Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PAPER TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Nama : Muhammad Iqbal Amri


NIM : 13/350066/PN/13339
PEMASARAN IKAN HIAS DI INDONESIA
Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang populer di Indonesia.
Ikan hias memiliki nilai jual yang berbeda dengan ikan konsumsi. Nilai jual dari ikan hias
tidak dipengaruhi oleh kuantitas (ton), akan tetapi dipengaruhi oleh jenis, estetika, dan
kualitas dari ikan tersebut. Berbeda dengan ikan hias, ikan konsumsi nilai jualnya ditentukan
oleh kuantitas dan kualitasnya saja.
Kekayaan hayati Indonesis telah banyak dikenal. Dalam bisnis ikan hias dunia,
produk ikan hias Indonesia dikenal memiliki ragam jenis yang melimpah, baik ikan hias air
tawar maupun ikan hias air laut. Dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang ada di dunia,
400 spesies diantaranya berasal dari Indonesia. Indonesia juga memiliki 650 spesies ikan
hias air laut. Dan juga kemungkinan masih banyak lagi spesies ikan hias laut yang belum
ditemukan. Potensi ini begitu membanggakan karena dengan begitu Indonesia dikenal
sebagai produsen ikan hias nomor satu di dunia. Sebagai bahan perbandingan saja
produksi ikan hias Srilanka (165 spsies), Ethiopia (112 spesies), Filipina (109 spesies),
Kenya (96 spesies), Hawaii (60 spesies), Puerto Rico (49 spesies), dan Singapura (32
spesies). Dilihat dari data tersebut maka jelas bahwa Indonesia menduduki peringkat
pertama di dunia dalam produksi ikan hias tropis. Bahkan dengan begitu banyaknya jenis
ikan hias didaerah tersebut, banyak yang tidak tahu bahwa didaerahnya terdapat ikan hias
berharga puluhan juta rupiah, miisalnya arwana di Kalimantan dan Papua. Di kota-kota
didaerah tersebut, Ikan Arwana yang ditangan pehobi bernilai puluhan hingga ratusan juta
rupiah, bisa menjadi lauk di meja makan. Hal itu sangat disayangkan, karena ikan arwana
platinum misalnya, harganya bisa mencapai Rp.500 juta.
Komoditas ikan hias dipasarkan melalui berbagai jalur pemasaran, misalnya toko
ikan hias, pameran ikan hias, kontes atau lomba ikan hias, dan jalur lainnya. Peminat ikan
hias sendiri biasanya merupakan konsumen menengah keatas, yang mana telah mampu
untuk memenuhi kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-harinya. Konsumen tersebut
biasanya mau untuk menebus harga ikan hias walaupun dengan harga yang cukup tinggi.
Berbagai ikan hias seperti louhan, koi, arwana merupakan ikan yang banyak dipercaya akan
membawa keberkahan ataupun keberuntungan dalam kehidupannya.
Dari segi budidayanya, ikan hias dewasa ini menjadi primadona karena mudah
dibudidayakan dan memiliki harga jual yang tinggi. Animo masyarakat dalam
membudidayakan ikan hias semakin hari semakin tinggi. Akan tetapi masalah klasik dari
sebuah produksi adalah ketidaktahuan akan jalur pemasaran ikan hias itu sendiri.
Dalam sebuah kesempatan saat Kerja Lapangan yang wajib dilaksanakan oleh
penulis, penulis berkesempatan untuk melaksanakan Kerja Lapangan di tempat budidaya
dan penjualan ikan Koi di WS Koi Center Wonokromo, Bantul. Penulis juga berkesempatan
untuk berkunjung ke Kelompok Pembudidaya Ikan (POKDAKAN) hias Buana Mina di
Kadisoro, Palbapang, Bantul. Dalam kesempatan Kerja Lapangan tersebut, penulis
memperhatikan bahwa pemasaran ikan hias terdapat perbedaan antar ikan. Pemasaran ini
tergantung pada peminat dan harga ikan hias itu sendiri. Jadi, akan ada jalur pemasaran
yang berbeda antara Ikan Koi dan Ikan Sapu-sapu albino misalnya. Hal ini berlaku untuk
ikan ikan lain tergantung kepada dua faktor tadi.
Dalam prakteknya, pemasaran ikan hias di Indonesia didominasi oleh trader yang
ada di berbagai daerah. Stephanus Kriswanto, selaku salah satu pencetus POKDAKAN
Buana Mina mengatakan,Saya merupakan Sub-trader ikan hias regional DIY Jateng mas.
