Anda di halaman 1dari 26

ASI EKSKLUSIF

OLEH :
Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2011

SURAT KETERANGAN
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Menyatakan telah menerima makalah ilmiah atas nama :

Nama

: Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes

NIP

: 19641231 199002 2 001

Pangkat/ Gol

: Penata tkt I/III d

Judul

: ASI Eksklusif

Makalah ilmiah tersebut telah dipresentasikan dalam acara seminar ilmiah


pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat pada tanggal 4
Maret 2011

Demikian Surat Keterangan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk


dipergunakan sebagaimana mestinya

Makassar, 14 Maret 2011


Mengetahui :
Dekan FKM Unhas

Ketua Prodi Ilmu Gizi

Prof. Dr. dr. H. M. Alimin Maidin, MPH


M.Kes
NIP. 1955041498601 1 001

Dr. dra. Nurhaedar Jafar, Apt,


NIP. 19641231 199002 2 001

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL..............................................................................

SURAT KETERANGAN.......................................................................

ii

DAFTAR ISI.......................................................................................

iii

A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang ......................................................................


Tinjauan Umum Tentang ASI .................................................
Perilaku IMD dan Pemberian ASI Eksklusif..............................
Manajemen Laktasi ...............................................................
Kesimpulan ...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA

1
4
15
18
20

ASI EKSKLUSIF
A. Latar Belakang
Masalah gizi terjadi di setiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan
(janin), bayi, anak, dewasa dan usia lanjut. Periode dua tahun pertama kehidupan
merupakan masa kritis, karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat. Gangguan kekurangan gizi tingkat buruk yang
terjadi pada periode ini bersifat permanen, tidak dipulihkan walaupun kebutuhan gizi
selanjutnya terpenuhi.
Untuk mendapatkan gizi yang baik pada bayi yang baru lahir maka ibu harus
sesegera mungkin menyusui bayinya karena ASI memberikan peranan penting
dalam menjaga kesehatan dan mempertahankan kelangsungan hidup bayi. Oleh
karena itu, bayi yang berumur kurang dari enam bulan dianjurkan hanya diberi ASI
tanpa makanan pendamping. Makanan pendamping hanya diberikan pada bayi yang
berumur enam bulan ke atas (Suraji, 2003).
Berdasarkan data Susenas tahun 2004-2008 cakupan pemberian ASI ekslusif
di Indonesia berfluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Cakupan pemberian
ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% (2007) menjadi 56,2% tahun
2008, sedangkan pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% (2007) menjadi 24,3%
(2008) (Minarto, 2011). Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997-2007
memperlihatkan terjadinya penurunan

prevalensi ASI eksklusif dari 40,2% pada

tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007 (Fikawati dan
Syafiq, 2010).
Hasil Riskesdas 2010 menunjukkan penurunan persentase bayi yang menyusu
eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3%. Pemberian ASI kurang dari 1 jam
setelah bayi lahir tertinggi di Nusa Tenggara Timur (56,2%) dan terendah di Maluku
4

(13%) dan di Sulawesi Selatan hanya 30,1%. Sebagian besar proses menyusui
dilakukan pada kisaran waktu 1- 6 jam setelah bayi lahir, namun masih ada 11,1 %
yang dilakukan setelah 48 jam (Riskesdas, 2010). Jumlah bayi yang diberi ASI
eksklusif di Sulawesi Selatan tahun 2008 yaitu 57,48% dan tahun 2007 57,05%
(Profil kesehatan Sul-Sel, 2008), sedangkan di kota parepare, prevalensi ASI
eksklusif sampai 6 bulan rata-rata perbulan tahun 2011 yaitu 6,48% dan prevalensi
IMD 27,4% (Dinas Kesehatan Kota Parepare). .
Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena dampaknya
yang luas terhadap status gizi dan kesehatan balita, upaya peningkatan kualitas
hidup manusia harus dimulai sejak dini yaitu sejak masih dalam kandungan hingga
usia balita. Dengan demikian kesehatan anak sangat tergantung pada kesehatan ibu
terutama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui (Zainuddin, 2008)
Pada masa kehamilan perlu dipersiapkan tentang pengetahuan, sikap, perilaku
dan keyakinan ibu tentang menyusui, asupan gizi yang cukup, perawatan payudara
dan persiapan mental agar mereka siap secara fisik dan psikis untuk menerima,
merawat dan menyusui bayinya sesuai dengan anjuran pemberian ASI eksklusif
hingga bayi berusia enam bulan dan tetap menyusui hingga anaknya berusia 24
bulan (Zainuddin, 2008).
Pemerintah telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif pada
tahun 2010 pada bayi 0-6 bulan sebesar 80% (Depkes, 2007; Minarto, 2011)
sehingga berbagai kebijakan dibuat pemerintah untuk mencapai kesehatan yang
optimal yaitu Keputusan Menteri Kesehatan (Kemenkes) Nomor 237 tahun 1997
tentang pemasaran Pengganti Air Susu Ibu dan Kepmenkes No. 450/2004 tentang
Pemberian Air Susu Ibu secara ekslusif pada Bayi di Indonesia.
Program ASI Eksklusif merupakan program promosi pemberian ASI saja pada
bayi tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Tahun 1990, pemerintah
mencanangkan Gerakan Nasional Peningkatan Pemberian ASI (PPASI) yang salah

