Anda di halaman 1dari 564

Pembahasan

Paket Soal 2
BATCH AGUSTUS 2015

1. C. Disentri basiler
Keywords: mengeluh BAB cair lebih dari tiga kali
per hari , BAB disertai darah dan lendir, mual dan
muntah-muntah lebih dari lima kali per hari disertai
nyeri perut di dekat pusat. nyeri tekan (+) regio
umbilikus dan suprapubik.
Diagnosis: disentri basiler

Tatalaksana: terapi cairan dan antibiotik

Dasar teori
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan)
dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang
menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit
Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

Berdasarkan etiologi, dibagi menjadi dua:


Disentri basiler (penyebab bakteri): paling sering shigella (>60%)
Disentri amoeba (penyebab amoeba)

Dasar teori
Diagnosis:
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata
dengan menemukan tinja bercampur darah.
Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan.

Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran


klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan
biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab
seringkali tidak perlu dilakukan karena
memakan waktu lama (minimal 2 hari)
dan umumnya gejala membaik dengan terapi
antibiotika empiris.

Dasar teori
Gejala disentri basiler:

Diare mendadak yang disertai darah dan


lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis,
pada permulaan sakit, bisa terdapat diare
encer tanpa darah dalam 6-24 jam
pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah
permulaan sakit, didapatkan darah dan
lendir dalam tinja.
Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan
toksik.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Sakit kram di perut dan sakit di anus saat
BAB.
Kadang-kadang disertai dengan gejala
menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang,
sakit kepala, letargi, kaku kuduk,
halusinasi).

Gejala disentri amoeba:


Diare disertai darah dan lendir
dalam tinja.
Frekuensi BAB umumnya lebih
sedikit daripada disentri basiler
(10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
Gejala konstitusional biasanya tidak
ada (panas hanya ditemukan pada
1/3 kasus).

2. A. Hepatitis A
Keywords: muntah-muntah lebih dari tiga kali sejak
satu hari SMRS, kulit dan matanya kuning, berkerja
sebagai buruh bangunan, sklera ikterik +/+, kulit
tampak ikterik. Pemeriksaan penunjang: HbsAg (+),
dan IgM anti HAV (+).
Diagnosis: hepatitis A

Tatalaksana: bed rest total, simtomatik

Dasar teori
Hepatitis A: suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus hepatitis A yang
disebarkan oleh kotoran/tinja penderita;
biasanya melalui makanan (fecal - oral).
Tanda dan gejala Hepatitis A yaitu:

Kelelahan
Demam
Mual dan muntah
Kehilangan nafsu makan
Menguningnya kulit dan bagian putih mata
(jaundice), karena meningkatnya kadar
bilirubin
Urin berwarna gelap seperti teh
Mencret
Kotoran BAB yang berwarna terang atau mirip
tanah liat

Dasar teori
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Gejala klinis
Pemeriksaan laboratorium : tes fungsi hati
(terdapat peninggian bilirubin, SGPT dan
kadang-kadang dapat disertai peninggian
GGT, fosfatase alkali), dan tes serologi anti
HAV, yaitu IgM anti HAV yang positif

IgM anti-HAV adalah subkelas


antibody terhadap HAV. Respons
inisial terhadap infeksi HAV hampir
seluruhnya adalah IgM. Antibodi
ini akan hilang dalam waktu 3-6
bulan. IgM anti-HAV adalah
spesifik untuk diagnosis dan
konfirmasi infeksi hepatitis A akut.
Infeksi yang sudah lalu atau
adanya imunitas ditandai dengan
adanya anti-HAV total yang terdiri
atas IgG anti-HAV dan IgM antiHAV. Antibodi IgG akan naik
dengan cepat setelah virus
dieradikasi lalu akan turun
perlahan-lahan setelah beberapa
bulan.

3. E. ANA positif
Keywords: Nn. Rena, mengeluh muncul bercak
kemerahan di kedua pipinya, bercak tersebut
melewati hidung dan berbentuk kupu-kupu,
mengeluh nyeri sendi.
Diagnosis: SLE
Tatalaksana: steroid

Dasar teori
SLE adalah:
Salah satu kelompok penyakit rematik yang sangat fatal
Merupakan penyakit autoimun yang menyerang seluruh organ tubuh

Banyak dijumpai pada wanita khususnya usia produktif (usia subur)


Etiologi dari penyakit SLE belum diketahui dengan pasti. Selain factor
keturunan (genetis) dan hormon, diketahui bahwa terdapat beberapa hal

lain yang dapat menginduksi SLE, diantaranya adalah virus (Epstain Barr),
obat (contoh : Hydralazin dan Procainamid), sinar UV, dan bahan kimia
seperti hidrazyn yang terkandung dalam rokok, mercuri dan silica.

Dasar teori
Adanya empat atau lebih dari 11 kriteria baik secara serial maupun simultan cukup untuk
menegakkan diagnosis. Kriteria diagnosis untuk SLE diantaranya adalah :
ruam di daerah malar
ruam discoid
fotosensitivitas

ulkus pada mulut


arthritis : tidak erosive, pada dua atau lebih sendi-sendi perifer
serositis : pleuritis atau perikarditis
gangguan pada ginjal ; proteinuria persisten yang lebih dari 0,5 g/hari
gangguan neurulogik : kejang atau psikosis
gangguan hematologik : anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, atau trombositopenia
gangguan imunologik : sel-sel lupus eritematosus (LE) positif, anti DNA
antibody antinuclear (ANA)

Dasar teori
Patogenesis SLE

4. E. Defibrilasi
Keywords: tiba-tiba mengalami nyeri dada sejak
setengah jam SMRS, di IGD tiba-tiba mengalami
kejang, tidak memberikan respon, nadi tidak
teraba, EKG: VF
Diagnosis: cardiac arrest tipe VF
Tatalaksana:
Amiodaron

RJP,

Defibrilasi,

Epinefrin,

dan

Dasar teori
Algoritma Tatalaksana
Cardiac Arrest (AHA 2010):

Pasien tidak sadar cek


respon dan napas tidak ada
respon dan napas aktifkan
EMS cek pulse tidak ada
pulse RJP 5 siklus (kompresi:
ventilasi 30:2)cek
iramajika irama shockable
(VF atau VT pulseless)
defibrilasi (360 J monofasik;
200 J bifasik), dst.

5. B. Meningkatkan sensitivitas
insulin
Keywords: sering kencing (6x per hari) meskipun
pasien cukup minum, cepat merasa lapar dan haus,
GDS 280 mg/dl
Diagnosis: DM tipe II
Tatalaksana: edukasi, diet, aktivitas fisik,
medikamentosa

Dasar teori
Latihan fisik menyebabkan
terjadinya reaksi kaskade
dari translokasi GLUT-4 ke
membran
selpeningkatan
sensitivitas insulin.
Selain itu, latihan fisik juga
dapat menstimulasi
peningkatan sintesis
insulin.

6. B. Kina
Keywords: nyeri kepala disertai telinga berdenging
sejak tiga hari lalu, mengaku baru kembali dari
penugasan di Papua, sebelumnya mengeluh
demam menggigil dan didiagnosis malaria, pasien
masih dalam pengobatan malaria.
Diagnosis: malaria falciparum

Tatalaksana: obat anti malaria

Dasar teori
Kina merupakan:

Obat anti malaria kelompok alkaloida kinkona yang bersifat


skinzontosida darah untuk semua jenis plasmodium manusia :
metosida plasmodium vivax danplasmodium malariae.
Merupakan obat anti malaria alternatif untuk pengobatan
radikal malaria falcifarum tanpa komplikasi yang resisten
terhadap klorokuin dan pirimetamin-sulfadoksin (multidrug).
Dosis kina sulfat untuk pengobatan radikal malaria falcifarum
tanpa komplikasi yang resistenklorokuin dan pirimetaminsulfadoksin (multidrug) adalah 10 mg/kg BB/dosis 3 kali sehari
selama 7 hari
Efek samping: mual, muntah, tinitus, gangguan pendengaran,
gangguan penglihatan, vertigo, dll

Dasar teori
Pengobatan Malaria

7. C. Asam folat
Keywords: mengeluh lemas yang semakin
memberat sejak tiga minggu SMRS, tampak pucat
dan mengaku nafsu makannya menurun,
konjungtiva pucat +/+, Hb 6,2 g/dl, leukosit
5100/ul, trombosit 200.000/ul, MCV 115 fl, MCH
24 pg, MCHC 30%.
Diagnosis: anemia makrositik hipokrom (paling
sering defisiensi asam folat atau vitamin B12)
Tatalaksana: asupan vitamin.

Dasar teori
Anemia makrositik dapat terjadi oleh beberapa mekanisme :
Abnormalitas sintesis DNA , umumnya akibat defesiensi
asam folat dan vitamin B12, yang menyebabkan prekursor
eritrosit membesar abnormal di sumsum tulang.

Kelainan bawaan pada sintesis DNA


Obat-obatan yang mempengaruhi sintesis DNA
Anemia makrositosis juga sering terjadi pada sindroma
myelodisplastik disebabkan perubahan maturasi eritrosit
akibat ekspansi klonal sel stem hemapoetik abnormal.

Dasar teori

8. B. Edema paru akut


Keywords: mengalami sesak napas sejak satu hari
SMRS, dirasakan tiba-tiba, sebelumnya mengeluh
nyeri dada yang dirasakan tembus ke punggung,
memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol,
TD 210/110 mmHg, crackles +/+.
Diagnosis: edema paru akut

Tatalaksana: oksigen, furosemid, obati penyebab

Dasar teori
Edema paru akut: edema paru yang disebabkan oleh
meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler yang disebabkan
karena meningkatnya tekanan vena pulmonalis.
Gejala dan tanda:

Asma kardiak: sesak tiba-tiba, nocturnal dan orthopnoe, berkeringat


dingin, wheezing dapat terdengar pada seluruh paru, batuk-batuk
dengan expectorasi disebabkan oleh karena congestive paru.
Tanda-tanda serebral timbul oleh karena penurunan cardiac output
sehingga timbul stuper, coma atau mental depresi.
Gejala-gejala cardiovaskuler dapat timbul suatu shock syndrome oleh
karena penurunan cardiac output dengan berbagai gejala cardiogenic
shock ditandai dengan tachycardia, auriculas flutter atau uriculas
fibrilasi.
Fungsi eskresi dari ginjal tidak sempurna

Dasar teori

9. E. Ulang GDS atau


persiapkan pemeriksaan GDP
Keywords: mengeluh luka di telapak kaki kanan
yang tidak kunjung sembuh sejak tiga bulan SMRS,
pasien sering kencing serta cepat merasa lapar dan
haus, GDS 137 mg/dl.
Diagnosis: DM tipe II
Tatalaksana: Edukasi, Diet, Aktivitas fisik,
Medikamentosa

Dasar teori
Alur Diagnosis DM tipe II

10. A. injeksi epinefrin 1:1000


im
Keywords: awalnya pasien diberi injeksi antibiotik
untuk mengatasi infeksi, lima menit setelah injeksi,
pasien tiba-tiba mengalami sesak napas, TD
80/palpasi, Nadi 110x/menit teraba lemah, Napas
36x/menit, wheezing +/+, ronkhi +/+.
Diagnosis: syok anafilaktik

Tatalaksana: oksigen, injeksi epinefrin

Dasar teori

11. B. HCT
Keywords: TD 165/100 mmHg, pada regio
metatarsalpalangeal II terdapat satu buah tophus,
asam urat 8,2 mg/dl.
Diagnosis: HT grade II
Tatalaksana: Obat anti hipertensi (hindari
golongan tiazid)

Dasar teori
Kadar asam urat dalam
darah seringkali meningkat

karena tiazid disekresi oleh


sistem sekresi asam organik
dalam

tubulus

berkompetensi
sekresi asam urat.

dan
dengan

12. C. FEV1 < 70%


Keywords: mengeluh batuk berdahak sejak satu
tahun SMRS, dahak berwarna putih, sering merasa
sesak napas terutama pada malam hari, memiliki
riwayat merokok dua bungkus per hari sejak
berusia 17 tahun, fremitus melemah di kedua
lapang paru, wheezing +/+.
Diagnosis: PPOK
Tatalaksana: oksigen, bronkodilator, steroid.

Dasar teori
PPOK:
Penyakit kronik yang dapat
dicegah dan diobati
Ditandai
dengan
keterbatasan aliran udara
yang
tidak
sepenuhnya
reversibel.
Gangguan bersifat progresif.
Respon inflamasi kronik dari
paru
terhadap
pajanan
partikel atau gas beracun
yang cukup lama.

Dasar teori

Dasar teori
Pemeriksaan yang rutin:
Pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht,
Leukosit) dan foto toraks untuk
menyingkirkan penyakit paru lain.
Pemeriksaan spirometri dilakuka
n untuk memeriksa VEP1, KVP
dan VEP1/KVP. VEP1 Disebut
obstruksi
apabila
%VEP1
(VEP1/VEP1 prediksi) <80% atau
VEP1% (VEP1/KVP) < 75%.
Apabila spirometri tidak tersedia
atau tidak mungkin dilakukan,
bisa dilakukan pemeriksaan APE
(arus puncak ekspirasi), dengan
memantau variabiliti harian pagi
dan sore tidak melebihi 20%.

13. D. Gagal ginjal kronik


Laki-laki, 48 tahun, sesak nafas sejak 5 hari yang
lalu. Mual, muntah, kaki bengkak, BAK sedikit. Riw
hipertensi sejak 9 th yll, tapi tidak rutin kontrol.
Terakhir kencing 24 jam lalu
Lab: Hb 11.2 g/dL, leukosit 9500/ul, ureum 132
mg/dL dan kreatinin 2,3 mg/dL

Gagal Ginjal Kronik


Penunjang

Tata Laksana

DPL (anemia), AGD dan elektrolit


(hiperkalemia, HCO3-)

Batasi Na (bila hipertensi), K, PO4,


protein, dan glukosa (pada DM)

Urinalisis (silinder eritrosit


glomerulonefritis, silinder leukosit
nefritis interstisial)

Kendalikan tekanan darah


(sasaran <130/80) dengan ACEI/ARB

Formula Cockcroft-Gault:

NaCO3 untuk asidosis metabolik

USG

osteodistrofi akibat
hiperparatiroidisme

Pria: ([140-umur] BB dlm kg)/(Cr


Asam folat dan B12 untuk anemia
serum 72)
Wanita: Sama seperti pria, tapi x 0,85 CaCO untuk mencegah
3

Biopsi ginjal

Dialisis hanya jika ada uremia


(ensefalopati, pericarditis, dll.)

Gagal Ginjal Kronik


Penyebab
tersering:
hipertensi dan DM

14. C. Doksisiklin
Keywords: mengeluh demam menggigil sejak tiga hari lalu,
mengeluh pegal-pegal di seluruh persendian, sakit kepala,
mual, muntah, nyeri otot terutama di betis, dan kedua
matanya tampak merah, sebelumnya kompleks perumahan
pasien kebanjiran, Suhu 39,8oC, injeksi konjungtiva +/+.
Diagnosis: leptospirosis
Tatalaksana:
Leptospirosis ringan Doksisiklin 2 x 100 mg
Ampisilin 4 x 500-750 mg
Amoksisilin 4 x 500 mg
Leptospirosis sedang/berat Penisilin G 1,5 juta unit/ 6 jam
Ampisilin 1 gram/ 6 jam
Amoksisilin 1 gram/ 6 jam
Kemoprofilaksis Doksisiklin 200 mg/ minggu

Dasar teori
Leptospirosis: penyakit zoonosis yang
mikrorganisme Leptopsiro interogans.
Manifestasi klinis:

disebabkan

oleh

suatu

Fase leptospiremia: ase ini ditandai dengan adanya leptospira di dalam darah dan
cairan srebrospinal, berlangsung secara tiba-tiba dengan gejala awal sakit kepala
biasanya di bagian frontal, rasa sakit yang hebat terutama pada paha, betis dan
pinggang disertai dengan nyeri tekan. Mialgia dapat diikuti dengan hiperestesia
kulit, demam tinggi yang disertai mengigil, juga didapati mual muntah disertai
mencret, bahkan dapat terjadi penurunan kesadaran. Pada hari keempat dapat
disertai dengan konjungtiva suffusion dan fotofobia.
Fase imun: se ini ditandai dengan peningkatan titer antibody, dapat timbul
demam yang mencapai suhu 40oC disertai menggigil dan kelemahan umum.
Terdapat rasa sakit menyeluruh diotot-otot leher terutama diotot bagian betis.
Terdapat perdarahan berupa epistaksis, gejala kerusakan pada ginjal dan hati,
uremia dan ikterik. Perdarahan paling jelas terlihat pada fase ikterik, pupura,
petechiae, epistaksis, perdarahan gusi merupakan manifetasi perdarahan yang
paling sering. Conjunctiva injection dan conjunctiva suffusion dengan ikterus
merupakan
tanda
patognomosis
untuk
leptospirosis.

Dasar teori

15. B. Bendungan paru


Keywords:
Laki-laki, 68 tahun, sesak, riwayat serangan jantung,
faktor risiko (+) tidak terkontrol, DM (+), HT (+),
PF : ronki +/+ , hemodinamik masih baik (tidak syok),
murmur (-)
Pasien riwayat serangan jantung Pompa jantung
bermasalah gagal jantung kongestif edema paru
akut.
Belum terjadi syok kardiogenik karena hemodinamik
masih baik.

Edema Paru Akut timbunan cairan di pembuluh


darah dan parenkim paru akibat gagal jantung akut
Gejala: sesak, kardiomegali, gallop, murmur,
aritmia, ronki basah bilateral paru, wheezing, akral
dingin dan basah, saturasi O2 <90%, batswing
appearance pd rontgen dada.

Algoritme Syok/Edema paru akut

16. C. Graves disease


Keywords: mengalami penurunan berat badan yang
begitu drastis dalam satu bulan terakhir. Berat badan
pasien turun 10 kg dalam satu bulan ini. Pasien juga
mengeluh
gampang berkeringat meskipun tidak
beraktifitas berat, lebih mudah tersinggung, serta
tangannya selalu gemetar. Mata kanan pasien tampak
menonjol keluar. Dari pemeriksaaan fisik ditemukan:
nadi 110x/menit, teraba massa pada leher yang
mengikuti gerakan menelan.
Diagnosis: graves disease
Tatalaksana: obat anti tiroid

Dasar teori
Graves disease: penyakit kelenjar tiroid yang disebabkan oleh autoimun

Gejala dan tanda:

Pembesaran kelenjar tiroid difus


TSH dan FT4
Eksoftalmus
Iritabilitas
Mudah lelah
Keringat berlebih
BB turun
Palpitasi
BAB sering
Oligomenore atau amenore
Gejala tirotoksikosis: takikardia, atrial fibrilasi, tremor halus, refleks meningkat,
berkeringat lebih, , rambut rontok.

Dasar teori
Patofisiologi

17. C. Gagal Ginjal


Keywords: mengeluh mudah lelah sejak satu bulan
SMRS, cepat merasa lapar dan haus, serta sering
kencing, BB pasien juga turun drastis 10 kg dalam
tiga bulan terakhir, GDP 150 mg/dl, GD2JPP 250
mg/dl.
Diagnosis: DM tipe II
Tatalaksana: Edukasi, Diet, Latihan fisik,
Medikamentosa
Komplikasi mikroangiopati : gagal ginjal

Penyulit DM:
1.Makroangiopati
Pembuluh darah jantung
Pembuluh darah tepi
Pembuluh darah otak
2. Mikroangiopati:
Retinopati diabetik
Nefropati diabetic
Neuropati diabetik

18. C. Virus dengue


Keywords: mengalami gusi berdarah sejak satu jam
SMRS, sebelumnya demam selama tiga hari, juga
mengeluh mual, muntah, dan nyeri perut kanan,
nyeri tekan (+) di regio iliaka dekstra.
Diagnosis: DHF gr II
Tatalaksana: terapi cairan, antipiretik

Dasar teori

19. A. Sindrom cushing


Keywords:pipi pasien menjadi lebih tembem sejak
satu minggu SMRS, telah didiagnosis mengidap SLE
dan masih mengkonsumsi kortikosteroid sesuai
resep dokter.
Diagnosis: sindrom cushing
Tatalaksana: tergantung penyebab

Dasar teori
Sindrom cushing: sindrom klinis yang disebabkan berlebihnya rasio
hormon kortisol.

serum

Gejala sindrom Cushing antara lain:


BB naik, terutama di sekitar perut dan punggung bagian atas;
Kelelahan yang berlebihan;
Otot terasa lemah, terutama pada daerah di sekitar bahu dan pinggul, gejala ini
disebut miopati proksimal
Muka membundar (moon face);
Edema (pembengkakan) kaki;

tanda merah/pink pada kulit bagian paha, pantat, dan perut;


Depresi
Periode menstruasi pada wanita yang tidak teratur;

Dasar teori

20. A. Anemia aplastik


Keywords: mengeluh lemas sejak satu bulan SMRS,
lebam hitam juga muncul pada kedua lengan dan
paha pasien, konjungtiva anemis +/+, Hb 6 gr/dl,
leukosit 2000/ul, trombosit 67.000/ul, MCV 110 fl,
MCH 25 pg, MCHC 32% .
Diagnosis: anemia aplastik

Tatalaksana: tergantung penyebab

Dasar teori
Anemia aplastik: suatu kondisi yang terjadi ketika
tubuh berhenti memproduksi cukup sel darah baru.
Gejala: kelelahan, sesak napas, denyut jantung tidak
teratur, kulit pucat, sering infeksi, mudah memar,
mimisan dan gusi berdarah, luka yang mengalami
perdarahan berkepanjangan, ruam kulit, pusing,
sakit kepala.
Penyebab: radiasi dan kemoterapi, paparan bahan
kimia beracun, penggunaan obat terntentu,
gangguan autoimun, infeksi virus, kehamilan.

Dasar teori

21. A. GERD
Keywords: mengeluh dadanya terasa terbakar
sejak satu hari SMRS, biasanya terasa 15-30 menit
dan disertai mual.
Diagnosis: GERD
Tatalaksana: antasid syr, ranitidin

Dasar teori
Gastroesophageal Reflux Disease
(GERD)
merupakan
suatu
gangguan
pencernaan
yang
mempengaruhi Lower Esophageal
Sphincter (LES), yakni cincin otot
antara esofagus saluran makanan
dari mulut ke lambung) dan
lambung.
Gejala
utama
dari
GERD
adalah heartburn (nyeri ulu hati),
regurgitasi
(naiknya
asam
lambung)
dan
mual.
Heartburn
biasanya
digambarkan dengan rasa panas
dan nyeri seperti terbakar di
bagian tengah dada. Gejala lain:
mual, laringitis, batuk, nyeri dada.

22. E. Hipokalemia
Keywords: mengeluh sesak napas yang semakin
memberat sejak tiga hari SMRS, dirasakan tiba-tiba
memberat pada malam hari dan semakin ringan
jika pasien tidur dengan tiga-empat bantal,
bengkak di kedua tungkainya serta perutnya
membesar, sering mengkonsumsi digoksin, JVP 5+2
cmH2O, ronkhi +/+, abdomen: asites (+),
ekstremitas: pitting edema +/+.
Diagnosis: CHF
Tatalaksana: oksigen, diuretik, ACE-I

Dasar teori
Hipokalemia yang diinduksi oleh
furosemid

akan

menyebabkan

toksisitas pada digoksin dan dapat


meningkatkan risiko aritmia dengan
obat-obat yang dapat meningkatkan
interval QT, termasuk antiaritmia
tipe Ia dan III, cisaprid dan beberapa

kuinolon

;(sparfloksasin,

gatifloksasin dan moksifloksasin).

23. C. Emfisema
Keywords: sesak yang dirasakan sejak empat bulan
SMRS, batuk berdahak berwarna putih, memiliki
riwayat merokok sejak berusia 15 tahun, wheezing
+/+, bentuk dada barrel chest, sela iga melebar,
perkusi hipersonor, dan vesikuler melemah.
Diagnosis: PPOK tipe emfisema

Tatalaksana: oksigen, bronkodilator, steroid

Dasar teori
Emfisema: salah satu jenis PPOK atau kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli.
Pada emfisema pemeriksaan palpasi didapatkan sela iga melebar dan
fremitus melemah; pemeriksaan perkusi terdengar hipersonor, batas
jantung mengecil, letak diafragma rendah dan hepar terdorong ke
bawah. Selain itu, pada pemeriksaan auskultasi didapatkan:
Suara napas vesikuler normal atau melemah
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi
paksa
Ekspirasi memanjang
Bunyi jantung terdengar jauh.

Dasar teori
Patofisiologi Emfisema

24. C. Leukimia myeloid akut


Keywords: mengeluh lemas sejak tiga minggu SMRS,
juga mengeluh demam yang tidak terlalu tinggi serta
timbul bintik-bintik merah pada kulit yang hilang timbul
namun tidak gatal, konjungtiva anemis +/+, Hb 8 gr/dl,
leukosit 56.000/ul, trombosit 65.000/ul, pemeriksaan
mikroskopis ditemukan sel sadth (sel kecil berinti satu,
sitoplasma sedikit, banyak serabut kromatid halus,
nukleus > 3, pada sitoplasma terdapat Aeur Rods).
Diagnosis: leukimia myeloid akut
Tatalaksana: kemoterapi

Dasar teori
LMA: suatu penyakit yang ditandai dengan tranformasi
neoplastik dan gangguan diferensiasi sel-sel progenitor dari seri
mieloid.
Gejala dan tanda: adanya rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang sebagaimana
disebutkan diatas. Perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk
purpura atau petekia sering dijumpai di ekstremitas bawah atau
berupa epistaksis, perdarahan gusi dan retina.
KOMPLIKASI :

1. Sepsis
2. Perdaahan
3. Gagal organ
4. Iron Deficiency Anemia (IDA)
5. Kematian

Dasar teori

25. B. Metronidazol
Keywords: mengeluh BAB cair sejak tiga hari SMRS,
lebih dari 3x per hari dan disertai darah serta
lendir, juga mengeluh demam disertai nyeri perut
kanan atas, hepar teraba 2 jari di bawah prosesus
xipoideus, nyeri ketok (+), leukosit 15.000/ul,
trombosit
210.000/ul,
pemeriksaan
feses
ditemukan sel dengan 4 inti.
Diagnosis: abses hepar
Tatalaksana: antibiotik

Dasar teori
Abses hepar: bentuk infeksi pada hati yang
disebabkan oleh karena infeksi bakteri, parasit,
jamur maupun nekrosis steril yang bersumber dari
sistem gastrointestinal yang ditandai dengan
adanya proses supurasi dengan pembentukan pus
yang terdiri darijaringan hati nekrotik,sel-sel
inflamasi atau sel darah diparenkim hati. Dibagi
menjadi dua: abses hepar amebik (penyebab
entamoeba histolytica) dan abses hepar pyogenik
(Escherichia Coli).

