Paket Soal 2
BATCH AGUSTUS 2015
1. C. Disentri basiler
Keywords: mengeluh BAB cair lebih dari tiga kali
per hari , BAB disertai darah dan lendir, mual dan
muntah-muntah lebih dari lima kali per hari disertai
nyeri perut di dekat pusat. nyeri tekan (+) regio
umbilikus dan suprapubik.
Diagnosis: disentri basiler
Dasar teori
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan)
dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang
menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit
Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Dasar teori
Diagnosis:
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata
dengan menemukan tinja bercampur darah.
Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan.
Dasar teori
Gejala disentri basiler:
2. A. Hepatitis A
Keywords: muntah-muntah lebih dari tiga kali sejak
satu hari SMRS, kulit dan matanya kuning, berkerja
sebagai buruh bangunan, sklera ikterik +/+, kulit
tampak ikterik. Pemeriksaan penunjang: HbsAg (+),
dan IgM anti HAV (+).
Diagnosis: hepatitis A
Dasar teori
Hepatitis A: suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus hepatitis A yang
disebarkan oleh kotoran/tinja penderita;
biasanya melalui makanan (fecal - oral).
Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:
Kelelahan
Demam
Mual dan muntah
Kehilangan nafsu makan
Menguningnya kulit dan bagian putih mata
(jaundice), karena meningkatnya kadar
bilirubin
Urin berwarna gelap seperti teh
Mencret
Kotoran BAB yang berwarna terang atau mirip
tanah liat
Dasar teori
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium : tes fungsi hati
(terdapat peninggian bilirubin, SGPT dan
kadang-kadang dapat disertai peninggian
GGT, fosfatase alkali), dan tes serologi anti
HAV, yaitu IgM anti HAV yang positif
3. E. ANA positif
Keywords: Nn. Rena, mengeluh muncul bercak
kemerahan di kedua pipinya, bercak tersebut
melewati hidung dan berbentuk kupu-kupu,
mengeluh nyeri sendi.
Diagnosis: SLE
Tatalaksana: steroid
Dasar teori
SLE adalah:
Salah satu kelompok penyakit rematik yang sangat fatal
Merupakan penyakit autoimun yang menyerang seluruh organ tubuh
lain yang dapat menginduksi SLE, diantaranya adalah virus (Epstain Barr),
obat (contoh : Hydralazin dan Procainamid), sinar UV, dan bahan kimia
seperti hidrazyn yang terkandung dalam rokok, mercuri dan silica.
Dasar teori
Adanya empat atau lebih dari 11 kriteria baik secara serial maupun simultan cukup untuk
menegakkan diagnosis. Kriteria diagnosis untuk SLE diantaranya adalah :
ruam di daerah malar
ruam discoid
fotosensitivitas
Dasar teori
Patogenesis SLE
4. E. Defibrilasi
Keywords: tiba-tiba mengalami nyeri dada sejak
setengah jam SMRS, di IGD tiba-tiba mengalami
kejang, tidak memberikan respon, nadi tidak
teraba, EKG: VF
Diagnosis: cardiac arrest tipe VF
Tatalaksana:
Amiodaron
RJP,
Defibrilasi,
Epinefrin,
dan
Dasar teori
Algoritma Tatalaksana
Cardiac Arrest (AHA 2010):
5. B. Meningkatkan sensitivitas
insulin
Keywords: sering kencing (6x per hari) meskipun
pasien cukup minum, cepat merasa lapar dan haus,
GDS 280 mg/dl
Diagnosis: DM tipe II
Tatalaksana: edukasi, diet, aktivitas fisik,
medikamentosa
Dasar teori
Latihan fisik menyebabkan
terjadinya reaksi kaskade
dari translokasi GLUT-4 ke
membran
selpeningkatan
sensitivitas insulin.
Selain itu, latihan fisik juga
dapat menstimulasi
peningkatan sintesis
insulin.
6. B. Kina
Keywords: nyeri kepala disertai telinga berdenging
sejak tiga hari lalu, mengaku baru kembali dari
penugasan di Papua, sebelumnya mengeluh
demam menggigil dan didiagnosis malaria, pasien
masih dalam pengobatan malaria.
Diagnosis: malaria falciparum
Dasar teori
Kina merupakan:
Dasar teori
Pengobatan Malaria
7. C. Asam folat
Keywords: mengeluh lemas yang semakin
memberat sejak tiga minggu SMRS, tampak pucat
dan mengaku nafsu makannya menurun,
konjungtiva pucat +/+, Hb 6,2 g/dl, leukosit
5100/ul, trombosit 200.000/ul, MCV 115 fl, MCH
24 pg, MCHC 30%.
Diagnosis: anemia makrositik hipokrom (paling
sering defisiensi asam folat atau vitamin B12)
Tatalaksana: asupan vitamin.
Dasar teori
Anemia makrositik dapat terjadi oleh beberapa mekanisme :
Abnormalitas sintesis DNA , umumnya akibat defesiensi
asam folat dan vitamin B12, yang menyebabkan prekursor
eritrosit membesar abnormal di sumsum tulang.
Dasar teori
Dasar teori
Edema paru akut: edema paru yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler yang disebabkan
karena meningkatnya tekanan vena pulmonalis.
Gejala dan tanda:
Dasar teori
Dasar teori
Alur Diagnosis DM tipe II
Dasar teori
11. B. HCT
Keywords: TD 165/100 mmHg, pada regio
metatarsalpalangeal II terdapat satu buah tophus,
asam urat 8,2 mg/dl.
Diagnosis: HT grade II
Tatalaksana: Obat anti hipertensi (hindari
golongan tiazid)
Dasar teori
Kadar asam urat dalam
darah seringkali meningkat
tubulus
berkompetensi
sekresi asam urat.
dan
dengan
Dasar teori
PPOK:
Penyakit kronik yang dapat
dicegah dan diobati
Ditandai
dengan
keterbatasan aliran udara
yang
tidak
sepenuhnya
reversibel.
Gangguan bersifat progresif.
Respon inflamasi kronik dari
paru
terhadap
pajanan
partikel atau gas beracun
yang cukup lama.
Dasar teori
Dasar teori
Pemeriksaan yang rutin:
Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht,
Leukosit) dan foto toraks untuk
menyingkirkan penyakit paru lain.
Pemeriksaan spirometri dilakuka
n untuk memeriksa VEP1, KVP
dan VEP1/KVP. VEP1 Disebut
obstruksi
apabila
%VEP1
(VEP1/VEP1 prediksi) <80% atau
VEP1% (VEP1/KVP) < 75%.
Apabila spirometri tidak tersedia
atau tidak mungkin dilakukan,
bisa dilakukan pemeriksaan APE
(arus puncak ekspirasi), dengan
memantau variabiliti harian pagi
dan sore tidak melebihi 20%.
Tata Laksana
Formula Cockcroft-Gault:
USG
osteodistrofi akibat
hiperparatiroidisme
Biopsi ginjal
14. C. Doksisiklin
Keywords: mengeluh demam menggigil sejak tiga hari lalu,
mengeluh pegal-pegal di seluruh persendian, sakit kepala,
mual, muntah, nyeri otot terutama di betis, dan kedua
matanya tampak merah, sebelumnya kompleks perumahan
pasien kebanjiran, Suhu 39,8oC, injeksi konjungtiva +/+.
Diagnosis: leptospirosis
Tatalaksana:
Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 x 100 mg
Ampisilin 4 x 500-750 mg
Amoksisilin 4 x 500 mg
Leptospirosis sedang/berat Penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam
Ampisilin 1 gram/ 6 jam
Amoksisilin 1 gram/ 6 jam
Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/ minggu
Dasar teori
Leptospirosis: penyakit zoonosis yang
mikrorganisme Leptopsiro interogans.
Manifestasi klinis:
disebabkan
oleh
suatu
Fase leptospiremia: ase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan
cairan srebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala
biasanya di bagian frontal, rasa sakit yang hebat terutama pada paha, betis dan
pinggang disertai dengan nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesia
kulit, demam tinggi yang disertai mengigil, juga didapati mual muntah disertai
mencret, bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran. Pada hari keempat dapat
disertai dengan konjungtiva suffusion dan fotofobia.
Fase imun: se ini ditandai dengan peningkatan titer antibody, dapat timbul
demam yang mencapai suhu 40oC disertai menggigil dan kelemahan umum.
Terdapat rasa sakit menyeluruh diotot-otot leher terutama diotot bagian betis.
Terdapat perdarahan berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati,
uremia dan ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, pupura,
petechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifetasi perdarahan yang
paling sering. Conjunctiva injection dan conjunctiva suffusion dengan ikterus
merupakan
tanda
patognomosis
untuk
leptospirosis.
Dasar teori
Dasar teori
Graves disease: penyakit kelenjar tiroid yang disebabkan oleh autoimun
Dasar teori
Patofisiologi
Penyulit DM:
1.Makroangiopati
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati:
Retinopati diabetik
Nefropati diabetic
Neuropati diabetik
Dasar teori
Dasar teori
Sindrom cushing: sindrom klinis yang disebabkan berlebihnya rasio
hormon kortisol.
serum
Dasar teori
Dasar teori
Anemia aplastik: suatu kondisi yang terjadi ketika
tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru.
Gejala: kelelahan, sesak napas, denyut jantung tidak
teratur, kulit pucat, sering infeksi, mudah memar,
mimisan dan gusi berdarah, luka yang mengalami
perdarahan berkepanjangan, ruam kulit, pusing,
sakit kepala.
Penyebab: radiasi dan kemoterapi, paparan bahan
kimia beracun, penggunaan obat terntentu,
gangguan autoimun, infeksi virus, kehamilan.
Dasar teori
21. A. GERD
Keywords: mengeluh dadanya terasa terbakar
sejak satu hari SMRS, biasanya terasa 15-30 menit
dan disertai mual.
Diagnosis: GERD
Tatalaksana: antasid syr, ranitidin
Dasar teori
Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD)
merupakan
suatu
gangguan
pencernaan
yang
mempengaruhi Lower Esophageal
Sphincter (LES), yakni cincin otot
antara esofagus saluran makanan
dari mulut ke lambung) dan
lambung.
Gejala
utama
dari
GERD
adalah heartburn (nyeri ulu hati),
regurgitasi
(naiknya
asam
lambung)
dan
mual.
Heartburn
biasanya
digambarkan dengan rasa panas
dan nyeri seperti terbakar di
bagian tengah dada. Gejala lain:
mual, laringitis, batuk, nyeri dada.
22. E. Hipokalemia
Keywords: mengeluh sesak napas yang semakin
memberat sejak tiga hari SMRS, dirasakan tiba-tiba
memberat pada malam hari dan semakin ringan
jika pasien tidur dengan tiga-empat bantal,
bengkak di kedua tungkainya serta perutnya
membesar, sering mengkonsumsi digoksin, JVP 5+2
cmH2O, ronkhi +/+, abdomen: asites (+),
ekstremitas: pitting edema +/+.
Diagnosis: CHF
Tatalaksana: oksigen, diuretik, ACE-I
Dasar teori
Hipokalemia yang diinduksi oleh
furosemid
akan
menyebabkan
kuinolon
;(sparfloksasin,
23. C. Emfisema
Keywords: sesak yang dirasakan sejak empat bulan
SMRS, batuk berdahak berwarna putih, memiliki
riwayat merokok sejak berusia 15 tahun, wheezing
+/+, bentuk dada barrel chest, sela iga melebar,
perkusi hipersonor, dan vesikuler melemah.
Diagnosis: PPOK tipe emfisema
Dasar teori
Emfisema: salah satu jenis PPOK atau kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli.
Pada emfisema pemeriksaan palpasi didapatkan sela iga melebar dan
fremitus melemah; pemeriksaan perkusi terdengar hipersonor, batas
jantung mengecil, letak diafragma rendah dan hepar terdorong ke
bawah. Selain itu, pada pemeriksaan auskultasi didapatkan:
Suara napas vesikuler normal atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh.
Dasar teori
Patofisiologi Emfisema
Dasar teori
LMA: suatu penyakit yang ditandai dengan tranformasi
neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
mieloid.
Gejala dan tanda: adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang sebagaimana
disebutkan diatas. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk
purpura atau petekia sering dijumpai di ekstremitas bawah atau
berupa epistaksis, perdarahan gusi dan retina.
KOMPLIKASI :
1. Sepsis
2. Perdaahan
3. Gagal organ
4. Iron Deficiency Anemia (IDA)
5. Kematian
Dasar teori
25. B. Metronidazol
Keywords: mengeluh BAB cair sejak tiga hari SMRS,
lebih dari 3x per hari dan disertai darah serta
lendir, juga mengeluh demam disertai nyeri perut
kanan atas, hepar teraba 2 jari di bawah prosesus
xipoideus, nyeri ketok (+), leukosit 15.000/ul,
trombosit
210.000/ul,
pemeriksaan
feses
ditemukan sel dengan 4 inti.
