Anda di halaman 1dari 10

UJI TOKSISITAS LETAL DAN SUBLETAL MERKURI KLORIDA (HgCl2)

TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.)


THE LETHAL AND SUB-LETHAL TOXICITY TEST OF MERCURY CHLORIDE
(HgCl2) On Cyprinus carpio L
Nanik Mustikaning Tyas, Asrul Sahri Siregar, Isdy Sulistyo
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman.
ABSTRAK
Merkuri Klorida (HgCl2) merupakan sumber pencemar yang dapat menurunkan kualitas
air sungai. Dampak HgCl2 bagi biota perairan bersifat kronis. Penelitian ini berjudul
Uji Toksisitas Letal dan Subletal Merkuri Klorida (HgCl 2) Terhadap Ikan Mas
(Cyprinus carpio L.). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai LC 50-96
jam HgCl2 terhadap ikan mas dan efek subletal HgCl2 melalui perubahan profil darah
(jumlah leukosit, eritrosit dan hematokrit). Metode eksperimental diterapkan dengan
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dibagi menjadi 3 tahapan yaitu uji
pendahuluan, toksisitas letal (LC50-96 jam), dan toksisitas subletal. Setiap perlakuan
diulang 3 kali. Data uji toksisitas letal dianalisis probit dan data uji toksisitas subletal
diuji f. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai LC50-96 jam HgCl2 terhadap ikan mas
adalah 1,88 ppm. Efek subletal HgCl2 berupa penurunan jumlah eritrosit dan
hematokrit, tetapi jumlah leukosit meningkat seiring meningkatnya konsentrasi HgCl2.
Kata kunci : toksisitas, LC50-96 jam, merkuri klorida, hematologi
ABSTRACT
Chloride Mercury (HgCl2) is a source of pollutant which can reduce river water quality.
HgCl2 impacts on aquatic organisms through their chronic character. This study entitle
The lethal and sub-lethal toxicity test of mercury chloride (HgCl2) on Cyprinus carpio
L. and aims to find LC50-96h of HgCl2 on Cyprinus carpio L., and to find the effect of
lethal and sublethal of HgCl2 on blood profile changes (erythrocyte, leucocyte and
hematocrit quantity). An experimental method applied Completely Randomized Design,
and this study was divided into 3 steps i.e. basic, lethal toxicity (LC50-96 h), and sublethal toxicity tests, being run in triplicates. Lethal toxicity test data were probity
analyzed and data from sub-lethal toxicity test were F-tested. The result showed that
LC50-96h of HgCl2 on Cyprinus carpio L. was 1.88 ppm. The sublethal effect of HgCl 2
was demonstrated in erythrocyte and hemathrocyte count decrease, however leucochyte
counts increased with increasing HgCl2 concentration.
Keyword : toxicity, LC50-96 h, chloride mercury, hematology
PENDAHULUAN

lingkungan. Selama kurun waktu


beberapa tahun, merkuri telah banyak
digunakan dalam bidang kedokteran,
pertanian, dan industri. Dalam bidang

Pemanfaatan logam merkuri (Hg)


pada saat ini telah mencakup seluruh
aspek
kehidupan
manusia
dan
1

pertanian, merkuri digunakan untuk


membunuh jamur sehingga baik
digunakan untuk pengawet produk hasil
pertanian. Selain itu, merkuri juga
digunakan untuk pembasmi hama pada
tanaman seperti buah apel, tomat,
kentang (Rompas, 2010).
Keberadaan merkuri di ekosistem
akuatik telah lama diketahui dapat
memberikan dampak negatif bagi
kehidupan organisme air dari tingkatan
individu
sampai
pada
struktur
komunitas (Setijaningsih, 2010). Salah
satu organisme air yang terkena dampak
akibat keberadaan merkuri adalah ikan.
Ikan dapat mengakumulasi merkuri
dalam bentuk metil merkuri, baik
melalui makanan atau langsung dari air.
Akumulasi logam merkuri secara terus
menerus akan menyebabkan kematian
pada ikan.
Salah satu jenis hewan yang
direkomendasikan oleh EPA sebagai
hewan uji adalah Cyprinus carpio L.,
karena ikan tersebut memenuhi
persyaratan yaitu penyebarannya cukup
luas, mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi, dan mudah dipelihara di
laboratorium (Rand, 1980 dalam
Muhammad, 2002). Uji toksisitas
dilakukan untuk mengetahui efek letal
dan subletal suatu senyawa toksik.
Pengamatan efek letal yaitu untuk
mengetahui kematian biota uji akibat
konsentrasi senyawa kimia tertentu
yang terkandung dalam suatu limbah,
dicatat
sebagai
median
letal
concentration (LC50). Efek subletal
dapat diamati dengan melihat aspek
profil darah seperti eritrosit, leukosit
dan hematokrit dari organisme uji (AlAttar, 2005).
Penelitian mengenai HgCl2 sendiri
telah
dilakukan
sebelumnya.
Berdasarkan penelitian Destiany (2007),
bahwa nilai LC50-96 jam HgCl2
terhadap ikan mas sebesar 0,24 ppm.
Namun informasi mengenai efek letal

