergelangan, khususnya jari manis dan kelingking. Pada ruptur
tendon parsial biasanya tetap berfungsi, namun gerakan jari dibatasi oleh nyeri.4
DIAGNOSA
Anamnesa
Status general pasien berupa usia, tangan yang dominan, pekerjaan / hobbi, dan
riwayat masalah tangan sebelumnya. Kapan dan dimana trauma terjadi ? Pada
kasus trauma untuk mengetahui keakutan trauma dan kemungkinan kontaminasi
dengan benda asing.2
Bagaimana trauma terjadi ? Hal ini memberi bantuan trauma yang terjadi.
Misalnya, peselancar yang terluka tangannya saat tali penarik terlepas secara
kuat dari tangannya, sepertinya terjadi trauma pada mekanisme tendon
fleksornya. Bagaimana posisi tangan saat terjadinya trauma ? Struktur dalam
tangan meluncur saat gerakan. Jaringan dibawah memar atau laserasi mungkin
tidak sama dengan jaringan yang terlihat saat trauma terjadi karena pergerakan
struktur dalam tangan (misal, tendon ekstensor terluka dengan jari dalam
keadaan fleksi mungkin tidak terlihat pada luka ketika jari dalam keadaan
PENANGANAN
Karakteristik Rekonstruksi Tendon
Strickland menekankan 6 karakter rekonstruksi tendon ideal :4
1. Mudah menempatkan jahitan dalam tendon;
2. Simpul jahitan aman;
3. Tautan halus pada ujung tendon;
4. Celah minimal pada lokasi perbaikan;
5. Intervensi minimal dengan vaskularitas tendon;
6. Regangan cukup selama penyembuhan.
Teknik Jahitan
1. Jahitan end-to-end
Kedua laserasi tendon direkonstruksi pada zona II. Jahitan 4-strand dengan
jahitan epitenon. Rekonstruksi Kessler modifikasi Strickland dilakukan dengan
menggunakan 2 poros jahitan untuk tendon fleksor digitorum profunda.4
Zona III
Rekonstruksi tendon menggunakan teknik jahitan yang sama dengan yang
dijelaskan sebelumnya. Pemaparan tendon lebih mudah dan hasilnya lebih baik
karena tidak adanya selaput fibroosseus pada zona ini.4
Zona IV
Tendon direkonstruksi dengan teknik sebagaimana yang dijelaskan sebelumnnya,
selama tidak ada trauma saraf medianus yang terletak di superfisial tendon.4
Zona V
Trauma pada tautan muskulotendinosa dapat sulit direkonstruksi karena jaringan
otot akan tidak dapat menahan jahitan. Sering jahitan matras multipel
dibutuhkan jika tautan muskulotendinosa tidak mampu menahan poros jahitan.4
Penanganan Trauma Tendon Ekstensor
Tendon ekstensor memiliki lebih sedikit penyimpangan daripada fleksor sehinga
pemendekan minimal menghasilkan kehilangan gerakan yang signifikan.
Pemendekan 6 mm menghasilkan kehilangan gerakan 18 derajat pada sendi
metacarpophalangeal dan proksimal interphalanx. Teknik jahitan yang ideal
menghasilkan pemendekan minimal, regangan maksimum, dan beban besar
untuk gagal. Teknik modofikasi Kessler dan modifikasi Bunnell memberi
rekonstruksi regangan yang baik, gap minimal, dan kehilangan gerakan yang
sedikit. Benang nonabsorbable 4-0 dan 5-0 digunakan untuk zona I sampai zona
VI. Laserasi sepanjang tendon ekstensor pada zona I dapat direkonstruksi
dengan jahitan benang nonabsorbable melalui tendon dan kulit
(tenodermodesis). Sendi distal interphalanx juga mengikuti protokol jari mallet.
Lateral band sebaiknya direkonstruksi secara terpisah dengan benang
nonabsorbable 5-0 atau 6-0. Zona VI dan VII direkonstruksi dengan benang 4-0
dan zona VIII dengan benang 3-0.9
Zona I
Pada trauma terbuka, lavase dan debrideman sendi, rekonstruksi tendon,
penutupan kulit dan fiksasi K-wire merupakan prinsip terapi. Derajat
hiperekstensi dibutuhkan tetapi cegah kulit pucat. Lepaskan wire setelah 4
mingggu dan ganti dengan belatan jari mallet selama 2 minggu. Latihan fleksi
aktif selama 8 minggu.13
Trauma tertutup dapat secara sukses diterapi dengan belatan.7 Pada trauma
tertutup tanpa melibatkan tulang, gunakan belatan jari mallet, posisikan sedikit
hiperekstensi. Belatan sebaiknya dipertahankan selama 6 minggu.13
Zona II
Laserasi parsial kurang dari separuh lebar tendon dapat diterapi dengan
penutupan luka dan dibelat dalam posisi ekstensi dalam 7 sampai 10 hari, diikuti
gerakan aktif terbatas. Laserasi lebih dari 50 % lebar tendon direkonstruksi
dengan benang nonabsorbable dengan jahitan running untuk meminimalkan
pemendekan tendon.10
Trauma pada zona II sama dengan protokol belatan pada zona I, terkecuali
immobilisasi adekuat selama 4 minggu.9,13 Latihan fleksi sendi distal
interphalanx bertahap mulai dengan 20 25 derajat pada minggu pertama dan
ditambah 10 derajat setiap minggu.9
Zona III
Pada trauma terbuka, tangani semua laserasi pada sendi proksimal interphalanx
sebagai robekan sentral sampai yang lainnya terbukti. Rekonstruksi terbaik
dengan sendi PIP terfiksasi dalam ekstensi penuh.13 Tendon dapat dijahit secara
individu dengan jahitan matras dengan benang moofilamen atau dengan
material lain yang absorbable, jika lebih sedikit reaksi benda asing pada area
ini.7 Pada luka terkontaminasi, rekonstruksi sebaiknya ditunda.13
Pada trauma tertutup, luka diterapi secara terpisah dengan fragmen tulang oleh
belatan. Belatan awal adalah statis atau K-wire pada anak-anak yang tidak
kooperatif.13
Zona IV
Rekonstruksi primer tendon ekstensor di zona ini dapat dilakukan dengan jahitan
matras atau yang serupa. Dengan pergelangan dalam ekstensi, bowstringing
dari rekonstruksi tendon mungkin terjadi, tetapi tidak dapat mencegah adhesi
jahitan tendon pada zona ini dan kehilangan ekstensi normal.8
Laserasi parsial ditangani dengan belatan sendi MCP, PIP dan DIP dalam posisi
ekstensi dan pergelangan dalam posisi netral selama 3 4 minggu. Laserasi
komplit sebaiknya direkonstruksi dan fraktur phalanx penyerta difiksasi internal
untuk memberi gerakan aktif dini terbatas.9
Zona V
Bagian tendon dari unit muskulotendinosa dapat dijahit dengan peletakan
menyilang secara hati-hati karena jahitan bertendensi melepas jaringan otot.