Diagnosis: abses hepar
Tatalaksana: antibiotik
Dasar teori
Abses hepar: bentuk infeksi pada hati yang
disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit,
jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan
adanya proses supurasi dengan pembentukan pus
yang terdiri darijaringan hati nekrotik,sel-sel
inflamasi atau sel darah diparenkim hati. Dibagi
menjadi dua: abses hepar amebik (penyebab
entamoeba histolytica) dan abses hepar pyogenik
(Escherichia Coli).
Gejala:
Dasar teori
Dasar teori
Malaria serebral: suatu penyakit yang melibatkan manifestasi klinis dari Plasmodium falciparum
yang mempengaruhi perubahan pada status mental dan bisa mengakibatkan koma.
Gejala klinik dari malaria serebral sangat komplek, tetapi ada tiga gejala utama umum yang
terdapat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak:
(1) Kesadaran yang lemah dengan demam yang tidak spesifik
(2) Kejang-kejang dan defek (defisit) neurologis
(3) Secara umum coma yang menetap selama 24 sampai 72 jam, pada awalnya rousable dan
kemudian unrousable.
Diagnosis: Gangren
Dasar teori
Artritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada jaringan sendi
disebabkan oleh endapan kristal-monosodium urat dan mengakibatkan
satu atau beberapa manifestasi klinik
Manifestasi klinis:
Anamnesis : ditujukan untuk mencari adanya riwayat keluarga, penyakit lain
sebagai penyebab sekunder hiperurisemia, riwayat minum minuman beralkohol,
obat-obatan tertentu.
Pemeriksaan fisik : mencari kelainan atau penyakit sekunder seperti tanda-tanda
anemia, pembesaran organ limfoid, keadaan kardiovaskular, tekanan darah, tanda
kelainan ginjal, kelainan pada sendi.
Dasar teori
Berdasarkan Kriteria ACR (American
College Rheumatology), diagnosis
ditegakkan bila salah satu dari poin (1), (2)
dan (3) berikut terpenuhi:
1. Didapatkan kristal MSU di dalam cairan
sendi, atau
2. Didapatkan kristal MSU pada tofus, atau
3. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut:
Dasar teori
Tatalaksana Ca paru
Bedah
Kemoterapi
Radiasi
Terapi target: bevacizumab, erlotinib, crizotinib
Terapi paliatif
Pilihan lain
TB paru batuk kronik dengan atau tanpa darah, foto :
kavitas / infiltrat di apeks paru, periksa sputum SPS
PPOK riwayat merokok, barrel chest, Foto : sela iga
melebar, gambaran jantung pendulum, diafragma mendatar.
Gagal jantung kronik sesak bila beraktivitas, sesak saat
berbaring, sesak mendadak malam hari (Kriteria
Framingham).
Asma sesak, suara nafas mengi, riwayat atopi.
Akalasia esofagus:
Atresia esofagus:
Divertikulum Merkel:
33. C. Anteroposterior +
Lateral
Keyword:
Tn. Reza, 38 tahun
Jatuh dari sepeda motor dalam posisi terduduk sejak 2
hari SMRS
Kesemutan (+), gangguan BAB dan BAK (-)
Tulang belakang nyeri
Gambaran Radiologis
Pneumothoraks:
Bayangan radiolusen
tanpa struktur jaringan
paru (paru
kolaps/avascular pattern)
dengan batas paru berupa
garis radioopak tipis yang
berasal dari pleura viseral
Fraktur Colles
Fraktur Smith
36. E. Streptomisin
Keyword:
Tn. Wirya, 48 tahun
Fungsi pendengarannya menurun sejak 1 minggu
Dalam pengobatan OAT
37. C. Simetidin
Keyword:
Tn. Billy, 38 tahun
Impotensi sejak 2 minggu yang lalu
Riwayat ulkus lambung
Diberi obat penghambat sekresi asam lambung
Nama Obat
Golongan
Efek Samping
Simetidin
H2 antagonis
Ranitidin
H2 antagonis
Famotidin
H2 antagonis
Nizatidin
H2 antagonis
Jarang terjadi
Omeprazole
PPI
38. C. Aritmia
Keyword:
Tn. Johny, 49 tahun
Keluhan sesak
Diberi obat teofilin
Teofilin menghambat PDE3 (phospodiesterase 3)
Teofilin
Golongan metilxanthin
Kerja dengan menghambat enzim
fosfodiesterase cAMP
bronkodilatasi
Merupakan antagonis kompetitif
reseptor adenosin (memiliki efek
bronkokonstriksi)
Dosis terapi yang sempit
Pada jantung berfungsi sebagai
inotropik (+) ( HR) dan kronotropik
(+) ( TD)
ES: mual muntah, kejang, gelisah,
aritmia, hipotensi, takikardi, gang SSP
(gelisah, susah tidur)
39. B. Captopril
Keyword:
Tn. Jamal, 51 tahun
Keluhan batuk kering
Sebelumnya diberikan obat anti-hipertensi
Sebuah batuk kering persisten adalah efek samping yang relatif umum diyakini terkait dengan
peningkatan tingkat bradikinin yang diproduksi oleh ACE inhibitors, meskipun peran bradikinin
dalam memproduksi gejala ini masih diperdebatkan oleh beberapa penulis.
Sumber: Katzungs, Basic and Clinical Pharmacology
Kalsium Karbonat
mulai kerja cepat, masa kerja panjang
peak plasma time 20-60 min (fasting time); up
to 3 hr (ingested 1 hr after meals)
Bioavailabilitas 25-35%
A. Natrium bikarbonat:
B. Alumunium hidroksida
C. Magnesium trisiklat
E. Magnesium hidroksida
41. A. Adrenalin
Keyword:
Budi, 25 tahun
Hidung tersumbat dan bersin-bersin sudah 1 minggu
Hipertrofi konka inferior bilateral
Sekret serosa
Membedakan polip dengan hipertrofi konka?
Polip
Konka Polipoid
Bertangkai
Tidak bertangkai
Mudah digerakkan
Sukar digerakkan
Mudah berdarah
Rhinitis Akut
Radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan
virus/bakteri
Merupakan manifestasi dari rhinitis simpleks (influenza,
common cold, dll)
Gejala:
Rhinitis Alergi
Merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi
Frekuensi terbanyak pada anak-anak, berkurang dengan
bertambahnya umur
Gejala Klinik:
Polip Hidung
Kelainan mukosa hidung berupa massa lunak bertangkai,
bulat/lonjong, putih/keabu-abuan, permukaan licin
mengandung cairan
Gejala:
Rhinosinusitis
Radang mukosa sinus paranasal
Paling sering menyerang sinus maksila dan etmoid
Penyebab: rhinitis akut, infeksi faring, infeksi gigi rahang,
berenang, menyelam, barotrauma
Gejala:
Ingus kental dan berbau terasa mengalir di nasofaring
Hidung tersumbat
Nyeri di lokasi sinus
Pemeriksaan:
Rhinoskopi anterior: mukosa konka hiperemis dan edema
Rhinoskopi posterior: mukopus di nasofaring
Radiologi: posisi Waters, PA, dan lateral tampak perselubungan/air fluid level
pada sinus yang sakit
Tonsilitis Akut
Disebabkan kuman grup A gol Streptokokus b-hemolitikus,
pneumokokus, Streptokokus viridan dan Streptokokus
piogenes
Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil reaksi radang
keluarnya leukosit PMN terbentuk detritus (kumpulan
leukosit, bakteri yang mati + epitel yang terlepas)
Gejala:
nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, lesu dan nyeri-nyeri sendi, tidak
nafsu makan, otalgia
PF:
tonsil bengkak, hiperemis, detritus (+) folikel/lakuna. KGB submandibula
bengkak (+), nyeri tekan (+)
Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi: rangsangan menahun rokok,
makanan, buruknya hygiene mulut, pengobatan tonsilitis
akut tidak adekuat
Kuman penyebab sama dengan tonsilitis akut, kadangkadang berubah menjadi gol Gram (-)
Gejala:
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar, beberapa
kripti terisi detritus
Rasa mengganjal di tenggorok
Tenggorok kering + napas berbau
Faringitis Akut
Sering ditemukan bersama-sama dengan tonsilitis akut
Penyebab terbanyak: Streptococcus b-haemolyticus,
Streptococcus viridans, Streptococcus pyogenes
Infeksi menular melalui droplet infections
Gejala:
Nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, pembengkakan KGB.
PF:
Faring hiperemis, edema, dinding posterior faring bergranular
Stadium OMA
Pengobatan
St. Oklusi
tuba
Eustachius
St. Hiperemis
(Presupurasi)
Antibiotik
(penisilin/ampisilin), obat
tetes hidung + analgetik
St. Supurasi
Antibiotik + miringotomi
(bila MT masih utuh)
St. Perforasi
St. Resolusi
Epistaksis Posterior
Perdarahan aktif di nasofaring perdarahan
posterior
Tatalaksana
Tampon Bellocq, menutupi nares posterior, terpasang
selama 2-3 hari
Obat hemostatik
Jika tidak dapat diatasi dengan tampon ligasi arteri
OMA
Peradangan sebagian atau
seluruh mukosa di telinga
tengah
Penyebab: Sumbatan tuba
Eustachius invasi kuman
ke telinga tengah
Pada anak sering terjadi saat
infeksi saluran napas atas
Disebabkan bakteri piogenik
(Streptokokus hemolyticus, S.
aureus, Pneumokokus)
Terdiri atas 5 stadium
Stadium OMA
Tanda/gejala
Pengobatan
St. Oklusi
tuba
Eustachius
St. Hiperemis
(Presupurasi)
Antibiotik
(penisilin/ampisilin), obat
tetes hidung + analgetik
St. Supurasi
Antibiotik + miringotomi
(bila MT masih utuh)
St. Perforasi
St. Resolusi
OMSK dibagi 2
Benigna/mukosa/aman
Maligna/tulang/bahaya
OMSK benigna:
Terbatas pada mukosa, tidak kena
tulang
Perforasi di sentral
Jarang komplikasi
Tidak ada kolesteatoma
OMSK maligna
Kena tulang
Disertai kolesteatom
Perforasi marginal/atik
Sering komplikasi
Otitis eksterna
OE difusa
Radang liang telinga (akut/kronik) Mengenai kulit liang telinga 2/3
dalam
akibat bakteri
Kulit hiperemis, edema, batas tidak
Terbagi 2
jelas, furunkel (-)
OE sirkumskripta (Furunkel/bisul)
OE difus
OE sirkumskripta
Infeksi pada adneksa kulit 1/3 luar liang
telinga
Penyebab: S. aureus
Gejala
Nyeri hebat
Gangguan pendengaran (bila furunkel
besar)
Terapi: salep Ab lokal, antiseptik,
analgesik, aspirasi jika sudah menjadi
abses
Penyebab: Pseudomonas
Gejala: sama dengan OE
sirkumskripta
Terapi: tampon Ab
Bakteri
Gram
Bentuk
Bergerak
Sifat
Penyakit
Bacillus anthracis
positif
batang
Tidak
Aerob
Antraks
Salmonella
negatif
batang
Gerak aktif
dengan flagel
Aerob
Typhoid
Streptococcus beta
hemolitikus
positif
bundar
Tidak
Anaerob
fakultatif
Radang tenggorok,
scarlet fever,
erisipelas,
endokarditis
Corynebacterium
diphtheriae
positif
batang
Tidak
Anaerob
fakultatif
Difteri
Staphylococcus
aureus
positif
bundar
Tidak
Aerob
fakultatif
Impetigo,
karbunkel,
pneumonia, sepsis
Rhinitis Alergi
Merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
Frekuensi terbanyak pada anak-anak, berkurang dengan bertambahnya
umur
Gejala Klinik:
Serangan bersin berulang
Ingus (rinore) encer dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal
lakrimasi
Demam (-)
Allergic shiner (bayangan gelap di bawah mata akibat stasis vena
sekunder)
Allergic salute (menggosok-gosok hidung karena gatal)
Allergic crease (timbulnya garis melintang pada dorsum nasi 1/3 bawah)
Rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah, pucat/livid + sekret encer
Rhinitis Vasomotor
Gejala khas: hidung tersumbat kanan kiri bergantian
Rinore mukus/serus banyak, jarang disertai bersin, tidak gatal
di mata
Gejala memburuk pagi hari
PF rhinoskopi anterior: edema mukosa hidung, konka merah
gelap/tua
Rhinitis Medikamentosa
Harus ada riwayat pemakaian vasokonstriktor topikal (obat
semprot/tetes hidung)
Disebabkan karena fase dilatasi berulang (rebound dilatation)
akibat penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama
Sebaiknya pemakaian vasokonstriktor topikal tidak lebih dari
seminggu dan isotonik
Tonsilitis akut
Disebabkan kuman grup A gol Streptokokus b-hemolitikus,
pneumokokus, Streptokokus viridan dan Streptokokus piogenes
Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil reaksi radang
keluarnya leukosit PMN terbentuk detritus (kumpulan
leukosit, bakteri yang mati + epitel yang terlepas)
Gejala:
nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, lesu dan nyeri-nyeri sendi, tidak nafsu
makan, otalgia
PF:
tonsil bengkak, hiperemis, detritus (+) folikel/lakuna. KGB submandibula bengkak
(+), nyeri tekan (+)
Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi: rangsangan menahun rokok, makanan,
buruknya hygiene mulut, pengobatan tonsilitis akut tidak
adekuat
Kuman penyebab sama dengan tonsilitis akut, kadang-kadang
berubah menjadi gol Gram (-)
Gejala:
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar, beberapa kripti
terisi detritus
Rasa mengganjal di tenggorok
Tenggorok kering + napas berbau
OMSK TIPE
BAHAYA/MALIGNA/TULANG
Peradangan sampai tulang
Perforasi marginal / atik
Kolesteotoma (+)
Tatalaksana: bedah
51. C. Vesikolitiasis
Keyword:
Tn. Toha, 44 tahun
Nyeri saat berkemih sejak 3 hari SMRS
Nyeri terutama dirasakan pada ujung penis dan skrotum
BAK terkadang lancar, terkadang berhenti dengan
perubahan posisi
Nefrolitiasis
Ureterolitiasis
Vesikolitiasis
perubahan posisi
Nyeri saat miksi (referred
pain) dirasakan di akhir
Uretrolitiasis
Miksi tiba-tiba
berhenti hingga
mengalami retensi
Nyeri dirasakan di
glans penis atau di
lokasi batu
Batu uretra posterior
dirasakan nyeri di
perineum atau
rektum
Hidrokel
Varikokel
Torsio Testis
Terpuntirnya funikulus
spermatikus gangguan
aliran darah pada testis
Gejala: nyeri hebat di
skrotum, bengkak pada
testis
Mual muntah (+)
Nyeri menjalar ke inguinal
dan perut bawah
Demam umumnya (-)
PF: testis terletak lebih
tinggi dan lebih
horizontal/transversal
Palpasi: nyeri tekan (+)
Refleks kremaster (-)
Phren test (-)
Terapi: konservatif (detorsi
manual), pembedahan
Epididimitis
Orkitis
Pilihan lain
Hipertrofi prostat jinak Colok dubur: prostat kenyal, nodul
(-), pool atas tidak teraba.