dan subletal terhadap ikan mas masih


sangat diperlukan.
METODE
Metode dan Rancangan Percobaan
Metode yang digunakan adalah
metode eksperimental menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Penelitian dibagi menjadi 3 tahapan,
yaitu uji pendahuluan, uji toksisitas letal
dan uji toksisitas subletal. Penelitian ini
menggunakan ikan mas dengan panjang
10-13 cm. Penggunaan HgCl2 dilakukan
dengan cara mengencerkan HgCl2
dengan
konsentrasi
yang
telah
ditentukan dengan air sebanyak 1 liter,
setelah
larut
campuran
HgCl2
dimasukkan ke dalam media uji yang
akan digunakan dan diaduk hingga
merata ke dalam 30 liter air, setiap
perlakuan diulang 3 kali.
Parameter Penelitian
Pada uji toksisitas letal, parameter
utama yang diamati adalah prosentase
kematian ikan. Pada uji toksisitas
subletal, parameter utama yang diamati
adalah jumlah eritrosit, leukosit dan
nilai hematokrit ikan berdasarkan hasil
dari
LC50-96
jam.
Parameter
pendukung yang diamati yaitu suhu, pH
dan oksigen terlarut.
Prosedur Penelitian
Persiapan media
Pelaksanaan
penelitian
yang
dilaksanakan di laboratorium dimulai
dengan menyiapkan akuarium masingmasing berkapasitas 160 L sebanyak 18
buah, kemudian dicuci menggunakan
air bersih dan dijemur di bawah sinar
matahari, kemudian diisi dengan air
sebanyak 30 L sebagai campuran air
pengencer dengan konsentrasi HgCl2
yang berbeda tiap perlakuan kemudian
akuarium dipasang aerator. Hewan uji
diaklimasi terlebih dahulu selama 5
hari, sehari sebelum digunakan dan
selama penelitian hewan uji dipuasakan.
2

Ukuran hewan uji yang digunakan


adalah
10-13
cm
dan
untuk
keseragaman ukuran, hewan uji yang
besar tidak boleh lebih dari 1 kali
hewan uji yang kecil (APHA, 2005).

Analisis data yang digunakan untuk


menentukan nilai LC50-96 jam adalah
Analisis Probit yang mengacu pada
(Conell dan Miller, 1995) yaitu sebagai
berikut :
Hubungan nilai logaritma dari
konsentrasi bahan uji dengan nilai
probit dari persentase mortalitas hewan
uji merupakan fungsi linier dari y = a +
bx (Rand dan Petrocelli, 1985 dalam
Hendri et al., 2010). Secara matematis,
perhitungan untuk menentukan nilai
LC50-96 jam adalah sebagai berikut:
1
XY - n X Y
b
1
2
X 2 n X

Uji Pendahuluan
Tahap uji ini menggunakan 6
perlakuan selama 2 hari (48 jam). Uji
pendahuluan dilakukan dengan cara
menyediakan 18 akuarium, masingmasing diisi 30 L media uji (campuran
konsentrasi HgCl2 dengan air). Padat
penebaran
pada
masing-masing
akuarium adalah 8 ekor hewan uji.
Pengamatan mortalitas hewan uji
dilakukan
pada
periode
waktu
pendedahan 24 dan 48 jam.
Setelah konsentrasi didapatkan,
kemudian konsentrasi yang akan
digunakan pada uji definitif dicari
dengan menggunakan rumus logaritma.
Penentuan konsentrasi tersebut adalah
dengan menggunakan cara Quantal
Responses menurut cara Finney (1971)
dalam Destiany (2007) :