Gejala:

Keluhan yang sering diajukan yaitu rasa nyeri di perut kanan


atas. Rasa nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan panas,
demikian nyerinya sampai ke perut kanan. Dapat juga timbul
rasa nyeri di dada kanan bawah, yang mungkin disebabkan
karena iritasi pada pleura diafragmatika. Pada akhirnya dapat
timbul tanda tanda pleuritis.
Demam, anoreksia, mual dan muntah, perasaan lemah badan
dan penurunan berat badan merupakan keluhan yang biasa
didapatkan.
Lebih dari 90 % didapatkan hepatomegali yang teraba nyeri
tekan.
Pada perkusi diatas daerah hepar akan terasa nyeri.
Ludwig positif

Dasar teori

Patofisiologi abses hepar


amebik

26. B. Malaria falciparum


Keywords: mengalami penurunan kesadaran sejak
satu hari SMRS, tampak gelisah dan sesekali
mengalami kejang, sebelumnya mengalami demam
menggigil setelah pasien pulang dari penugasan
proyek di pedalaman Kalimantan Timur, GCS 6,
Suhu 39,8oC, Pemeriksaan tetes tebal darah giemsa
ditemukan banyak cincin di eritrosit.
Diagnosis: malaria falciparum dengan komplikasi
malaria serebral
Tatalaksana: obat anti malaria

Dasar teori
Malaria serebral: suatu penyakit yang melibatkan manifestasi klinis dari Plasmodium falciparum
yang mempengaruhi perubahan pada status mental dan bisa mengakibatkan koma.
Gejala klinik dari malaria serebral sangat komplek, tetapi ada tiga gejala utama umum yang
terdapat baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak:
(1) Kesadaran yang lemah dengan demam yang tidak spesifik
(2) Kejang-kejang dan defek (defisit) neurologis
(3) Secara umum coma yang menetap selama 24 sampai 72 jam, pada awalnya rousable dan
kemudian unrousable.

27. A. Clostridium perfingens


Keywords:
Laki-laki 35 tahun keluhan terdapat luka pada telapak kaki
kanan yang bernanah sejak 3 hari lalu. Sebelumnya
tertusuk paku 1 minggu yang lalu. Luka berbau busuk dan
nanahnya berwarna hitam

Diagnosis: Gangren

C. perfringens adalah bakteri yg memiliki toksin


fosfolipase, disebut alfatoxin. Degradasi fosfolipid
ini dapat menyebabkan myonecrosis (gas
gangrene) dan hemolisis.
C. tetani akan menyebabkan pasien ada tetanus
Infeksi Staphylococcus dan Streptecoccus hanya
menyebabkan nanah saja, tp tidak sampai hitam
N. gonorrheae: dysuria, discharge, penyebab
Infeksi menular seksual
Tatalaksana: debridement, oksigen, terapi oksigen
hiperbarik

28. B. Gout arthritis


Keywords: mengeluh nyeri pada jari kaki kanannya
sejak satu hari yang lalu, riwayat mengkonsumsi
sate kambing dan kerang, tampak benjolan merah
di daerah pedis dekstra, nyeri tekan (+).
Diagnosis: gout arthritis
Tatalaksana: analgetik, alupurinol

Dasar teori
Artritis gout adalah peradangan akut yang hebat pada jaringan sendi
disebabkan oleh endapan kristal-monosodium urat dan mengakibatkan
satu atau beberapa manifestasi klinik

Manifestasi klinis:
Anamnesis : ditujukan untuk mencari adanya riwayat keluarga, penyakit lain
sebagai penyebab sekunder hiperurisemia, riwayat minum minuman beralkohol,
obat-obatan tertentu.
Pemeriksaan fisik : mencari kelainan atau penyakit sekunder seperti tanda-tanda
anemia, pembesaran organ limfoid, keadaan kardiovaskular, tekanan darah, tanda
kelainan ginjal, kelainan pada sendi.

Dasar teori
Berdasarkan Kriteria ACR (American
College Rheumatology), diagnosis
ditegakkan bila salah satu dari poin (1), (2)
dan (3) berikut terpenuhi:
1. Didapatkan kristal MSU di dalam cairan
sendi, atau
2. Didapatkan kristal MSU pada tofus, atau
3. Didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut:

Inflamasi maksimal pada hari pertama


Serangan artritis akut lebih dari 1 kali
Serangan artritis monoartikular
Sendi yang terkena berwarna kemerahan
Pembengkakan dan sakit pada sendi
metatarsofalangeal (MTP) I
Serangan pada sendi MTP unilateral

Serangan pada sendi tarsal unilateral


Tofus (atau suspek tofus)
Hiperurisemia
Pembengkakan sendi asimetris
(radiologis)
Kista subkortikal tanpa erosi
(radiologis)
Kultur bakteri cairan sendi negatif

29. A. OAT Kategori 1 selama 6


bulan
Keywords: mengeluh batuk berdahak sejak dua
bulan SMRS, dahak berwarna kuning kehijauan,
demam yang tidak terlalu tinggi, penurunan nafsu
makan dan berat badan, ronkhi +/+. Pemeriksaan
penunjang: BTA-/-/-, rontgen toraks: infiltrat (+) di
kedua apeks paru.
Diagnosis: TB paru BTA (-)
Tatalaksana: OAT kategori I selama 6 bulan

Dasar teori

30. C. Karsinoma paru


Keywords:
Batuk bercampur darah sejak tiga bulan lalu. Suara
menjadi serak, berat badan turun, dan sesak. Riwayat
pengobatan TB tetapi tidak ada perbaikan. Riwayat
merokok (+). Hemi toraks kiri tertinggal, fremitus kiri >
kanan, suara nafas paru kiri menghilang. Pada foto
polos dada ditemukan konsolidasi di lobus inferior kiri.
Diagnosis ? Karsinoma paru

Tatalaksana Ca paru
Bedah

Wedge resection: bagian kecil paru yang mengandung tumor


dengan batas jaringan sehat
Reseksi segmental
Lobektomi
Pneumonektomi

Kemoterapi
Radiasi
Terapi target: bevacizumab, erlotinib, crizotinib
Terapi paliatif

Pilihan lain
TB paru batuk kronik dengan atau tanpa darah, foto :
kavitas / infiltrat di apeks paru, periksa sputum SPS
PPOK riwayat merokok, barrel chest, Foto : sela iga
melebar, gambaran jantung pendulum, diafragma mendatar.
Gagal jantung kronik sesak bila beraktivitas, sesak saat
berbaring, sesak mendadak malam hari (Kriteria
Framingham).
Asma sesak, suara nafas mengi, riwayat atopi.

31. D. Epiglotitis Akut


Keyword:
An. Agha, 5 tahun
Demam tinggi + sulit bersuara 2 hari SMRS
Sulit menelan (+), air liur yang selalu menetes (+)
Radiologis: thumb-sign (+)

Demam tinggi + Sulit bersuara + Sulit


menelan + air liur yang selalu
menetes peradangan pada
epiglotis EPIGLOTITIS AKUT
Gambaran radiologis epiglotitis akut:
THUMB-SIGN

32. C. Akalasia Esofagus


Keyword:
Tn. Tomy, 30 tahun
Sulit menelan 2 minggu SMRS, terutama makanan padat
Hanya bisa menelan makanan cair
Rasa makanan naik dari kerongkongan (+), BB sulit naik
(+)
Radiologis: dilatasi pada esofagus (+)

Akalasia esofagus:

Tidak adanya peristaltik korpus


esofagus bawah dan SEB (spingter
esofagus bawah) yang hipertonik
tidak bisa relaksasi sempurna
stasis makanan pelebaran
esofagus
Gejala: disfagia, regurgitasi, BB
sulit naik, nyeri dada
Xray:
Foto polos dada: kontur ganda di atas
mediastinum ganas, mediastinum
melebar, adanya gambaran batas cairan
dan udara
Radiologis dengan barium: dilatasi
esofagus, sering berkelok-kelok dan
memanjang dengan ujung distal yang
meruncing berbentuk paruh burung
Sumber: Akalasia Esofagus, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Atresia esofagus:

Kondisi medis kongenital yang ditandai


dengan tersedak dan batuk sewaktu bayi
menyusu. Terjadi akibat kelainan esofagus
yang tidak terbentuk secara sempurna

Divertikulum Merkel:

Kelainan bawaan yang merupakan suatu


kantung (divertikula) yang
menjulur/menonjol dari dinding usus halus;
divertikula bisa mengandung jaringan
lambung maupun jaringan pankreas

33. C. Anteroposterior +
Lateral
Keyword:
Tn. Reza, 38 tahun
Jatuh dari sepeda motor dalam posisi terduduk sejak 2
hari SMRS
Kesemutan (+), gangguan BAB dan BAK (-)
Tulang belakang nyeri

Pada pasien dengan


kecurigaan trauma
tulang belakang,
pemeriksaan standar
yang diperlukan adalah
pemeriksaan radiologis
X Ray posisi
anteroposterior dan
lateral (AP dan Lat)

34. D. Gambaran avaskuler


disertai collapse line
Keyword:
Tn. Putra, 32 tahun
Sesak sejak beberapa jam SMRS tiba-tiba
Batuk (+) demam (-)
PF: RR 30x/menit T 38 C, deviasi trakea ke kiri (+),
hemithoraks dekstra kesan tertinggal, suara nafas
vesikular menurun pada hemithoraks dekstra, perkusi
hipersonor pada hemithoraks dekstra
Dokter menduga Tn. Putra mengalami pneumothoraks

Gambaran Radiologis
Pneumothoraks:

Bayangan radiolusen
tanpa struktur jaringan
paru (paru
kolaps/avascular pattern)
dengan batas paru berupa
garis radioopak tipis yang
berasal dari pleura viseral

35. C. Fraktur Monteggia


Keyword:
Ny. Arina, 28 tahun
Nyeri pada tangan kiri post-KLL 1 hari SMRS, bengkak (+),
pergerakan terbatas
PF status lokalis: deformitas antebrachii sinistra (+),
krepitasi (+), nyeri (+)
Radiologis: fraktur 1/3 proksimal ulna + dislokasi ulna
pada caput radius

Fraktur yang mengenai tulang radius ulna karena


rudapaksa termasuk fraktur dislokasi proksimal
atau distal radioulnar joint (Fraktur Dislokasi
Galeazzi dan Montegia)
Fraktur Galeazzi: adalah fraktur radius distal disertai
dislokasi atau subluksasi sendi radioulnar distal
Fraktur Monteggia: adalah fraktur ulna sepertiga
proksimal disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum
radius

Fraktur Colles

Sendok makan (dinner fork


deformity)
Pasien terjatuh dalam keadaan
tangan terbuka dan pronasi,
tubuh beserta lengan berputar
ke ke dalam (endorotasi).
Tangan terbuka yang terfiksasi
di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi)
Manifestasi Klinis
Fraktur metafisis distal radius dengan
jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi
distal radius
Dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal
Subluksasi sendi radioulnar distal
Avulsi prosesus stiloideus ulna

Fraktur Smith

Fraktur dislokasi ke arah anterior


(volar)
Reverse Colles fracture
Biasa terjadi pada orang muda
Pasien jatuh dengan tangan
menahan badan sedang posisi
tangan dalam keadaan volar fleksi
pada pergelangan tangan dan
pronasi. Garis patahan biasanya
transversal, kadang-kadang
intraartikular
Manifestasi Klinis
Penonjolan dorsal fragmen proksimal,
fragmen distal di sisi volar pergelangan,
dan deviasi ke radial (garden spade
deformity)

36. E. Streptomisin
Keyword:
Tn. Wirya, 48 tahun
Fungsi pendengarannya menurun sejak 1 minggu
Dalam pengobatan OAT

37. C. Simetidin
Keyword:
Tn. Billy, 38 tahun
Impotensi sejak 2 minggu yang lalu
Riwayat ulkus lambung
Diberi obat penghambat sekresi asam lambung

Cara kerja H2 antagonis:


1. Menghambat ikatan histamin
yang dihasilkan sel-sel ECL
dengan reseptor histamin
yang terdapat pada sel
parietal lambung
2. Blokade H2 antagonist
terhadap reseptor H2
menurunkan efek gastrin dan
asetilkolin sekresi asam
lambung berkurang
Cara kerja proton pump
inhibitor: Memblok secara
ireversibel pompa
H+K+ATPase (pompa proton).
Pompa proton merupakan
tahap akhir yang bekerja
dalam sekresi asam lambung,
yang bertanggung jawab
dalam mensekresi ion H+ ke
dalam lumen
Sumber: Katzungs, Basic and Clinical Pharmacology

Nama Obat

Golongan

Efek Samping

Simetidin

H2 antagonis

Disfungsi seksual, impotensi, dan


ginekomastia (akibat berikatan dengan
reseptor androgen) efek
antiandrogenik.
Simetidin IV dapat merangsang sekresi
prolaktin

Ranitidin

H2 antagonis

Jarang terjadi (sakit kepala, mual, diare,


konstipasi, mialgia, malaise). Tidak
memiliki efek antiadrogenik

Famotidin

H2 antagonis

Sakit kepala, pusing, konstipasi, diare.


Tidak memiliki efek antiadrogenik

Nizatidin

H2 antagonis

Jarang terjadi

Omeprazole

PPI

Mual, nyeri perut, konstipasi, flatulance,


diare

38. C. Aritmia
Keyword:
Tn. Johny, 49 tahun
Keluhan sesak
Diberi obat teofilin
Teofilin menghambat PDE3 (phospodiesterase 3)

Teofilin
Golongan metilxanthin
Kerja dengan menghambat enzim
fosfodiesterase cAMP
bronkodilatasi
Merupakan antagonis kompetitif
reseptor adenosin (memiliki efek
bronkokonstriksi)
Dosis terapi yang sempit
Pada jantung berfungsi sebagai
inotropik (+) ( HR) dan kronotropik
(+) ( TD)
ES: mual muntah, kejang, gelisah,
aritmia, hipotensi, takikardi, gang SSP
(gelisah, susah tidur)

Sumber: Katzungs, Basic and Clinical Pharmacology

39. B. Captopril
Keyword:
Tn. Jamal, 51 tahun
Keluhan batuk kering
Sebelumnya diberikan obat anti-hipertensi

Sebuah batuk kering persisten adalah efek samping yang relatif umum diyakini terkait dengan
peningkatan tingkat bradikinin yang diproduksi oleh ACE inhibitors, meskipun peran bradikinin
dalam memproduksi gejala ini masih diperdebatkan oleh beberapa penulis.
Sumber: Katzungs, Basic and Clinical Pharmacology

40. Kalsium Karbonat


Keyword:
Nn. Winda, 22 tahun
Mual-mual, nyeri ulu hati, perut kembung
Dokter memberikan obat lambung kerja cepat dan
bertahan lama

Kalsium Karbonat
mulai kerja cepat, masa kerja panjang
peak plasma time 20-60 min (fasting time); up
to 3 hr (ingested 1 hr after meals)
Bioavailabilitas 25-35%

JAWABAN: Harusnya Ca-CO3 . Kedua tercepat setelah CaCO3 harusnya MgCO3


Sumber: Farmakologi dan Terapi FKUI

A. Natrium bikarbonat:

digunakan untuk mengobati


asidosis sistemik. Untuk
membuat urin alkali dan
mengatasi pruritus pada
penggunaan lokal

B. Alumunium hidroksida

: masa kerja antasid lama, onset


lambat

C. Magnesium trisiklat

: mula kerja lambat

E. Magnesium hidroksida

: krja lama, efek netralisasinya


lengkap.

Buku ajar Farmakologi dan terapi ed 5. FKUI; 2007

41. A. Adrenalin
Keyword:
Budi, 25 tahun
Hidung tersumbat dan bersin-bersin sudah 1 minggu
Hipertrofi konka inferior bilateral
Sekret serosa
Membedakan polip dengan hipertrofi konka?

Polip

Konka Polipoid

Bertangkai

Tidak bertangkai

Mudah digerakkan

Sukar digerakkan

Tidak mudah berdarah

Mudah berdarah

Tidak nyeri bila ditekan

Nyeri bila ditekan dengan pinset

Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas


adrenalin) tidak mengecil

Dapat mengecil pada pemakaian


vasokonstriktor (adrenalin)

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

42.A. Benda Asing


Keyword:
An. Baby, 3 tahun
Keluar lendir kuning kental dan berbau sejak 4 hari
Hidung kiri tertutup sekret kuning kental berbau, hidung
kanan (-)

Rhinitis Akut
Radang akut pada mukosa hidung yang disebabkan
virus/bakteri
Merupakan manifestasi dari rhinitis simpleks (influenza,
common cold, dll)
Gejala:

Kering dan gatal, panas dalam hidung


Bersin berulang-ulang, hidung tersumbat, ingus encer
Demam, nyeri kepala
Mukosa tampak merah dan membengkak

Terapi: simtomatis, antibiotik bila infeksi sekunder

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Rhinitis Alergi
Merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi
alergi
Frekuensi terbanyak pada anak-anak, berkurang dengan
bertambahnya umur
Gejala Klinik:

Serangan bersin berulang


Ingus (rinore) encer dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal
lakrimasi
Demam (-)
Allergic shiner (bayangan gelap di bawah mata akibat stasis vena sekunder)
Allergic salute (menggosok-gosok hidung karena gatal)
Allergic crease (timbulnya garis melintang pada dorsum nasi 1/3 bawah)

Rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah, pucat/livid + sekret


encer

Polip Hidung
Kelainan mukosa hidung berupa massa lunak bertangkai,
bulat/lonjong, putih/keabu-abuan, permukaan licin
mengandung cairan
Gejala:

Hidung tersumbat, menetap, makin lama makin berat


Terasa ada massa di hidung, sukar membuang ingus
Anosmia/hiposmia
Gejala sekunder: post nasal drip, sakit kepala, bindeng, mendengkur, telinga rasa
penuh

Pemeriksaan: rhinoskopi anterior polip terlihat

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Rhinosinusitis
Radang mukosa sinus paranasal
Paling sering menyerang sinus maksila dan etmoid
Penyebab: rhinitis akut, infeksi faring, infeksi gigi rahang,
berenang, menyelam, barotrauma
Gejala:
Ingus kental dan berbau terasa mengalir di nasofaring
Hidung tersumbat
Nyeri di lokasi sinus

Pemeriksaan:
Rhinoskopi anterior: mukosa konka hiperemis dan edema
Rhinoskopi posterior: mukopus di nasofaring
Radiologi: posisi Waters, PA, dan lateral tampak perselubungan/air fluid level
pada sinus yang sakit

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

43. D. Faringitis Akut


Keyword:
Ny. Ina, 52 tahun
Sulit menelan sejak 3 hari
Demam (+), bibir kering dan pecah-pecah
Tonsil T1-T1, tidak hiperemis, faring tampak hiperemis

Tonsilitis Akut
Disebabkan kuman grup A gol Streptokokus b-hemolitikus,
pneumokokus, Streptokokus viridan dan Streptokokus
piogenes
Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil reaksi radang
keluarnya leukosit PMN terbentuk detritus (kumpulan
leukosit, bakteri yang mati + epitel yang terlepas)
Gejala:
nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, lesu dan nyeri-nyeri sendi, tidak
nafsu makan, otalgia

PF:
tonsil bengkak, hiperemis, detritus (+) folikel/lakuna. KGB submandibula
bengkak (+), nyeri tekan (+)

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Tonsilitis Kronik
Faktor predisposisi: rangsangan menahun rokok,
makanan, buruknya hygiene mulut, pengobatan tonsilitis
akut tidak adekuat
Kuman penyebab sama dengan tonsilitis akut, kadangkadang berubah menjadi gol Gram (-)
Gejala:
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar, beberapa
kripti terisi detritus
Rasa mengganjal di tenggorok
Tenggorok kering + napas berbau

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Faringitis Akut
Sering ditemukan bersama-sama dengan tonsilitis akut
Penyebab terbanyak: Streptococcus b-haemolyticus,
Streptococcus viridans, Streptococcus pyogenes
Infeksi menular melalui droplet infections
Gejala:
Nyeri tenggorok, sulit menelan, demam, pembengkakan KGB.

PF:
Faring hiperemis, edema, dinding posterior faring bergranular

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

44. A. OMA Stadium Supuratif


Keyword:
Boy, 8 tahun
Nyeri pada telinga kiri + demam
PF: membran timpani bulging dengan supurasi

Stadium OMA

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI


Tanda/gejala

Pengobatan

St. Oklusi
tuba
Eustachius

Retraksi membran timpani

Obat tetes hidung


HCL efedrin 0.5% (12 th)
HCL efedrin 1% (>12 th +
dewasa) dalam larutan
fisiologik

St. Hiperemis
(Presupurasi)

Pembuluh darah membran timpani melebar


(membran timpani hiperemis + edema)

Antibiotik
(penisilin/ampisilin), obat
tetes hidung + analgetik

St. Supurasi

Eksudat purulen + edem hebat di mukosa


telinga tengah bulging membran timpani
ke arah liang telinga luar.
Pasien tampak sakit, nadi dan suhu
meningkat. Nyeri hebat di telinga

Antibiotik + miringotomi
(bila MT masih utuh)

St. Perforasi

Ruptur membran timpani, nanah keluar


Suhu tubuh turun, gelisah menjadi tenang

Obat cuci telinga H2O2 3%


3-5 hari + antibiotik

St. Resolusi

Bila MT utuh MT kembali normal


Bila MT sudah perforasi sekret berkurang
dan kering resolusi tanpa pengobatan

45. D. Tampon Bellocq 2 hari


Keyword:
Maman, 18 tahun
Hidung berdarah setelah jatuh dari motor
PF: hidung edema (+), hiperemis (+), cavum nasi
hiperemis (+), bekuan darah (+), perdarahan aktif di
nasofaring (+)

Epistaksis Posterior
Perdarahan aktif di nasofaring perdarahan
posterior
Tatalaksana
Tampon Bellocq, menutupi nares posterior, terpasang
selama 2-3 hari
Obat hemostatik
Jika tidak dapat diatasi dengan tampon ligasi arteri

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

46. C. Otitis Eksterna


Sirkumskripta
Keyword:
Juno, 24 tahun
Nyeri pada telinga kanan saat telinga ditarik ke lateral dan
ditekan
Pemeriksaan otoskopi: hiperemis pada 1/3 lateral liang
telinga

OMA
Peradangan sebagian atau
seluruh mukosa di telinga
tengah
Penyebab: Sumbatan tuba
Eustachius invasi kuman
ke telinga tengah
Pada anak sering terjadi saat
infeksi saluran napas atas
Disebabkan bakteri piogenik
(Streptokokus hemolyticus, S.
aureus, Pneumokokus)
Terdiri atas 5 stadium

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Stadium OMA

Tanda/gejala

Pengobatan

St. Oklusi
tuba
Eustachius

Retraksi membran timpani

Obat tetes hidung


HCL efedrin 0.5% (12 th)
HCL efedrin 1% (>12 th +
dewasa) dalam larutan
fisiologik

St. Hiperemis
(Presupurasi)

Pembuluh darah membran timpani melebar


(membran timpani hiperemis + edema)

Antibiotik
(penisilin/ampisilin), obat
tetes hidung + analgetik

St. Supurasi

Eksudat purulen + edem hebat di mukosa


telinga tengah bulging membran timpani
ke arah liang telinga luar.
Pasien tampak sakit, nadi dan suhu
meningkat. Nyeri hebat di telinga

Antibiotik + miringotomi
(bila MT masih utuh)

St. Perforasi

Ruptur membran timpani, nanah keluar


Suhu tubuh turun, gelisah menjadi tenang

Obat cuci telinga H2O2 3%


3-5 hari + antibiotik

St. Resolusi

Bila MT utuh MT kembali normal


Bila MT sudah perforasi sekret berkurang
dan kering resolusi tanpa pengobatan
Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Otitis media kronis


Terjadi bila OMA lebih dari 2
bulan
> 3 minggu otitis media sub-akut
> 2 bulan kronik

OMSK dibagi 2
Benigna/mukosa/aman
Maligna/tulang/bahaya

OMSK benigna:
Terbatas pada mukosa, tidak kena
tulang
Perforasi di sentral
Jarang komplikasi
Tidak ada kolesteatoma

OMSK maligna

Kena tulang
Disertai kolesteatom
Perforasi marginal/atik
Sering komplikasi

Kolesteatom adalah kista


epitelial yang berisi
deskuamasi epitel (keratin).