Nefrolitiasis hematuria, nyeri pinggang, nyeri ketok CVA
(+), leukosit + eritrosit pada urinalisis, diagnosis pasti
dengan BNO IVP.
Sistitis anyang-anyangan, BAK tidak lampias, nyeri tekan
suprapubik (+)
Uretritis nyeri kencing, nyeri tekan suprapubik (-).
Invaginasi Ileokolik
Ileus Paralitik
Peritonitis
Tumor Kolon
Umumnya berupa
adenokarsinoma
Penyebab belum
diketahui, diduga
faktor makanan
berpengaruh
Gejala: rasa tidak
nyaman/nyeri di perut
bawah, anemia, berat
badan turun,
konstipasi/diare
beserta darah dan
lendir (mirip sindroma
disentri)
Penunjang:
pemeriksaan CEA
(Carcinoma Embryonic
Antigen), fluoroskopi
kontras barium enema
Pseudokidney
Coiled-spring
Coiled-spring
Ileus Obstruktif
Ileus Paralitik
Sumber : www.cdc.gov
164
Tetanus Patogenesis,
Patofisologi
Spasme:
Sumber : www.cdc.gov
Grade II
Grade III
Grade IV
Badai otonom
Profilaksis Tetanus
Sumber :
www.health.state.mn.us
58. E. Teratospermia
Keywords:
Pasutri tdk pny anak. Cek fertilitas
Istri normal
Suami: sperma 4cc, putih, jumlah 25 juta/cc, motilitas
55%, kelainan bentuk (+)
Diagnosis Teratospermia
Abnormalitas sperma
Oligospermia : jumlah sperma < 20 juta
Astenospermia: Motilitas sperma < 40 %
Azoospermia : jumlah sperma 0
Teratospermia: kelainan bentuk sperma.
Arah
Deformitas
Bahu
Anterior
Posterior
Bersiku
Terkunci dalam
endorotasi
Siku
Posterior
Olekranon prominen di
posterior
Panggul
Anterior
Posterior
Lutut
Anterior/posterior
Ekstensi, hilangnya
bentuk
Ankle
Sendi subtalar
Eksorotasi, maleolus
medialis menonjol
Paling sering lateral
Kalkaneus bergeser ke
lateral
Flail Chest
Pneumothoraks
Tension Pneumothoraks
Pneumothoraks dengan
tension (udara masuk cavum
thoraks tapi tidak bisa keluar
tekanan meningkat)
kegawatan
Adanya desakan (JVP naik,
mediastinum terdesak,
trakea deviasi)
PF: vesikuler menghilang,
perkusi hipersonor,
emfisema subkutis dan
tanda2 pendesakan, sianosis
Terapi: dekompresi jarum di
sela iga 2, sambungkan
dengan pipa WSD
61. C. IIIA
Keywords:
Fraktur terbuka pd sepertiga kruris anteromedial
berukuran 5 cm
Neurovaskularisasi baik
X-Ray: fr segmental sepertiga tibia dan fibula
Needle Thoracocentesis
Indikasi: Tension pneumothorax dan primary
spontaneous pneumothorax
Pada kasus ini, tujuan dilakukan torakosentesis
untuk mengubah tension pneumothorax menjadi
simple pneumothorax
Prosedur ini perlu dilanjutkan dengan chest x-ray
dan chest drain bila diperlukan
Lokasi: Sela iga 2 garis midklavikula kanan
Rovsing Sign
Pemeriksaan pada
appendisitis akut
Perut kiri bawah
ditekan, nyeri akan
dirasakan pada perut
kanan bawah
Rovsing sign (+)
Murphy Sign
Pemeriksaan untuk
menentukan adanya
kolesistitis akut
Pasien bernapas
dalam dan tangan
kanan naik ke atas,
suatu saat napas
pasien terhenti
Murphys sign (+)
Cullen Sign
Warna kebiruan di
sekitar umbilicus
Merupakan tanda
perdarahan dalam
cavum peritoneum
Tinels Sign
65. B. Limpa
Keywords:
KLL, Tekanan darah 70 mmHg per-palpasi, denyut
nadi 140 x/menit, frekuensi napas 30x/menit.
Pasien tidak sadar, jejas pada hipokondrium kiri,
pekak alih (+), bising usus melemah.
Cedera organ Limpa
Cedera limpa
Tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
fisik
Tanda iritasi peritoneal (nyeri tekan, guarding, rebound)
Nyeri dan jejas di hipokondrium kiri
Bila perdarahan hipotensi atau takikardia
Ruptur Ginjal
Derajat
Jenis Kerusakan
II
III
IV
68. C. Hidrokel
Keyword:
Mastur, 22 tahun
Buah pelir membesar sejak 5 hari, nyeri (-)
PF:
Skrotum membesar dengan diameter 12 cm
Kulit tegang dengan transiluminasi (+)
Hidrokel
Varikokel
Spermatokel
Pilihan lain
Epidural hematom cedera temporal, pecahnya arteri
meningea media, interval lucid, refleks cushing,
gambaran bikonveks
Subdural hematom pecahnya vena-vena
penghubung, gambaran cresentic.
Subarachnoid hematom peningkatan TIK (sakit
kepala, muntah menyemprot, pupil anisokor) kaku
kuduk (+).
Fraktur basis cranii racoon eye, battle sign, rhinorea,
otorea.
71.D.12 minggu
Keyword:
Perempuan, 25 tahun,
Menstruasi (-) 4 bulan
Selama ini menstruasi teratur
HPHT lupa
Sering mual-muntah
TFU: 8 cm
72.A.Abortus inkomplit
Keyword:
Perempuan, 23 tahun,
keluar gumpalan darah segar dari jalan lahir.
G1P0A0 hamil 18 minggu
tanda vital dbn.
inspeksi genitalia: bercak darah keluar (+)
TFU sesuai usia kehamilan
OUE terbuka 4 cm.
Abortus
Ancaman/pengeluaran hasil konsepsi
pada umur kehamilan < 20 minggu /
berat janin < 500 gr
Anamnesis: amenorea < 20 minggu
PF tanda vital:
bisa normal / KU lemah + TD +
takikardia + suhu , perdarahan
pervaginam dengan/tanpa
pengeluaran hasil konsepsi, mulas
perut bagian bawah
PF Ginekologi:
Inspeksi Vulva + Inspekulo + Vaginal
toucher
Penunjang:
tes kehamilan, Doppler/USG, periksa
kadar fibrinogen pada missed abortion
Komplikasi:
Perdarahan, perforasi, syok, infeksi, pd
missed abortion kelainan
pembekuan darah
Klasifikasi Abortus
Berdasarkan terjadinya:
1. Abortus Spontan
2. Abortus Provokatus
Secara Klinis:
1. Abortus iminens
2. Abortus insipien
3. Abortus inkomplit
4. Abortus komplit
5. Missed abortion
6. Abortus habitualis
(3berturut)
Departemen Obsgyn RSCM
7. AbortusPPMseptik
Abortus Iminens
Abortus Insipiens
Abortus Inkomplit
Abortus Komplit
Missed Abortion
73.D.Misoprostol
Keyword:
Perempuan
hamil 30 minggu
keluhan nyeri ulu hati dan mual
sering terlambat makan
Misoprostol
Kategori obat pada kehamilan = X
Merupakan sintetik prostaglandin E1 yang dapat digunakan
untuk mencegah ulkus gaster
Medscape
Kehamilan Ektopik
= Kehamilan dengan gestasi di luar kavum uteri
Pembahasan
His/kontraksi baik sementara tidak memerlukan
forceps/vakum
Presentasi kepala bukan sungsang, tidak
membutuhkan manuver versi luar
Vulva bengkak, kecurigaan: antara kesalahan
memimpin persalinan atau CPD (bayi
besar/panggul sempit). Segera berikan ibu oksigen
dan pimpin persalinan. Bila tidak ada kemajuan
(terutama bila molage +) persiapkan untuk sectio
caesaria.
Tanda-tanda CPD
Pemeriksaan abdominal
Ukuran anak besar.
Kepala anak menonjol di simphisis pubis.
Pemeriksaan pelvis
Servik mengecil setelah pemecahan
ketuban
Edema servik
Penempatan kepala tidak baik lagi di
servik
Kepala belum dipegang pintu atas
panggul
Ditemukan kaput
Ditemukan molage
Ditemukan kepala defleksi
Ditemukan asinklitismus
77. A. Hiperemesis
Gravidarum
Keywords: Perempuan, usia 24 tahun, mual dan
muntah terus menerus, lemas, anoreksia, nyeri ulu
hati. Menstruasi terlambat. PF: mata sedikit
cekung. HCG (+).
Diagnosis: A. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah hebat yang
terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu
Menyebabkan penurunan BB >5% atau ketosis
Bisa juga menyebabkan dehidrasi, gangguan
elektrolit, asam basa, defisiensi nutrisi
Diagnosis
Amenore + muntah hebat,
pekerjaan sehari-hari
terganggu
Fungsi vital:
Nadi 100x/menit
TD (keadaan berat)
Subfebris
Gangguan kesadaran (apatis-koma)
Fisik:
Dehidrasi
Kulit pucat
Ikterus
Sianosis
BB
VT: uterus besar sesuai
besar kehamilan, konsistensi
lunak
Inspekulo serviks: biru
(livide)
Pemeriksaan
USG:
Kondisi kesehatan kehamilan
Kemungkinan kehamilan kembar/ mola hidatidosa
Laboratorium:
Hb dan Ht relatif
Shift to the left
Benda keton
Proteinuria
Tatalaksana
Nonfarmakologis
Istirahat
Small frequent meals
Menghindari makanan yang asam, pedas, dan berlemak
Minum banyak cairan
Jahe
Akupuntur
Tatalaksana
Farmakologis
Cairan parenteral: saline, dekstrose
Obat-obatan:
Vitamin B6
Anti-emetik: ondansentron, meclizine, dimenhydrinate, prometazine,
prochlorperazine, metoklopramide, diphenhydramine,
78. A. Piridoksin
Keywords:
Perempuan, 23 tahun, muntah-muntah, hamil
trimester 1.
Obat antiemetik?
Sumber: Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor:
11, November 2011
79.B.Asam folat
Keyword:
Perempuan, 29 tahun
riwayat epilepsi (+)
hamil 6 bulan
rutin mengonsumsi obat antiepilepsi
Obat yang mengurangi efek samping OAE?