Berdasarkan pola yang diutarakan tersebut, penulis bertanya,Sub-trader dari siapa mas?
ikannya darimana?. Beliau menjawab,saya subtradernya Pak Yulius dari Tulungagung

mas, ikannya saya dapet dari anggota kelompok Buana Mina dan terkadang dari luar mas,
karena kadang kita nggak mampu memenuhi permintaan dari Pak Yulius. Beliau kadang
meminta kami untuk suplai ikan per jenis hingga 40.000 ekor mas, padahal produksi kita
paling baru 15.000an ekor saja per jenis.
Berdasarkan penuturan dari Mas Kris diatas, penulis mendapat satu bukti bahwa
pemasaran ikan hias di Indonesia masih dikuasai oleh trader atau bahasa kasarnya adalah
calo. Permainan calo ini sebenarnya memiliki kelebihan ataupun kekurangan. Kelebihannya
antara lain yaitu menyediakan pasar untuk para pembudidaya ikan hias, menyediakan stok
ikan yang konstan bagi para pedagang ikan hias atau toko ikan hias. Kekurangannya antara
lain membuat harga yang sampai ditangan konsumen tinggi, memberikan harga yang
rendah kepada para pembudidaya ikan, dan masih banyak lagi kekurangan dan kelebihan
dari sistem calo ini.
Ada tipe pemasaran lain untuk ikan hias yang memiliki harga tinggi, yaitu melalui
kontes ikan hias, maupun pameran. Penulis sempat bertanya kepada Mas Halley pemilik
WS Koi Center,Mas, kok jarang ada yang beli koinya?. Mas Halley menerangkan,Ya
begini ini mas, bisnis ikan hias terutama Koi tidak seperti ikan hias kecil, ataupun dengan
ikan konsumsi. Ikan Koi jarang yang beli mas, tapi pernah sekali beli sampai ratusan juta,
bahkan ada yang pernah membeli 14 Ikan Koi ditukar dengan 2 buah mobil, begitu
penjelasannya. Penulis kembali bertanya,Untuk pemasarannya bagaimana mas?, Kata
Mas Halley,pemasaran itu dilakukan dilakukan setiap ada event mas, misal Koi Contest
yang baru saja ada di Yogyakarta tahun 2015 lalu. Berdasarkan tanya jawab pada waktu
itu, penulis juga mendapatkan informasi bahwa pemasaran Ikan Koi disini belum
menggunakan media elektronik atau yang biasa disebut e-marketplace seperti Tokopedia,
Bukalapak, dll.
Dikutip dari laman neraca.co.id, perdagangan ikan hias di Indonesia mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 perdagangan ikan hias di Indonesia
mencapai U$ 58 juta, sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan menjadi U$ 5 miliar. Hal ini tentunya merupakan sebuah tanda bahwa budidaya
ikan non konsumsi sudah mulai berkembang dan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Tulungagung Menguasai 90% Pasar Ikan Hias Indonesia
Pada dasarnya hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki potensi untuk
mengembangkan ikan hias. Akan tetapi tidak semua daerah melihat potensi tersebut. Hal ini
dikarenakan tidak ada dukungan infrastruktur yang mendukung produksi budidaya ikan hias
tersebut maupun tidak tersedianya SDM yang memadai.
Dikutip dari laman Omtim.com, saat ini salah satu dari berbagai daerah di Indonesia
yang memiliki potensi besar dalam bidang perikanan terutama budidaya ikan hias adalah
Kabupaten Tulungagung. Pembudidaya ikan hias di Kabupaten Tulungagung yang tercatat
saat ini sebanyak 2.256 RTP (Rumah Tangga Pembudidaya) dimana jumlah pembudidaya
mencapai 3.396 orang. Para pembudidaya ini berpusat di Kecamatan Kedungwaru,
Boyolangu, Tulungagung, dan Sumbergempol.
Hasil ikan hias Tulungagung sendiri sudah menguasai hampir 90% pangsa pasar
ikan hias di Indonesia dan bahkan ada hasil yang telah menyentuh pasar ekspor ke
berbagai negara tetangga, misalnya Ikan Mas Koki, terutama strain tosa, dimana jenis ini
merupakan produk unggulan Kabupaten Tulungagung yang telah dikembangkan untuk
memenuhi permintaan pasar.
Saat ini, pemasaran ikan hias dan ikan konsumsi dari Kabupaten Tulungagung
meliputi Bali/Denpasar, Jakarta, Bandung, Tegal, Yogyakarta, Semarang, Purwokerto,
Surabaya, sebagian Sulawesi, Sumatera, dan untuk ekspor ikan hias telah menjalin
hubungan dengan eksportir dari Jakarta, Bali, dan Surabaya.