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Otitis eksterna

OE difusa
Radang liang telinga (akut/kronik) Mengenai kulit liang telinga 2/3
dalam
akibat bakteri
Kulit hiperemis, edema, batas tidak
Terbagi 2
jelas, furunkel (-)
OE sirkumskripta (Furunkel/bisul)
OE difus

OE sirkumskripta
Infeksi pada adneksa kulit 1/3 luar liang
telinga
Penyebab: S. aureus
Gejala
Nyeri hebat
Gangguan pendengaran (bila furunkel
besar)
Terapi: salep Ab lokal, antiseptik,
analgesik, aspirasi jika sudah menjadi
abses

Penyebab: Pseudomonas
Gejala: sama dengan OE
sirkumskripta
Terapi: tampon Ab

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

47. D. Corynebacterium diphtheriae


Keyword:
An. Maya, 4 tahun
Nyeri pada tenggorokan
Demam
Ditemukan bakteri batang gram positif tidak bergerak

Bakteri

Gram

Bentuk

Bergerak

Sifat

Penyakit

Bacillus anthracis

positif

batang

Tidak

Aerob

Antraks

Salmonella

negatif

batang

Gerak aktif
dengan flagel

Aerob

Typhoid

Streptococcus beta
hemolitikus

positif

bundar

Tidak

Anaerob
fakultatif

Radang tenggorok,
scarlet fever,
erisipelas,
endokarditis

Corynebacterium
diphtheriae

positif

batang

Tidak

Anaerob
fakultatif

Difteri

Staphylococcus
aureus

positif

bundar

Tidak

Aerob
fakultatif

Impetigo,
karbunkel,
pneumonia, sepsis

48. E. Rhinitis Alergi


Keyword:
Irna, 24 tahun
Bersin-bersin + ingus encer
PF: hiperemis dengan sekret serous

Rhinitis Alergi
Merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
Frekuensi terbanyak pada anak-anak, berkurang dengan bertambahnya
umur
Gejala Klinik:
Serangan bersin berulang
Ingus (rinore) encer dan banyak
Hidung tersumbat
Hidung dan mata gatal
lakrimasi
Demam (-)
Allergic shiner (bayangan gelap di bawah mata akibat stasis vena
sekunder)
Allergic salute (menggosok-gosok hidung karena gatal)
Allergic crease (timbulnya garis melintang pada dorsum nasi 1/3 bawah)
Rhinoskopi anterior: mukosa edema, basah, pucat/livid + sekret encer

Rhinitis Vasomotor
Gejala khas: hidung tersumbat kanan kiri bergantian
Rinore mukus/serus banyak, jarang disertai bersin, tidak gatal
di mata
Gejala memburuk pagi hari
PF rhinoskopi anterior: edema mukosa hidung, konka merah
gelap/tua

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Rhinitis Medikamentosa
Harus ada riwayat pemakaian vasokonstriktor topikal (obat
semprot/tetes hidung)
Disebabkan karena fase dilatasi berulang (rebound dilatation)
akibat penggunaan vasokonstriktor topikal dalam waktu lama
Sebaiknya pemakaian vasokonstriktor topikal tidak lebih dari
seminggu dan isotonik

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

49. C. Kripta Melebar


Keyword:
Nazwa, 9 tahun
Nyeri saat menelan sejak 1 tahun
PF: didapatkan tonsil melebar, berbenjol-benjol, tidak
hiperemis, kripta melebar, detritus minimal

Tonsilitis akut
Disebabkan kuman grup A gol Streptokokus b-hemolitikus,
pneumokokus, Streptokokus viridan dan Streptokokus piogenes
Infiltrasi bakteri pada epitel tonsil reaksi radang
keluarnya leukosit PMN terbentuk detritus (kumpulan
leukosit, bakteri yang mati + epitel yang terlepas)
Gejala:
nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam, lesu dan nyeri-nyeri sendi, tidak nafsu
makan, otalgia

PF:
tonsil bengkak, hiperemis, detritus (+) folikel/lakuna. KGB submandibula bengkak
(+), nyeri tekan (+)

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi: rangsangan menahun rokok, makanan,
buruknya hygiene mulut, pengobatan tonsilitis akut tidak
adekuat
Kuman penyebab sama dengan tonsilitis akut, kadang-kadang
berubah menjadi gol Gram (-)
Gejala:
Tonsil membesar dengan permukaan tidak rata, kriptus melebar, beberapa kripti
terisi detritus
Rasa mengganjal di tenggorok
Tenggorok kering + napas berbau

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT-KL, FKUI

50. D. Otitis media supuratif


kronik tipe maligna
Keywords :
Perempuan, usia 28 tahun keluar cairan dari
telinga hilang timbul sejak 5 bulan

Nyeri telinga (+), pendengaran menurun (+)


PF : membran timpani ruptur di marginal, granulasi
(+), kolesteatoma (+), cairan bau khas (+)

Klasifikasi Otitis Media Supuratif


Kronik
OMSK TIPE AMAN/BENIGNA
Peradangan hanya mukosa
Perforasi sentral
Kolesteotoma (-)
Tatalaksana:
neomisin+polimisin b topikal
+ ear toilet

OMSK TIPE
BAHAYA/MALIGNA/TULANG
Peradangan sampai tulang
Perforasi marginal / atik
Kolesteotoma (+)
Tatalaksana: bedah

51. C. Vesikolitiasis
Keyword:
Tn. Toha, 44 tahun
Nyeri saat berkemih sejak 3 hari SMRS
Nyeri terutama dirasakan pada ujung penis dan skrotum
BAK terkadang lancar, terkadang berhenti dengan
perubahan posisi

Nefrolitiasis

Nyeri kolik (hilang timbul)


di daerah pinggang
BAK panas dan nyeri
Hematuria (makroskopis
atau mikroskopis)
Nyeri ketok CVA (+)

Ureterolitiasis

Nyeri kolik (hilang timbul)


Kolik bisa disertai dengan
gejala palpitasi, mual,
muntah, kembung, sulit
BAB
Hematuria mikroskopis
80%
Bila disertai frekuensi dan
disuria pada akhir miksi
batu berada di dekat vesika

Vesikolitiasis

Muncul gejala iritasi: nyeri


saat berkemih, kencing
tiba-tiba berhenti dan
lancar kembali dengan

perubahan posisi
Nyeri saat miksi (referred
pain) dirasakan di akhir

kencing pada ujung penis,


skrotum, perineum,
pinggang sampai kaki
Pada anak sering menariknarik penis atau
menggosok-gosok vulva
Hematuria di akhir
kencing
Disuria dan frekuensi

Uretrolitiasis
Miksi tiba-tiba
berhenti hingga
mengalami retensi
Nyeri dirasakan di
glans penis atau di
lokasi batu
Batu uretra posterior
dirasakan nyeri di
perineum atau
rektum

52. E. Torsio Testis


Keyword:
An. Abing, 12 tahun
Nyeri pada kantung kemaluan sejak 1 minggu
Mual dan muntah (+)
Riwayat trauma (-)
PF

Skrotum membesar dengan nyeri tekan dan eritema


Transiluminasi (-)
Posisi testis tampak transversal
Refleks Kremaster menghilang

Hidrokel

Penumpukan cairan antara lapisan parietal dan viseral


lapisan tunika vaginalis
Disebabkan ketidakseimbangan produksi dan
reabsorbsi sistem limfatik sekitar
Pada bayi lebih disebabkan belum menutupnya
prosesus vaginalis
Gejala: benjolan skrotum yang tidak nyeri, konsistensi
kistik, transiluminasi (+)
Terapi: aspirasi dan operasi

Varikokel

Pelebaran vena spermatic cord (plexus pampiniformis)


Menyebabkan infertilitas
Gejala: belum memiliki anak, benjolan di testis yang
terasa nyeri
PF: valsava manuver terlihat kumpulan cacing di
sebelah kranial testis
Bila sulit menentukan varikokel secara klinis
auskultasi Doppler
Terapi: ligasi vena spermatika, varikokelektomi, atau
embolisasi

Torsio Testis

Terpuntirnya funikulus
spermatikus gangguan
aliran darah pada testis
Gejala: nyeri hebat di
skrotum, bengkak pada
testis
Mual muntah (+)
Nyeri menjalar ke inguinal
dan perut bawah
Demam umumnya (-)
PF: testis terletak lebih
tinggi dan lebih
horizontal/transversal
Palpasi: nyeri tekan (+)
Refleks kremaster (-)
Phren test (-)
Terapi: konservatif (detorsi
manual), pembedahan

Epididimitis

Nyeri skrotum akut dengan kenaikan


suhu tubuh, keluarnya nanah dari
uretra
Riwayat coitus suspectus (senggama
dengan wanita lain)
Mual muntah (-)
Demam (+)
PF: Phren test (+): nyeri berkurang
saat testis diangkat ke atas
Terapi: antibiotik

Orkitis

Peradangan pada salah satu atau


kedua testis
Disebabkan proses infeksi (IMS)
Gejala mirip dengan epididimitis
(nyeri skrotum dengan duh tubuh
(+))
Terapi: antibiotik

DD/ Nyeri pada Skrotum

53.A. Nervus ischiadicus


Keywords:
Kecelakaan lalu lintas, paha kanan pasien dalam
keadaan fleksi, aduksi, dan internal rotasi. Pasien
tidak dapat melakukan dorso fleksi maupun plantar
fleksi.
Kemungkinan cedera N. Ischiadicus e.c dislokasi
panggul posterior.

PED (Peroneus untuk Eversi dan Dorsofleksi) jadi, cedera n. Peroneus


menyebabkan tidak bisa dorsofleksi (dropped foot),
TIP ( Tibialis untuk Inversi dan Plantarfleksi) jadi, cedera n. Tibialis
menyebabkan tidak bisa plantarfleksi.
Nervus Ischiadicus bercabang menjadi n. Peroneus dan n. Tibialis jadi,
cedera n. Ischiadicus menyebabkan tidak bisa dorso maupun plantar fleksi.

54. B. Adenokarsinoma prostat


Keywords:
Sering kencing malam hari, sering merasa kebelet
dan sulit menahan BAK. BAK sering tidak lampias,
nyeri, dan kadang berwarna kemerahan. Colok
dubur: pembesaran prostat asimetris, permukan
berbenjol-benjol, konsistensi keras.
Diagnosis Adenokarsinoma prostat

Pilihan lain
Hipertrofi prostat jinak Colok dubur: prostat kenyal, nodul
(-), pool atas tidak teraba.
Nefrolitiasis hematuria, nyeri pinggang, nyeri ketok CVA
(+), leukosit + eritrosit pada urinalisis, diagnosis pasti
dengan BNO IVP.
Sistitis anyang-anyangan, BAK tidak lampias, nyeri tekan
suprapubik (+)
Uretritis nyeri kencing, nyeri tekan suprapubik (-).

55. D. Invaginasi Ileokolik


Keyword:
An. Maksum, 4 tahun
Nyeri pada perut
3 hari sebelumnya Maksum sempat BAB cair
Hari ini BAB keluar lendir dan darah
PF
Anak tampak menangis merintih kesakitan
Abdomen: defans muscular (+), teraba massa di perut kiri atas, kanan
bawah teraba kosong
Colok dubur didapatkan portio-like sign

Invaginasi Ileokolik

Masuknya segmen usus


proksimal ke distal obstruksi
strangulasi
Etiologi: perubahan diet
makanan, entritis akut
Gejala Klinis (TRIAS): 1. Nyeri
perut yang bersifat kolik, 2.
Muntah/Teraba massa tumor
seperti sosis (sausages sign), 3.
Berak lendir darah (red currant
jelly)
Dances sign (+) sekum yang
teraba kosong
RT: TSA lemah, portio-like
appearance (+), keluar darah
campur lendir saat jari ditarik
(currant jelly stools)
BNO 3 posisi: air fluid level (+)
Barium enema: cupping dan
coiled-spring (+)
USG: pseudokidney
appearance/doughnut s sign
(+)

Ileus Paralitik

Distensi abdomen akibat


gangguan motilitas usus
Kontraksi peristaltik
terhambat
Etiologi: electrolyte
imbalance (biasanya
hipokalemia), riwayat
operasi abdomen, gangguan
metabolik dan obat-obatan
Gejala: abdominal
distended, mual (+) muntah
(), gangguan siklus BAB,
flatus (-), demam
PF: abdominal distended (+),
meteorismus, BU
turun/menghilang
BNO 3 posisi: herring-bone
appearance, air fluid level
line up (segaris)
Terapi: konservatif dan
suportif (dekompresi,
keseimbangan cairan dan
elektrolit, nutrisi adekuat,
mengobati kausa penyakit
primer)

Peritonitis

Inflamasi membran serosa


yang membatasi abdomen
dengan organ dalam
Etiologi: umumnya akibat
infeksi intraperitoneal atau
ekstraperitoneal
Dapat komplikasi ke
sirs/sepsis
Gejala: nyeri hebat lokal/di
seluruh regio abdomen,
demam, anoreksia, mual,
muntah
PF: defans muscular (+), nyeri
tekan (+), nyeri lepas (+),
tanda-tanda syok , fascies
Hippocrates (+), BU turun
atau menghilang
BNO 3 posisi: preperitoneal
fat (-), psoas line (-)

Tumor Kolon

Umumnya berupa
adenokarsinoma
Penyebab belum
diketahui, diduga
faktor makanan
berpengaruh
Gejala: rasa tidak
nyaman/nyeri di perut
bawah, anemia, berat
badan turun,
konstipasi/diare
beserta darah dan
lendir (mirip sindroma
disentri)
Penunjang:
pemeriksaan CEA
(Carcinoma Embryonic
Antigen), fluoroskopi
kontras barium enema

Pseudokidney

Air fluid level

Coiled-spring
Coiled-spring

56. E. Ileus Paralitik


Keyword:
Ny. Maemunah, 32 tahun
Tidak bisa kentut sejak 2 hari
Nyeri perut (+), kembung (+), mual dan muntah (+)
Riwayat operasi usus buntu 3 bulan yang lalu
PF
TD 80/40 mmHg, HR 112x/menit, RR 31x/menit
Abdomen tampak distended

Ileus Obstruktif

Distensi abdomen akibat gangguan motilitas


usus
Adanya obstruksi isi lumen saluran cerna
tidak bisa disalurkan ke usus distal
Terbagi menjadi: letak tinggi (gaster sd ileum
terminal), letak rendah (ileum terminal sd
rektum)
Etiologi: hernia inkarserata, adhesi, invaginasi,
askariasis, volvulus, tumor
Gejala: abdominal distended, kembung, mual
muntah. Flatus (-), BAB (-), demam
PF: metallic sound (+), BU meningkat,
borborygmus, terkadang kontur usus dapat
terlihat
BNO 3 posisi: air fluid level step ladder
appearance (+), distensi usus proksimal
Terapi: dekompresi, tindakan bedah sesuai
penyebab

Ileus Paralitik

Distensi abdomen akibat gangguan motilitas


usus
Kontraksi peristaltik terhambat
Etiologi: electrolyte imbalance (biasanya
hipokalemia), riwayat operasi abdomen,
gangguan metabolik dan obat-obatan
Gejala: abdominal distended, mual (+)
muntah (), gangguan siklus BAB, flatus (-),
demam
PF: abdominal distended (+), meteorismus,
BU turun/menghilang
BNO 3 posisi: herring-bone appearance, air
fluid level line up (segaris)
Terapi: konservatif dan suportif (dekompresi,
keseimbangan cairan dan elektrolit, nutrisi
adekuat, mengobati kausa penyakit primer)

57. C. Tetanus Grade 3


Keywords : Anak dengan lumpuh otot,
hipersensitivitas sensorik, riwayat tertusuk bambu.
PF menujukkan gejala khas tetanus : trismus,
opistotonus, kaku otot (hipereksitasi neuronal
akibat aktivitas neurotoksin pada sinaps).
Kejang refleks dan kejang spontan (+)

Sumber : www.cdc.gov

164

Tetanus Patogenesis,
Patofisologi
Spasme:

Sumber : www.cdc.gov

Otot napas & laring:


asfiksia & sianosis
Otot uretral: retensio
urin
M.mastikatoris: trismus
M.erector trunki: kuduk
kaku, opistotonus
M.rectus abdominis:
perut papan
M.fasialis: risus
sardonikus
Ekstremitas inferior:
ekstensi, lengan kaku,
tangan mengepal

Tetanus Gejala Klinis & Tatalaksana


Tampilan klinis:

Trismus, kaku leher, disfagia, kekakuan abdomen, opistotonus, fleksi lengan,


ekstensi tungkai, dan disfungsi otonom
Bisa terjadi kejang, baik akibat rangsangan maupun spontan
Pasien tetap sadar dan merasa kesakitan
Jarang terjadi demam

Penunjang: tes spatula


Tata laksana:

Bersihkan luka, debridemen jika perlu


Metronidazole (untuk membunuh bakteri yang memproduksi toksin)
atau penisilin
ATS atau TIG (untuk mengikat toksin bebas)
TT (untuk menginduksi imunitas)
Diazepam (meringankan gejala spasme)
Sumber : www.cdc.gov

Grading Tetanus Ablett


Grade I

Trismus ringan-sedang, spastik umum, tidak ada gangguan


pernapasan, tidak ada spasme, sedikit disfagia

Grade II

Trismus sedang, rigiditas jelas, spasme ringan-sedang, gangguan


respirasi ringan-sedang

Grade III

Trismus berat, spastik menyeluruh, kejang refleks, kejang spontan,


apneic spell, disfagia berat, gangguan otonom sedang (termasuk
bradikardia)

Grade IV

Badai otonom

Profilaksis Tetanus

Sumber :
www.health.state.mn.us

58. E. Teratospermia
Keywords:
Pasutri tdk pny anak. Cek fertilitas
Istri normal
Suami: sperma 4cc, putih, jumlah 25 juta/cc, motilitas
55%, kelainan bentuk (+)

Diagnosis Teratospermia

Abnormalitas sperma
Oligospermia : jumlah sperma < 20 juta
Astenospermia: Motilitas sperma < 40 %
Azoospermia : jumlah sperma 0
Teratospermia: kelainan bentuk sperma.

59. B. Dislokasi Panggul ke


Posterior
Keyword:
Tn. Joni, 46 tahun
Kaki kiri sakit dan tidak bisa digerakkan sejak 15 menit
yang lalu
Sebelumnya mengalami KLL
PF
Kesadaran CM, tanda vital seluruhnya dalam batas normal
Status lokalis kruris sinistra: panggul dalam keadaan endorotasi, fleksi, dan
adduksi, tidak bisa diluruskan

Deformitas akibat Dislokasi Sendi


Sendi

Arah

Deformitas

Bahu

Anterior
Posterior

Bersiku
Terkunci dalam
endorotasi

Siku

Posterior

Olekranon prominen di
posterior

Panggul

Anterior
Posterior

Fleksi, abduksi, eksorotasi


Fleksi, adduksi,
endorotasi

Lutut

Anterior/posterior

Ekstensi, hilangnya
bentuk

Ankle
Sendi subtalar

Eksorotasi, maleolus
medialis menonjol
Paling sering lateral

Kalkaneus bergeser ke
lateral

60. C. Flail Chest


Keyword:
Gono, 18 tahun
Pasca KLL 1 jam yang lalu
Sesak napas (+), nyeri dada di daerah kanan (+)
Nyeri dada dirasakan terutama saat bernapas
PF
Kesadaran CM
Pasien tampak kesakitan terutama saat inspirasi
Tampak jejas di sisi lateral areola mammae hemithoraks dekstra, paradoxal
breathing (+)

Flail Chest

Terdapat lebih dari 1 iga


yang patah (multiple
fracture)
Rebreathing phenomenon
Saat inspirasi, bagian
yang patah tidak ikut
mengembang malah
tertarik ke dalam
(karena tekanan (-)
dalam thoraks)
volume menurun
tekanan meningkat
CO2 menuju paru
yang sehat
Ekspirasi: bagian yang
sakit menonjol
volume naik
tekanan turun
Dx: asfiksia traumatik,
paradoxal breathing
Terapi: stabilkan area yang
patah

Pneumothoraks

Udara di dalam rongga


pleura mendesak paru
sesak
Terbagi menjadi:
Spontan primer:
Bukan akibat penyakit
paru (mis: pecahnya
bula/bleb)
Spontan sekunder:
komplikasi penyakit
paru
Traumatik: akibat
trauma
Gejala: sesak tiba-tibat,
pucat sd sianosis
PF: vesikuler melemah,
hipersonor, tanpa tanda2
pendesakan
Ro thorax: pleural line (+),
paru kolaps
Terapi: pemasangan WSD

Tension Pneumothoraks

Pneumothoraks dengan
tension (udara masuk cavum
thoraks tapi tidak bisa keluar
tekanan meningkat)
kegawatan
Adanya desakan (JVP naik,
mediastinum terdesak,
trakea deviasi)
PF: vesikuler menghilang,
perkusi hipersonor,
emfisema subkutis dan
tanda2 pendesakan, sianosis
Terapi: dekompresi jarum di
sela iga 2, sambungkan
dengan pipa WSD

61. C. IIIA
Keywords:
Fraktur terbuka pd sepertiga kruris anteromedial
berukuran 5 cm

Neurovaskularisasi baik
X-Ray: fr segmental sepertiga tibia dan fibula

62. B. Sela iga 2 garis


midklavikula kanan
Keywords:
Laki-laki 25 th, KLL. Sesak napas
PF: Dada kanan tertinggal, hipersonor pada lapang paru
kanan, deviasi trakea ke kiri

Diagnosis: Tension Pneumothorax


Tatalaksana: Needle thoraconcentesis
Letak:
Sela Iga 2 garis midklavikula kanan

Needle Thoracocentesis
Indikasi: Tension pneumothorax dan primary
spontaneous pneumothorax
Pada kasus ini, tujuan dilakukan torakosentesis
untuk mengubah tension pneumothorax menjadi
simple pneumothorax
Prosedur ini perlu dilanjutkan dengan chest x-ray
dan chest drain bila diperlukan
Lokasi: Sela iga 2 garis midklavikula kanan

63. B. Luka Bakar Grade IIA


Keyword:
Tn. Marjo, 38 tahun
Nyeri hebat pada tangan kiri akibat tersiram asam sulfat
saat sedang bekerja
Luka terasa panas disertai dengan kemerahan
PF: luka pada lengan kiri bawah dan tangan kiri, panas,
merah muda, sebagian terdapat bula (+)

64. A. Rovsing Sign (+)


Keyword
Ny. Mary, 49 tahun
Nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 hari SMRS
Sebelumnya, nyeri terasa di ulu hati
Demam (+), mual muntah (+)
PF: NT Mc Burney (+), defans muscular (+), psoas sign (+),
obturator sign (+)
Dx: Appendisitis Akut

Rovsing Sign

Pemeriksaan pada
appendisitis akut
Perut kiri bawah
ditekan, nyeri akan
dirasakan pada perut
kanan bawah
Rovsing sign (+)

Murphy Sign

Pemeriksaan untuk
menentukan adanya
kolesistitis akut
Pasien bernapas
dalam dan tangan
kanan naik ke atas,
suatu saat napas
pasien terhenti
Murphys sign (+)

Cullen Sign

Warna kebiruan di
sekitar umbilicus
Merupakan tanda
perdarahan dalam
cavum peritoneum

Tinels Sign

Tes yang dirancang


untuk mendeteksi
carpal tunnel
syndrome
Pemeriksa mengetuk
diatas terowongan
carpal di pergelangan
tangan
Hasil uji positif jika
pasien merasakan
paresthesia di distal
dari pergelangan
tangan

Phallens Sign (+)

Sebuah tes yang


dirancang untuk
menentukan adanya
carpal tunnel
syndrome
Pergelangan tangan
pasien difleksikan
maksimal oleh
pemeriksa, kemudian
pasien
mempertahankan
posisi ini dengan
menahan satu
pergelangan tangan
dengan pergelangan
tangan yang lain
selama 1 menit
Hasil uji positif jika
terdapat parestesia di
ibu jari, jari telunjuk,
dan lateral jari
manis

65. B. Limpa
Keywords:
KLL, Tekanan darah 70 mmHg per-palpasi, denyut
nadi 140 x/menit, frekuensi napas 30x/menit.
Pasien tidak sadar, jejas pada hipokondrium kiri,
pekak alih (+), bising usus melemah.
Cedera organ Limpa

Letak Limpa dalam rongga


abdomen

Cedera limpa
Tanda yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
fisik
Tanda iritasi peritoneal (nyeri tekan, guarding, rebound)
Nyeri dan jejas di hipokondrium kiri
Bila perdarahan hipotensi atau takikardia

Bila menyebabkan instabilitas hemodinamik


tindakan operatif

66. E. Fraktur galleazi dextra


Keywords: wanita, 45 tahun, terjatuh dari motor,
tangan kanan tidak bisa digerakkan, luka (-),
rontgen antebrachii fraktur distal radius ekstra
artikuler dengan dislokasi radio-ulnar
Diagnosis?

Monteggia & Galeazzi


Monteggia fraktur
ulna proksimal
Galeazzi fraktur distal
radius dengan dislokasi
radio-ulnar joint

67. D. Ruptur Uretra Posterior


Keyword:
Tn. Ilham, 38 tahun
Gangguan berkemih sejak 1 hari yang lalu
BAK keluar darah (+)
Pasca KLL 3 hari sebelumnya, benturan di pinggul (+)
PF:
Keluar darah dari OUE
RT: floating prostate (+)

Ruptur Uretra Anterior


Paling sering disebabkan
straddle injury (cedera
selangkangan)
Gambaran:
1. Perdarahan OUE
2. Retensio urin
3. Hematoma/jejas
peritoneal/urin infiltrat
Tindakan: sistostomi

Ruptur Uretra Posterior

Ruptur Ginjal

Paling sering disebabkan fraktur


tulang pelvis (ramus/simfisis
pubis)
Sering datang dalam keadaan
syok
Gambaran:
1. Perdarahan OUE
2. Retensio urin
3. RT: floating prostate
(prostat melayang)
Tindakan: sistostomi

Trauma dan jejas pada pinggang,


punggung, dada bawah, perut
atas
Hematuria
Fraktur costa bawah (T812)/fraktur proc. Spinosus
vertebrae

Derajat Trauma Uretra dan Penanganannya

Derajat

Jenis Kerusakan

Kontusio ginjal/hematoma perianal

II

Laserasi ginjal terbatas pada korteks

III

Laserasi ginjal sampai medulla ginjal, mungkin


terdapat trombosis a. segmentalis

IV

Laserasi sampai sistem kalises ginjal

Avulsi pedikel ginjal, mungkin terjadi


trombosis a. renalis
Ginjal terbelah (shatered)

Derajat Kerusakan Trauma Ginjal dan Manajemennya

68. C. Hidrokel
Keyword:
Mastur, 22 tahun
Buah pelir membesar sejak 5 hari, nyeri (-)
PF:
Skrotum membesar dengan diameter 12 cm
Kulit tegang dengan transiluminasi (+)

Hidrokel

Penumpukan cairan antara lapisan


parietal dan viseral lapisan tunika
vaginalis
Disebabkan ketidakseimbangan
produksi dan reabsorbsi sistem
limfatik sekitar
Pada bayi lebih disebabkan belum
menutupnya prosesus vaginalis
Gejala: benjolan skrotum yang
tidak nyeri, konsistensi kistik,
transiluminasi (+)
Terapi: aspirasi dan operasi

Varikokel

Pelebaran vena spermatic cord


(plexus pampiniformis)
Menyebabkan infertilitas
Gejala: belum memiliki anak,
benjolan di testis yang terasa
nyeri
PF: valsava manuver terlihat
kumpulan cacing di sebelah
kranial testis
Bila sulit menentukan varikokel
secara klinis auskultasi Doppler
Terapi: ligasi vena spermatika,
varikokelektomi, atau embolisasi

Spermatokel

Kista berisi cairan dan sperma


mati dalam epididimis
Sering asimtomatik, atau
pembengkakan skrotum tidak
nyeri
Umumnya tidak sebesar hidrokel
Tidak menyebabkan infertilitas
Transiluminasi (+)
Terapi: jika kista membesar
spermatokelektomi

69. E. Fraktur basis cranii


Keywords:
Kepala membentur aspal. Raccoon eye (+), battle
sign (+), TD 120/80 mmHg, RR: 18x/menit, nadi:
87x/menit, suhu: 36,8oC.
Diagnosis ? Fraktur basis cranii

Pilihan lain
Epidural hematom cedera temporal, pecahnya arteri
meningea media, interval lucid, refleks cushing,
gambaran bikonveks
Subdural hematom pecahnya vena-vena
penghubung, gambaran cresentic.
Subarachnoid hematom peningkatan TIK (sakit
kepala, muntah menyemprot, pupil anisokor) kaku
kuduk (+).
Fraktur basis cranii racoon eye, battle sign, rhinorea,
otorea.

70. A. Nervus Radialis


Keywords :
Pergelangan tangan kiri tidak bisa dorso fleksi serta
ibu jari tidak bisa ekstensi.

Foto rontgen: fraktur humerus 1/3 bagian tengah.


Kemungkinan cedera pada nervus radialis.

71.D.12 minggu
Keyword:
Perempuan, 25 tahun,
Menstruasi (-) 4 bulan
Selama ini menstruasi teratur
HPHT lupa

Sering mual-muntah
TFU: 8 cm

72.A.Abortus inkomplit
Keyword:
Perempuan, 23 tahun,
keluar gumpalan darah segar dari jalan lahir.
G1P0A0 hamil 18 minggu
tanda vital dbn.
inspeksi genitalia: bercak darah keluar (+)
TFU sesuai usia kehamilan
OUE terbuka 4 cm.

Abortus
Ancaman/pengeluaran hasil konsepsi
pada umur kehamilan < 20 minggu /
berat janin < 500 gr
Anamnesis: amenorea < 20 minggu
PF tanda vital:
bisa normal / KU lemah + TD +
takikardia + suhu , perdarahan
pervaginam dengan/tanpa
pengeluaran hasil konsepsi, mulas
perut bagian bawah

PF Ginekologi:
Inspeksi Vulva + Inspekulo + Vaginal
toucher
Penunjang:
tes kehamilan, Doppler/USG, periksa
kadar fibrinogen pada missed abortion
Komplikasi:
Perdarahan, perforasi, syok, infeksi, pd
missed abortion kelainan
pembekuan darah

Kapita Selekta Kedokteran

Klasifikasi Abortus
Berdasarkan terjadinya:
1. Abortus Spontan
2. Abortus Provokatus

Secara Klinis:
1. Abortus iminens
2. Abortus insipien
3. Abortus inkomplit
4. Abortus komplit
5. Missed abortion
6. Abortus habitualis
(3berturut)
Departemen Obsgyn RSCM
7. AbortusPPMseptik

Abortus Iminens

Tanpa tanda dilatasi serviks meningkat / OUE menutup

Abortus Insipiens

Ada tanda dilatasi serviks meningkat / OUE membuka

Abortus Inkomplit

Sebagian jaringan keluar dari uterus

Abortus Komplit

Seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus

Missed Abortion

Kematian janin tidak diketahui / dikeluarkan selama 8 minggu

Kapita Selekta Kedokteran

73.D.Misoprostol
Keyword:
Perempuan
hamil 30 minggu
keluhan nyeri ulu hati dan mual
sering terlambat makan

Misoprostol
Kategori obat pada kehamilan = X
Merupakan sintetik prostaglandin E1 yang dapat digunakan
untuk mencegah ulkus gaster

Konsumsi misoprostol pada kehamilan dapat memicu


kontraksi uterus menginduksi persalinan

Medscape

74.C. Kehamilan Ektopik


Terganggu
Keyword:
Perempuan, 22 tahun,
nyeri perut bagian bawah
G1P1A0 hamil 12 minggu
Riw.menstruasi sebelumnya teratur

TD 60/palpasi, takikardia, akral dingin


konjungtiva pucat (+).