80.A. Insulin
Keyword:
Perempuan, 31 tahun
G2P1A0 dengan riw. DM
GDS terakhir 280 mg/dL
Obat DM?
DM Pada Kehamilan
1. Pre-gestasional: DM sudah didiagnosis sebelum hamil
2. DM gestasional: DM baru didiagnosis saat hamil
Skrining: pemeriksaan beban 50 g glukosa pada kehamilan
24-28 minggu
Tatalaksana:
terapi insulin --> mencegah makrosomia janin dan
morbiditas perinatal; dosis individual; target < 140 mg/dl
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo (Buku Merah)
alternatif metformin, sulfonilurea
81.E.Pemeriksaan TORCH
Keyword:
Perempuan, 28 tahun,
menikah 4 tahun belum punya anak
hamil 2 kali, keguguran
pasien dan suami memelihara kucing, hamster, dan
burung dara
Rekomendasi pemeriksaan?
Pemeriksaan TORCH
TO Toxoplasma
R Rubella
C Cytomegalovirus
H Herpes
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo (Buku Merah)
Pemeriksaan Leopold
Leopold I: Tinggi fundus
uteri dan bagian janin
yang berada di fundus
Leopold II: Bagian janin
yang berada di kedua sisi
uterus
Leopold III: Bagian janin
yang berada di bawah
Leopold IV: Menentukan
engangement
Pada pasien...
Pada Leopold II didapati bagian besar yang keras di
kanan dan bagian besar yang lunak di kiri
Bagian besar keras kepala
Bagian besar lunak bokong
Anatomi Panggul
Struktur panggul
disusun oleh:
1. Os coccae (os ilium +
os ischium + os pubis)
2. Os sacrum
3. Os coccygis
Rumus Naegele
(Hari + 7) (Bulan - 3) (Tahun + 1)*
Pada kasus:
HPHT 13 Juli 2014, maka:
Hari (13 + 7) Bulan (7 - 3) Tahun (2014 + 1)
20 April 2015
*Rumus Naegele dapat digunakan bila siklus haid teratur ( 28
hari)
Sumber: Medscape
87.B.AKDR
Keyword:
Perempuan, 28 tahun,
akseptor KB suntik
ingin mengganti KB karena BB signifikan
memiliki 1 anak umur 2 tahun
Pemilihan Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi BB, oleh sebab itu pada pasien
dapat direkomendasikan yang sifatnya nonhormonal.
Sterilisasi dihindari karena pasien masih ingin
menambah anak lagi.
Pilihan: IUD / AKDR
Kontrasepsi Alamiah
Pantang Berkala
Prinsip: tidak melakukan senggama pada masa
subur
Masa Ovulasi: 14 2 hari sebelum hari pertama
haid yang akan datang
Fase ovulasi: mulai 48 jam sebelum hingga 24 jam
setelah ovulasi (3 hari)
1
2
1
4
1
6
2
8
2
0
2
2
2
4
3
6
Pemeriksaan IVA
IVA (Inspeksi Visual
Prinsip: Melihat
dengan Asam asetat) perubahan warna
Pemeriksaan dengan
menjadi putih
mengamati leher rahim (acetowhite) pada lesi
yang telah diberi asam
prakanker jaringan
asetat/asam cuka 3-5% ektoserviks rahim yang
secara inspekulo dan
diolesi larutan asam
dilihat dengan
asetoasetat
penglihatan mata
telanjang
Karsinoma Serviks
Kanker servix disebabkan 99,7% oleh HPV.
95% infeksi HPV oleh hubungan seksual
70% ca servix oleh strain ganas 16 dan 18 (onkogenik).
Strain 6 dan 11 (jinak) lebih jarang menimbulkan
Infeksi HPV menetap menjadi sel kanker butuh waktu 317 tahun
Faktor risiko: hub seksual usia muda, kehamilan sering,
merokok, KB hormonal jangka panjang (10 tahun
meningkatkan risiko 2 kali), infeksi HSV 2 dan chlamidya,
pasangan tidak di sirkumsisi
TIDAK NYERI
Adenokarsinoma Bartholin
Kista Duktus Skene
Kista Inklusi
Kista Sebasea
Mioma Geburt
Lipoma
Hidradenoma
Ilmu Kandungan. Hanifa Wiknjosastro. (Buku Biru)
Kista Bartholin
Penyebab: tersumbatnya bagian distal dan duktus
kelenjar yang menyebabkan retensi dan sekresi
sehingga terjadi pelebaran duktus dan pembentukan
kista
Kelenjar Bartholin terletak bilateral di posterior
introitus dan bermuara dalam vestibulum (arah jam 4
dan 8)
91. C. Dakriosistitis
Keywords:
Tanda peradangan pada saccus lakrimalis medial
Dx:
Dakriosistitis
Tx:
Kompres hangat
Antibiotik
Drainase pada abses
Infeksi kronik pembukaan sumbatan duktus lakrimalis
92. A. Miopia
Keywords:
Rabun jauh, visus 3/6
Dikoreksi S -, visus membaik 6/6
Riwayat ibu menggunakan kacamata
Dx:
Miopia
Emetropia: Semua sinar yang sejajar datang dari jarak tak terhingga ke mata
akan dibiaskan tepat di fovea sentralis retina (istirahat/tidak akomodasi)
Berdasarkan derajatnya :
Miopia sangat ringan
Miopia ringan
Miopia sedang
Miopia tinggi
Miopia sangat tinggi
:<1D
:13D
:36D
: 6 10 D
: > 10 D
Tx:
Koreksi kacamata Sferis negatif terkecil
Misal:
93. D. Blefaritis
Keywords:
Mata gatal
Skuama & silia hiperemis pada margo palpebra
Dx:
Blefaritis
Blefaritis: peradangan pada tepi kelopak mata (margo palpebra) yang dapat
disertai ulkus pada tepi kelopak mata,serta dapat melibatkan folikel rambut
Diagnosis:
Tatalaksana:
94. B. Keratitis
Keywords:
Mata terkena lumpur
Mata merah, visus turun
Injeksi siliar, bercak putih
Dx:
Keratitis
Pemeriksaan:
Slitlamp
Tes fluoresensi
Pemeriksaan mikrobiologi
Tx:
Disesuaikan dengan penyebab
95. C. Fluoresensi
Keywords:
Mata terkena lumpur
Mata merah, visus turun
Injeksi siliar, bercak putih
Dx:
Keratitis
Pemeriksaan penunjang: Tes fluoresensi lihat
lesi kornea
Pemeriksaan:
Slitlamp
Lihat lesi pada
Tes fluoresensi
kornea
Pemeriksaan mikrobiologi
Tx:
Disesuaikan dengan penyebab
Dx:
Konjungtivitis vernal
Bakterial
Viral
Alergik
Injeksi Konjungtiva
Mencolok
Sedang
Ringan-Sedang
Kemosis
++
+/-
++
Hemoragik
Eksudat
Purulen/Mukopurulen
Jernih, air
Berserabut, putih
Pseudomembran
+/-(Strep,C. Diph)
+/-
Papil
+/-
Folikel
Nodul Preaurikuler
++
Panus
- (kec. Vernal)
Inflamasi konjungtiva bilateral, rekuren yang berhubungan dengan riwayat sensitivitas serbuk sari, debu, bulu, dll
Bertambah parah saat musim panas
Pria > wanita, prapubertas
Gejala
Gatal
Fotofobia
Lakrimasi
Rasa terbakar
Sekret mukoid berserat
Ptosis
Mucoid nodule
Trantas dots
Terapi:
Hindari alergen
Steroid topikal
Vasokontriktor, kromolin topikal
Kompres dingin
General Ophtalmology, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata
97. E. Pterigium
Keywords:
Terdapat selaput di mata
Terpapar sinar matahari
Terdapat jaringan fibrovaskuler bentuk segitiga dari
konjungtiva (antara pupil & limbus)
Dx:
Pterigium
Klinis:
Grade I : pterigium terbatas pada limbus kornea
Grade II : pterigium melewati tepi limbus kornea, < 2mm
Grade III: pterigium melewati tepi limbus kornea, > 2mm
tidak melewati pinggiran pupil dalam keadaan cahaya
normal ( pupil 3-4 mm)
Grade IV: pterigium melewati pupil gangguan
penglihatan (+)
Perbedaan
Pterigium
Pingekuela
Pseudopterigium
Definisi
Warna
Putih kekuningan
Putih-kuning keabu-abuan
Putih kekuningan
Letak
>
Progresivitas
Sedang
Tidak
Tidak
Kerusakan kornea
sebelumnya
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Lebih menonjol
Menonjol
Normal
Sonde
Puncak
Tidak ada
Histopatologi
Perlengketan
General Ophtalmology, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata
Keywords:
Kabur melihat jauh
Mata lelah dan nyeri kepala saat membaca
Koreksi ODS dengan C
Dx:
ODS Astigmatisme miopia simplek
Astigmatisma miopikus simpleks titik fokus 1 di depan, 2 di retina koreksi C Astigmatisma miopikus kompositus kedua titik fokus di depan retina koreksi C - SAstigmatisma hipermetropikus simpleks titik fokus 1 di belakang, 2 di retina koreksi C +
Astigmatisma hipermetropikus kompositus kedua titik fokus di belakang retina koreksi C+ S+
Astigmatisma mikstus titik fokus 1 di depan, 2 di belakang retina koreksi C+ S-, C- S+
Dx:
Hipermetropi
Tx:
Koreksi kacamata dengan lensa sferis positif terbesar
100. D. +2.5 D
Keywords:
Usia 55 th
Penglihatan kabur bila membaca
Visus 6/6
Dx:
Presbiopi
Tx:
Koreksi sesuai usia 55 tahun +2.50 D
Koreksi:
+1.00 D 40 th
+1.50 D 45 th
+2.00 D 50 th
+2.50 D 55 th
+3.00 D >60 th
Refraksi jauh dikoreksi dulu, melihat dekat ditambah lensa adisi sesuai umur
Buku ajar Ilmu Penyakit Mata
Terjadi karena
penekanan nervus
medianus
PEMERIKSAAN
102. A. N.Medianus
Keywords :
Pasien seorang juru ketik
Nyeri dan rasa kesemutan pada ibu jari, jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanannya sejak 2 bulan yang lalu
PF : Tinel sign (+) dan phalen sign (+)
Diagnosis : carpal tunnel syndrome
Nervus yang terlibat N. Medianus
Migrain
Cluster Headache
Lokasi di kepala
Bilateral
Unilateral
Bilateral
Sensasi
Seperti diikat
Berdenyut
Seperti ditusuk-tusuk
Intensitas
Ringan - sedang
Sedang - berat
Sangat berat
Mual
+/-
Muntah
Fotofobia
Fonofobia
Memberat dengan
aktivitas
Aura
Penyerta
Injeksi konjungtiva,
lakrimasi, rinore,
perpirasi pada sisi wajah
ipsilateral
Bells Palsy
Bells palsy : paralisis akut wajah terkait inflamasi dan pembengkakan
N. fasialis di dalam kanalis fasialis paresis N. fasialis
Gejala klinis :
Terapi : kortikosteroid
Myasthenia Gravis
Patofisiologi : autoimun autoantibodi terhadap
reseptor asetilkolin di neuromuscular junction
106. B. Carbamazepine
Perempuan, 27 tahun mengalami pandangan berkunangkunang, lalu merasa asing dengan dirinya
(depersonalisasi) merupakan gejala emosional
lobus temporalis kejang fokal
Simpleks atau Kompleks? Tidak ada penjelasan tentang
penurunan kesadaran. Jadi kita harus melihat gejala lain,
yaitu:
Pandangan berkunang-kunang aura
Bengong, lalu diikuti kejang
Tatalaksana Kejang
Kejang umum
Tonik-klonik: asam valproat (DOC), carbamazepine
Absans: asam valproat (DOC)
catatan
Klasifikasi Epilepsi
Epilepsi Umum
Absans
Tonik
Klonik
Tonik klonik
Mioklonik
Atonik
Epilepsi Parsial
Parsial sederhana
Parsial kompleks
Secondary generalized
Epilepsi
Parsial
Vertigo
Vertigo Sentral
Onset gradual
Intensitas serangan rendah,
mual (-), muntah (-)
Ada riwayat hipertensi, ggn.
Serebrovaskular, ggn.
