Anda di halaman 1dari 73

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.Keluhan sensorik yang dinyatakan
seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, cangkeul, dan seterusnya dapat dianggap sebagai
modalitas nyeri.
Walaupun rasa nyeri hanya salah satu rasa protopatik (primer), namun pada
hakekatnya apa yang tersirat dalam rasa nyeri itu adalah rasa majemuk yang diwarnai oleh
nyeri, panas / dingin dan rasa tekan.
Pada peninjauan selanjutnya nyeri harus dimengerti sebagai pengertian yang
mewwakili rasa majemuk, yaitu kombinasi segala komponen rasa protopatik (kepekaan
terhadap rangsangan sakit dan suhu yang daya pembedanya rendah atau dikurangi).
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Apabila
seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan beubah (Muttaqin A., 2008).
Nyeri dapat digolongkan ke dalam tiga jenis utama : tertusuk, terbakar, dan aching
pain. Istilah lain yang digunakan untuk melukiskan berbagai jenis nyeri termasuk nyeri
berdenyut, nyeri memualkan, nyeri kram, nyeri tajam, nyeri elektris, dan sebagainya,
kebanyakan sudah diketahui oleh hampir setiap orang.
1. Nyeri tertusuk : dirasakan bila suatu jarum ditusukkan ke dalam kulit atau bila
kulit dipotong dengan pisau. Ia juga sering dirasakan bila daerah kulit yang luas
mengalami iritasi kuat.
2. Nyeri terbakar : seperti dinyatakan oleh namanya, jenis nyeri yang dirasakan bila
kulit terbakar. Ia dapat nyeri sekali dan merupakan jenis nyeri yang paling besar
kemungkinan untuk menyebabkan penderitaan.
3. Aching pain : tidak dirasakan di permukaan tubuh, tetapi merupakan suatu nyeri
dalam dengan berbagai tingkat gangguan. Aching pain dengan intensitas rendah di
daerah tubuh yang tersebar luas dapat bersatu menjadi suatu sensasi yang sangat
tidak enak (Guyton, 1991).
1

1.1.

Nyeri Dada

Nyeri dada memiliki karakteristik yaitu rasa yang tidak nyaman yang terjadi pada area
sekitar toraks atau diyakani berasal dari bagian struktur tubuh yang terlokalisasi.Adanya
tanda-tanda nyeri hebat yang dialami oleh penderita, dapat mengancam jiwa penderita.Dalam
menegakkan diagnosa nyeri dada seringkali terasa kompleks atau samar-samar dan hal ini
disebabkan karena lokasi anatomi yang kurang jelas.
Nyeri dapat timbul dari berbagai rongga viscera pada rongga toraks dan secara
kualitatif hampir sama dengan dengan dinding dada dan menunjukkan tumpang tindih pada
pola rujukan, lokasi, dan kualitas, dan letaknya yang berdekatan dengan beberapa organ dan
menimbulkan berbagai persepsi rasa nyeri pada bagian visera yang dimaksud.
Berikut ini merupakan macam-macam nyeri dada :
a. Nyeri iskemik miokard tipikal (nyeri jantung)
Iskemia miokard adalah diagnosis klinis, yang dibuat berdasarkan anamnesis dan
didukung

oleh

ditemukannya

faktor

risiko

untuk

penyakit

coroner

atermatosa.Terdapat dua nyeri dada iskemik yaitu angina dan infark miokard.
b. Nyeri pleuritik
Nyeri pleuritik adalah nyeri dada yang tajam, menjepit, dieksaserbasi oleh
respirasi, khususnya inspirasi dalam.Bila berat, penderita harus bernapas pendekpendek untuk mengurangi nyeri. Ada dua penyebab : nyeri pelural dan nyeri
perikardial.
Nyeri pleural : merupakan jenis pleuritis yang dirasakan di salah satu sisi dada, tidak
dipengaruhi oleh posisi tubuh. Bisa terdengar pleural rub. Diagnosis ditegakkan
dengan menemukan gejala dan tanda lain yang berhubungan. Pleuritis terjadi
pneumonia (demam, batuk, takipnea, sianosis, tanpa pernapasan bronkial) dan
pneumotoraks (tidak terdengar suara napas).
Nyeri perikardial : seperti peluritis, nyeri perikardial diperberat oleh inspirasi dalam,
namun lokasinya di dada bagian tengah, dipengaruhi oleh posisi tubuh, biasanya lebih
berat bila berbaring dan berkurang bila duduk. Bisa tedengar pericardial rub pada
auskultasi, yang bisa berhubunga dengan posisi, agak terlokalisir atau intermiten.
Pericarditis terjadi pada infeksi virus, pasca infark miokard dan pada penyakit
autoimun.

c. Nyeri dada muskuloskeletal


Sangat sering dijumpai.Bisa disertai adanya riwayat cedera fisik atau latihan berat,
walaupun cukup jarang.Nyeri dipicu oleh pergerakan lengan / dada, dan berlangsung
berjam-jam.Walaupun nyeri bisa diperberat dengan aktivitas, istirahat tidak segera
mengurangi nyeri.Pada pemeriksaan fisis bisa dijumpai nyeri local.Diagnosis ini
harus dipertimbangkan segera setelah diagnosis yang lebih serius disingkirkan, karena
nyeri dinding dada bisa menyertai penyakit koroner.
d. Nyeri gastroesofagus
Beberapa nyeri gastrointestinal bisa disalahartikan sebagai nyeri jantung.
1. Refluks esophagus menyebabkan rasa terbakar di retrosternal, berjalan dari
epigastrium ke atas. Bisa disertai dengan sering bersendawa, odinofagia, atau jika
terjadi striktur, disfagia. Refluks khususnya sering terjadi pada orang dengan
obesitas dan merokok, sama seperti koroner.
2. Spasme esophagus sering diawala dengan refluks esophagus, sulit dibedakan
dengan nyeri jantung, karena menyebabkan perasaan sesak / berat di retrosternal
yang bisa menjadi parah. Namun, nyeri ini biasanya berkurang dengan pemberian
antasid cair (misalnya susu) atau minuman dingin (Davey P., 2006).
1.2.

Alat Kesehatan

Alat kesehatan adalah instrument, apparatus, mesin dan/atau implant yang tidak mengandung
obat yabg digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan, dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh. Alat kesehatan dapat juga mengandung obat yang tidak mencapai
kerja utama pada atau dalam tubuh manusia melalui proses farmakologi, imunologi, atau
metabolisme tetapi dapat membantu fungsi yang diinginkan dari alat kesehatan dengan cara
tersebut (Permenkes No 1190 tahun 2010).
Berdasarkan PERMENKES No. 1190 tahun 2010 Tentang Izin Edar Alat Kesehatan
Pasal 3 menyatakan alat kesehatan berdasarkan tujuan penggunaan sebagaimana dimaksud
oleh produsen, dapat digunakan sendiri maupun kombinasi untuk manusia dengan satu atau
beberapa tujuan sebagai berikut:
a. Diagnosis, pencegahan, pemantauan, perlakuan atau pengurangan penyakit;
b. Diagnosis, pemantauan, perlakuan, pengurangan dan kompensasi kondisi sakit;
c. Penyelidikan, penggantian, pemodifiksiam,, mendukung anatau proses
fisiologis;
d. Mendukung atau mempertahankan;
e. Menghalangi pembuahan;
f. Desinfeksi alat kesehatan;
3

g. Menyediakan informasi untuk tujuan medis atau diagnosis melalui pengujian in


vitro terhadap spesimen dari tubuh manusia.
Sertifikat produksi PKRT diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas meliputi:
a) Sertifikat Produksi PKRT Kelas A, yaitu sertifikat yang diberikan kepada pabrik yang
telah menerapkan Cara Pembuatan PKRT yang Baik secara keseluruhan sehingga
diizinkan untuk memproduksi PKRT kelas I, kelas II, dan kelas III;
b) Sertifikat Produksi PKRT Kelas B, yaitu sertifikat yang diberikan kepada pabrik yang
telah layak memproduksi PKRT kelas I dan kelas II, sesuai ketentuan Cara Pembuatan
PKRT yang Baik; dan
c) Sertifikat Produksi PKRT Kelas C, yaitu sertifikat yang diberikan kepada pabrik yang
telah layak memproduksi PKRT kelas I dan kelas II tertentu, sesuai ketentuan Cara
Pembuatan PKRT yang Baik.
Berdasarkan risiko yang ditimbulkan dalam penggunaan produk alat

kesehatan dibagi

menjadi 4 (empat) kelas yaitu :


1. Kelas I
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya tidak menyebabkan
akibat yang berarti. Penilaian : hanya pada mutu dan produk.
2. Kelas IIa
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan yang
serius. Harus memenuhi persyaratan yang cukup lengkap untuk dinilai tetapi tidak
memerlukan uji klinis.
3. Kelas IIb
Alat kesehatan yang kegagalannya atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang sangat berarti kepada pasien tetapi tidak menyebabkan kecelakaan
yang serius. Harus memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko
dan bukti keamanannya untuk dinilai tetapi tidak memerlukan uji klinis.
4. Kelas III
Alat kesehatan yang kegagalan atau salah penggunaannya dapat memberikan
akibat yang serius kepada pasien atau perawat/operator. Harus mengisi formulir
dan memenuhi persyaratan yang lengkap termasuk analisa resiko dan bukti
keamanannya untuk dinilai serta memerlukan uji klinis.
(Permenkes RI No1190 tahun 2010)

BAB II
JENIS-JENIS PENYAKIT
2.1. Efusi Pleura
Pleura adalah membran tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan pleura
parietalis.Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan mengadakan peneterasi
dengan cabang utama bronkus, arteri, vena bronkialis, serabut saraf dan pembuluh getah
bening.
Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya
hidrotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau
empyema thorachis bila berisi nanah, pneumotoraks bila berisi udara.
Penyebab dari kelainan patologi pada rongga pleura bermacam-macam, terutama
karena infeksi tuberculosis atau non-tuberkulosis, keganasan, trauma dan lain-lain.

Gambar 2.1 Pleura


2.1.1. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan cairan dan protein
dalam rongga pleura.Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler.Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan
osmotic plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial
masuk ke dalam rongga pleura.Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe
sekitar pleura.

Proses penumpukan cairan pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses
radang oleh kuman piogenik akan berbentuk pus / nanah, sehingga terjadi empyema /
piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan
hemotoraks.
Proses terjadinya pneumotoraks karena pecahnya alveoli dekat pleura parietalis
sehingga udara akan masuk ke dalam rongga pleura. Proses ini sering disebabkan oleh
trauma dada atau alveoli pada daerah tersebut yang kurang elastis lagi seperti pada pasien
emfisema paru.
Efusi cairan dapat berbentuk transudat, terjadinya karena penyakit lain bukan karena
primer paru seperti gagal jantung kongestif, sirosis hati, sindrom nefrotik, dialysis
peritoneum, hipoalbunemia oleh berbagai keadaan, pericarditis konstriktiva, keganasan,
atelectasis paru dan pneumotoraks.
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas
kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat
atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis
eksudativa yang paling sering adalah karena Mycobacterium Tuberculosis dan dikenal
sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneuonia, parasit (amuba,
paragonimiosis, ekinokkokus), jamur, pneumonia atipik (virus, mikoplasma, fever,
legionella), keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus, pleuritis rematoid,
sarkoidosis, radang sebab lain seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia dan akibat
radiasi.

2.1.2. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan keluhan (anamnesis) dan pemeriksaan
fisik.Terdapat beberapa tanda dan gejala pada efusi tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tetapi tanda dan gejala yang sering terjadi dyspnea, batuk, dan nyeri dada
pleuritik.
Posteroanterior dan radiograf dari tulang rusuk dada biasanya menunjukkan adanya
dari efusi pleura, tetapi jika tanda-tanda yang ada meragukan untuk dilakukannya
penegakkan diagnosa, maka dapat dilakukan ultrasound atau Computed Tomografi (CT)
Scan untuk menunjukkan adanya efusi yang berukuran kecil sekalipun dan untuk
membedakan cairan pleura dari pleural yang kental.

Gambar 2.2 Radiograf toraks pada kondisi normal

Gambar 2.3 Radiograf toraks pada kondisi pleura


2.2. Pneumonia
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang
disebabkan oleh patogen. Pneumonia dapat terjadi secara primer atau merupakan tahap
lanjutan manifestasi ISNBA (Infeksi Saluran Napas Bawah), misalnya sebagai perluasan
bronkiektasis yang terinfeksi.
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yg mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Gejala yang sering ditemukan pada penderita yang menderita pneumonia berupa
demam, malaise, dan myalgia dan berlajut dengan timbulnya batuk (sputum sedikit),
sesak, dan kadang anoreksia berat, bingung yang berat, dan koma.
2.2.1. Patofisiologi
Proses patogenesis pneumonia terkait 3 faktor yaitu keadaan (imunitas) inang,
mikroorganisme yang menyerang pasien dan lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.

Interaksi ini akan menentukan identifikasi dan bentuk manifestasi dari pneumonia, berat
ringannya penyakit, diagnose empiris, rencana terapi secara empiris serta prognosis dari
pasien.
Cara terjadinya penularan berkaitan dengan jenis kuman, misalnya infeksi melalui
droplet

sering

disebabkan

Streptococcus

pneumonia,

melalui

selang

infus

oleh

Staphylucoccus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh Pseudomonas


aeruginosa dan Enterobacter.Pada masa kini terlihat perubahan pola mikroorganisme
penyebab ISNBA akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dari
penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat yang
menimbulkan perubahan karakteristik kuman.Dijumpai peningkatan pathogenesis/jenis
kuman akibat adanya berbagai mekanisme terutama oleh S.aureus, H.catarrhalis, H.influenza
dan Entereobacteriae, juga oleh bakteri enterik gram negatif.

2.2.2. Diagnosa
Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian terapi yaitu
dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan perkiraan jenis
kuman penyebab infeksi. Dugaan mikroorganisme penyebab infeksi akan mengarahkan
kepada pemilihan terapi empiris antibiotik yang tepat. Seringkali bentuk pneumonia mirip
meskipun disebabkan oleh kuman yang berbeda.Diagnosis pneumonia didasarkan kepada
riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis ditujukan untuk mengetahui kemunginan kuman penyebab yang berhubungan
dengan faktor infeksi:
a. Evaluasi faktor pasien/predisposisi: PPOK (H.influenzae), penyakit kronik (kuman
jamak), kejang/tidak sadar (aspirasi gram negatif, anaerob), penurunan imunitas, (kuman
gram negatif, Pneumocystic carinii, CMV, Legionella, jamur, Mycobacterium),
kecanduan obat bius (Staphylococcus).
b. Lokasi infeksi: PK (Streptococcus pneumonia, H.influenzae, M.pneumoniae), rumah
jompo, PN (Staphylococcus aureus, gram negatif).
c. Usia pasien: bayi (virus), muda (M.pneumoniae), dewasa (S.pneumoniae).
d. Awitan: cepat, akut dengan rusty coloured sputum(S.pneumoniae); perlahan, dengan
batuk, dahak sedikit (M.pneumoniae)
Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berupa demam, sesak
nafas, tanda-tanda konsolidasi paru (perkusi paru yang pekak, ronki nyaring, suara pernafasan
bronchial).Bentuk klasik pada pneumonia komunitas primer berupa bronkopneumonia,
9

pneumonia lobaris, atau pleuropneumonia.Gejala yang tidak khas di jumpai pada pneumonia
komunitas yang sekunder (didahului penyakit dasar paru) ataupun pneumonia nosokomial.
Dapat diperoleh bentuk manifestasi lain infeksi paru seperti efusi pleura, pneumotorks. Pada
pasien pneumonia nokosomial atau dengan gangguan imun dapat dijumpai gangguan
kesadaran oleh hipoksia.Warna, konsistensi dan jumlah sputum penting untuk diperhatikan.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menilai keparahan
penyakit. Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan sebagai berikut:2
a. Analisis gas darah untuk menilai keparahan dan memandu pemberian oksigen.
b. Hitung sel darah-jumlah leukosit 15 x 10 9/L 4 x 109/L merupakan tanda infeksi
bakteri; jumlah sel darah > 20 x 109/L merupakan tanda prognosis yang buruk.
Hemoglobin untuk mendeteksi hemolisis.
c. Ureum, elektrolit, dan tes fungsi hati untuk mencari penyakit ginjal atau hati sebagai
dasar atau penyerta.
d. Pewarnaan Gram dan kultur sputum-tetapi batuk tidak produktif pada pasien, hasilnya
e.
f.
g.
h.

sering negatif, khususnya jika telah diberi antibiotik.