Kehamilan Ektopik
= Kehamilan dengan gestasi di luar kavum uteri

KET menimbulkan gejala nyeri karena ruptur


Anamnesis: amenorea, nyeri abdomen,
perdarahan pervaginam (tergantung lokasi
gestasi)
PF: umum, abdomen, pelvis
Penunjang: tes HCG, USG, dsb
Tatalaksana: operasi, transfusi bila ada anemia
berat
PPM Departemen Obsgyn RSCM

75.D. Pimpin Persalinan


Keyword
Perempuan, 26 tahun,
G1P0A0 aterm
KPD 24 jam
Telah dipimpin mengejan 1
jam.

PF: janin tunggal, presentasi


kepala, DJJ 180 x/menit.
His teraba kuat.
PD: vulva bengkak,
pembukaan lengkap, selaput
ketuban tidak teraba, dan
teraba ubun-ubun kecil kiri.

Diagnosis: KPD dengan


Persalinan Lama dan Tandatanda gawat janin

Pembahasan
His/kontraksi baik sementara tidak memerlukan
forceps/vakum
Presentasi kepala bukan sungsang, tidak
membutuhkan manuver versi luar
Vulva bengkak, kecurigaan: antara kesalahan
memimpin persalinan atau CPD (bayi
besar/panggul sempit). Segera berikan ibu oksigen
dan pimpin persalinan. Bila tidak ada kemajuan
(terutama bila molage +) persiapkan untuk sectio
caesaria.

76. B. Distosia ec CPD


Keywords:
G2P1 hamil 39 minggu
Kenceng2 1 hari

Keluar air2 1 jam lalu


DJJ 150 x/menit, his baik
Pembukaan 8 cm, pendataran 75%, serviks lunak, anterior,
hodge -1
Tidak ada kemajuan moulase maksimal dan caput (+)
Diagnosis: distosia ec CPD

Persalinan dipengaruhi oleh tiga aspek


(3P) :

Tanda-tanda CPD

Power yaitu kekuatan his dan kekuatan


mengedan

Pemeriksaan abdominal
Ukuran anak besar.
Kepala anak menonjol di simphisis pubis.
Pemeriksaan pelvis
Servik mengecil setelah pemecahan
ketuban
Edema servik
Penempatan kepala tidak baik lagi di
servik
Kepala belum dipegang pintu atas
panggul
Ditemukan kaput
Ditemukan molage
Ditemukan kepala defleksi
Ditemukan asinklitismus

Pelvis yaitu keadaan jalan lahir.


Passenger yaitu keadaan janin yang
dikandung
Arrest of descent: Failure of the
presenting fetal part to continue to
descend during the second stage of
labor despite uterine contraction and
maternal effort (pushing)

Cephalopelvic Disproportion (CPD)


merupakan 50% penyebab Arrest of
descent pada nulipara dan pada
multipara hanya 29,7%

77. A. Hiperemesis
Gravidarum
Keywords: Perempuan, usia 24 tahun, mual dan
muntah terus menerus, lemas, anoreksia, nyeri ulu
hati. Menstruasi terlambat. PF: mata sedikit
cekung. HCG (+).
Diagnosis: A. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah muntah hebat yang
terjadi pada awal kehamilan sampai umur
kehamilan 20 minggu
Menyebabkan penurunan BB >5% atau ketosis
Bisa juga menyebabkan dehidrasi, gangguan
elektrolit, asam basa, defisiensi nutrisi

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010

Diagnosis
Amenore + muntah hebat,
pekerjaan sehari-hari
terganggu
Fungsi vital:
Nadi 100x/menit
TD (keadaan berat)
Subfebris
Gangguan kesadaran (apatis-koma)

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010

Fisik:
Dehidrasi
Kulit pucat
Ikterus
Sianosis
BB
VT: uterus besar sesuai
besar kehamilan, konsistensi
lunak
Inspekulo serviks: biru
(livide)

Pemeriksaan
USG:
Kondisi kesehatan kehamilan
Kemungkinan kehamilan kembar/ mola hidatidosa

Laboratorium:
Hb dan Ht relatif
Shift to the left
Benda keton
Proteinuria

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010

Tatalaksana
Nonfarmakologis
Istirahat
Small frequent meals
Menghindari makanan yang asam, pedas, dan berlemak
Minum banyak cairan
Jahe
Akupuntur

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010

Tatalaksana
Farmakologis
Cairan parenteral: saline, dekstrose
Obat-obatan:
Vitamin B6
Anti-emetik: ondansentron, meclizine, dimenhydrinate, prometazine,
prochlorperazine, metoklopramide, diphenhydramine,

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010

Emesis gravidarum: mual muntah fisiologis pada


ibu hamil trimester awal (tidak menyebabkan
gangguan penurunan BB dll)
Dispepsia: nyeri atau rasa tidak nyaman terutama
di bagian perut atas
Gastritis: inflamasi mukosa lambung
Ulkus peptikum: defek mukosa lambung atau
duodenum
Sumber: Buku Ajar Kebidanan
FKUI, 2010
dan Emedicine

78. A. Piridoksin
Keywords:
Perempuan, 23 tahun, muntah-muntah, hamil
trimester 1.

Obat antiemetik?

Trimester 1 = mual-muntah = lazim (diduga pengaruh


hormon estrogen + progesteron + hCG

Mual/muntah berlebih Hiperemesis Gravidarum


(HEG)
Ada 3 tingkat HEG berdasarkan berat-ringan gejala
P.Penunjang: elektrolit darah & urinalisis
Terapi antiemetik:
Lini pertama vitamin B6 (piridoksin),
pada keadaan lebih berat dapat diberikan antiemetik
pada pilihan di halaman berikut
Sumber: Buku Merah Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo + Medscape + J Indon Med
Assoc, Volum: 61, Nomor: 11, November 2011

Antiemetik pada HEG

Sumber: Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor:
11, November 2011

79.B.Asam folat
Keyword:
Perempuan, 29 tahun
riwayat epilepsi (+)
hamil 6 bulan
rutin mengonsumsi obat antiepilepsi
Obat yang mengurangi efek samping OAE?

Asam Folat & OAE


Beberapa obat antiepilepsi (OAE) dapat menurunkan kadar folat
(melalui induksi enzim hati atau menurunkan absorpsi)
Risiko kelainan kongenital (seperti neural tube defect) menjadi 2x lipat
Konsensus rekomendasi suplementasi:
0.4-0.8mg asam folat/hari untuk semua wanita yang merencanakan
kehamilan;
4 mg/hari untuk wanita yang memiliki riwayat neural tube defect di
kehamilan sebelumnya
Penelitian tentang efektivitas dan dosis asam folat sebagai prevensi
Medscape
teratogenitas OAE masing kurang

80.A. Insulin
Keyword:
Perempuan, 31 tahun
G2P1A0 dengan riw. DM
GDS terakhir 280 mg/dL

Obat DM?

DM Pada Kehamilan
1. Pre-gestasional: DM sudah didiagnosis sebelum hamil
2. DM gestasional: DM baru didiagnosis saat hamil
Skrining: pemeriksaan beban 50 g glukosa pada kehamilan
24-28 minggu
Tatalaksana:
terapi insulin --> mencegah makrosomia janin dan
morbiditas perinatal; dosis individual; target < 140 mg/dl
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo (Buku Merah)
alternatif metformin, sulfonilurea

81.E.Pemeriksaan TORCH
Keyword:
Perempuan, 28 tahun,
menikah 4 tahun belum punya anak
hamil 2 kali, keguguran
pasien dan suami memelihara kucing, hamster, dan
burung dara
Rekomendasi pemeriksaan?

Pemeriksaan TORCH
TO Toxoplasma
R Rubella
C Cytomegalovirus

Pemeriksaan TORCH mencari


penyebab abortus berulang
Pada kasus ini terdapat faktor risiko
infeksi Toxoplasma (dari perantara hewan
peliharaan)

H Herpes
Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo (Buku Merah)

82. D. Letak Lintang


Keywords: wanita, 27 tahun, primigravida, hamil
36 minggu, Leopold 1 bagian janin di fundus
uteri sulit diidentifikasi, Leopold 2 teraba keras
pada sisi kanan dan teraba lunak pada sisi kiri,
Leopold 3 bagian janin juga sulit ditentukan
Posisi janin?

Sumber: Buku Ajar Kebidanan


FKUI, 2010

Pemeriksaan Leopold
Leopold I: Tinggi fundus
uteri dan bagian janin
yang berada di fundus
Leopold II: Bagian janin
yang berada di kedua sisi
uterus
Leopold III: Bagian janin
yang berada di bawah
Leopold IV: Menentukan
engangement

Pada pasien...
Pada Leopold II didapati bagian besar yang keras di
kanan dan bagian besar yang lunak di kiri
Bagian besar keras kepala
Bagian besar lunak bokong

Maka dapat disimpulkan janin melintang


Letak lintang

83. A. OAT kategori I


Keywords:
Wanita 23 tahun, hamil 6 minggu, batuk lama
Dahak SPS hasil +/+/-

Terapi yang sesuai: OAT kategori I (2RHZE/4RH)

TB Paru pada kehamilan dan


menyusui
Tidak ada indikasi pengguguran pada penderita TB dengan
kehamilan
OAT tetap dapat diberikan kecuali streptomisin karena efek
samping streptomisin pada gangguan pendengaran janin
Pada penderita TB dengan menyusui, OAT & ASI tetap dapat
diberikan, walaupun beberapa OAT dapat masuk ke dalam
ASI, akan tetapi konsentrasinya kecil dan tidak
menyebabkan toksik pada bayi
Wanita menyusui yang mendapat pengobatan OAT dan
bayinya juga mendapat pengobatan OAT dianjurkan tidak
menyusui bayinya, agar bayi tidak mendapat dosis
berlebihan

84. A. Swab vagina


Keyword:
Perempuan, 35 tahun
keputihan berbau 3 hari
OUE tertutup, portio livide, fluor (+) warna
kehijauan.

Portio livid (kebiruan) tanda hipervaskularisasi =


tanda Chadwick, merupakan tanda dugaan kehamilan
Pada kehamilan awal (trimester 1) para ibu seringkali
mengalami keputihan (bisa karena hormonal maupun
infeksi)
Dapat dilakukan pemeriksaan apusan vagina untuk
mencari penyebab keputihan

85. C. ischium, illium, sakrum,


coccyx, pubis
Struktur tulang yang menyusun panggul antara
lain:
A. ischium, illium, pubis

B .ischium, illium, sakrum, pubis


C. ischium, illium, sakrum, coccyx, pubis

D. trochanter, illium, sakrum, coccyx, pubis


E. illium, sakrum, coccyx, pubis

Anatomi Panggul
Struktur panggul
disusun oleh:
1. Os coccae (os ilium +
os ischium + os pubis)
2. Os sacrum
3. Os coccygis

86. C. 20 April 2015


Keywords:
Perempuan, 26 tahun, HPHT 13 Juli 2014.
Taksiran persalinan?

Rumus Naegele
(Hari + 7) (Bulan - 3) (Tahun + 1)*
Pada kasus:
HPHT 13 Juli 2014, maka:
Hari (13 + 7) Bulan (7 - 3) Tahun (2014 + 1)
20 April 2015
*Rumus Naegele dapat digunakan bila siklus haid teratur ( 28
hari)
Sumber: Medscape

87.B.AKDR
Keyword:
Perempuan, 28 tahun,
akseptor KB suntik
ingin mengganti KB karena BB signifikan
memiliki 1 anak umur 2 tahun

masih ingin punya anak lagi dalam beberapa tahun


ke depan.

Pemilihan Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat
mempengaruhi BB, oleh sebab itu pada pasien
dapat direkomendasikan yang sifatnya nonhormonal.
Sterilisasi dihindari karena pasien masih ingin
menambah anak lagi.
Pilihan: IUD / AKDR

88. E. 26- 29 hari setelah haid


Keyword:
Perempuan, 22 tahun
baru menikah
ingin menunda keturunan
siklus menstruasi antara 28-36 hari

program KB alamiah pantang berkala

Kontrasepsi Alamiah
Pantang Berkala
Prinsip: tidak melakukan senggama pada masa
subur
Masa Ovulasi: 14 2 hari sebelum hari pertama
haid yang akan datang
Fase ovulasi: mulai 48 jam sebelum hingga 24 jam
setelah ovulasi (3 hari)

Kasus: siklus haid 28-36 hari


1

1
2

1
4

1
6

Garis merah menunjukkan masa


subur, sehingga senggama tidak
aman dilakukan pada masa itu

2
8

hindari senggama di periode


waktu 12-24 hari setelah haid
1

2
0

2
2

2
4

3
6

di luar area itu, aman

89. D. Positif IVA


Keywords:
Wanita 46 tahun, keputihan
Pernah menikah 3 kali, mempunyai 6 orang anak,
menikah usia 16 tahun
IVA: bercak putih IVA positif

Pemeriksaan IVA
IVA (Inspeksi Visual
Prinsip: Melihat
dengan Asam asetat) perubahan warna
Pemeriksaan dengan
menjadi putih
mengamati leher rahim (acetowhite) pada lesi
yang telah diberi asam
prakanker jaringan
asetat/asam cuka 3-5% ektoserviks rahim yang
secara inspekulo dan
diolesi larutan asam
dilihat dengan
asetoasetat
penglihatan mata
telanjang

Apabila hasil skrining positif, perempuan yang diskrining menjalani


prosedur selanjutnya yaitu konfirmasi untuk penegakan diagnosis
melalui biopsi yang dipandu oleh kolposkopi
Jika jaringan abnormal tidak dapat terlihat dengan kolposkopi,
dapat dilakukan cone biopsi

Karsinoma Serviks
Kanker servix disebabkan 99,7% oleh HPV.
95% infeksi HPV oleh hubungan seksual
70% ca servix oleh strain ganas 16 dan 18 (onkogenik).
Strain 6 dan 11 (jinak) lebih jarang menimbulkan
Infeksi HPV menetap menjadi sel kanker butuh waktu 317 tahun
Faktor risiko: hub seksual usia muda, kehamilan sering,
merokok, KB hormonal jangka panjang (10 tahun
meningkatkan risiko 2 kali), infeksi HSV 2 dan chlamidya,
pasangan tidak di sirkumsisi

Gejala Karsinoma serviks


Post-coital/contact bleeding
Menometroragia spontan
Keputihan bercampur darah dan berbau
Nyeri panggul, gangguan BAK
Nyeri ketika berhubungan/dispaurenia

Diagnosis: deteksi dini: IVA, papsmear, thinprep/LBC, pap-net, hybrid capture

90.C. Kista Bartholin


Keyword:
Perempuan, 32 tahun
benjolan pada kemaluan
PF: benjolan di sisi dalam dari labia mayora kiri,
hiperemis, nyeri (+) , dan fluktuasi (+).

Tumor Vulva & Vagina


NYERI

TIDAK NYERI

Kista Bartholin Terinfeksi

Kista Bartholin (di vulva)

Adenokarsinoma Bartholin
Kista Duktus Skene

Kista Duktus Gardner (di


dalam vagina)

Kista Inklusi

Kista Sebasea

Mioma Geburt

Lipoma
Hidradenoma
Ilmu Kandungan. Hanifa Wiknjosastro. (Buku Biru)

Kista Bartholin
Penyebab: tersumbatnya bagian distal dan duktus
kelenjar yang menyebabkan retensi dan sekresi
sehingga terjadi pelebaran duktus dan pembentukan
kista
Kelenjar Bartholin terletak bilateral di posterior
introitus dan bermuara dalam vestibulum (arah jam 4
dan 8)

Kista dapat terinfeksi menjadi abses


Pada awal asimtomatik, bila sudah terinfeksi menjadi
nyeri, dispareunia (nyeri saat hubungan seksual)

91. C. Dakriosistitis
Keywords:
Tanda peradangan pada saccus lakrimalis medial
Dx:
Dakriosistitis

Dakriosistitis: infeksi pada kantong air mata (sakus lakrimalis)

Etiologi: Penyumbatan pada duktus nasolakrimalis (saluran yang


mengalirkan air mata ke hidung)
Gejala:

Nyeri, merah, bengkak di sekitar kantong mata


Mata merah, berair, kadang bernanah
Penekanan kantong air mata keluar nanah dari lubang di sudut mata sebelah
dalam (dekat hidung)
Demam

Tx:

Kompres hangat
Antibiotik
Drainase pada abses
Infeksi kronik pembukaan sumbatan duktus lakrimalis

Uveitis: peradangan pada uvea (lapisan antara sklera-retina iris,


badan siliar, koroid) mata merah, nyeri, visus turun, fotofobia
Dakrioadenitis: peradangan kelenjar lakrimal nyeri, bengkak, merah
di sekitar glandula lakrimal (temporal atas rongga orbita)
Hordeolum: infeksi/radang kelenjar di tepi kelopak atas/bawah ec
bakteri (Staphylococcus aureus) benjolan di palpebra, merah, nyeri,
mata berair, fotofobia
Calazion: peradangan lebih ringan bengkak, benjolan biasanya tidak
merah
Canaliculitis: infeksi/radang pada duktus lakrimal merah, berair,
bengkak(benjolan) di sebelah mata dekat hidung punctum &
canaliculi tampak tanda radang, sedangkan dakriosistitis bagian tsb
tenang
Medscape, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

92. A. Miopia
Keywords:
Rabun jauh, visus 3/6
Dikoreksi S -, visus membaik 6/6
Riwayat ibu menggunakan kacamata

Dx:
Miopia

Emetropia: Semua sinar yang sejajar datang dari jarak tak terhingga ke mata
akan dibiaskan tepat di fovea sentralis retina (istirahat/tidak akomodasi)

Visus abnormal <6/6

Ametropia: sinar tidak tepat jatuh di fovea sentralis retina


Miopia: dibiaskan di depan retina S - terkecil
Hipermetropia: dibiaskan di belakang retina S+ terbesar
Astigmatisma: tidak difokuskan pada satu titik pada retina C
dg/tanpa S
Presbiopi: akibat usia, kemampuan akomodasi lensa,tidak
mampu memfokuskan bayangan yang dekat S +

Miopia: Gangguan pembiasan mata, dimana sinar yang datang sejajarpada


mata yang tidak berakomodasi difokuskan di depan retina

Berdasarkan derajatnya :
Miopia sangat ringan
Miopia ringan
Miopia sedang
Miopia tinggi
Miopia sangat tinggi

:<1D
:13D
:36D
: 6 10 D
: > 10 D

Tx:
Koreksi kacamata Sferis negatif terkecil
Misal:

Visus 6/10 fokus di depan retina


Dengan S 0,5 D fokus mendekati retina 6/7,5
Dengan S- 0,75 D fokus tepat di retina
Dengan S- 1,00 D fokus di belakang retina, dg akomodasi fokus tepat di
retina (visus 6/6)
Koreksi yg diberikan S- 0,75 D

Medscape, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

93. D. Blefaritis
Keywords:
Mata gatal
Skuama & silia hiperemis pada margo palpebra

Dx:
Blefaritis

Blefaritis: peradangan pada tepi kelopak mata (margo palpebra) yang dapat
disertai ulkus pada tepi kelopak mata,serta dapat melibatkan folikel rambut

Diagnosis:

Gatal pada regio palpebra


Skuama/krusta di margo palpebra
Bulu mata rontok
Ulkus dangkal pada margo palpebra
Pembengkakan & merah pada palpebra

Tatalaksana:

Menjaga higienitas palpebra


Kompres hangat
Antibiotik topikal bila terdapat ulkus

Konjungtivitis: peradangan konjungtiva (selaput lendir yg menutupi bagian putih


mata&kelopak mata dalam) mata merah, gatal, berair, sekret (+)
Trichiasis : kelainan tumbuh pada bulu mata, yang bergesekan dengan bola mata, pada
seseorang yang tidak mengalami entropion
Skleritis: peradangan pada sklera (lapisan putih dibawah konjungtiva) mata merah,
nyeri hebat, visus turun
Dakriosisititis: infeksi pada kantong air mata (sakus lakrimalis) Nyeri, merah, bengkak
di sekitar kantong mata (sakus lakrimalis)

Medscape, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

94. B. Keratitis
Keywords:
Mata terkena lumpur
Mata merah, visus turun
Injeksi siliar, bercak putih

Dx:
Keratitis

Keratitis: kelainan akibat infiltrat sel radang pada kornea keruh


Gejala:
Mata merah, silau, perih, sekret +
Visus turun
Terdapat lesi pada kornea dengan tes fluoresensi

Pemeriksaan:

Slitlamp
Tes fluoresensi
Pemeriksaan mikrobiologi

Tx:
Disesuaikan dengan penyebab

General Ophtalmology, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

95. C. Fluoresensi
Keywords:
Mata terkena lumpur
Mata merah, visus turun
Injeksi siliar, bercak putih

Dx:
Keratitis
Pemeriksaan penunjang: Tes fluoresensi lihat
lesi kornea

Keratitis: kelainan akibat infiltrat sel radang pada kornea keruh


Gejala:
Mata merah, silau, perih, sekret +
Visus turun
Terdapat lesi pada kornea dengan tes fluoresensi

Pemeriksaan:

Slitlamp
Lihat lesi pada
Tes fluoresensi
kornea
Pemeriksaan mikrobiologi

Tx:
Disesuaikan dengan penyebab

General Ophtalmology, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

96. A. Konjungtivitis vernal


Keywords:
Mata merah, gatal, berair
Px palpebra cobble stone

Dx:
Konjungtivitis vernal

Konjungtivitis: peradangan konjungtiva (selaput lendir yg menutupi bagian putih


mata&kelopak mata dalam) mata merah, gatal, berair, sekret (+)

Akut: onset tibat-tiba, unilateral bilateral dalam 1 minggu; durasi <4minggu


Kronik: durasi >3 sampai 4 minggu
Tanda

Bakterial

Viral

Alergik

Injeksi Konjungtiva

Mencolok

Sedang

Ringan-Sedang

Kemosis

++

+/-

++

Hemoragik

Eksudat

Purulen/Mukopurulen

Jernih, air

Berserabut, putih

Pseudomembran

+/-(Strep,C. Diph)

+/-

Papil

+/-

Folikel

Nodul Preaurikuler

++

Panus

- (kec. Vernal)

Konjungtivitis vernal salah 1 konjungtivitis alergi

Inflamasi konjungtiva bilateral, rekuren yang berhubungan dengan riwayat sensitivitas serbuk sari, debu, bulu, dll
Bertambah parah saat musim panas
Pria > wanita, prapubertas

Gejala

Gatal
Fotofobia
Lakrimasi
Rasa terbakar
Sekret mukoid berserat
Ptosis

Mucoid nodule

Trantas dots

Terapi:

Hindari alergen
Steroid topikal
Vasokontriktor, kromolin topikal
Kompres dingin
General Ophtalmology, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

97. E. Pterigium
Keywords:
Terdapat selaput di mata
Terpapar sinar matahari
Terdapat jaringan fibrovaskuler bentuk segitiga dari
konjungtiva (antara pupil & limbus)

Dx:
Pterigium

Pterigium: jaringan fibrovaskular yang bersifat invasif dan degeneratif,


berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah temporal maupun nasal konjungtiva menuju
kornea pada daerah interpalpebra.