Keseimbangan dan
koordinasi
Vertigo Perifer
Onset mendadak /
serangan mendadak
Serangan hebat, mual (+),
muntah (+)
Keluhan telinga (+)
tinitus, penurunan
pendengaran, dsb
Menieres Disease
Patofisiologi : tekanan system endolimfatik telinga
dalam yang meningkat
Gejala klinis
Trias Menieres disease :
Vertigo
Tinitus
Penurunan pendengaran
Pilihan lain
Labirinitis komplikasi dari otitis media atau
meningitis, gejala berupa adanya gangguan
pendengaran dan gangguan keseimbangan
Neuritis vestibularis vertigo terjadi secara
mendadak dan tanpa pencetus, pendengaran
normal
109. A. E2 V4 M5
Keywords :
Pasien penurunan kesadaran
Pemeriksaan GCS pasien membuka mata
dengan rangsang nyeri, dapat menampik tangan
pemeriksa saat diberi rangsangan nyeri, dan
bicaranya melantur
Nilai GCS : 11 E2 V4 M5
Afasia
Afasia : gangguan berbahasa, bisa berupa
gangguan sensorik maupun motorik
Afasia Sensorik
Afasia Motorik
Area Wernicke
Area Broca
Kemampuan memahami
pembicaraan dan tulisan
Tidak mampu
Mampu
Kemampuan mengulang
pembicaraan
Tidak mampu
Mampu
111. E. MRI
Keywords :
Pasien, usia 46 tahun nyeri yang menjalar dari
pinggang kanan sampai ke tungkai kanan pada saat
mengangkat ember air sehingga pasien tidak berani
berjalan
PF : tanda laseq (+), kernig (+), parese ekstremitas (-)
Diagnosis : HNP
Pemeriksaan penunjang : MRI
Penunjang : MRI
Status Epileptikus
Bangkitan kejang yang berlangsung lebih dari 30
menit ATAU kejang berulang dimana di antaranya
tidak ada pemulihan kesadaran
Kejang Demam
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (> 38 C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium, biasanya pada usia 6 bulan 5 tahun
Kejang Demam
Kejang Demam
Sederhana
Kejang < 15 menit
Kejang umum
Tidak berulang dalam
24 jam
Kejang Demam
Kompleks
Kejang lama > 15
menit ATAU berulang >
2x dan diantara kejang
pasien tidak sadar
Kejang fokal / parsial /
kejang umum yg
didahului parsial
Berulang dalam 24 jam
113. D. Epilepsi
Keywords :
Pasien, usia 4 tahun kejang selama 2 menit pada 1
jam yang lalu
Tidak sadar selama kejang
Gejala seperti ini pernah dialami pasien 1 bulan yang
lalu dan tidak disertai demam
PF : dbn
Diagnosis : Epilepsi
Epilepsi
Suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang sebagai akibat dari adanya
gangguan fungsi otak secara intermiten, yang
disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal
dan berlebihan di neuron neuron secara
paroksismal, dan disebabkan oleh berbagai
etiologi
Meningitis Bakterial
Meningitis kumpulan gejala akibat inflamasi meningens
Trias meningitis demam, sakit kepala, kaku kuduk
Etiologi :
0-2 bulan Streptococcus group B, E.coli
2 bulan - 5 tahun Streptococcus pneumoniae, N.meningitidis,
H.influenzae
>5 tahun Streptococcus pneumoniae, N.meningitidis
Terapi :
Cefotaxim 200-300 mg/kgBB/hari IV bagi 3-4 dosis, ATAU
Ceftriaxon 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, ATAU
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 dosis + kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari bagi 4 dosis
Virus
TB
WBC
100 - 5000
10 - 300
100 500
Glukosa
(<40)
Protein
(>100)
N/
Diff. count
>80% PMN
Limfosit
Limfosit
Warna
Keruh
Jernih
Xantokrom
Tes Pandy
Deteksi : albumin + globulin
Hasil (+) jika CSF jadi keruh setelah 1 tetes CSF dimasukkan ke 1
ml reagen
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subdural
Perdarahan
Subarachnoid
Lokasi
Subarachnoid
CT Scan
Hiperdens (perdarahan)
berbentuk bikonveks
Hiperdens (perdarahan)
berbentuk bulan sabit
Hiperdens (perdarahan)
di ruang subarachnoid
Gejala khas
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subarachnoid
Perdarahan
Subdural
116. B. Skizofrenia
Keywords :
Pasien sering mengamuk, tidak bisa tidur, dan
berbicara sendiri sejak 2 bulan ini
Merasa ada sekelompok orang yang mengejarnya
dan ingin membunuhnya
Bicara pasien tidak karuan dan sulit dimengerti
Diagnosis : skizofrenia
Diagnosis Skizofren
Minimal 2 gejala dari :
Waham
Halusinasi
Bicara tidak teratur
Perilaku tidak teratur
atau katatonik
Gejala negatif (afek
datar, kehilangan
gairah)
ATAU
Waham
Halusinasi auditorik
Gangguan isi pikir
(thought echo,
thought
broadcasting, dst)
Pilihan lain
Gangguan waham menetap waham waham
sebagai satu satunya ciri khas klinis atau gejala yang
paling mencolok
Skizoafektif skizofrenia dan gejala afektif sama
sama menonjol di saat bersamaan atau bergantian
dalam satu episode penyakit
Gangguan paranoid gangguan kepribadian yang
cenderung curiga tanpa dasar
Psikotik akut gejala psikotik yang berlangsung < 1
bulan
117. D. Haloperidol
Keywords :
Pasien gangguan jiwa yang sedang terapi rutin
Saat ini kedua tangan bergetar (tremor) dan tubuh
kaku seperti robot
Diagnosis : sindrom ekstrapiramidal parkinsonism
Obat yang mencetuskan sindrom ekstrapiramidal :
antipsikotik tipikal haloperidol
Parkinsonism
Tremor
Rigiditas
Akinesia gerakan kecil kecil
Postural reflex loss
Distonia Akut
Tardive
Dyskinesia
Antipsikotik
Antipsikotik Tipikal
Antagonis reseptor dopamin
Efek samping ekstrapiramidal
Cocok untuk skizofren dengan
gejala positif dominan (waham,
halusinasi, bicara kacau, ngamuk)
Contoh : Haloperidol,
Chlorpromazine (efek
ekstrapramidal Haloperidol >
Chlorpromazine)
Antipsikotik Atipikal
Antagonis reseptor dopamine
dan serotonin
Cocok untuk skizofren dengan
gejala negatif dominan (afek
tumpul, penarikan diri, isi pikir
miskin)
Efek Ekstrapiramidal
Contoh : Risperidon
Gangguan Panik
Serangan panik berulang dalam 1 bulan
Pemicu tidak jelas (unpredictable situations)
Di antara serangan panik tidak ada gejala apaapa
Pilihan lain
Gangguan fobik ansietas yang timbul akibat pemicu
yang jelas
Gangguan cemas menyeluruh ansietas yang
berlangsung hampir setiap hari, disertai gejala somatis,
dan tidak disertai penyebab yang jelas
Gangguan penyesuaian Ada stresor yang jelas,
menghilang setelah stresor diatasi
Reaksi stress akut onset stress terjadi segera atau
beberapa saat setelah stressor luar biasa (fisik atau
mental)
Retardasi Mental
Suatu keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti/tidak lengkap dan ditandai dengan
hendaya ketrampilan selama masa perkembangan
mempengaruhi tingkat kecerdasan secara
menyeluruh (kognitif, bahasa, motorik, sosial)
Klasifikasi IQ:
Ringan: 50-69
Sedang: 35-49
Berat: 20-34
Sangat berat: < 20
Gangguan Somatisasi
Hipokondriasis
Psikosomatik
Malingering
Factitious Disorder
122. A. Depresi
Keywords :
Pasien sering melamun dan merenung
Merasa tidak memiliki harapan hidup, tidak mau
makan, hanya berdiam diri di kamar, tidak mau
keluar rumah terjadi sejak kematian anaknya 1
bulan yang lalu
Diagnosis : depresi
Diagnosis Depresi
Gejala Utama
Afek depresif
Kehilangan minat dan
kegembiraan
Mudah lelah dan aktivitas
menurun
Gejala Tambahan
Klasifikasi Depresi
123. C. ADHD
Keywords :
Anak usia 7 tahun tidak bisa diam di rumah
maupun sekolah
Tidak dapat mengikuti perintah, sering mengganggu teman,
prestasi menurun, sering kehilangan barang
Diagnosis : ADHD
Pilihan lain
Autisme onset dimulai sejak usia < 3 tahun,
gejala : gangguan interaksi sosial, komunikasi,
perilaku terbatas dan berulang punya dunia
sendiri
Gangguan sikap menentang sejak usia < 9
tahun, sikap provokatif, kasar, tidak suka kerja
sama, menentang otoritas
124. D. Ekshibisionisme
Keywords :
Pasien suka mengeluarkan alat kemaluannya di
depan umum, tanpa ada niat untuk berhubungan
lebih lanjut
Diagnosis : ekshibisionisme
Ekshibisionisme
Kecenderungan berulang atau menetap untuk
menunjukkan alat kelamin pada orang lain, tanpa
ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab
Kegairahan meningkat jika yang melihat
kelaminnya terkejut, takut, atau terpesona
Pilihan lain
Fetishisme dorongan atau kepuasan seksual melalui
benda mati
Masokisme kepuasan seksual didapat dengan
disiksa
Transeksualisme hasrat untuk hidup dan diterima
sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, merasa
risih / tidak serasi dengan anatomi tubuhnya, minimal 2
tahun
Voyeurisme kepuasan seksual didapat dengan
mengintip orang lain yang sedang berhubungan seks
atau berperilaku intim seperti sedang melepas baju
Klasifikasi
Bipolar
Tipe 1
Bipolar
Tipe 2
Manik vs.
Hipomanik
Depresi Mayor
vs. Depresi
Minor
Manik
Depresi mayor
mengganggu aktivitas,
menurunkan fungsi
serta kualitas hidup
sangat mengganggu
aktivitas dan fungsi
sehari hari
Hipomanik
Depresi minor
tidak mengganggu
aktivitas maupun
fungsi dan kualitas
hidup
tidak sampai
mengganggu
aktivitas dan fungsi
Pitiriasis Rosea
Etiologi : belum diketahui
Self limiting disease (3-8 minggu)
Gejala : gatal ringan
Tampilan : dimulai dengan lesi inisial (herald patch)
berbentuk eritema dan skuama halus, lalu muncul
beberapa lesi serupa yang membentuk gambaran
pohon cemara terbalik
Predileksi : badan, lengan atas, paha atas
Terapi : simtomatik bedak asam salisilat dengan
mentol 0,5 1%
Pitiriasis Rosea
Dermatitis Seboroik
Etiologi belum diketahui pasti, dicurigai karena :
Status seboroik diturunkan
Pertumbuhan Pityrosporum ovale berlebih (flora normal)
Dermatitis Seboroik
Predileksi : Kulit kepala, dahi, supraorbital, lipat
nasolabial, areola mammae, lipat bawah mammae,
lipat paha, anogenital
Tampilan klinis : eritema dan skuama berminyak,
kekuningan, batas tidak tegas
Terapi :
Oral Prednison 20 30 mg/hari
Topikal Ter 2 5%, krim kortikosteroid
Pitiriasis sika shampoo selenium sulfide (selsun) 23x/minggu
Herpes Zoster
Etiologi : virus varicella zoster
Pasien punya riwayat varicella sebelumnya (infeksi
primer) yang kemudian sembuh
Patogenesis :
virus varicella berdiam di ganglion posterior susunan saraf
tepi dan ganglion kranialis kelainan kulit yang timbul
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut
Gejala klinis :
Didahului gejala prodromal (demam, nyeri otot, dsb), lalu
muncul vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa
dan edema
Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
tempat persarafan
Terapi :
Asiklovir oral 5 x 800 mg /hari selama 7 hari
Varisela
Etiologi : virus varicella zoster
Transmisi : aerogen
Lesi kulit menyebar dari sentral tubuh (badan) ke
arah luar (muka dan ekstremitas) sentrifugal
Gejala klinis :
Gejala prodromal demam, malaise, nyeri kepala
Disusul vesikel multiple (bentuk khas : tear drops
vesicle), dapat disertai beberapa papul eritematosa,
pustul, dan krusta
Pemeriksaan penunjang :
Terapi :
Antipiretik
Bedak dengan anti gatal (menthol, kamfora)
Infeksi sekunder (+) antibiotik
Asiklovir 5x800 mg/hari selama 7 hari
B. Dermatitis Stasis
Akibat insufisiensi kronik vena tungkai bawah
Peningkatan
tekanan vena
tungkai
bawah
Varises dan
edema
Kulit merah
kehitaman,
timbul
purpura (o/k
ekstravasasi
eritrosit ke
dermis)
Lesi kulit
meluas (dari
tungkai
bawah ke
lutut dan
punggung
kaki)
Lesi berubah
seperti
eczema
eritem,
skuama,
eksudasi,
gatal
Kulit jadi
tebal dan
fibrotik
Dermatitis Stasis
Predileksi : 1/3 tungkai bawah
Faktor risiko : berdiri lama dan terus-menerus
Komplikasi : ulkus venosum atau ulkus varikosum,
selulitis
Kadang didiagnosis banding dengan dermatitis
numularis
MB (Multibasiler)
Jumlah lesi
1-5 lesi
> 5 lesi
Distribusi lesi
Asimetris
Simetris
Hilangnya sensasi
Jelas
Kurang jelas
Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi dan kelemahan
otot)
Reaksi MH
Reaksi ENL
Reaksi Reversal
Fenomena Lucio
Reaksi kusta yang sangat berat
Gambaran klinis : plak atau infiltrate difus, merah
muda, ireguler, nyeri bisa memberat menjadi
lebih eritematosa, purpura, bula, sampai terjadi
nekrosis dan ulserasi yang nyeri
132. B. Kompres
Keywords :
Pasien, usia 23 tahun bintil berisi cairan di
wajahnya sejak 1 minggu yang lalu
Vehikulum
Hal yang harus diperhatikan
Lokasi lesi
Lesi basah / kering
Jenis Vehikulum
Lokasi Lesi
Berpengaruh terhadap kenyamanan pasien
Misal : lokasi lipatan kulit beri vehikulum yang tidak lengket (contoh :
krim), lokasi berambut pilih vehikulum krim atau pasta
Jenis lesi
Berpengaruh terhadap kemampuan vehikulum untuk penetrasi di kulit dan
kedalaman penetrasi vehikulum
Lesi basah : beri vehikulum basah (jika diberi vehikulum kering nanti
vehikulumnya jadi menggumpal dan tidak bisa penetrasi)
Lesi kering : beri vehikulum kering
Vehikulum kering penetrasinya lebih dalam dibanding vehikulum basah
vehikulum kering (contoh : salep) cocok untuk lesi yang kronis dan tebal
(contoh : neurodermatitis), jika diberikan pada lesi akut yang masih berupa
bula eritem nantinya malah memperparah karena penetrasi terlalu dalam
Kompres
Kompres Terbuka
Dasar terapi :
penguapan cairan
kompres disusul
absorbs eksudat atau
pus
Indikasi : lesi madidans
(basah), ulkus kotor
dengan pus + krusta,
lesi dengan eritema
yang mencolok (co :
erysipelas)
Kompres Tertutup
Dasar terapi :
vasodilatasi, bukan
untuk penguapan
Indikasi : lesi yang
dalam (co :
limfogranuloma
venereum)
Pilihan lain
Bedak kocok untuk lesi kering, superfisial, agak
luas dan butuh penetrasi agak dalam
Krim ointment salep
Kelainan selaput
lendir di orifisium
Kelainan mata
Pilihan lain
Eritema multiforme erupsi bervariasi (dari
erupsi lokal kulit sampai selaput lendir), tampilan
dapat berupa makula-eritema atau vesikobulosa,
lesi khas : bentuk iris (target lesion)
Penfigoid bulosa autoimun, tampilan berupa
bula subepidermal besar berdinding tegang,
predileksi di ketiak, lengan bagian fleksor, lipat
paha
Keywords :
Pasien, usia 40 tahun bercak putih di wajah, lengan
kanan dan kiri, serta dada dan perut
Bercak tidak terasa nyeri
PF : makula hipopigmentasi pada wajah, lengan kanan
kiri, dada dan perut, pembesaran dua nervus, yaitu N.