satu tujuannya adalah untuk membudayakan perilaku menyusui secara eksklusif


kepada bayi dari lahir sampai usia 4 bulan. Tahun 2004, sesuai dengan anjuran
WHO, pemberian ASI eksklusif ditingkatkan menjadi 6 bulan sebagaimana
dinyatakan

dalam

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

no.450/MENKES/SK/VI/2004
Undang-undang no. 7/1997 tentang pangan serta Peraturan Pemerintah No.
69/1999 tentang label dan iklan pangan. Dalam Kepmenkes no. 237/ 1997 antara
lain diatur bahwa sarana pelayanan kesehatan dilarang menerima sampel atau
sumbangan susu formula bayi dan susu formula lanjutan atau menjadi ajang
promosi susu formula.
Pemerintah provinsi Sulawesi Selatan juga menjadi provinsi pertama yang
mengesahkan Peraturan daerah tentang ASI melalui Perda no. 6 tahun 2010. Tujuan
dari pengaturan ASI Eksklusif adalah untuk menjamin terpenuhinya hak bayi,
menjamin pelaksanaan kewajiban ibu memberi ASI Eksklusif, dan mendorong peran
keluarga, masyarakat, badan usaha dan pemerintah daerah dalam pemberian ASI
Eksklusif. Hak seorang ibu untuk mendapatkan informasi tentang Inisiasi Menyusu
Dini dan kolostrum, serta kesempatan ibu bersalin dan bayi untuk melakukan inisiasi
menyusu ini, dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1, 2, dan 3. Yang berbunyi, institusi
pelayanan kesehatan dan penolong persalinan wajib menyediakan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) tentang manfaat Inisiasi Menyusu dini (IMD) dan wajib
memberikan kesempatan dan membantu ibu dan bayi melakukan inisiasi menyusu
dini. Kemudian, pasal 11 ayat 2 dijelaskan pula bahwa insitusi pelayanan dan/atau
penolong persalinan wajib membantu ibu melakukan pemberian kolostrum pada bayi
(Perda No. 6 Tahun 2010).
IMD dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu dari 10 langkah
menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif Rumah Sakit Sayang Bayi
(Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI)) tahun 1992. Di dalam langkah keempat
6

tertulis bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi lahir yaitu dengan
metode breast crawl dimana setelah bayi lahir lalu didekatkan di perut ibu dan
dibiarkan

merangkak

untuk

mencari

sendiri

puting

ibunya

dan

akhirnya

menghisapnya tanpa bantuan (Yohmi, 2009; Katherine et al, 2005).


IMD, ASI Ekslusif selama 6 bulan dan umur pengenalan makanan pendamping
ASI merupakan intervensi utama dalam mencapai tujuan MDGs 1 dan 4 dalam
menanggulangi mortalitas dan malnutrisi pada anak (Bhutta et al, 2008 ; Dadhich
and Agarwal, 2009).

Alasan yang menjadi penyebab kegagalan praktek ASI

eksklusif bermacam-macam seperti misalnya budaya memberikan makanan


prelaktal,

memberikan

tambahan

susu

formula

karena

ASI

tidak

keluar,

menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu harus bekerja, serta ibu
ingin mencoba susu formula. Studi kualitatif Fikawati & Syafiq melaporkan faktor
predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor pengetahuan dan
pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang menyebabkan
terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan IMD (Fikawati
dan Syafiq, 2009).
B. Tinjauan Umum Tentang ASI
1. Pengertian
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang bersifat
alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan bayi . Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI
ekslusif yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan
(WHO (2002) dalam Aprilia, 2009). .
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO) merekomendasikan
untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan. Namun pada tahun 2001, setelah
melakukan telaah artikel penelitian secara sistematik dan berkonsultasi dengan para
pakar, WHO merevisi rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6
7

bulan (180 hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan


makanan pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO, 2010).
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan akan
membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan lambung dan
saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini disebabkan adanya antibody
penting yang ada dalam kolostrum ASI (dalam jumlah yang lebih sedikit), akan
melindungi bayi baru lahir dan mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut,
semua bayi baru lahir harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia,
2009)
Selain itu inisiasi menyusu dini dan ASI ekslusif. selama 6 bulan pertama dapat
mencegah kematian bayi dan infant yang lebih besar dengan mereduksi risiko
penyakit infeksi, hal ini karena (WHO, 2010):
a. Adanya kolostrum yang merupakan susu pertama yang mengandung sejumlah
besar faktor protektif yang memberikan proteksi aktif dan pasif terhadap
b.

berbagai jenis pathogen.