Kultur darah.
Cairan pleura, jika ada, harus diaspirasi untuk kultur.
Serum fase-akut biasanya diambil untuk analisis mikrobiologis lebih lanjut.
Rontgen toraks (sinar X-ray) menunjukkan adanya infiltrat. CT scan lebih sensitif dan
berguna untuk mendeteksi penyakit interstisial, kavitasi, atau empiema.

Gambar 2.4 Radiograf pasien pneumonia oleh infeksi bakteri Pseudomonas aeruginosa
Menunjukkan infiltrasi besar-besaran di bagian paru kanan atas (gambar a) dan konsolidasi
disertai kekruhan pada toraks menggunakan CT scan (gambar b)
2.3. Tuberkulosis
Tuberkulosis
Mycobacterium

adalah

penyakit

tuberculosis,

yang

menular
sebagian

langsung
besar

yang
(80%)

disebabkan
menyerang

oleh
paru-

paru.Mycobacterium tuberculosis termasuk basil gram positif, berbentuk batang, dinding


selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit ditembus zat
kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan sebagian kecil organ
tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada
pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara mikroskopis.Sehingga disebut
sebagai Basil Tahan Asam (BTA).

Gambar 2.5 Paru-paru dengan paparan Mycobacterium tuberculosis


Mycobacterium tuberculosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup pada tempat yang gelap dan lembab.Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant
(tertidur

sampai

beberapa

tahun).TB

timbul

berdasarkan

kemampuannya

untuk

memperbanyak diri di dalam sel-sel fagosit.Sumber penularan adalah penderita TB BTA


positif pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam.Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan.Jadi penularan TB tidak terjadi melalui perlengkapan makan, baju, dan
perlengkapan tidur. TB yang berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu
terjadinya infeksi hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu. Setelah
kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TB tersebut dapat
menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui system peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya. Daya
penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya.Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita
tersebut.
11

2.3.1. Diagnosis
Gejala yang dialami oleh penderita TB pada orang dewasa umumnya mengalami batuk
dan berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah batuk
darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak nafas dan nyeri
dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise),
berkeringat pada malam hari, walaupun tanpa kegiatan, demam yang disertai dengan meriang
lebih dari sebulan.
Untuk pemeriksaan awal dilakukan anamnesis terlebih dahulu, dan kemudian dilakukan
pemeriksaan fisik, untuk menunjang apakah terdapat gangguan pada bagian paru-paru
penderita dilakukan Chest X-Ray dan test BTA.

2.4. Emboli Paru


Emboli paru atau yang disebut Pulmonary Embolism (PE) merupakan infark jaringan
paru akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri pulmonalis yang disebabkan oleh
peristiwa emboli. Emboli paru juga merupakan kondisi medis yang ditandai dengan nafas
yang tiba-tiba pendek dan tidak dapat dijelaskan, nyeri dada dan batuk akibat
penyumbatan salah satu pembuluh darah di dalam paru yang menyumbat aliran darah
( Sudoyo,2006).
Terdapat enam sindrom klinis emboli paru akut antara lain :
a. Emboli paru massif
b. Emboli paru sub massif akut
c. Emboli paru kecil akut
d. Infark paru
e. Emboli paru paradoksikal (Paradoxical embolism)
f. Emboli nontrombus (Nonthrombotic embolism)
2.4.1. Diagnosa
Pasien akan mengalami keluhan gejala nyeri dada disertai pucat dan keringat dingin >
30 menit, disfungsi ventricular kanan, penurunan bunyi jantung pertama dan split
paradoksikal bunyi jantung kedua dapat ditemukan late sistolik apikal yang bersifat
sementara karena disfungsi apparatus katup mitral dan pericardial friction rub. Pemeriksaan
yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa emboli paru berdasarkan pada salah satu
pemeriksaan penunjang berikut ini :
a. elektrokardiografi
b. Chest X-Ray

c. Gas Darah
d. Plasma D-dimer
e. Scan ventilasi dan perfusi paru-paru
f. Angiografi paru
g. Ekokardiografi
2.5. Kanker Paru-Paru
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah.Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan
dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran.
Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli
radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli
rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya.
Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru
untuk mendapatkan diagnosispasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat
membantu penderita, dan penemuandiagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan
penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkannya.
Pilihan terapi harusdapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru
terhadap berbagai jenis pengobatan.Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru
membutuhkan

penangan

sesegera

mungkinmeski

diagnosis

pasti

belum

dapat

ditegakkan.Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luarparu (metastasis tumor
di paru).Dalam pedomanpenatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker
paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(bronchogenic carcinoma).
Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi
sel kanker apabila oleh berbagai sebabterjadi ketidak seimbangan antara fungsi onkogen
dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.Perubahan
atau

mutasi

gen

yang

menyebabkan

terjadinya

hiperekspresionkogen

dan/atau

kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppressor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak
terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses
multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti
kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanismeketidak normalan pertumbuhan sel pada
sel kanker. Dari berbagai penelitian telah dapat dikenal beberapa onkogen yang berperan
13

dalam proses karsinogenesis kanker paru, antara lain gen myc, gen

k-ras sedangkan

kelompok gen tumor suppresor antaralain, gen p53, gen rb. Sedangkan perubahan kromosom
pada lokasi 1p, 3p dan 9p sering ditemukan pada sel kanker paru.
Penelitian tentang rokok mengatakan bahwa lebih dari 63 jenisbahan yang dikandung
asap rokok itu bersifat karsinogenesis. Secara epidemiologik juga terlihat kaitan kuat antara
kebiasaanmerokok dengan insidens kanker paru, maka tidak dapat disangkallagi
menghindarkan asap rokok adalah kunci keberhasilanpencegahan yang dapat dilakukan.
Keterkaitan rokok dengan kasuskanker paru diperkuat dengan data bahwa risiko seorang
perempuanperokok pasif akan terkena kanker paru lebih tinggi daripada merekayang tidak
terpajan kepada asap rokok. Dengan dasar penemuan di atas adalah wajarbahwa pencegahan
utama kanker paru berupa upaya memberantas kebiasaanmerokok.Menghentikan seorang
perokok aktif adalah sekaligusmenyelamatkan lebih dari seorang perokok pasif.Pencegahan
harusdiusahakan sebagai usaha perang terhadap rokok dan dilakukan terus menerus.
2.5.1. Diagnosa dan Penentuan Stadium Kanker
Tujuan pemeriksaan diagnosis adalah untuk menentukan jenis histopatologi kanker, lokasi
tumor serta penderajatannya yang selanjutnya diperiukan untuk menetapkan kebijakan
pengobatan.
2.5.1.1. Deteksi Dini
Keluhan dan gejala penyakit ini tidak spesifik, seperti batuk darah,batuk kronik, berat
badan menurun dan gejala lain yang juga dapat dijurnpai pada jenis penyakit paru
lain.Penernuan dini penyakit ini berdasarkan keluhan saja jarang terjadi, biasanya keluhan
yang ringan terjadi pada mereka yang telah memasuki stage II dan III.Di Indonesia kasus
kanker paru terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada staging lanjut.Dengan
rneningkatnya kesadaran masyarakat tentang penyakit ini, disertai dengan meningkatnya
pengetahuan dokter dan peralatan diagnostik maka pendeteksian dini seharusnya dapat
dilakukan.
Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subyekdengan risiko tinggi yaitu:
Laki -laki, usia lebih dari 40 tahun, perokok
Paparan industri tertentu dengan satu atau lebih gejala: batuk darah, batuk kronik, sesak
napas,nyeri dada dan berat badan menurun.
Golongan lain yang perlu diwaspadai adalah perempuan perokok pasif dengan salah satu
gejala di atas dan seseorang yangdengan gejala klinik : batuk darah, batuk kronik, sakit dada,
penurunan beratbadan tanpa penyakit yang jelas. Riwayat tentanganggota keluarga dekat
yang menderita kanker paru juga perlu jadifaktor pertimbangan. Pemeriksaan yang dapat

dilakukan untuk deteksi dini ini, selainpemeriksaan klinis adalah pemeriksaan radio toraks
dan pemeriksaansitologi sputum. Jika ada kecurigaan kanker paru, penderita sebaiknya segera
dirujuk ke spesialis paru agar tindakan diagnostic lebih lanjut dapat dilakukan lebih cepat dan
terarah.
2.5.1.2.
Gambaran Klinik
a) Anamnesis
Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru
lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan
didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktorfaktor lain yang sering
sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama
dapat berupa :
Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)
Batuk darah
Sesak napas
Suara serak
Sakit dada
Sulit / sakit menelan
Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri
yang
hebat
Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di
luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran
hepar atau patah tulang kaki.
Gejala dan keluhan yang tidak khas seperti :
Berat badan berkurang
Nafsu makan hilang
Demam hilang timbul
Sindrom paraneoplastik, seperti "Hypertrophic pulmonary osteoartheopathy",
trombosis vena perifer dan neuropatia.
b) Pemeriksaan jasmani
Pemeriksaan jasmani harus dilakukan secara menyeluruh dan teliti.Hasil yang
didapat sangat bergantung pada kelainan saat pemeriksaan dilakukan.Tumor paru
ukuran kecil dan terletak di perifer dapat memberikan gambaran normal pada
pemeriksaan. Tumor dengan ukuran besar, terlebih bila disertai atelektasis sebagai
akibat kompresi bronkus, efusi pleura atau penekanan vena kava akan memberikan
hasil yang lebih informatif. Pemeriksaan ini juga dapat memberikan data untuk
penentuan stage penyakit, seperti pembesaran KGB atau tumor diluar paru. Metastasis
ke organ lain juga dapat dideteksi dengan perabaan hepar, pemeriksaan funduskopi

15

untuk mendeteksi peninggian tekanan intrakranial dan terjadinya fraktur sebagai


akibat metastasis ke tulang.
2.5.1.3.

Gambaran Radiologis

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak
dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium
penyakit berdasarkan sistem TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral,
bila mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT
dibutuhkan untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.
a. Foto toraks : Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa
tumor dengan ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan
adalah tepi yang ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto
tumor juga dapat ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar
dan metastasis intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N
agak sulit ditentukan dengan foto toraks saja.
Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita
penyakit paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting
diingatkan.Seorang penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT)
dengan diagnosis penyakit paru, harus disertai difollow-up yang teliti. Pemberian
OAT yang tidak menunjukan perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1bulan harus
menyingkirkan kemungkinan kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan
pneumonia yang tidak berhasil setelah pemberian antibiotik selama 1 minggu juga
harus menimbulkan dugaan kemungkinan tumor dibalik pneumonia tersebut
Bilafoto toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan
pengosongan isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan
foto toraks agar bila ada tumor primer dapat diperlihatkan.Keganasan harus difikirkan
bila cairan bersifat produktif, dan/atau cairan serohemoragik.
b. CT-Scan toraks : Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara
lebih baik daripada foto toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih
kecil dari 1 cm secara lebih tepat.Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga
tergambar secara lebih baik, bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor
intra bronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke
mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan,

keterlibatan KGB yang sangat berperan untuk menentukan stage juga lebih baik
karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat dideteksi. Demikian juga ketelitiannya
mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner.
c. Pemeriksaan radiologik lain : Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah
tidak mampu mendeteksi telah terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan
pemeriksaan radiologik lain, misalnya Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di
tulang kepala / jaringan otak, bone scan dan/atau bone survey dapat mendeteksi
metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya
metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.
2.6. Pneumototaks
Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara yang terperangkap di rongga pleura
akibat robeknya pleura visceral, dapat terjadi spontan atau karena trauma, yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan negatif intrapleura sehingga mengganggu
proses pengembangan paru.
Pneumotoraks terjadi karena trauma tumpul atau tembus toraks. Dapat pula terjadi karena
robekan pleura viseral yang disebut dengan barotrauma, atau robekan pleura mediastinal yang
disebut dengan trauma trakheobronkhial. (American College of Surgeons Commite on
Trauma, 2008)
Rhea (1982), membuat klasifikasi pneumotoraks atas dasar persentase pneumotoraks,
kecil bila pneumotoraks <20 %, sedang bila pneumotoraks 20-40 % dan besar bila
pneumotoraks >40%.
Pneumotoraks dibagi menjadi simple pneumotoraks, tension pneumotoraks, dan open
pneumotoraks.
1. Simple peumotoraks (American College of Surgeons Commite on Trauma, 2008)
adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang
progresif. Adapun Manifestasi klinis yang dijumpai :
a. Paru pada sisi yang terkena akan kolaps, parsial atau total
b. Tidak dijumpai mediastinal shift
c. Dijumpai hipersonorpada daerah yang terkena,
d. Dijumpai suara napas yang melemah sampai menghilang pada daerah yang
terkena
e. Dijumpai kolaps paru pada daerah yang terkena.
17

f. Pada pemeriksaan foto toraks dijumpai adanya gambaran radiolusen atau


gambaran lebih hitam pada daerah yang terkena, biasanya dijumpai gambaran
pleura line.
Tension pneumotoraks (American College of Surgeons Commite on Trauma, 2008)
adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama
semakin bertambah atau progresif. Pada tension pneumotoraks ditemukan mekanisme ventil
atau udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar. Adapun manifestasi klinis
yang dijumpai :
a. Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi kolaps total
paru, mediastinal shift atau pendorongan mediastinum ke kontralateral, deviasi
trachea, hipotensi &respiratory distress berat.
b. Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu,
hipotensi, tekanan vena jugularis meningkat, pergerakan dinding dada yang
asimetris. Tension pneumotoraks merupakan keadaan life-threatening, maka
tidak perlu dilakukan pemeriksaan foto toraks.
Open pneumothorax (American College of Surgeons Commite on Trauma, 2008) terjadi
karena luka terbuka yang cukup besar pada toraks sehingga udara dapat keluar dan masuk
rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara
luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound.
Sedangkan menurut luasnya paru yang mengalami kolaps, maka pneumotoraks dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu (Alsagaff, 2009) :
1. Pneumotoraks parsialis, yaitu pneumotoraks yang menekan pada sebagian kecil
paru (< 50% volume paru).