auricularis magnus dan N. ulnaris
Pemeriksaan penunjang : BTA (+)
Diagnosis : MH tipe MB
MB (Multibasiler)
Jumlah lesi
1-5 lesi
> 5 lesi
Distribusi lesi
Asimetris
Simetris
Hilangnya sensasi
Jelas
Kurang jelas
Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi dan kelemahan
otot)
Terapi MH
PB lesi tunggal
PB lesi 2-5
MB
135. C. Candidiasis
Vulvovaginalis
Keywords :
Pasien, usia 34 tahun keputihan sejak 3 hari
yang lalu
Keputihan kental, tidak berbau, tetapi sangan gatal
Keputihan dengan tampilan seperti gumpalan keju
Mikroskopik pseudohifa dan blastospora
Diagnosis : Candidiasis vulvovaginalis
Keputihan
Candidiasis
Bakterial Vaginosis
Trikomoniasis
Penyebab
Candida sp
Gardnerella vaginalis
Trichomonas
Gejala utama
Keabuan
Kuning kehijauan,
berbusa,
Penemuan mikroskopik
(dari swab vagina)
Pseudohifa, blastospora
Clue cell
Trikomonas (parasit
berflagel)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)
Strawberry cervix
appearance
Eritrasma
Penyakit bakteri kronik pada stratum korneum
Etiologi : infeksi Corynebacterium minitussismus
(flora normal kulit)
Eritrasma
Pemeriksaan penunjang :
Wood lamp coral red (merah membara)
Mikroskopik Corynebacterium minitussismus
Impetigo
Impetigo Krustosa
Impetigo Bulosa
Etiologi
Infeksi Streptococcus B
hemolyticus
Penderita
Anak
Predileksi
Tampilan
Terapi
138. C. Pemeriksaan
VDRL/TPHA
Keywords :
Pasien, usia 36 tahun bercak kemerahan di seluruh
tubuh
Satu bulan yang lalu terdapat luka pada kemaluannya
yang tidak nyeri dan sekarang sudah sembuh
PF : makula eritematosa multiple di seluruh tubuh
termasuk telapak tangan dan kaki
Diagnosis : Sifilis sifilis sekunder
Pemeriksaan penunjang : VDRL/TPHA
Sifilis
Infeksi menular seksual
Etiologi : Treponema pallidum
Gejala klinis :
Stadium primer ulkus durum
Stadium sekunder ruam kulit, selaput lendir, dan organ tubuh,
demam (+), malaise (+)
Stadium laten gejala (-), serologi (+)
Stadium lanjut gumma, kelainan SSP dan kardiovaskular
Terapi
Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini yg < 2 tahun)
Penisilin G Benzatin 2,4 juta unit 1x IM atau Penisilin G
Prokain 600.000 u IM selama 10 hari
Sifilis lanjut (> 2 tahun) Penisilin G Benzatin 2,4 juta
unit IM setiap minggu selama 3x berturut-turut atau
Penisilin G Prokain 600.000 IM setiap hari selama 21 hari
139. D. Selulitis
Keywords :
Pasien, usia 53 tahun tungkai bawah kiri merah
dan bengkak sejak 5 hari yang lalu
PF : regio kruris didapatkan plak eritema difus,
terasa nyeri dan panas
Riwayat DM tidak terkontrol (+)
Diagnosis : Selulitis
Selulitis
Etiologi : infeksi Streptococcus B hemolyticus
Predileksi : tungkai bawah
Penyakit ini didahului trauma
Tampilan : infiltrat yang difus di subkutan dengan
tanda tanda radang akut
Selulitis vs Erisipelas
Selulitis
Erisipelas
Etiologi
Streptococcus B hemolyticus
Streptococcus B hemolyticus
Subkutan
Tampilan
Gejala konstitusional
(+)
(+)
Predileksi
Tungkai bawah
Tungkai bawah
Riwayat trauma
(+)
(+)
Laboratorium
Leukositosis
Leukositosis
Terapi
Istirahat
Elevasi tungkai yang
sakit
Antibiotik oral
Kompres terbuka
dengan larutan
antiseptik
Istirahat
Elevasi tungkai yang
sakit
Antibiotik oral
Kompres terbuka
dengan larutan
antiseptik
Selulitis vs Erisipelas
SELULITIS
ERISIPELAS
FOLIKULITIS
FURUNKEL
KARBUNKEL
Urtikaria
Etiologi : macam macam obat, makanan, gigitan
serangga, trauma fisik, psikis, dsb
Patogenesis : vasodilatasi disertai permeabilitas
kapiler yang meningkat
Tampilan : edema setempat, warna kemerahan dengan
pucat di area tengah, meninggi di permukaan kulit
seperti pulau pulau
Gejala klinis : gatal, dermografisme (+)
Dermografisme edema dan eritema linear di kulit yang
terkena goresan benda tumpul, timbul dalam 30 menit
Urtikaria
Pemeriksaan penunjang : uji tusuk (prick test), uji
gores (scratch test), uji eliminasi makanan, kadar
IgE, cold hemosiderin (untuk urtikaria dingin)
Terapi : Antihistamin, kortikosteroid
VeR Definitif
Pembuatan VeR
Kualifikasi luka
Langsung ditulis
biasanya luka derajat 1
VeR Sementara
Dibuat untuk sementara
Ya
VeR Lanjutan
Dibuat setelah luka
pasien sembuh
Korban sudah selesai
perawatan
Ya
Pemeriksaan Korban
Pemerkosaan
Anamnesis
Status perkawinan, waktu kejadian, tempat kejadian
Pemeriksaan pakaian
Cari trace evidence yang melekat di pakaian
Pemeriksaan laboratorium
Cek cairan dan sel mani dari lendir vagina
Korban Gantung
Jejas Gantung
Jerat kecil dan keras hambatan total arteri muka
pucat, petekie (-) pada kulit maupun konjungtiva
Jerat lebar dan lunak hambatan pada sal.napas dan
vena hambatan vena dari kepala ke leher
menyebabkan adanya perbendungan pada daerah
sebelah atas ikatan
Pada kasus : tepi jejas bengkak akibat perbendungan
vena berarti saat tergantung masih terdapat aliran
vena (masih hidup)
Arah jejas :
Serong dari depan ke belakang jejas gantung
(gantung
diri/bunuh diri)
Mendatar jejas penjeratan (pembunuhan)
Wajah kehitaman dan mata merah akibat
perbendungan
Tidak ada tanda kekerasan lain bunuh diri
Lebam mayat mengarah ke bawah (kaki, tangan,
genitalia eksterna)
Derajat Luka
Luka derajat ringan (pasal 352 KUHP) : luka yang
tidak membutuhkan perawatan tanpa luka
atau luka lecet atau memar kecil di lokasi tidak
berbahaya / yang tidak menurunkan fungsi alat
tubuh tertentu
Luka derajat sedang (pasal 351 (1) atau 353 (1) :
luka membutuhkan perawatan tetapi tidak
memenuhi kriteria luka berat
Jatuh sakit / luka yang tidak memberi harapan sembuh sama sekali
Menimbulkan bahaya maut
Menimbulkan ketidakmampuan secara terus menerus untuk
menjalankan pekerjaan
Kehilangan salah satu dari panca indera
Cacat berat
Sakit lumpuh
Terganggunya daya piker > 4 minggu
Gugur / matinya kandungan seorang wanita
VISUM ET REPERTUM
Tanda
Pasti
Kematian
Pada kasus :
Lebam mayat belum menetap < 8 jam, dan mulai munculnya
20 menit setelah kematian
Kaku mayat (-) < 2 jam
Pembusukan (-) < 24 jam
Jawaban paling tepat Antara pukul 19.00-20.15, tanggal 31
Januari 2014
Belum sempat
lahir
Sempat lahir?
Aborsi
Lahir Mati
Sudah sempat
lahir
Still birth
Tanda
Perawatan (+)
pembunuhan
Tanda
Perawatan (-)
infanticide
Lahir Hidup
Krepitasi (-)
Plasenta
(-)
Tali pusat
(+)
(-)
Lanugo
(+)
(-)
Pakaian
(-)
(+)
Viable
Viable : keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar
kandungan lepas dari ibunya
Kriteria viable :
Umur kehamilan > 28 minggu
Maturitas
Kriteria cukup bulan (matur) :
Umur kehamilan > 36 minggu
PB > 48 cm (kepala tumit)
BB 2500 3000 gr
LK 33 cm
Testis kedua-duanya sudah turun (laki-laki), labia mayor sudah
menutupi labia minor (perempuan)
Panjang kuku melebihi panjang jari
Pada kasus ini janin cukup bulan
Dasar teori
DERAJAT DIARE (WHO)
Dasar teori
Diare tanpa dehidrasi
Diare dengan
dehidrasi ringansedang
Diare dengan
dehidrasi berat
Keterangan: tatalaksana cairan diare akut sesuai derajat, jenis larutan yang dapat diberikan berupa RL, NaCl 0,9%, dan KaEN 3B.
Dasar teori
Atresia biliaris: skar progresif pada duktus bilier baik di dalam maupun di luar organ hepar yang
menyebabkan obstruksi total pada aliran empedu yang terjadi pada 3 bulan pertama semenjak
bayi lahir.
Gejala dan tanda:
Ikterik
BAB dempul
Urin gelap
Perdarahan
Hepatomegali/hepatosplenomegali
Pembesaran abdomen
Gangguan tumbuh kembang
Lab: abnormal LFT
Pilihan lain
Atresia ani: kelainan kongenital yang dikenal
sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum
atau keduanya. Pasien tidak dapat BAB.