Berdasarkan dari data yang dihimpun Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014,
pembudidaya ikan hias saat ini menempati urutan pertama dalam rumah tangga usaha
perikanan, dimana pendapatan tertinggi mencapai Rp.50 juta per tahunnya. Dari data
tersebut maka dapat dilihat bahwa usaha budidaya ikan hias merupakan salah satu usaha
yang menjanjikan keuntungan yang tidak dapat diremehkan, tentunya apabila dikelola
dengan baik dan benar.
Strategi Pemasaran Ikan Hias
Dalam perkembangan usaha budidaya ikan hias dewasa ini diperlukan berbagai
perkembangan dalam sistem pemasarannya, diantaranya :
1. Perbaikan harga jual
Perbaikan harga jual dapat dilakukan dengan memangkas sistem pemasaran, yakni
tanpa melalui calo ikan hias. Dalam hal ini pemerintah dapat menyederhanakan
sistem pemasaran sehingga lebih baik, efektif, dan efisien.
2. Perbaikan cara pemajangan ikan hias saat di toko
Pemajangan menjadi penting manakala berkaitan dengan estetika suatu produk.
Dengan pemajangan yang baik maka konsumen akan mampu melihat kualitas suatu
produk. Hal ini akan menguntungkan para pemilik toko ikan hias.
3. Rekomendasi melalui pameran/kontes
Toko ikan hias dapat berkembang apabila promosi yang dilakukan dapat diketahui
orang banyak. Maka dari itu penting untuk sering mengadakan kontes atau pameran
ikan hias sehingga akan banyak orang yang tahu dan berkeinginan untuk membeli
ikan hias.
4. Memaksimalkan media elektronik atau internet
Penggunaan internet sangat penting dilakukan pada pemasaran di era sekarang. Hal
ini dikarenakan mudahnya akses internet dan murahnya harga jual media elektronik
di era sekarang. Maka untuk memasarkan ikan hias akan sangat efektif apabila
menggunakan media internet.
5. Sesuai dengan segmen pasar
Penentuan segmen pasar yang disasar sangat penting untuk menentukan
kesuksesan pemasaran suatu jenis komoditas ikan hias. Untuk menentukan segmen
pasar ini dapat dilakukan dengan mengacu pada daya beli masyarakat dan ikan
yang dijual tersebut.
6. Menyelaraskan kegiatan pemasaran dengan program pemerintah
Pemerintah tentunya memiliki berbagai jenis program dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Melalui usaha ikan hias ini, dapat diselaraskan karena
memiliki tujuan yang sama yaitu mensejahterakan masyarakat sekitar.
Peran Pemerintah Dalam Pemasaran Ikan Hias
Pemerintah, dalam hal ini khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan
khususnya Dirjen yang membidangi urusan ikan hias hendaknya menyusun programprogram yang dapat membantu para pembudidaya ikan hias di Indonesia. Kunci dari suatu
usaha adalah produksi, distribusi, dan tingkat konsumsi. Untuk memproduksi sesuatu maka
dibutuhkan sarana dan prasarana produksi yang memadai, juga dibutuhkan bimbingan dan
pembinaan melalui penyuluh perikanan. Apabila pemula, sekiranya dibutuhkan banyak
masukan dari penyuluh terhadap kegiatan budidaya ikan hias, namun apabila sistem telah
terbangun dan telah berjalan, maka penyuluh yang mewakili pemerintah bisa lepas tangan
dan hanya perlu siaga saat ada pertanyaan atau dibutuhkan. Setelah proses prooduksi
berjalan, biasanya terjadi kebingungan dalam proses distribusi, terutama bagi pelaku
budidaya pemula. Dalam proses distribusi ini, peran pemerintah sangat dibutuhkan agar
hasil produksi dapat dipasarkan tanpa harus melalui calo yang nantinya akan berdampak
tidak baik terhadap harga ikan yang beredar di pasaran. Yang ketiga yaitu konsumsi, yaitu
tingkat kemauan masyarakat untuk membeli produk yang ada. Dalam hal ini pemerintah
dapat mengadakan pameran atau kontes ikan hias demi menarik animo masyarakat untuk

membeli produk ikan hias. Harapannya, dengan terwujudnya ketiga proses tersebut, dapat
menjadikan pemasaran ikan hias di Indonesia menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai