Anda di halaman 1dari 10

MASTOIDITIS

BAB I
PENDAHULUAN
Rongga telinga tengah dan rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad
antrum. Oleh karena itu, infeksi kronis telinga tengah yang sudah berlangsung lama biasanya
disertai infeksi kronis di rongga mastoid. Infeksi rongga mastoid dikenal dengan Mastoiditis.
Beberapa ahli menggolongkan Mastoiditis ke dalam komplikasi Otitis Media Supuratif
Kronik (OMSK).1 Suatu penelitian yang dilakukan oleh Lin YS menemukan bahwa
komplikasi terbanyak dari Otitis Media Supuratif Kronik adalah Mastoiditis (14%-74%).2
Mastoiditis terbagi menjadi dua, yaitu Mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis akut
biasanya berhubungan dengan Otitis Media Akut (OMA) dan merupakan komplikasi yang
serius. Penyakit ini lebih banyak mengenai anak-anak terutama anak yang berusia < 4
tahun.3,4 Sedangkan mastoiditis kronis biasanya lebih berhubungan dengan OMSK dan
terutama dengan formasi kolesteatoma. Kolesteatoma merupakan agregasi epitel skuamous
jinak yang dapat tumbuh dan mengubah struktur dan fungsi normal dari jaringan lunak dan
tulang disekitar.3 Komplikasi dari Otitis Media Akut dan Kronis ini dapat menyebabkan
morbiditas yang besar dan bahkan mortalitas karena infeksinya dapat berkembang menjadi
abses Periostitis dan Subperiosteal atau dapat menyebabkan infeksi intrakranial yang lebih
serius.5,6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatomi Telinga Tengah
Telinga tengah merupakan suatu ruang di tulang temporal yang terisi oleh udara dan
dilapisi oleh membran mukosa. Pada bagian lateral, telinga tengah berbatasan dengan
membran timpani, sedangkan pada bagian medial berbatasan dengan dinding lateral telinga
dalam. Teinga tengah terdiri dari dua bagian, yaitu kavum timpani yang secara langsung
berbatasan dengan membran timpani dan resessus epitimpanika pada bagian superior. Telinga
tengah terhubung dengan area mastoid pada bagian posterior dan nasofaring melalui suatu
kanal yang disebut tubaEustachiu pada bagian anterior. Transmisi getaran dari membran
timpani melalui telinga tengah ke telinga dalam dapat tercapai oleh adanya tulang-tulang
pendengaran yang dapat bergerak dan saling terhubung. Tulang-tulang ini disebut juga
osikulus auditorius, yaitu Malleus (terhubung dengan membran timpani), Incus (terhubung
denganMalleus melalui persendian sinovial), dan Stapes (terhubung dengan Incus melalui
persendian sinovial dan melekat pada bagian lateral telinga dalam pada jendela Oval).
Osikulus auditorius tersebut berfungsi untuk mentransmisikan getaran suara dari membran
timpani ke telinga dalam.7,8

Ada beberapa daerah yang berdekatan dan secara langsung terhubung dengan telinga
tengah. Kedua daerah ini adalah Antrum Mastoid dan tuba Eustachius. Berbeda dengan yang
lain, kedua area ini tidak memiliki membran pembatas sehingga langsung terhubung dengan
telinga tengah. Area mastoid yang berada di dekat telinga tengah adalah antrum mastoid
yang merupakan kavitas yang terisi dengan sel-sel mastoid yang berisi udara di sepanjang
pars mastoideus dari tulang temporal, termasuk bagian prossessus mastoideus. Sesuai
dengan yang disebutkan diatas, antrum mastoid berhubungan dengan resessus epitimpanika
pada bagian posterior melalui aditus. Antrum mastoid juga berbatasan dengan fossa kranial
media hanya oleh tegmen timpani. Membran mukosa yang melapisi sel udara mastoid
bersambungan dengan membran mukosa yang melapisi telinga tengah. Oleh karena itu, otitis
media dapat dengan mudah menyebar ke area mastoid.8

Gambar 2. Anatomi Telinga Tengah8

B.