ASI esklusif dapat mengeliminasi mikroorganisme pathogen yang yang
terkontaminasi melalui air, makanan atau cairan lainnya. Juga dapat mencegah
kerusakan barier imunologi dari kontaminasi atau zat-zat penyebab alergi pada

susu formula atau makanan.


2. Komposisi ASI
Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa periode
tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (Anonim, 2010):
a. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan minggu pertama
setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari hari pertama sampai
hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan berprotein tinggi. Kandungan
proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI mature. Cairan emas ini encer dan
seringkali berwarna kuning atau dapat pula jernih yang mengandung sel
8

hidup yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman
penyakit. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekonium dari usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan
10 ml per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu.
b. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI Mature
(Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar protein makin
merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin tinggi. Volumenya
juga akan makin meningkat
c. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14 dan
seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat dengan produksi
ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai umur enam bulan, Tidak menggumpal jika
dipanaskan
Tabel 1. Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Zat-zat Gizi
Energi
Protein
Kasein
Laktosa
Lemak
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B12
Kalsium
Zat besi
Fosfor

Satuan
Kkal
G
Mg
G
G
Ug
Ug
Ug
Ug
Mg
Mg
Mg

3. Kandungan nutrisi dalam ASI

Kolostrum
58.0
2.3
140.0 mg
5.3
2.9
151.0
1.9
30.0
0.05
39.0
70.0
14.0

ASI
70
0.9
187.0
7.3
4.2
75.0
14.0
40.0
0.1
35.0
100.0
15.0

ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk


makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah
vitamin dan mineral (Baskoro, 2008)
a. Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah
satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir
dua kali. rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7 : 4 sehingga ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, Hal ini menyebabkan bayi yang
sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI. Karnitin
mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang diperlukan untuk
mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi yang mendapat
ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Hidrat arang dalam ASI merupakan nutrisi yang penting untuk pertumbuhan
sel syaraf otak dan pemberi energi untuk kerja sel-sel syaraf. Selain itu
karbohidrat memudahkan penyerapan kalsium mempertahankan faktor bifidus di
dalam usus (faktor yang menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya dan
menjadikan

tempat yang

baik bagi

bakteri

yang

menguntungkan) dan

mempercepat pengeluaran kolostrum sebagai antibodi bayi


b. Protein
Protein dalam ASI lebih rendah dibandingkan dengan PASI. Namun
demikian protein ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir
seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.
Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam

ASI adalah 65 : 35,

sedangkan dalam PASI 20 : 80. Artinya protein pada PASI hanya sepertiganya
protein ASI yang dapat diserap oleh sistem pencernaan bayi dan harus

10

membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diabsorpsi. Hal ini yang
memungkinkan bayi akan sering menderita diare dan defekasi dengan feces
berbentuk biji cabe yang menunjukkan adanya makanan yang sukar diserap bila
bayi diberikan PASI.
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI pada mulanya rendah kemudian meningkat
jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh bayi dan
hal ini terjadi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan
akan berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut perkembangan
bayi dan kebutuhan energi yang diperlukan.
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
dibutuhkan oleh sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna karena mengandung
enzim Lipase. Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6 dan DHA yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak.
Susu formula tidak mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak
bila dipanaskan. Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak
PASI sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare. Jumlah asam
linoleat dalam ASI sangat tinggi dan perbandinganya dengan PASI yaitu 6 : 1.
Asam linoleat adalah jenis asam lemak yang tidak dapat dibuat oleh tubuh yang
berfungsi untuk memacu perkembangan sel syaraf otak bayi
d. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relatif rendah,
tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan. Zat besi dan
kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan mudah diserap dan
jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Dalam PASI kandungan mineral