Klinis:
Grade I : pterigium terbatas pada limbus kornea
Grade II : pterigium melewati tepi limbus kornea, < 2mm
Grade III: pterigium melewati tepi limbus kornea, > 2mm
tidak melewati pinggiran pupil dalam keadaan cahaya
normal ( pupil 3-4 mm)
Grade IV: pterigium melewati pupil gangguan
penglihatan (+)

Perbedaan pesudopterigium, penguikula dan pterigium

Perbedaan

Pterigium

Pingekuela

Pseudopterigium

Definisi

Jaringan fibrovaskular konjungtiva


bulbi berbentuk segitiga

Benjolan pada konjungtiva bulbi

Perlengketan konjungtiva bulbi


dengan kornea yang cacat

Warna

Putih kekuningan

Putih-kuning keabu-abuan

Putih kekuningan

Letak

Celah kelopak bagian


Celah kelopak mata terutama
nasal/temporal yang meluas ke arah bagian nasal (tidak melebihi
kornea
limbus)

Di konjungtiva yang terdekat


dengan proses kornea
sebelumya

Rasio jenis kelamin

>

Progresivitas

Sedang

Tidak

Tidak

Kerusakan kornea
sebelumnya

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Pembuluh darah konjungtiva

Lebih menonjol

Menonjol

Normal

Sonde

Tidak dapat diselipkan

Tidak dapat diselipkan

Dapat diselipkan di bawah lesi

Puncak

Ada pulau Funchs (bercak kelabu)

Tidak ada

Tidak ada head, cap, body

Histopatologi

Epitel ireguler & degenerasi hialin


dalam stroma

Degenerasi hialin jaringan


submukosa konjungtiva

Perlengketan
General Ophtalmology, Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

98. D. ODS Astigmatisme miopia simplek

Keywords:
Kabur melihat jauh
Mata lelah dan nyeri kepala saat membaca
Koreksi ODS dengan C

Dx:
ODS Astigmatisme miopia simplek

Astigmatisma: bayangan tidak difokuskan pada satu titik


pada retina
Penyebab: Kelainan kelengkungan kornea, kekeruhan lensa
Gejala: penglihatan kabur melihat jauh/dekat, nyeri kepala,
mata lelah
Astigmatisma reguler terdiri dari 5 macam :

Astigmatisma miopikus simpleks titik fokus 1 di depan, 2 di retina koreksi C Astigmatisma miopikus kompositus kedua titik fokus di depan retina koreksi C - SAstigmatisma hipermetropikus simpleks titik fokus 1 di belakang, 2 di retina koreksi C +
Astigmatisma hipermetropikus kompositus kedua titik fokus di belakang retina koreksi C+ S+
Astigmatisma mikstus titik fokus 1 di depan, 2 di belakang retina koreksi C+ S-, C- S+

*miopia levio= miopia ringan <3D


Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

99. B. OD S+1.00/ OS S+1.00


Keywords:
Penglihatan kabur, pusing bila membaca terlalu lama
Visus membaik dengan koreksi lensa S +

Dx:
Hipermetropi
Tx:
Koreksi kacamata dengan lensa sferis positif terbesar

Hipermetropia: gangguan pembiasan, sinar sejajar yang


masuk pada mata tidak berakomodasi difokuskan di
belakang retina
Penyebab:
kurvatur kelainan kelengkungan lensa (lebih datar)
Aksial sumbu bola mata anteroposterior lebih pendek
dari normal

Koreksi visus dengan lensa sferis + terbesar


Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

100. D. +2.5 D
Keywords:
Usia 55 th
Penglihatan kabur bila membaca
Visus 6/6

Dx:
Presbiopi
Tx:
Koreksi sesuai usia 55 tahun +2.50 D

Presbiopia: perkembangan normal yang berhubungan dengan usia, dimana

akomodasi yang diperlukan untuk melihat dekat perlahan-lahan berkurang


punctum proksimum (titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang
maksimal) telah begitu jauh sehingga pekerjaan dekat yang halus seperti membaca,
menjahit sukar dilakukan

Gejala Keluhan bila melihat dekat:


lelah, keluar air mata, bertambah buruk pada penerangan yang kurang dan malam hari
Terjadi pada usia 40 tahun

Koreksi:

+1.00 D 40 th
+1.50 D 45 th
+2.00 D 50 th
+2.50 D 55 th
+3.00 D >60 th

Refraksi jauh dikoreksi dulu, melihat dekat ditambah lensa adisi sesuai umur
Buku ajar Ilmu Penyakit Mata

101. A. Carpal Tunnel


Syndrome
Keywords :
Pasien seorang juru ketik
Nyeri dan rasa kesemutan pada ibu jari, jari
telunjuk dan jari tengah tangan kanannya sejak 2
bulan yang lalu
PF : Tinel sign (+) dan phalen sign (+)
Diagnosis : carpal tunnel syndrome

Carpal Tunnel Syndrome


PATOGENESIS

Terjadi karena
penekanan nervus
medianus

PEMERIKSAAN

Tinel sign (+)

Phalen sign (+)

102. A. N.Medianus
Keywords :
Pasien seorang juru ketik
Nyeri dan rasa kesemutan pada ibu jari, jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanannya sejak 2 bulan yang lalu
PF : Tinel sign (+) dan phalen sign (+)
Diagnosis : carpal tunnel syndrome
Nervus yang terlibat N. Medianus

103. B. Migrain Dengan Aura


Keywords :
Pasien mengeluh nyeri kepala berdenyut pada sisi kiri
Mual (+), muntah (+), makin nyeri ketika di tempat
bising
Sebelum keluhan terjadi, pasien merasa melihat kilatan
cahaya
Keluhan sering mengganggu aktivitas
Diagnosis : migrain dengan aura

Tension Type Headache


(TTH)

Migrain

Cluster Headache

Lokasi di kepala

Bilateral

Unilateral

Bilateral

Sensasi

Seperti diikat

Berdenyut

Seperti ditusuk-tusuk

Intensitas

Ringan - sedang

Sedang - berat

Sangat berat

Mual

+/-

Muntah

Fotofobia

Fonofobia

Memberat dengan
aktivitas

Aura

Classic migrain aura


(+)
Common migrain aura
(-)

Penyerta

Injeksi konjungtiva,
lakrimasi, rinore,
perpirasi pada sisi wajah
ipsilateral

Aura : gejala neurologik fokal yang


mendahului/menyertai serangan migraine
berupa visual, sensorik, atau motorik

104. E. Bells Palsy


Keywords :
Pasien, 21 tahun, mengeluh kekakuan wajah di sisi kiri
sejak tadi pagi
Dahi kiri tidak dapat dikerutkan, kelopak mata kiri sulit
ditutup, mulut mencong
Satu hari yang lalu, pasien naik motor tanpa helm
dalam cuaca yang dingin dan gerimis
Diagnosis : Bells palsy

Bells Palsy
Bells palsy : paralisis akut wajah terkait inflamasi dan pembengkakan
N. fasialis di dalam kanalis fasialis paresis N. fasialis
Gejala klinis :

Terapi : kortikosteroid

105. B. Myasthenia Gravis


Keywords :
Pasien tidak bisa membuka mata dan badan terasa
lemah sejak 2 bulan yang lalu memberat pada
sore hari.
PF : ptosis bilateral (+), tes wartenberg (+)
Diagnosis : myasthenia gravis

Myasthenia Gravis
Patofisiologi : autoimun autoantibodi terhadap
reseptor asetilkolin di neuromuscular junction

Normal vs. Myasthenia Gravis


Normal : saat akan kontraksi otot, asetilkolin
dilepaskan ke celah sinaps dan menempel ke reseptor
postsinap impuls (+) kontraksi (+). Setelah
transmisi selesai asetilkolin dihancurkan enzim
asetilkolinesterase
Myastenia gravis : reaksi imunologi merusak reseptor
asetilkolin dan membran postsinap jarak antara
membran presinaps dan postsinaps menjadi besar dan
jumlah asetilkolin yang ditangkap reseptor lebih kecil
lebih banyak asetilkolin dapat dipecahkan oleh
kolinesterase kelemahan otot (+)

Gejala klinis : kelemahan otot yang dimulai dari


ptosis, lalu menyebar ke wajah, lengan, tubuh, dan
tungkai (dari atas ke bawah) keluhan memberat
dengan aktivitas, membaik dengan istirahat
PF : tes wartenberg (+) pasien diminta melihat
suatu objek dalam waktu lama tanpa kedip, jika
myasthenis gravis (+) maka kelopak mata pasien
akan ptosis
Terapi : inhibitor kolinesterase (contoh :
piridostigmin), kortikosteroid

106. B. Carbamazepine
Perempuan, 27 tahun mengalami pandangan berkunangkunang, lalu merasa asing dengan dirinya
(depersonalisasi) merupakan gejala emosional
lobus temporalis kejang fokal
Simpleks atau Kompleks? Tidak ada penjelasan tentang
penurunan kesadaran. Jadi kita harus melihat gejala lain,
yaitu:
Pandangan berkunang-kunang aura
Bengong, lalu diikuti kejang

Diagnosis: Kejang Fokal Kompleks


Tatalaksana : Carbamazepine

Tatalaksana Kejang
Kejang umum
Tonik-klonik: asam valproat (DOC), carbamazepine
Absans: asam valproat (DOC)

Kejang fokal: carbamazepine (lini ke-1), fenitoin**


(lini ke-1), asam valproat
**Fenitoin banyak efek samping (mis. hiperplasia
gingival) dan interaksi obatnya, sehingga lebih sering
dipilih asam valproat atau carbamazepine

catatan

Bedakan kejang fokal kompleks dengan absans


kalau absans pasien akan bengong saja,
tidak ada gejala fokal, tidak ada aura

107. E. Absans Umum


Keywords :
Pasien, usia 8 tahun sering bengong disertai
mata berkedip-kedip sejak 5 bulan yang lalu
Keluhan tiba tiba, durasi sekitar 10 15 detik
Setelah tersadar dari bengong, pasien beraktivitas
seperti tidak terjadi apa apa
Diagnosis : absans umum

Klasifikasi Epilepsi
Epilepsi Umum
Absans
Tonik
Klonik
Tonik klonik
Mioklonik
Atonik

Epilepsi Parsial
Parsial sederhana
Parsial kompleks
Secondary generalized

Absans / Petit Mal / Lena


Absans melamun / bengong beberapa detik,
automatisme (+), kegiatan motoric berhenti,
penderita diam tanpa reaksi
Klasifikasi absans :
Absans umum / tipikal setelah serangan, pasien
beraktivitas seperti tidak terjadi apa - apa
Absans atipikal setelah serangan, pasien bingung

Epilepsi umum lainnya


Tonik tonus tonus otot meningkat (kaku)
Klonik kelojotan / menghentak - hentak
Tonik klonik (grand mal) gambaran kejang tonik
yang kemudian dilanjutkan gambaran klonik
Mioklonik gerakan menghentak pada otot
tertentu, tiba tiba melempar barang
Atonik pasien tiba tiba jatuh

Epilepsi
Parsial

Parsial Sederhana perubahan kesadaran (-), awalnya


kejang fokal lalu menyebar di sisi yang sama, kepala
menengok ke arah sisi tubuh yang kejang
Parsial Kompleks kejang fokal disertai dengan
terganggunya kesadaran, automatisme (+)

Secondary Generalized kejang parsial kemudian menjadi


kejang umum (kejang umum bersifat tonik klonik)

108. D. Menieres Disease


Keywords :
Pasien, usia 47 tahun pusing berputar, telinga
berdenging dan penurunan pendengaran sejak 2
bulan yang lalu
Diagnosis : Menieres disease

Vertigo
Vertigo Sentral

Onset gradual
Intensitas serangan rendah,
mual (-), muntah (-)
Ada riwayat hipertensi, ggn.
Serebrovaskular, ggn.
Keseimbangan dan
koordinasi

Vertigo Perifer

Onset mendadak /
serangan mendadak
Serangan hebat, mual (+),
muntah (+)
Keluhan telinga (+)
tinitus, penurunan
pendengaran, dsb

Menieres Disease
Patofisiologi : tekanan system endolimfatik telinga
dalam yang meningkat
Gejala klinis
Trias Menieres disease :
Vertigo
Tinitus
Penurunan pendengaran

Termasuk dalam vertigo perifer


Terapi : beta histin, diazepam, bedah

Pilihan lain
Labirinitis komplikasi dari otitis media atau
meningitis, gejala berupa adanya gangguan
pendengaran dan gangguan keseimbangan
Neuritis vestibularis vertigo terjadi secara
mendadak dan tanpa pencetus, pendengaran
normal

109. A. E2 V4 M5
Keywords :
Pasien penurunan kesadaran
Pemeriksaan GCS pasien membuka mata
dengan rangsang nyeri, dapat menampik tangan
pemeriksa saat diberi rangsangan nyeri, dan
bicaranya melantur
Nilai GCS : 11 E2 V4 M5

110. D. Area Wernicke


Keywords :
Pasien tidak mampu memahami tulisan yang dibacanya
dan tidak mampu mengulang pembicaraan lawan
bicaranya
Kemampuan bicaranya lancar namun isi
pembicaraannya tidak bermakna
Riwayat stroke (+)
Area yang mengalami kelainan : area wernicke

Afasia
Afasia : gangguan berbahasa, bisa berupa
gangguan sensorik maupun motorik
Afasia Sensorik

Afasia Motorik

Area yang kelainan

Area Wernicke

Area Broca

Kemampuan memahami
pembicaraan dan tulisan

Tidak mampu

Mampu

Kemampuan mengulang
pembicaraan

Tidak mampu

Mampu

Kemampuan bicara lisan

Mampu, namun isi


pembicaraan tidak
bermakna

Tidak mampu / terganggu

111. E. MRI
Keywords :
Pasien, usia 46 tahun nyeri yang menjalar dari
pinggang kanan sampai ke tungkai kanan pada saat
mengangkat ember air sehingga pasien tidak berani
berjalan
PF : tanda laseq (+), kernig (+), parese ekstremitas (-)
Diagnosis : HNP
Pemeriksaan penunjang : MRI

HNP (Herniated Nucleus


Pulposus)
HNP : nucleus pulposus yang
tadinya dilingkupi anulus
mengalami bulging atau
hernia melewati annulus
menuju kanalis spinalis
(biasanya di lokasi
posterolateral intervertebral)
memicu pelepasan
mediator inflamasi nyeri
Etiologi : degenerasi anulus
fibrosus, trauma, cedera
akibat mengangkat benda
berat

Gejala klinis : nyeri menjalar dari punggun ke salah


satu sisi tubuh
PF : kernig (+), laseq (+)

Penunjang : MRI

112. C. Status Epileptikus


Keywords :
Pasien, usia 7 tahun kejang seluruh tubuh selama 35
menit
Di antara kejang pasien tidak sadar
Demam dan batuk pilek
PF : suhu 38,6o C
Riwayat kejang tanpa demam (-)
Diagnosis : Status epileptikus

Status Epileptikus
Bangkitan kejang yang berlangsung lebih dari 30
menit ATAU kejang berulang dimana di antaranya
tidak ada pemulihan kesadaran

Kejang Demam
Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (> 38 C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium, biasanya pada usia 6 bulan 5 tahun

Kejang Demam
Kejang Demam
Sederhana
Kejang < 15 menit
Kejang umum
Tidak berulang dalam
24 jam

Kejang Demam
Kompleks
Kejang lama > 15
menit ATAU berulang >
2x dan diantara kejang
pasien tidak sadar
Kejang fokal / parsial /
kejang umum yg
didahului parsial
Berulang dalam 24 jam

Jika anak usia <6 bulan atau >5 tahun mengalami


kejang yang didahului demam pikirkan
kemungkinan selain kejang demam, misalnya
infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam

113. D. Epilepsi
Keywords :
Pasien, usia 4 tahun kejang selama 2 menit pada 1
jam yang lalu
Tidak sadar selama kejang
Gejala seperti ini pernah dialami pasien 1 bulan yang
lalu dan tidak disertai demam
PF : dbn
Diagnosis : Epilepsi

Epilepsi
Suatu keadaan yang ditandai oleh bangkitan
(seizure) berulang sebagai akibat dari adanya
gangguan fungsi otak secara intermiten, yang
disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal
dan berlebihan di neuron neuron secara
paroksismal, dan disebabkan oleh berbagai
etiologi

114. A. Meningitis Bakterial


Keywords :
Pasien, usia 8 tahun, demam tinggi dan sakit kepala
sejak 1 minggu yang lalu

PF : suhu 39 C, kaku kuduk (+), dan kernig sign (+)


Pemeriksaan CSF : Nonne (+++), Pandy (+++), keruh (+),
glukosa menurun, dan protein sangat meningkat
Diagnosis : Meningitis bakterial

Meningitis Bakterial
Meningitis kumpulan gejala akibat inflamasi meningens
Trias meningitis demam, sakit kepala, kaku kuduk
Etiologi :
0-2 bulan Streptococcus group B, E.coli
2 bulan - 5 tahun Streptococcus pneumoniae, N.meningitidis,
H.influenzae
>5 tahun Streptococcus pneumoniae, N.meningitidis

Terapi :
Cefotaxim 200-300 mg/kgBB/hari IV bagi 3-4 dosis, ATAU
Ceftriaxon 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, ATAU
Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi 4 dosis + kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari bagi 4 dosis

Hasil Pemeriksaan CSF


Bakterial

Virus

TB

WBC

100 - 5000

10 - 300

100 500

Glukosa

(<40)

Protein

(>100)

N/

Diff. count

>80% PMN

Limfosit

Limfosit

Warna

Keruh

Jernih

Xantokrom

Tekanan pungsi lumbal

Tes Nonne dan Tes Pandy


Tujuan : mengetahui kadar protein secara kasar
dalam CSF
Tes Nonne
Deteksi : globulin
Hasil (+) jika pada CSF timbul cincin putih setelah 0,5-1 ml CSF
yang dimasukkan ke 0,5-1 ml reagen (dibiarkan selama 3 menit)

Tes Pandy
Deteksi : albumin + globulin
Hasil (+) jika CSF jadi keruh setelah 1 tetes CSF dimasukkan ke 1
ml reagen

115. C. Perdarahan Epidural


Keywords :
Pasien, usia 9 tahun kesadaran hilang timbul
post kecelakaan interval lucid
Diagnosis : perdarahan epidural

Perdarahan Epidural

Perdarahan Subdural

Perdarahan
Subarachnoid

Lokasi

Antara duramater dan


tabula interna

Antara duramater dan


arachnoid

Subarachnoid

Pembuluh darah yang


pecah

Arteri meningia media

Bridging veins (jembatan


vena-vena)

Biasanya dari aneurisma


atau AVM

CT Scan

Hiperdens (perdarahan)
berbentuk bikonveks

Hiperdens (perdarahan)
berbentuk bulan sabit

Hiperdens (perdarahan)
di ruang subarachnoid

Gejala khas

Interval lucid (pingsan


sadar pingsan, dst)

Kaku kuduk (+), nyeri


kepala sangat hebat

Perdarahan Epidural

Perdarahan Subarachnoid

Perdarahan
Subdural

116. B. Skizofrenia
Keywords :
Pasien sering mengamuk, tidak bisa tidur, dan
berbicara sendiri sejak 2 bulan ini
Merasa ada sekelompok orang yang mengejarnya
dan ingin membunuhnya
Bicara pasien tidak karuan dan sulit dimengerti
Diagnosis : skizofrenia

Diagnosis Skizofren
Minimal 2 gejala dari :
Waham
Halusinasi
Bicara tidak teratur
Perilaku tidak teratur
atau katatonik
Gejala negatif (afek
datar, kehilangan
gairah)

Satu gejala dari :

ATAU

Waham
Halusinasi auditorik
Gangguan isi pikir
(thought echo,
thought
broadcasting, dst)

Diagnosis Skizofren (lanjutan)


Gejala berlangsung > 1 bulan
Fungsi sosial maupun pekerjaan terganggu

Pilihan lain
Gangguan waham menetap waham waham
sebagai satu satunya ciri khas klinis atau gejala yang
paling mencolok
Skizoafektif skizofrenia dan gejala afektif sama
sama menonjol di saat bersamaan atau bergantian
dalam satu episode penyakit
Gangguan paranoid gangguan kepribadian yang
cenderung curiga tanpa dasar
Psikotik akut gejala psikotik yang berlangsung < 1
bulan

117. D. Haloperidol
Keywords :
Pasien gangguan jiwa yang sedang terapi rutin
Saat ini kedua tangan bergetar (tremor) dan tubuh
kaku seperti robot
Diagnosis : sindrom ekstrapiramidal parkinsonism
Obat yang mencetuskan sindrom ekstrapiramidal :
antipsikotik tipikal haloperidol

Gejala Sindrom Ekstrapiramidal


Akathisia

Perasaan gelisah pasien


tidak bisa diam

Parkinsonism

Tremor
Rigiditas
Akinesia gerakan kecil kecil
Postural reflex loss

Distonia Akut

Kontraksi spastis otot di


mata, leher, dsb

Tardive
Dyskinesia

Gangguan gerak involunter


tik, mioklonus, dsb

Antipsikotik
Antipsikotik Tipikal
Antagonis reseptor dopamin
Efek samping ekstrapiramidal
Cocok untuk skizofren dengan
gejala positif dominan (waham,
halusinasi, bicara kacau, ngamuk)
Contoh : Haloperidol,
Chlorpromazine (efek
ekstrapramidal Haloperidol >
Chlorpromazine)

Antipsikotik Atipikal
Antagonis reseptor dopamine
dan serotonin
Cocok untuk skizofren dengan
gejala negatif dominan (afek
tumpul, penarikan diri, isi pikir
miskin)
Efek Ekstrapiramidal
Contoh : Risperidon

118. B. Gangguan Panik


Keywords :
Pasien sering merasa gelisah, takut, dan gemetar
tiba tiba tanpa pencetus yang jelas

Kejadian berulang selama 1 bulan


Saat kejadian gangguan aktivitas atau pekerjaan
Diagnosis : gangguan panik

Gangguan Panik
Serangan panik berulang dalam 1 bulan
Pemicu tidak jelas (unpredictable situations)
Di antara serangan panik tidak ada gejala apaapa

Pilihan lain
Gangguan fobik ansietas yang timbul akibat pemicu
yang jelas
Gangguan cemas menyeluruh ansietas yang
berlangsung hampir setiap hari, disertai gejala somatis,
dan tidak disertai penyebab yang jelas
Gangguan penyesuaian Ada stresor yang jelas,
menghilang setelah stresor diatasi
Reaksi stress akut onset stress terjadi segera atau
beberapa saat setelah stressor luar biasa (fisik atau
mental)

119. B. Gangguan Obsesif


Kompulsif
Keywords :
Pasien bolak - balik mengecek dan mengunci pintu
sebelum tidur

Berulang kali membongkar dan merapikan isi lemarinya


Pasien tidak mampu melawan keinginannya
Kegiatan sehari hari terganggu
Diagnosis : Gangguan Obsesif Kompulsif

Gangguan Obsesif Kompulsif


Gejala obsesif dan tindakan kompulsif terjadi hampir
setiap hari, minimal 2 minggu berturut turut
Gejala obsesif :
Harus disadari dan impuls dari diri sendiri
Impuls tidak mampu dilawan
Pikiran tersebut bukan sesuatu yang memberi
kepuasan / kesenangan
Pikiran atau impuls merupakan pengulangan
yang tidak menyenangkan

120. C. Retardasi Mental Berat


Keywords :
Pasien, usia 19 tahun, marah-marah karena ingin
dibelikan sepeda motor
Keterlambatan tumbuh kembang (+), hendaya
motorik (+), hendaya social (+)
IQ : 30
Diagnosis : retardasi mental berat

Retardasi Mental
Suatu keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti/tidak lengkap dan ditandai dengan
hendaya ketrampilan selama masa perkembangan
mempengaruhi tingkat kecerdasan secara
menyeluruh (kognitif, bahasa, motorik, sosial)
Klasifikasi IQ:
Ringan: 50-69
Sedang: 35-49
Berat: 20-34
Sangat berat: < 20

121. D. Gangguan Somatisasi


Keywords :
Pasien mengeluh penyakit yang datang silih
berganti seperti nyeri (dada, lengan, tengkuk,
leher), nyeri saat berhubungan seksual dan lain
lain keluhan di berbagai organ
Sudah sering ke dokter dikatakan normal
pasien tidak percaya
Diagnosis : Gangguan somatisasi

Gangguan Somatisasi
Hipokondriasis

Keluhan fisik bermacam macam min. 1 tahun


Tidak menerima penjelasan dokter bahwa tidak ada
kelainan (normal)
Disabilitas fungsi sehari - hari
Keyakinan menetap akan adanya satu penyakit fisik serius
Tidak menerima penjelasan dokter bahwa ia normal

Psikosomatik

Penyakit fisik yang punya aspek mental pasien memang sakit


Contoh : hipertensi dengan stress

Malingering

Pura pura sakit untuk tujuan eksternal contoh : malas kerja


Bukan penyakit

Factitious Disorder

Pura pura sakit untuk dapat perhatian atau perawatan


Termasuk penyakit

Gangguan konversi keluhan fisik tiba-tiba yang


terjadi setelah adanya stressor, namun saat
diperiksa hasilnya normal

122. A. Depresi
Keywords :
Pasien sering melamun dan merenung
Merasa tidak memiliki harapan hidup, tidak mau
makan, hanya berdiam diri di kamar, tidak mau
keluar rumah terjadi sejak kematian anaknya 1
bulan yang lalu
Diagnosis : depresi

Diagnosis Depresi
Gejala Utama

Afek depresif
Kehilangan minat dan
kegembiraan
Mudah lelah dan aktivitas
menurun

Gejala Tambahan

Konsentrasi dan perhatian

Rasa harga diri


Rasa percaya diri
Gagasan rasa bersalah dan
tidak berguna
Pesimis
Ide atau usaha bunuh diri
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang

Penegakan diagnosis episode depresi minimal 2 minggu

Klasifikasi Depresi

Depresi ringan min. 2


gejala utama + 2 gejala
tambahan
Depresi sedang min.2
gejala utama + 3 gejala
tambahan
Depresi berat 3 gejala
utama + 4 gejala
tambahan

123. C. ADHD
Keywords :
Anak usia 7 tahun tidak bisa diam di rumah
maupun sekolah
Tidak dapat mengikuti perintah, sering mengganggu teman,
prestasi menurun, sering kehilangan barang
Diagnosis : ADHD

Pilihan lain
Autisme onset dimulai sejak usia < 3 tahun,
gejala : gangguan interaksi sosial, komunikasi,
perilaku terbatas dan berulang punya dunia
sendiri
Gangguan sikap menentang sejak usia < 9
tahun, sikap provokatif, kasar, tidak suka kerja
sama, menentang otoritas

124. D. Ekshibisionisme
Keywords :
Pasien suka mengeluarkan alat kemaluannya di
depan umum, tanpa ada niat untuk berhubungan
lebih lanjut
Diagnosis : ekshibisionisme

Ekshibisionisme
Kecenderungan berulang atau menetap untuk
menunjukkan alat kelamin pada orang lain, tanpa
ajakan atau niat untuk berhubungan lebih akrab
Kegairahan meningkat jika yang melihat
kelaminnya terkejut, takut, atau terpesona

Pilihan lain
Fetishisme dorongan atau kepuasan seksual melalui
benda mati
Masokisme kepuasan seksual didapat dengan
disiksa
Transeksualisme hasrat untuk hidup dan diterima
sebagai anggota dari kelompok lawan jenisnya, merasa
risih / tidak serasi dengan anatomi tubuhnya, minimal 2
tahun
Voyeurisme kepuasan seksual didapat dengan
mengintip orang lain yang sedang berhubungan seks
atau berperilaku intim seperti sedang melepas baju

125. D. SSRI dan Lithium


Keywords :
Pasien selalu tampak murung sejak 3 bulan ini
sering mengurung diri di kamarnya, bolos kerja, dan
malas makan
Satu bulan sebelumnya tampak sangat aktif dan
ceria, namun masih dapat bekerja
Diagnosis : Bipolar tipe 2
Terapi : SSRI dan lithium

Gangguan Afektif Bipolar


Bipolar : gangguan afek dimana pada waktu
tertentu terjadi peningkatan energy dan aktivitas
(manik atau hipomanik) dan di waktu lain terjadi
penurunan afek, pengurangan energy dan aktivitas
(depresi)
Khas : di antara episode terdapat penyembuhan
sempurna
Episode manik 2 minggu s/d 4-5 bulan
Episode depresi s/d 6 bulan

Klasifikasi
Bipolar
Tipe 1

Minimal satu episode manik DENGAN


ATAU TANPA episode depresi mayor
Terapi : Lithium

Bipolar
Tipe 2

Minimal satu episode hipomanik DAN


minimal satu episode depresi mayor (tidak
boleh ada episode manik)
Terapi : Lithium dan antidepressant (SSRI)

Manik vs.
Hipomanik

Depresi Mayor
vs. Depresi
Minor

Manik

Depresi mayor

mengganggu aktivitas,
menurunkan fungsi
serta kualitas hidup

sangat mengganggu
aktivitas dan fungsi
sehari hari

Hipomanik

Depresi minor

tidak mengganggu
aktivitas maupun
fungsi dan kualitas
hidup

tidak sampai
mengganggu
aktivitas dan fungsi

126. D. Pitiriasis Rosea


Keywords :
Pasien, usia 23 tahun timbul bercak bercak pada
badannya
Bercak kadang dirasa gatal
Status dermatologis : makula eritematosa multiple
dengan skuama halus yang membentuk gambaran lesi
seperti pohon cemara terbalik
Diagnosis : Pitiriasis Rosea

Pitiriasis Rosea
Etiologi : belum diketahui
Self limiting disease (3-8 minggu)
Gejala : gatal ringan
Tampilan : dimulai dengan lesi inisial (herald patch)
berbentuk eritema dan skuama halus, lalu muncul
beberapa lesi serupa yang membentuk gambaran
pohon cemara terbalik
Predileksi : badan, lengan atas, paha atas
Terapi : simtomatik bedak asam salisilat dengan
mentol 0,5 1%

Pitiriasis Rosea

127. B. Dermatitis Seboroik


Keywords :
Pasien, usia 40 tahun bercak kemerahan dan
bersisik pada lipatan hidung dan alis mata dan
disertai gatal sejak 2 hari yang lalu
PF : patch eritem, skuama halus, berminyak warna
kekuningan, simetris
Diagnosis : Dermatitis seboroik

Dermatitis Seboroik
Etiologi belum diketahui pasti, dicurigai karena :
Status seboroik diturunkan
Pertumbuhan Pityrosporum ovale berlebih (flora normal)

Terkait dengan keaktifan glandula sebasea, sering


pada :
Bayi baru lahir
Insidens puncak : 18 40 tahun

Dermatitis Seboroik
Predileksi : Kulit kepala, dahi, supraorbital, lipat
nasolabial, areola mammae, lipat bawah mammae,
lipat paha, anogenital
Tampilan klinis : eritema dan skuama berminyak,
kekuningan, batas tidak tegas
Terapi :
Oral Prednison 20 30 mg/hari
Topikal Ter 2 5%, krim kortikosteroid
Pitiriasis sika shampoo selenium sulfide (selsun) 23x/minggu

128. D. Asiklovir 5 x 800 mg/


hari selama 7 hari
Keywords :
Pasien, usia 52 tahun lenting lenting kemerahan di sisi kanan
punggungnya
Lenting lenting terasa nyeri.
PF : vesikel multiple dengan dasar eritematosa unilateral yang
disertai nyeri
Pernah mengalami sakit cacar sebelumnya saat masa kanak
kanak
Diagnosis : Herpes zoster
Terapi : Asiklovir 5 x 800 mg/ hari selama 7 hari