Definisi
Mastoiditis merupakan suatu infeksi pada rongga mastoid dari tulang
temporal.1,3,9 Karena mastoid berbatasan dan suatu perluasan dari telinga tengah, sehingga
pada kenyataannya setiap anak atau orang dewasa dengan Otitis Media Akut (OMA) atau
penyakit inflamasi kronik pada telinga tengah akan mengalami mastoiditis.3

Gambar 3. Mastoiditis3,9
C. Epidemiologi
Mastoiditis biasanya terjadi pada anak. Sebelum adanya antibiotik, mastoiditis
merupakan salah satu penyebab utama kematian pada anak-anak.9 Insidensi Matoiditis
sangatlah bervariasi di seluruh dunia. Insiden Mastoiditis rata-rata 4 kasus per 100.000 anak
setiap tahunnya dengan usia diatas 5 tahun. Beberapa penelitian epidemiologi di Amerika
Utara dan di Inggris menunjukkan bahwa insiden dari Mastoiditis adalah kurang dari 2 kasus
per 100.000 anak setiap tahunnya, angka ini sedikit meningkat pada penelitian di
Scandinavia. Pada tahun 2007, Kvaerner et almelaporkan insidens dari Mastoiditis adalah
4,3-7,1 kasus per 100.000 anak berusia 2-16 tahun. Di negara-negara Eropa Selatan, terdapat
beberapa penelitian tentang Mastoiditis pada pasien yang berjumlah sedikit, tetapi tidak
terdapat hasil epidemiologis yang resmi.3,10
D. Etiologi
Mastoiditis biasanya disebabkan oleh infeksi telinga tengah. Infeksi ini mungkin
menyebar dari telinga ke tulang mastoid dari tengkorak. Tulang mastoid terisi oleh bahanbahan infeksious dan struktur seperti sarang lebah ini dapat mengalami
kerusakan.9 Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau pada mereka yang
mengabaikan Otitis Media Akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan
virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan
penyebab Otitis Media Akut.11 Organisme penyebab yang paling umum pada Mastoiditis
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza,Branhamella catarralis dan
Haemolityc streptococcus. Organisme-organisme ini biasanya menyebabkan infeksi
monobakterial pada Otitis Media dengan inflamasi mukoperiosteum di telinga tengah,
pembengkakan, dan hiperplasia mukosa.12
E.

Faktor Resiko
Mastoiditis biasanya berasal dari infeksi di telinga tengah. Penyakit ini merupakan
komplikasi tersering dari Otitis Media, tapi insidensinya secara keseluruhan masih rendah.
Faktor patogenik yang berperan penting adalah derajat pneumatisasi mastoid, virulensi dari
organisme yang menginfeksi, status imun dari host, dan terapi antibiotik yang telah terbukti
untuk Otitis Media. Terapi antibiotik yang tidak adekuat dapat menjadi predisposisi dari
Mastoiditis.13 Mastoiditis lebih sering terjadi di laki-laki yang berusia antara 1 sampai 3
tahun.12

F. Patogenesis
Tahap-tahap patologis yang berperan dalam perkebangan Mastoiditis adalah sebagai
berikut:12
Penutupan aditus ad antrum
Eksudat terperangkap dalam sel mastoid
Penyebaran pus atau eksudat ke periosteum melalui vena di mastoid dan membentuk abses
subperiosteal mastoid
Demineralisasi dari septa tulang dan osteonekrosis dari dinding mastoid yang mencair
Terbentuk rongga besar yang berisi nanah.
Progresivitas dari Mastoiditis terdiri dari 5 tahap dan mungkin dapat bertahan pada salah
satu tahap tertentu, sebagai berikut:3
Hiperemis pada dinding mukosa dari sel udara mastoid
Transudasi dan eksudasi dari cairan dan/atau pus dalam sel
Nekrosis dari tulang sebagai akibat hilangnya vaskularitas septa
Dinding sel menghilang dengan penggabungan dalam ruang abses
Penyebaran proses inflamasi ke area disekitar
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Mastoiditis adalah nyeri telinga yang menetap dan berdenyut,
otore (keluar cairan dari dalam telinga), sakit kepala, dan terjadi penurunan pendengaran.
Otore yang persisten lebih dari 3 minggu merupakan tanda yang menetap yang menunjukkan
adanya keterlibatan dari mastoid. Nyeri biasanya terlokalisasi di dalam atau di belakang
telinga dan biasanya bertambah parah pada malam hari. Nyeri yang menetap merupakan
tanda peringatan dari penyakit mastoid. Tanda-tanda ini mungkin sulit dievaluasi pada pasien
yang masih sangat muda. Pendengaran yang menurun biasanya umum terjadi.3,9
Selain itu, juga terdapat tanda-tanda seperti demam, tenderness di daerah mastoid,
pembengkakan regio postaurikular dengan hilangnya sulkus dan pinna terdorong ke bawah
depan, atap meatal atau dinding posterior menurun, membran timpani bisa perforasi dan
mengeluarkan banyak sekret, atau bisa hiperemis dan bulging.9,14