11

jumlahnya tinggi tetapi sebagian besar tidak dapat diserap, hal ini akan
memperberat kerja usus bayi serta mengganggu keseimbangan dalam usus dan
meningkatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan sehingga mengakibatkan
kontraksi usus bayi tidak normal. Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi
atau gangguan metabolisme.
e. Vitamin
ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi kebutuhan
bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya belum
mampu membentuk vitamin K. Kandungan vitamin yang ada dalam ASI antara
lain vitamin A, vitamin B dan vitamin C.
4. Volume ASI
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada
payudara ibu hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara,
maka produksi ASI bertambah secara cepat. Dalam kondisi normal, ASI diproduksi
sebanyak 10- 100 cc pada hari-hari pertama. Produksi ASI menjadi konstan
setelah hari ke

10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya mengkonsumsi

sebanyak 700-800 cc ASI per hari. Namun kadang-kadang ada yang mengkonsumsi
kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter per hari dan tetap menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi pada ibu pada tingkat yang
berat, baik pada waktu hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI.
Produksi ASI menjadi lebih sedikit yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6
bulan pertama usia bayi, 400-600 cc pada bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun
kedua usia anak (Depkes, 2005).
5. Manfaat ASI
a. Manfaat ASI bagi bayi

12

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang dapat dirasakan
yaitu (1) ASI sebagai nutrisi. (2) ASI meningkatkan daya tahan tubuh (3)
menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit akut dan kronis, (4) Meningkatkan
kecerdasan, (5) Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang (6) Sebagai makanan
tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia selama
enam bulan. (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk untuk
pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif lebih pandai. (8)
Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak dan
mengurangi

kemungkinan

menderita

penyakit

jantung.

(9)

Menunjang

perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli (2000) dalam Haniarti, 2011).


b. Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan 98% metode
kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah kelahiran bila diberikan
hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi menstruasi kembali, (2) menurunkan
risiko kanker payudara dan ovarium, (3) membantu ibu menurunkan berat badan
setelah melahirkan (4) menurunkan risiko DM Tipe 2 (5) Pemberian ASI sangat
ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung menyusui setelah
melahirkan (7) mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia dimana saja dan
kapan saja (8) meningkatkan hubungan batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010;
Aprilia, 2009).
c. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk membeli susu
formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air, susu atau peralatan (2) Bayi
sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan
kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan
kelahiran karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu keluarga
13

bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga
bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia (Aprilia, 2009).
6. Faktor penyebab berkurangnya ASI
a. Faktor Menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak melakukan
inisiasi, menjadwal pemberian ASI, bayi diberi minum dari botol atau dot
sebelum ASI keluar, kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat
menyusui .
b. Faktor Psikologi Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu
yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umunya produksi
ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak bahagiaan ibu pada periode
menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI ekslusif.
Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
c. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi misalnya bayi
sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan sehingga ibu tidak
memberikan ASI-nya menyebabkan produksi ASI akan berkurang .
c.

Faktor Fisik Ibu


Ibu sakit, lelah, menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain
yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol,
perokok atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi
produksi ASI (Depkes, 2005; )

7. Faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif


1. Pengetahuan

14

Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami


dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan
formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio,
menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya (Aprilia, 2009).
Menurut Roesli (2005) , bahwa hambatan utama tercapainya ASI ekslusif yang
benar adalah karena kurang sampainya pengetahuan yang benar tentang ASI
ekslusif pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan yang baik dalam
menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan
kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk
bayinya dan bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan
yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai ASI ekslusif terlihat dari
pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan

dan pemberian atau nasi

sebagai tambahan ASI di pedesaan (Afifah, 2009).


2. Lingkungan
Menurut Perinasia (2003) lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu
untuk menyusui bayinya. Setiap orang selalu terpapar dan tersentuh oleh kebiasaan
di lingkungannya serta mendapat pengaruh dari masyarakat, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada kebanyakan wanita di perkotaan, sudah terbiasa
menggunakan susu formula dengan pertimbangan lebih modern dan praktis.
Menurut penelitian Valdes dan Schooley (1996) wanita yang berada dalam
lingkungan modern di perkotaan lebih sering melihat ibu-ibu menggunakan susu
formula sedangkan di pedesaan masih banyak dijumpai ibu yang memberikan ASI
tetapi cara pemberian tidak tepat. jadi pemberian ASI secara Ekslusif di pengaruhi
oleh lingkungan (Briawan, 2004 dalam Haniarti, 2011).
3. Pengalaman

15

Menurut hasil penelitian Diana (2007) pengalaman wanita semenjak kecil akan
mempengaruhi sikap dan penampilan wanita dalam kaitannya dengan menyusui di
kemudian hari. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan mempunyai
kebiasaan atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur maka
akan mempunyai pandangan yang positif tentang menyusui sesuai dengan
pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan
ini hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman
cara menyusui dan keyakinan akan kemampuan menyusui. Sehingga pengalaman
tersebut mendorong wanita tersebut untuk menyusui dikemudian harinya dan
sebaliknya
4. Dukungan keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara esklusif. Keluarga (suami,
orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu diinformasikan bahwa seorang ibu
perlu dukungan dan bantuan keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif.
Bagian keluarga yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap
keberhasilan dan kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang
berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan bayinya.
Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let
Infant feeding behaviours
down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu
(Roesli, 2008).
Proximate
Determinant