1
Y - b X
n

Persamaan regeresinya: y = a + bx
m

5-a
b

LC50 = antilog m

N
a
k log
n
n

Log

Keterangan:
y = probit kematian hewan uji,
x = logaritma konsentrasi uji,
a = konsentrasi regresi,
b = slope/kemiringan regresi,
m= logaritma konsentrasi (x)
n = jumlah perlakuan

a b c d x
N
... ... ...
b a b c d
x

Keterangan :
N = Konsentrasi ambang atas
n = Konsentrasi ambang bawah
a = Konsentrasi terkecil didalam deret
konsentrasi yang digunakan
k = jumlah interval konsentasi yang
diuji

Uji Toksisitas Subletal


Disediakan 15 akuarium volume
160 L dan masing-masing diisi dengan
30 L media uji dan ikan yang telah
diaklimasi sebanyak 8 ekor ikan.
Pengamatan uji pengaruh subletal yaitu
jumlah eritrosit, leukosit dan nilai
hematokrit
pada
waktu
akhir
pendedahan 96 jam.

Uji Toksisitas Letal


Disediakan 18 akuarium volume
160 L yang masing-masing diisi dengan
30 L media uji (campuran air dengan
HgCl2)
dengan
6
konsentrasi
berdasarkan hasil uji pendahuluan
dengan padat penebaran 10 ekor ikan.
Pengamatan mortalitas hewan uji
dilakukan
pada
periode
waktu
pendedahan 24, 48, 72, dan 96 jam.
3

Perhitungan
Jumlah
Eritrosit
(Wirawan dan Silman, 2000 dalam
Gitarama, 2012)

Darah dihisap menggunakan pipa


kapiler hematokrit. Setelah darah
mencapai bagian tabung, kemudian
salah satu ujung tabung disumbat
dengan cristaseal. Kemudian tabung
kapiler yang telah berisi darah
disentrifuge pada 3500 rpm selama 20
menit. Korpuskula darah dianalisis
dengan
menggunakan
hawksley
hematokrit reader dalam satuan % dan
tidak lebih dari 5 jam sejak
pengambilan sampel darah.

Darah diambil dengan pipet


thoma sampai skala 1 kemudian
dicampur dengan larutan hayem sampai
skala 101 (pengenceran 100 kali),
kemudian dikocok rata. Penghitungan
dilakukan dengan meneteskan darah
yang sudah diencerkan (tetesan pertama
dan
kedua
dibuang)
pada
haemositometer
Double
Improved
Neubaeur pada 5 kotak (0,2 mm) dari
25 kotak yang ada (kotak kecil) dan ini
rumus perhitungannya:

Pengambilan
dan
Pengukuran
Parameter Fisik dan Kimia Air
Pengambilan dan pengukuran
sampel air untuk analisis yaitu meliputi
pH, suhu dan kandungan oksigen
terlarut. Pengukuran dilakukan pada
awal dan akhir penelitian. Parameter
kualitas air yang diukur dalam
penelitian disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Parameter fisiska dan kimia air

E
x100
5 0,2 0,2 0,1

Keterangan:
E
= Jumlah eritrosit terhitung
5
= Jumlah bilik hitung
0,2
= Panjang bilik hitung
0,1
= Tinggi bilik hitung
100
= Faktor Pengenceran

Para

Perhitungan
Jumlah
Leukosit
(Wirawan dan Silman, 2000 dalam
Gitarama, 2012)

unit
o

Darah diambil dengan pipet


thoma sampai skala 1 kemudian
dicampur larutan turk sampai skala 11
(pengenceran 10 kali), kemudian
dikocok rata. Penghitungan dilakukan
dengan meneteskan darah yang sudah
diencerkan (tetes pertama dan kedua
dibuang) pada haemositometer Double
Improved Neubaeur pada 4 kotak
sedang dan ini rumus penghitungannya :
L
1
64x
160

Metode

Sumber

meter
Suhu

APHA
C

Pemuaian
(2005)

pH

APHA
Kolorimetri
(2005)
APHA

DO

ppm

Winkler
(2005)

x10

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Mei sampai September 2012.
Tempat penelitian, pengamatan, dan
pengukuran
sampel
di
Stasiun
Percobaan Prodi D3 dan Laboratorium
Patologi Klinik Jurusan Kedokteran
Umum
serta
Laboratorium
Pemanfaatan Sumberdaya Perairan
Jurusan Perikanan dan Kelautan

Keterangan :
L
= Jumlah leukosit terhitung
64
= Jumlah kotak yang terhitung
10
= Faktor pengenceran
1/160 = Volume kotak
Perhitungan
Angka
Hematokrit
(Schalm et al., 1975 dalam Prayitno,
2010)
4

Universitas
Purwokerto.