Hepatitis neonatorum: infeksi virus hepatitis pada
neonatus. Keluhan: ikterik, disertai gejala
prodromal
Anemia hemolitik: anemia yang terjadi karena
meningkatnya penghancuran sel darah merah.
terjadi karena ketidaksesuaian gilongan darah ibu
dan bayi.
153. C. Bronkopneumonia
Keywords: sesak napas disertai batuk berdahak
sejak satu hari SMRS. Demam (+). PF: nafas
39x/menit, suhu 39,5oC, napas cuping hidung,
retraksi pada dada di septum intercostal, ronki (+)
di kedua lapang paru. Radiologi:perselubungan
difus di basal kedua lapang paru.
Diagnosis: bronkopneumonia
Tatalaksana: antibiotik
Dasar teori
Bronkopneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan intertisial. Bronkopnemonia sering terjadi pada anak-anak.
Kesukitan makan/minum
Lemas
Napas cuping hidung, retraksi otot intercostal
Radiologi: infiltrat, konsolidasi, Lab: leukositosis
Pilihan lain
Asma: riwayat wheezing berulang
TB paru: riwayat kontak positif, uji tuberkulin
positif (10 mm), BB turun, demam 2 minggu,
batuk kronis 3 minggu, pembesaran kelenjar limfe.
ARDS: kondisi kedaruratan paru berupa gagal
napas berat.
Efusi pleura: bila masif terdapat tanda
pendorongan organ intra toraks, pekak pada saat
perkusi.
Dasar teori
Difteri: penyakit infeksi yang menyerang selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan. Disebabkan oleh dua jenis bakteri,
yaitu
Corynebacterium
diphtheriae
danCorynebacterium
tanda:
Terbentuknya membran abu-abu yang menutupi
tenggorokan dan amandel.
Demam dan menggigil.
Sakit tenggorokan dan suara serak.
Sulit bernapas atau napas yang cepat.
Pembengkakan kelenjar limfa pada leher.
Bull neck
Pseudomembra
n
Dasar teori
Diagnosis demam rematik akut: berdasarkan
Kriteria Jones (Revisi 1992). Ditegakkan bila
ditemukan 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor +
2 kriteria minor, ditambah dengan bukti infeksi
streptokokus Grup A tenggorok positif +
peningkatan titer antibodi streptokokus.
Dasar teori
Cairan tubuh
keluar
ion natrium
bikarbonat
Diare berat
Asidosis
metabolik
157. D. 7
Keywords: pasien anak, keluhan batuk berdahak
lebih dari tiga minggu. Keluhan disertai dengan
demam yang tidak terlalu tinggi serta keringat
malam. Pasien juga mengalami penurunan nafsu
makan, lesu, iga gambang (+), baggy pants (+). Ayah
pasien ternyata menderita TBC dan sedang dalam
pengobatan
Analisis: riwayat kontak pasien TB (3)+ batuk
berdahak > 3 minggu (1)+gizi buruk (2)+demam
(1)= 7
Dasar teori
Sistem Skoring TB Anak
158. B. Kwasiorkor
Keywords: seorang pasien anak berusia 10 tahun (BB 18 kg).
Pasien
tersebut mengalami pembengkakan di daerah
punggung tangan dan kaki, serta wajah tampak tua. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan crazy pavement dermatosis.
Diagnosis: kwasiorkor
Tatalaksana: mengatasi/mencegah hipoglikemia,
hipotermia, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit,
infeksi, mulai pemberian makana, fasilitasi tumbuh-kejar
(catch up growth), mengkoreksi defisiensi nutrien mikro,
melakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental,
menyiapkan dan merencanakan tindak lanjut setelah
sembuh.
Dasar teori
Kwasiorkor: alah satu bentuk malnutrisi
protein berat yang disebabkan oleh intake
protein yang inadekuat dengan intake
karbohidrat yang normal atau tinggi.
Gejala dan tanda:
Tidak mau makan, rewel
Edema
Rambut kusam, kering
Crazy pavement dermatosis : bercak-bercak
putih atau merah muda dengan tepi hitam
ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan.
Dekalsifikasi tulang dan gigi
Perlemakan hepar
159. A. Meningoensefalitis
Keywords: mengalami penurunan kesadaran
disertai kejang yang tidak berhenti selama 10
menit. Pasien sebelumnya memiliki riwayat
demam sejak tiga hari lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan: Nadi 105x/menit, napas 30x/menit,
suhu 39,5oC, kaku kuduk (+).
Diagnosis: meningoensefalitis
Tatalaksana: oksigen, diazepam, antibiotik (jika
penyebabnya bakteri)
Dasar teori
Meningoensefalitis: kondisi inflamasi
dari selaput otak (meningens) dan
meliputi bagian jaringan syaraf otak.
Gejala dan tanda:
Demam
Penurunan kesadaran
Kejang
Tanda rangsang meningeal
Pilihan lain
Meningitis: infeksi pada meningens, gejala: demam
subfebril, kejang, kaku kuduk, kesaran menurun
Kejang demam kompleks: kejang disertai demam,
berulang, fokal, > 15 menit
Kejang demam simplex: kejang disertai demam,
satu kali, seluruh badan, < 15 menit
Status epileptikus: kejang lebih dari 30 menit
160. A. DM tipe 1
Keywords: anak 12 tahun, penurunan kesadaran
sejak 3 jam SMRS. Sering merasa lemas, cepat
lapar, dan sering kencing. Berat badan pasien juga
turun 10 kg dalam 3 bulan terakhir. GDS 560
mg/dl.
Diagnosis: HONK ec DM tipe 1
Dasar teori
Hepatitis A:
Sangat sering terjadi pada anak-anak
Faktor risiko: adanya outbreak, sumber penularan,
higiene buruk
Terjadi secara tiba-tiba, dimulai dari keluhan
sistemik yang tidak khas, seperti demam, malaise,
nausea, emesis, anorexia, dan rasa tidak nyaman di
perut, hingga ikterik
Dasar teori
BERBAGAI PENANDA
DIAGNOSIS HEPATITIS
163. A. Tipe I
Keywords: sering bersin di pagi hari. keluhan
tersebut bertambah berat jika pasien terpapar
debu atau udara AC.
Diagnosis: rinitis alergi
Tatalaksana: antihistamin, jauhi faktor pencetus
Dasar teori
Rinitis alergi (hay fever): kelainan pada gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal, dan terseumbat, setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantai oleh Ig E.
Diagnosis:
Anamnesis:
Trias alergiingus encer dari hidung (rinorea), bersin, hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung
Terjadi berulang, terutama pada pagi hari
Mata gatal dan banyak air mata
Adanya riwayat atopi
Ada faktor pencetus
PF: allergic salute (gerakan menggosok hidung dengan tangan karena gatal),
allergic shiners (dark circles di sekitar mata vasodilatasi atau obstruksi hidung),
nasal crease (lipatan horizontal di setengah bagian bawah hidung karena gerakan
menggosok), mulut sering terbuka dan lengkung langit-langit meninggi (facies
adenoid), dinding faring posterior tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance), lidah kayak peta (geograhic tongue).
Pemeriksaan penunjang: eosinofil dan Ig E meningkat
Dasar teori
REAKSI
HIPERSENSITIVITAS TIPE I
KONGENITAL
PNEUMONIA
Dasar teori
Asma: keadaan inflamasi kronik
dengan
penyempitan
saluran
pernapasan yang reversibel.
Diagnosis:
Dasar teori
Berdasarkan pemeriksaan spirometri,
menandakan asma (obstruksi) jika:
VEP1 < 80%
VEP1/KVP< 75%
Obstruksi ringan 75% > VEP1/KVP > 60%
Obstruksi sedang 60% > VEP1/KVP > 30%
Obstruksi ringan VEP1/KVP < 30%
Dasar teori
Sindrom nefrotik: sindrom klinis dengan gejala
kadang
disertai
dengan
Dasar teori
BB/TB
BB/TB
IMT
(% median)
WHO 2006
CDC 2000
Obesitas
>120
> +3 SD
>P95
Overweight
>110
> +2 SD hingga +3 SD
P85-P95
Normal
>90
+2 SD hingga -2 SD
Gizi kurang
70-90
< -2 SD hingga -3 SD
Gizi buruk
<70
< -3 SD
Status Gizi
Vaksin Polio
OPV (ORAL)
Jadwal: lahir, 2, 4, 6, 18-24 bulan; 5 tahun
Isi: live attenuated polio virus tipe 1, 2 dan 3
(Sabin)
Metode pemberian: 2 tetes oral (0,1 ml)
sesaat sebelum pulang dari RS (pada bayi baru
lahir)
Dosis: 2 tetes oral (0,1 ml)
Kontraindikasi: penyakit akut, demam >38,5C,
muntah/diare, imunosupresi/imunodefisiensi,
hamil 4 bulan pertama, kombinasi dengan
vaksin tifoid oral, alergi terhadap AB
IPV (INJEKSI)
Vaksin DifteriTetanusPertusis
(whole/acellular)
DTPW
Jadwal: 2,4, 6, 18-24 bulan; 5, 10-12 (dT), 18 (dT)
tahun
Isi: toksoid difteri 40 Lf, toksoid tetanus 15 Lf, whole
cell pertusis 24 CU, Al3(PO4)2, thimerosal
DTPA
Dosis: 1 ml
Kontraindikasi
Dosis: ?
169. C. 6 bulan
Keyword :
Bayi sudah bisa mengangkat kepala
bicara tidak jelas
menoleh kearah suara
sudah bisa mempertahankan posisi duduk
170. D. ITP
Keyword:
Anak usia 5 tahun Petekie pada tubuh dan ekstremitas
sejak 1 hari lalu, didahului demam 2 minggu sebelumnya
Splenomegali (-), limfadenopati (-) menyingkirkan
keganasan
Trombosit 18.000; Hb, Ht, leukosit normal
Diagnosis: ITP
ITP
ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6 bulan).
Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
PF:
Nonpalpable petechiae
Purpura
Perdarahan
Limpa tidak teraba.
ITP
Pemeriksaan Lab:
Trombositopenia
Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
Hemofilia
Kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada
kromosom X
Hemofilia A (80-85%) defisiensi/disfungsi faktor
VIII
Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX
Hemofilia C defisiensi/disfungsi faktor XI
Hemofilia
Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu
hemartrosis, hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis, dan hematuria.
Pemanjangan APTT dengan PT yang normal
menunjukkan adanya gangguan pada jalur intrinsik
sistem pembekuan darah
Dasar teori
Syok anafilaktik: syok yang diakibatkan oleh reaksi imunologis (reaksi
alergi) yang bersifat sistemik, cepat, dan hebat, yang dapat
menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan, dan kulit.
Insidensi: 40-60% (gigitan serangga), 20-40% (zat kontras radiografi),
10-20% (injeksi antibiotik)
Gejala dan tanda:
Dasar teori
Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of
Common Childhood Illnesses. 2nd edition.
Option lain
Diet TKTP : pemberian makan dalam jumlah sedikit
tapi sering dan rendah osmolaritas dan laktosa. Untuk
initial refeeding digunakan F-75 (75kkal/1000 ml)
Suplementasi Vit A dan Fe : vitamin A pada hari
pertama, Fe mulai minggu kedua
IVFD RL 150cc/kg : jangan gunakan infus untuk
rehidrasi kecuali kasus dehidrasi berat dengan syok.
Untuk rehidrasi beri resomal per oral atau NGT
F-100 3x150 cc pada hari pertama : hari pertamaketujuh F-75, diberikan dengan frekuensi sesering
mungkin, tiap 2 jam atau 3 jam.
Anak laki laki, usia 7 tahun, perdarahan yang tidak kunjung berhenti
setelah jatuh dari sepeda.
Sering mengalami perdarahan serupa ketika imunisasi.
Tidak terdapat keluhan yang sama pada sauara-saudara pasien yang
lain.
Hemofilia
Sumber : www.hemophilia-information.org
174. A. ALL
Keyword :
Anak, usia 4 tahun, demam dan bercak kemerahan sejak 1
minggu yang lalu
petekie dan hepatosplenomegali (+)
leukosit 189.000/mm3, Hb 5 g/dL dan trombosit
33.000/mm3, sel blast sebanyak 68%
Leukemia Akut
Leukemia : leukositosis + anemia dan trombositopenia,
karena sel ganasnya menekan produksi eritrosit dan
trombosit
Karena anemia anak pucat, bisa sampai sesak
Karena trombositopenia lebam, mudah berdarah
Organomegali system hematopoietic ekstramedular
berusaha kompensasi produksi
Yang membantu menegakkan leukemia AKUT adalah
adanya sel blast > 20%
Penyakit
Pucat/Anemia
Perdarahan
Organomegali
Anemia defisiensi Fe
-/+
Anemia aplastic
Leukemia akut
Infeksi kronik
-/+
Anemia yang punya pucat dan organomegali adalah thalassemia dan leukemia akut. Soal ini lebih ke
leukemia akut karena ada sel blast > 20%
Berdasarkan epidemiologi, leukemia akut yang onsetnya masak kanak-kanak adalah ALL
ALL : precursor limfoid berproliferasi jadi ganas dan menekan bone marrow, ada kromosom Philadelphia
AML : onset masa remaja/dewasa, khasnya ada hyperplasia gusi
CLL: onset > 55 tahun, 2/3 nya laki-laki
175. C. Hep B
Keywords: membawa bayinya yang baru berusia
satu bulan ke puskesmas untuk mendapatkan
imunisasi dasar. Imunisasi yang sudah diberikan
adalah BCG dan polio.