Gambar 2.6 Pneumonotoraks Parsialis

2. Pneumotoraks totalis, yaitu pneumotoraks yang mengenai sebagian besar paru (>
50% volume paru).

Gambar 2.7 Pneumotoraks Totalis


2.8.1. Etiologi
Terdapat

beberapa

jenis

pneumotoraks

yang

dikelompokkan

berdasarkan

penyebabnya:
1. Pneumotoraks primer: terjadi tanpa disertai penyakit paru yang mendasarinya
2. Pneumotoraks sekunder: merupakan komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya
3. Pneumotoraks traumatik: terjadi akibat cedera traumatik pada dada.Traumanya
bisa bersifat menembus(luka,tusuk,peluru atau tumpul(benturan pada kecelakaan
bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis
tertentu (misal torakosentesis) (Alsegaf, 2004).
2.8.2. Patologi
Patologi adalah perjalanan klinis suatu penyakit dari awal sampai akhir. Apabila
pneumotoraks terjadi ketika udara dalam rongga pleura memiliki tekanan yang lebih tinggi
daripada udara dalam paru sebelahnya. Udara memasuki rongga pleura dari tempat ruptur
pleura yang bekerja seperti katup satu arah. Kesulitan dalam proses ekspirasi akan mengarah
pada terperangkapnya udara didalam pulmo, yang dikenal sebagai hiperinflasi. Rongga besar
berisi udara yang terperangkap. Pada foto polos thorax, tampak sebagai lesi yang timbul di
parenkim pulmo yang normal, yang dibatasi oleh membran fibrous yang tipis dan irreguler.
Pada keadaan infeksi, selain terisi udara, juga akan terisi cairan. Selain dapat menimbulkan
obstruksi pada jaringan pulmo yang berdekatan, juga dapat menimbulkan tekanan pada
pulmo kontralateral sehingga menggangu fungsinya. Dapat disimpulkan, bahwa bahkan
jaringan pulmo yang tidak terpengaruh. Langsung, akan menjadi kurang efektif. Sebagian
besar membesar dalam waktu lama. Namun terdapat kasus dimana membesar dalam waktu
19

singkat, sehingga secara cepat akan mempengaruhi parenkim pulmo di sekitarnya. Selain
dengan terapi yang bersifat invasif, dapat menghilang atau mengecil baik secara spontan atau
setelah terjadi infeksiatau perdarahan (Pratama, 2014)
2.8.3. Gejala
Berdasarkan anamnesis, gejala dan keluhan yang sering muncul adalah (Sudoyo dkk.,
2006) (Alsagaff, 2009):
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendekpendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
4. Denyut jantung meningkat.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.
Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks tersebut,
(Sudoyo dkk., 2006):
1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat
2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat
3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta
ada tidaknya jalan napas.
4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila
penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan
pengisian yang kurang.

2.8.4. Diagnosa
a) Anamnesa
Sulit bernafas yang timbul mendadak dengan disertai nyeri dada yang
terkadang dirasakan menjalar ke bahu. Dapat disertai batuk dan terkadang terjadi
hemoptisis. Perlu ditanyakan adanya penyakit paru atau pleura lain yang
mendasari pneumotorak.

b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Sesak nafas dan takikardi yang dapat disertai sianosis
pada pneumotorak ventil atau ada penyakit dasar paru.
a. Inspeksi : Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiper ekspansi
dinding dada), Pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannya tertinggal,
Trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat , deviasi trakhea, ruang
interkostal melebar,
b. Palpasi : Pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar,
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat , Fremitus suara melemah
atau menghilang pada sisi yang sakit
c. Perkusi : Suara ketok pada sisi sakit, hipersonor sampai timpani dan tidak
menggetar, Batas jantung terdorong ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura

tinggi,

Pada

tingkat

yang

berat

terdapat

gangguan

respirasi/sianosis, gangguanvaskuler/syok.
d. Auskultasi : Pada bagian yang sakit, suara napas melemah sampai menghilang,
Suara vokal melemah dan tidak menggetar serta bronkofoni negative.
(Alsagaff, 2009)
c) Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
2. Analisa Gas Darah

2.7. Penyakit Kardiovaskular


Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah. Secara
sederhana, fungsi utama sistem kardiovaskular adalah distribusi O2 dan nutrient (misalnya
glukosa, asam amino) ke jaringan tubuh, transportasi CO 2 dan produk sisa metabolik dari
jaringan tubuh ke paru dan organ ekskresi, distribusi air, elektrolit, dan hormon ke seluruh
tubuh, berperan dalam infrastruktur sistem imun dan termoregulasi.
Darah dialirkan melalui sistem kardiovaskular oleh jantung, suatu pompa muskular
yang dibagi menjadi sisi kiri dan kanan. Setiap sisi terdiri dari 2 ruang, atrium dan
ventrikel yang terutama tersusun oleh sel otot jantung. Darah mengalir dari aorta ke
arteri-arteri utama yang masing-masing memasok darah ke organ atau regio tubuh. Arteri
ini kemudian bercabang dan bercabang lagi menjadi arteri muskular yang lebih kecil,
yang akhirnya semakin banyak dan menjadi arteriol.

21

Gambar 2.8 Jantung


Menurut buku pedoman Depkes RI (2007), penyakit jantung dan pembuluh darah
merupakan suatu kelainan yang terjadi pada organ jantung dengan akibat terjadinya
gangguan fungsional, anatomis serta sistem hemodinamis. Dalam arti luas yang dimaksud
dengan penyakit jantung adalah penyakit yang terdiri dari berbagai macam keadaan sakit
jantung. Keluhan yang paling umum pada penyakit kardiovaskular adalah sesak napas,
nyeri dada, palpitasi, dan pusing atau sinkop. Berikut jenis penyakit yang dapat
digolongkan kedalam penyakit jantung dan pembuluh darah menurut Depkes RI, adalah
penyakit jantung koroner (PJK, penyakit jantung iskemik, serangan jantung, infark
miokard, angina pektoris), penyakit pembuluh darah otak (stroke, TIA (transient ischemic
attack)), penyakit jantung hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit gagal
jantung, penyakit jantung rematik, penyakit jantung bawaan, penyakit kardiomiopathy,
dan penyakit jantung katub.
2.7.1. Jenis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah
Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak dijumpai pada ruang
perawatan akut. Salah satu penyebab utama dari nyeri dada akut adalah karena penyakit
jantung. Berikut jenis penyakit jantung yang dapat menyebabkan gejala nyeri dada.

2.7.1.1.

Penyakit Jantung Koroner

Menurut Carmel (2009) penyakit jantung koroner dapat diklasifikasikan menjadi


penyakit jantung koroner kronis, sindroma koroner akut, dan kematian mendadak. Klinis

penyakit jantung koroner bermacam-macam, mulai dari asimptomatik sampai fatal. Angina
pektoris merupakan nyeri dada kardiak yang disebabkan oleh insufisiensi pasokan oksigen
miokardium. Pasien seringkali mengemukakan rasa ditekan berat atau diremas yang timbul
setelah aktivitas atau stress emosional. Nyeri dada merupakan dan diaforesis merupakan 2
gejala paling umum dari infark miokard. Menurut Kannel dan Abbott, kejadian infark
miokard tidak disadari oleh pasien, dan hal ini ditemukan pada pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG).

2.7.1.2.

Stenosis Aorta

Penyebab stenosis aorta meliputi katup bikuspid kongenital, sklerosis aorta, demam
rematik. Penyakit jantung koroner seringkali ada bersamaan dengan sklerosis aorta. Nyeri
dada aorta stenosis bergantung pada aktivitas. Tanda dan gejala dari gagal jantung juga dapat
dijumpai. Pada pemeriksaan fisik dijumpai murmur ejeksi sistolik yang paling jelas didengar
di ruang antar iga kedua kanan yang menjalar ke karotis. Yang selanjutnya dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang dengan menggunakan elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, dan
radiografi dada untuk menggambarkan terjadinya kelainan pada jantung.

2.7.1.3.

Kardiomiopati Hipertrofi

Hipertrofi septum interventrikel pada kardiomiopati hipertrofi menyebabkan obstruksi


aliran ventrikel kiri. Gejala paling umum kardiomiopati hipertrofi adalah dispnea dan nyeri
dada yang menyerupai angina. Pada pemeriksaan fisik dijumpai murmur sistolik yang
bertambah keras pada Valsalva maneuver, bunyi jantung, dan celah tekanan midsistolik.
Kemudian dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan
diagnosis.

2.7.1.4.

Vasospasme Koroner

23

Penyakit ini lebih sering dijumpai pada wanita dibawah 50 tahun dan biasanya terjadi
pagi hari, saat baru bangun tidur. Dirasakan nyeri dada iskemik berulang yang berbeda dari
angina tipikal pada saat istirahat. Spasme koroner dapat terlihat jelas pada angiografi.
2.7.1.5.
Diseksi Aorta
Pasien diseksi aorta biasnya mengeluh nyeri dada hebat akut anterior menjalar ke
belakang atas. Hipertensi sering dijumpai dan merupakan faktor resiko. Pemeriksaan fisik
menunjukan adanya murmur insufisiensi aorta.
2.7.1.6.
Nyeri

dada

Prolaps Katup Mitral


pasien

prolaps

katup

mitral

bersifat

tajam

di

apeks.

2.7.2. Pemeriksaan
Pemeriksaan fungsi jantung dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan
seseorang. Bergantung tujuan pemeriksaan yang dilakukan, yaitu untuk menentukan tingkat
kebugaran seseorang atau untuk mendeteksi atau membuat diagnosis adanya kelainan sistem
kardiovaskular yang dapat dimulai dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Di
samping itu dapat pula dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang utama
untuk penyakit kardiovaskular adalah elektrokardiogram, rontgen dada, dan ekokardiogram.
Alat kesehatan yang digunakan untuk mendukung pemeriksaan penunjang penyakit
kardiovaskular meliputi alat kesehatan non-invasif dan invasif.
Alat kesehatan non-invasif untuk penyakit kardiovaskular yaitu:
1. Elektrokardiografi (EKG)
2. Chest X-Ray
3. Echocardiogram
4. Exercise Stress Test (EST)
5. MRI for Cardiac
6. Magnetic Resonance Angiography
Alat kesehatan Kardiovaskular (CV) yang memerlukan tindakan invasif, antara lain:
1. PCI (Percutaneous Coronary Intervention)
2. Cardiac Catheterization
2.8. Penyakit Gastroesofagus
Beberapa penelitian menunjukkan kurang lebih 60% dari penderita nyeri dada
disebabkan nyeri yang berasal dari esophagus (sebagian besar karena refluks asam lambung
yang dikenal dengan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Oleh karena itu, pasien
mengalami nyeri dada dengan hasil pemerikasaan jantung negatif sering dirujuk ke spesialis

penyakit pencernaan untuk memeriksa esofagus sebagai sumber nyeri dada. (Sami, et al.,
2012)
2.8.1. Refluks Esofagus
Refluks esophagus (GERD), menyebabkan rasa terbakar di retrosternal, berjalan di
epigastrium ke atas. Bisa disertai dengan sering bersendawa, odinofagia, atau jika terjadi
striktur disfagia. Refluks khususnya terjadi pada orang dewasa dengan obesitas yang
merokok, sama seperti penyakit koroner. (Setiati et al, 2014)
2.8.2. Spamse Esofagus
Spasme esofagus, sering diawali dengan refluks esofagus, sulit dibedakan dengan
nyeri jantung, karena menyebabkan perasaan sesak/berat di retrosternal yang bisa menjadi
parah. Namun nyeri ini biasanya berkurang dengan pemberian antasida. Kunci diagnosis
nyeri gastrointestinal adalah adanya hubungan dengan makanan, dan tidak ada hubungan
antara onset nyeri dengan aktivitas. (Setiati et al, 2014)

25

BAB III
ALAT KESEHATAN
c.1.

Chest X-Ray

X-ray paling lama digunakan dan sering kali digunakan dalam membantu penegakan
diagnosa. Chest X-ray menggunakan radiasi ion dengan tingkat yang kecil untuk mendapat
gambar bagian dalam dari dada.Chest X-ray merupakan pemeriksaan penunjang yang noninvasif.Chest X-ray memiliki fungsi untuk membantu mengevaluasi paru, jantung, dan
dinding dada dan juga dapat digunakan untuk mendiagnosis nafas pendek, batuk yang
persisten, demam, nyeri dada atau adanya kerusakan disekitar area dada.Selain itu, X-ray juga
dapat digunakan dalam penegakkan diagnosa berbagai macam penyakit paru seperti
pneumonia, emphysema, dan kanker.Karena Chest X-ray cepat dan mudah, sehingga sering
digunakan untuk kondisi darurat dan menegakkan diagnosa dengan cepat.
Chest X-ray terdiri atas bagian wall-mounted, bagian kotak yang terdapat dari film X-ray,
atau plat khusus yang merekam gambar digital.
Mesin X-ray yang ringan dan mudah dipindahkan kemanapun dapat digunakan untuk
mendiagnosis pasien di ruang gawat darurat.

Gambar 3.1 Alat X-Ray


1.1.1.

Mekanisme Kerja Alat

X-ray merupakan hasil bentukan dari sinar radiasi atau gelombang radio. X-ray akan
melewati suatu objek, meliputi bagian tubuh. Dengan hati-hati ditujukan kepada bagian tubuh

yang akan diperiksa, mesin X-ray akan menghasilkan pancaran radiasi ke tubuh, sehingga
akan merekam gambar pada film fotografi atau detektor special.
Perbedaan-perbadaan bagian tubuh yang menyerap sinar X akan bermacam-macam.
Tulang yang merupakan bagian padat akan menyerap banyak radiasi dibandingkan dengan
jaringan lunak, seperti lemak, otot, dan organ yang lebih mudah untuk melewati bagian
tersebut. Sebagai hasinlnya, tulang akan berwarna putih pada X-ray, jaringan lunak akan
memberikan hasil berupa bayangan abu-abu dan udara akan berwarna hitam.
Pada Chest X-ray, tulang rusuk, dan tulang belakang akan menyerap banyak radiasi dan
tampak berwarna putih atau sinar abu-abu pada gambar. Jaringan paru akan menyerap sesikit
radiasi dan akan tampak gelap pada gambar.

c.1.1.

Mekanisme Alat

X-ray merupakan hasil bentukan dari sinar radiasi atau gelombang radio. X-ray akan
melewati suatu objek, meliputi bagian tubuh. Dengan hati-hati ditujukan kepada bagian tubuh
yang akan diperiksa, mesin X-ray akan menghasilkan pancaran radiasi ke tubuh, sehingga
akan merekam gambar pada film fotografi atau detektor special.
Perbedaan-perbadaan bagian tubuh yang menyerap sinar X akan bermacam-macam.
Tulang yang merupakan bagian padat akan menyerap banyak radiasi dibandingkan dengan
jaringan lunak, seperti lemak, otot, dan organ yang lebih mudah untuk melewati bagian
tersebut. Sebagai hasinlnya, tulang akan berwarna putih pada X-ray, jaringan lunak akan
memberikan hasil berupa bayangan abu-abu dan udara akan berwarna hitam.
Pada Chest X-ray, tulang rusuk, dan tulang belakang akan menyerap banyak radiasi dan
tampak berwarna putih atau sinar abu-abu pada gambar. Jaringan paru akan menyerap sesikit
radiasi dan akan tampak gelap pada gambar.

c.1.2.