Herpes Zoster
Etiologi : virus varicella zoster
Pasien punya riwayat varicella sebelumnya (infeksi
primer) yang kemudian sembuh

Patogenesis :
virus varicella berdiam di ganglion posterior susunan saraf
tepi dan ganglion kranialis kelainan kulit yang timbul
setingkat dengan daerah persarafan ganglion tersebut

Gejala klinis :
Didahului gejala prodromal (demam, nyeri otot, dsb), lalu
muncul vesikel berkelompok dengan dasar eritematosa
dan edema
Lokalisasi unilateral dan bersifat dermatomal sesuai
tempat persarafan

Terapi :
Asiklovir oral 5 x 800 mg /hari selama 7 hari

129. E. Gambaran Sel Datia


Berinti Banyak
Keywords :
Pasien, usia 14 tahun timbul lenting lenting
kemerahan tubuh dan wajahnya
Dua hari sebelumnya, pasien mengeluh demam
disusul dengan munculnya lenting lenting berisi air di
dada dan punggung yang makin menyebar
PF :nodul eritem multiple dan tear drops vesicle
Diagnosis : Varisela
Gambaran mikroskopik : sel datia berinti banyak

Varisela
Etiologi : virus varicella zoster
Transmisi : aerogen
Lesi kulit menyebar dari sentral tubuh (badan) ke
arah luar (muka dan ekstremitas) sentrifugal
Gejala klinis :
Gejala prodromal demam, malaise, nyeri kepala
Disusul vesikel multiple (bentuk khas : tear drops
vesicle), dapat disertai beberapa papul eritematosa,
pustul, dan krusta

Pemeriksaan penunjang :

Tes Tzanck hasil : sel datia berinti banyak

Terapi :
Antipiretik
Bedak dengan anti gatal (menthol, kamfora)
Infeksi sekunder (+) antibiotik
Asiklovir 5x800 mg/hari selama 7 hari

130. B. Dermatitis Stasis


Keywords :
Pasien, usia 51 tahun gatal pada kedua tungkai
bawahnya yang hilang timbul
Timbul saat pasien berdiri terus menerus
Pada kedua tungkai bawah pasien tampak beberapa
lesi berbentuk koin Rp 25,- dan pelebaran pembuluh
darah serta varises
Diagnosis : Dermatitis stasis

B. Dermatitis Stasis
Akibat insufisiensi kronik vena tungkai bawah

Peningkatan
tekanan vena
tungkai
bawah

Varises dan
edema

Kulit merah
kehitaman,
timbul
purpura (o/k
ekstravasasi
eritrosit ke
dermis)

Lesi kulit
meluas (dari
tungkai
bawah ke
lutut dan
punggung
kaki)

Lesi berubah
seperti
eczema
eritem,
skuama,
eksudasi,
gatal

Kulit jadi
tebal dan
fibrotik

Dermatitis Stasis
Predileksi : 1/3 tungkai bawah
Faktor risiko : berdiri lama dan terus-menerus
Komplikasi : ulkus venosum atau ulkus varikosum,
selulitis
Kadang didiagnosis banding dengan dermatitis
numularis

131. C. Reaksi Hipersensitifitas


Tipe III
Keywords :
Pasien, usia 52 tahun bercak kemerahan yang
disertai nyeri pada kedua tungkai sejak 1 bulan yang
lalu
Timbul setelah menjalani pengobatan kusta
PF : nodus eritem multiple yang nyeri di daerah kedua
tungkai
Diagnosis : Reaksi ENL pada MH
Jenis reaksi : Reaksi hipersensitifitas tipe III

Morbus Hansen / Lepra /


Kusta
Etiologi : infeksi Mycobacterium leprae
Awalnya biasanya berupa lesi makula hipo/hiperpigmentasi dengan hipoestesi/anestesi lesi
berkembang sesuai perjalanan penyakit (sesuai tipe
MH)
Pemeriksaan :
Tes sesasi sentuh, nyeri, dan suhu pada lesi
Mikroskopis : BTA (+/-) tergantung tipe MH
Tes lepromin : untuk memastikan tipe MH sebagai tipe
Lepromatosa (hasil (-) lepromatosa, hasil (+) bukan
lepromatosa

Klasifikasi Tipe MH Menurut


WHO
PB (Pausibasiler)

MB (Multibasiler)

Jumlah lesi

1-5 lesi

> 5 lesi

Distribusi lesi

Asimetris

Simetris

Hilangnya sensasi

Jelas

Kurang jelas

Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi dan kelemahan
otot)

Hanya satu cabang saraf

Banyak cabang saraf

Reaksi MH

Reaksi ENL
Reaksi Reversal

Reaksi ENL (Eritema Nodosum


Leprosum)
Merupakan reaksi kompleks imun (hipersensitifitas
tipe III)
Antigen M. Leprae + antibody + komplemen
kompleks imun ikut sirkulasi darah ke berbagai
organ membuat nodus2 nyeri
Sering timbul setelah pengobatan tahun kedua
banyak basil M.leprae hancur dan antigennya bereaksi
dengan antibody
Sering terjadi pada MH tipe lepromatosa
MH Lepromatosa jumlah basil M. Leprae ENL

Reaksi Reversal / Reaksi


Upgrading
Terjadi karena peningkatan mendadak system imun
Hanya terjadi pada MH tipe borderline ke arah
tuberkuloid
Terjadi pada saraf dan kulit
Biasanya terjadi pada 6 bulan pertama pengobatan
Gejala klinis : sebagian atau seluruh lesi yang ada
bertambah aktif atau timbul lesi baru dalam waktu
singkat (non-nodular)
Perhatikan apakah disertai neuritis akut atau tidak

Fenomena Lucio
Reaksi kusta yang sangat berat
Gambaran klinis : plak atau infiltrate difus, merah
muda, ireguler, nyeri bisa memberat menjadi
lebih eritematosa, purpura, bula, sampai terjadi
nekrosis dan ulserasi yang nyeri

132. B. Kompres
Keywords :
Pasien, usia 23 tahun bintil berisi cairan di
wajahnya sejak 1 minggu yang lalu

Bula dekat mata pecah pedih, erosi basah


Vehikulum yang tepat : kompres

Vehikulum
Hal yang harus diperhatikan
Lokasi lesi
Lesi basah / kering

Jenis Vehikulum

Cair kompres terbuka dan kompres tertutup


Bedak
Salep / ointment
Krim campuran salep dan cairan
Bedak kocok campuran bedak dan cairan
Pasta campuran salep dan bedak
Linimen (pasta pendingin) campuran cairan, bedak, dan salep

Lokasi Lesi
Berpengaruh terhadap kenyamanan pasien
Misal : lokasi lipatan kulit beri vehikulum yang tidak lengket (contoh :
krim), lokasi berambut pilih vehikulum krim atau pasta

Jenis lesi
Berpengaruh terhadap kemampuan vehikulum untuk penetrasi di kulit dan
kedalaman penetrasi vehikulum
Lesi basah : beri vehikulum basah (jika diberi vehikulum kering nanti
vehikulumnya jadi menggumpal dan tidak bisa penetrasi)
Lesi kering : beri vehikulum kering
Vehikulum kering penetrasinya lebih dalam dibanding vehikulum basah
vehikulum kering (contoh : salep) cocok untuk lesi yang kronis dan tebal
(contoh : neurodermatitis), jika diberikan pada lesi akut yang masih berupa
bula eritem nantinya malah memperparah karena penetrasi terlalu dalam

Kompres
Kompres Terbuka
Dasar terapi :
penguapan cairan
kompres disusul
absorbs eksudat atau
pus
Indikasi : lesi madidans
(basah), ulkus kotor
dengan pus + krusta,
lesi dengan eritema
yang mencolok (co :
erysipelas)

Kompres Tertutup
Dasar terapi :
vasodilatasi, bukan
untuk penguapan
Indikasi : lesi yang
dalam (co :
limfogranuloma
venereum)

Pada kasus ini :


Lesi saat ini berupa bula
yang sudah pecah,
perih dan erosi yang
basah vehikulum
kompres untuk
mengeringkan lesi
Lebih spesifiknya :
kompres terbuka

Pilihan lain
Bedak kocok untuk lesi kering, superfisial, agak
luas dan butuh penetrasi agak dalam
Krim ointment salep

Tinktura solusio dengan pelarut dari alkohol


Salep untuk lesi yang kering dan kronik, lesi
yang dalam dan kronik, lesi yang bersisik

133. C. Sindrom Steven


Johnson
Keywords :
Pasien, usia 27 tahun gelembung2 kendur di kulit
seluruh tubuh serta selaput lendir di mulut
Mata kotoran (+), eritem (+)
PF : eritema pada seluruh tubuh dengan vesikel dan
purpura, serta terdapat krusta kehitaman pada daerah
bibir
Riwayat minum antibiotik (+)
Diagnosis : Sindrom Steven Johnson (SSJ)

Trias Sindrom Steven Johnson


Kelainan kulit

Eritema, vesikel, bula pecah erosi yang luas


Dapat disertai purpura

Kelainan selaput
lendir di orifisium

Vesikel, bula pecah erosi, ekskoriasi, krusta kehitaman


Sering di mulut (100%) dan lubang genital (50%)
Jarang di hidung (8%) dan anus (4%)

Kelainan mata

Sering konjungtivitis kataral


Dapat pula berupa konjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus
kornea, iritis, dan iridosiklitis

Sindrom Steven Johnson


Etiologi : alergi obat
Komplikasi : bronkopneumonia, kehilangan cairan dan
darah, gangguan elektrolit, dan syok
Diagnosis banding : Toksik Epidermal Nekrolisis (TEN)
Terapi :
Hentikan obat penyebab
SSJ ringan : prednisone 30-40 mg/hari
SSJ berat : kortikosteroid IV dexamethasone IV 4-6 x 5
mg/hari tapering off saat KU membaik dan tidak timbul lesi
baru (2-3 hari)
Antibiotik yang tidak alergi (untuk cegah infeksi sekunder)
Nutrisi dan keseimbangan elektrolit

Toksik Epidermal Nekrolisis


Keadaan SSJ yang lebih parah
Khas : tanda epidermolisis generalisata tanda Nikolski (+)
Tanda Nikolski (+) ketika kulit ditekan dan digeser, maka
kulit akan terkelupas
Epidermolisis mudah tampak pada tempat yang sering
terkenan tekanan punggung dan bokong
Diagnosis banding : SSJ, SSSS (Staphylococcus Scalded Skin
Syndrome)
Pada SSJ tanda Nikolski (-)
SSSS epidermolisis (+) tetapi selaput lendir jarang kena, pasien
anak usia <5 tahun

Sindrom Steven Johnson

Pilihan lain
Eritema multiforme erupsi bervariasi (dari
erupsi lokal kulit sampai selaput lendir), tampilan
dapat berupa makula-eritema atau vesikobulosa,
lesi khas : bentuk iris (target lesion)
Penfigoid bulosa autoimun, tampilan berupa
bula subepidermal besar berdinding tegang,
predileksi di ketiak, lengan bagian fleksor, lipat
paha

134. D. Rifampisin 600mg/ bulan, DDS 100mg/hari, klofazimin


300mg/bulan (hari ke-1 tiap bulan) dilanjutkan 50 mg/ hari (hari
ke 2-28 tiap bulan) diberikan 12-18 bulan

Keywords :
Pasien, usia 40 tahun bercak putih di wajah, lengan
kanan dan kiri, serta dada dan perut
Bercak tidak terasa nyeri
PF : makula hipopigmentasi pada wajah, lengan kanan
kiri, dada dan perut, pembesaran dua nervus, yaitu N.
auricularis magnus dan N. ulnaris
Pemeriksaan penunjang : BTA (+)
Diagnosis : MH tipe MB

Terapi Morbus Hansen


Tentukan dulu jenis MH PB 1 lesi, PB 2-5 lesi,
atau MB
PB (Pausibasiler)

MB (Multibasiler)

Jumlah lesi

1-5 lesi

> 5 lesi

Distribusi lesi

Asimetris

Simetris

Hilangnya sensasi

Jelas

Kurang jelas

Kerusakan saraf
(menyebabkan hilangnya
sensasi dan kelemahan
otot)

Hanya satu cabang saraf

Banyak cabang saraf

Terapi MH
PB lesi tunggal

Rifampisin 600 mg + Ofloksasin 400 mg + Minosiklin 100


mg dosis tunggal

PB lesi 2-5

Rifampisin 600 mg/bulan + DDS (dapsone) 100 mg/hari


selama 6 9 bulan

MB

Rifampisin 600 mg/bulan + klofazimin 300 mg (hari ke-1


tiap bulan), 50 mg (hari ke 2-28 tiap bulan) + DDS
(dapsone) 100 mg/hari selama 12 18 bulan

Pada kasus ini, pasien mengalami MH tipe MB


sehingga terapinya adalah :
Rifampisin 600mg/ bulan, DDS 100mg/hari, klofazimin
300mg/bulan (hari ke-1 tiap bulan) dilanjutkan 50 mg/
hari (hari ke 2-28 tiap bulan) diberikan 12-18 bulan

135. C. Candidiasis
Vulvovaginalis
Keywords :
Pasien, usia 34 tahun keputihan sejak 3 hari
yang lalu
Keputihan kental, tidak berbau, tetapi sangan gatal
Keputihan dengan tampilan seperti gumpalan keju
Mikroskopik pseudohifa dan blastospora
Diagnosis : Candidiasis vulvovaginalis

Keputihan
Candidiasis

Bakterial Vaginosis

Trikomoniasis

Penyebab

Candida sp

Gardnerella vaginalis

Trichomonas

Gejala utama

Gatal, panas, disuria

Duh tubuh keabuan, bau


amis

Gatal, panas, duh tubuh


kuning kehijauan

Keputihan / duh tubuh

Putih atau seperti


gumpalan keju / bulir
nasi

Keabuan

Kuning kehijauan,
berbusa,

Penemuan mikroskopik
(dari swab vagina)

Pseudohifa, blastospora

Clue cell

Trikomonas (parasit
berflagel)

Tes amin (sniff / whiff


test)

(-)

(+)

(-)

Gambaran khas saat


inspekulo

(-)

(-)

Strawberry cervix
appearance

136. A. Coral Red


Keywords :
Pasien, usia 35 tahun gatal dan kemerahan pada
kulit di daerah selangkangan
Pemeriksaan mikroskopik Corynebacterium
minitussismus
Diagnosis : Eritrasma
Dari pemeriksaan wood lamp : coral red (merah
membara)

Eritrasma
Penyakit bakteri kronik pada stratum korneum
Etiologi : infeksi Corynebacterium minitussismus
(flora normal kulit)

Predileksi : region intertriginosa (daerah lembab


dan tertutup) ketiak, lipat paha / selangkangan
Gejala klinis : asimtomatik, kadang bisa gatal
Tampilan klinis : makula coklat-kemerahan
berbatas tegas dengan skuama halus

Eritrasma
Pemeriksaan penunjang :
Wood lamp coral red (merah membara)
Mikroskopik Corynebacterium minitussismus

Terapi : Eritromisin 4 x 250 mg untuk 2-3 minggu,


salep tetrasiklin 3%

137. A. Salep Mupirocin


Keywords :
Pasien anak, usia 6 tahun koreng kemerahan
ditutupi keropeng kekuningan disekitar mulutnya
PF : erosi tertutup krusta kekuningan di regio
perioral
Diagnosis : impetigo krustosa
Terapi : salep mupirocin

Impetigo
Impetigo Krustosa

Impetigo Bulosa

Etiologi

Infeksi Streptococcus B
hemolyticus

Infeksi Staphylococcus aureus

Penderita

Anak

Anak dan dewasa

Predileksi

Wajah sekitar mulut dan hidung Ketiak, dada, punggung

Tampilan

Eritema dan vesikel yang cepat


pecah krusta kuning madu

Eritema, bula, bula hipopion


bula pecah koleret

Terapi

Krusta dibersihkan dan diberi


salep antibiotik (contoh :
Mupirosin), bisa juga antibiotik
sistemik

Bula dipecahkan dan diberik salep


antibiotik atau cairan antiseptik,
antibiotik sistemik

138. C. Pemeriksaan
VDRL/TPHA
Keywords :
Pasien, usia 36 tahun bercak kemerahan di seluruh
tubuh
Satu bulan yang lalu terdapat luka pada kemaluannya
yang tidak nyeri dan sekarang sudah sembuh
PF : makula eritematosa multiple di seluruh tubuh
termasuk telapak tangan dan kaki
Diagnosis : Sifilis sifilis sekunder
Pemeriksaan penunjang : VDRL/TPHA

Sifilis
Infeksi menular seksual
Etiologi : Treponema pallidum
Gejala klinis :
Stadium primer ulkus durum
Stadium sekunder ruam kulit, selaput lendir, dan organ tubuh,
demam (+), malaise (+)
Stadium laten gejala (-), serologi (+)
Stadium lanjut gumma, kelainan SSP dan kardiovaskular

Pemeriksaan : VDRL /TPHA

VDRL tes standar sifilis, spesifisitas rendah (bisa positif


semu), menentukan antibodi nonspesifik
TPHA spesifisitas tinggi, menentukan antibodi spesifik

Terapi
Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini yg < 2 tahun)
Penisilin G Benzatin 2,4 juta unit 1x IM atau Penisilin G
Prokain 600.000 u IM selama 10 hari
Sifilis lanjut (> 2 tahun) Penisilin G Benzatin 2,4 juta
unit IM setiap minggu selama 3x berturut-turut atau
Penisilin G Prokain 600.000 IM setiap hari selama 21 hari

139. D. Selulitis
Keywords :
Pasien, usia 53 tahun tungkai bawah kiri merah
dan bengkak sejak 5 hari yang lalu
PF : regio kruris didapatkan plak eritema difus,
terasa nyeri dan panas
Riwayat DM tidak terkontrol (+)
Diagnosis : Selulitis

Selulitis
Etiologi : infeksi Streptococcus B hemolyticus
Predileksi : tungkai bawah
Penyakit ini didahului trauma
Tampilan : infiltrat yang difus di subkutan dengan
tanda tanda radang akut

Gejala konstitusi (+) malaise, demam

Selulitis vs Erisipelas
Selulitis

Erisipelas

Etiologi

Streptococcus B hemolyticus

Streptococcus B hemolyticus

Tempat kelainan kulit

Subkutan

Epidermis dan dermis

Tampilan

Eritema + tanda radang lain,


infiltrat difus / batas tidak tegas

Eritema merah cerah, batas tegas,


pinggir meninggi dan tanda
radang akut

Gejala konstitusional

(+)

(+)

Predileksi

Tungkai bawah

Tungkai bawah

Riwayat trauma

(+)

(+)

Laboratorium

Leukositosis

Leukositosis

Terapi

Istirahat
Elevasi tungkai yang
sakit
Antibiotik oral
Kompres terbuka
dengan larutan
antiseptik

Istirahat
Elevasi tungkai yang
sakit
Antibiotik oral
Kompres terbuka
dengan larutan
antiseptik

Selulitis vs Erisipelas
SELULITIS

ERISIPELAS

FOLIKULITIS

FURUNKEL

KARBUNKEL

140. A. Uji Tusuk / Prick Test


Keywords :
Pasien, usia 19 tahun gatal disertai bercak merah di
dada, punggung, dan lengan sering kambuh sejak 2
minggu yang lalu
PF : makula eritema berbatas tegas, edema, dan pucat di
area tengah, nyeri tekan (-)
Saat kulit digores, muncul lesi yang sama di area goresan
Diagnosis : urtikaria
Pemeriksaan penunjang : skin prick test

Urtikaria
Etiologi : macam macam obat, makanan, gigitan
serangga, trauma fisik, psikis, dsb
Patogenesis : vasodilatasi disertai permeabilitas
kapiler yang meningkat
Tampilan : edema setempat, warna kemerahan dengan
pucat di area tengah, meninggi di permukaan kulit
seperti pulau pulau
Gejala klinis : gatal, dermografisme (+)
Dermografisme edema dan eritema linear di kulit yang
terkena goresan benda tumpul, timbul dalam 30 menit

Urtikaria
Pemeriksaan penunjang : uji tusuk (prick test), uji
gores (scratch test), uji eliminasi makanan, kadar
IgE, cold hemosiderin (untuk urtikaria dingin)
Terapi : Antihistamin, kortikosteroid

141. A. Luka Robek


Keywords :
Pasien mengalami KDRT
PF : trauma tumpul
Luka yang ditemukan : luka robek

Luka robek : luka terbuka akibat trauma benda


tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu
arah sehingga batas elastisitas kulit terlampaui
Luka tusuk : tepi dan dinding luka rata, tidak ada
jembatan jaringan, berbentuk garis, terdapat sudut
luka yang dapat memperkirakan benda penyebab
pisau bermata dua (kedua sudut lancip); pisau
bermata satu (satu sudut lancip dan yang lain
tumpul)

Luka sayat : tepi dan dinding luka rata, tidak ada


jembatan jaringan, berbentuk garis, kedua sudut luka
lancip dan kedalaman luka tidak melebihi panjang luka

Luka iris = luka sayat


Luka gores termasuk luka lecet luka lecet gores :
oleh karena benda runcing yang menggeser kulit
(epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan
tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah
kekerasan yang terjadi

142. C. VeR Lanjutan


Keywords :
Pasien terluka di lengan atas kiri bagian bawah
Pasien dinyatakan membutuhkan perawatan di RS
Setelah dirawat dan diperbolehkan pulang, 7 hari
kemudian pasien datang kembali untuk control dan polisi
meminta surat keterangan dari dokter
Jenis VeR : VeR lanjutan

VeR Definitif
Pembuatan VeR

Dibuat saat itu juga

Korban butuh perawatan

Tidak bisa langsung


pulang

Kualifikasi luka

Langsung ditulis
biasanya luka derajat 1

VeR Sementara
Dibuat untuk sementara

Ya

Tidak ditulis karena


pasien masih dirawat

VeR Lanjutan
Dibuat setelah luka
pasien sembuh
Korban sudah selesai
perawatan
Ya

143. C. Fornix cervix posterior


Keywords :
Jenazah wanita yang dicurigai sebagai korban
pemerkosaan
Untuk mengetahui bukti persetubuhan diambil
spesimen dari introitus vagina

Pemeriksaan Korban
Pemerkosaan
Anamnesis
Status perkawinan, waktu kejadian, tempat kejadian

Pemeriksaan tanda kekerasan dan perlawanan


Contoh : kerokan kuku korban untuk melihat sel epitel
kulit dan darah penyerang

Pemeriksaan pakaian
Cari trace evidence yang melekat di pakaian

Pemeriksaan tubuh korban


Tanda kekerasan, kesadaran (cek toksikologi jika dibius),
pemeriksaa genitalia (cari bukti persetubuhan dan trace
evidence, untuk cek adanya mani dan sperma maka
diambil cairan tubuh dari fornix posterior)

Pemeriksaan laboratorium
Cek cairan dan sel mani dari lendir vagina

144. B. Korban masih hidup saat digantung (tanda


intravital)
Keywords :
Korban ditemukan meninggal dalam keadaan
tergantung
PF :
Jejas pada leher dengan lebar 4cm, warna coklat tua dan
tepi jejas bengkak, serong dari depan ke belakang atas
Wajah korban tampak kehitaman dan matanya merah
Mukosa bibir dan ujung-ujung jari tampak kebiruan
Pada organ dalam didapatkan bendungan darah
Tidak ditemukan adanya tanda kekerasan lain

Korban Gantung
Jejas Gantung
Jerat kecil dan keras hambatan total arteri muka
pucat, petekie (-) pada kulit maupun konjungtiva
Jerat lebar dan lunak hambatan pada sal.napas dan
vena hambatan vena dari kepala ke leher
menyebabkan adanya perbendungan pada daerah
sebelah atas ikatan
Pada kasus : tepi jejas bengkak akibat perbendungan
vena berarti saat tergantung masih terdapat aliran
vena (masih hidup)

Arah jejas :
Serong dari depan ke belakang jejas gantung
(gantung
diri/bunuh diri)
Mendatar jejas penjeratan (pembunuhan)
Wajah kehitaman dan mata merah akibat
perbendungan
Tidak ada tanda kekerasan lain bunuh diri
Lebam mayat mengarah ke bawah (kaki, tangan,
genitalia eksterna)

Mekanisme Kematian Kasus


Gantung
Kerusakan batang otak dan medulla spinalis
Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara
pernapasan

Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri


leher
Refleks vagal

145. E. Terdapat busa halus


pada hidung dan mulut
Keywords :
Nelayan menemukan sesosok mayat di pinggir
sungai diduga meninggal akibat tenggelam.
Pada PL ditemukan busa halus pada hidung dan mulut

Pemeriksaan Luar Jenazah


Tenggelam
Mayat dalam keadaan basah
Busa halus pada hidung dan mulut
Mata setengah terbuka atau tertutup, jarang ada
perdarahan atau perbendungan
Kutis anserina
Tampilan kulit seperti merinding (bintil2 seperti kulit
jeruk) akibat kontraksi otot erector pili yang terjadi karena
rangsang dinginnya air

Washer womans hand telapak tangan dan kaki


keputihan dan keriput yang disebabkan imbalans
cairan ke dalam kutis
Cadaveric spasme (tanda intravital) terjadi saat
korban berusaha menyelamatkan diri dengan
memegang apa saja
Luka-luka lecet pada tubuh akibat benturan dan
gesekan benda benda dalam air

146. A. Benda Tumpul


Keywords :
Pasien, usia 42 tahun baru saja dianiaya oleh
orang mabuk

PF : luka robek dengan lebar 3 cm, tepi tidak


beraturan, sudut tumpul, terdapat jembatan
jaringan, dan rambut yang terpotong
Jenis kekerasan : benda tumpul

Luka robek : luka terbuka akibat trauma benda


tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu
arah sehingga batas elastisitas kulit terlampaui
Luka robek oleh karena benda tumpul tepi tidak
beraturan, sudut tumpul, terdapat jembatan
jaringan

147. A. Luka derajat ringan


Keywords :
Luka robek pada pipi kanan 8 cm dari garis tengah dan 4 cm dari
sudut mata kanan luar bukan di tempat atau organ vital
Dasar luka jaringan, terdapat jembatan antar jaringan yang jika
disatukan akan jadi sepanjang 3 cm
Ditemukan juga jejas kemerahan ukuran 1x1 cm di luar muka
Kategori luka : derajat ringan karena bukan di tempat / organ
vital, tidak menimbulkan penyakit/gangguan fungsi organ dan
tidak mengganggu pekerjaan

Derajat Luka
Luka derajat ringan (pasal 352 KUHP) : luka yang
tidak membutuhkan perawatan tanpa luka
atau luka lecet atau memar kecil di lokasi tidak
berbahaya / yang tidak menurunkan fungsi alat
tubuh tertentu
Luka derajat sedang (pasal 351 (1) atau 353 (1) :
luka membutuhkan perawatan tetapi tidak
memenuhi kriteria luka berat

Luka berat (Pasal 90 KUHP) :

Jatuh sakit / luka yang tidak memberi harapan sembuh sama sekali
Menimbulkan bahaya maut
Menimbulkan ketidakmampuan secara terus menerus untuk
menjalankan pekerjaan
Kehilangan salah satu dari panca indera
Cacat berat
Sakit lumpuh
Terganggunya daya piker > 4 minggu
Gugur / matinya kandungan seorang wanita

148. B. Surat Keterangan


Medis
Keywords :
Pasien perempuan usia 15 tahun mengalami
perubahan perilaku setelah keluar malam dengan
pacarnya
Dibawa ibunya untuk dicek keperawanannya
Laporan yang dibuat : Surat keterangan medis
karena pasien ini dibawa oleh ibunya TANPA adanya
surat permintaan visum dari kepolisian, maka laporan
yang dapat dibuat saat ini hanya surat keterangan
medis

Surat Keterangan Medis vs. Visum et Repertum


SURAT KETERANGAN MEDIS

Catatan seluruh hasil


pemeriksaan tindakan
pengobatan
Milik pasien tidak
boleh membocorkan ke
pihak lain tanpa seizin
pasien (terkait rahasia
kedokteran)

VISUM ET REPERTUM

Keterangan yang dibuat


dokter atas permintaan
penyidik untuk
kepentingan peradilan
Dokter tidak dituntut
karena membuka rahasia
kedokteran, untuk
digunakan dalam proses
peradilan (boleh tanpa izin
pasien)

Pasal 7 (1) butir h dan pasal 11 KUHAP yang


berwenang meminta keterangan ahli adalah
penyidik dan penyidik pembantu
Korban kejahatan susila yang butuh VeR korban
dengan dugaan adanya persetubuhan yang
diancam pidana oleh KUHP
Persetubuhan yang diancam pidana oleh KUHAP :
Pemerkosaan
Persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya
Persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur

Pada kasus ini, pasien adalah wanita belum cukup


umur sehingga sebenarnya masuk dalam kriteria
persetubuhan yang diancam pidana, namun karena
tidak ada surat permintaan VeR dari penyidik
berwenang maka tidak dapat dibuat VeR

149. E. Antara pukul 19.0020.45 tanggal 31 Januari 2014


Keywords :
Waktu ditemukan mayat 31 Januari 2014, pukul
21.00

Lebam mayat masih dapat hilang dengan penekanan


Kaku mayat (-), tanda pembusukan (-)
Perkiraan waktu kematian : Antara pukul 19.00 20.45,
tanggal 31 Januari 2014

Tanda
Pasti
Kematian

Lebam mayat mulai tampak 20 30 menit, menetap setelah 8


12 jam

Kaku mayat mulai tampak setelah 2 jam, dari luar ke tengah,


lengkap setelah 12 jam sejak kematian dan dipertahankan 12 jam
berikutnya, lalu menghilang dalam urutan yang sama
Pembusukan mulai tampak 24 jam setelah meninggal, berupa
warna kehijauan pada perut kanan bawah; larva lalat muncul 3648 jam, menetas 24 jam kemudian

Pada kasus :
Lebam mayat belum menetap < 8 jam, dan mulai munculnya
20 menit setelah kematian
Kaku mayat (-) < 2 jam
Pembusukan (-) < 24 jam
Jawaban paling tepat Antara pukul 19.00-20.15, tanggal 31
Januari 2014

150. B. Cukup bulan, viable,


tidak pernah bernapas
Keywords :
Mayat janin laki-laki, PB 45 cm, BB 2500 gram
Tali pusat terhubung ke tubuh janin, bagian
ujungnya terpotong, tepi luka yang tidak rapi.
Paru-paru merah tua, tepi tajam, dan tes apung
paru negatif
Lambung terdapat mekonium
Kesimpulan pada VeR cukup bulan, viable, tidak
pernah bernapas

1. Tentukan apakah bayi sudah sempat lahir atau


belum?
2. Bila sudah sempat lahir, tentukan apakah lahir
hidup atau lahir dalam keadaan mati
3. Bila lahir hidup, apakah sudah ada perawatan
atau belum
4. Tentukan bayi viable atau non-viable

Belum sempat
lahir
Sempat lahir?