Jenderal

Soedirman,

Uji Pendahuluan
Konsentrasi yang digunakan pada
uji pendahuluan 0 ppm, 2 ppm, 2,25
ppm, 2,5 ppm, 2,75 ppm, dan 3 ppm.
Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa pada konsentrasi
terendah
sebesar 2 ppm dengan kematian hewan
uji sebanyak 11 ekor, sedangkan pada
konsetrasi tertinggi sebesar 3 ppm
dengan kematian hewan uji sebanyak 24
ekor. Hasil uji pendahuluan HgCl2
terhadap ikan mas dapat dilihat pada
lampiran 1. Dari data tersebut maka
diambil nilai konsentrasi HgCl2 dengan
nilai ambang bawah yaitu 2 ppm dan
nilai ambang atas yaitu 3 ppm untuk
menjadi nilai ambang pada saat uji
toksisitas LC50-96 jam.

Analisis Data
Hasil data uji toksisitas letal
dianalisis dengan menggunakan analisis
probit untuk menentukan nilai LC50
pada periode pemaparan 96 jam. Hasil
data uji toksisitas subletal dianalisis
menggunakan uji F, dan apabila hasil uji
ANAVA signifikan maka dilanjutkan
dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Kualitas Air Media Uji
Pengukuran kondisi kualitas air
yang diukur selama penelitian meliputi
parameter fisik dan kimia air yaitu suhu,
pH dan oksigen terlarut. Pengukuran
suhu dan pH dilakukan di awal, tengah,
dan akhir penelitian, sedangkan
pengukuran oksigen terlarut dilakukan
di awal dan akhir penelitian.
Pengukuran ini bertujuan untuk
memantau kondisi kualitas air bagi ikan
mas
selama
penelitian.
Hasil
pengukuran
kualitas
air
selama
penelitian diperoleh kisaran nilai yang
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kisaran hasil pengukuran
parameter fisik dan kimia pada
media uji
Parameter

Nilai
Kisaran

Suhu (oC)

25 - 27

pH

6-7

DO (ppm)

5 - 15,6

Uji Toksisitas Letal (LC50-96 jam)


Konsentrasi yang digunakan pada
uji letal merupakan hasil dari
perhitungan
logaritma
pada
uji
pendahuluan. Konsentrasi untuk uji letal
0 ppm, 2 ppm, 2,2 ppm, 2,42 ppm, 2, 66
ppm, 3 ppm. Secara umum untuk
mengetahui hasil uji toksisitas LC50-96
jam, dapat dilihat pada gambar 1.

Baku Mutu
25 32
(Gusrina,
2008)
69
(Nuryanto,
2001)
>5 (Effendi,
2003)

Gambar 1. Prosentase kematian ikan


mas pada uji toksisitas
LC50-96 jam HgCl2
Gambar 1 menunjukkan rata-rata
prosentase kematian ikan mas pada
setiap
perlakuan
mengalami
peningkatan mulai dari perlakuan
kontrol sampai konsentrasi tertinggi
yaitu 3 ppm. Hal ini menunjukkan
semakin tinggi konsentrasi HgCl2, maka

Berdasarkan
hasil
pengukuran
parameter yang meliputi suhu, pH, dan
oksigen terlarut diketahui bahwa secara
umum kualitas air selama penelitian
pada masing-masing perlakuan masih
dalam batas toleransi atau memenuhi
syarat bagi kehidupan ikan.
5

