Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Primary Survey

A: Airway paten
B: Nafas spontan, RR 18 kali/menit, napas cuping hidung (-)
C: Akral dingin, merah, kering, nadi 108 kali/menit regular dan lemah,
CRT < 2 detik, mukosa kering
D: Alert (AVPU)
E: Pasien mengeluh perut nya membesar seperti ada benjolan semakin
membesar sejak 2 tahun yang lalu.
Yang pertama adalah airway. Pada airway (A), tidak ditemukan masalah
pada pasien saat ini. Namun pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya
penurunan bising usus yang menandakan adanya penurunan kemampuan
peristaltik usus dari pasien. Untuk breathing (B), pada pasien tidak didapatkan
masalah. Pada circulation (C), tidak didapatkan tanda-tanda dehidrasi pada
pasien.Untuk disability (D),tidak didapatkan masalah. Pada exposure (E),
didapatkan masalah abdomen membesar sejak 2 tahun yang lalu.
Berdasarkan primary survey tersebut, telah dilakukan tindakan pemberian
suplementasi oksigen via NRBM 10 lpm, resusitasi cairan 20 cc/kgBB/jam untuk
mengatasi dehidrasi pada pasien tersebut.
4.2 Manajemen Cairan perioperative
Manajemen cairan perioperatif adalah dengan mengganti kehilangan
cairan normal (maintenance), pengganti defisit cairan sebelum operasi, dan
kehilangan selama operasi. Pilihan cairan intravena untuk manajemen ini
misalnya kristaloid, koloid, atau kombinasi keduanya. Jenis cairan yang biasa
digunakan adalah Ringer Laktat. Ringer Laktat mengandung natrium 130 mEq/L.
Ringer Laktat merupakan cairan paling fisiologis dan memiliki efek paling sedikit
pada komposisi cairan ekstraseluler. Kehilangan darah dapat digantikan dengan
RL 3 - 4 kali lipat jumlah darah yang hilang (Morgan, 2013).

4.3 Terapi Cairan Pre Operatif

35

Pada pasien ini ditemukan nadi radialis 108 x/menit, turgor kulit normal.
Maka disimpulkan pasien ini mengalami tidak mengalami dehidrasi. Tatalaksana
pada pasien ini yaitu sebagai berikut.

Resusitasi awal 20ml/kgBB dalam 20-30 menit: 20 x 65 kg = 1300 cc


dalam 20-30 menit, lalu diobservasi.

Cairan maintenance yang selanjutnya diberikan sebanyak 1500 cc dalam


2 jam berikutnya.

4.4 Terapi Cairan Intraoperatif


Cara yang paling umum dan mudah untuk memperkirakan kehilangan
darah adalah pengukuran dengan wadah dan perkiraan pada kasa yang
menyerap darah (kasa kecil 10 cc dan kasa besar 75 cc). Pada pasien ini,
durante operasi didapatkan perdarahan dengan volume 850 cc. Sedangkan
kebutuhan maintenance dapat diperkirakan dari tabel berikut.
Berat Badan

Kebutuhan Cairan

Untuk 10 kilogram pertama

4 mL/kg/jam

Untuk 10-20 kg selanjutnya

tambahkan 2 mL/kg/jam

Untuk setiap kg diatas 20 kg

tambahkan 1 mL/kg/jam

Gambar 4.1 Kebutuhan cairan maintenance (Morgan, 2012)

Puasa pra operasi menyebabkan defisit cairan. Defisit ini dihitung dengan
rumus perkalian kebutuhan cairan maintenance dengan lama puasa dalam
hitungan jam. Kebutuhan cairan maintenance (M) pada pasien ini adalah
(4x10)+(2x10)+(1x45) = 105 cc/jam.
Estimated Blood Volume (EBV), yaitu berat badan dikalikan konstanta
rerata volume darah, pada pasien ini adalah 65 kg x 70 ml/kgBB = 4550 ml.
Allowed Blood Loss (ABL), yaitu (hemoglobin awal hemoglobin terendah yang
diperbolehkan) x EBV / hemoglobin awal, dapat juga didefinisikan sebagai 20%
dari EBV. Pada pasien ini ABL adalah ((10,7 -10) : 10,7) x 4550 = 318 cc.