Aborsi

Lahir Mati
Sudah sempat
lahir

Still birth
Tanda
Perawatan (+)

pembunuhan

Tanda
Perawatan (-)

infanticide

Lahir Hidup

Lahir Hidup vs. Lahir Mati


Lahir Hidup (Sudah Pernah Bernapas)

Lahir Mati (Belum Pernah Bernapas)

Paru memenuhi rongga dada

Paru masih tersembunyi di belakang jantung

Tes apung paru (+)

Tes apung paru (-)

Gambaran mozaik (seperti marmer) pada paru


adanya berbagai tingkatan aerasi

Warna kelabu ungu merata seperti hati

Krepitasi (+) sperti spons

Krepitasi (-)

Tepi paru tumpul

Tepi paru lancip

Tanda Perawatan (-)

Tanda Perawatan (+)

Plasenta

Masih melekat pada tali pusat

(-)

Tali pusat

Masih terhubung dengan


umbilikus

Sudah diputuskan dengan gunting


secara rapi

Verniks kaseosa (lemak bayi)

(+)

(-)

Lanugo

(+)

(-)

Pakaian

(-)

(+)

Viable
Viable : keadaan bayi/janin yang dapat hidup di luar
kandungan lepas dari ibunya
Kriteria viable :
Umur kehamilan > 28 minggu

PB > 35 cm (kepala tumit)


BB > 1000 gr
LK > 32 cm
Cacat bawaan (-)

Pada kasus ini janin viable

Maturitas
Kriteria cukup bulan (matur) :
Umur kehamilan > 36 minggu
PB > 48 cm (kepala tumit)
BB 2500 3000 gr
LK 33 cm
Testis kedua-duanya sudah turun (laki-laki), labia mayor sudah
menutupi labia minor (perempuan)
Panjang kuku melebihi panjang jari
Pada kasus ini janin cukup bulan

151. C. Diare dengan dehidrasi


berat
Keywords: BAB cair >4x per hari sejak 3 hari SMRS.
Pasien tampak malas minum dan gelisah. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan: mata tampak cekung,
turgor kulit menurun. Tidak ditemukan lendir
maupun darah pada feses.
Diagnosis: diare dengan dehidrasi berat

Tatalaksana: terapi cairan, zinc 1x20 mg selama 10


hari

Dasar teori
DERAJAT DIARE (WHO)

Keterangan: tatalaksana di setiap derajat diare berbeda-beda, pemberian zinc


(selama 10 hari) tetap diberikan untuk semua derajat diare, dengan dosis:

Dasar teori
Diare tanpa dehidrasi

Diare dengan
dehidrasi ringansedang
Diare dengan
dehidrasi berat

Keterangan: tatalaksana cairan diare akut sesuai derajat, jenis larutan yang dapat diberikan berupa RL, NaCl 0,9%, dan KaEN 3B.

152. A. Atresia biliaris


Keywords: bayi (3 minggu) badannya kuning sejak
pasien lahir. Warna kencing seperti teh pekat dan
BAB warna dempul. PF: sklera ikterik,
hepatosplenomegali. Lab : bilirubin direk
meningkat.
Diagnosis: atresia biliaris

Tatalaksana: operasi (mis: Kasai procedure,


transplantasi hati)

Dasar teori
Atresia biliaris: skar progresif pada duktus bilier baik di dalam maupun di luar organ hepar yang
menyebabkan obstruksi total pada aliran empedu yang terjadi pada 3 bulan pertama semenjak
bayi lahir.
Gejala dan tanda:
Ikterik
BAB dempul
Urin gelap
Perdarahan
Hepatomegali/hepatosplenomegali
Pembesaran abdomen
Gangguan tumbuh kembang
Lab: abnormal LFT

Pilihan lain
Atresia ani: kelainan kongenital yang dikenal
sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum
atau keduanya. Pasien tidak dapat BAB.
Hepatitis neonatorum: infeksi virus hepatitis pada
neonatus. Keluhan: ikterik, disertai gejala
prodromal
Anemia hemolitik: anemia yang terjadi karena
meningkatnya penghancuran sel darah merah.
terjadi karena ketidaksesuaian gilongan darah ibu
dan bayi.

153. C. Bronkopneumonia
Keywords: sesak napas disertai batuk berdahak
sejak satu hari SMRS. Demam (+). PF: nafas
39x/menit, suhu 39,5oC, napas cuping hidung,
retraksi pada dada di septum intercostal, ronki (+)
di kedua lapang paru. Radiologi:perselubungan
difus di basal kedua lapang paru.
Diagnosis: bronkopneumonia
Tatalaksana: antibiotik

Dasar teori
Bronkopneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus
dan jaringan intertisial. Bronkopnemonia sering terjadi pada anak-anak.

Gejala dan tanda:


Batuk kering-produktif
Sesak napas
Deman

Kesukitan makan/minum
Lemas
Napas cuping hidung, retraksi otot intercostal
Radiologi: infiltrat, konsolidasi, Lab: leukositosis

Pilihan lain
Asma: riwayat wheezing berulang
TB paru: riwayat kontak positif, uji tuberkulin
positif (10 mm), BB turun, demam 2 minggu,
batuk kronis 3 minggu, pembesaran kelenjar limfe.
ARDS: kondisi kedaruratan paru berupa gagal
napas berat.
Efusi pleura: bila masif terdapat tanda
pendorongan organ intra toraks, pekak pada saat
perkusi.

154. C. Obstruksi jalan napas


Keywords: suaranya serak sejak 3 hari SMRS. Nyeri
ketika menelan serta demam. Riwayat imunisasi tidak
lengkap. Pada pemeriksaan fisik ditemukan: nadi
110x/menit, napas 34x/menit, suhu 38oC,
pembengkakan leher (bull neck), pembesaran KGB
leher (+), pada pemeriksaan faring, ditemukan
gambaran pseudomembran putih.
Diagnosis: difteri
Tatalaksana: antibiotik, anti toksin.
Komplikasi: obstruksi jalan napas (paling
dikhawatirkan), kerusakan organ jantung, saraf.

Dasar teori
Difteri: penyakit infeksi yang menyerang selaput lendir pada
hidung dan tenggorokan. Disebabkan oleh dua jenis bakteri,
yaitu

Corynebacterium

diphtheriae

danCorynebacterium

ulcerans. Masa inkubasi: dua hingga lima hari. Gejala dan

tanda:
Terbentuknya membran abu-abu yang menutupi
tenggorokan dan amandel.
Demam dan menggigil.
Sakit tenggorokan dan suara serak.
Sulit bernapas atau napas yang cepat.
Pembengkakan kelenjar limfa pada leher.

Lemas dan lelah.


Hidung beringus. Awalnya cair, tapi lama-kelamaan menjadi
kental dan terkadang berdarah.

Bull neck

Pseudomembra
n

155. C. Streptoccus beta hemolitik grup A


Keywords: demam sejak 3 hari SMRS. Disertai
dengan nyeri sendi disertai bengkak. Memiliki
riwayat nyeri tenggorokan 2 minggu sebelumnya.
PF: suhu 38,5oC, murmur sistolik (+).
Diagnosis: demam rematik akut
Tatalaksana: bed rest, penisilin benzatin, asetosal
(kasus sedang), prednison (kasus berat).

Dasar teori
Diagnosis demam rematik akut: berdasarkan
Kriteria Jones (Revisi 1992). Ditegakkan bila
ditemukan 2 kriteria mayor, atau 1 kriteria mayor +
2 kriteria minor, ditambah dengan bukti infeksi
streptokokus Grup A tenggorok positif +
peningkatan titer antibodi streptokokus.

156. B. Asidosis metabolik


Keywords: mengeluh BAB cair >10x sejak 3 hari
SMRS. Pasien tampak lemas dan malas minum,
mata cekung, serta turgor melambat.
Diagnosis: diare akut dehidrasi berat
Tatalaksana: terapi cairan
Komplikasi: asidosis metabolik

Dasar teori
Cairan tubuh
keluar

ion natrium
bikarbonat

Diare berat

Asidosis
metabolik

157. D. 7
Keywords: pasien anak, keluhan batuk berdahak
lebih dari tiga minggu. Keluhan disertai dengan
demam yang tidak terlalu tinggi serta keringat
malam. Pasien juga mengalami penurunan nafsu
makan, lesu, iga gambang (+), baggy pants (+). Ayah
pasien ternyata menderita TBC dan sedang dalam
pengobatan
Analisis: riwayat kontak pasien TB (3)+ batuk
berdahak > 3 minggu (1)+gizi buruk (2)+demam
(1)= 7

Dasar teori
Sistem Skoring TB Anak

158. B. Kwasiorkor
Keywords: seorang pasien anak berusia 10 tahun (BB 18 kg).
Pasien
tersebut mengalami pembengkakan di daerah
punggung tangan dan kaki, serta wajah tampak tua. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan crazy pavement dermatosis.

Diagnosis: kwasiorkor
Tatalaksana: mengatasi/mencegah hipoglikemia,
hipotermia, dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit,
infeksi, mulai pemberian makana, fasilitasi tumbuh-kejar
(catch up growth), mengkoreksi defisiensi nutrien mikro,
melakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental,
menyiapkan dan merencanakan tindak lanjut setelah
sembuh.

Dasar teori
Kwasiorkor: alah satu bentuk malnutrisi
protein berat yang disebabkan oleh intake
protein yang inadekuat dengan intake
karbohidrat yang normal atau tinggi.
Gejala dan tanda:
Tidak mau makan, rewel
Edema
Rambut kusam, kering
Crazy pavement dermatosis : bercak-bercak
putih atau merah muda dengan tepi hitam
ditemukan pada bagian tubuh yang sering
mendapat tekanan.
Dekalsifikasi tulang dan gigi
Perlemakan hepar

159. A. Meningoensefalitis
Keywords: mengalami penurunan kesadaran
disertai kejang yang tidak berhenti selama 10
menit. Pasien sebelumnya memiliki riwayat
demam sejak tiga hari lalu. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan: Nadi 105x/menit, napas 30x/menit,
suhu 39,5oC, kaku kuduk (+).
Diagnosis: meningoensefalitis
Tatalaksana: oksigen, diazepam, antibiotik (jika
penyebabnya bakteri)

Dasar teori
Meningoensefalitis: kondisi inflamasi
dari selaput otak (meningens) dan
meliputi bagian jaringan syaraf otak.
Gejala dan tanda:
Demam

Penurunan kesadaran
Kejang
Tanda rangsang meningeal

Pilihan lain
Meningitis: infeksi pada meningens, gejala: demam
subfebril, kejang, kaku kuduk, kesaran menurun
Kejang demam kompleks: kejang disertai demam,
berulang, fokal, > 15 menit
Kejang demam simplex: kejang disertai demam,
satu kali, seluruh badan, < 15 menit
Status epileptikus: kejang lebih dari 30 menit

160. A. DM tipe 1
Keywords: anak 12 tahun, penurunan kesadaran
sejak 3 jam SMRS. Sering merasa lemas, cepat
lapar, dan sering kencing. Berat badan pasien juga
turun 10 kg dalam 3 bulan terakhir. GDS 560
mg/dl.
Diagnosis: HONK ec DM tipe 1

Tatalaksana: terapi cairan, insulin

161. B. Breast Feeding


Jaundice
Keywords :
Bayi, usia 3 hari kuning sejak 1 hari lalu
ASI eksklusif (+)
PF : Gerak aktif, ikterus Kramer 3
Lab : Bilirubin terkonjugasi 1 mg/dl, bilirubin total 12 mg,
golongan darah bayi O rhesus + dan golongan darah ibu O
rhesus +

Diagnosis : breast feeding jaundice

162. E. IgM HAV (+)


Keywords: badannya kuning sejak satu hari SMRS,
demam disertai mual dan muntah, sering jajan
sembarangan di sekolah, suhu 38oC, ikterik (+).
Diagnosis: hepatitis A
Tatalaksana: bed rest total, simtomatik

Dasar teori
Hepatitis A:
Sangat sering terjadi pada anak-anak
Faktor risiko: adanya outbreak, sumber penularan,
higiene buruk
Terjadi secara tiba-tiba, dimulai dari keluhan
sistemik yang tidak khas, seperti demam, malaise,
nausea, emesis, anorexia, dan rasa tidak nyaman di
perut, hingga ikterik

Dasar teori

BERBAGAI PENANDA
DIAGNOSIS HEPATITIS

163. A. Tipe I
Keywords: sering bersin di pagi hari. keluhan
tersebut bertambah berat jika pasien terpapar
debu atau udara AC.
Diagnosis: rinitis alergi
Tatalaksana: antihistamin, jauhi faktor pencetus

Dasar teori
Rinitis alergi (hay fever): kelainan pada gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal, dan terseumbat, setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
diperantai oleh Ig E.
Diagnosis:

Anamnesis:

Trias alergiingus encer dari hidung (rinorea), bersin, hidung tersumbat dan rasa gatal pada hidung
Terjadi berulang, terutama pada pagi hari
Mata gatal dan banyak air mata
Adanya riwayat atopi
Ada faktor pencetus

PF: allergic salute (gerakan menggosok hidung dengan tangan karena gatal),
allergic shiners (dark circles di sekitar mata vasodilatasi atau obstruksi hidung),
nasal crease (lipatan horizontal di setengah bagian bawah hidung karena gerakan
menggosok), mulut sering terbuka dan lengkung langit-langit meninggi (facies
adenoid), dinding faring posterior tampak granuler dan edema (cobblestone
appearance), lidah kayak peta (geograhic tongue).
Pemeriksaan penunjang: eosinofil dan Ig E meningkat

Dasar teori

REAKSI
HIPERSENSITIVITAS TIPE I

164. D. Transient tachypnea of


the newborn
Keywords :
Bayi, lahir saat usia gestasi 36 minggu secara SC
Dua jam setelah lahir napas cuping hidung (+), retraksi
dinding dada (+)
Lab : pCO2 38 mmHg

Diagnosis : transient tachypnea of the newborn

Transient tachypnea of the newborn


SESAK NAFAS PADA BAYI

TANPA RETENSI CO2 (NORMAL TEKANAN CO2 PADA AGD)


FAKTOR RISIKO: SC ELEKTIF
PADA PERSALINAN NORMAL, PASASE BAYI MELEWATI PELVIS IBU
YANG SEMPIT AKAN MEMERAS CAIRAN KELUAR DARI PARU-PARU
TRANSIENT = GEJALA MEMBAIK MAXIMAL DALAM 72 JAM

HYALINE MEMBRAN DISEASE/


RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS)

PENYEBAB TERSERING DISTRESS NAFAS NEONATUS


ETIOLOGI: DEFISIENSI SURFAKTAN KARENA IMATURITAS ATAUPUN KETERLAMBATAN
PEMATANGAN PARU PADA IBU DIABETES
GAMBARAN RADIOLOGI: HIPOAERASI (RETIKULOGRANULER DIFUS BILATERAL)

KONGENITAL
PNEUMONIA

PNEUMONIA DALAM 24 JAM PASCA LAHIR


RISIKO TINGGI:
UNEXPLAINED PRETERM LABOR
UTERINE TENDERNES
FOUL-SMELLING AMNIOTIC FLUID
TAKIKARDIA FETAL
GEJALA KLINIK:
TACHYPNEA (RR> 60X/MENIT)
SIANOSIS SENTRAL
TEMPERATUR TIDAK STABIL, RASH
JAUNDICE AT BIRTH
KONJUNGTIVITIS
VESICLES OR OTHER FOCAL SKIN LESSIONS
UNUSUAL NASAL SECRETION

165. D. FEV1 sangat berkurang


Keywords: mengeluh sesak napas sejak 2 hari
SMRS, pilek dan bunyi mengi, timbul ketika rumah
pasien sedang direnovasi, pernapasan 34x/menit,
wheezing di kedua lapang paru.
Diagnosis: asma akut derajat sedang
Tatalaksana: oksigen, bronkodilator

Dasar teori
Asma: keadaan inflamasi kronik
dengan
penyempitan
saluran
pernapasan yang reversibel.
Diagnosis:

Episode batuk dan atau wheezing


berulang
Hiperinflasi dada
Tarikan dinding dada bagian bawah ke
dalam
Ekspirasi memangjang
Respon baik terhadap bronkodilator

Dasar teori
Berdasarkan pemeriksaan spirometri,
menandakan asma (obstruksi) jika:
VEP1 < 80%
VEP1/KVP< 75%
Obstruksi ringan 75% > VEP1/KVP > 60%
Obstruksi sedang 60% > VEP1/KVP > 30%
Obstruksi ringan VEP1/KVP < 30%

166. C. Sindrom nefrotik


Keywords: mengalami bengkak di kedua kelopak
mata perut, dan kedua tungkainya, setiap bulan
mengalami keluhan yang sama, edema kelopak
mata (+), shifting dullness (+), edema pretibial
bilateral (+), proteinuria +3, eritrosit urin 23/lapang pandang.
Diagnosis: sindrom nefrotik
Tatalaksana: steroid

Dasar teori
Sindrom nefrotik: sindrom klinis dengan gejala

proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema, dan


hiperkolesterolemia,

kadang

disertai

dengan

hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.


Dibagi menjadi:
Sindrom nefrotik kongenital
Sindrom nefrotik primer
Sindrom nefrotik sekunder

Dasar teori

167. D. Gizi kurang


Keyword :
Pemeriksaan antropometri, berat bayi 7,5 kg (berat badan
lahir 3 kg) dan dengan panjang badan 74 cm.
Plot ke dalam kurva WHO, berat/panjang badan bayi
berada di antara -2 dan -3 z.

Status gizi bayi Gizi kurang

BB/TB

BB/TB

IMT

(% median)

WHO 2006

CDC 2000

Obesitas

>120

> +3 SD

>P95

Overweight

>110

> +2 SD hingga +3 SD

P85-P95

Normal

>90

+2 SD hingga -2 SD

Gizi kurang

70-90

< -2 SD hingga -3 SD

Gizi buruk

<70

< -3 SD

Status Gizi

168. A. Tetap memberikan imunisasi


DTP dan polio
Keywords
Anak berusia 6 bulan
Akan diberikan imunisasi DTP dan polio
Anak demam (suhu 38C), batuk dan pilek
Pada anak ini tidak ditemukan adanya kontraindikasi
pemberian vaksin DTP dan polio sehingga pemberian
imunisasi dapat terus dilanjutkan dan selanjutnya
pasien diterapi untuk penyakitnya.
Jawaban: A. Tetap memberikan imunisasi DTP dan
polio

Vaksin Polio
OPV (ORAL)
Jadwal: lahir, 2, 4, 6, 18-24 bulan; 5 tahun
Isi: live attenuated polio virus tipe 1, 2 dan 3
(Sabin)
Metode pemberian: 2 tetes oral (0,1 ml)
sesaat sebelum pulang dari RS (pada bayi baru
lahir)
Dosis: 2 tetes oral (0,1 ml)
Kontraindikasi: penyakit akut, demam >38,5C,
muntah/diare, imunosupresi/imunodefisiensi,
hamil 4 bulan pertama, kombinasi dengan
vaksin tifoid oral, alergi terhadap AB

KIPI: diare ringan, nyeri otot, VAPP

IPV (INJEKSI)

Jadwal: lahir, 2, 4, 6, 18-24


bulan; 5 tahun
Isi: virus polio tipe 1, 2
dan 3 mati (Salk)
Metode pemberian:
suntikan subkutan 3x
berturut-turut dalam
interval 2 bulan
Dosis: 0,5 ml

Vaksin DifteriTetanusPertusis
(whole/acellular)
DTPW
Jadwal: 2,4, 6, 18-24 bulan; 5, 10-12 (dT), 18 (dT)
tahun
Isi: toksoid difteri 40 Lf, toksoid tetanus 15 Lf, whole
cell pertusis 24 CU, Al3(PO4)2, thimerosal

DTPA

Jadwal: 2,4, 6, 18-24 bulan; 5, 1012 (dT), 18 (dT) tahun

Metode pemberian: suntikan IM

Isi: Isi: toksoid difteri 40 Lf, toksoid


tetanus 15 Lf, acellular cell pertusis

Dosis: 1 ml

Metode pemberian: suntikan IM

Kontraindikasi

Dosis: ?

Absolut: anafilaksis dan ensefalopati


Relatif: riw. Hiperpireksia, hipotonik-hiporesponsif dalam
48 jam, inconsolable crying, kejang (3 hari sesudah
imunisasi)

KIPI: reaksi lokal, demam > 38,5C, lesu, iritabel,


inconsolable crying, kejang, hipotonik hiporesponsif,
anafilaksis, ensefalopati

Kontraindikasi: idem DTPw


KIPI: idem DTPw tetapi lebih
ringan dan jarang

169. C. 6 bulan
Keyword :
Bayi sudah bisa mengangkat kepala
bicara tidak jelas
menoleh kearah suara
sudah bisa mempertahankan posisi duduk

Sesuai dengan usia perkembangan 6 bulan

170. D. ITP
Keyword:
Anak usia 5 tahun Petekie pada tubuh dan ekstremitas
sejak 1 hari lalu, didahului demam 2 minggu sebelumnya
Splenomegali (-), limfadenopati (-) menyingkirkan
keganasan
Trombosit 18.000; Hb, Ht, leukosit normal

Diagnosis: ITP

Pilihan yang tersedia:


Hemofilia (tersingkirkan) laki, delayed bleeding dan
hemarthrosis
Anemia aplastik (tersingkirkan) pansitopenia
Von Wildebrand Disease (tersingkirkan) prolonged
bleeding, riwayat keluarga (+)
DIC (tersingkirkan) perdarahan spontan atau trombus,
didahului penyakit berat

Immune Thrombocytopenic Purpura


Adalah trombositopeni dengan sumsum tulang
yang normal dan tidak adanya penyebab
trombositopeni lainnya.
ITP memiliki dua gambaran klinis: akut pada anakanak dan kronik pada dewasa.
Etiologi: IgG autoantibodi terhadap permukaan
trombosit. Muncul dari spleen antibodinya

ITP
ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6 bulan).
Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
PF:
Nonpalpable petechiae
Purpura
Perdarahan
Limpa tidak teraba.

ITP
Pemeriksaan Lab:
Trombositopenia
Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal

Sumsum tulang: megakariosit normal atau meningkat.


Uji koagulasi normal, bleeding time bertambah, PT dan
PTT normal.

Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas


Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah penyebab
defisiensi trombosit lainnya telah dieksklusi.