tingkat kematian ikan mas semakin


tinggi. Pada perlakuan kontrol, tidak
mengalami kematian karena hewan uji
tidak terpapar HgCl2, sedangkan pada
perlakuan dengan pemberian HgCl2
kematian
hewan
uji
bervariasi.
Perlakuan dengan konsentrasi HgCl2
sebesar 2 ppm, ikan mas mengalami
kematian sebanyak 22 ekor (73%).
Perlakuan dengan konsentrasi HgCl2
sebesar 2,2 ppm, ikan mas mengalami
kematian sebanyak 25 ekor (83%).
Perlakuan dengan konsentrasi HgCl2
sebesar 2,42 ppm, ikan mas mengalami
kematian sebanyak 27 ekor (90%),
sedangkan
perlakuan
dengan
konsentrasi HgCl2 sebesar 2,66 dan 3
ppm, ikan mas mengalami kematian
sebanyak 30 ekor (100%).
Kematian ikan mas pada uji
toksisitas
letal
disebabkan
oleh
masuknya merkuri ke dalam jaringan
tubuh makhluk hidup melalui beberapa
jalan, yaitu pencernaan, penetrasi
melalui kulit, dan saluran pernapasan
(pengambilan dari air melalui membran
insang) (Darmono, 2001). Hal ini yang
menyebabkan terjadinya penghambatan
enzim karbonik anhidrase dan transport
ATP-ase terutama pada mitokondria
akson parasinaptik dan sedikit pada
endoplasmik
retikulum.
Menurut
Tarumingkeng (1992) dalam Yosmaniar
(2009),
penghambatan
ATP-ase
++
berkaitan
dengan
Ca
yang
menyebabkan peningkatan pelepasan
neurotransmitter. Disamping itu, diduga
kematian ikan juga disebabkan HgCl2
mampu menimbulkan rangsangan pada
sistem syaraf sehingga menyebabkan
ikan kehilangan keseimbangan.
Tingkah laku ikan mas yang
terpapar HgCl2 selama percobaan
ditandai dengan operculum terbuka
lebar, sering berada di permukaan air,
berenang tidak teratur dan kemudian
mati. Menurut Shah (2010) ikan yang
terpapar toksik dapat diketahui dari
tingkah laku ikan tersebut yaitu dengan

gerakan hiperaktif, menggelepar, dan


lumpuh. Hal ini diduga sebagai suatu
cara
untuk memperkecil
proses
biokimia dalam tubuh yang teracuni,
sehingga efek letal yang terjadi lebih
lambat.
Berdasarkan hasil dari analisis
probit didapatkan nilai LC50-96 jam
pada ikan mas adalah 1,88 ppm, artinya
pada konsentrasi 1,88 ppm HgCl2
didapatkan kematian 50% hewan uji
dalam waktu pemaparan 96 jam.
Semakin rendah nilai LC50-96 jam,
menunjukkan semakin tinggi toksisitas
suatu bahan beracun. ISO (1982) dalam
Permana (2010) menyatakan apabila
nilai LC50-96 jam berkisar 1-10 ppm
maka bahan racun tersebut digolongkan
dalam daya racun yang tinggi, sehingga
dalam penelitian ini HgCl2 digolongkan
ke dalam kategori racun yang tinggi.
Penelitian sebelumnya mengenai uji
toksisitas telah banyak dilakukan, nilai
LC50-96 jam HgCl2 terhadap ikan nila
sebesar 1,6 ppm (Yuniar, 2009).
Uji Toksisitas Subletal
Konsentrasi yang digunakan
untuk melihat efek HgCl2 terhadap
profil darah ikan nilem yaitu
konsentrasi di bawah nilai LC50-96 jam
(1,88 ppm). Konsentrasi HgCl2 untuk
uji toksisitas subletal 0% (kontrol),
10%, 20%, 30% dan 40% dari 1,88 ppm
yaitu 0 ppm, 0,188 ppm, 0,376 ppm,
0,564 ppm dan 0,752 ppm. Penentuan
persentase konsentrasi uji toksisitas
subletal mengacu pada Hastuti (1985)
dalam Rudiyanti dan Astri (2009).
Jumlah Leukosit
Hasil perhitungan leukosit pada
masing-masing
perlakuan
selama
penelitian uji toksisitas subletal dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Nilai kisaran dan rataan
(sel/mm3 Stdev) perhitungan

leukosit ikan mas pada uji


toksisitas subletal HgCl2
Konsentrasi
HgCl2
Kontrol
0,188 ppm
0,376 ppm
0,564 ppm
0,752 ppm

Kisaran
98.000115.550
98.200162.750
137.600180.250
150.500162.500
198.000224.000

dengan
leukositosis,
sedangakan
penurunan jumlah leukosit di dalam
sirkulasi disebut dengan leukopenia
(Effendi,
2003;
Erika,
2008).
Leukositosis
terjadi
karena
meningkatnya sel leukosit jenis
heterofil.
Peningkatan
persentase
heterofil ini diduga disebabkan karena
adanya bahan asing yang masuk ke
dalam tubuh, dan juga adanya stress
pada ikan.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah leukosit ikan mas pada
kontrol dan konsentrasi 0,188 ppm
masih termasuk kisaran normal,
sedangkan konsentrasi HgCl2 sebesar
0,376 ppm, 0,564 pmm, 0,752 pmm
menunjukkan kisaran nilai leukosit
yang melebihi kisaran normal pada ikan
mas. Leukosit pada ikan mas jumlahnya
sekitar
32.000-146.000
sel/mm3
(Rahardjo et al., 2011).