Gambar 4. Anak dengan Mastoiditis pada Telinga Kiri14

H. Diagnosis
Trias klasik dari Mastoiditis, terdiri dari aurikel yang menojol dengan pembengkakan
retroaurikuler, tendernessdi daerah mastoid dan otore. Mastoiditis harus dicurigai pada kasus
dimana OMA gagal membaik atau bahkan memburuk lebih dari periode 2-3 minggu. Pada
pemeriksaan otoskopi, akan terlihat tanda-tanda dari otitis media akut atau subakut dengan
atau tanpa perforasi membran timpani. Dinding posterior dari meatus akustikus eksternus
dapat menjadi eritematous dan membengkak (dinding posterior kanal menurun). Diagnosis
yang terbaik adalah menggunakan CT-Scan karena dapat juga mendeteksi komplikasi lainnya
dengan baik. Selain sel udara mastoid dan ruang telinga tengah terlihat berawan, CT-Scan
juga dapat memperlihatkan erosi pada struktur tulang mastoid. Parameter inflamasi seperti
WBC (Whole Blood Cell count), CRP (C-Reactive Protein), dan Laju endap darah meningkat
secara nyata. Kultur dari cairan yang keluar dari telinga juga dapat dilakukan untuk
mengetahui bakteri yang menginfeksi.9,13
I. Diagnosis Banding
Otitis eksterna dengan abses di belakang telinga dapat menyerupai Mastoiditis
(pseudomastoiditis).
Inflamasi
limfe
nodus
retroaurikuler
juga
dapat
menyebabkan tenderness dan pembengkakan pada mastoid seperti yang terlihat pada
Mastoiditis. Tumor dari tulang Temporal seperti Granuloma eosinofil, Sarkoma, metastase
(Carsinoma mammae, Carcinoma bronkial, tumor renal), dan Limfoma dapat juga
menyerupai manifestasi klinis dari Mastoiditis.13
J.

1.

Tatalaksana
Mastoiditis mungkin sulit untuk diterapi karena obat-obatan mungkin tidak dapat
mencapai cukup dalam sampai ke tulang mastoid. Hal ini membutuhkan terapi yang berulang
atau terapi jangka panjang. Infeksi ini diterapi dengan antibiotik intravena kemudian diberi
antibiotik oral. Antibiotik yang dapat diberikan seperti Penisilin, Ceftriaxon, dan
Metronidazol selama 14 hari. Bila gambaran radiologis memperlihatkan hilangnya pola
trabekular atau adanya progresivitas dari penyakit, maka harus dilakukan Mastoidektomi
lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi serius seperti Petrositis, Labirintitis,
Meningitis, dan Abses otak. Mastoidektomi ini dapat dilakukan jika terapi antibiotik tidak
berhasil. Miringotomi juga dapat dilakukan untuk mengobati infeksi telinga tengah.9,11
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan Mastoiditis kronis, baik tipe aman atau bahaya, antara lain:1
Mastoidektomi Sederhana (Simple Mastoidectomy)
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe aman yang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan tindakan operasi ini, dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya adalah agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini
fungsi pendengaran tidak diperbaiki.

Gambar 5. Mastoidektomi sederhana13


2.

Mastoidektomi Radikal
Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe bahaya dengan infeksi atau Kolesteatoma yang
sudah meluas. Pada operasi ini, ronnga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua
jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan. Tujuan
operasi ini adalah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke
intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini adalah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien.
Modifikasi operasi ini adalah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta
membuat meatoplasti yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat
cacat anatomi, yaitu meatus liang telinga luar menjadi lebar.

Gambar 6. Mastoidektomi Radikal dan Pelebaran Meatus setelah Mastoidektomi13,15


3.

Mastoidektomi Radikal dengan modifikasi (Operasi Bondy)


Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan Kolesteatoma di daerah atik, tetapi belum
merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
telinga direndahkan. Tujuan operasi ini adalah untuk mebuang semua jaringan patologik dari
rongga mastoid dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.
Jenis operasi yang dilakukan diatas, tergantung pada luasnya infeksi atau Kolesteatom,
sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau luas
kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau
modifikasinya.1

K. Komplikasi
Komplikasi otogenik lain dapat terjadi akibat dari Mastoiditis, dan juga resiko untuk
terjadinya komplikasi tambahan lain juga meningkat. Komplikasi yang berpotensi untuk
terjadi sebagai akibat dari Mastoiditis, dapat dilihat pada gambar berikut.13

Gambar7. Komplikasi Mastoiditis13

Abses dapat terbentuk dibawah kulit (abses subperiosteal), pada jaringan otot
(abses Bezold di m. Sternocleidomastoideus), atau intrakranial. Infeksi juga dapat
menyebabkan Meningitis atau septic thrombosis dari Sinus sigmoid.13
L.