Hemofilia
Kekurangan faktor pembekuan darah yang
diturunkan secara sex-linked recessive pada
kromosom X
Hemofilia A (80-85%) defisiensi/disfungsi faktor
VIII
Hemofilia B defisiensi/disfungsi faktor IX
Hemofilia C defisiensi/disfungsi faktor XI

Hemofilia
Tanda perdarahan yang sering dijumpai yaitu
hemartrosis, hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa mulut,
perdarahan intrakranial, epistaksis, dan hematuria.
Pemanjangan APTT dengan PT yang normal
menunjukkan adanya gangguan pada jalur intrinsik
sistem pembekuan darah

Von Willebrand Disease


Inherited bleeding disorder akibat
defisiensi/disfungsi von Willebrand factor (VWF)
mempengaruhi platelet adhesion atau menurunkan
konsentrasi Faktor VIII
Autosom dominan/resesif
Isolated prolonged PTT atau normal
Pemeriksaan VWF antigen; VWF ristocetin cofactor
activity; dan Faktor VIII

Konsep hemostasis singkat


Hemostasis: untukmenghentikanperdarahan, ada
hemostasis primer dansekunder.
Primer: trombosit
Sekunder: faktorkoagulasi
Bilagangguannyaprimer, perdarahanterletak di
kulit/mukosa. Contoh: petekiae, ekimosis, purpura
(hanyabedaukuran, intinyasama), hemoptisis,
epistaksis, gusiberdarah
Bilagangguannyasekunder, perdarahanterletak di
otot/sendidan bersifatdelayed bleeding: hemartrosis,
abis cabut gigi berdarah lagi

171. A. Syok anafilaktik


Keywords: sesak nafas di ruang perawatan RS,
tampak lemas disertai akral dingin, muncul setelah
disuntik antibiotik, TD 80/60 mmHg, napas
35x/menit, wheezing di kedua lapang paru.
Diagnosis: syok anafilaktik
Tatalaksana: oksigen, infus cairan, injeksi epinefrin

Dasar teori
Syok anafilaktik: syok yang diakibatkan oleh reaksi imunologis (reaksi
alergi) yang bersifat sistemik, cepat, dan hebat, yang dapat
menyebabkan gangguan respirasi, sirkulasi, pencernaan, dan kulit.
Insidensi: 40-60% (gigitan serangga), 20-40% (zat kontras radiografi),
10-20% (injeksi antibiotik)
Gejala dan tanda:

Sesak napasedema laring dan bronkospasme


Hipotensi
Takikardia
Edema preorbital
Mata berair
Hiperemia konjungtiva
Urtikaria atau eritema
Muntah, diare

Dasar teori

172. A. Atasi hipoglikemia,


hipotermia, dehidrasi
Keyword :

Anak 3 tahun, BB 5 kg, tampak sangat kurus, kulit kering


bersisik, atrofi otot, asites, dan edema pretibial

Gizi buruk tipe kwashiorkor

BB/TB > -3SD(kwashiorkor) atau <-3SD (marasmik-kwashiorkor)


Edema pada punggung kaki atau seluruh tubuh
Bila BB/TB tidak bisa diukur gunakan tanda klinis seperti : anak
tampak sangat kurus, hilangnya jaringan lemak bawah kulit,
tulang iga terlihat sangat jelas
Tatalaksana : rawat inap, letakkan di ruang yang hangat, 10
pilar tatalaksana gizi buruk menurut WHO
Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management
of Common Childhood Illnesses. 2nd edition.

Sumber : Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the Management of
Common Childhood Illnesses. 2nd edition.

Option lain
Diet TKTP : pemberian makan dalam jumlah sedikit
tapi sering dan rendah osmolaritas dan laktosa. Untuk
initial refeeding digunakan F-75 (75kkal/1000 ml)
Suplementasi Vit A dan Fe : vitamin A pada hari
pertama, Fe mulai minggu kedua
IVFD RL 150cc/kg : jangan gunakan infus untuk
rehidrasi kecuali kasus dehidrasi berat dengan syok.
Untuk rehidrasi beri resomal per oral atau NGT
F-100 3x150 cc pada hari pertama : hari pertamaketujuh F-75, diberikan dengan frekuensi sesering
mungkin, tiap 2 jam atau 3 jam.

173. C. Ayah normal, ibu karier


hemofilia
Keyword :

Anak laki laki, usia 7 tahun, perdarahan yang tidak kunjung berhenti
setelah jatuh dari sepeda.
Sering mengalami perdarahan serupa ketika imunisasi.
Tidak terdapat keluhan yang sama pada sauara-saudara pasien yang
lain.

Hemofilia

X-linked resesif, perdarahan spontan maupun pasca trauma


Riwayat kelainan yang sama dalam keluarga (yaitu laki-laki)
Ibu diduga sebagai karier bila memiliki lebih dari 1 anak laki-laki yang
menderita hemophilia
Tatalaksana : fresh frozen plasma, kriopresipitat, terapi pengganti
factor VIII atau IX

Sumber : Pedoman pelayanan medis IDAI Jilid I.2010

Sumber : www.hemophilia-information.org

174. A. ALL
Keyword :
Anak, usia 4 tahun, demam dan bercak kemerahan sejak 1
minggu yang lalu
petekie dan hepatosplenomegali (+)
leukosit 189.000/mm3, Hb 5 g/dL dan trombosit
33.000/mm3, sel blast sebanyak 68%

Leukemia Akut
Leukemia : leukositosis + anemia dan trombositopenia,
karena sel ganasnya menekan produksi eritrosit dan
trombosit
Karena anemia anak pucat, bisa sampai sesak
Karena trombositopenia lebam, mudah berdarah
Organomegali system hematopoietic ekstramedular
berusaha kompensasi produksi
Yang membantu menegakkan leukemia AKUT adalah
adanya sel blast > 20%

Penyakit

Pucat/Anemia

Perdarahan

Organomegali

Anemia defisiensi Fe

Anemia hemolitik akut

Anemia hemolitik kronik/Thalasemia

-/+

Anemia aplastic

Leukemia akut

Infeksi kronik

-/+

Anemia yang punya pucat dan organomegali adalah thalassemia dan leukemia akut. Soal ini lebih ke
leukemia akut karena ada sel blast > 20%
Berdasarkan epidemiologi, leukemia akut yang onsetnya masak kanak-kanak adalah ALL
ALL : precursor limfoid berproliferasi jadi ganas dan menekan bone marrow, ada kromosom Philadelphia
AML : onset masa remaja/dewasa, khasnya ada hyperplasia gusi
CLL: onset > 55 tahun, 2/3 nya laki-laki

CML : utamanya pada dewasa walaupun pada anak juga bisa

175. C. Hep B
Keywords: membawa bayinya yang baru berusia
satu bulan ke puskesmas untuk mendapatkan
imunisasi dasar. Imunisasi yang sudah diberikan
adalah BCG dan polio.
Analisis: dari kasus di atas, pemberian imunisasi
berikutnya pada usia satu bulan adalah Hep B

Dasar teori
Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Anak

176. A. Ascariasis
Keywords: mengeluh keluar cacing dari duburnya.
Cacing yang dikeluarkan sebesar jari tengah orang
dewasa. Sering tertidur di kelas dan prestasi
belajarnya menurun.
Analisis: dari ukuran cacing yang keluar dari dubur
serta gejala penurunan fungsi kognitif ascariasis
-Tatalaksana:
- pirantel pamoat 10 mg/kgBB atau
- mebendazol 500 mg atau
- albendazol 400 mg

Dasar teori
Ascariasis: penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing
Ascariasis lumbricoides. Gejala (cacing dewasa):
Ringan: nausea, anoreksia,
diare, konstipasi
Berat:
- malabsorbsi malnutrisi,
gangguan kognitif, pertumbuhan terlambat
- ileus
- obstruksi usus, saluran empedu, apendiks dll
Gejala (larva):
- perdarahan kecil di alveolus
- batuk, demam
- eosinofilia
- foto toraks: infiltrat
sindrom loeffler menghilang setelah 3 minggu

Pilihan lain
Trichiurasis: penyakit infeksi disebabkan oleh
cacing Trichuris trichiura, gejala:
Strongiloidesis

Ancylostomiasis: penyakit infeksi yang disebabkan


oleh cacing ancylostoma duodenale, gejala:

177. A. Plasmodium
falciparum
Keywords: mengalami demam menggigil sejak tiga hari
yang lalu, riwayat berpergian ke Papua, suhu 39oC,

jantung paru dalam batas normal, apusan darah tepi:


banana shape.

Diagnosis: malaria falciparum


Tatalaksana: obat anti malaria, antipiretik

Dasar teori

Perkembangan Plasmodium Falciparum

Plasmodium falsiparum
Stadium TROFOZOIT
(Sediaan darah tipis)
Pulasan Giemsa

-MORFOLOGI ERITROSIT
tidak membesar,
Titik Maurer
PARASIT
bentuk cincin, accole, marginal.
infeksi multipel
Terdapat 2 butir kromatin
ukuran 1/6 eritrosit

Plasmodium falsiparum
Stadium SKIZON
(Sediaan darah tipis)
Pulasan Giemsa

-MORFOLOGIERITROSIT

tidak membesar,
titik Maurer

PARASIT
inti (skizon muda): <8 inti
Inti (skizon tua): 8 24 inti, mengisi 2/3 eritrosit
Terdapat pigmen hitam menggumpal di tengah

Dasar hidup
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM FALCIPARUM

178. C. Oxyuris Vermicularis


Keywords :
Anak, usia 5 tahun kesulitan tidur karena gatal
perianak

Analisa feses : telur asimetris

Oxyuris Vermicularis

OXYURIS VERMICULARIS (KREMI-AN)


DIAGNOSIS:
TRANSPARANT TAPE SETIAP PAGI SELAMA 3 HARI (MENCARI
TELUR)
TATALAKSANA:
PYRANTEL PAMOAT 10-12 MG/KGBB SEKALI, DAN DIULANG
2 MINGGU KEMUDIAN
ALBENDAZOLE
MEBENDAZOLE

179. B. Ancylostoma
braziliense
Keywords: mengeluh gatal pada punggung kaki kanan
sejak 8 hari lalu. Keluhan tersebut muncul setelah
pasien pulang dari berlibur di Sulawesi. Dari
pemeriksaan fisik ditemukan: lesi ventrikel melingkar di
regio dorsum pedis. Pemeriksaan laboratorium:
peningkatan limfosit dan eusinofil, larva cacing (+).
Diagnosis: cutaneus larva migrans
Penyebab paling sering: Ancylostoma braziliense
Tatalaksana: mebendazol atau albendazol 2-3% topikal.

Cutaneous larva migrans


Disebut juga creeping eruption
Akibat penetrasi langsung larva cacing tambang /
hookworm (A.braziliense, A.caninum, Uncinaria
stenocephala) ke kulit.
PF kulit : Track / jalur kemerahan menonjol di kulit,
sangat gatal, ditemukan pada ekstremitas.
Tidak ada pemeriksaan darah khusus.
Cacing hanya bertahan 5-6 minggu dalam tubuh
manusia, tidak perlu pengobatan khusus. Terkadang
tetap diberikan antiparasit : mebendazole, albendazole

180. B. Sistiserkosis
Keywords: memiliki riwayat Kejang epileptik. Memiliki hewan
ternak babi di sekitar rumahnya. Hasil pemeriksaan MRI
ditemukan lesi kalsifikasi di temporal, hasil histology: skoleks di
kelilingi granulomatosis.
Analisis: pada pasien ini memilki peternakan babi, dimungkinkan
juga memakan daging babi. Dalam daging babi terdapat parasit
tenia solinum. Penyakit oleh tenia solinum ada dua yaitu: taeniasis
dan sistiserkosis. Manifestasi SSP sistiserkosis.
Diagnosis: sistiserkosis
Tatalaksana:
Praziquantel 10mg/kg, dosis tunggal
Albendazol

Dasar teori
Taeniasis adalah penyakit akibat parasit
berupa cacaing di usus tubuh manusia
Sistiserkosis adalah infeksi jaringan
dalam bentuk larva taenia (sistiserkus)
akibat memakan telur taenia solium
dalam babi.

Sistiserkosis menimbulkan gejala dan


efek beragam tergantung lokasi larva di
jaringan. Sistiserkosis sering ditemukan
di otak (neurosistiserkosis).

181. A. Makanan tidak higienis


Keywords: tiba-tiba mengeluh nyeri perut, sertai
mual, muntah, serta diare. Setelah ditelusuri,
ternyata jajanan mereka sering terkontaminasi
lalat. Penjual tanpa sarung tangan saat menyajikan
jajanan.
Analisis: faktor lingkungan yang jadi penyebab
adalah:
Jajanan terkontaminasi lalat + tidak menggunakan
sarung tangan saat penyajianmakanan tidak
higienispeningkatan risiko infeksi sakit

Dasar teori
Makanan higienis adalah makanan yang tidak terkontaminasi dengan kuman
atau zat yang berbahaya bagi manusia.
Kriteria makanan yang layak dikonsumsi:
1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki
2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan
selanjutnya.
3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari
pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan
kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.
4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang
dihantarkan oleh makanan (food borne illness).

182. D. Kuratif
Keywords: berobat oleh keluarganya ke RS karena selalu
marah-marah tanpa sebab sejak 6 tahun SMRS. Pasien selama
ini dipasung di dalam kamarnya. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan wajah cekung, tubuh penuh daki, serta otot-otot
ekstremitas mengalami atrofi
Analisis:
Pasien sedang mengalami masalah medik (psikotik , higiene
buruk, serta atrofi otot ekstremitas)butuh pengobatan dan
perawatan agar masalah medik dapat diatasi.
Sehingga, upaya kesehatan yang tepat adalah kuratif (early
diagnosis and prompt treatment-limitation of
disability)diagnosis dini serta tatalaksana yang tepat, serta
mencegah timbulnya kecacatan.

Dasar teori
Menurut Leavell dan Clark (1965), dari sudut pandang
kesehatan masyarakat, terdapat 5 tingkat pencegahan
terhadap penyakit, yaitu:
Promotion of health: mempromosikan kesehatan kepada
masyarakatmencegah sakit (penyuluhan perilaku hidup
bersih)
Specifik protection: pencegahan terhadap penyakit-penyakit
tertentu (pemberian kelambumencegah malaria)
Early diagnosis and prompt treatment: diagnosis dini dan
tatalaksana yang tepat (tatalaksana DBD sesuai guideline)
Limitation of disability: mencegah terjadinya kecacatan
(fisioterapi)
Rehabilitation: upaya kesehatan untuk mengembalikan
penderita berfungsi kembali di masyarakat (dukungan psikis)

NOMOR: 183

KEYWORD

NON MALEFICIENCE
PASIEN TANPA KELUARGA

INFORMED CONCENT TIDAK MEMUNGKINKAN


HARUS SELAMATKAN NYAWA

Prinsip dasar non-maleficence adalah primum non nocere, yang artinya


pertama-tama jangan menyakiti. Prinsip ini melarang dokter berbuat jahat
atau membuat derita pasien, serta mewajibkan dokter untuk
meminimalisasi akibat buruk.
Kewajiban dokter untuk menganut non-maleficence berdasarkan hal-hal
berikut :
1. pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko kehilangan sesuatu
yang penting
2. dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut
3. tindakan dokter terbukti efektif
4. manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter

184. A. Analisa blum


Keywords: mengkaji hasil surveilans penyakit
selama tahun 2014. Hasilnya, angka kejadian
malaria masih tinggi. Tim dokter ingin mengetahui
penyebab mengapa hal tersebut masih terjadi.
Analisis:
Untuk mengkaji penyebab angka kejadian malaria masih
tinggi analisa yang tepat adalah analisa Blum

Dasar teori
Analisa blum (oleh Hendrik
L. Blum, 1981): menganalisis
masing-masing dari
determinan dan derakat
kesehatan, serta melihat
hubungan diantaranya. Ada
empat faktor yang
mempengaruhi derajat
kesehatan:
1. Lingkugan
2. Perilaku
3. Pelayanan kesehatan
4. Genetik

Pilihan lain
Analisa SWOT: metode perencanaan strategis,
menggunakan pendekatan kekuatan (strengths),
kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau
suatu spekulasi bisnis.
Analisa Bryant: metode untuk menentukan
besarnya masalah kesehatan.
Analisa Regresi: salah satu metode uji statistik.

185. A. Suspect
Keywords: berobat ke IGD RS karena mangeluh
sesak napas sejak satu hari SMRS. Sebelumnya,
pasien mengalami demam, disertai batuk dan nyeri
menelan. Pasien merupakan petugas laboratorium
dan sedang meneliti spesimen manusia yang diiduga
terjangkit flu burung.
Analisis: krieria kasus suspek pada kasus di atas
adalah:

Memiliki gejala demam (>38oC) disertai satu atau lebih


gejala: batuk, sakit tenggorokan, pilek, dan sesak napas
Memiliki riwayat kontak dengan pasien atau pun spesimen
pasien flu burung

Dasar teori
Avian Influenza (AI) atau Flu Burung (FB) adalah suatu
penyakit yang menular pada unggas yang disebabkan oleh
virus Influenza type A.
Dalam mendiagnosa, ada empat kriteria:
1. Kasus dalam investigasi tidak ada gejala klinis tapi
kontak erat dengan kasus (suspek, probable, atau
konfirmasi) atau penduduk sehat yang tinggal di daerah
flu burung pada unggas.
2. Kasus suspek gejala klinis + riwayat kontak atau
konsumsi daging unggas terinfeksi flu burung
3. Kasus probable kasus suspek + kenaikan titer antibodi
H5
4. Kasus konfirmasi kasus suspek atau probable + hasil
pemeriksaan lab khusus / definitif H5N1 positif.

186. A. Content
Keywords: melalui gerakan 3M yang
disosialisasikan dalam bentuk slogan dan radio spot
diharapkan informasi tersebut cepat menyebar dan
masyarakat mudah memahami cara mencegah
penularan DBD.
Analisis: cara promosi kesehatan pada kasus di atas
berfokus pada isi materi (3M), sehingga mudah
mempengaruhi masyarakat.

Dasar teori
Syarat komunikasi yang efektif, yang selanjutnya di kenal dengan Tujuh C
dalam komunikasi (The Seven Cs of Communication) yaitu :

1. Credibility (kredibilitas): pengakuan komunikan terhadap keberadaan


komunikator. Posisi dan kedudukan dalam strata sosiokultural tertentu
mempengaruhi pengakuan dan kredibilitas seseorang.
2. Context (konteks): situasi dan kondisi relevan dengan keadaan si
penerima pesan.
3. Content (isi): materi yang akan disampaikan sebagai pesan oleh
komunikator, yang berpengaruh bagi penerima pesan.
4. Clarity (kejelasan): pesan yang disampaikan oleh komunikator diterima
dan dimengerti oleh penerima.
.

Dasar Teori (Lanjutan)


5. Continuity dan consistency (kontinuitas dan konsistensi):
pesan yang disampaikan konsisten dan berkesinambungan
dan tidak menyimpang dari topik yang telah ditetapkan.

6. Channel (saluran): saluran yang digunakan dalam


komunikasi sesuai dan memungkinkan penerimaan yang baik
oleh komunikan.
7. Capability of audience ( kemampuan komunikan): materi
(isi pesan) dan teknik penyampaian pesan disesuaikan
dengan kemampuan penerimaan sasaran, sedangkan pesan
itu sendiri mudah diterima dan tidak membingungkan

187. C. 9-12 Februari 2015


Data kejadian luar biasa DBD tanggal 5
Februari - 20 Februari 2015, adalah sebagai
berikut:
5 Februari : 3 kasus
7 Februari : 4 kasus
8 Februari : 6 kasus
11 Februari : 3 kasus
12 Februari : 8 kasus

16 Februari : 16 kasus
18 Februari : 10 kasus
20 Februari : 4 kasus

Untuk mengetahui waktu pemaparan


penyakit:
Tentukan tanggal di mana angka
kejadian DBD paling banyak atau
median jumlah kasus16 Februari
2015
Tentukan masa inkubasi rata-rata
DBD biasanya 4-7 hari
Maka, tanggal pemaparannya adalah
tanggal 16 dikurang 4-7 hari= 9-12
Februari 2015.

188. C. Masyarakat mandi dan cuci di


sungai
Keywords: telah memiliki sumber air bersih yang
telah dibangun oleh pemerintah daerah setempat
sejak dua tahun lalu. Warga desa masih mandi,
cuci, kakus di sungai. Warga juga membuang
limbah rumah tangga di sungai. Di desa tersebut
penyakit kulit dan diare insidennya tinggi.
Analisis: dari kasus di atas, yang menjadi faktor
risiko utama adalah warga desa masih mandi dan
cuci di sungai terpanjan air tercemar.
Solusi: warga menggunakan sumber air bersih

189. E. Melakukan pendekatan pada tokoh agama dan


tokoh masyarakat untuk memberi penjelasan
pentingnya imunisasi
Keywords: Daerah Kabupaten A memiliki angka
cakupan imunisasi yang sangat rendah. Hal tersebut
disebabkan karena adat kebiasaan turun- temurun
yaitu nenek moyang warga setempat tidak pernah
melakukan imunisasi mulai. Sebagai dokter PTT di sana.
Analisis: tidak jalannya program imunisasi karena
terbentur dengan kepercayaan adat istiadat nenek
moyang warga setempatperlu pendekatan pada
tokoh agama dan masyarakat membentuk opini
masyarakat timbul kepercayaan.

190. E. Modern hazard


Keywords: pasien tidak sadarkan diri sejak satu jam
SMRS. Memiliki riwayat diabetes melitus, penyakit
jantung koroner, hipertensi, dan dislipidemia. Pasien
adalah direktur sebuah perusahaan terkenal. Karena
kesibukannya, pasien sering tidak sempat istirahat
cukup, makan tidak teratur, dan tidak pernah olahraga.
Analisis: penyebab penyakit pada pasien tersebut
adalah modern hazard
Modern hazard adalah ancaman kesehatan masyarakat
yang berasal dari perkembangan aktivitas manusia,
seperti perkembangan teknologi, ekonomi, life style
dan lain-lain.

Pilihan lain
Water borne disease: penyakit yang ditularkan
lewat air, misalnya kolera
Air borne disease: penyakit yang ditularkan lewat
udara, misalnya influenza
Food borne disease: penyakit yang ditularkan
lewat makanan, misalnya keracunan makanan
Psikososial hazard: ancaman kesehatan masyarakat
yang berupa tekanan psikososial

191. B. Uji T tidak


berpasangan
Keywords: hubungan antara penggunaan obat anti
nyamuk baru dan yang biasa terhadap angka
kejadian malaria.
Analisis:
Penggunaan obat anti nyamuk: data nominal, variabel
bebas, dua kelompok (obat anti nyamuk baru VS obat anti
nyamuk biasa), tidak berpasangan.
Angka kejadian malaria: data numerik, variabel terikat.

Maka, uji statistik yang sesuai adalah uji T tidak


berpasangan.

Dasar teori

Cara menginterpretasi tabel ini, kolom


pertama (paling kiri) adalah jenis data
variabel terikat, semetara kolom kedua dan
ketiga adalah tujuan penelitian dan jenis data
variabel bebas

192. D. 50/250
Keywords: 400 siswa turut hadir dalam acara
tersebut. Setelah acara usai, 10 orang keracunan
snack sekitar pukul 13.00. Disusul 40 orang
keracunan snak pada pukul 16.00. Jumlah siswa
yang mengkonsumsi snack sebanyak 250 orang.
Analisis:
Attack rate=10+40/250=50/250
Pembaginya 250 karena populasi berisiko (makan snack)

Dasar teori
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah
yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara
pada waktu tertentu. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Attack Rate (AR)= (dalam waktu wabah berlangsung)
Jumlah penyakit baru

--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

193. 2%
Keywords: Dalam satu bulan terkahir ini sebanyak
50 warga menderita DBD. 25 warga terpaksa
dirawat di RS karena kondisinya memburuk. Setelah
mendapatkan perawatan, satu warga diantaranya
meninggal dunia.
Analisis: case fatality rate=(1/50)x100%=2%

Dasar teori
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab
penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/
keganasan penyakit tersebut.
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x

194. E. Eksperimen
Keywords: meneliti efek obat A dan B terhadap
angka kesembuhan diare. Dari literatur terbaru,
obat A lebih ampuh daripada obat B.
Analisis:
Dalam penelitian tersebut, dokter akan memberikan
intervensi (obat A atau B) terhadap pasien diare. Maka,
desain yang tepat adalah eksperimen.

Pilihan lain
Deskriptif: jenis penelitian yang tujuannya menyajikan
gambaran realitas tentang suatu objek.
Analitik: digunakan untuk mengetahui hubungan sebab
akibat antara dua variabel secara observasional,
dimana bentuk hubungan dapat: perbedaan, hubungan
atau pengaruh.
Case control: untuk mengetahui hubungan antara
paparan dengan keadaan yang sesungguhnya
(mengetahui penyakitnya lalu menelusuri
penyebabnya)
Cohort: mengkaji hubungan antara faktor risiko dengan
dampaknya

195. C. Chi square


Keywords: melakukan penelitian tentang
hubungan antara berat badan lahir dengan IMT ibu.
Untuk berat badan lahir dibagi atas BBLR dan
normal, sedangkan IMT dibagi atas normal dan
abnormal.
Analisis:
Berat badan lahir: data nominal, variabel bebas, dua
kelompok (BBLR dan normal), tidak berpasangan
IMT ibu: data nominal, variabel terikat

Maka, uji statistik yang sesuai adalah uji chi square

Dasar teori

Cara menginterpretasi tabel ini, kolom


pertama (paling kiri) adalah jenis data
variabel terikat, semetara kolom kedua dan
ketiga adalah tujuan penelitian dan jenis data
variabel bebas

196. A. 5
Keywords: penelitian tentang faktor penyebab
PPOK pada kelompok sopir kopaja. Penelitian
dilakukan terhadap 120 penderita PPOK dan 480
orang non-PPOK. Dari kelompok penderita PPOK
terdapat 90 orang perokok dan dari kelompok nonPPOK terdapat 180 orang perokok.
Analisis: yang ditanyakan adalah besar odds ratio
(OR)
PPOK
Rumus OR= ad/bc= 5

Merokok

ya
tidak

ya
a
c

tidak
90 b 180
30 d 300

197. (6x1000)/114
Keywords: memiliki data mortalitas bayi (kurang
dari satu tahun) pada tahun 2014. Jumlah kelahiran
sebanyak 120 jiwa, jumlah kematian 6 jiwa (3 di
antaranya bayi <2 bulan).
Infant mortality rate=(6x1000)/120=5 per 1000
kelahiran hidup

Dasar teori
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah
kematian bayi (umur <1tahun) per 1000 kelahiran
hidup

IMR (Infant Mortality Rate):


Juml kematian bayi
----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup

198. C. Paired T test


Keywords: melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui
perbedaan laju pengendapan obat A dan obat B di ginjal.
Obat A diminum oleh pasien, lalu satu jam kemudian diukur
pengendapannya di dalam ginjal. Efek obat A hilang dari
tubuh pasien dalam waktu satu minggu. Setelah satu
minggu, obat B diminum oleh pasien yang sama. Lalu satu
jam kemudian diukur pengendapannya di dalam ginjal.
Analisis:
Pemberian obat (obat A dan B): variabel bebas, dua kelompok, dan
berpasangan (pemberian dua intervensi berbeda pada satu sampel)
Laju pengendapan obat: data numerik, variabel terikat

Maka, uji yang sesuai uji paired T test.

Dasar teori

Cara menginterpretasi tabel ini, kolom


pertama (paling kiri) adalah jenis data
variabel terikat, semetara kolom kedua dan
ketiga adalah tujuan penelitian dan jenis data
variabel bebas

199. A. 10/110
Ca Serviks
Alat Skrining Baru

TOTAL
P (+)

P(-)

Skrining (+)

10

100

110

Skirining (-)

15

75

90

TOTAL

25

175

200

Analisis:
Nilai prediksi positif (Positive predictive value/PPV)= true pos/(true pos+false pos)
10/10+100=10/100

Dasar teori
Positive Predictive Value (PPV) merupakan sebuah
pengukuran untuk mengetahui probabilitas
seorang pasien benar-benar mengidap suatu
penyakit.
PPV = (Nilai positif yang sebenarnya) / (Nilai positif
yang sebenarnya + Nilai positif palsu)

200. E. ANOVA
Keywords: melakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan efek obat A, obat B, dan obat C terhadap
kadar gula darah. Pemberian obat dilakukan pada tiga
kelompok di mana setiap kelompok menerima jenis
obat yang berbeda. Kadar gula darah diukur 2 jam
setelah konsumsi obat dan dalam satuan mg/dl.
Analisis:
Pemberian obat (A, B, dan C): variabel bebas, tiga kelompok,
dan tidak berpasangan
Kadar gula darah: data numerik, variabel terikat.

Maka, uji statistik yang teoat adalah uji Anova

Dasar teori

Cara menginterpretasi tabel ini, kolom


pertama (paling kiri) adalah jenis data
variabel terikat, semetara kolom kedua dan
ketiga adalah tujuan penelitian dan jenis data
variabel bebas

Anda mungkin juga menyukai