Maternal choices
Opportunities to act on these choice

Infant feeding information and physical social support during pregnancy, childbirth and postpartum

Intermediate
Determinants

Familial, medical and cultural, attitudes and norms


Demographics and economic
16 condition
Underlying
Commercial pressures
Determinants
National and polices and norms

Gambar 1. Model determinan perilaku menyusui (Lutter (2000) dalam WHO, 2003)
WHO dalam communitybased strategies for breastfeeding promotion and
support in developing countries pada tahun 2003 telah membuat justifikasi dan
framework mengenai faktor faktor yang mempengaruhi pemberian ASI

dapat

dilihat pada gambar 1 di atas.


C. Perilaku inisiasi menyusu dini (IMD) dan Pemberian ASI Ekslusif
Perilaku atau keterampilan adalah hasil dari latihan yang berulang, yang dapat
disebut perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari
ketrampilan tersebut sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Perilaku atau keterampilan
dapat terwujud melalui hasil dari pengalaman, pengetahuan dan sikapnya.
Menurut Green (2000), terdapat tiga faktor utama yang dapat mempengaruhi
perilaku individu atau masyarakat, yaitu: 1) faktor dasar (predisposing factors) yang
meliputi: (a) pengetahuan individu; (b) sikap; (c) kepercayaan; (d) tradisi; (e) unsurunsur yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat dan; (f) faktor demografi; 2)
faktor pendukung (enabling factors) yang meliputi: sumberdaya dan potensi
masyarakat seperti lingkungan fisik dan sarana yang tersedia dan; 3) faktor
pendorong (reinforcing factors) yang meliputi sikap dan perilaku orang lain seperti
teman, orang tua, dan petugas kesehatan. Begitu pula dengan perilaku pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini dan pemberian ASI Eksklusif baik oleh ibu maupun petugas
kesehatan terutama bidan, semuanya sangat dipengaruhi oleh faktor faktor tersebut
diatas. Faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan IMD dan pemberian ASI
Eksklusif terutama faktor sikap, motivasi, maupun pengetahuan, baik sikap, motivasi,
dan pengetahuan ibu, maupun petugas kesehatan khususnya bidan (Aprilia, 2009).
1. Pengertian IMD

17

Inisiasi menyusu dini dalam 30 menit pertama kelahiran merupakan salah satu
dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang berdasarkan Inisiatif Rumah
Sakit Sayang Bayi (Baby Friendly Hospital Initiative: BFHI) tahun 1992. Di dalam
langkah keempat tertulis bantu ibu mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi
lahir dengan memfokuskan pada kemampuan alami yang ajaib bagaimana bayi
memulai menyusu dengan cara bayi merangkak di dada ibunya yang disebut breast
crawl dan penjelasannya yaitu Setiap bayi, saat diletakkan di perut ibunya segera
setelah lahir mempunyai kemampuan untuk menemukan payudara ibunya dan
mengambil minum pertamanya dengan kemampuannya sendiri (Yohmi, 2009).
Tahun 2006 BFHI merevisi penjelasan langkah ke-4 ini menjadi Letakkan
bayi dalam posisi tengkurap di dada ibunya, kontak kulit-ke-kulit dengan ibu segera
setelah lahir paling sedikit selama 1 jam dan dorong ibu mengenali tanda-tanda bayi
siap menyusu, dan bila perlu tawarkan bantuan. Dalam hal ini yang ditekankan
adalah pentingnya kontak kulit-ke- kulit dan kesiapan bayi (Yohmi, 2009).
2. Manfaat IMD
a. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Bayi (Bergstrom, 2007)
1). Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia
2) Dada ibu menghangatkan bayi dengan suhu yang tepat.
3) Bayi mendapatkan kolostrum yang kaya akan antibodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi
4) Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di
usus bayi dan menyaingi bakteri pathogen
5) Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam
setelah persalinan
6) Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus
normal pada bayi baru lahir
b. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu
1) Ibu dan bayi menjadi lebih tenang.
18

2) Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam
pertama.
3) Sentuhan, jilatan, usapan pada putting susu ibu akan merangsang
pengeluaran hormon oxyitosin.
4) Membantu kontraksi uterus, mengurangi risiko perdarahan dan mempercepat
pelepasan plasenta
Dua studi terbaru yang melibatkan hampir 34.000 bayi yang baru lahir
menunjukkan bahwa risiko kematian meningkat dengan peningkatan penundaan
inisiasi menyusu (Edmond et al, 2006; Mullany et al, 2008). Di Ghana, neonatus 2,5
kali lebih mungkin meninggal saat inisiasi menyusu dimulai setelah 24 jam dibanding
menyusui yang dimulai dalam satu jam pertama setelah lahir. Di Nepal, neonatus 1,4
kali lebih mungkin untuk meninggal jika pemberian ASI dimulai setelah 24 jam
pertama. Para penulis memperkirakan bahwa sekitar seperlima dari semua kematian
bayi (22% di Ghana dan 19% di Nepal) dapat dihindari jika ASI mulai diberikan
dalam satu jam pertama kehidupan semua bayi yang baru lahir. Manfaat inisiasi
menyusu dini khususnya bagi bayi prematur dan berat lahir rendah (Lucas et al,
1994; Lucas & Cole, 1990). IMD dan ASI ekslusif selama 6 bulan merupakan
kontribusi utama dalam menurunkan mortalitas bayi dan anak-anak. Pentingnya IMD
merupakan salah satu rekomendasi WHO (WHO, 2010).
Berbagai studi juga telah melaporkan bahwa IMD terbukti meningkatkan
keberhasilan ASI eksklusif. Salariya et al menemukan bahwa bayi yang menyusu
dalam 30 menit setelah lahir kemungkinan besar akan menyusu dalam jangka waktu
yang lama (Gupta, 2007). Hasil penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) menemukan
bahwa Ibu yang memberikan immediate breastfeeding 2 sampai 8 kali lebih besar
kemungkinannya untuk memberikan ASI secara eksklusif sampai 4 bulan
dibandingkan

dengan

ibu

yang

tidak

19

immediate

breastfeeding.

kegagalan

pelaksanaan ASI eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran yaitu pada
saat makanan/minuman pralakteal diberikan. Studi kualitatif lainnya melaporkan
faktor predisposisi kegagalan ASI eksklusif adalah karena faktor predisposisi yaitu
pengetahuan dan pengalaman ibu yang kurang dan faktor pemungkin penting yang
menyebabkan terjadinya kegagalan adalah karena ibu tidak difasilitasi melakukan
IMD (Fikawati dan Syafiq, 2010).
D. Manajemen Laktasi
1. Pengertian
Manajemen laktasi adalah tata laksana yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya
(Depkes, 2005).
2. Periode dalam manajemen laktasi
a. Pada masa kehamilan (antenatal)
Hal-hal yang perlu dilakukan pada masa kehamilan :
1) Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi tentang keunggulan ASi,
manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu
formula.
2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan, kondisi puting
payudara dan memantau kenaikan berat badan saat hamil.
3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga
ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan
memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi.
4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak
kehamilan trimester ke-2. Makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1/3 kali
dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Depkes, 2005; Prasetyono,
2009).
b. Pada masa segera setelah melahirkan
Hal yang dilakukan segera setelah melahirkan :
1). Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar
mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai meyusui bayi.

20

Karena pada saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap
rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara alamiah
1) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2
minggu setelah melahirkan
2) Bayi harus disusui dengan cara yang benar, baik posisi maupun cara
perlekatan bayi pada payudara ibu (Depkes, 2005; Prasetyono, 2009).
c. Masa menyusui (Postnatal)
Hal yang harus diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah melahirkan :
1) Bayi hanya diberi ASI saja (Secara ekslusif) selama 6 bulan pertama usia
bayi
2) Meyusui tanpa dijadwal atau setiap bayi meminta (on demand)
3) Bila bayi terpaksa dipisah dari ibukarena indikasi medik, bayi arus tetap
mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan produksi
ASI tetap lancar
4) Mempertahankan kecukupan gizi dalam makanan ibu menyusui seharihari. Ibu menyusui harus makan 1 kali lebih banyak dari biasanya dan
minum minimal 10 gelas air per hari
5) Cukup istirahat, menjaga ketenangan

pikiran

dan

menghindarkan

kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat


6) Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bayi tidak mau
menyusu, puting lecet, dll) (Depkes, 2005).
3. Tehnik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang benar, dapat kita amati melalui beberapa respon dari
bayi, jika ibu menyusui dengan teknik yang tidak benar mengakibatkan puting
susu menjadi lecet. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang
benar, dapat dilihat antara lain (1) tubuh bagian depan menmpel pada tubuh
ibu, (2) dagu bayi menempel pada payudara (3) dada bayi menempel pada
dada ibu (4) mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka (5)
sebagian besar areola tidak tampak, (6) bayi menghisap dengan dalam dan
perlahan (7) bayi tampak tenang dan puas pada akhir menyusu, (8) terkadang

