Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA ANAK DENGAN DISPEPSIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktik Klinik


Departemen Keperawatan Dasar
Di Ruang Marwah 7.2
RSI Masyithoh Bangil Pasuruan

Oleh:
Nama : Ari Dwi Kristanto
NIM : P17220194054

PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG KELAS LAWANG


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
OKTOBER 2021
A. Definisi

Menurut (Hardi et al., 2019) cairan elektrolit dalam tubuh manusia dibagi
menjadi 2 kelompok besar yaitu cairan intra seluler dan ekstra seluler. Cairan intra
seluler adalah cairan yang berada di dalam sel tubuh dan cairan ekstra seluler adalah
cairan yang berada di luar sel yang dibagi menjadi tiga kelompok yaitu cairan
intravaskuler (plasma), cairan itersitial (cairan yang terletak diantara sel), dan cairan
transeluler cairan intravaskuler atauplasmadarah meliputi 20% cairan ekstraseluler
atau 15% dari total berat badan. Cairan interstitial menempati 5% dari berat badan,
dan cairan transeluler meliputi cairan gastrointestinal, cairan empedu, urin, cairan
serebrospinal, aqueous humor, cairan sendi, cairanpleura, cairan peritoneum dan
cairan pericardial.

Cairan dan elektrolit di dalam tubuh merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Komposisi cairan dan elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian
rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan. (Khrisna &
Hartawan, 2017)

B. Etiologi
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan
dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon
dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium
(Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++), magnesium (Mg++), Klorida (Cl-),
bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan
bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian
berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan
negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia
dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam
kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi.
Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan
kehilanagn caiaran antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan
kulit, ginjal (urine), ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum
kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500
ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari
makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan
intake cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan
tabel di bawah ini :
Kebutuhan Cairan (mL/24
No Umur Berat Badan (kg)
Jam).
1. 3 hari 3,0 250-300
2 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume
darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus
walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b. Output Cairan :
Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine :
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar
30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas
kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai
upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Insesible Water Loss) :
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
*Rumus menghitung balance cairan
         CM – CK – IWL
 Ket:
     CM : Cairan Masuk
     CK : Cairan Keluar

*Rumus Menghitung IWL( Insensible Water Loss)


(15 x BB)
           IWL =  
24 jam
Cth:   Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C

(15 x 60)
       IWL = = 37,5 cc/jam
24 jam
 *kalo dlm 24 jam ----> 37,5 x 24 = 900cc
                  
*Rumus IWL Kenaikan Suhu
[(10 % x CM ) x jumlah kenaikan suhu]+ IWLnormal
24 jam
Cth:  Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc

      IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc


                                 24 jam
              = (20x2) + 37,5cc
                    24
              = 1,7 + 37,5 = 39cc/jam
c. Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas,
respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya
ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan
syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar
(kolon).

C. RUMUS KEBUTUHAN CAIRAN

Sesuai rumus Holliday & Segard

1. Pada orang dewasa

BB 10 kg pertama = 1 liter cairan


BB 10 kg kedua = 0,5 liter cairan
BB>> 10 kg = 20 Ml x sisa BB
Contoh kasus :

Pasien usia 30 tahun datang dengan diagnosa dehidrasi. BB pasien saat datang
56 Kg. Tinggi pasien : 170 cm. Berapa kebutuhan cairan yang dibutuhkan
tersebut?
Jawab: BB pasien 56 Kg
Maka 10 kg pertama : 1000 cc cairan
10 kg kedua : 500 cc cairan
36 kg terakhir = 20 ml x 36 Kg = 720 cc cairan
Total cairan yang dibutuhkan = 1000 cc + 500 cc+ 720 cc
= 2220 ml = 2.2 L

2. Pada orang bayi dan anak

4 ml/kg BB/jam : berat badan 10 kg pertama


2 ml/kg BB/jam : berat badan 10 kg kedua
1 ml/kg BB/jam : sisa berat badan badan selanjutnya
Contoh kasus :

Pasien dengan berat badan 23 kh, maka kebutuhan cairan basalnya :


(4 x 10) + (2 x 10) + (1 x 3) = 63 ml/jam

 CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS MIKRO dan MAKRO


Menghitung tetesan infus ialah sebuah metode yang dipakai seorang tenaga
kesehatan untuk memasukkan sejumlah cairan dalam waktu yang telah ditentukan,
dengan cara mengatur tetesan infus dalam waktu per menit.

Ada 2 metode pemberian cairan infus, yang dikenal juga dengan sebutan
faktor tetes, yaitu set makro dan set mikro.