Prosedur Penggunaan Alat

Ada dua cara dalam melakukan Chest X-ray, pertama pengambilan gambar dari
belakang dan yang kedua dari bagian sisi tubuh lain, pasien akan berdiri berlawanan dar arah
pelat alat rekam. Pasien yang tidak dapat berdiri maka diposisikan dengan berbaring pada
meja X-ray. Pasien akan diminta untuk tidak bergerak dan menahan nafas untuk beberapa
saat sampai gambar X-ray diambil, hal ini dilakukan untuk menurunkan kemungkinan
ketidakjelasan pada hasil gambar. Untuk pemeriksaan keseluruhan Chest X-ray dengan
berbagai posisi bagian tubuh, membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
27

c.1.3.
Kelebihan dan Kekurangan
a) Kelebihan
1. Tidak terdapat radiasi tertinggal pada tubuh pasien setelah dilakukan pemeriksaan
x-ray.
2. Tidak menimbulkan efek samping
3. Peralatan X-ray murah dan seringkali tersedia pada ruang gawat darurat.
4. Digunakan dalam penegakkan diagnosis dalam kondisi yang darurat karena mudah
dan cepat.
b) Kekurangan
1. Adanya kemungkinan untuk timbul kanker akibat dari paparan radiasi, namun
manfaat yang dihasilkan dalam penegakkan diagnosa lebih bersar dibandingkan
dengan kerugian yang masih potensial.
2. Besarnya radiasi yang akan dipaparkan tergantung pada prosedur apa yang
dilakukan.
3. Tidak disarankan untuk pasien wanita dengan kondisi yang hamil, karena dapat
membahayakan janin.
Penyerapan sinar-X oleh tubuh manusia pada proses photo Rontgen dapat dijelaskan
sebagai berikut. Tubuh manusia dibentuk oleh unsur-unsur yang sangat komplek. Oleh sebab
itu, penyerapan sinar-X oleh tubuh pada proses Rontgen tidak sama, misalnya tulang akan
lebih banyak menyerap sinar-X dibanding dengan otot atau daging. Bagian tulang yang sakit
atau daging akan lebih besar menyerap sinar-X dibanding kondisi normal. Usia juga akan
menjadi penyebab perbedaan penyerapan sinarX. Tulang orang tua yang telah kekurangan
kalsium, maka penyerapan sinar-X akan berkurang dibanding tulang anak muda.3
Sinar-x adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan panjang
gelombang berkisar antara 10 sampai 0,01 nm dan energinya berkisar antara 120 eV sampai
120 keV. Sinar-x umumnya digunakan dalam diagnosis gambar medis dan kristalografi sinarX.4Sinar-x yang digunakan dalam penyinaran medis adalah sinar-X bremsstrahlung.Sinar ini
dapat dihasilkan melalui pesawat sinar-x yang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung
sinar-x, sumber tegangan tinggi dan unit pengatur. Terjadi radiasi yang dikenal dengan
bremstrahlung yaitu elektron yang mendekati atom target (anoda) akan berinteraksi
dengan inti atom bahan anoda, maka elektron mengalami perlambatan akibat adanya gaya
tarik elektrostatik antara elektron dengan inti atom sehingga mengeluarkan radiasi dan
bersifat kontinyu.

Gambar 3.2 Hasil Chest X-ray

c.2.

Computed Tomography (CT) Scan

Computed tomography (CT) scan pada area dada digunakan untuk pemeriksaan
penunjang jika ditemukannya suatu gambaran uji dan membantu untuk penegakkan diagnosa
yang disebabkan oleh batuk yang tidak diketahui penyebabnya, nafas yang pendek, nyeri
dada, atau demam. CT scan akan menghasilkan data yang cepat, tidak menimbulkan rasa
sakit, non-invasive dan akurat. Karena dapat untuk mendeteksi nodule yang sangat kecil yang
terdapat pada paru, CT scan dada merupakan pemeriksaan yang sangat efektif untuk
mendiagnosa adanya kanker paru pada kondisi dini sehingga dapat disembuhkan.
CT scan sama halnya dengan X-rays, akan menghasilkan beberapa gambar dari organ
dalam tubuh. CT scan dapat menggambarkan organ dalam, tulang, jaringan lunak dan
pembuluh darah yang secara khusus tersedia secara rinci dibandingkan dengan X-rays
traditional, terutama jaringan lunak dan pembuluh darah.

Gambar 3.3 Alat CT-Scan


29

Dengan menggunakan berbagai macam jenis teknis, meliputi menyesuaikan dosis


radiasi berdasarkan ukuran penderita dan teknologi software baru, jumlah radiasi yang
dibutuhkan untuk melakukan CT scan pada dada dapat diturunkan secara significant. Dosis
rendah CT dada menggambarkan gambaran yang cukup berkualitas untuk mendeteksi
berbagai macam penyakit paru dan sekitar 65% atau lebih dilakukan penurunan dosis pada
kasus abnormalitas menggunakan radiasi ion yang kurang signifikan dibandingkan CT scan
secara konvensional. Dosis rendah pada CT bagian dada secara regular digunakan untuk
memperoleh evaluasi dan abnormalitas paru sejak lahir, seperti pneumonia, penyakit paru
interstisial atau evaluasi tumor. Penelitian dilakukan secara terus-menerus untuk menurunkan
dosis radiasi dimasa yang akan datang.
c.2.1. Fungsi Alat
Berikut ini merupakan kegunaan CT dada :
a. Untuk pemeriksaan abnormalitas yang ditemukan pada X-Rays konvensional bagian
dada.
b. Untuk membantu dalam penegakkan diagnosa pada tanda-tanda klinis atau gejala
dari penyakit yang dikeluhkan pada bagian dada seperti, batuk, nafas pendek, nyeri
dada, atau demam.
c. Untuk mendeteksi dan mengevaluasi adanya tumor yang berkembang di bagian dada,
atau tumor yang menyebar keseluruh bagian tubuh.
d. Untuk menilai apakah tumor memberikan respon terhadap pengobatan yang
dilakukan.
e. Membantu untuk merencanakan terapi radiasi.
f. Untuk mengevaluasi kerusakan pada bagian dada, meliputi jantung, pembuluh darah,
paru, tulang rusuk dan tulang belakang.
g. Untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada bagian dada dalam rangka
pemeriksaan ultrasound pada janin.
CT pada bagian dada akan memberikan gambaran berbagai macam gangguan pada paru,
seperti :

a. Tumor jinak maupun ganas


b. Pneumonia
c. Tuberkulosis
d. Bronchiectasis, fibrosis cystic
e. Inflamasi atau penyakit lain pada pleura (akan menutupi bagian paru)
f. Penyakit kronik paru dan intertisial
g. Abnormalitas bawaan

c.2.2. Bagian-Bagian Alat


CT scan merupakan alat yang besar, seperti box pada bagian tengah alatnya lubang,
atau terowongan pendek. Penderita yang akan diperiksa diminta untuk berbaring pada bagian
meja dan akan masuk pada terowongan. Tabung dari X-Ray dan detektor elektroik X-ray
akan memutar disekitar tubuh seperti cincin, yang disebut dengan gantry. Komputer akan
akan memproses gambaran informasi, komputer ini berlokasi pada bagian ruangan kontrol
yang terpisah, operator akan mescanner dan langsung mengamati pemeriksaan secara visual
dan biasanya memungkinkan untuk mendengar dan berbicara dengan penderita menggunakan
pengeras suara dan mikrofon.
c.2.3. Mekanisme Alat
CT scan bekerja seperti halnya pemeriksaan x-ray lainnya. Bagian tubuh yang lain
akan mengabsorbsi x-ray pada berbagai tingkat. Perbedaan absorbsi akan memberikan bagian
tubuh untuk terlihat perbedaan dengan bagian yang lain dalam sebuah film X-ray atau
gambar CT-scan elektronik.
Pada pemeriksaan x-ray konvensional, sejumlah kecil dari radiasi bertujuan dan
melewati melalui bagian tubuh yang diperiksa, merekam gambar pada gambar elektronik
piring rekaman khusus. Tulang akan tampak berwarna putih pada x-ray; jaringan lunak
seperti organ jantung atau hati, akan menunjukkan warna abu-abu, dan udara akan bewarna
hitam.

31

CT scanning, kumpulan x-ray akan mengarah dan rotasi detektor dari x-ray akan
mengelilingi penderita, diukur kadar radiasi yang ada dalam tubuh penderita. Selain itu, meja
baring akan berpindah selama scan, kumpulan x-ray akan ikut beredar secara spiral. Program
komputer yang khusus akan memproses sejumlah besar data yang akan menghasilkan
perpotongan garis dua dimensi yang menggambarkan tubuh penderita, yang ditampilkan pada
monitor. Gambar CT terkadang dibandingkan dengan sepotong roti yang dipotong sangat
tipis.Ketika potongan gambar disusun kembali dengan menggunakan software komputer,
hasilnya adalah pandangan multidimensi yang sangat rinci dari seluruh tubuh.

a)

c.2.4. Kelebihan dan Kekurangan Alat


Kelebihan
1. CT hasilnya cepat, hal ini sangat penting untuk pasien yang memiliki masalah dengan
pernafasan.
2. CT banyak tersedia.
3. CT scan tidak menimbulkan nyeri, non invasive dan akurat.
4. Keuntungan terbesar dari CT ialah mampu untuk menggambarkan tulang, jaringan
lunak, dan seluruh pembuluh darah pada satu waktu.
5. Tidak seperti x-ray konvensional, CT scan mmeberikan gambar sangat rinci dari
berbagai jenis jaringan serta paru-paru, tulang, dan pembuluh darah.
6. Pemeriksaan CT yang cepat dan sederhana dalam kasus-kasus darurat, mereka dapat
mengungkapkan luka dalam dan pendarahan cukup berat untuk membantu
menyelamatkan nyawa.
7. CT merupakan alat yang cost-effective untuk mencari masalah klinis.
8. CT kurang sensitive terhadap gerakan pasien dibandingkan MRI.
9. Diagnosis ditentukan oleh CT scan dapat menghilangkan kebutuhan untuk operasi
eksplorasi dan biopsy bedah.
10. Tidak ada radiasi yang ditemukan dalam tubuh pasien setelah pemeriksaan CT.
11. X-ray yang digunakan dalam CT scan seharusnya tidak memiliki efek samping
langsung.

12. Dosis rendah CT scan dada menggunakan dosis rendah radiasi dari CCT dada
konvensial.
b) Kekurangan
1. Dapat menyebabkan kanker akibat paparan berlebihan karena radiasi, namun
keuntungan yang didapatkan masih lebih besar dibandingkan dengan resiko yang
terjadi.
2. Dosis efektif dari radiasi yang diperlukan sangat beragam.
3. Apabila penderita adalah seorang wanita wajib melaporkan kepada petugas tentang
kemungkinan dia sedang hamil.
4. Pada umumnya CT scan tidak direkomendasikan pada wanita hamil kecuali jika
memang dalam kondisi yang sangat mendesak karena memiliki resiko potensial
terhadap janin yang dikandungnya.
5. Pada penderita yang memiliki fungsi ginjal yang menurun, bahan pewarna dapat
memperburuk kondisi ginjal yang dideritanya.
6. MRI (magnetic resonance imaging) lebih baik dibandingkan dengan CT untuk
menggambarkan jaringan lunak yang abnormal.
7. Meskipun hasil yang didapat dari CT scan sangat cepat, adanya pergerakan pernafasan
dapat mengakibatkan gambar yang dihasilkan buram
c.3.

Biopsi

Jarum biopsi digunakan untuk membantu menunjukkan adanya nodul atau


abnormalitas pada paru-paru dan mengambil jaringan sebagai sample untuk selanjutnya
diperiksa menggunakan mikroskop. Biopsi akan dilakukan jika pemeriksaan yang dilakukan
sebelumnya tidak dapat menggambarkan asal nodul, atau nodul tidak dapat digambarkan atau
dicapai melalui bronkoskopi atau dengan mentode lain. Penggunaan jarum biopsy kurang
invasive dibandingkan dengan operasi biopsy dan tidak memerlukan anastesi sistemik.
Bentuk nodul yang terdapat pada paru-paru pada umumnya bulat, atau terdapat lokasi
dimana jaringan didalam paru-paru menunjukkan abnormalitas. Nodul paru-paru ini biasanya
akan terdeteksi menggunakan Chest X-ray dan tidak menunjukkan adanya nyeri yang spesifik
atau gejala lain.
33

Nodul atau abnormalitas pada bagian-bagian tubuh seringkali terdeteksi menggunakan


pemeriksaan dengan jalan menggambarkan atau memfoto.Pemeriksaan yang dilakukan tidak
selalu menyatakan bahwa hasil dari nodul tersebut merupakan awal dari kanker atau bukan
kanker.
Jarum biopsy juga disebut sebagai needle aspiration, yang akan mengambil jaringan
dengan prosedur yang kurang invasive yang dengan jarum berongga, pemeriksaan dilakukan
dengan mencurigai bagian tubuh tersebut dan dilakukan pemeriksaan jaringan tersebut
dibawah mikroskop.
Tujuan dari biopsi adalah untuk menegakkan diagnosa bahwa adanya abnormalitas
yang terdapat pada bagian tubuh merupakan kanker atau bukan, pasien menderita
tuberculosis, adanya penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur atau parasit.

Gambar 3.4 Alat biopsi


c.3.1.

Bagian-Bagian Alat

Jarum biopsi memiliki panjang beberapa inci dan lebarnya seperti kertas
klip.Jarumnya berongga yang digunakan untuk mengambil specimen jaringan.
Beberapa tipe jarum yang digunakan meliputi :
a. Jarum yang halus (fine needle) yang melekat pada jarum suntik, lebih kecil dari
jarum biasanya digunakan untuk mengambil darah.
b. Jarum inti (core needle)
c. Alat vacum, yang digunakan untuk mengambil jaringan.

Gambar 3.5 Bagian alat biopsi


Untuk melakuakn biopsi dengan menggunakan jarum, maka diperlukan juga
alat :computed tomography (CT), fluoroskopi, ultrasound atau MRI.
1. Computed Tomography (CT)
CT-scan merupakan kotak yang besar, seperti mesin box dengan lubang atau seperti
terowongan di bagian tengah.Pasien diminta untuk berbaring selama menjalani pemeriksaan.
Tabung dari X-Ray dan detektor elektroik X-ray akan memutar disekitar tubuh seperti cincin,
yang disebut dengan gantry. Komputer akan akan memproses gambaran informasi, komputer
ini berlokasi pada bagian ruangan kontrol yang terpisah, operator akan mescanner dan
langsung mengamati pemeriksaan secara visual dan biasanya memungkinkan untuk
mendengar dan berbicara dengan penderita menggunakan pengeras suara dan mikrofon.
2. Fluoroskopi
Perlatan yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan ini terdiri dari meja radiografi,
tabung X-ray dan sebuah monitor yang terletak diruang pemeriksaan. X-ray yang terdapat
pada alat fluoroskopi, akan menjadikan suatu gambar video yang digunakan untuk melihat
dan menunjukkan bagian dari jaringan yang akan diambil selama dilakukannya prosedur ini.
Video ini dihasilkan dari mesin X-ray dan detektor yang didapatkan dari pasien.
3. Ultrasound
Scan ultrasound terdiri dari computer dan peralatan lain, layar tampilan video dan
transduser yang digunakan untuk scan. Transduser adalah suatu perangkat kecil yang
digunakan dengan genggaman seperti mikrofon, yang dilekatkan dengan tali scan. Tranduser
yang digunakan dilakukan dengan transduser yang berbeda karena disesuaikan dengan
35

kemampuan transduser lain. Transduser akan mengirimkan frekuensi gelombang suara yang
berasal dari jaringan tubuh. Prinsip kerja dari alat ini sama dengan prinsip kerja sonar yang
digunakan oleh kapal dan kapal selam.
Ultrasound akan langsung menghasilkan gambar ang dapat terlihat dari layar tampilan
seperti monitor komputer. Gambar yang dihasilkan ini berdasarkan pada amplitude
(kekerasan suara), frekuensi dan waktu yang dibutuhkan untuk ultrasound mengirimkan
sinyal dari bagian tubuh pasien seperti struktur tubuh, jaringan tubuh ke transduser. Sejumlah
gel akan dioleskan ke kulit pasien untuk memungkinkan gelombang suara akan terpancar ke
transduser dengan baik.

c.3.2.

Mekanisme Alat

1. Aspiration needle, jarum halus dan syringe akan menarik cairan atau kelompok sel.
2. Jarum inti biopsi akan otomatis teraktivkan sehingga akan menggerakkan jarum dan akan
mengisi rongga jarum, atau wadah dangkal menuju inti jaringan. Bagian luar akan bergerak
maju untuk mengambil jaringan dan menyimpannya pada rongga jarum. Proses ini akan
dilakukan dalam beberapa kali.
3. Vakum biopsi, jarum yang diletakkan pada bagian jaringan yang abnormal. Perangkat
vakum kemudian diaktifkan, menarik jarungan ke dalam rongga jaru dan kemudian akan
memotong dengan lapisan luarnnya. Jaringan tersebut akan tertarik melalui rongga jarum.
Prosedur ini dilakukan beberapa kali.
c.3.3.