21

terdengar suara bayi menelan (9) puting susu tidak terasa sakit atau lecet
(Depkes, 2005).
E. KESIMPULAN
Asi Eksklusif merupakan hal yang sangat penting bagi bayi karena memiliki
banyak manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat.
Karena itu diperlukan upaya sosialisasi dan promosi ASI eksklusif termasuk
tentang manajemen laktasi

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, 2009. Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif di
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Tesis Medan.
Universitas Sumatra Utara
.
Anonim. Turun, jumlah bayi yang dapat ASI eksklusif. Gizi Net (online
http://www.gizi.net/cgiin/berita/fullnews.cgi?
newsid1173324133,39743, diakses 13 Desember 2009)
_______, 2010. Composition of breast milk. (online, http. Breastfeesing-mom.com,
diakses 27 Februari 2012)
Aprilia, Y. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini Dan Asi Eksklusif
Kepada Bidan Di Kabupaten Klaten. Tesis Universitas Diponegoro
Semarang 2009.
Apurba et al. Infant and Young Child-feeding Practices in Bankura District, West
Bengal, India. J Health Popul Nutr. 2010 June; 28(3): 294299
Baskoro, A, 2008. ASI Panduan Praktis Ibu menyusui, Banyu media
Bergstrom, A., Okong, P., & Ransjo-Arvidson, A. Immediate maternal thermal
response to skin-to-skin care of newborn. Acta Paediatr, 96(5), 655658, 2007
Bhutta ZA, Ahmed T, Black RE, Cousens S, Dewey K, Giugliani E, et al. What
works? Interventions for maternal and child undernutrition and
survival. Lancet. 2008;371:41740

22

Dadhich JP, Agarwal RK. Mainstreaming early and exclusive breastfeeding for
improving child survival. Indian Pediatr. 2009;46:117
Dahlan, S. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan ed.3. Jakarta : Salemba
Medika
Depkes, 2005. Manajemen Laktasi. Buku Panduan Bagi Bidan dan Petugas
Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat.
______, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling Menyusui Dan
Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui, Jakarta.
Dinesh K. Et al. Influence of Infant Feeding Practices on Nutritional Status of Under
Five Children. Indian Journal of Pediatrcs, Vol 73-May, 2006
Dyson L, McCormick F, and Renfrew MJ. Interventions for promoting the initiation of
breastfeeding (Review). The Cochrane Library 2007, Issue 4
Edmond KM, Zandoh C, Quigley MA, Amenga-Etego S, Owusu-Agyei S, Kirkwood
BR. Delayed breastfeeding initiation increases risk of neonatal
mortality. Pediatrics. 2006;117:380-6.
___________, Kirkwood BR, Amenga-Etegos S, Owusu-Agyei S, Hurt LS. Effect of
early infant feeding practices on infection-specific neonatal mortality:
an investigation of the causal links with observational data from rural
Ghana. Am J Clin Nutr. 2007;86:112631
Ertem IO, Votto N and Leventhal JM. The timing and predictors of early termination
of breastfeeding. Pediatrics 2001: 107; 543-548. Available at
http://www.pediatrics.org/cgi/content/full/107/3/543
Februhartanty J, Strategic Roles of Fathers in Optimizing breastfeeding Practices;
Study in an Urban Setting Of Jakarta, UI, Jakarta, 2008
Fikawati, S. dan Syafiq, A. Kajian Implementasi Dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif
Dan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia. Makara, kesehatan, vol. 14,
no. 1, juni 2010: 17-24
_________ .Praktik pemberian ASI eksklusif, penyebab-penyebab keberhasilan dan
kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional 2009; 4(3):120-131
_________, Hubungan Antara Menyusui Segera (Immediate Breastfeeding) dan
Pemberian ASI eksklusif Sampai Dengan Empat Bulan. J Kedokter
Trisakti. Mei-Agustus 2003, Vol.22 No.2
Giugliani ERJ. Common problems during lactation and their management. J Pediatr
(Rio J) 2004; 80 (5 Suppl): S147-S154
23