Rataan
Stdev
105.817
8930,6
134.983
33206,2
155.450
22158,1
157.167
6110,1
211.833
13079,9

Secara
umum
untuk
membandingkan nilai rataan leukosit
yang diperoleh pada masing-masing
perlakuan, dapat dilihat pada gambar 2.

Jumlah Eritrosit
Hasil perhitungan eritrosit pada
masing-masing
perlakuan
selama
penelitian uji toksisitas subletal dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Nilai kisaran dan rataan
(sel/mm3 Stdev) perhitungan
eritrosit ikan mas pada uji
toksisitas subletal HgCl2

Gambar 2. Nilai rataan leukosit ikan


mas pada uji toksisitas
subletal HgCl2
Berdasarkan gambar 2 konsentrasi
yang berbeda nyata (P>0,05) (huruf
yang berbeda) dapat diartikan HgCl2
memberikan pengaruh yang nyata
terhadap peningkatan jumlah leukosit.
Konsentrasi yang tidak berbeda nyata
(P<0,05) (huruf yang sama) dapat
diartikan
bahwa
HgCl2
tidak
berpengaruh terhadap jumlah leukosit
ikan mas. Hal ini dikarenakan ikan mas
telah beradaptasi dengan HgCl2 yang
diberikan selama waktu pendedahan.
Secara
keseluruhan
jumlah
leukosit mengalami pola peningkatan.
Peningkatan jumlah leukosit pada
semua perlakuan menandakan adanya
perlawanan tubuh ikan mas terhadap
senyawa HgCl2. Peningkatan jumlah
leukosit di dalam sirkulasi disebut

Konsentrasi
HgCl2
Kontrol
0,188 ppm
0,376 ppm
0,564 ppm
0,752 ppm

Kisaran
1.600.0001.860.000
860.0001.040.000
870.0001.080.000
650.0001.070.000
600.000780.000

Rataan
Stdev
1.726.667
130.128,1
950.000
90.000
966.667
105.978,4
820.000
221.133,4
683.333
90.737,7

Secara
umum
untuk
membandingkan nilai rataan eritrosit
yang diperoleh pada masing-masing
perlakuan, dapat dilihat pada gambar 3.

Hasil perhitungan hematokrit


pada masing-masing perlakuan selama
penelitian uji toksisitas subletal dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Nilai kisaran, rataan dan
standar deviasi perhitungan
hematokrit ikan mas pada uji
toksisitas subletal HgCl2
Konsentrasi
HgCl2
Kontrol
0,188 ppm
0,376 ppm
0,564 ppm
0,752 ppm

Gambar 3. Nilai rataan eritrosit ikan


mas pada uji toksisitas
subletal HgCl2
Berdasarkan gambar 3 konsentrasi
yang berbeda nyata (P>0,05) (huruf
yang berbeda) dapat diartikan HgCl2
memberikan pengaruh yang nyata
terhadap penurunan jumlah eritrosit.
Konsentrasi yang tidak berbeda nyata
(P<0,05) (huruf yang sama) dapat
diartikan
bahwa
HgCl2
tidak
berpengaruh terhadap jumlah eritrosit
ikan mas. Hal ini dikarenakan ikan mas
telah beradaptasi dengan HgCl2 yang
diberikan selama waktu pendedahan.
Nilai rataan eritrosit dalam darah ikan
mas menunjukkan bahwa nilai tertinggi
adalah 1.726.667 sel/mm3 pada ikan
mas perlakuan kontrol, sedangkan nilai
terendah adalah 683.333 sel/mm3 pada
ikan mas perlakuan 0,752 ppm.
Secara
keseluruhan
jumlah
eritrosit mengalami pola penurunan.
Berkurangnya jumlah eritrosit diduga
berkaitan dengan kerusakan sel-sel
darah akibat pengaruh radikal bebas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah
eritrosit
adalah
spesies,
perbedaan induk (genetik), kondisi
nutrisi, aktivitas fisik, dan umur
(Dellman dan Brown, 1989 dalam
Utami, 2009). Berkurangnya jumlah
eritrosit juga disebabkan karena
terjadinya hemolisis dan anemia pada
ikan (Ishikawa et al., 2007).