Prognosis
Mastoiditis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dengan terapi yang cepat dan
tepat. Tetapi, penyakit ini dapat menjadi sulit untuk diterapi dan dapat berulang.9

BAB III
PENUTUP
Mastoiditis merupakan infeksi yang terjadi di rongga Mastoid. Penyakit ini biasanya
disebabkan oleh karena asalnya infeksi pada telinga tengah. Rongga telinga tengah dan
rongga mastoid berhubungan langsung melalui aditus ad antrum. Mastoiditis dapat terjadi
pada pasien-pasien imunosupresi atau pada mereka yang mengabaikan Otitis Media Akut
yang dideritanya. Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab Otitis
Media Akut.
Manifestasi klinis dari Mastoiditis adalah nyeri telinga yang menetap dan berdenyut,
Otore (keluar cairan dari dalam telinga), sakit kepala, dan terjadi penurunan pendengaran.
Untuk mendiagnosis Mastoiditis, dapat diperhatikan adanya trias klasik dari Mastoiditis yang
terdiri dari aurikel yang menojol dengan pembengkakan retroaurikuler, tenderness di daerah
mastoid dan otore. Selain itu, juga dapat dilakukan pemeriksaan Otoskopi maupun
pemeriksaan penunjang lain seperti CT-Scan, WBC (Whole Blood Cell count), CRP (CReactive Protein), dan Laju endap darah.
Infeksi ini diterapi dengan antibiotik intravena kemudian diberi antibiotik oral. Antibiotik
yang dapat diberikan seperti Penisilin, Ceftriaxon, dan Metronidazol selama 14 hari. Jika
terapi antibiotik tidak berhasil, maka dapat dilakukan Mastoidektomi. Mastoidektomi juga
dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi serius seperti Petrositis, Labirintitis, Meningitis,
dan Abses otak. Miringotomi juga dapat dilakukan untuk mengobati infeksi telinga tengah.

DAFTAR PUSTAKA
1.

2.
3.

Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J, Restuti RD, editor. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2011. h.72-73.
Lin YS, Lin LC, Lee FP, Lee KJ. The Prevalence of Chronic Otitis Media and Its
Complication Rates in Teenagers and Adult patients. Otolaryngology Head Neck Surgery.
2010: 40(2); 165-170.
Devan PP. Mastoiditis. [Online]. 2014 August 12 [cited on 2014 August 24]. Available from:

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

URL: http://emedicine.medscape.com/article/966099-overview
Aziz MA, Hoshy H. Acute Mastoiditis: A One Year Study in The Pediatric Hospital of Cairo
University. BMC Ear, Nose, & Throat Disorders. 2010: 10; 1-6.
Cummings CW, Flint PW, Harker LA, Haughey BH, Richardson MA, Robbins KT, et
al. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th ed. USA: Elsevier; 2007.
Lalwani AK. Current Diagnosis & Treatment in Otolaryngology - Head & Neck Surgery.
USA: Mc Graw Hill; 2004.
Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. 13th ed. USA: John Wiley
& Sons, Inc; 2012.
Standring S. Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. 39th ed. Spain:
Elsevier; 2008.
Vorvick LJ. Mastoiditis. [Online]. 2012 August 30 [cited on 2014 August 10]. Available
from:
URL: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003016.htm
Djeric DR, Folic MM, Blazic SR, Djoric IB. Acute Mastoiditis in Children as Persisting
Problem. The Journal of International Advanced Otology. 2014: 10(1); 60-3.
Adams GL, Boies LR, Higler PH. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC;
1997.
Tarantino V, DAgostino R, Taborelli G, Melagrana A, Porcu A, Stura M. Acute Mastoiditis:
A 10 year Retrospective Study. International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology. 2002:
66; 143-8.
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology: A Step by Step Learning Guide. New
York: Thieme; 2006.
Bull PD. Lecture Notes on Disease of The Ear, Nose and Throat. 9th ed. India: Blackwell
Science Ltd; 2002.
Bull TR. Color Atlas of ENT Diagnosis. 4th ed. New York: Thieme; 2003.

Chole RA, Sudhoff HH. Chronic otitis media, mastoiditis, and petrositis. In: Flint PW, Haughey BH, Lund LJ, et al,
eds. Cummings Otolaryngology: Head & Neck Surgery. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Mosby; 2010:chap 139.
Lambert PR. Mastoidectomy. In: Cummings CW, Flint PW, Haughey BH, et al, eds. Otolaryngology: Head & Neck
Surgery. 5th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Mosby; 2010:chap 142.

Anda mungkin juga menyukai