Kehilangan cairan intraoperatif juga dapat terjadi karena evaporasi dan


distribusi ke ruang ketiga. Kehilangan ini diperkirakan dari jenis operasinya.

36

Degree of Tissue Trauma

Additional Fluid
Requirement

Minimal (eg, herniorrhaphy)

02 mL/kg

Moderate (eg,
cholecystectomy)

24 mL/kg

Severe (eg, bowel resection)

48 mL/kg

Gambar 4.2 Kehilangan cairan secara distribusi ke ruang ketiga dan evaporasi
(Morgan, 2012)

Operasi ini termasuk operasi moderate sehingga menggunakan konstanta


4cc/kg. Jadi O2 pasien adalah 4 cc x 65 kg = 260 cc, sehingga selama operasi
pasien mendapat cairan 365 cc/jam (M+O2 = 365 cc+260cc = 625 cc) selama 2
jam. Karena anestesi berlangsung 3 jam dan operasi berlangsung 2 jam, maka
kebutuhan cairan selama operasi adalah sebagai berikut.
Balance Cairan
Input : RL
NS
Output : M+O : 365cc x 2 jam
Urin
Perdarahan
Balance : - 190 cc

= 1000 cc
= 500 cc
= 730cc
= 110 cc
= 850 cc

Pada pasien ini kebutuhan cairan pengganti puasa sudah diberikan saat
preoperatif. Selama pembedahan, kebutuhan cairan total adalah 1690 cc. Pada
pasien ini, diberikan input cairan total 1500 cc.
Kristaloid biasa digunakan untuk resusitasi awal pada pasien. Yang paling
sering digunakan adalah Ringer Laktat. Secara umum cairan ini memiliki efek
paling kecil pada komponen cairan ekstraseluler dan menjadi cairan paling
fisiologis (Morgan and Mikhail, 2013).
Kristaloid memiliki paruh waktu di intravaskuler 20-30 menit, sedangkan
koloid mampu bertahan selama 3-6 jam. Indikasi penggunaan koloid meliputi
resusitasi pada defisit cairan intravaskular berat (seperti syok hipovolemik karena
perdarahan) sebelum transfusi dan pada hipoalbuminemia berat atau kondisi
kehilangan protein seperti luka bakar. (Morgan dan Mikhail, 2013).
BAB V
PENUTUP

37

5.1 Kesimpulan

Pasien adalah seorang perempuan usia 47 tahun yang mengeluhkan benjolan


pada perut sejak 2 tahun yang lalu. Awalnya ukuran benjolan kecil, semakin hari
ukuran benjolan semakin membesar. Benjolan terasa padat. Tindakan anestesi
pada pasien ini adalah Regional Combined SubarachnoidEpidural (CSE).
Manajemen cairan dan elektrolit pada pembedahan kasus mioma uteri sangat
penting. Manajemen cairan perioperatif pada pasien ini adalah resusitasi pre
operatif adalah dengan pemberian kristaloid 1500 cc dalam 2 jam. Setelah
resusitasi diberikan maintenance dengan kristaloid 105 cc/jam.
Selama pembedahan, cairan yang diberikan bertujuan untuk rumatan sebesar
105 cc/jam selama 3 jam, mengganti penguapan 200cc/jam selama 3 jam, serta
mengganti volume darah akibat perdarahan 850 cc dan urin 110 cc. Cairan
intravena masuk pada pasien ini selama pembedahan adalah RL 1000 cc dan NaCl
0,9% 500 cc.

38

Anda mungkin juga menyukai