Kisaran
36-39%
12-15%
10-18%
11-14%
10-14%

Rataan Stdev
37,3 1,53%
13,3 1,53%
15 4,36%
12,7 1,53%
12,3 2,08%

Secara
umum
untuk
membandingkan nilai rataan hematokrit
yang diperoleh pada masing-masing
perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Nilai rataan hematokrit ikan


mas pada uji toksisitas
subletal HgCl2
Berdasarkan gambar 4 konsentrasi
yang berbeda nyata (P>0,05) (huruf
yang berbeda) dapat diartikan HgCl2
memberikan pengaruh yang nyata
terhadap penurunan nilai hematokrit.
Konsentrasi yang tidak berbeda nyata
(P<0,05) (huruf yang sama) dapat
diartikan
bahwa
HgCl2
tidak
berpengaruh terhadap nilai hematokrit
ikan mas. Hal ini dikarenakan ikan mas
telah beradaptasi dengan HgCl2 yang
diberikan selama waktu pendedahan.
Nilai rataan hematokrit dalam
darah ikan mas dengan perlakuan HgCl2
dan kontrol menunjukkan bahwa nilai
rataan tertinggi sebesar 37,3% pada ikan
mas perlakuan kontrol, nilai terendah

Nilai Hematokrit

adalah 12,3% pada ikan mas perlakuan


HgCl2 0,752 ppm. Nilai hematokrit
berhubungan dengan jumlah sel darah
merah (Bond, 1979), nilai hematokrit
selalu berubah-ubah tergantung kepada
faktor nutrisi dan umur (Randall, 1970
dalam Yuniar, 2009). Selain itu, juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin,
perbedaan ukuran tubuh, spesies,
konsentrasi zat uji dan waktu
pemaparan (Ishikawa et al., 2007).
Perubahan nilai hematokrit dapat
menggambarkan
adanya
tekanan
fisiologis
terhadap
ikan
atau
kemampuan oksigen yang dapat
diangkut oleh darah. Hal ini disebabkan
karena ikan mengalami hipoksia
sebagai akibat dari paparan HgCl2.
Hipoksia pada ikan disebabkan oleh
hiperplasia dalam lamela sekunder
insang (Ishikawa et al., 2007).
Hemoglobin yang berfungsi sebagai
transpor O2 dan CO2 menjadi terhambat,
dan naik atau turunnya kadar
hemoglobin akan diikuti oleh angka
hematokrit (Souza dan Rodriguez,
2007).

Method for The Examination of


Water and Weste Water. 21th
Edition. American Public Health
Association Inc, New York.
10.900 hal.
Bond, C. E. 1979. Biology of Fishes.
Sauders
College
Publishing.
Philadelpia. 514 hal
Conell, D. W., Miller, J. G. 1995. Kimia
dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Penerjemah Yanti Koestoer. UI.
Press, Jakarta. 520 hal.
Darmono. 2010. Lingkungan Hidup dan
Pencemaran:
Hubungannya
dengan Toksikologi Senyawa
Logam. UI-Press, Jakarta. 179 hal.
Destiany, M. 2007. Pengaruh Pemberian
Merkuri
Klorida
Terhadap
Struktur Mikroanatomi Hati Ikan
Mas. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang, Semarang. 49 hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan
Lingkungan
Perairan.
Kanisius, Yogyakarta. 257 hal.
Effendi, Z. 2003. Peranan Leukosit
Sebagai Anti Inflamasi Alergik
dalam Tubuh. Bagian Histologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara. 8 hal.
Erika, Y. 2008. Gambaran Diferensiasi
Leukosit pada Ikan Mujair
(Oreochromis mossambicus) di
Daerah Ciampea Bogor. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Hewan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
23 hal.
Gitarama, A. M. 2012. Uji Toksisitas
Lethal dan Sublethal Limbah Cair
Industri
Penyamakan
Kulit
terhadap Ikan Nilem (Osteochilus
hasselti). Skripsi. Fakultas Sains
dan
Teknik.
UNSOED,
Purwokerto. 67 hal.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan untuk
SMK. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
499 hal.