Analisis: dari kasus di atas, pemberian imunisasi
berikutnya pada usia satu bulan adalah Hep B
Dasar teori
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak
176. A. Ascariasis
Keywords: mengeluh keluar cacing dari duburnya.
Cacing yang dikeluarkan sebesar jari tengah orang
dewasa. Sering tertidur di kelas dan prestasi
belajarnya menurun.
Analisis: dari ukuran cacing yang keluar dari dubur
serta gejala penurunan fungsi kognitif ascariasis
-Tatalaksana:
- pirantel pamoat 10 mg/kgBB atau
- mebendazol 500 mg atau
- albendazol 400 mg
Dasar teori
Ascariasis: penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing
Ascariasis lumbricoides. Gejala (cacing dewasa):
Ringan: nausea, anoreksia,
diare, konstipasi
Berat:
- malabsorbsi malnutrisi,
gangguan kognitif, pertumbuhan terlambat
- ileus
- obstruksi usus, saluran empedu, apendiks dll
Gejala (larva):
- perdarahan kecil di alveolus
- batuk, demam
- eosinofilia
- foto toraks: infiltrat
sindrom loeffler menghilang setelah 3 minggu
Pilihan lain
Trichiurasis: penyakit infeksi disebabkan oleh
cacing Trichuris trichiura, gejala:
Strongiloidesis
177. A. Plasmodium
falciparum
Keywords: mengalami demam menggigil sejak tiga hari
yang lalu, riwayat berpergian ke Papua, suhu 39oC,
Dasar teori
Plasmodium falsiparum
Stadium TROFOZOIT
(Sediaan darah tipis)
Pulasan Giemsa
-MORFOLOGI ERITROSIT
tidak membesar,
Titik Maurer
PARASIT
bentuk cincin, accole, marginal.
infeksi multipel
Terdapat 2 butir kromatin
ukuran 1/6 eritrosit
Plasmodium falsiparum
Stadium SKIZON
(Sediaan darah tipis)
Pulasan Giemsa
-MORFOLOGIERITROSIT
tidak membesar,
titik Maurer
PARASIT
inti (skizon muda): <8 inti
Inti (skizon tua): 8 24 inti, mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen hitam menggumpal di tengah
Dasar hidup
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM
Oxyuris Vermicularis
179. B. Ancylostoma
braziliense
Keywords: mengeluh gatal pada punggung kaki kanan
sejak 8 hari lalu. Keluhan tersebut muncul setelah
pasien pulang dari berlibur di Sulawesi. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan: lesi ventrikel melingkar di
regio dorsum pedis. Pemeriksaan laboratorium:
peningkatan limfosit dan eusinofil, larva cacing (+).
Diagnosis: cutaneus larva migrans
Penyebab paling sering: Ancylostoma braziliense
Tatalaksana: mebendazol atau albendazol 2-3% topikal.
180. B. Sistiserkosis
Keywords: memiliki riwayat Kejang epileptik. Memiliki hewan
ternak babi di sekitar rumahnya. Hasil pemeriksaan MRI
ditemukan lesi kalsifikasi di temporal, hasil histology: skoleks di
kelilingi granulomatosis.
Analisis: pada pasien ini memilki peternakan babi, dimungkinkan
juga memakan daging babi. Dalam daging babi terdapat parasit
tenia solinum. Penyakit oleh tenia solinum ada dua yaitu: taeniasis
dan sistiserkosis. Manifestasi SSP sistiserkosis.
Diagnosis: sistiserkosis
Tatalaksana:
Praziquantel 10mg/kg, dosis tunggal
Albendazol
Dasar teori
Taeniasis adalah penyakit akibat parasit
berupa cacaing di usus tubuh manusia
Sistiserkosis adalah infeksi jaringan
dalam bentuk larva taenia (sistiserkus)
akibat memakan telur taenia solium
dalam babi.
Dasar teori
Makanan higienis adalah makanan yang tidak terkontaminasi dengan kuman
atau zat yang berbahaya bagi manusia.
Kriteria makanan yang layak dikonsumsi:
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).
182. D. Kuratif
Keywords: berobat oleh keluarganya ke RS karena selalu
marah-marah tanpa sebab sejak 6 tahun SMRS. Pasien selama
ini dipasung di dalam kamarnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan wajah cekung, tubuh penuh daki, serta otot-otot
ekstremitas mengalami atrofi
Analisis:
Pasien sedang mengalami masalah medik (psikotik , higiene
buruk, serta atrofi otot ekstremitas)butuh pengobatan dan
perawatan agar masalah medik dapat diatasi.
Sehingga, upaya kesehatan yang tepat adalah kuratif (early
diagnosis and prompt treatment-limitation of
disability)diagnosis dini serta tatalaksana yang tepat, serta
mencegah timbulnya kecacatan.
Dasar teori
Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang
kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan
terhadap penyakit, yaitu:
Promotion of health: mempromosikan kesehatan kepada
masyarakatmencegah sakit (penyuluhan perilaku hidup
bersih)
Specifik protection: pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu (pemberian kelambumencegah malaria)
Early diagnosis and prompt treatment: diagnosis dini dan
tatalaksana yang tepat (tatalaksana DBD sesuai guideline)
Limitation of disability: mencegah terjadinya kecacatan
(fisioterapi)
Rehabilitation: upaya kesehatan untuk mengembalikan
penderita berfungsi kembali di masyarakat (dukungan psikis)
NOMOR: 183
KEYWORD
NON MALEFICIENCE
PASIEN TANPA KELUARGA
Dasar teori
Analisa blum (oleh Hendrik
L. Blum, 1981): menganalisis
masing-masing dari
determinan dan derakat
kesehatan, serta melihat
hubungan diantaranya. Ada
empat faktor yang
mempengaruhi derajat
kesehatan:
1. Lingkugan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetik
Pilihan lain
Analisa SWOT: metode perencanaan strategis,
menggunakan pendekatan kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis.
Analisa Bryant: metode untuk menentukan
besarnya masalah kesehatan.
Analisa Regresi: salah satu metode uji statistik.
185. A. Suspect
Keywords: berobat ke IGD RS karena mangeluh
sesak napas sejak satu hari SMRS. Sebelumnya,
pasien mengalami demam, disertai batuk dan nyeri
menelan. Pasien merupakan petugas laboratorium
dan sedang meneliti spesimen manusia yang diiduga
terjangkit flu burung.
Analisis: krieria kasus suspek pada kasus di atas
adalah:
Dasar teori
Avian Influenza (AI) atau Flu Burung (FB) adalah suatu
penyakit yang menular pada unggas yang disebabkan oleh
virus Influenza type A.
Dalam mendiagnosa, ada empat kriteria:
1. Kasus dalam investigasi tidak ada gejala klinis tapi
kontak erat dengan kasus (suspek, probable, atau
konfirmasi) atau penduduk sehat yang tinggal di daerah
flu burung pada unggas.
2. Kasus suspek gejala klinis + riwayat kontak atau
konsumsi daging unggas terinfeksi flu burung
3. Kasus probable kasus suspek + kenaikan titer antibodi
H5
4. Kasus konfirmasi kasus suspek atau probable + hasil
pemeriksaan lab khusus / definitif H5N1 positif.
186. A. Content
Keywords: melalui gerakan 3M yang
disosialisasikan dalam bentuk slogan dan radio spot
diharapkan informasi tersebut cepat menyebar dan
masyarakat mudah memahami cara mencegah
penularan DBD.
Analisis: cara promosi kesehatan pada kasus di atas
berfokus pada isi materi (3M), sehingga mudah
mempengaruhi masyarakat.
Dasar teori
Syarat komunikasi yang efektif, yang selanjutnya di kenal dengan Tujuh C
dalam komunikasi (The Seven Cs of Communication) yaitu :
16 Februari : 16 kasus
18 Februari : 10 kasus
20 Februari : 4 kasus
Pilihan lain
Water borne disease: penyakit yang ditularkan
lewat air, misalnya kolera
Air borne disease: penyakit yang ditularkan lewat
udara, misalnya influenza
Food borne disease: penyakit yang ditularkan
lewat makanan, misalnya keracunan makanan
Psikososial hazard: ancaman kesehatan masyarakat
yang berupa tekanan psikososial
Dasar teori
192. D. 50/250
Keywords: 400 siswa turut hadir dalam acara
tersebut. Setelah acara usai, 10 orang keracunan
snack sekitar pukul 13.00. Disusul 40 orang
keracunan snak pada pukul 16.00. Jumlah siswa
yang mengkonsumsi snack sebanyak 250 orang.
Analisis:
Attack rate=10+40/250=50/250
Pembaginya 250 karena populasi berisiko (makan snack)
Dasar teori
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah
yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara
pada waktu tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Attack Rate (AR)= (dalam waktu wabah berlangsung)
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
193. 2%
Keywords: Dalam satu bulan terkahir ini sebanyak
50 warga menderita DBD. 25 warga terpaksa
dirawat di RS karena kondisinya memburuk. Setelah
mendapatkan perawatan, satu warga diantaranya
meninggal dunia.
Analisis: case fatality rate=(1/50)x100%=2%
Dasar teori
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab
penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/
keganasan penyakit tersebut.
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
194. E. Eksperimen
Keywords: meneliti efek obat A dan B terhadap
angka kesembuhan diare. Dari literatur terbaru,
obat A lebih ampuh daripada obat B.
Analisis:
Dalam penelitian tersebut, dokter akan memberikan
intervensi (obat A atau B) terhadap pasien diare. Maka,
desain yang tepat adalah eksperimen.
Pilihan lain
Deskriptif: jenis penelitian yang tujuannya menyajikan
gambaran realitas tentang suatu objek.
Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antara dua variabel secara observasional,
dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan, hubungan
atau pengaruh.
Case control: untuk mengetahui hubungan antara
paparan dengan keadaan yang sesungguhnya
(mengetahui penyakitnya lalu menelusuri
penyebabnya)
Cohort: mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan
dampaknya
Dasar teori
196. A. 5
Keywords: penelitian tentang faktor penyebab
PPOK pada kelompok sopir kopaja. Penelitian
dilakukan terhadap 120 penderita PPOK dan 480
orang non-PPOK. Dari kelompok penderita PPOK
terdapat 90 orang perokok dan dari kelompok nonPPOK terdapat 180 orang perokok.
Analisis: yang ditanyakan adalah besar odds ratio
(OR)
PPOK
Rumus OR= ad/bc= 5
Merokok
ya
tidak
ya
a
c
tidak
90 b 180
30 d 300
197. (6x1000)/114
Keywords: memiliki data mortalitas bayi (kurang
dari satu tahun) pada tahun 2014. Jumlah kelahiran
sebanyak 120 jiwa, jumlah kematian 6 jiwa (3 di
antaranya bayi <2 bulan).
Infant mortality rate=(6x1000)/120=5 per 1000
kelahiran hidup
Dasar teori
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah
kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup
Dasar teori
199. A. 10/110
Ca Serviks
Alat Skrining Baru
TOTAL
P (+)
P(-)
Skrining (+)
10
100
110
Skirining (-)
15
75
90
TOTAL
25
175
200
Analisis:
Nilai prediksi positif (Positive predictive value/PPV)= true pos/(true pos+false pos)
10/10+100=10/100
Dasar teori
Positive Predictive Value (PPV) merupakan sebuah
pengukuran untuk mengetahui probabilitas
seorang pasien benar-benar mengidap suatu
penyakit.
PPV = (Nilai positif yang sebenarnya) / (Nilai positif
yang sebenarnya + Nilai positif palsu)
200. E. ANOVA
Keywords: melakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan efek obat A, obat B, dan obat C terhadap
kadar gula darah. Pemberian obat dilakukan pada tiga
kelompok di mana setiap kelompok menerima jenis
obat yang berbeda. Kadar gula darah diukur 2 jam
setelah konsumsi obat dan dalam satuan mg/dl.
Analisis:
Pemberian obat (A, B, dan C): variabel bebas, tiga kelompok,
dan tidak berpasangan
Kadar gula darah: data numerik, variabel terikat.
Dasar teori