Gupta, A., 2007. Initiating breastfeeding within one hour of birth. Presented at Thirty
Fourth Session of the Standing Committee on Nutrition
Hadju, V., 1997. Penentuan Status Gizi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Hasanuddin Makassar
Haniarti, 2011. Pengaruh Edukasi Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap
Inisiasi Menyusui Dini dan Manajemen Laktasi Pada Ibu Hamil di Kota
Parepare. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Hasanuddin Makassar
Hidayat dkk, 2004. Upaya Pemeliharaan Kesehatan dan status Gizi Bayi Berat
Badan Lahir Rendah. Media Gizi dan Keluarga, Juli Vol 28.
Katherine et al, 2005. The CDC guide to breastfeeding intervention. Department of
health and human services CDC.
Kori B. Flower, et al. 2008. Understanding Breastfeeding Initiation and Continuation
in Rural Communities: A Combined Qualitative/Quantitative Approach.
Matern Child Health J. 2008 May ; 12(3): 402414
Kurniawati, D., 2005. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi Ibu, Tingkat Konsumsi
Energi dan Status Gizi Balita di Desa Tawangharjo Kecamatan
Widarijaksa Kabupaten Pati Tahun 2005. Skripsi diterbitkan.
Semarang: Universitas Semarang
Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Lucas, A.M. et al. A randomized multicentre study of human milk versus formula and
later development in preterm infants. Arch Dis Child. 70: F141-F146
(1994).
Lucas, A. & Cole, T.J. Breast milk and neonatal necrotising enterocolitis. The Lancet.
Dec 22-29;336 (8730): 1519-1523 (1990).
Luke, et al. Breast-Feeding Patterns, Time to Initiation, and Mortality Risk among
Newborns in Southern Nepal. J. Nutr. 138: 599603, 2008
Minarto, 2011. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat tahun 2010-2014. Online
(www.gizikia.depkes.go.id, diakses 18 Februari 2012)
Muchina EN and PM Waithaka. Relationship betwen breastfeeding practices and
nutritional status of children aged 0-24 months in Nairobi, Kenya.
Ajfand Online Vol. 10 No.4 April 2010.
Mullany, L.C. et al. Breast-feeding patterns, time to initiation, and mortality risk
among newborns in Southern Nepal. J Nutr. 138: 599-603 (2008).

24

Mushaphi et al. Infant-feeding practices of mothers and the nutritional status of


infants in the Vhembe District of Limpopo Province. S Afr J Clin Nutr
2008;21(2):36-41
Notoatmojo,S., 2007. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Asdi Maha Satya
Owor M, Tumwine JK and JK Kaukauna. Socio-economic risk factors for severe
protein energy malnutrition among children in Mulago Hospital
Kampala. E.Afr.Me.J.2000;Vol.77(9): 471-474
Pedoman penulisan Tesis dan Disertasi ed.4. Program Pascasarjana Universitas
Hasanudin Makassar 2009
Prasad, Bindeshwar, and Anthony M de L Costello. Impact and Sustainability of a
Baby Friendly Health Education Intervention at a District Hospital in
Bihar, India. British Medical Journal. 310 (11 March 1995):621-623)
Putra A. Analisis Praktek Bidan dalam Pelayanan bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir 0-7 Hari (Minggu Pertama) Pasca Persalinan di Kecamatan
Lembah Gumanti Kabupaten Solok Tahun 2007 (Studi Kasus di
Wilayah Kerja Puskesmas Alahan Panjang). Tesis. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Indonesia, 2007
Roesli, U., 2005. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusatara
_____, U., 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Esklusif. Jakarta: Pustaka Bunda
Siregar, A. 2004. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI oleh ibu
melahirkan. Tesis tidak diterbitkan. Bagian Gizi Kesehatan Mayarakat
FKM Universitas Sumatera Utara
Soekirman, 2000. Gizi, Morbiditas dan Mortalits Bayi di Indonesia. Gizi Indonesia Vol
X no.1
Suraji, R. 2003. Manajemen Laktasi. Program Manajemen laktasi Perkumpulan
Perinatologi di RSU Tapak Tuan, Aceh.
UNICEf, 2007. Breast Crawl ; Initiation of Breastfeeding by Breast Crawl, Breast
Crawl.org
World

Health Organization. Community-Based strategies for Breastfeeding


Promotion and Support in Developing Countries. 2003

__________,. Early Initiation of Breastfeeding: the Key to Survival and Beyond.


2010

25

Yang Q, Wen SW, Dubois L, Chen Y, Walker MC, Krewski D. Determinants of


breast-feeding and weaning in Alberta, Canada. J Obstet Gynaecol
Can. 2004 Nov;26(11):975-81
Yohmi, E. 2009. Inisiasi menyusu dini. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Online (www.
Idai.or.id, diakses 18 Februari 2012)
Zainuddin, 2008. Pengaruh Konseling Ibu Hamil Terhadap Inisiasi Menyusu Dini Di
Kabupaten Pangkep Tahun 2008. Tesis tidak diterbitkan. Program
Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar

26

Anda mungkin juga menyukai