SIMPULAN
Berdasarkan
hasil
dan
pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa nilai toksisitas letal (LC50-96
jam) HgCl2 pada ikan mas (Cyprinus
carpio L.) yaitu sebesar 1,88 ppm dan
toksisitas subletal HgCl2 berpengaruh
terhadap perubahan profil darah ikan
mas (Cyprinus carpio L.) yaitu
menurunkan jumlah eritrosit dan
hematokrit serta meningkatkan jumlah
leukosit.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Attar, A. M. 2005. Changes in
Haematological Parameters of the
Fish,
Oreochromis
niloticus
Treated
with
Sublethal
Concentration of Cadmium. Pak.
J. Biol. Sci., 8 (3): 421-424.
APHA (American Public Health
Association). 2005. Standard
9

Ishikawa, N. M., Maria, J. T. R. P.,


Julio, V. L., Cludia, M. F. 2007.
Hematological Parameters in Nile
Tilpia, Oreochromis niloticus
Exposed
to
Sub-lethal
Concentrations
of
Mercury.
Brazilian archives of Biology and
technology, 5 (4): 619-626.
Muhammad, F. 2002. Penentuan
Toksisitas Air Limbah dengan
Indikator Ikan Tombro (Cyprinus
carpio). Majalah Ilmiah Biologi
BIOMA, 4 (2): 54-58.
Nuryanto, A. 2001. Morfologi, Kariotip
dan Pola Protein Ikan Nilem
(Osteochilus sp.) dari Sungai
Cikawung dan Kolam Budidaya
Kabupaten
Cilacap.
Tesis.
Program Pasca Sarjana IPB,
Bogor.
Permana, I. 2010. Uji Toksisitas Akut
Limbah Tekstil terhadap Daphnia
magna
(Cladocerans
:
Crustacea). Jurusan Pendidikan
Biologi.
Fakultas
MIPA.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung. 57 hal.
Prayitno, T. 2010. Uji Toksisitas (LC50
96 Jam dan Subletal) Karbofuran
Insektisida Terhadap Ikan Mas
(Cyprinus
carpio),
Tawes
(Puntius javanicus) dan Nila
(Oreochromis niloticus). Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknik.
UNSOED, Purwokerto. 76 hal.
Rahardjo, M.F., Djadja, S. R. A.,
Sulistiono. 2011. Iktiology. Lubuk
Agung, Bandung. 396 hal.
Rompas, R. M. 2010. Toksikologi
Kelautan. Sekretariat Dewan
Kelautan Indonesia, Jakarta. 338
hal.
Rudiyanti, S., Astri, D. E. 2009.
Pertumbuhan dan Survival Rate
Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn)
pada
Berbagai
Konsentrasi
Pestisida Reagent 0,3 G. Jurnal
Saintek Perikanan, 5 (1): 39-47.

Setijaningsih, L. 2010. Pencemaran


Logam Berat di Perairan Waduk
Cirata Jawa Barat. Prosiding
Seminar Nasional Limnologi V:
681-690.
Shah, L. S. 2010. Hematological
changes in Tinca tinca after
exposure to lethal and Sublethal
doses of Mercury, Cadmium and
Lead.
Iranian
Journal
of
Fisheries Sciences, 9 (3): 434443.
Souza, P.C dan Bonilla-Rodriguez G.O.
2007.
Fish
Hemoglobins.
Brazilian Journal of Medical and
Biological Research, 40 : 769778.
Utami, W. P. 2009. Efektivitas Ekstrak
Paci-Paci Leucas lavandulaefolia
yang Diberikan Lewat Pakan
untuk
Pencegahan
dan
Pengobatan Penyakit Mas Motile
Aeromonas Septicemia pada Ikan
Lele Dumbo Clarias sp. Skripsi.
Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
119 hal.
Yosmaniar.
2009.
Toksisitas
Niklosamida
Terhadap
Pertumbuhan, Kondisi Profil
darah dan Hispatologi Juvenil
Ikan Mas (Cyprinus carpio).
Tesis. Sekolah Pasca Sarjana.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
78 hal.
Yuniar, V. 2009. Toksisitas Merkuri
(Hg)
Terhadap
Tingkat
Kelangsungan
Hidup,
Pertumbuhan, Gambaran Darah
dan Kerusakan Organ Pada Ikan
Nila (Oreochromis niloticus).
Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Kelautan.
Institut
Pertanian
Bogor, Bogor. 73 hal.

10

Anda mungkin juga menyukai