Prosedur Penggunaan Alat

Tenaga kesehatan akan memberikan IV anastesi di bagian lengan selama prosedur


dilaksanakan. Efek anastesi akan terasa kebas saat jarum di masukkan.
Jika prosedur dilakukan dengan fluoroskopi, pasien akan diminta untuk berbaring atau
tetap berdiri selama prosedur dilakukan. Jika pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan
metode CT atau MRI maka pasien diminta untuk berbaring selama pemeriksaan.
Keterbatasan dari CT atau MRI scan dilakukan untuk menunjukkan lokasi dari nodul dan
keamanan pasien. Apabila letak nodul telah ditemukan, bagian dalam dari jaringan yang akan
diambil ditandai melalui kulit. Bagian kulit yang ditandai tersebut kemudian dibersihkan dan
diseifeksi menggunakan kasa steril.

Untuk nodul yang berukuran kecil dan letaknya dibagian dalam dari paru atau
pembuluh darah, saluran nafas atau saraf, disarankan untuk menggunakan metode CT karena
lebih aman.
Dibuat luka kecil pada bagian kulit untuk memasukkan jarum biopsi, sehingga tenaga
kesehatan dapat mengambil specimen jaringan atau nodul untuk dilakukan analisis.
Setelah dilakukan pengambilan spesimen maka jarum biopsi dikeluarkan.Bagian kulit
ditutup namun tidak memerlukan adanya jahitan.
Untuk biopsi pleura, rongga jarum dimasukkan melalui kulit bagian belakang dan
bagian rongga dada.Ketika jarum telah menjangkau dinding dada, diambil tiga sampel
jaringan untuk dianalisis.
Untuk mengambil sampel jaringan dapat dilakukan dengan dua metode :
1. Fine needle aspiration, a fine gauge needle dan syringe digunakan untuk
memindahkan dan kumpulan sel.
2. Core needle biopsi, mekanisme automatis akan teraktivasi, jarum akan berpindah
dan terisi dengan jaringan inti pleura pada bagian tersebut. Bagian terluar secara cepat
akan memotong jaringan dan dipindahkan ke wadah. Proses ini diulang selama 6 kali.

Gambar 3.6 Penatalaksanaan biopsi

37

Gambar 3.7 Pengambilan jaringan menggunakan biopsi


c.3.4. Kelebihan dan Kekurangan
a) Kelebihan
1. Jarum biopsi merupakan metode yang dapat digunakan untuk mendapatkan
sampel jaringan sehingga dapat mendiagnosa apakah nodul tersebut merupakan
kanker atau bukan kanker.
2. Jarum biopsi kurang invasif dibandingkan dengan cara biopsi operasi terbuka
atau tertutup, yang melibatkan sayatan lebih besar pada kulit serta dapat
dilakukan anestesi local atau umum.
3. Prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit dan menghasilkan hasil yang akurat
seperti halnya pengambilan sampel dengan metode operasi.
4. Waktu yang dibutuhkan untuk masa pemulihan singkat dan pasien dapat secara
cepat dapat melakukan aktivitas secara normal kembali.
1.
2.
3.
4.

b) Kekurangan
Prosedur ini memiliki resiko untuk terjadi infeksi.
Perdarahan.
Batuk berdarah (hemoptysis).
Kebocoran udara di dalam rongga paru-paru menyebabkan gagal paru sehingga

dianggap berbahaya.
5. Pasien wanita hamil harus menginformasikan kepada dokter ataupun teknolog
Xray. Perlu dilihat informasi lebih lanjut tentang keamanan sinar X pada
kehamilan.
6. Prosedur ini melibatkan paparan sinar X. Namun resiko radisi tidak menjadi
perhatian utama jika dibandingkan dengan manfaat dari prosedur ini. Perlu
dilihat informasi lebih lanjut tentang keamanan tentang dosis radiasi.
7. Biopsi ini memerlukan biaya yang mahal, sehingga untuk melakukan
pengangkatan pada jaringan abnormal yang kecil tidak cost-effektif.

8. Tidak direkomendasikan pada pasien yang menderita emphysema, koagulasi


darah, kista pada paru dan gangguan lain, kekurangan oksigen dalam darah,
hipertensi pulmonary, dan kondisi gagal jantung, sehingga dalam kasus ini lebih
disarankan untuk melakukan operasi dalam pengangkatan jaringan yang
abnormal.
c.4. Elektrokardiografi (EKG)

Gambar 3.8 Elektrokardiografi


Cairan ekstraselular mengandung garam, sehingga mengkonduksikan listrik.
Cairan ini terdistribusi ke suluruh tubuh, sehingga tubuh berperan sebagai konduktor
volume. Saat otot jantung mengalami depolarisasi, arus ekstraselular antara sel-sel
yang mengalami depolarisasi dan istirahat akan menyebabkan potensial yang dapat
diukur

pada

permukaan

tubuh.

Pengukuran

ini

membentuk

dasar

dari

elektrokardiogram (EKG). Dasar EKG adalah konsep segitiga sama sisi (segitiga
Einthoven), dengan jantung sebagai sumber arus pada pusatnya.

Gambar 3.9 Segitiga Einthoven


Elektrokardiografi (EKG) merupakan catatan variasi dari potensi bioelektrik berkenan
dengan waktu detak jantung manusia. Dengan digitalisasi sinyalelektrokardiografi, analisa
komputer dari pola EKG dilakukan untuk mendiagnosa penyakit jantung. Banyak hasil

39

penting mengenai hal ini telah diperoleh untuk mendapatkan hasil yang efisien dan analisa
pola EKG yang akurat waktunya.
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik
jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektrodaelektroda yang dipasang pada permukaan tubuh. Kelainan tata listrik jantung akan
menimbulkan kelainan gambar EKG. EKG hanyalah salah satu alat bantu dalam menegakkan
diagnosis penyakit jantung. Gambaran klinis penderita tetap merupakan pegangan yang
penting dalam menentukan diagnosis, karena pasien dengan penyakit jantung mungkin
mempunyai gambaran EKG yang normal atau sebaliknya individu yang normal mungkin
mempunyai gambaran EKG yang abnormal.

c.4.1. Sinyal Elektrokardiografi (EKG)


Sewaktu impuls jantung melewati jantung, arus listrik akan menyebar kedalam
jaringan disekeliling jantung dan sebagian kecil dari arus tersebut akan menyebar
kepermukaan tubuh yang lain. Bila pada permukaan tubuh diletakkan elektroda-elektroda
maka potensial listrik yang muncul dapat direkam.Rekaman ini disebut elektrokardiogram
(electrocardiogram signal) dan lebih dikenal dengan sinyal EKG.Sinyal EKG terdiri atas:
-

Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena

otot atrium yang relatif tipis.


Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga
gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah.
Selanjutnya depleksi keatas adalah gelombang R . Depleksi kebawah setelah

gelombang R disebut gelombang S.


Gelombang T ,terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat
(repolarisasi).

Gambar 3.10 Sinyal EKG

c.4.2. Mekanisme Alat


Alat ini memproses signal elektrik yang ditransmisikan melalui dua atau lebih
elektroda elektrokardiograf dan menghasilkan tampilan visual sinyal elektrik yang dihasilkan
oleh jantung.
c.4.3. Kegunaan Elektrokardiografi (EKG)
Fungsi dari penggunanan Elektrokardiogram (EKG) meliputi untuk mengetahui kecepatan
denyut jantung, mengetahui waktu dan kekuatan dari signal elektrik yang dihasilkan melalui
tiap bagian jantung, alat bantu untuk mendiagnosa gangguan pada fungsi jantung, alat bantu
dalam perawatan beberapa jenis penyakit jantung dan aritmia, dan menentukan respon pasien
terhadap terapi obat. Berbagai masalah jantung yang dapat didiagnosis dengan
Elektrokardiogram (EKG) yaitu :
- Pembesaran jantung
- Aritmia
- Gangguan jantung seperti penyumbatan pada arteri jantung
- Penurunan suplai darah ke jantung
- Abnormalitas posisi jantung
- Inflamasi pada jantung (pericarditis atau myocarditis)
- Cardiac arrest
- Gangguan sistem konduksi jantung
- Ketidak seimbangan elektrolit yang mengontrol aktivitas jantung.
c.4.4. Hasil Eklektrokardiografi (EKG)
Hasil EKG dicetak pada kertas EKG yang merupakan kertas grafik yang terdiri dari
garis horizontal dan vertical dengan jarak 1 mm dengan garis yang lebih tebal pada setiap 5
mm. Garis horizontal menunjukkan waktu, dimana 1 mm bernilai 0,04 detik. Garis vertical
menggambarkan voltase, 1 mm = 0,1mV. Umumnya, pada praktek sehari-hari perekaman
dibuat dengan kecepatan 25mm/detik.

41

Gambar 3.11 Hasil EKG


Gambar 3.11 memperlihatkan gambarangelombang EKG normal. Gambaran
gelombangEKG satu siklus jantung terdiri dari satugelombang P, satu kompleks QRS, dan
satugelombang T. Kompleks QRS sebenarnya terdiridari tiga gelombang yang terpisah ,
yaitugelombang Q, gelombang R, serta gelombang S.Gelombang P dan kompleks QRS
merupakangelombang depolarisasi, sedangkan gelombangT adalah gelombang repolarisasi.
Grafik EKG terdiri dari beberapa gelombang, namun yang pentingadalah gelombang
R (mewakili arus depolarisasiatau aktivitas elektrik dari otot jantung yangsedang
berkontraksi) dan gelombang T(mewakili arus repolarisasi atau aktivitas ototjantung yang
sedang berelaksasi).Melalui aktivitas elektrik jantung, dokterdapat mengetahui irama jantung,
besarnyajantung, dan kondisi otot jantung. Sebagaicontoh , apabila ada bagian otot jantung
yangtidak terekam aktivitas elektrik (tidak adagelombang R), hal ini menunjukkan bahwa
bagian ini pernah terjadi serangan jantung.Apabila gelombang T di EKG mendatar atau
mencekung kebawah, hal ini menunjukkan suplai darah ke otot jantung berkurang. Jadi
pasien ini mungkin menderita penyakit jantung koroner. Hasil EKG jantung koroner dapat
dilihat pada gambar 3.12.

Gambar 3.12 Hasil EKG Jantung Koroner


c.5. Chest X-ray

Gambar 3.12 Digital X-ray


Chest X-Ray atau rontgen dada merupakan alat diagnostik yang esensial yang
membantu dokter untuk mendiagnosa dan mengobati kondisi medis. Sinar-X ditemukan oleh
Wilhelm ConradRontgen seorang berkebangsaan Jerman padatahun 1895. Pembangkit sinarX berupa tabunghampa udara yang di dalamnya terdapat filament yang juga sebagai katoda
dan terdapatkomponen anoda. Jika filamen dipanaskanmaka akan keluar elektron dan apabila
antarakatoda dan anoda diberi beda potensial yangtinggi, elektron akan dipercepat menuju
keanoda.

Dengan

percepatan

elektron

tersebutmaka

akan

terjadi

tumbukan

tak

kenyalsempurna antara elektron dengan anoda,akibatnya terjadi pancaran radiasi sinar-X.


Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dariradiasi untuk diagnostic, pemeriksaan
sinar-Xgigi dan penggunaan radiasi sinar-X untuk terapi.

43

c.5.1. Prinsip Chest X-Ray


Tabung yang digunakan adalah tabung vakum yang di dalamnya terdapat 2 elektroda
yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung Roentgen dihubungkan ke transformator
filamen. Transformator filament ini akan memberi suplai sehingga mengakibatkan terjadinya
pemanasanpada filamen tabung Roentgen, sehingga terjadi thermionic emission,dimana
elektron-elektron akan membebaskan diri dari ikatan atomnya,sehingga terjadi elektron bebas
dan terbentuklah awan-awan elektron.Anoda dan katoda dihubungkan dengan transformator
tegangan tinggi. Primer HTT diberi tegangan AC (bolak-balik) makaakan terjadi garis-garis
gaya magnet (GGM) yang akan berubah-ubah bergantung dari besarnya arus yang
mengalir.Akibat dari perubahangarig-garis gaya magnet ini akan menyebabkan timbulnya
gaya geraklistrik (GGL) pada kumparan sekunder, yang besarnya tergantung darisetiap
perubahan fluks pada setiap perubahan waktu.
Dari proses ini didapatkanlah tegangan tinggi yang akan disuplai ke elektroda
tabungRoentgen.Elektron-elektron bebas yang ada disekitar katoda akan ditarikmenuju
anoda, akibatnya terjadilah suatu loop (rangkaian tertutup) makaakan terjadi arus elektron
yang berlawanan dengan arus listrik yang5kemudian disebut arus tabung.
Pada saat yang bersamaan, elektron-elektronyang ditarik ke anoda tersebut akan
menabrak anoda dan ditahan.Jika tabrakan elektron tersebut tepat di inti atom disebut
peristiwabreamstrahlung dan apabila menabraknya dielektron di kulit K, disebutK
karakteristik. Akibat tabrakan ini maka terjadi hole-hole karena elektron-elektron yang
ditabrak tersebut terpental. Hole-hole ini akan diisi oleh elektron-elektron lain. Perpindahan
elektron

ini

akan

menghasilkansuatu

gelombang

elektromagnetik

yang

panjang

gelombangnya berbeda-beda.Gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang 0,1 1


Ainilah yang kemudian disebut sinar X atau sinar Roentgen .

Gambar 3.13 Diagram Sinar-X

c.5.2. Kegunaan Chest X-ray


Chest X-ray dapat membantu menemukan beberapa masalah pada organ-organ yang ada di
dalam dada salah satunya adalah beberapa masalah jantung, seperti pembesaran jantung,
gagal jantung, dan masalah yang menyebabkan cairan di paru-paru (edema paru). Dokter
tidak selalu mendapatkan informasi yang mereka butuhkan dari pemeriksaan Chest Xray.Pada pemeriksaan radiologi khususnya Chest X-ray, kadang-kadang ditemukan dimana
ukuran bayangan jantung terlihat lebih besar dari biasanya. Meskipun terlihat lebih besar dari
biasanya, hal ini tidak bisa langsung dikatakan bahwa jantung tersebut mengalami
pembesaran atau biasa disebut dengan Cardiomegally.
c.5.3. Kelebiahn dan Kekurangan

a) Kelebihan
Sangat berguna dalam diagnosis darurat, dan pemeriksaan menggunakan X-ray cepat

dan mudah.
Peralatan X-ray yang relatif murah sehingga banyak tersedia di ruang gawat darurat,
ruangan dokter, pusat perawatan rawat jalan, rumah jompo dan lokasi lainnya.
b) Kekurangan
Dapat meningkatkan terjadinya resiko kanker kulit.
Tidak bisa digunakan untuk wanita yang sedang hamil karena dapat membahayakan
janin.
3.5.6. Hasil Chest X-ray

45

Gambar 3.14 Gambaran Hasil Radiografi Dada

c.6. Ekokardiografi
Tes Ekokardiografi atau USG jantung merupakan suatu alat penting untuk
mengevaluasi struktur dan fungsi dari jantung dan pembuluh darah yang terkait. Tes ini cepat,
mudah, dan tidak menimbulkan rasa sakit. Evaluasi ini menggunakan gelombang ultrasonik
untuk menghasilkan gambar jantung Anda.Echo seringkali digabungkan dengan Doppler
ultrasound dan Doppler berwarna untuk mengevaluasi aliran darah melalui klep-klep jantung.
menggunakan

gel

untuk

menggerakkan

alat

yang

menyerupai

mikrofon

yang

dinamakan transducer pada daerah dada. Hal ini memungkinkan Dokter Anda melihat
tampilan jantung Anda beserta katupnya secara live.Tidak ada radiasi yang terjadi pada
pemeriksaan USG jantung, sehingga teknologi ini dapat digunakan pada semua orang dari
segala usia.
c.6.1. Manfaat
Manfaat dari alat ini antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui adanya penyakit jantung bawaan.


Menilai fungsi jantung.
Menilai kekuatan kontraksi otot-otot jantung.
Menilai adanya kelainan katup.
Menilai keadaan pembuluh darah koroner
Melihat terdapatnya trombus.

7. Mengetahui adanya infeksi jantung


8.

Menilai adanya peradangan pada jantung.

9.

Mencari komplikasi pada jantung dari penyakit-penyakit lainnya (misalnya: infeksi


virus dapat berakibat miokarditis,

penyakit kawasaki yang sangat mirip dengan

campak atau rubela dapat menyebabkan kerusakan pada arteri koroner, dsb)
c.6.2. Cara Kerja Alat
1. Anda akan terbaring pada satu sisi bagian tubuh atau punggung
2. Seorang operator akan menaruh cairan (jelly) khusus pada bagian atas probe dan akan
meletakkan diatas wilayah dada.
3. Dengan menggunakan gelombang suara Ultra-High-Frequency akan menggambil
gambar dari hati anda serta klep (valve) jantung anda, pada penggunaan alat ini tak
akan menggunakan sinar-X.
4. Pergerakan (denyut) dari jantung atau hati anda dapat dilihat pada suatu layar video.
Sebuah video atau foto dapat membuat gambar dari pergerakan (denyut) tadi. Anda
dapat pula mengamatinya pada saat test ini berlangsung, dan biasanya mengambil
waktu kurang lebih 15-20 menit.
5. Dalam test ini anda tak akan merasa sakit dan tidak mempunyai efek samping.
6. Selanjutnya dokter akan memberitahukan hasil pemeriksaan tersebut.
7. Gelombang suara tadi akan mengambil gambar hati atau jantung anda secara jelas dan
ketika pemeriksaan telah selesai maka operator tadi akan mencabut probe yang
sebelumnya digunakan untuk melihat pergerakan hati atau jantung anda.
8. Setelah itu anda akan menunjukkan tanda-tanda ingin batuk, sebagai tanda bahwa
pemeriksaan telah selesai.
c.6.3. Hasil Elektrokardiografi
1. Bentuk dan ukuran jantung.
2. Seberapa baik jantung pasien bisa bekerja.
3. Jika pasien memiliki masalah dengan katup jantung.
4. Jika dinding atau bagian otot jantung lemah dan tidak bekerja dengan benar.
5. Jika pasien memiliki gumpalan darah atau emboli

47

Gambar 3.15 Menggunakan sinar X

Gambar

3.16

3D

Echocardiography
c.6.4. Jenis Ekokardiografi
Ada beberapa tipe-tipe echocardiograms:

Transthoracic echocardiogram: Ini adalah echocardiogram standar. Ia adalah tes


yang tidak menyakitkan serupa pada X-ray, namun tanpa radiasi. Prosedur
menggunakan teknologi yang sama yang digunakan untuk mengevaluasi kesehatan
bayi sebelum kelahiran. Alat yang digenggam ditangan yang disebut transducer
ditempatkan pada dada dan memancarkan gelombang-gelombang suara frekwensi
tinggi (ultrasound). Gelombang-gelombang suara ini memantul dari struktur-struktur
jantung, menghasilkan gambar-gambar dan suara-suara yang dapat digunakan oleh
dokter untuk mendeteksi kerusakan dan penyakit jantung.

Transesophageal

echocardiogram

(TEE): Tes

ini memerlukan transducer

dimasukan kebawah tenggorokan kedalam esophagus (tabung menelan yang


menghubungkan mulut pada lambung). Karena esophagus berlokasi dekat pada

jantung, gambar-gambar yang jelas dari struktur-struktur jantung dapat diperoleh


tanpa campur tangan dari paru-paru dan dada.

Stress echocardiogram: Ini adalah echocardiogram yang dilakukan ketika pasien


berolahraga pada treadmill atau sepeda yang tidak bergerak. Tes ini dapat digunakan
untuk melihat gerakan dari dinding-dinding jantung dan aksi pompa jantung ketika
jantung dibebankan. Ia mungkin mengungkap kekurangan aliran darah yang tidak
selalu terlihat pada tes-tes jantung lain. Echocardiogram dilakukan tepat sebelum dan
sesudah latihan.

Dobutamine atau adenosine/sestamibi stress echocardiogram: Ini adalah bentuk


lain dari stress echocardiogram. Bagaimanapun, sebagai gantinya berolehraga untuk
membebankan jantung, beban diperoleh dengan memberikan obat yang menstimulasi
jantung dan membuatnya berpikir ia sedang olahraga. Tes digunakan untuk
mengevaluasi jantung anda dan fungsi klep ketika anda tidak mampu untuk
berolahraga pada treadmill atau sepeda yang tidak bergerak. Ia juga digunakan untuk
menentukan berapa baik jantung anda mentolerir aktivitas dan kemungkinan anda
mempunyai penyakit arteri koroner (arteri-arteri yang terhalang), serta mengevaluasi
keefektifan dari rencana perawatan cardiac anda.

Intravascular ultrasound: Ini adalah bentuk dari echocardiography yang dilakukan


selama kateterisasi cardiac (jantung). Selama prosedur ini, transducer diteroboskan
kedalam pembuluh-pembuluh darah jantung via kateter pada selangkangan. Ia
seringkali digunakan untuk menyediakan informasi detil tentang atherosclerosis
(rintangan) didalam pembuluh-pembuluh darah.
c.7. Exercise Stress Test
EST atau disebut Test Treadmill adalah Pemeriksaan yang dapat memberikan

informasi apakah jantung anda memiliki asupan darah dan oksigen dari sirkulasi saat terjadi
stress fisik yang mungkin tidak muncul pada EKG saat istirahat. Pemeriksaan ini juga dapat
memberikan informasi penting apabila ada kelainan dari irama jantung dan tekanan darah.
Beberapa kondisi yang memerlukan test treadmill yaitu :

49

1.

Apabila Anda dicurigai memiliki penyakit jantung koroner (PJK), yang terkadang
tidak muncul pada EKG saat istirahat.

2. Anda memiliki risiko tinggi memiliki PJK


3. Untuk mengevaluasi toleransi saat beraktivitas saat Anda mengeluhkan kelelahan
yang tidak diketahui penyebabnya dan napas pendek.
4. Untuk mengevaluasi respon tekanan darah pasien yang memiliki kecenderungan
hipertensi saat beraktivitas.
5. Untuk mencari adanya irama jantung yang tidak teratur (ireguler) yang dipicu oleh
aktivitas.
Akan tetapi, Tes Treadmill sebaiknya tidak dilakukan pada beberapa kasus seperti pasien
yang baru saja mengalami serangan jantung, atau saat pasien baru saja mengalami nyeri dada,
dengan kecurigaan atau kemungkinan serangan jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi)
yang tidak terkontrol, gagal jantung yang belum diobati, gangguan irama jantung yang tidak
terkontrol.
Tes ini memakan waktu sekitar 20-40 menit tergantung dari kapasitas latihan Anda dan waktu
munculnya gejala. The Bruce Protocol memakan waktu total 21 menit, periode pemulihan 10
menit, dan persiapan 10 menit.

Gambar 3.17 ??????


Proses penggunaan :

Pasien dibawa ke ruang treadmill dimana nadi dan tekanan darah saat istirahat akan
direkam. Elektroda ditempelkan pada dada dan dihubungkan dengan EKG pada

mesin pemeriksaan.
Tes ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu exercise stress test, Anda akan
diminta untuk berjalan diatas treadmill dengan prosedur latihan spesifik, dimulai dari
langkah lambat. The Bruce Protocol, protokol yang paling sering digunakan,
memiliki total 7 tahapan dengan peningkatan kecepatan secara periodik dan inklinasi
kecuraman setiap 3 menit. Tekanan darah, denyut jantung, dan EKG Anda akan
dipantau dan direkam secara bersamaan, pada saat istirahat, dan setiap 3 menit dalam
setiap tahapan latihan. Dokter akan bertanya kepada Anda sebelum suatu tahapan

berakhir, apakah Anda masih sanggup untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya.


Ada beberapa pertimbangan yang harus diikuti apabila tes ini akan dihentikan dan
Anda tidak perlu menyelesaikan 7 tahapan. Tahapan 4-6 sudah memerlukan usaha
yang intens, dan tahapan 7 memerlukan usaha maksimal. Tes ini akan dihentikan
apabila target denyut nadi telah tercapai, atau apabila Anda mengalami gejala seperti
nyeri dada, pusing, kenaikan tekanan darah yang berlebihan, atau kelelahan yang

ekstrim.
Bagian kedua dari tes ini adalah periode pemulihan atau fase slowing down.
Kecepatan akan diturunkan secara bertahap dalam 10 menit. Tekanan darah, denyut
jantung, dan EKG Anda akan tetap dipantau selama bagian kedua ini berlangsung.

Protokol latihan yang paling sering digunakan adalah protokol Bruce yang memiliki total
7 tahapan dengan peningkatan kecepatan secara periodik dan inklinasi kecuraman setiap 3
menit. Tekanan darah, denyut jantung, dan EKG Anda akan terus dipantau dan direkam
secara bersamaan pada saat istirahat dan setiap 3 menit dalam setiap tahapan latihan. Dokter
akan bertanya kepada anda sebelum suatu tahapan berakhir apakah masih sanggup untuk
melanjutkan ke tahapan berikutnya. Tes ini akan dihentikan apabila target denyut nadi telah
tercapai, atau apabila anda mengalami gejala seperti nyeri dada, pusing, kenaikan tekanan
darah yang berlebihan, atau kelelahan yang ekstrim. Bagian kedua dari tes ini adalah periode
pemulihan atau fase slowing down. Kecepatan treadmill akan diturunkan secara bertahap
hingga akhirnya dihentikan. Tekanan darah, denyut jantung, dan EKG akan tetap dipantau
51

selama bagian kedua ini berlangsung. Pada saat Anda merasa lelah, tidak sehat atau tidak
dapat melanjutkan pemeriksaan tolong beritahu dokter atau petugas untuk menghentikan
pemeriksaan. Harap diingat bahwa jika Anda berhenti tes, anda tidak dapat mengulang atau
meneruskan tes lagi.

c.8. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


c.8.1. Cara Kerja MRI
Alat MRI berupa suatu tabung berbentuk bulat dari magnet yang besar. Penderita
berbaring di tempat tidur yang dapat digerakkan ke dalam (medan) magnet. Magnet akan
menciptakan medan magnetik yang kuat lewat penggabungan proton-proton atom hidrogen
dan dipaparkan pada gelombang radio. Ini akan menggerakkan proton-proton dalam tubuh
dan menghasilkan sinyal yang diterima akan diproses oleh komputer guna menghasilkan
gambaran struktur tubuh yang diperiksa. Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas
yang optimal sebagai alat diagnostik, maka harus memperhitungkan hal-hal yang berkaitan
dengan teknik penggambaran MRI, antara lain :
a. Persiapan pasien serta teknik pemeriksaan pasien yang baik
b. Kontras yang sesuai dengan tujuan pemeriksaanya
c. Artefak pada gambar, dan cara mengatasinya
d. Tindakan penyelamatan terhadap keadaan darurat
c.8.2. Kelebihan MRI
Ada beberapa kelebihan MRI dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan yaitu :
MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti otak,
sumsum tulang serta muskuloskeletal.
1. Mampu memberi gambaran detail anatomi dengan lebih jelas.
2. Mampu melakukan pemeriksaan fungsional seperti pemeriksaan difusi, perfusi dan
spektroskopi yang tidak dapat dilakukan dengan CT Scan.
3. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah
posisi pasien.
4. MRI tidak menggunakan radiasi pengion.
c.8.3. Cara Kerja MRI

Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet mempunyai
arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat diletakkan dalam alat
MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan magnet . Demikian juga arah
spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan magnet. Saat diberikan frequensi
radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya
dengan bertambahnya energi, atom H akan mengalami pembelokan, sedangkan besarnya
pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan lamanya energi radio frequensi yang diberikan.
Sewaktu radio frequensi dihentikan maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan
magnet . Pada saat kembali inilah, atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya.
Kemudian energi yang berupa sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan
diper-kuat. Selanjutnya komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal
yang diperoleh dari berbagai irisan.
c.9. Magnetic Resonance Angiography (MRA)
c.9.1. Prinsip Kerja
Adapun prinsip kerja dari alat MRA ini adalah saat pasien dimasukkan ke dalam alat
MRI, maka struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia yang sebelumnya memiliki medan
magnet dengan arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan berubah kea rah yang
sejajar dengan medan magnet. Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar
dengan arah medan magnet. Saat diberikan frequensi radio, maka atom H akan mengabsorpsi
energi dari frequensi radio tersebut. Akibatnya dengan bertambahnya energi, atom H akan
mengalami pembelokan, sedangkan besarnya pembelokan arah, dipengaruhi oleh besar dan
lamanya energi radio frequensi yang diberikan. Selanjutnya ketika frequensi radio dihentikan
maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet. Pada saat kembali inilah,
atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Lalu digunakan detektor yang khusus
untuk mendeteksi energi yang berupa sinyal. Hasil didapatkan dari komputer yang mengolah
dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal.
c.9.2. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan alat MRA antara lain merupakan salah satu teknik pencitraan non invasif
yang tidak melibatkan paparan radiasi pengion, kemudian prosedur pelaksanaanya lebih
mudah dan sederhana serta biaya pemerikasaan lebih murah dibandingkan angiografi
tradisional. Sedangkan kekurangan MRA yakni terdapat resiko reaksi alergi ketika bahan
kontras disuntikkan.

53

c.9.3. Prosedur Pemerikasaan MRA


1. Pasien diharuskan memakai baju rumah sakit atau pakaian tanpa kancing
logam sebab beberapa jenis logam dapat menyebabkan gambar buram.
2. Kemudian pasien berbaring di meja lalu digeser ke dalam scanner berbentuk
terowongan besar.
3. Pemeriksaan memerlukan pewarna khusus yang biasa diberikan sebelum tes
melalui vena (IV) di tangan atau lengan bawah pasien untuk membantu ahli
radiologi melihat daerah-daerah tertentu lebih jelas.
4. Selama pemeriksaan, operator akan mengoperasikan alat ini dari ruangan lain.
Pemeriksaan mungkin memakan waktu 1 jam atau lebih (Medline, 2014).
c.9.4. Hasil Pemerikasaan
Gambar dibawah merupakan hasil pemeriksaan aterosklerosis dengan menggunakan
MRA. Tanda panah menunjukkan adanya bagian-bagian yang terputus dari aliran darah, hal
itu menunjukkan adanya penyumbatan aterosklerosis sehingga darah tidak dapat mengalir
dengan lancar.

Gambar 3.18. hasil pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Angiography (MRA)

c.10.

Percutanneous Coronary Internention (PCI)

PCI (Percutaneous Coronary Intervention), atau yang dikenal juga dengan coronary
angioplasty, merupakan prosedur terapi untuk membuka penyempitan (stenotic) pembuluh
darah arteri jantung pada kasus penyakit jantung koroner yang disebabkan oleh terjadinya
penumpukan

kolesterol

pada

dinding

pembuluh

darah.

Percutaneus

Coronary

Interventionditujukan untuk membuka kembali arteri koroner yang menyempit atau

tersumbat dengan memasukkan balon atau stent melalui kateter yang dimaksukkan ke dalam
lumen arteri melalui insisi kecil pada kulit. Adanya kolesterol menyebabkan aliran darah
tidak lancar dan fungsi jantung menjadi terganggu sehingga berpotensi menyebabkan
serangan jantung . PCI dilakukan dengan memasukkan catheter yang telah dilengkapi dengan
balloon khusus dan stent yang akan diarahkan ke titik terjadinya penyumbatan di dalam
pembuluh darah arteri untuk membuka penyumbatan tersebut dan mengembalikan aliran
pembuluh darah arteri ke jantung. Tindakan PCI ini biasanya dilakukan oleh interventional
cardiologist. Dengan dilakukannya primary PCI, gejala dari penyakit jantung koroner, seperti
nyeri dada (angina), sesak nafas (dyspnea), dan congestive heart failure dapat dikurangi dan
bahkan dihilangkan (Ellen et al, 2007).