Pergelangan diletakkan dalam ekstensi penuh pada postoperatif untuk memberi
relaksasi maksimum unit muskulotendinosa karena sangat sulit
mempertahankan rekonsruksi otot ke otot dengan teknik jahitan apapun.8
Ruptur sagital band memunculkan subluksasi tendon ekstensor secara radial dan
ulnar dan jari berubah dari posisi ekstensi penuh ke posisi fleksi. Belatan dalam
posisi ekstensi dan tendon ditengah selama 6 minggu biasanya cukup. Jika
masalah muncul setelah belatan, terapi bedah sagital band dengan flap tendon
ekstensor digunakan untuk menguatkan rekonstruksi diikuti gerakan aktif dini.9
Zona VI
Trauma tautan sering terlewatkan. Eksplorasi luka merupakan metode terbaik
untuk diagnosa dan terapi leserasi ini. Laserasi tendon proksimal sering
teretraksi, dan sebaiknya rekonstruksi dilakukan dengan teknik jahitan 4-strand.
Belatan pada seluruh jari dari sendi distal interphalanx sampai pergelangan.
Belatan pada jari telunjuk sendiri dalam ekstensi diterima setelah rekonstruksi
tendon ekstensor indicis proprius. Jika ditemukan trauma tendon ekstensor
multipel dan panjang tendon dan kualitasnya tidak adekuat untuk rekonstruksi
primer, lalu kerusakan lanjut tendon dapat direkonstruksi end-to-end dengan
tendon sebelahnya yang sedikit terluka.9 Terapi post rekonstruksi konvensional
adalah imobilisasi dengan ekstensi pergelangan 45 derajat atau lebih dan jari-jari
dalam fleksi metacarpophalangeal ringan selama 4 6 minggu.12
Zona VII
Laserasi tendon ekstensor pada retinaculum memunculkan masalah kompleks.
Retraksi tendon signifikan, skar dibawah retinaculum dan pembatasan fleksi jari
karena kehilangan daya ekstensi.9 Pemotongan bertahap retinaculum lebih
memudahkan penutupan tanpa menghasilkan celah terlalu ketat untuk memberi
ruang gerak tendon yang direkonstruksi.12
Zona VIII
Ekstensi pergelangan dan ibu jari menjadi prioritas saat eksplorasi laserasi
ekstensor multipel pada zona VIII.9,12 Tendon atau otot multipel bersebelahan
membuat kesulitan untuk mengidentifikasi tendon tunggal.12 Insisi yang tepat
dan eksplorasi dibutuhkan untuk mengetahui ujung tendon proksimal dan distal.
Otot dipercaya dapat diperbaiki dengan jahitan 8.9 Pada rekonstruksi di zona ini,
alur jahitan memasukkan fasia atau septum intramuskular tendinosa untuk
mencegah kegagalan operasi.12
Rehabilitasi Post-operatif
Rehabilitasi Tendon Fleksor
3. Immobilisasi dibutuhkan untuk anak usia kurang 10 tahun dan bagi pasien
yang tidak dapat mengikuti program rehabilitasi. Immobilisasi dengan
pergelangan fleksi 10 derajat, sendi metacarpophalangeal fleksi 70 derajat dan
sendi interphalanx netral selama 4 6 minggu.4
Rehabilitasi Tendon Ekstensor
Pada jari mallet, immobilisasi dilakukan selama 6 8 minggu dalam ekstensi
dengan belatan. Pada zona II, protokol belatan sama dengan zona I. Latihan
fleksi bertahap sendi distal interphalanx mulai dengan 20 25 derajat pada
minggu pertama dan ditingkatkan 10 derajat setiap minggu. Belatan pada
deformitas Boutonniere dengan Bunnel rigid extension dilakukan selama 3 6
minggu. Pada zona IV, sendi metacarpophalangeal, proksimal interphalanx dan
distal interphalanx dibelat dalam ekstensi dengan pergelangan dalam posisi
netral selama 4 6 minggu.9
Pada zona V, protokol rehabilitasi meliputi immobilisasi komplit, gerakan psif dini
dan gerakan aktif segera. Pada zona VI, protokol gerakan aktif terkontrol pada
zona V dapat digunakan. Pada zona VII, immobilisasi pergelangan sebaiknya
dalam ekstensi 10 20 derajat dan latihan tenodesis dini dimulai. Sedangkan
pada zona VIII, belatan pergelangan dalam ekstensi dan sendi
metacarpophalangeal fleksi 15 20 derajat selama 4 6 minggu.9