1. Set makro:
Untuk memberikan 1 mL cairan infus, dalam proses pemasangan infus,
perawat akan membuka lubang tetesan infus dengan diameter yang lebih
besar, sehingga tetesan yang keluar juga berjumlah lebih sedikit, yakni hanya
10-20 tetes.
2. Set mikro:
Untuk memberikan 1 ml cairan infus, lubang tetesan infus hanya dibuka
sedikit, sehingga jumlah tetesan yang keluar juga lebih banyak, yakni 45-60
tetes.
o Rumus dasar dalam satuan menit
o Rumus dasar dalam satuan jam

 CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS MAKRO (GTT)


Infus set makro sering dipakai untuk pasien dewasa karena pada infus set ini
debit cairan yang dikeluarkan lebih besar, sehingga diharapkan pemenuhan cairan
untuk pasien lebih cepat. namun untuk kasus tertentu ada kalanya infus set makro
juga diapakai untuk anak – anak.

Rumus menghitung tetesan infus untuk infus set makro:

Keterangan faktor tetes makro = 20

Contoh soal menghitung tetesan infus makro :


Apabila seorang pasien datang kerumah sakit dan setelah diperiksa, dokter
menginstruksikan agar diberikan cairan RL sebanyak 500ml dalam waktu 1 jam
menggunakan infus set makro.
Jawab penyelesaian :
Jadi berdasarkan perhitungan diatas, untuk memasukkan cairan Rl sejumlah 500ml
dalam waktu 1 jam kita harus mengatur tetesan infus dalam satu menit 166,7 gtt,
namun biasa dibulatkan menjadi 167 gtt. Catatan : ubahlah waktu yang diberikan
kedalam bentuk menit.

 CARA MENGHITUNG TETESAN INFUS MIKRO (MGTT)


Infus set mikro sering dipakai untuk pasien anak – anak karena debit cairan yang
dikeluar 3 kali lebih sedikit dibandingkan infus set makro, namun pada kasus tertentu
infus set mikro juga bisa dipakai untuk pasien dewasa. Berikut rumus menghitung
tetesan infus untuk infus set mikro

Disini kita menggunakan ketetapan faktor tetes infus set makro = 60.
Jadi untuk menghitung tetesan infus untuk infus set mikro tetap gunakan rumus diatas
hanya ganti angka angka faktor tetesan dengan faktor tetes mikro yaitu 60

Contoh soal menghitung tetesan infus mikro :


Seorang pasien anak -anak datang ke rumah sakit dan setelah diperiksa, dokter
menginstruksikan untuk memasukkan cairan NaCl sebanyak 500 ml dalam waktu 2
jam dengan menggunakan infus set mikro.

Jawaban dan penyelesaian:


 INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

IMT adalah indeks sederhana dari berta badan terhadap tinggi badan yang digunakan untuk
mengklasifikasikan kelebihan berat badan dan obesitas pada orang dewasa.

IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat
tinggi badan dalam meter (kg/m3)

Rumus Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT : Berat Badan (Kg)


Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Contoh kasus =

IMT : 48 kg
1,63 m x 1,63 m

= 18 kg/m3

 TABEL DEHIDRASI

Derajat Dehisrasi
DEHIDRASI DEWASA ANAK
Ringan 4% 4%-5%
Sedang 6% 5%-10%
Berat 8% 10%-15%
Shock 15-20% 15%-20%

Dehidrasi Berdasarkan Tanda Dan Gejala

PENILAIAN A B C
Lihat keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai, atau
tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak Haus, ingin minum Malas, minum atau
haus banyak tidak bisa minum
Periksa: Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat kembali sangat
lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/ Dehidrasi berat
sedang

CONTOH KASUS
Rumus Dehidrasi : BB pasien saat sehat : 55 kg

BB pasien saat sakit : 53 kg

Ditanya : Derajat dehidrasi?

Dehidrasi = (55-53) x 100%


55
=3%

Maka pasien mengalami dehidrasi ringan

D. Tanda dan gejala

 Kelelahan  Kram otot dan kejang


 Mual  Tekanan darah naik turun
 Pusing  Kurangnya koordinasi
 Pingsan  Sembelit
 Lekas marah  Kekakuan sendi
 Muntah  Rasa haus
 Mulut kering  Suhu naik
 Denyut jantung lambat  Anoreksia
 Kejang  Berat badan menurun
 Palpitasi

E. Penatalaksanaan menurut (Permadani, 2020)


1. Dialysis. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia; menyebabkan cairan,
protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan
kecendrungan perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena dapat
menimbulkan kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka
pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na
bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi hipokalemi. Pemberian kalium dapat melalui oral 40-60 mmol/L,
pemberian intravena dapat dengan cairan KCL
4. Koreksi hyponatremia. Diberikan cairan natrium hipertonik dapat berupa NaCl
5. Koreksi hipernatrema, pemberian cairan isotonic, lalu untuk defisitair bisa
menggunakan NaCl hipotonik.
6. Koreksi anemia. Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi,
kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
7. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan.
8. Jumlah cairan, dapat diukur dengan menggunakan derajat dehidrasi

Derajat dehidrasi Kebutuhan cairan (x kg BB)


Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10%

Rumus menghitung kebutuhan cairan : (BB saat sehat -BB saat sakit) x 100%
BB saat sehat
F. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

 Pengkajian focus
 Nama.
 Umur.
 Jenis Kelamin.
 Pendidikan.
 Pekerjaan.
 Alamat.
 No. Registrasi.
 Diagnosa Medis.
 Tanggal MRS.
 Riawayat Kesehatan
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit masa lalu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat keperawatan
A. Pola intake
 Jumlah cairan yang dikonsumsi
 Tipe cairan yang biasa dikonsumsi
B. Pola elimnasi
 Mual dan muntah
 Kebiasaan berkemuh
 Perubahan jumlah maupun frekuensi
 Kaakteristik urine
C. Evaluasi status kehilangan cairan klien
 Tanda tanda
 Edema
 Rasa haus berlebihan
 Membrane muksa kering
D. Proses penyakit yang dapat enganggu keseimbanngan cairan
 Kanker , luka bakar \

Data objektif

Pemeriksaan fisik

Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.

o Kepala : normal atau abnormal.


o Wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak, dll.
o Mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau tidak, dll.
o Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab, Lidah putih atau tidak, dll.
o Hidung : normal atau abnormal.
o Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
o Integumen : turgor kulit

Diagnosa yang mungkin muncul :

 Hipovolemi
 Hipervolemi

Rencana keperawatan

Diagnose Rencana Intervensi


Hipovolemi  Turgor kulit Observasi
meningkat
 Periksa
 Output urine
tanda dan gejala
meningkat
hipovolemia (mis.
 Ortopnea menurun
frekuensi nadi
 Dispnea menurun
meningkat, nadi
 Ededema anasarca
teraba lemah,
menurun
tekanan darah
 Edema perifer
menurun, tekanan
menurun
nadi
 Frekuensi nadi
menyempit,turgor
membaik
kulit menurun,
 Tekanan darah membrane mukosa
membaik kering, volume urine
 Tekanan nadi menurun, hematokrit
membaik meningkat, haus dan
 Membrane mukosa
membaik
lemah)
 Jugular venous
 Monitor
pressure membaik
intake dan output
 Kadar Hb membaik
cairan
 Kadar Ht membaik

Terapeutik

 Hitung
kebutuhan cairan
 Berikan
posisi modified
trendelenburg
 Berikan
asupan cairan oral

Edukasi

 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian cairan IV
issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
 Kolaborasi
pemberian cairan
koloid (mis.
albumin,
plasmanate)
 Kolaborasi
pemberian produk
darah

Hipervolemi  Asupan cairan Observasi


meningkat
 Periksa
 Kelembapan
tanda dan gejala
membrane mukosa
hypervolemia
meningkat
 Identifikasi
 Asupanmakanan
penyebab
meningkat
hypervolemia
 Edema menunrun
 Monitor
 Dehidrasu menurun
status hemodinamik,
 Tekanan darah
tekanan darah, MAP,
membaik
CVP, PAP, PCWP,
 Denyut nadi radial
CO jika tersedia
membaik
 Monitor
 Tekanan arteri rata intaje dan output
rata membaik cairan
 Membrane mukosa  Monitor
membaik tanda
 Mata cekung hemokonsentrasi
membaik ( kadar Natrium,
 Turgor kulit BUN, hematocrit,
membaik berat jenis urine)
 Monitor
tanda peningkatan
tekanan onkotik
plasma
 Monitor
kecepatan infus
secara ketat
 Monitor
efek samping
diuretik

Therapeutik

 Timbang
berat bada setiap hari
pada waktu yang
sama
 Batasi
asupan cairan dan
garam
 Tinggikan
kepala tempat tidur
30-40 derajat
Edukasi

 Anjurkan
melapor jika
haluaran urine <0.5
ml/kg/jam dalam 6
jam
 Anjurkan
melapor jika BB
bertambah > 1 kg
dalam sehari
 Ajarkan
cara mengukur dan
mencatat asupan dan
haluaran cairan
 Ajarkan
cara membatasi
cairan

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian diuritik
 Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
 Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement therapy
LEAFLET KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DAFTAR PUSTAKA

Hardi, M., Siregar, Y. I., Ilza, M., & Anita, S. (2019). Survei Kondisi Sosial
Masyarakat Dalam Memenuhi Kebutuhan Air harian di Kecamatan Minas,
Kabupaten Siak. Dinamika Lingkungan Indonesia, 6(2), 110.
https://doi.org/10.31258/dli.6.2.p.110-116
Khrisna, I. N. E. A., & Hartawan, I. U. H. (2017). Keseimbangan Cairan Dan
Elektrolit. Progress in Physical Geography, 14(7), 450. https://tel.archives-
ouvertes.fr/tel-01514176

Permadani, H. P. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN


KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT PADA PASIEN CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG RAWAT PENYAKIT DALAM RSUP Dr.
M. DJAMIL PADANG. 1–120.

Anda mungkin juga menyukai