Gambar 3.19 Percutaneous Coronary Intervention


Persiapan Sebelum Tindakan PCI
1. Pemeriksaan laboratorium
2. pemeriksaan EKG
3. Stress test (Treadmill)
4. Foto dada ( Rontgen Dada )
5. Puasa makan 4 - 6 jam sebelum tindakan, minum obat seperti biasa.
6. Pasien mendapat penjelasan tentang prosedur tindakan (inform consent)
7. Daerah yang akan dimasukkan kateter dicukur
8. Dipasang infus di lengan / tungkai kiri
9. Minum Obat anti Platelet sesuai terapi dokter

55

c.11.

Cardiac Catheterization

Kateterisasi jantung biasanya dilakukan saat Anda masih terjaga, namun dalam
pengaruh obat bius. Sebuah akses intravena akan dimasukkan ke dalam tangan atau lengan,
dan akan digunakan untuk memberikan obat tambahan yang diperlukan selama tindakan
berlangsung. Dada Anda juga akan ditempelkan sadapan atau elektroda untuk memeriksa
detak jantung selama tindakan berlangsung.
Sesaat sebelum tindakan berlangsung, seorang perawat atau teknisi akan mencukur
rambut pada tempat dimana kateter akan dimasukkan. Sebelum kateter dimasukkan ke dalam
pembuluh arteri, Anda akan diberikan suntikan obat bius agar tidak merasa sakit. Anda dapat
merasakan nyeri seperti digigit semut sesaat sebelum terasa baal.
Setelah Anda merasa baal, kateter akan dimasukkan. Akan dibuat suatu sayatan kecil,
biasanya di kaki untuk akses arteri. Sebuah selubung plastik akan dimasukkan melalui
sayatan kecil tersebut agar Dokter dapat memasukkan kateter.
Biasanya tindakan ini memakan waktu beberapa jam untuk pemulihan. Setelah
tindakan Anda selesai, Anda akan dibawa dengan brankard ke ruang pemulihan sambil
menunggu efek biusnya menghilang. Hal ini biasanya memakan waktu satu jam. Lapisan
plastik yang dimasukkan melalui lipat paha, leher atau lengan Anda akan segera dilepaskan
segera setelah tindakan selesai, kecuali apabila Anda memerlukan terapi pengencer darah.
Setelah meninggalkan ruang pemulihan, Anda akan dibawa ke ruang perawatan.
Setelah kateter dilepas, teknisi atau perawat akan memberikan tekanan pada tempat
pemasangan lapisan plastik tadi. Anda akan diminta berbaring lurus terlentang selama 1-6
jam setelah tindakan untuk menghindari perdarahan serius dan membantu pemulihan arteri.
kondisi yang Anda miliki saat kateterisasi jantung:

Angiogram koroner. Apabila Anda melakukan tes ini untuk memeriksa sumbatan
arteri jantung , zat warna akan disuntikkan melalui kateter dan pencitraan arteri
jantung akan diambil dengan sinar X. Dalam angiogram koroner, kateter biasanya
ditempatkan dalam arteri di lipat paha atau pergelangan tangan.

Kateterisasi jantung kanan. Tindakan ini memeriksa tekanan dan aliran darah
bagian kanan dari jantung. Untuk tindakan ini, kateter dimasukkan melalui arteri di

leher atau lipat paha. Kateter ini memiliki sensor khusus untuk mengukur tekanan dan
aliran darah di dalam jantung.

Biopsi jantung. Apabila Dokter ingin mengambil sampel jaringan dari jantung Anda
(biopsi), maka kateter biasanya akan ditempatkan di arteri leher. Kateter berukuran
kecil, dengan ujung seperti rahang (jaw-like tip) digunakan untuk memotong sampel
kecil jaringan dari jantung Anda. Anda akan merasakan tekanan saat kateter
digunakan, namun tidak akan merasakan jaringan tersebut dipotong.

Angioplasti Balloon dengan atau tanpa pemasangan stent. Tindakan ini digunakan
untuk membuka arteri yang sempit di dalam atau di dekat jantung Anda. Kateter akan
dimasukkan melalui arteri pada lipat paha. Sebuah kateter fleksibel, panjang akan
dijahit melalui arteri Anda ke arteri yang sempit. Kemudian, sebuah kateter balon
lebih kecil akan memandu melalui kateter yang fleksibel dan mengembang pada area
yang sempit untuk membukanya. Dalam banyak kasus, Dokter akan menempatkan
sebuah gulungan mesh (mesh coil) yang dinamakan stent pada porsi yang sempit
untuk membantu arteri tetap terbuka.

Memperbaiki kelainan jantung. Apabila Dokter menutup lubang pada jantung


Anda, seperti kelainan septum atrium atau patensi foramen ovale, kateter mungkin
akan dimasukkan ke dalam kedua arteri dan vena pada lipat paha dan leher. Sebuah
alat akan dimasukkan ke dalam jantung untuk menutup lubang tersebut.

Balloon valvuloplasty. Tindakan ini dilakukan untuk membuka katup jantung yang
sempit. Pemasangan kateter akan bergantung pada masalah katup yang Anda punya.
Sebuah kateter akan dijahit sepanjang katup. Kemudian balon akan dikembangkan
untuk membuat katup terbuka dengan lebih mudah. Anda mungkin akan merasakan
tekanan saat kateter dimasukkan ke dalam tubuh, namun Anda akan merasa nyaman
dari pengobatan balon ini.

Penggantian katup. Tindakan ini hampir sama dengan ballon valvuloplasty, kecuali
katup buatan akan dipasang pada jantung untuk menggantikan katup yang sempit atau
bocor.

57

Meskipun Anda akan dibius, Anda akan tetap terjaga selama tindakan agar dapat
mengikuti instruksi. Selama tindakan, Anda mungkin akan diminta untuk mengambil
napas dalam, menahan napas, batuk atau menempatkan tangan pada berbagai posisi.
Meja pemeriksaan Anda juga dapat dimiringkan sewaktu-waktu.

Penjahitan kateter seharusnya tidak memberikan rasa nyeri, dan Anda tidak akan
merasakannya bergerak di dalam tubuh Anda. Beritahukan kepada tim medis apabila Anda
merasakan ketidaknyamanan.

c.11.1. Hasil
Apabila Anda mendapat angiogram koroner, hasilnya dapat memberitahukan apakah
Anda membutuhkan angioplasti atau stent, atau operasi yang lebih besar yang dinamakan
operasi bypass koroner. Pada beberapa kasus, angiogram dapat menunjukkan apakah
angioplasti dapat menjadi terapi efektif untuk membuka arteri yang menyempit. Apabila
Dokter menemukan hal ini, maka Dokter dapat melakukan tindakan angioplasti dengan atau
tanpa pemasangan stent secepatnya agar Anda tidak perlu melakukan kateterisasi jantung
lagi.

Gambar 3.20 Hasil alat cardiac characteristic


c.12.

Foto Rontgen (Sinar X)

Foto rontgen adalah alat yang menggunakan sinar sebagai cara untuk mampu
menembus bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagianbagian dalam tubuh.

Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format film
agar bisa dilihat hasilnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, kini foto rontgen juga sudah
bisa diproses secara digital tanpa film. Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD
atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail.
Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen seorang berkebangsaan Jerman
pada tahun 1895. Penemuanya diilhami dari hasil percobaan sebelumnya antara lain dari J.J
Thomson mengenai tabung katoda dan Heinrich Hertz tentang foto listrik. Kedua percobaan
tersebut mengamati gerak elektron yang keluar dari katoda menuju ke anoda yang berada
dalam tabung kaca yang hampa udara. Pembangkit sinar-X berupa tabung hampa udara yang
di dalamnya terdapat filamen yang juga sebagai katoda dan terdapat komponen anoda. Jika
filamen dipanaskan maka akan keluar elektron dan apabila antara katoda dan anoda diberi
beda potensial yang tinggi, elektron akan dipercepat menuju ke anoda. Dengan percepatan
elektron tersebut maka akan terjadi tumbukan tak kenyal sempurna antara elektron dengan
anoda, akibatnya terjadi pancaran radiasi sinar-X (Susanto, 2008).
Dari percobaan yang telah dilakukan, Rontgen meyakini bahwa sinar X dapat
menembus (menerobos) berbagai benda yang tak tembus oleh cahaya biasa. Sinar X dapat
menembus langsung daging, tapi berhenti pada tulang, Sinar X berjalan menurut garis lurus
dan tidak terbelokan oleh medan magnet maupun medan listrik. Dengan demikian terbukti
bahwa Sinar X bukanlah partikel yang bermuatan listrik.
Sinar-X adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih pendek
dari cahaya dan dihasilkan dengan memborbarding suatu target dengan elektron kecepatan
tinggi. Target biasanya dibuat dari tungsten. Sinar-X adalah foton-foton berenergi tinggi (1
100 keV) dengan panjang gelombang dalam orde 1 . Sinar-X dihasilkan dari penembakan
suatu atom dengan elektron-elektron berenergi tinggi dengan cara memberi tegangan yang
cukup besar. Elektron-elektron ini menendang elektron yang terikat pada inti atom,
sehingga terjadi kekosongan pada kulit atom. Kekosongan ini langsung diisi oleh elektron
dari kulit atau orbital terluar. Pada saat perpindahan transisi elektron dari kulit terluar ke kulit
terdalam ini, dipancarkan tenaga yang merupakan gelombang elektromagnet yang disebut
dengan sinar-X (Syamsul Bahri, 2005).

59

c.12.1. Mekanisme Alat

Gambar 3.21 Bagian-bagian mesin sinar-X


Bagian utama dari mesin sinar-X adalah sepasang elektrode, yaitu katode dan anode,
yang ditempatkan dalam sebuah tabung kaca yang divakumkan. Katode terbuat dari sebuah
filamen yang dipanaskan, seperti yang biasa ditemukan pada lampu pijar model lama. Arus
listrik pada mesin pemancar sinar-X dilewatkan melalui filamen ini sehingga filamen tersebut
menjadi panas. Akibatnya, elektron-elektron terpancar dari permukaan filamen tersebut.
Anode yang bermuatan positif, dibuat dari bahan tungsten berbentuk lingkaran datar, menarik
elektron-elektron tersebut membentuk berkas elektron dari katode ke anode dalam tabung.
Antara katode dan anode diberi beda potensial yang sangat besar, sehingga berkas
elektron mengalir dalam tabung dengan energi yang sangat tinggi. Ketika elektron berenergi
tinggi ini menumbuk atom tungsten di anode, sebuah elektron yang berada pada orbit yang
relatif rendah dari atom tungsten tersebut akan terlempar meninggalkan tempatnya. Elektron

lain yang berada di orbit yang lebih tinggi akan segera jatuh mengisi tempat kosong di orbital
yang lebih rendah yang telah ditinggalkan elektron. Karena elektron jatuh dari orbital yang
lebih tinggi ke orbital yang lebih rendah, maka dalam proses ini akan dilepaskan foton. pada
peristiwa ini, elektron yang jatuh tersebut berasal dari tingkat energi yang jauh lebih tinggi,
sehingga foton yang dihasilkan juga merupakan foton dengan energi yang cukup tinggi, yaitu
foton-foton sinar-X.

Gambar 3.22 Elektron dalam sinar-X


Elektron yang bebas juga dapat menghasilkan foton tanpa menumbuk sebuah atom.
Hal ini terjadi karena sebuah inti atom yang menarik elektron yang bergerak bebas akan
menyebabkan elektron yang bergerak tersebut akan mengalami perlambatan. Perlambatan
atau pengurangan kecepatan tersebut terjadi dengan cara yang cukup cepat. Perubahan
kecepatan ini akan menyebabkan dilepaskannya energi dalam bentuk foton sinar-X.

Gambar 3.23 Proses terbentuknya foton sinar-X

61

Peristiwa tumbukan yang sangat kuat dalam proses pembentukan sinar-X akan
menimbulkan panas. Untuk menghindari terjadinya pelelehan pada anode akibat panas ini,
pada mesin pemancar sinar-X terdapat sebuah motor yang memutar anode. Dengan demikian,
berkas elektron tidak selalu menumbuk bagian anode yang sama. Selain itu dalam mesin juga
terdapat minyak pendingin yang berfungsi menyerap panas.
Di sekeliling alat penghasil sinar-X ini, dipasangi sebuah penghalang tebal dari bahan
timbal. Ini untuk menjaga agar sinar-X tidak keluar memancar ke segala arah. Untuk
menyalurkan berkas sinar-X yang dihasilkan, dibuat sebuah lubang kecil di bagian lapisan
penghalang tersebut. Sebelum sinar-X ini mengenai tubuh pasien yang akan difoto, sinar-X
ini akan melewati sejumlah penyaring (filter) sesuai dengan kebutuhan.
Sebuah kamera di sisi lain pasien akan merekam pola sinar-X yang melewati tubuh
pasien. Kamera sinar-X ini menggunakan teknologi film yang sama dengan kamera film
biasa (bukan kamera digital). Bedanya adalah reaksi kimia pada film foto disebabkan oleh
sinar-X bukan sinar cahaya tampak seperti pada kamera film biasa.
Umumnya dokter menggunakan secara langsung hasil foto Rontgen tersebut dalam
bentuk film negatif. Anda pernah melihat film negatif dan cara kerjanya bukan? Kita biasa
menyebut film negatif tersebut dengan istilah klise foto. Pada film negatif ini, bagian yang
terkena banyak cahaya akan tampak lebih hitam dibandingkan dengan bagian yang lebih
sedikit dikenai cahaya. Benda-benda yang keras, seperti tulang, akan tampak putih pada film
sedangkan benda-benda yang lebih lunak, misalnya kulit, akan tampak hitam atau abu-abu.
c.12.2. Komponen
Untuk dapat menghasilkan suatu pencitraan sinar-X diperlukan beberapa instrumetasi
yang baku sebagai berikut :
a.

Tabung sinar-X Tabung sinar-X berisi filament yang juga sebagai katoda dan
berisi anoda. Filamen terbuat dari tungsten, sedangkan anoda terbuat dari
logam anoda (Cu, Fe atau Ni). Anoda biasanya dibuat berputar supaya

b.

permukaannya tidak lekas rusak yang disebabkan tumbukan electron


Trafo Tegangan Tinggi Trafo tegangan tinggi berfungsi pelipat tegangan
rendah dari sumber menjadi tegangan tinggi antara 30 kV sampai 100 kV.
Pada trafo tegangan tinggi diberi minyak sebagai media pendingin. Trafo
tegangan tinggi berfungsi untuk mempercepat elektron di dalam tabung

c.

Instrumentasi kontrol Sistem kontrol berfungsi sebagai pengatur parameter


pada pengoperasian pesawat sinar-X. Instrumentasi kontrol terbagi menjadi 5
modul yaitu :
1. modul Power supplay (Catu daya DC )
2. modul pengatur tegangan (kV)
3. modul pengatur arus (mA)
4. modul pengatur waktu pencitraan (S)
5. modul Kendali system
6. catu daya AC dari sumber PLN.
(Suyatno, 2008)
c.12.3. Fungsi
Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini telah cukup beragam
mulai dari radiasi untuk diagnostic, pemeriksaan sinar-X gigi dan penggunaan
radiasi sinar-X untuk terapi. Radioterapi adalah suatu pengobatan yang
menggunakan sinar pengion yang banyak dipakai untuk menangani penyakit
kanker. Alat diagnosis yang banyak digunakan di daerah adalah pesawat sinar-X
(photo Rontgen) yang berfungsi untuk photo thorax, tulang tangan,kaki dan organ
tubuh yang lainnya. Alat terapi banyak terdapat di rumah sakit-rumah sakit
perkotaan karena membutuhkan daya listrik yang cukup besar. Di negara maju,
fasilitas kesehatan yang menggunakan radiasi sinar-X telah sangat umum dan
sering digunakan. Radiasi di bidang kedokteran membawa manfaat yang cukup
nyata bagi yang menggunakannya. Dengan radiasi suatu penyakit atau kelainan
organ tubuh dapat lebih awal dan lebih teliti dideteksi, sementara terapi dengan
radiasi dapat lebih memperpanjang usia penderita kanker atau tumor (Badri,
1998).

c.12.4. Kelebihan dan Kekurangan


a) Kelebihan
Dalam ilmu kedokteran, sinar x dapat digunakan untuk melihat kondisi tulang, gigi
serta organ tubuh yang lain tanpa melakukun pembedahan langsung pada tubuh pasien.
b) Kekurangan
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapari sinar-X
dan gamma segera teramati beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut. Efek
merugikan tersebut berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Pada tahun 1897 di
63

Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar-X,
sedang pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun
1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan oleh sinar-X.
Meskipun beberapa efek merugikan dari sinar-X dan gamma telah teramati, namun upaya
perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X dan gamma belum terfikirkan. Marie
Curie, penemu bahan radioaktif Po dan Ra meninggal pada tahun 1934 akibat terserang oleh
leukemia. Penyakit tersebut besar kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya
berhubungan dengan bahan-bahan radioaktif.

c.12.5. Hasil
Foto Schedel AP/Lateral
1. Besar dan bentuk calvaria normal/tidak
2. Tabula eksterna, diploe dan tabula interna ada fraktur ?, kalsifikasi ?
3. Vaskular marking (garis pembuluh darah) ada/tidak, banyak/sedikit,
4.
5.
6.
7.
8.

melebar/terputus
Convutional marking (bayangan girus dan sulkus) ada/tidak
Sutura coronalis, sutura sagitalis, sutura lambdoidea terlihat/tidak
Sella tursica, Proc. clinoideus anterior et posterior
Garis fraktur ada/tidak
SOL (space occupaying lesion)

Foto Sinus Paranasal (SPN) Waters


1. Sinus frontalis dextra et sinistra cerah/ada perselubungan ?
2. Sinus maxillaris dextra et sinistra cerah/ada perselubungan ?
3. Sinus ethmoidalis dextra et sinistra (sering tdk tampak) cerah/ada
perselubungan ?
4. Septum nasi ditengah/deviasi ?
5. Concha nasalis inferior hipertrofi/ normal
Foto Cervical AP/Lateral
1. Soft tissue ada pembengkakan/normal
2. Besar dan bentuk corpus Vt. Cervicalis normal/tidak
3. Pedicle dan Discus intervertebralis tdp osteofit

?,

discus

normal/menyempit ?
4. Curva normal kurva Vt. Cervicalis, lordotik.
5. Alignment kedudukan corpus vertebra satu dg yg lain, bergeser/tidak ?
6. Foramen intervertebralis menyempit/ normal ?
Foto Thorax PA/AP
1. Soft tissue ada pembengkakan/tidak

2. Skeletal
3.
4.
5.
6.

(os

scapula,

os

clavicula,

ossa

costae) tdp

fraktur/destruksi/normal ?
ICS melebar/menyempit/normal ?
Trachea ? deviasi (tertarik/terdorong ?)/ di tengah ?
Cor cardiomegali/ normal ? ( CTR ?)
Aorta elongasi/dilatasi
a. Ukur jarak puncak aorta sampai ujung medial clavicula, jarak normal >
1 cm, < 1 cm berarti elongasi
b. Ukur jarak dari midline tubuh sampai pinggir arcus aorta (ke lateral

sinistra), normal < 4 cm, > 4 cmm berarti dilatasi.


7. Sinus costophrenicus dextra et sinistra tajam/tumpul
8. Sinus cardiophrenicus dextra et sinistra tajam/tumpul
9. Diafragma
a. normal hemidiafragma kanan lebih tinggi dari hemidiafragma kiri (2,5
4 cm )
b. bentuk normal seperti kubahabnormal diafragma tenting, scalloping
atau bulging.
c. Cara mengukur perbedaan diafrgama kanan dan kiri tarik garis tegak
lurus dari sinus cardiophrenicus diaphragma sinistra sampai ke bawah
diaphragma dextra. Ukur jarak dari garis tersebut ke puncak
diaphragma dextra secara tegak lurus.
10. Pulmo
a. Hylllus normal/ kasar/melebar ?
b. Corakan bronkovaskuler normal atau bertambah ( > 2/3 lapangan
paru)
c. Infiltrat (bercak lunak) ada/tidak
d. Fibrotik tissue ada/tidak
e. Bayangan noduler opaque ada/tidak
f. Retraksi jaringan ada/tidak
Note : pada foto thoraks AP cor dan aorta tidak bias dinilai.
Foto BNO (Buik Nier Oversich)
1.
2.
3.
4.

Preperitoneal fat line dextra et sinistra tampak jelas/tidak ?


Psoas line dextra et sinistra tampak jelas, tidak ?
Skeletal (Vt. Lumbalis) Corpus vertebra dan Discus intervertebralis
Kontur ginjal jelas/tidak jelas, letak, ukuran dan stuktur
a. Normal, Ren dextra terletak setinggi Vt. Thoracalis XII Vt. Lumbalis

III dan Ren sinistra setinggi Vt.Thoracalis XI Vt. Lumbalis II


5. Distribusi udara colon normal bayangan lusen udara terlihat pada fundus
gaster, bulbus duodeni dan colon.
6. Concermen opaque bayangan opaque (gambaran batu) di sepanjang
traktus urinarius.
Foto Lumbosacral AP/Lateral
65

1. Soft tissue ada pembengkakan/normal ??


2. Besar dan bentuk corpus Vt. Lumbalis normal/tidak
3. Pedicle
dan
Discus
intervertebralis terdapat

osteofit/tidak,

osteofit spondilosis, discus normal/menyempit.


4. Curva normal kurva Vt. Lumbalis, lordotik, kalau kurva menjadi
lurus ada spasme otot
5. Alignment bergeser berarti spondilolistesis
6. Foramen intervertebralis normal/menyempit
7. Titik berat badan normal di promontorium os sacrum, di depan
promontorium unstable pelvic.
Cara mengukur titik berat badan tarik dua garis diagonal yang saling
bersilangan dari sudut corpus Vt. Lumbalis III. Dari titik persilangan dua
garis diagonal tersebut, ditarik garis vertikal ke arah promomtorium os
sacrum. Normal, garis vertical (titik berat badan) akan jatuh/melalui
promontorium os sacrum.
Foto Pelvis AP
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Soft tissue ada pembengkakan/normal ?


Besar dan bentuk tulang pelvis
Struktur tulang regular/irregular
Celah sendi normal, menyempit, melebar ?
Garis fraktur dan osteofit
Caput femur, collum femur, acetabulum fraktur, osteofit, permukaan

rata/tidak
7. Symphysis pubis normal < 1 cm, > 1 cm berarti symphysiolysis
Foto Genu AP/Lateral
1. Soft tissue pembengkakan/normal ?
2. Besar dan bentuk tulang femur distal, tibia dan fibula proksimal
3. Celah sendi normal, menyempit?
4. Garis fraktur, osteofit
5. Eminentia intercondylaris medial dan lateral terdapat perkapuran ?
6. Patella fraktur, dislokasi, terdapat perkapuran ?
Foto Shoulder AP, Foto Humerus AP/Lateral, Foto Antebrachii AP/Lateral, Foto
Manus AP/Lateral, Foto Femur AP/Lateral, Foto Cruris AP/Lateral, Foto Pedis
AP/Lateral, Foto Ankle Joint AP/Lateral
1. Soft tissue tdp pembengkakan/normal
2. Besar dan bentuk tulang
3. Celah sendi menyempit, melebar/normal
4. Garis fraktur, dislokasi dan osteofit

c.13. Endoskopi
Endoskopi adalah suatu prosedur medis yang dilakukan dengan alat/instrumen yang
disebut endoskop. Endoskop dimasukkan kedalam tubuh untuk melihat organ dalam dan
kadang-kadang digunakan dalam beberapa operasi.

Gambar 3.24 Alat Endoskop


Berbentuk seperti selang tipis, yang digunakan dokter untuk melihat langsung ke
dalam tubuh. Dan beberapa memiliki kamera video kecil di ujung yang mengirimkan gambar
di layar komputer. Beberapa kaku, dan ada yang fleksibel. Ada cukup kecil untuk dimasukkan
kedalam tubuh, yang dapat mengirim gambar secara nirkabel. Setiap jenis ini didesain khusus
untuk mengamati organ dalam tubuh.
Endoskopi pertama kali dikembangkan untuk mengamati organ tubuh yang tidak dapat
diamati oleh alat kesehatan yang lain. Endoskopi sering digunakan untuk tindakan
pencegahan, deteksi dini, diagnosis, menentukan stadium kanker, dan terapi kanker.
(American Cancer Society, 2015)

67

c.13.1.

Jenis Endoskop

Berdasarkan pada daerah tubuh yang amati, endoskopi dapat dimasukkan ke dalam
mulut, anus, atau uretra. Kadang-kadang, endoskop dimasukkan melalui sayatan kecil di
kulit.
Tabel 1. Jenis Endoskop dan organ yang diamati
Jenis Endoskop

Kolonskop

Dimasukkan
Melalui
Sayatan
dikulit
Mulut
atau
hidung
Anus

Sistoskop

Uretra

Enteroskop

Mulut
anus
Mulut

Arthroskop
Bronkoskop

Esofagogastroduodenosko
p

Organ Tubuh
yang Diamati
Sendi

Nama Prosedur
Arthroskopi

Trakea
dan Brokoskopi, Bronkoskopi
bronkus
fleksibel
Kolon
dan Kolonskopi,
lower
usus besar
endoscopy
Kandung
Sistoskopi, sistouretroskopi
kemih
atau Usus halus
Enteroskopi
Esofagus,
Esofagogastroduodenoskopi
lambung, dan ,
upper
endoscopy,

usus duabelas
jari
Bagian dalam
uterus
Bagian dalam
perut
dan
panggul
atau Laring

Histeroskop

Vagina

Laparoskop

Sayatan
diperut

Laringoskop

Mulut
hidung
Sayatan
dibawah
tulang dada
Anus

Mediastinoskopi

Sigmoidoskop,
sigmoidoskop fleksibel

Thoracoskop

Sayatan
didada

panendoscopy, gastroskopi
Histeroskopi
Laparoskopi,
endoskopi

peritoneal

Laringoskopi

Mediastinum

Mediastinoskopi

Rektum
dan
sigmoid colon
(bagian bawah
usus besar)
Bagian antara
paru-paru dan
dinding dada

Sigmoidoskopi,
sigmoidoskopi
fleksibel,
proktosigmoidoskopi
Thoracoskopi, pleuroskopi

c.13.2. Prosedur Endoskopi


Tabel 2. Prosedur Endoskopi
Jenis Endoskopi

Persiapan

Arthroskopi

Puasa

Apakah biasanya
dilakukan di
ruang operasi?
Ya

Bronkoskopi

Puasa

Tidak

Eteroskopi

Puasa,
diet Tidak
cairan (asupan
cairan
yang
masuk
dibatasi) dan
obat pencahar
bila dimasukan
69

Jenis Anastesi
yang digunakan
Anastesi lokal dan
sedatif
Anastesi lokal dan
sedative
atau
anastesi sistemik
Sedatif
dan
anastesi sistemik

Estimasi Waktu

30-45 menit
30 menit sampai 2
jam
45-90 menit

Laringoskopi

melalui dubur
Puasa

Tidak

Upper endoscopy

Puasa

Tidak

Sigmoidoskopi
fleksibel

Diet
cairan, Tidak
obat pencahar

Kolonoskopi
Sitoskopi

Diet
cairan, Tidak
obat pencahar
Puasa
Kadang-kadang

Mediastinoskopi
Thorakoskopi
Laparoskopi

Puasa
Puasa
Puasa

Ya
Ya
Ya

Anastesi lokal atau


sistemik
Anastesi local atau
sistemik
Biasanya
tidak
menggunakan
anastesi
Anastesi
sedatif
ringan
Anastesi local atau
sistemik
Anastesi sistemik
Anastesi sistemik
Anastesi sistemik

15 menit sampai 1
jam
15-30 menit
15-30 menit

30-60 menit
15-30 menit
1-2 jam
2-3 jam
20 menit-1 jam

Gambar 3.25 Pemeriksaan dengan menggunakan endoskopi


c.13.3. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan :
1. Bersifat invasif. Prosedur endoskopi memerlukan anastesi dan beberapa persiapan
lain.
2. Tingkat morbiditas dan mortalitas sangat rendah.
3. Aman dan efektif digunakan untuk mendiagnosa.
4. Dapat memberikan gambaran (berupa foto dan/atau video) dari organ yang sedang
diamati.

Kekurangan :
1. Endoskopi tidak dapat mendeteksi functional disease di GI tract.
2. Reaksi abnormal dari prosedur anastesi.
3. Setelah endoskopi, pasien mungkin merasa kembung dan mual dan mungkin juga
mengalami sakit tenggorokan.

71

DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, Hood. Mukty, H. Abdul, 2009, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya :
Airlangga University Press
Alsegaf,2004; Kamus Kedokteran; Edisi ke 29, Buku Kedokteran EGC, Jakarta,
Pratama, Vindo Dwika. 2014. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS
PNEUMOTHORAKS DEXTRA DI RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.
Universitas

Muhammadiyah

Surakarta.

Surakarta.

Diakses

dari

http://eprints.ums.ac.id/39668/21/02%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf [Sitasi tanggal 08


September 2016]

American College Of Surgeons Commitee On Trauma, 2008, Trauma toraks. Dalam ATLS
Student Course Manual 8th edition. USA.
American Pharmacists Association, 2015,Drug Information Handbook with International
trade name index, United States.Lexicomp
BADRI, CHOLID , 1998, Aspek Pemeliharaan Sarana Radiasi, Instalasi Radioterapi
RS.Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Ruhyanudin, Faqih.,2006, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler, Malang : UMM Press
Orlolo, V., and Albarran J., W. (2010).Assesment of Acute Chest Pain. British Journal of
Cardiac Nursing. 5(12): 587-593.
Ellen C. Keeley, M.D., L. David Hillis, M.D. 2007.Primary PCI for Myocardial Infarction
with ST-Segment Elevation. N Engl J Med (356) 47-54.
Muttaqin, Arif., 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Salemba Medika, Jakarta
Guyton, Arthur C., 1991, Buku Teks Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Davey, Patrick, 2006, At a Glance Medicine, Erlangga, Jakarta

Setiati, Siti, dkk., 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI Jilid II, Interna Publishing,
Jakarta
Susanto, Feri. 2008. Aplikasi radiasi sinar-x di bidang kedokteran untuk Menunjang
kesehatan masyarakat . Tangerang : BATAN.
Suyatno, Sigit Bachtiar. 2011. ANALISIS PEMBENTUKAN GAMBAR DAN BATAS
TOLERANSI UJI KESESUAIAN PADA PESAWAT SINAR-X DIAGNOSTIK. PROSIDING
SEMINAR PENELITIAN DAN PENGELOLAAN PERANGKAT NUKLIR. Pusat Teknologi
Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta.
Diakses

dari

http://digilib.batan.go.id/e-prosiding/File

%20Prosiding/fisika/fisika_bukuI/data/SUYATNO.pdf [Sitasi tanggal 09 September


2016]
Syamsul Bahri, 2005. Variasi tegangan pemercepat terhadap spekrum sinar-X
untuk

absorber Cu dan Al, Jurnal Gradien Vol.1 No.1 Januari 2005 : 6-9

www.radiologyinfo.org (online; diakses pada tanggal 7 September 2016)

73

Anda mungkin juga menyukai